Arman Rahim
Arman Rahim
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Pokok-Pokok Persoalan
Pokok-pokok persoalan yang akan di uraikan dalam Produk karya Akhir
Perorangan (Prokap) ini diantaranya :
2. Tujuan
Tujuan penulisan Produk Karya Akhir Perorangan ini adalah
untuk memberikan saran dan masukan kepada pimpinan tentang
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam rangka membangun
Sumber Daya Manusia guna Meningkatkan Kemampuan Peran unit
peningkatan kinerja Subdit 3 Jatanras Ditreskrimum .
F. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dapat dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan dan
ditemukan pengetahuan, teori, untuk memahami, memecahkan,
dan mengantisipasi masalah dalam kehidupan manusia (Sugiyono:
2012).
Penulisan Produk Karya Akhir Perorangan ini mempergunakan
Metode riset campur sari (mixed methods) merupakan upaya
terencana, sistematis, terstruktur, dan terukur untuk memanfaatkan
5
a. Observasi (Pengamatan)
Teknik observasi artinya melakukan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis mengenai gejala yang tampak
pada objek penelitian. Observasi ini tergolong teknik
pengumpulan data yang paling mudah dilakukan dan
biasanya juga banyak digunakan untuk statistika survei,
misalnya meneliti sikap dan perilaku suatu kelompok
masyarakat. Dengan teknik observasi, peneliti biasanya
terjun ke lokasi yang bersangkutan untuk memutuskan alat
ukur yang tepat untuk digunakan.
b. Kuestioner (Kuesioner/Angket)
Teknik yang kedua adalah kuestioner atau kuesioner yang
artinya teknik pengumpulan suatu data dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan
kepada orang lain yang berperan sebagai responden agar
dapat menjawab pertanyaan dari peneliti. Meski terlihat
mudah, teknik ini cukup sulit dilakukan jika jumlah
respondennya besar dan tersebar di berbagai wilayah.
6
c. Interview (Wawancara)
Teknik wawancara atau interview ini dilakukan secara tatap
muka melalui tanya jawab antara peneliti atau pengumpul
data dengan responden atau narasumber atau sumber
data. Teknik pengumpulan suatu data dengan wawancara
biasanya dilakukan sebagai studi pendahuluan, karena
teknik ini tidak mungkin dilakukan jika respondennya dalam
jumlah besar.
d. Document (Dokumen)
Teknik pengumpulan data yang terakhir adalah dokumen
yang mana peneliti mengambil sumber penelitian atau objek
dari dokumen atau catatan dari peristiwa yang sudah
berlalu, baik dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya
monumental dari seseorang. Bisa diambil dari catatan
harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan, dan lain
sebagainya.
3. Sumber Data
Dalam Penulisan Produk Karya Akhir Perorangan ini, Untuk
mendapatkan informasi dan data yang lengkap, jelas, akurat, serta
valid mengenai objek yang diteliti, maka penulis mengumpulkan
sumber data dari Dir Polair Ditpolairud NTT.
G. Sistematika
7
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan tentang Latar Belakang, Permasalahan, Pokok-
pokok Persoalan, Ruang Lingkup, Maksud dan Tujuan,
Metodologi Penelitian, Tata Urut (Sistematika) dan
Pengertian-pengertian.
BAB IV : Penutup
Berisi kesimpulan dan rekomendasi
H. Pengertian-Pengertian
1. Peningkatan adalah suatu perbuatan untuk meningkatkan ke
tingkat lebih baik. Meningkatan adalah upaya untuk menambah
tingkat, derajat, kualitas ataupun kuantitas.
BAB II
KONDISI FAKTUAL
A. Gambaran Umum
1. Kondisi Geografis
2. Kondisi Demografis
3. Situasi Kamtibmas
hasil pengungkapan kasus selama tahun 2022. Dari 25.357
kasus kriminal umum terjadi di Sulsel, 10.422 perkara tidak
diselesaikan Polda, kasus kriminal umum pada tahun 2022
secara umum mengalami peningkatan dibandingkan 2021.
Pada tahun 2021, kasus kriminal umum terjadi di Sulsel
sebanyak 15.210 dan yang mampu diselesaikan 8.543.
dari 10 kategori kasus kriminal umum, yakni penganiayaan
ringan, pencurian biasa, pengeroyokan, penpuan dan
penggelapan. Selanjutnya, penghinaan, penggelapan fidusia,
pencurian dengan pemberatan (curat), pencurian kendaraan
bermotor, pengancaman atau pemerasan, dan perusakan.
B. Kondisi Organisasi
1. Kekuatan Personil Polresta
Dalam menyelenggarakan tugas, Ditreskrimum Polda Sulsel
memiliki personel yang fungsinya secara organisasi sudah
12
2 Pamen
3 Pama
4 Bintara
5 Tamtama
6 PNS
7
8
JUMLAH
c) Sikap
1) Kurang mampu mengantisipasi dan mengendalikan
situasi dilapangan apabila terjadi suatu peristiwa yang
melanggar hukum
2) Sering kali salah dalam memahami dan menerapkan
suatu tindakan yang harus dilakukan yang akhirnya
berakibat masyarakat menjadi kecewa dan timbulnya
complain.
3) Tingkat kesadaran dan keikhlasan serta disiplin sebagian
anggota dalam melaksanakan tugas masih kurang
sehingga dapat menghambat/menjadi kendala dalam
melakukan pelayanan kepada masyarakat.
TABEL
DAFTAR DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA
DITKRIMUM POLDA SULSEL
6 CELEBRITE 1 BAIK
7 XRY 1 BAIK
8 KENDARAAN R4 13 BAIK
9 KENDARAAN R2 10 4 TLP
10 CCTV 1 BAIK
13 LEMARI ES 2 BAIK
14 TV 10 5 TLP
15 UPS 1 BAIK
16 PC.UNIT 18 4 TLP
17 LAPTOP 15 2 TLP
18 PRINTER 18 4 TLP
19 SCANNER 2 BAIK
4. Anggaran
2. Bidang Pengorganisasian
SOP yang dimiliki oleh Ditkrimum Polda Sulsel saat ini
memerlukan pembaharuan karena tindak pidana curanmor kini
telah mengalami peningkatan intensitas dan kualitas, sehingga
pelaku kini lebih modern dalam modus operandi nya
Belum ada semacam juklak / juknis / jukmin atau SOP yang
mengatur tentang bagaimana pelatihan reserse bagi penyidik
dan penyidik pembantu Ditkrimum, kapan pelatihan reserse
17
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
A. Analisis SWOT
Berdasarkan penjelasan Setyo Riyanto secara umum analisa
SWOT didefinisikan sebagai “suatu alat yang dapat digunakan
secara luas untuk mengorganisasikan dan memanfaatkan tiap-tiap
potongan data informasi yang dikumpulkan berdasarkan analisa
situasi”. Dalam buku “Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus
Bisnis” karya Freddy Rangkuti. Teori SWOT yang merupakan
sebuah konsepsi yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai
faktor secara sistematis guna merumuskan strategi analisa ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strength) dan kelemahan (weakness) serta peluang (opportunity)
dan ancaman (threats) secara sistematis;
Dimana kondisi tersebut terjadi turut disebabkan karena
adanya pengaruh-pengaruh baik dari lingkungan internal maupun
20
eksternal organisasi. Oleh karena itu, dalam bab ini, penulis akan
menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi dengan
menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity,
Threat) yaitu identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenght) dan peluang
(Weakness) namun bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Opportunity) dan ancaman (Threat).
1. Faktor Eksternal
a. Peluang
1) Adanya UU No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP yang
merupakan pedoman teknis dalam mengoptimalkan
peningkatan profesionalisme dan kemampuan
terhadap penyidik Dirkrimum
b. Ancaman
21
2. Faktor Internal
22
a. Kekuatan
1) UU No. 2 Tahun 2002 tentang Polri yang
merupakan payung / dasar / landasan hukum
dalam mengoptimalkan peningkatan
kemampuan terhadap Penyidik di Ditkrimum
Polda Sulsel
2) Kode etik profesi dan peraturan disiplin anggota
Polri yang menjadi rambu-rambu dan koridor
bagi setiap anggota, termasuk anggota
Ditkrimum Polda Sulsel dalam meningkatkan
kinerja organisasi yang professional.
3) Kebijakan pimpinan Polri melalui program quick
wins yang didalamnya terdapat program
transparansi pelayanan Ditkrimum Polda Sulsel
sehingga mendorong untuk dilakukan
peningkatan kemampuan intensif bagi
Ditkrimum Polda Sulsel dalam mendukung
proses penegakkan hukum.
4) Adanya suatu perubahan dari setiap individu
Ditkrimum Polda Sulsel dalam hal pola pikir
(mind set) dan budaya kerja (culture set) dalam
Revolusi Mental anggota Polri.
b. Kelemahan
1) Masih banyaknya personil Ditkrimum Polda
Sulsel yang belum mengikuti dikjur karena
kuota yang terbatas dan banyaknya waiting list
(daftar tunggu antrian) untuk mengikuti dikjur
sehingga mempengaruhi kualitas peningkatan
kemampuan Ditkrimum Polda Sulsel
2) Kurangnya sarana dan Prasarana, umumnya
pengadaan sarana dan prasarana yang dimiliki
23
B. Peraturan Hukum
Dalam penulisan Produk Karya Akhir Perorangan (Prokap) ini
yang digunakan sebagai landasan operasional dalam peningkatan
kinerja Subdit 3 Jatanras Ditreskrimum adalah
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang kepolisian
fungsi kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan
dibidangpemerliharan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, pelindung, pengayom dan pelayan kepada
masyarakat. Sedangkan lembaga kepolisian adalah organ
pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu lembaga dan
diberikan kewenangan menjalankan fungsinya berdasarkan
undang-undang.
1) Bidang Perencanaan
(a) Membuat rencana kerja belum disusun dengan
baik, sehingga dalam pengungkapan kasus dapat
dikerjakan dengan terstruktur dan sistematis
2) Bidang Pengorganisasian
(a) Membuat semacam juklak / juknis / jukmin atau
SOP yang mengatur tentang bagaimana
pelatihan reserse bagi penyidik dan penyidik
pembantu Ditkrimum, kapan pelatihan reserse
harus dilakukan secara rutin, dan bagaimana
evaluasi keterampilan penyidikan pada setiap
Penyidik dan penyidik pembantu
(b) Membuat semacam juklak / juknis / jukmin atau
SOP yang mengatur lebih rinci terkait
pelaksanaan penyelidikan di Ditkrimum Polda
Sulsel
(c) Pelatihan terhadap penyidik maupun penyidik
pembantu hanya sebatas pengarahan dan
pembekalan tentang berbagai pengetahuan
tentang fungsi teknis reskrim yang dilakukan
secara singkat, abstrak, dan kurang aplikatif
29
D Manajemen Resiko
1. Mitigasi Risiko
Identifikasi risiko yang muncul yang dapat
mengganggu atau menggagalkan upaya pemecahan
masalah. Risiko dapat berasal dari faktor kebijakan,
teknologi maupun kondisi sumber daya organisasi antara lain
:
a. Kebijakan pemenuhan kondisi organisasi dari segi
sumber daya manusia baik secara kuantitas dan
kualitas maupun ketersediaan sarana dan prasarana
dalam rangka penanganan tindak pidana curanmor
guna mewujudkan penegakan hukum tidak terpenuhi.
b. Upaya yang dilakukan untuk memecahkan masalah
dalam rangka penanganan tindak pidana curanmor
guna mewujudkan penegakan hukum tidak terlaksana
dengan baik.
c. Tidak berhasilnya pelaksanaan langkah antisipasi
terhadap risiko yang berdampak pada kegagalan
upaya memecahkan masalah dalam rangka
penanganan tindak pidana curanmor guna
mewujudkan penegakan hukum.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Salah satu upaya Optimalisasi Penanganan tindak pidana
curanmor guna mewujudkan penegakan hukumRangka
Percepatan Penyelesaian Perkara adalah dengan merapihkan
sumber daya manusia sesuai kebutuhan, melengkapi sarana
dan prasarana dan anggaran yang cukup guna mendukung
pelaksanaan Ditkrimum Polda Sulsel dan penyelidikan lebih
baik. Selain itu pula melakukan koordinasi dengan instansi
terkait lainnya dalam mendukung pelaksanaan tugas
dilapangan dan mengajukan kepada pimpinan agar anggota
dapat mengikuti dikjur/dikbang reserse supaya setiap anggota
memahami terhadap kegiatan penyelidikan tindak pidana
32
B Rekomendasi
Mengacu pada kesimpulan di atas, maka berikut ini ada
beberapa hal yang dapat direkomendasikan sebagai saran dan
masukan kepada pimpinan terkait Peningkatan kinerja Subdit 3
Jatanras Ditreskrimum yaitu
a. Perlu meningkatkan kemampuan para Penyidik dan Penyidik
pembantu Ditkrimum Polda Sulsel kiranya dilakukan pelatihan-
pelatihan khususnya dalam hal transparansi penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana Curanmor.