Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepolisian Republik Indonesia sebagaimana yang diatur dalam


undang-undang No 2 tahun 2002 pada pasal 13 mempunyai tugas
pokok: a) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, b)
penegakkan hukum, c) memberikan perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat, selain itu juga tujuan renstra Polri
adalah membangun kepercayaan dari masyarakat dengan menjadikan
Polri sebagai organisasi yang perduli dan kredibel, Membangun Polri
sebagai Penegak Hukum terdepan yang dukung komponen
masyarakat serta harus didukung juga dengan segala daya dan upaya
oleh seluruh tingkat kesatuan mulai dari MabesPolri sampai dengan
tingkat Polsek sebagai ujung tombak operasional.
Polri ditengah dinamika masyarakat yang kompleks dihadapkan
pada berbagai tantangan substansial yang tidak dapat dielakkan.
Kehidupan yang tertib merupakan cerminan dari terselenggaranya
keadilan melalui penegakan hukum. Sebagai alat negara, Polisi
menjadi pengawal dan penegak peraturan dan hukum, dimana
posisinya yang berhadapan langsung dengan masyarakat membuat
Polri membawa tanggungjawab moral dan kebenaran pada aspek
penegakan hukum, dalam arti Polisi berada pada pihak yang netral,
tidak pilih kasih, dan profesional dalam penegakkan hukum.
Sesuai Perkap No. 22 Tahun 2010 polda memiliki fungsi
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi
identifikasi, laboratorium forensic lapangan, pembinaan dan
pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), serta
pengawasan proses penyidikan. Unsur Pelaksana fungsi tersebut
salah satunya adalah Dirkrimum. Dirkrimum sebagaimana dimaksud
2

dalam Pasal 10 huruf c pada Perkap No.22 Tahun 2010 merupakan


unsure pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda.
Dirkrimum bertugas menyelenggarakan penyelidikan, penyidikan, dan
pengawasan penyidikan tindak pidana umum, termasuk fungsi
identifikasi dan laboratorium forensik lapangan.
Dirkrimum menyelenggarakan fungsi:
a. Pembinaan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana umum, identifikasi, dan laboratorium forensik lapangan;
b. Pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan
wanita baik sebagai pelaku maupun korban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Pengidentifikasian untuk kepentingan penyidikan dan pelayanan
umum;
d. Penganalisisan kasus beserta penanganannya, serta mempelajari
dan mengkaji efektivitas pelaksanaan tugas Ditreskrimum;
e. Pelaksanaan pengawasan penyidikan tindak pidana umum di
lingkungan Polda; dan
f. Pengumpulan dan pengolahan data serta menyajikan informasi
dan dokumentasi program kegiatan Ditreskrimum.
Menurut catatan pengaduan masyarakat paling banyak
berdasarkan satuan fungsi Polri jatuh pada Dirkrimum, diantaranya
adalah kasus curanmor, penggelapan, hingga pengaduan masyarakat
terhadap Polri tersebut adalah penyalahgunaan wewenang dan
pelayanan yang buruk. Dengan situasi dan kondisi yang ada, kinerja
Dirkrimum tetap dituntut untuk memberikan hasil yang prima dalam
melayani publik terkait dengan bidang penegakan hukum, khususnya
pada penanganan kasus pembuhunan yang dituntut penyelesaian
kasusnya hingga tuntas. Dirkrimum sebagai salah satu unsur
pelayanan Polri di bidang penegakan hukum memiliki beban yang
cukup berat dalam mewujudkan sasaran Renstra tersebut karena
dihadapkan pada keterbatasan sumber daya pada Dirkrimum.
3

Berdasarkan latar belakang diatas, penulisakan membuat Karya


Tulis Terapan dengan judul “PENINGKATAN KINERJA SUBDIT 3
JATANRAS DITRESKRIMUM POLDA SULSEL DALAM
PENANGANAN TINDAK PIDANA CURANMOR GUNA
MEWUJUDKAN PENEGAKAN HUKUM”.
B. Permasalahan
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka menarik untuk
dibahas sebagai suatu permasalahan tentang “peningkatan kinerja
Subdit 3 Jatanras Ditreskrimum

C. Pokok-Pokok Persoalan
Pokok-pokok persoalan yang akan di uraikan dalam Produk karya Akhir
Perorangan (Prokap) ini diantaranya :

1. Masih kurangnya Kwalitas sumber daya manusia saat ini untuk


Subdit 3 Jatanras Ditreskrimum Polda Sulsel dalam penanganan
tindak pidana curanmor .
2. Masih kurang nya sarana dan sarana yang digunakan untuk
penanganan tindak pidana curanmor subdit 3 jatanras ditreskrimum
polda sulsel.
3. Masih kurangnya anggaran yang digunakan untuk pengungkapan
kasus tindak pidana curanmor dalam rangka percepatan
penyelesaian perkara di subdit 3 jatanras ditreskrimum polda
sulsel.

D. Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup pembahasan Produk Karya Akhir Perorangan ini adalah
tentang hal- hal yang terkait dengan meningkatkan kemampuan peran
kinerja Subdit 3 Jatanras Ditreskrimum Polda Sulsel dalam
4

penanganan tindak pidana curanmor guna mewujudkan penegakan


hukum

E. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Adapun maksud dari penulisan Produk Karya Akhir
Perorangan ini adalah sebagai tugas akhir untuk memenuhi
persyaratan kelulusan dari Sekolah Pembentukan Perwira bagi
Siswa SIP Angkatan ke-52 TA. 2023. Manfaat yang didapat dari
hasil penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi
aparat Kepolisian pada umumnya dan Peserta Didik khususnya,
guna penanganan tindak pidana curanmor guna mewujudkan
penegakan hukum di wilayah hukum polda sulsel

2. Tujuan
Tujuan penulisan Produk Karya Akhir Perorangan ini adalah
untuk memberikan saran dan masukan kepada pimpinan tentang
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam rangka membangun
Sumber Daya Manusia guna Meningkatkan Kemampuan Peran unit
peningkatan kinerja Subdit 3 Jatanras Ditreskrimum .

F. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dapat dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan dan
ditemukan pengetahuan, teori, untuk memahami, memecahkan,
dan mengantisipasi masalah dalam kehidupan manusia (Sugiyono:
2012).
Penulisan Produk Karya Akhir Perorangan ini mempergunakan
Metode riset campur sari (mixed methods) merupakan upaya
terencana, sistematis, terstruktur, dan terukur untuk memanfaatkan
5

secara bersama-sama dua metode penelitian, yaitu kuantitatif dan


kualitatif, sehingga dapat menekankan kelebihan dan meminimalisir
kekurangan masing-masing metode tersebut.

2. Jenis dan Tekhnik Pengumpulan Data


Jenis dan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
menyusun Produk Karya Akhir Perorangan ini adalah sebagai
berikut :

a. Observasi (Pengamatan)
Teknik observasi artinya melakukan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis mengenai gejala yang tampak
pada objek penelitian. Observasi ini tergolong teknik 
pengumpulan data yang paling mudah dilakukan dan
biasanya juga banyak digunakan untuk statistika survei,
misalnya meneliti sikap dan perilaku suatu kelompok
masyarakat. Dengan teknik observasi, peneliti biasanya
terjun ke lokasi yang bersangkutan untuk memutuskan alat
ukur yang tepat untuk digunakan.

b. Kuestioner (Kuesioner/Angket)
Teknik yang kedua adalah kuestioner atau kuesioner yang
artinya teknik pengumpulan suatu data dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan
kepada orang lain yang berperan sebagai responden agar
dapat menjawab pertanyaan dari peneliti. Meski terlihat
mudah, teknik ini cukup sulit dilakukan jika jumlah
respondennya besar dan tersebar di berbagai wilayah.
6

c. Interview (Wawancara)
Teknik wawancara atau interview ini dilakukan secara tatap
muka melalui tanya jawab antara peneliti atau pengumpul
data dengan responden atau narasumber atau sumber
data. Teknik pengumpulan suatu data dengan wawancara
biasanya dilakukan sebagai studi pendahuluan, karena
teknik ini tidak mungkin dilakukan jika respondennya dalam
jumlah besar.
d. Document (Dokumen)
Teknik pengumpulan data yang terakhir adalah dokumen
yang mana peneliti mengambil sumber penelitian atau objek
dari dokumen atau catatan dari peristiwa yang sudah
berlalu, baik dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya
monumental dari seseorang. Bisa diambil dari catatan
harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan, dan lain
sebagainya.

3. Sumber Data
Dalam Penulisan Produk Karya Akhir Perorangan ini, Untuk
mendapatkan informasi dan data yang lengkap, jelas, akurat, serta
valid mengenai objek yang diteliti, maka penulis mengumpulkan
sumber data dari Dir Polair Ditpolairud NTT.

4. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan cara atau metode untuk mengolah
dan memproses data menjadi sebuah hasil atau informasi yang
valid dan juga mudah dipahami oleh orang umum.

G. Sistematika
7

Guna memudahkan dalam pembahasan Produk Karya Akhir


Perorangan ini, maka sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan tentang Latar Belakang, Permasalahan, Pokok-
pokok Persoalan, Ruang Lingkup, Maksud dan Tujuan,
Metodologi Penelitian, Tata Urut (Sistematika) dan
Pengertian-pengertian.

BAB II : KONDISI FAKTUAL


Berisi tentang Kondisi Geografis, Demografis, Dan Situasi
Kamtibmas Dari Lingkungan Polsek/Polres Atau Unit Kerja
Yang Menjadi Locus/Tempat Penelitian, Kondisi Organisasi
Pada Bagian Ini Uraikan Kekuatan Personil Unit Kerja Dan
Kondisi Sarana Prasarana Yang Ada dan Deskripsi
Permasalahan Yang Akan Dipecahkan Pada Bagian Ini
Uraikan Secara Detil/Rinci Permasalahan Yang Akan
Dipecahkan Yang Merupakan Uraian Dari Variabel Bebas
Dari Penulisan Prokap, Yang Didukung Data Kuantitatif Dan
Kualitatif

BAB III : PEMECAHAN MASALAH

- Pada Bagian Ini Didahului Dengan Mengutip


Pengertian Analisis SWOT Dari Ahli, Lalu Uraikan
Peluang Dan Ancaman Yang Berpengaruh Pada
Penyelesaian Masalah Serta Kekuatan Dan
Kelemahan Di Dalam Organisasi.
- Peraturan Hukum Uraiakan Peraturan Yang Dirujuk
Dengan Menyebutkan Nama Peraturan Dan Pasal
Yang Dijadikan Rujukan
- Upaya Pemecahan Masalah
- Manajemen Resiko
8

BAB IV : Penutup
Berisi kesimpulan dan rekomendasi

H. Pengertian-Pengertian
1. Peningkatan adalah suatu perbuatan untuk meningkatkan ke
tingkat lebih baik. Meningkatan adalah upaya untuk menambah
tingkat, derajat, kualitas ataupun kuantitas.

2. Kinerja Adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara


keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil
kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

3. Tindak Pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan


hukum, larangan disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana
tertentu, bagi barang siapa yang melanggar aturan
tersebut.Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya. Istilah ini
bisa digunakan dengan hubungan kepada kejahatan, segala bentuk
kecelakaan, dan lain-lain. Keamanan merupakan topik yang luas
termasuk keamananan nasional terhadap serangan teroris,
keamanan komputer terhadap hacker atau cracker, keamanan
rumah terhadap maling dan penyelusup lainnya, keamanan
finansial terhadap kehancuran ekonomi dan banyak situasi
berhubungan lainnya.

4. presisi adalah ketepatan. Dengan kata lain, presisi adalah


kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil yang sama dari
pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang
sama
9

BAB II
KONDISI FAKTUAL

A. Gambaran Umum
1. Kondisi Geografis

Geografis Provinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di


Makassar terletak padabagian selatan Pulau Sulawesi memiliki
luas wilayah kurang lebih 45.764,53 km2, dan seperti yang
ditunjukkan melalui tabel-1, bahwa diantara 24 kabupaten/
kotayang terdapat di wilayah Sulawesi Selatan, Kabupaten
Luwu Utara merupakankabupaten yang memiliki luas wilayah
terbesar yakni sekitar 7.502,68 km2 atau16,40 persen dari luas
wilayah Sulawesi Selatan, sementara itu kabupaten/
kotadengan luas wilayah terkecil adalah Kota Parepare dengan
luas sekitar 99,33 km2atau kurang lebih 0,22 persen dari
seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Diantarakabupaten/ kota
tersebut, Kabupaten Toraja Utara merupakan daerah
otonombaru di daerah ini, yang merupakan pemekaran dari
Kabupaten Tana Toraja.Kabupaten ini memiliki luas wilayah
kurang lebih 1.151,47 km2 atau 2,52 persendari luas wilayah
Sulawesi Selatan.Secara geografis posisi Provinsi Sulawesi
Selatan terletak antara 116° 48’ -122°36’ Bujur Timur dan 0° 12’
- 8° Lintang Selatan, yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi
Barat di sebelah utara, Teluk Bone dan Provinsi
SulawesiTenggara di sebelah timur. Batas Sebelah Barat dan
Selatan masing-masing adalah Selat Makassar dan Laut Flores
(tabel – 2) . Berdasarkan pengamatan pada tiga Stasiun
10

Klimatologi (Maros, Hasanuddin dan Maritim Paotere) bahwa


selama tahun 2013 rata-rata suhu udara 27.3°C di Kota
Makassar dan sekitarnya tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata. Suhu udara maksiumum di Stasiun Klimatologi
Hasanuddin 32.6°C.5 tahun setelah kemerdekaan, pemerintah
mengeluarkan UU Nomor 21 Tahun 1950, yang menjadi dasar
hukum berdirinya Provinsi Administratif Sulawesi. 10 tahun
kemudian, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 47 Tahun 1960
yang mengesahkan terbentuknya Sulawesi Selatan dan
Tenggara. 4 tahun setelah itu, melalui UU Nomor 13 Tahun
1964 pemerintah memisahkan Sulawesi Tenggara dari Sulawesi
Selatan. Terakhir, pemerintah memecah Sulawesi Selatan
menjadi dua, berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004.
Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju, Mamuju Utara dan
Polewali Mandar yang tadinya merupakan kabupaten di provinsi
Sulawesi Selatan resmi menjadi kabupaten di provinsi Sulawesi
Barat seiring dengan berdirinya provinsi tersebut pada tanggal 5
Oktober 2004 berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004.

2. Kondisi Demografis

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan telah


merampungkan kegiatan Sensus Penduduk pada tahun 2020,
hasilnya, jumlah penduduk Sulawesi Selatan tahun 2020
mencapai 9,07 juta jiwa, terdiri dari 4,5 juta jiwa penduduk laki-
laki dan 4,57 juta jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk
Sulawesi Selatan berada pada peringkat ketujuh terbanyak di
Indonesia setelah Provinsi Jawa Barat (48 juta jiwa), Jawa
Timur (40 juta Jiwa), Jawa Tengah (36 juta jiwa), Sumatera
Utara (14 juta jiwa), Banten (11 juta jiwa), dan DKI Jakarta (10
juta jiwa).
11

Sensus Penduduk 2020 juga menghasilkan sex ratio diangka


98,59, artinya jumlah perempuan masih lebih banyak dari
jumlah laki-laki, dari 100 penduduk perempuan terdapat 98-99
penduduk laki-laki. Sebaran penduduk Sulawesi Selatan
sebagian besar berada pada rentang usia 8-23 tahun (generasi
Z) dan 24-39 tahun (generasi milenial), jumlahnya mencapai 4,8
juta jiwa.

3. Situasi Kamtibmas
hasil pengungkapan kasus selama tahun 2022. Dari 25.357
kasus kriminal umum terjadi di Sulsel, 10.422 perkara tidak
diselesaikan Polda, kasus kriminal umum pada tahun 2022
secara umum mengalami peningkatan dibandingkan 2021.
Pada tahun 2021, kasus kriminal umum terjadi di Sulsel
sebanyak 15.210 dan yang mampu diselesaikan 8.543.
dari 10 kategori kasus kriminal umum, yakni penganiayaan
ringan, pencurian biasa, pengeroyokan, penpuan dan
penggelapan. Selanjutnya, penghinaan, penggelapan fidusia,
pencurian dengan pemberatan (curat), pencurian kendaraan
bermotor, pengancaman atau pemerasan, dan perusakan.

B. Kondisi Organisasi
1. Kekuatan Personil Polresta
Dalam menyelenggarakan tugas, Ditreskrimum Polda Sulsel
memiliki personel yang fungsinya secara organisasi sudah
12

terbagi ke unit-unit kerja. Adapun personel Unit –unit berjumlah


… Personil dengan rincian sebagai berikut:

2. Sumber Daya Manusia Ditreskrimum Polda Sulsel

DSPP RIIL Pendidikan Dikbang-


Dikbang spes/Lat
No Jabatan SM S1
S2 Um
A
1 Pati

2 Pamen
3 Pama
4 Bintara
5 Tamtama
6 PNS
7
8
JUMLAH

Kualitas SDM Ditkrimum Polda Sulsel dalam melakukan


Optimalisasi Pengungkapan Kasus Tindak Pidana Curanmor
Dalam Rangka Percepatan Penyelesaian Perkara saat ini dapat
penulis jelaskan sebagai berikut.
a) Pengetahuan
1) Kualitas personil Ditkrimum Polda Sulsel berdasarkan
tingkat pendidikan Kejuruan yaitu hanya 16 orang yang
telah mengikuti pendidikan kejuruan dasar Reskrim.
2) Adanya keragu-raguan anggota Ditkrimum Polda
Sulsel dalam menangani suatu peristiwa tindak pidana
Curanmor yang dilakukan oleh masyarakat
dikarenakan kurang paham/tidak tahu tindakan yang
harus dilakukan.
b) Keterampilan
13

1) Kualitas kemampuan anggota Ditkrimum Polda Sulsel


masih kurang yang mempunyai keahlian pribadi
seperti cara pengoperasian computer dalam proses E-
Penyidikan dan penggunaan peralatan khusus lainnya,
apabila terjadi tindak pidana Curanmor yang berakibat
apabila menemui suatu kejadian cenderung tidak
berani melakukan suatu tindakan sehingga terkesan
dimasyarakat adanya pembiaran pelanggaran hukum
oleh Polisi.
2) Dalam melakukan suatu tindakan terhadap masyarakat
yang melanggar hukum anggota Ditkrimum Polda Sulsel
sering tidak sesuai dengan prosedur/ketentuan yang
telah ditetapkan dikarenakan tidak menguasai tehnik-
tehnik dasar Kepolisian yang didapat sewaktu
dipendidikan.

c) Sikap
1) Kurang mampu mengantisipasi dan mengendalikan
situasi dilapangan apabila terjadi suatu peristiwa yang
melanggar hukum
2) Sering kali salah dalam memahami dan menerapkan
suatu tindakan yang harus dilakukan yang akhirnya
berakibat masyarakat menjadi kecewa dan timbulnya
complain.
3) Tingkat kesadaran dan keikhlasan serta disiplin sebagian
anggota dalam melaksanakan tugas masih kurang
sehingga dapat menghambat/menjadi kendala dalam
melakukan pelayanan kepada masyarakat.

3. Kondisi Sarana dan Prasarana


14

TABEL
DAFTAR DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA
DITKRIMUM POLDA SULSEL

NO NAMA BARANG JUMLAH KONDISI

1 PERANGKAT MAMBIS 1 BAIK

2 PORTABLE LIGHT OLAH TKP 1 BAIK

3 GEL LIFFTER SCANER KIT 1 BAIK

4 PHOTOGRAPHY KIT 1 BAIK

5 DF GSM 2G & 3G AKTIF 1 BAIK

6 DF GSM 4G & PORTABLE 1 BAIK

6 CELEBRITE 1 BAIK

7 XRY 1 BAIK

8 KENDARAAN R4 13 BAIK

9 KENDARAAN R2 10 4 TLP

10 CCTV 1 BAIK

11 MESIN ABSENSI 1 BAIK

12 OVERHEAD PROJECTOR 2 1 TLP

13 LEMARI ES 2 BAIK

14 TV 10 5 TLP

15 UPS 1 BAIK

16 PC.UNIT 18 4 TLP

17 LAPTOP 15 2 TLP

18 PRINTER 18 4 TLP

19 SCANNER 2 BAIK

20 PERALATAN KOMPUTER 10 BAIK


15

Sumber : Sarpras Ditkrimum Polda Sulsel T.A 2020

Berdasarkan data sarpras pada tabel diatas, dapat diketahui


bahwa jumlah sarpras sudah mencukupi untuk menunjang
kinerja SDM Ditkrimum Polda Sulsel dalam menangani perkara
khususnya tindak pidana curanmor, namun beberapa
diantaranya sudah berada dalam kondisi Tidak Layak Pakai
(TLP) atau dalam kata lain sudah berada dalam kondisi rusak
berat dan memerlukan pembaharuan atau penggantian dengan
alat yang baru.

Selain itu, dalam melakukan penyusunan tempat berkas-berkas


perkara yang masih dalam proses penyidikan dan ruang tunggu,
diperlukan dukungan sarana prasarana / peralatan kantor masih
kurang sehingga didalam pelaksanaan tugas kurang optimal.
Dalam melakukan peningkatan kemampuan penanganan
barang bukti, diperlukan ruang / gudang penyimpanan
(semacam rubbasan) barang bukti yang representative. ruang
penyimpanan barang bukti masih kurang representative/kurang
memadai.

4. Anggaran

Dukungan Anggaran yang disediakan untuk Ditkrimum Polda


Sulsel T.A 2020 adalah sebesar Rp 1.210.561.620 (Satu Triliun
Dua Ratus Sepuluh Juta Lima Ratus Enam Puluh Satu Ribu
Enam Ratus Dua Puluh Rupiah) untuk seluruh giat lidik dan
sidik. Diharapkan dengan adanya dukungan anggaran tersebut
dapat tercapai peningkatan kinerja Pengungkapan Kasus
Tindak pidana curanmor Dalam Rangka Percepatan
16

Penyelesaian Perkara, khususnya dalam bidang sarana dan


prasarana yang memiliki tingkat urgensi sangat penting dalam
mendukung penyelesaian perkara tindak pidana curanmor

C. Deskripsi permasalahan yang akan dipecahkan


1. Bidang Perencanaan
Rencana kerja belum disusun dengan baik, sehingga dalam
pengungkapan kasus cenderung pada kasus yang sudah terjadi
saja, tetapi tidak mengantisipasi kejadian yang mungkin terjadi
dari kasus sebelumnya
Pelaksanaan fungsi dan peranan reskrim dalam kualifikasi
penyidik dan penyidik pembantu sesuai peraturan pemerintah
belum optimal
Peranan Sat Reskrim merupakan suatu kebijakan
penanggulangan kejahatan yang diambil dalam upayanya
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri serta
menciptakan situasi Kamtibmas yang bebas dari gangguan
kejahatan
Dalam menindaklanjuti laporan dari masyarakat belum di analisis
secara lengkap sehingga sering terjadi kesalahan membaca
situasi

2. Bidang Pengorganisasian
SOP yang dimiliki oleh Ditkrimum Polda Sulsel saat ini
memerlukan pembaharuan karena tindak pidana curanmor kini
telah mengalami peningkatan intensitas dan kualitas, sehingga
pelaku kini lebih modern dalam modus operandi nya
Belum ada semacam juklak / juknis / jukmin atau SOP yang
mengatur tentang bagaimana pelatihan reserse bagi penyidik
dan penyidik pembantu Ditkrimum, kapan pelatihan reserse
17

harus dilakukan secara rutin, dan bagaimana evaluasi


keterampilan penyidikan pada setiap Penyidik dan penyidik
pembantu
Pelatihan terhadap penyidik maupun penyidik pembantu hanya
sebatas pengarahan dan pembekalan tentang berbagai
pengetahuan tentang fungsi teknis reskrim yang dilakukan
secara singkat, abstrak, dan kurang aplikatif karena tiadanya
simulasi/gladi penanganan kasus, misalnya simulasi gelar
perkara, dll

3. Bidang Pelaksanaan Tugas


Tugas pokok fungsi dan peranan masih dibebani dengan
kegiatan lain sehingga pelaksanaan tugas tidak bisa terus
menerus.
Dalam pelaksanaan pokok fungsi dan peranan reskrim sering
terjadi benturan antara unit lidik yang satu dengan unit lidik yang
lain dikarenakan adanya TO yang merupakan informan unit lidik
yang lainnya. Adanya penyelidikan yang gagal dikarenakan
informasi yang bocor, salah satu menyesatkan.
Saat ini masih ada masyarakat yang melakukan pelaporan tindak
pidana ringan langsung ke Polda, sedangkan seharusnya di
tingkat polda melakukan penanganan tindak pidana dengan
klasifikasi perkara sedang hingga perkara sangat sulit
Terhadap tersangka tindak pidana curanmor yang melibatkan
orang asing ditangani serendah-rendahnya oleh satuan tingkat
Polda dan segera melaporkan kepada Interpol Polri.

4. Bidang Pengawasan dan Pengendalian


18

Pengawasan dan pengendalian fungsi reskrim belum optimal.


Karena pada prinsipnya kinerja seluruh anggota merupakan
cerminan dari kapabilitas pemimpin dalam mengarahkan,
mengelola dan mengawasi kinerja seluruh komponen satuan
kerja yang dipimpinnya.
Berkaitan dengan aspek kepemimpinan dalam melakukan
pengawasan dan pengendalian masih belum optimal. Hal
tersebut dikarenakan padatnya kesibukan yang dimiliki oleh
seluruh pimpinan merupakan salah satu penyebab pengawasan
dan pengendalian yang harusnya dilakukan secara konsisten
belum berjalan dengan baik.
Kurangnya pengawasan berjenjang terhadap kegiatan
penyeledikan dilapangan dan tidak adanya cover lidik terhadap
penyelidik dilapangan, sehingga berdampak pada kurangnya
informasi yang masuk kepada pimpinan
19

BAB III
PEMECAHAN MASALAH

A. Analisis SWOT
Berdasarkan penjelasan Setyo Riyanto secara umum analisa
SWOT didefinisikan sebagai “suatu alat yang dapat digunakan
secara luas untuk mengorganisasikan dan memanfaatkan tiap-tiap
potongan data informasi yang dikumpulkan berdasarkan analisa
situasi”. Dalam buku “Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus
Bisnis” karya Freddy Rangkuti. Teori SWOT yang merupakan
sebuah konsepsi yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai
faktor secara sistematis guna merumuskan strategi analisa ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strength) dan kelemahan (weakness) serta peluang (opportunity)
dan ancaman (threats) secara sistematis;
Dimana kondisi tersebut terjadi turut disebabkan karena
adanya pengaruh-pengaruh baik dari lingkungan internal maupun
20

eksternal organisasi. Oleh karena itu, dalam bab ini, penulis akan
menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi dengan
menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity,
Threat) yaitu identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenght) dan peluang
(Weakness) namun bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Opportunity) dan ancaman (Threat).
1. Faktor Eksternal
a. Peluang
1) Adanya UU No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP yang
merupakan pedoman teknis dalam mengoptimalkan
peningkatan profesionalisme dan kemampuan
terhadap penyidik Dirkrimum

2) Semakin banyaknya berbagai aturan perundang-


undangan atau produk hukum baru yang mengatur
tentang berbagai tindak pidana Pembunuhan / kasus
hukum baru sehingga dapat menjadi payung hukum /
dasar hukum bagi Ditkrimum Polda Sulsel dalam hal
melakukan penanganan perkara yang profesional di
tengah masyarakat.

3) Dukungan pemerintah dan DPR agar supaya Polri


selalu meningkatkan profesionalisme melalui
pendidikan dan peningkatan kemampuan personil
secara rutin dan intensif.

4) Meningkatkan partisipasi dan kesadaran dalam


memberikan informasi terjadinya kasus yang
meresahkan masyarakat

b. Ancaman
21

1) Semakin banyaknya laporan pengaduan masyarakat


terhadap berbagai kasus-kasus / tindak pidana
Pembunuhan yang masuk ke SPK dan diteruskan ke
Ditkrimum Polda Sulsel sehingga membuat waktu,
pikiran, dan energi para Ditkrimum Polda Sulsel
dicurahkan pada pelayanan Ditkrimum Polda Sulsel
sehingga berakibat pada tiadanya waktu yang longgar
untuk melakukan peningkatan kemampuan Ditkrimum
Polda Sulsel .
2) Masih banyaknya komplain dan keluhan masyarakat
terhadap kualitas Penyidik dan Penyidik Pembantu
Ditkrimum Polda Sulsel yang dinilai kurang terampil
dalam melakukan pemeriksaan saksi dan tersangka
serta kurang cermatnya Penyidik Pembantu
Ditkrimum Polda Sulsel dalam menentukan kasus
pidana atau bukan dan kategori kasus ringan,
sedang, sulit, atau sangat sulit.
3) Mulai bermunculannya berbagai kasus hukum /
Tindak pidana Pembunuhan baru seperti tindak
pidana Pembunuhan cyber crime, tindak pidana
Pembunuhan money loundering, tindak pidana
Pembunuhan perbankan, tindak pidana Pembunuhan
perpajakan, dan lain-lain yang tentunya menuntut
kualitas penyidik dan Penyidik Pembantu Ditkrimum
Polda Sulsel yang kompeten dan professional.
4) Kendala yang mungkin dihadapi adalah masih
rendahnya partisipasi dalam memberikan informasi
terjadinya tindakan yang dapat meresahkan
masyarakat.

2. Faktor Internal
22

a. Kekuatan
1) UU No. 2 Tahun 2002 tentang Polri yang
merupakan payung / dasar / landasan hukum
dalam mengoptimalkan peningkatan
kemampuan terhadap Penyidik di Ditkrimum
Polda Sulsel
2) Kode etik profesi dan peraturan disiplin anggota
Polri yang menjadi rambu-rambu dan koridor
bagi setiap anggota, termasuk anggota
Ditkrimum Polda Sulsel dalam meningkatkan
kinerja organisasi yang professional.
3) Kebijakan pimpinan Polri melalui program quick
wins yang didalamnya terdapat program
transparansi pelayanan Ditkrimum Polda Sulsel
sehingga mendorong untuk dilakukan
peningkatan kemampuan intensif bagi
Ditkrimum Polda Sulsel dalam mendukung
proses penegakkan hukum.
4) Adanya suatu perubahan dari setiap individu
Ditkrimum Polda Sulsel dalam hal pola pikir
(mind set) dan budaya kerja (culture set) dalam
Revolusi Mental anggota Polri.
b. Kelemahan
1) Masih banyaknya personil Ditkrimum Polda
Sulsel yang belum mengikuti dikjur karena
kuota yang terbatas dan banyaknya waiting list
(daftar tunggu antrian) untuk mengikuti dikjur
sehingga mempengaruhi kualitas peningkatan
kemampuan Ditkrimum Polda Sulsel
2) Kurangnya sarana dan Prasarana, umumnya
pengadaan sarana dan prasarana yang dimiliki
23

oleh Ditkrimum Polda Sulsel berasal dari


swadaya. Kondisi ini jelas memungkinkan
terjadinya kolusi terhadap objek yang di periksa,
disamping itu sarana prasarana yang digunakan
masih bersifat standar.

B. Peraturan Hukum
Dalam penulisan Produk Karya Akhir Perorangan (Prokap) ini
yang digunakan sebagai landasan operasional dalam peningkatan
kinerja Subdit 3 Jatanras Ditreskrimum adalah
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang kepolisian
fungsi kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan
dibidangpemerliharan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, pelindung, pengayom dan pelayan kepada
masyarakat. Sedangkan lembaga kepolisian adalah organ
pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu lembaga dan
diberikan kewenangan menjalankan fungsinya berdasarkan
undang-undang.

C. Upaya pemecahan masalah


Upaya pemecahan masalah yang dapat dilakukan dalam
Peningkatan kinerja Subdit 3 Jatanras Ditreskrimum antara lain :
1. Peningkatan kondisi organisasi dari segi sumber daya
manusia baik secara kuantitas dan kualitas maupun
ketersediaan sarana dan prasarana dalam rangka
penanganan tindak pidana curanmor guna mewujudkan
penegakan hukum
a. Sumber daya yang dibutuhkan
Personel Unit Subdit 3 Jatanras Ditreskrimum yang
memiliki pendidikan pengembangan spesialisasi Reskrim
b. Stakeholder Internal yang dilibatkan
24

Kapolda, Dirreskrimum , Kasubbag SDM


c. Stakeholder Eksternal yang dilibatkan
Lembaga Pendidikan, pelatihan, penyedia sarana dan
prasarana.
d. Indikator Keberhasilan
1) Sumber daya manusia terpenuhi secara kuantitas
dan kualitas.
2) Sarana dan prasarana terpenuhi dalam rangka
mewujudkan penegakan hukum

e. Langkah Pelaksanaan Kegiatan / Cara Bertindak


1) Setiap Penyidik dan Penyidik Pembantu Ditkrimum
Polda Sulsel harus memiliki kompetensi yang
memadai baik dari aspek pengetahuan keterampilan
maupun sikap dan prilaku

2) Untuk menghindari adanya kecurigaan masyarakat


terhadap Polri dalam melakukan penanganan kasus
tindak pidana Pembunuhan maka ada beberapa hal
yang harus diperhatikan:

(a) Kejelasan, yaitu kejelasan sistem dan prosedur


tentang hak dan kewajiban dalam proses
penanganan kasus perkara yang sedang ditangani.
(b) Konsisten, adalah kekonsistenan para Penyidik dan
Penyidik Pembantu Ditkrimum Polda Sulsel dalam
menerapkan atau melaksanakan sistem dan
prosedur dalam penanganan kasus tindak pidana
Pembunuhan yang sedang ditangani sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
(c) Komitmen, dalam penanganan kasus tindak pidana
25

Pembunuhan harus dilaksanakan sejak


pengambilan keputusan sampai pelaksanaan
keputusan.
(d) Peningkatan kemampuan dan keterampilan Para
Penyidik dan Penyidik Pembantu Ditkrimum Polda
Sulsel didalam melakukan penanganan kasus
tindak pidana Pembunuhan agar dalam
pelaksanaan tugas lebih professional.
(e) Dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan SOP
(Standar operasional prosedur) transparansi
didalam melakukan penanganan kasus tindak
pidana Pembunuhan.
(f) Transparansi dalam penanganan kasus tindak
pidana Pembunuhan khusus dengan menunjukkan
kejelasan prosedur / mekanisme, tidak adanya
pungutan liar (pungli), dan tidak berbelit-belit.
3) Untuk meningkatkan dukungan sarana dan prasarana
langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
(a) Adanya perangkat komputer yang cukup
(b) Tersediannya ATK yang cukup
(c) Melakukan maintanance atau peremajaan pada
fasilitas sarana maupun prasarana yang sudah
tidak layak pakai
(d) Melakukan modernisasi pada peralatan yang sudah
ketinggalan zaman mengikuti kondisi yang
terupdate saat ini
(e) Tersedianya ruang tunggu terpisah dengan ruang
tempat pemeriksaan, saat ini ruang tunggu di
Ditkrimum Polda Sulsel masih bercampur dengan
ruang pemeriksaan sehingga apabila anggota
26

reskrim yang melakukan pemeriksaan merasa


kurang nyaman.

2. Upaya yang dilakukan untuk memecahkan masalah dalam


rangka penanganan tindak pidana curanmor guna
mewujudkan penegakan hukum.
a. Sumber daya yang dibutuhkan
Seluruh personel Unit Subdit 3 Jatanras Ditreskrimum
b. Stakeholder Internal yang dilibatkan
Kapolda, Dirreskrimum , Kasubit Jatanras
c. Stakeholder Eksternal yang dilibatkan
Instansi pemerintah, Kejaksaan dan masyarakat
d. Indikator Keberhasilan
Optimalnya pelaksanaan penanganan tindak pidana
curanmor guna mewujudkan penegakan hukum.
e. Langkah Pelaksanaan Kegiatan / Cara Bertindak
1) Memaksimalkan kinerja para Penyidik dan Penyidik
Pembantu Ditkrimum Polda Sulsel yang ada.

2) Memberi usulan kepada pimpinan untuk memberikan


pendidikan dasar atau lanjutan Ditkrimum guna
meningkatkan kemampuan para Penyidik dan
Penyidik Pembantu Ditkrimum Polda Sulsel .

3) Mengadakan pelatihan-pelatihan secara rutin yang


diadakan Ditreskrimum Polda Sulsel dalam rangka
peningkatan kemampuan

4) Pembinaan personil dititik beratkan pada peningkatan


profesionalisme Ditkrimum Polda Sulsel dan
penyelidik dalam penguasaan hukum dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, keterampilan
perorangan dan ilmu pengetahuan, melalui
27

pendidikan dan pelatihan, penataran serta pembinaan


mental kepribadian.

5) Perlu adanya penerapan reward and punishment


dalam rangka memberikan motivasi untuk
meningkatkan kemampuan para Penyidik dan
Penyidik Pembantu Ditkrimum Polda Sulsel dalam
rangka meningkatkan pelayanan secara profesional
dan bermartabat.

3. Langkah antisipasi terhadap risiko yang berdampak pada


kegagalan upaya memecahkan masalah dalam rangka
penanganan tindak pidana curanmor guna mewujudkan
penegakan hukum..
a. Sumber daya yang dibutuhkan
Personel Unit Subdit 3 Jatanras Ditreskrimum
Polresta Jambi.
b. Stakeholder Internal yang dilibatkan
Kapoldata, Dirreskrimum dan Siwas
c. Stakeholder Eksternal yang dilibatkan
Pemda, LSM dan masyarakat.
d. Indikator Keberhasilan
Risiko yang berdampak pada kegagalan upaya
memecahkan masalah dalam penanganan tindak
pidana curanmor guna mewujudkan penegakan
hukum dapat teratasi.
e. Langkah Pelaksanaan Kegiatan / Cara Bertindak
Peningkatan kinerja Subdit 3 Jatanras Ditreskrimum
diharapkan akan efektif dengan penerapan sistem dan
metoda sebagai berikut :
28

1) Bidang Perencanaan
(a) Membuat rencana kerja belum disusun dengan
baik, sehingga dalam pengungkapan kasus dapat
dikerjakan dengan terstruktur dan sistematis

(b) Membuat Perencanaan Pelaksanaan fungsi dan


peranan reskrim bagi penyidik dan penyidik
pembantu sesuai peraturan pemerintah yang
telah ditetapkan

(c) Menindaklanjuti laporan dari masyarakat di


analisis secara lengkap sehingga tidak terjadi
kesalahan membaca situasi

2) Bidang Pengorganisasian
(a) Membuat semacam juklak / juknis / jukmin atau
SOP yang mengatur tentang bagaimana
pelatihan reserse bagi penyidik dan penyidik
pembantu Ditkrimum, kapan pelatihan reserse
harus dilakukan secara rutin, dan bagaimana
evaluasi keterampilan penyidikan pada setiap
Penyidik dan penyidik pembantu
(b) Membuat semacam juklak / juknis / jukmin atau
SOP yang mengatur lebih rinci terkait
pelaksanaan penyelidikan di Ditkrimum Polda
Sulsel
(c) Pelatihan terhadap penyidik maupun penyidik
pembantu hanya sebatas pengarahan dan
pembekalan tentang berbagai pengetahuan
tentang fungsi teknis reskrim yang dilakukan
secara singkat, abstrak, dan kurang aplikatif
29

karena tiadanya simulasi/gladi penanganan


kasus, misalnya simulasi gelar perkara, dll

3) Bidang Pelaksanaan Tugas


(a) Tugas pokok fungsi dan peranan tidak dibebani
dengan kegiatan lain sehingga pelaksanaan
tugas bisa terus menerus.
(b) Melaksanakan Tugas sesuai peraturan yang
ditetapkan, tidak terpengaruh intervensi dari pihak
manapun
(c) Terhadap tersangka tindak pidana pembunuhan
yang melibatkan orang asing ditangani serendah-
rendahnya oleh satuan tingkat Polda dan segera
melaporkan kepada Interpol Polri dan
berkordinasi dengan Bareskrim Polri

4) Bidang Pengawasan dan Pengendalian


(a) Pengawasan dilaksanakan secara berkala oleh
Pimpinan terhadap anggota, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
(b) Meningkatkan pengawasan berjenjang terhadap
kegiatan penyeledikan dilapangan dan meminta
cover lidik terhadap penyelidik dilapangan,
sehingga terdapat informasi yang masuk kepada
pimpinan
(c) Kasubdit melakukan evaluasi rutin kepada setiap
penyidik maupun penyidik pembantu sebelum
dan setelah mereka melakukan pelatihan untuk
diketahui bagaimana perkembangan dan
kemajuannya di bidang Penyelidikan
30

D Manajemen Resiko
1. Mitigasi Risiko
Identifikasi risiko yang muncul yang dapat
mengganggu atau menggagalkan upaya pemecahan
masalah. Risiko dapat berasal dari faktor kebijakan,
teknologi maupun kondisi sumber daya organisasi antara lain
:
a. Kebijakan pemenuhan kondisi organisasi dari segi
sumber daya manusia baik secara kuantitas dan
kualitas maupun ketersediaan sarana dan prasarana
dalam rangka penanganan tindak pidana curanmor
guna mewujudkan penegakan hukum tidak terpenuhi.
b. Upaya yang dilakukan untuk memecahkan masalah
dalam rangka penanganan tindak pidana curanmor
guna mewujudkan penegakan hukum tidak terlaksana
dengan baik.
c. Tidak berhasilnya pelaksanaan langkah antisipasi
terhadap risiko yang berdampak pada kegagalan
upaya memecahkan masalah dalam rangka
penanganan tindak pidana curanmor guna
mewujudkan penegakan hukum.

2. Langkah Antisipasi Risiko


a. Adanya tindakan cepat atau dikenal dengan istilah quick
respon terhadap semua laporan masyarakat
b. Penanganan laporan yang masuk hendaknya memberikan
SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil
Penyelidikan) sebagai wujud respon atas laporan dan
31

hasil yang telah diapai sementara pada tahap penyidikan


Ditkrimum Polda Sulsel .
c. Tidak bersifat arogan dan senantiasa menghormati Hak
Azasi Manusia yang diperiksa baik saksi mauoun
tersangka guna menghindari complain
d. Berprilaku sopan, ramah tamah dan berpenampilan rapih
e. Bersikap komunikatif, transparan dalam setiap
perkembangan penyidikan serta tidak memberikan janji
untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu hal yang
berkaitan dengan proses penyidikan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Salah satu upaya Optimalisasi Penanganan tindak pidana
curanmor guna mewujudkan penegakan hukumRangka
Percepatan Penyelesaian Perkara adalah dengan merapihkan
sumber daya manusia sesuai kebutuhan, melengkapi sarana
dan prasarana dan anggaran yang cukup guna mendukung
pelaksanaan Ditkrimum Polda Sulsel dan penyelidikan lebih
baik. Selain itu pula melakukan koordinasi dengan instansi
terkait lainnya dalam mendukung pelaksanaan tugas
dilapangan dan mengajukan kepada pimpinan agar anggota
dapat mengikuti dikjur/dikbang reserse supaya setiap anggota
memahami terhadap kegiatan penyelidikan tindak pidana
32

khususnya tindak pidana pembunuhan. Lambannya / kurang


profesionalnya Ditkrimum Polda Sulsel tersebut disebabkan
cenderung masih menggunakan paradigma yang lama dan pola
prilaku anggota (Mind Set) serta budaya (Culture Set) yang
lama sehingga cenderung arogansi dan bersifat acuh tak acuh,
kurang peka / insebilitas serta kurang bertanggung jawab.
Sehingga hal tersebut menimbulkan rasa antipati masyarakat
terhadap organisasi Kepolisian.

b. Upaya Optimalisasi Penanganan tindak pidana curanmor guna


mewujudkan penegakan hukumRangka Percepatan
Penyelesaian Perkara dirasakan kurang maksimal hal ini
disebabkan karena keterbatasan sarana dan prasarana
diakibatkan oleh terdapatnya fasilitas yang mengalami
kerusakan dan sudah berada pada kondisi Tidak Layak Pakai.
Selain itu, dalam melakukan penyusunan tempat berkas-berkas
perkara yang masih dalam proses penyidikan dan ruang
tunggu, diperlukan dukungan sarana prasarana / peralatan
kantor masih kurang sehingga didalam pelaksanaan tugas
kurang optimal. Dalam melakukan peningkatan kemampuan
penanganan barang bukti, diperlukan ruang / gudang
penyimpanan (semacam rubbasan) barang bukti yang
representative. ruang penyimpanan barang bukti masih kurang
representative/kurang memadai.

c. Upaya Optimalisasi Penanganan tindak pidana curanmor guna


mewujudkan penegakan hukumRangka Percepatan
Penyelesaian Perkara secara sistem dan metode masih perlu
ditingkatkan. Sistem dan metode yang saat ini digunakan masih
belum maksimal dilihat dari sisi Perencanaan,
33

Pengorganisasian, Pelaksanaan, serta Pengawasan dan


Pengendalian. Sebaiknya dibuatkan SOP / Juklak / Juknis yang
lebih detail untuk pelaksanaan di lapangan terkait penanganan
kasus tindak pidana pembunuhan. Selain itu diharapkan proses
kegiatan Penyelidikan dilaksanakan sesuai aturan yang sudah
ditetapkan yaitu Perkaba No, 13 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Penyelidikan.
34

B Rekomendasi
Mengacu pada kesimpulan di atas, maka berikut ini ada
beberapa hal yang dapat direkomendasikan sebagai saran dan
masukan kepada pimpinan terkait Peningkatan kinerja Subdit 3
Jatanras Ditreskrimum yaitu
a. Perlu meningkatkan kemampuan para Penyidik dan Penyidik
pembantu Ditkrimum Polda Sulsel kiranya dilakukan pelatihan-
pelatihan khususnya dalam hal transparansi penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana Curanmor.

b. Perlunya mencukupi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh


Ditkrimum Polda Sulsel dalam melakukan tugas dilapangan

c. Segera dilakukan peningkatan personil baik secara proporsional


maupun profesional di jajaran Ditkrimum Polda Sulsel .

d. Menjadwalkan program pelatihan secara berkala dan


berkesinambungan kepada para penyidik dan Penyidik
Pembantu Ditkrimum Polda Sulsel terutama di bidang
penyidikan dan penyelidikan.

e. Memberikan sanksi kepada personel apabila melakukan


pelanggaran dan memberikan penghargaan kepada personel
yang berprestasi.
35

Anda mungkin juga menyukai