PEDOMAN PELAYANAN IRJ Fiks

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT JALAN

KABUPATEN MUSI RAWAS


RSUD MUARA BELITI

RSUD MUARA BELITI


KABUPATEN MUSI RAWAS
PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

2
Pelayanan rumah sakit daerah sekarang tidak terlepas dari
perkembangan ekonomi masyarakat.Hal ini tercermin pada perubahan
fungsi klasik Rumah Sakit yang pada awalnya hanya memberikan
pelayanan yang bersifat penyembuhan saja kepada pasien melalui
rawat inap dan rawat jalan bergeser ke pelayanan yang lebih
komprehensif, meliputi pelayanan dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Dimana tindakan serta pelayanan tersebut biasanya tidak memerlukan
tindakan Rawat Inap, sehingga bias dilaksanakan melalui rawat jalan.

Merujuk pasal 2 ayat (4) butir b Peraturan Pemerintah Nomor


25 Tahun 2000 yang kemudian diperbarui dengan Undang-undang
nomor 32 tahun 2004 memberikan kewenangan kepada pemerintah
pusat untuk menetapkan pedoman standar pelayanan minimal wajib
yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten / kotamadya dimana
didalamnya terdapat 54 indikator dengan jenis pelayanan dan indicator
kinerja beserta target yang harus dipenuhi oleh kabupaten/ kotamadya
tahun 2010. Kepmenkes ini juga diperjelas dengan menerbitkan
petunjuk teknis melalui Kepmenkes No. 228/2003.Pedoman
penyusunan standar pelayanan minimal RS yaitu standar
penyelenggaraan pelayanan, manajemen rumah sakit, pelayanan
medis, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat
inap maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh
rumah sakit.

Untuk itu diperlukan pembentukan Instalasi Rawat Jalan di


RSUD Muara Beliti dan dalam pelaksanaannya perlu dibuat Pedoman
Pelayanan Instalasi Rawat Jalan ini sebagai rujukan didalam pelayanan
Rawat Jalan sesuai dengan standar dan mutu yang ingin dicapai oleh
rumah sakit.

2. TUJUAN
1. Menetapkan berbagai ketentuan yang berkaitan dengan kualitas
pelayanan terhadap pasien tanpa memandang agama, ras, jenis
kelamin, suku, kebangsaan dan golongan.
2. Meningkatkan profesionalisme staf IRJ di RSUD Muara Beliti yang
meliputi perilaku dan kompetensi seluruh staf.

3
3. Saran bagi bidang pelayanan dan Direktur RSUD Muara Beliti untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang terkait dengan pelayanan,
baik untuk staf maupun pasien.
4. Menyusun dan menetapkan standar pelayanan medis untuk setiap
jenis disiplin ilmu kedokteran sesuai dengan kondisi dan situasi
rumah sakit.

3. RUANG LINGKUP PELAYANAN

Ruang lingkup pelayanan Instalasi rawat jalan adalah semua


pasien yang membutuhkan pelayanan medis kepada seorang pasien
untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan
pelayanan kesehatan lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut
dirawat inap.

Pedoman pelayanan Instalasi Rawat Jalan di RSUD Muara


Beliti diperuntukkan bagi seluruh unit kerja yang terkait dengan
pelayanan Instalasi Rawat Jalan, yaitu:
1. Instalasi Laboratorium
2. Instalasi Rekam Medis
3. Instalasi Farmasi
4. Instalasi Rawat Inap
5. Instalasi Gawat Darurat
6. Instalasi Sistem Informasi dan Manajemen Rumah Sakit

4. BATASAN OPERASIONAL
a. IRJ melayani pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan
meliputi pengamatan, penegakan diagnostic, pengobatan,
rehabilitasi dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa mengharuskan
pasien tersebut dirawat inap.
b. Penanganan pasien yang membutuhkan tindakan rawat inap dapat
langsung dilakukan dari Instalasi Rawat Jalan ke Instalasi rawat
Inap.
c. Rujukan adalah menyelenggarakan pelayanan rujukan (baik
menerima maupun merujuk).

5. LANDASAN HUKUM

4
1. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
2. Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah.
3. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan nomor: 436/MENKES/SK/IV/1993
tentang berlakunya standar pelayanan rumah sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
6. Keputusn Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2001
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Daerah.
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
daerah.
8. Keputusan Menteri Kesehatan No.1457/2003 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/kotamadya.
9. Keputusan Menteri Kesehatan No.228/2003 tentang pedoman
penyusunan standar pelayanan minimal Rumah Sakit.

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

1. KUALIFIKASI SDM

5
 Dokter Spesialis : 1 Orang dimasing-masing poliklinik setiap
harinya.
 Dokter Umum : 7 Orang
 Perawat : 28 Orang
 Bidan : 37 Orang

2. STANDAR KETENAGAAN
 Kepala Instalasi Rawat Jalan
Kepala Instalasi Rawat Jalan RSUD Muara Beliti adalah seorang
dokter umum.
 Kepala Ruangan Rawat Jalan
Kepala Ruangan Rawat jalan adalah seorang perawat yang telah
memenuhi kualifikasi untuk menjadi Kepala Ruangan.
 Dokter Spesialis
Dokter Spesialis melayani pasien dimasing-masing poliklinik sesuai
dengan bidangnya masing-masing.
 Perawat/Bidan Pelaksana
Adalah tenaga paramedic yang telah dididik yang bertanggung
jawab untuk menjalankan tugas dan asisten dokter dimasing-masing
Poliklinik.

3. DISTRIBUSI KETENAGAAN
 Tenaga Dokter Spesialis :1 orang dimasing-masing poliklinik
setiap harinya.
 Perawat/Bidan :8 orang dibagi dimasing-masing
Poliklinik.

4. PENGATURAN JADWAL PELAYANAN


Jadwal kerja diatur sesuai jadwal yang ditetapkan untuk dokter
spesialis, perawat/bidan, bekerja setiap hari kecuali hari Minggu dan
hari libur.
BAB III

STANDAR FASILITAS

6
Fasilitas yang cukup harus tersedia bagi staf medis dan pasien
sehingga dapat tercapai tujuan dan fungsi pelayanan rawat jalan yang
optimal:
1. Letak poliklinik berdekatan dengan jalan utama, mudah dicapai dari
bagian administrasi terutama oleh bagian rekam medis, berhubungan
dekat dengan apotek, bagian radiologi dan laboratorium.
2. Ruang tunggu poliklinik harus cukup luas dan nyaman bagi pasien.
3. Sistem sirkulasi pasien dilakukan dengan satu pintu (sirkulasi masuk
dan keluar pasien dengan pintu yang sama).
4. Poli-poli ramai sebaiknya tidak saling berdekatan.
5. Sirkulasi petugas dan sirkulasi pasien dipisahkan.
6. Pada tiap ruangan harus ada wastafel (air mengalir).
7. Letak poli harus jauh dari ruang incinerator, IPAL, dan bengkel ME.
8. Usahakan waktu tunggu dari pengunjung dapat dikurangi semaksimal
mungkin melalui pengaturan dari arus dan jumlah pengunjung dikaitkan
dengan kapasitas pelayanan yang ada.

BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

7
Dalam manajemen Rawat Jalan, Schultz (1976) menganalisa proses
yang dijalani pasien meliputi:
1. Pasien diterima (petugas penerima-pasien)
2. Diagnosis ditegakkan (dokter-lab-penunjang)
3. Menerima obat (dokter-apoteker)
4. Merasakan hasil pengobatan (pasien)
5. Berhenti berobat karena sembuh, pengobatan dilanjutkan atau
rediagnosis (pasien-dokter)

Dari analisa oleh Schultz, maka urutan proses pelayanan pasien


adalah sebagai berikut:
1. Registrasi pasien
2. Menunggu pelayanan
3. Pemeriksaan pasien
4. Pengobatan
5. Penyuluhan pasien dan keluarga
6. Sistem perjanjian dan penjadwalan kunjungan
7. System pembayaran jasa
8. Pelayanan informasi

ALUR PELAYANAN RAWAT JALAN RSUD MUARA BELITI

PASIEN TIBA

INFORMASI

8
LOKET KARCIS

BAGIAN PENDAFTARAN

PASIEN BARU PASIEN LAMA

MENGISI IDENTITAS
MEMPEROLEH KARTU BEROBAT

PASIEN MENUNGGU DI DEPAN

POLIKLINIK YANG DITUJU

MENDAPAT PELAYANAN DOKTER

SELESAI PELAYANAN DOKTER

PASIEN PULANG PELAYANAN APOTIK RAWAT INAP

PENUNJANG

BAB V

LOGISTIK

9
Rumah sakit khususnya Instalasi Rawat Jalan harus memenuhi
persyaratan teknis sarana dan prasarana yang menunjang pelayanan
kesehatan secara paripurna.Keseluruhan persyaratan tersebut harus
direncanakan sesuai dengan standar dan kaidah-kaidah yanmg berlaku.

Adapun secara umum yang dimaksud dengan sarana adalah segala


sesuatu hal yang menyangkut fisik gedung/ bangunan serta
ruangan.Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang membuat sarana
tersebut dapat berfungsi seperti pengadaan air bersih, listrik, instalasi air
limbah, dan lain-lain.

Adapun logistik adalah pengadaan, perawatan, distribusi, dan


penyediaan segala sesuatu hal yang menyangkut sarana, prasarana maupun
alat (baik alat medic maupun alat non medic) yang dibutuhkan oleh rumah
sakit dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pasien.

Sarana meliputi segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualiasai


mata maupun oleh panca indra dan dengan mudah dapat dikenali oloeh
pasien dan (umumnya) merupakan bagian dari suatu gedung ataupun
bangunan gedung itu sendiri, sedangkan prasarana meliputi benda maupun
jaringan / instalasi yang membuat suatu sarana yang ada bias berfungsi
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Berikut Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruang serta


Kebutuhan Logistik pada Instalasi Rawat Jalan.
1. Ruang poliklinik yang mendukung untuk pelayanan
2. Ruang tunggu pasien yang nyaman dan cukup luas untuk menampung
semua pasien
3. Akses jalan yang memudahkan pasien untuk mengakses pelayanan poli,
pendaftaran dan apotik.

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

10
Keselamatan pasien Instalasi Rawat Jalan adalah suatu system
dimana Instalasi Rawat Jalan membuat asuhan pasien lebih aman yang
meliputi assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari residen dan tindak lanjutna serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulna resiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Insiden keselamatan pasien selanjutnya disebut insiden adalah setiap


kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri
dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak
Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.

Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden


yang mengakibatkan cedera pada pasien. Kejadian Nyaris Cedera,
selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat dengan
KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak ada timbul
cedera. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat dengan KPC adalah
kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum
terjadi insiden. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang serius. Pelaporan insiden keselamatan pasien
yang selanjutnya disebut pelaporan insiden adalah suatu sistem untuk
mendokumentasikan lapiran insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi
untuk pembelajaran.

Instalasi rataw Jalan menerapkan Standar Keselamatan Pasien.


Standar Keselamatan Pasien meliputi:
a. Mendidik pasien dan keluarga
b. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan.
c. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
d. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
e. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

11
f. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untukmencapai keselamatan
pasien.

Setiap rumah sakit (Instalasi Rawat Jalan) wajib mengupayakan


pemenuhan Keselamatan Pasien. Sasaran Keselamatan Pasien meliputi
tercapainya hal-hal sebagai berikut:
a. Ketepatan identifikasi pasien;
b. Peningkatan komunikasi efektif;
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;
e. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;
f. Pengurangan pasien resiko jatuh.

Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, Instalasi


rawat Jalan melaksanakan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.

Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit


a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
b. Memimpin dan mendukung staf;
c. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko;
d. Mengembangkan sistem pelaporan;
e. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien; dan
g. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatana pasien.

PELAPORAN INSIDEN, ANALISIS DAN SOLUSI

a. Sistem pelaporan insiden dilakukan di internal rumah sakit


b. Sistem pelaporan dengan monitoring evaluasi instalasi gawat darurat
dilakukan setiap hari dan dilaporkan setiap bulan kepada komite mutu
Rumah sakit

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang


perlu ditanganisegera di Rumah sakit Instalasi Rawat Jalan) di Indonesia
maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit (Instalasi Rawat
jalan) yang merupakan acuan bagi petugas dan pihak lain yang terkait di
Instalasi rawat Jalan untuk melaksanakan kegiatannya. Standar Keselamatan

12
Pasien wajib diterapkan dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan
Instrumen Akreditasi Rumah Sakit. Keselamatan pasien

dilaksanakan melalui penerapan 7 standar dan 7 langkah menuju


keselamatan pasien, yaitu:

Standar Keselamatan Pasien, meliputi:

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci untuk mencapai keselamatan pasien.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

13
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan alat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja
adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan, karena peristiwa tersebut
tidak terdapat unsur kesengajaan dalam bentuk perencanaan dan tidak diharapkan
karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material maupun penderitaan dari
yang paling ringan sampai kepada yang paling berat.Penyakit akibat kerja adalah
penyakit yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan yang mengandung paparan /
kontaminasi pada fasilitas penunjang pekerjaan.
Pelaksanaan keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang pada akhirmya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja. Keselamatan kerja bagi pegawai diupayakan melalui kegiatan-kegiatan
seperti:
1. Pemantauan lingkungan kerja pegawai secara rutin.
2. Penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan Pra Pekerjaan terhadap semua
calon pegawai.
3. Penyelenggaraan pemeriksaan Kesehatan berkala sesuai ketentuan.
4. Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus.
5. Ditetapkannya tempat-tempat yang dianggap beresiko di lingkungan rumah
sakit.
6. Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai rumah sakit wajib
menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Memberikan kesempatan bagi pegawai untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampiln dalam bidang K3.

Rumah Sakit harusnya menyediakan fasilitas untuk menangani limbah


seperti IPAL untuk limbah cair dan pengelolaan limbah medis dan non medis yang
dikelola oleh pihak kedua (dari luar rumah sakit).Rumah Sakit wajib menyediakan
fasilitas sanitasi.Disediakan fasilitas perlengkapan keamanan pasien yang selalu
terpelihara baik dengan adanya pengecekan dan perbaikan sesuai jadwal yang
ditetapkan.

1. Keselamatan (Safety) dan Keamanan (Securuty)

Konstruksi Instalasi Rawat Jalan (IRJ) harus tidak membahayakan


keselamatan pasien, karyawan, dan masyarakat umum yang tinggal
disekitarnya.Bangunan tersebut hendaknya tahan terhadap beban dan
elemen yang mungkin terjadi.
a. Pintu hendaknya terbatas pada tipe-tipe berikut: pintu yang mengarah ke
luar bangunan, tangga di dalam ruangan, ramp dan tangga luar.

14
b. Minimum tersedia dua buah pintu keluar yang berjauhan satu sama lain
pada setiap gedung dan ada tanda untuk keluar apabila dalam keadaan
darurat (exit gate)
c. Pintu keluar langsung berhubungan dengan tempat terbuka di luar
bangunan.

Seluruh bangunan dan ruangan Instalasi Rawat Jalan mempunyai


sistem pemadam kebakaran yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Terdapat alat deteksi kebakaran seperti alarm kebakaran di dinding atau
detector asap pada langit-langit. Terdapat alat pemadam kebakaran, seperti
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang mudah dilihat dan dicapai pada
lokasi strategis.

Instalasi rawat Jalan atau Rumah Sakit secara umum menjamin


keamanan (security) semua orang yang berada di Instalasi Rawat Jalan atau
Rumah Sakit dan termasuk property yang ada.

2. Bencana Kebakaran

Ancaman bencana kebakaran adalah suatu kondisi yang tidak biasa


diprediksikan, sehingga untuk mengamankan keadaan ketika kondisi tersebut
terjadi maka telah disepakati titik tumpul di RSUD Muara Beliti.Titik tumpul
adalah area yang disepakati oleh manajemen rumah sakit untuk menjadi
tempat dimana semua petugas berkumpul ketika ada bencana misalnya
kebakaran. Penetapan titik tumpul di RSUD Muara Beliti adalah:
1. Di depan Instalasi Gawat Darurat
2. Di samping kamar jenazah
3. Di halaman depan ruang administrasi/perkantoran.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

15
Instalasi Rawat Jalan mempunyai program peningkatan mutu internal dan
eksternal untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan bagi
pasien.

Program peningkatan mutu internal dapat dilakukan dengan metode dan teknik
yang dipilih oleh setiap rumah sakit, misalnya berbasis review dokumen rekam medis, audit
medis, patient safety, observasi kinerja klinis atau wawancara/kuesioner dengan staf dan
pelanggan.

Evaluasi mutu penanggulangan pasien rawat jalan harus komprehensif dan


berjalan terus.Kasus-kasus yang menyinggung/aneh/jarang dicatat dibicarakan untuk
mencari jalan keluar.Pertemuan staf dilakukan minimal 1 kali dalam sebulan yang berguna
untuk mencari kelemahan Instalasi Rawat Jalan dan menemukan jalan keluarnya.Membuat
kesepakatan dan menyebarluaskan hasil pertemuan pada semua staf sebagai upaya
perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan.
1. Ada upaya secara terus-menerus menilai kemampuan dan hasil pelayanan Instalasi
Rawat Jalan
Ada data dan informasi mengenai
- Jumlah kunjungan
- Kecepatan pelayanan (respon time)
- Pola penyakit/kecelakaan
- Pencapaian standar pelayanan minimal
2. Evaluasi terhadap kasus-kasus tertentu sedikitnya satu kali dalam setahun.
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia berupa asesmen kompetensi dan program
pendidikan dan pelatihan berkesinambungan.

BAB IX

PENUTUP

16
Dengan meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
tingkat ekonomi masyarakat, maka Instalasi Rawat Jalan dituntut untuk memberikan
pelayanan dengan mutu optimal, terutama dengan masuknya investasi dan tenaga
asing dalam rangka globalisasi.

Hal tersebut akan memacu timbulnya persaingan yang cenderung meningkat


dan pemasaran pelayanan rumah sakit (Instalasi Rawat Jalan) local akan tertinggal
bila tidak segera diantisipasi dengan peningkatan mutu yang kompetitif.

Dengan buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Instalasi Rawat jalan


diharapkan dapat dijadikan pedoman dan acuan bagi bsetiap petugas atau
karyawan Instalasi Rawat Jalan di RSUD Muara Beliti dalam upaya peningkatan
pelayanan kesehatan.

17

Anda mungkin juga menyukai