Muhammad Rizki Syogian - 1206000102 - Tugas Rangkuman Gratitude - Minggu Ke 13
Muhammad Rizki Syogian - 1206000102 - Tugas Rangkuman Gratitude - Minggu Ke 13
NIM : 1206000102
Kelas : 4-F
Mata Kuliah : Psikologi Positif
Dosen Pengampu : Nur’aini Azizah, MA-PSCY
GRATITUDE
Definisi Konseptual
Kata syukur berasal dari bahasa latin terima kasih, yang berarti “rahmat”, “kemurahan hati”,
atau “rasa syukur”. Semua turunan dari akar bahasa Latin ini "berkaitan dengan kebaikan,
kemurahan hati, pemberian, keindahan memberi dan menerima, atau mendapatkan sesuatu
tanpa bayaran". Fitzgerald (1998) mengidentifikasi tiga komponen syukur: (a) rasa
penghargaan yang hangat untuk seseorang atau sesuatu, (b) rasa niat baik terhadap orang atau
benda itu, dan (c) disposisi untuk bertindak yang mengalir dari penghargaan dan niat baik.
Orang yang bersyukur mengakui penerimaan kemurahan hati orang lain.
Tradisi Teoretis
Cicero berpendapat bahwa "rasa syukur bukan hanya kebajikan terbesar, tetapi induk dari
semua yang lain." Sepanjang sejarah, rasa syukur telah digambarkan sebagai kebajikan sipil
yang vital. Perlakuan teoretis pertama yang berpengaruh tentang rasa syukur dari perspektif
komunal yang luas muncul dari ekonom politik Adam Smith (1790/1976) dalam volumenya
Teori Sentimen Moral.
Measures
Sampai saat ini, belum ada metode standar yang disepakati untuk mengukur rasa syukur,
namun rasa syukur telah diukur dalam banyak cara dan bentuk. Pengukuran rasa syukur yang
berbeda ini dapat dikelompokkan dalam empat kategori: respon bebas, peringkat, atribusi,
dan ukuran perilaku.
Orang yang bersyukur lebih mungkin untuk mengakui keyakinan dalam keterkaitan semua
kehidupan dan komitmen dan tanggung jawab kepada orang lain. Ada juga beberapa bukti
bahwa rasa syukur berfungsi untuk menghambat perilaku interpersonal yang destruktif (RA
Baron, 1984).
Perkembangan
Dari perspektif perkembangan, penelitian psikologis telah menunjukkan bahwa pemahaman
anak-anak tentang rasa syukur adalah proses yang dimainkan selama beberapa tahun. Lebih
khusus lagi, rasa syukur tampaknya tidak muncul secara teratur sebagai tanggapan atas
penerimaan manfaat sampai masa kanak-kanak pertengahan.
Menurut Shelton (2000) cara efektif untuk menyadarkan seseorang akan manfaat yang
diterima adalah dengan melakukan pemeriksaan hati nurani setiap hari di mana seseorang
meluangkan waktu untuk merenungkan manfaat dan berkah dalam hidupnya dan
merenungkan cara untuk memberi kembali kepada orang lain sebagai respons yang tepat atas
rasa syukur yang dirasakan.