Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN PENERIMAAN PASIEN GAWAT DARURAT

RSUD MUARA BELITI


KABUPATEN MUSI RAWAS

RSUD MUARA BELITI


KABUPATEN MUSI RAWAS
PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i


Daftar Isi ...................................................................................................... ii
BAB I. Pendahuluan .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan Pedoman ................................................................................... 1
1.3. Ruang Lingkup...................................................................................... 1
1.4. Batasan Operasional.............................................................................. 2
1.5. Landasan Hukum .................................................................................. 3
BAB II. Standar Ketenagaan........................................................................ 4
2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ....................................................... 4
2.2. Distribusi Ketenagaan ........................................................................... 4
2.3. Pengaturan Jaga .................................................................................... 5
BAB III. Standar Fasilitas............................................................................ 7
3.3. Standar Fasilitas .................................................................................... 9
BAB IV. Tata Laksana Pelayanan ............................................................... 23
4.1. Pelayanan Pendaftaran Pasien............................................................... 23
4.2. Sistem Komunikasi ............................................................................... 23
4.3. Pelayanan Triase ................................................................................... 24
4.4. Transportasi Pasien ............................................................................... 26
4.5. Pelayanan False Emergency ................................................................. 27
4.6. Pelayanan Visum Et Repertum .............................................................. 27
4.7. Pelayanan Death On Arrival (DOA) ..................................................... 28
4.8. Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit...................................... 28
4.9. Sistem Rujukan ..................................................................................... 29
BAB V. Logistik .......................................................................................... 30
BAB VI. Keselamatan Pasien ...................................................................... 32
6.1. Pengertian ............................................................................................. 32
6.2. Tujuan ................................................................................................... 32

ii
6.3. Tata Laksana Keselamatan Pasien.............................................................32
BAB VII. Keselamatan Kerja...........................................................................34
Pengertian...................................................................................................................34
Tujuan 34
Tata Laksana Keselamatan Karyawan........................................................................34

BAB VIII. Penutup...........................................................................................37

iii
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG.
Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain
ditentukan oleh tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standar dan
terlaksananya sistem penangulangan gawat darurat, karena bilamana keadaan
tersebut memerlukan waktu tanggap (respon time) yang sangat terbatas.
Keadaan gawat darurat medik merupakan suatu peristiwa yang dapat
menimpa seseorang atau kelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat
membahayakan jiwa sehingga memerlukan tindakan yang cepat dan tepat agar
dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang
tidak perlu.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusunlah buku Pedoman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rsud Muara Beliti. Diharapkan dengan
tersusunnya buku ini dapat meningkatkan pelayanan gawat darurat, baik pra
rumah sakit maupun di dalam rumah sakit sesuai dengan standar yang ditentukan.

TUJUAN PEDOMAN.
Tujuan dari disusunnya buku Pedoman Pelayanan Pelayanan Instalasi
Gawat Darurat Rsud Muara Beliti ini adalah untuk menata Instalasi Gawat
Darurat Rsud Muara Beliti agar dapat meningkatkan kemampuan dan mutu
pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan, perubahan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan, dan
harapan masyarakat.

RUANG LINGKUP.
1. Pelayanan pendaftaran pasien
2. Informasi pelayanan gawat darurat
3. Pengaturan jaga
4. Pelayanan triase
5. Transportasi pasien

1
6. Sistem komunikasi
7. Pelayanan false emergency
8. Sistem rujukan

BATASAN OPERASIONAL.
- Informasi pelayanan gawat darurat adalah semua keterangan tentang
pelayanan yang tersedia di Instalasi Gawat Darurat.
- Bekerja paruh waktu adalah bahwa yang bersangkutan mempunyai tugas
pokok di tempat lain, di instalasi kerja di luar Instalasi Gawat Darurat.
- Bekerja purna waktu adalah bekerja secara penuh waktu di Instalasi
Gawat Darurat.
- Triase adalah sistem seleksi terhadap keluhan atau masalah penderita
dalam situasi sehari-hari dan seleksi terhadap penderita yang memerlukan
tindakan pertolongan pertama dalam kondisi kegawatdaruratan.
- Rujukan adalah pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan
diagnostik dan/atau terapi maupun pasien yang dikirim untuk alih rawat.
Untuk hal-hal lain dalam keadaan tertentu, pemeriksaan spesimen juga
dapat termasuk dalam ketentuan rujukan ini.
- Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama,
tidak mengancam nyawa (false emergency).
- Visum et repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang
dilihat/diperiksa berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk
kepentingan peradilan.
- DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien
sampai di IGD.
- Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem di mana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
- Keselamatan kerja merupakan suatu sistem di mana rumah sakit
membuat kerja/aktifitas karyawan lebih aman.

2
LANDASAN HUKUM.
Instalasi Gawat Darurat disuatu rumah sakit adalah merupakan bagian
yang harus terselenggara sesuai dengan :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
c. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
d. Surat Kepmenkes. RI No. 1045/Menkes/Per/ XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
f. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.


Tabel 2.1. Kualifikasi SDM Bagian Gawat Darurat Rsud Muara Beliti.

Kualifikasi Pengalaman
Nama Jabatan Pelatihan
Pendidikan Kerja
Kepala Instalasi Minimal Minimal BLS/PPGD/BTLS/
Gawat Darurat dokter umum 2 tahun ATLS/ACLS
Kepala Perawat Minimal
Instalasi Gawat Minimal BLS/PPGD/BTLS
D-3
Darurat 2 tahun
Keperawatan

Perawat Pelaksana D-3 - BLS/PPGD/BTLS


Keperawatn
Pekarya
SLTA - BLS
(Pembantu Perawat)

Tabel 2.2. Pola Ketenagaan Instalasi Gawat Darurat Rsud Muara Beliti.

No. Jenis Pendidikan Jumlah Tenaga


1. Dokter 7
2. S-1 Keperawatan 1
3. D-3 Keperawatan 7
4. Tamatan SLTA 3

DISTRIBUSI KETENAGAAN.
Ditribusi ketenagaan dilakukan sesuai dengan daftar dinas perawat per bulan.
Kebutuhan tenaga diperoleh berdasarkan perhitungan standar tenaga perawat
Rsud Muara Beliti yang telah dibuat. Instalasi Gawat Darurat dapat mengajukan
penambahan tenaga kepada bagian kepegawaian untuk selanjutnya
dikoordinasikan dengan Direktur dan Keuangan serta Bagian Sumber Daya
Manusia untuk pengadaan ketenagaannya.

4
PENGATURAN JAGA.
1. Dokter Konsulen
a. Dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi diatur
sesuai jadwal yang ditetapkan oleh kepegawaian setiap bulan
b. Bila dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi
oleh karena satu dan lain hal tidak bisa memenuhi jadwal jaga yang
ditetapkan harus memberitahukan terlebih dahulu
2. Dokter Jaga IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagai
berikut :
- Shift pagi : jam 07.00 WIB – 14.00 WIB
- Shift siang : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB
- Shift malam : jam 21.00 WIB – 07.00 WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal dokter jaga IGD disusun setiap bulan oleh Kepala IGD dengan
sepengetahuan Wakil Direktur Pelayanan dan diperbanyak untuk
didistribusikan pada minggu terakhir setiap bulan kepada setiap dokter
jaga IGD, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Rawat Inap, dan instalasi/ bagian lain yang terkait
c. Bila dokter jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala IGD
d. Jadwal jaga dokter terpasang di papan informasi IGD
3. Perawat/Pekarya
a. Pengaturan jadwal jaga perawat/pekarya IGD terbagi dalam 3 shift,
yaitu sebagai berikut :
- Shift pagi : jam 07.00 WIB – 14.00 WIB
- Shift siang : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB
- Shift malam : jam 21.00 WIB – 07.00 WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga perawat/pekarya IGD disusun setiap bulan oleh Kepala
ruangan

5
c. Bila perawat/pekarya IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang
sudah ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Perawat IGD
d. Jadwal jaga perawat/pekarya IGD terpasang di papan informasi IGD

6
7
R R. Dokter
.
Ruang
Bedah
Minor
R.Obat
Life Saving Ruang Tunggu Pasien

R.Ka

Toilet Dokter
Pendafta
8

ran
pasien
Toilet

R. Spool Perawat
Pekarya
Hock

Ruang
Ruang Ruang Ruang
Ruan Pertemuan
Observasi Tindak Tindakan
g IGD
an Non Non
Tindak

8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN.


Pasien datang ketempat penerimaan gawat darurat. Tempat pendaftaran
pasien sebelum jam 07.00-14.00 di loket 1 Poliklinik, sedangkan jam 14.00-07.00
pendaftaran pasien di IGD. Pasien ditolong terlebih dulu, baru kemudian
dilakukan penyelesaian administrasinya.
Setelah mendapat pelayanan yang cukup, ada beberapa kemungkinan dari
setiap pasien :
 Pasien boleh langsung pulang
 Pasien dirujuk/dikirm ke rumah sakit lain
 Pasien harus dirawat
1. Pasien yang sudah diseleksi dan membawa surat pengantar untuk
dirawat dapat langsung dibawa ke ruangan perawatan sambil menunggu
tempat tidur kosong dari ruang perawatan.
2. Jika pasien sudah sadar dan dapat diwawancarai, Petugas pendaftaran
mendatangi pasien/keluarga untuk mendapatkan identitas selengkapnya.
3. Bagian pendaftaran mengecek data identitas kebagian rekam medis
untuk mengetahui apakah pasien pernah dirawat/berobat ke rumah sakit.
4. Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka rekam medisnya segera
dikirim ke ruang perawatan yang bersangkutan dan tetap memakai
nomor yang dimilikinya.
5. Bagi pasien yang pernah dirawat/berobat ke rumah sakit maka diberikan
nomor rekam medis.
6. Petugas pendaftaran harus selalu memberitahukan ruang perawatan
sementara mengenai situasi tempat tidur di ruang perawatan.

SISTEM KOMUNIKASI.
Komunikasi sangat berperan penting dalam penaggulangan penderita
gawat darurat ”time saving is life limb saving”. Selain itu kondisi kegawat

9
daruratan yang mungkin terjadi sehari – hari atau bencana tertentu dapat
menimbulkan korban individu atau korban massal.
Komunikasi sebagai subsitem penunjang penaggulangan penderita gawat
darurat perlu untuk menjamin kelancaran dan kecepatan. Komunikasi Instalasi
Gawat Darurat Rsud Muara Beliti siap 24 jam.

PELAYANAN TRIASE.
Triase adalah sistem seleksi pasien untuk pengelompokkan korban dalam
menentukan tingkat kegawatan serta prioritas dan kecepatan penanganan serta
pemindahan. Pasien diseleksi berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya dengan
kategori :
1. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya serta anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat, misalnya penyakit kanker stadium lanjut.
3. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
4. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit, dll.
5. Kecelakaan
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkna cidera (fisik,
mental, sosial)
6. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.

10
7. Bencana
Peristiwa / rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,
kerugian, harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum, serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat serta pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Dalam pelaksanaan pelayanan di IGD diberlakukan kategori kasus
emergency dan false emergency. Dalam hal ini yang termasuk pasien
emergency adalah : kasus Prioritas 1 (P1) yaitu pasien gawat darurat,
prioritas 2 (P20 yaitu pasien gawat tidak darurat dan/atau pasien darurat
tidak gawat. Sedangkan yang termasuk pasien false emergency adalah
kasus Prioritas 3 (P3) yaitu pasien tidak gawat tidak darurat dan kasus
prioritas 0 (P0) yaitu pasien yang datang dalam keadaan sudah
meninggal dunia (death on arrival)
Kartu kode warna triase dapat digunakan sebagai cara pengklasifikasian
dalam triase setelah diperoleh informasi akurat tentang keadaan pasien.
Kartu warna yang digunakan adalah :
1. MERAH : Korban yang membutuhkan stabilisasi, misalnya :
 Syok oleh berbagai kausa
 Gangguan pernafasan
 Trauma kepala dengan pupil anisokor
 Perdarahan eksternal masif
 Gangguan jantung yang mengacam
 Luka bakar >50% atau luka bakar di daerah terbakar
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang resusitasi.
2. KUNING : Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi
perawatan dapat ditunda sementara, misalnya :
 Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan
jantung, trauma abdomen berat)
 Fraktur multiple
 Fraktur femur / pelvis

11
 Luka bakar luas
 Gangguan kesadaran / trauma kepala
 Korban dengan status tidak jelas
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang tindakan bedah.
3. HIJAU : Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan
atau pemberian pengobatan dapat ditunda, misalnya :
 Fraktur minor
 Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
Pasien dengan kecelakaan disalurkan ke ruang tindakan bedah.
4. HITAM : Korban yang telah meninggal dunia
Pasien yang meninggal dunia disalurkan ke kamar jenazah.

TRANSPORTASI PASIEN.
Transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan gawat
darurat. Melalui transportasi kita dapat membantu penanganan penderita gawat
darurat. Dalam memberikan pelayanan transpotasi kepada penderita gawat
darurat, perlu diperhatikan beberapa petujuk dibawah ini :
1. Persiapan alat
a. Ambulans
b. Kursi roda.
c. Brankard.
d. Alat – alat penunjang hidup yang diperlukan.
2. Cara kerja
a. Ketempat pemeriksaan x – ray, diantar minimal 1 orang perawat.
b. Ke ruang perawatan, diantar minimal oleh 1 orang perawat.
c. Ke ICU / Kamar Bedah. Bila ada masalah ABC (gangguan jalan
nafas dan sirkulasi), pasien diantar minimal 2 orang petugas
termasuk dokter dan ventilasi harus tetap diperthankan dalam
perjalanan.
d. Ke Rumah Sakit lain :
 Bila tidak ada masalah ABC, pasien boleh tidak diantar petugas
dan membawa surat rujukan.

12
 Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang perawat
dengan membawa surat rujukan dan memakai ambulans.

PELAYANAN FALSE EMERGENCY.


Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama,
tidak mengancam nyawa (false emergency). Langkah – langkah dalam
memberikan pelayanan false emergency adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan diberikan terlebih dahulu kepada pasien yang mengalami
penyakit akut dan gawat ”True Emergency” bukan berdasarkan urutan
kedatangan pasien.
2. Kasus-kasus yang tidak tergolong akut dan gawat ”False Emergency”
akan mendapatkan pelayanan setelah kasus gawat darurat terlayani.
3. Pada jam kerja (07.00-14.00) setiap hari Senin – Jumat, kasus-kasus
false emergency akan dialihkan ke poliklinik, atau
4. Dokter poliklinik dimintakan bantuannya untuk melayani pasien false
emergency di IGD bila Dokter IGD sedang menangani pasien true
emergency.

PELAYANAN VISUM ET REPERTUM.


Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat / diperiksa
berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan peradilan.
Langkah – langkah dalam memberikan pelayanan visum et repertum
adalah sebagai berikut :
1. Penyidik (Polisi) membawa Surat Permintaan tertulis dari pihak yang
berwajib (Kepolisian) untuk pembuatan Visum Et Repertum.
2. Identifikasi identitas pasien, apakah sesuai dengan subyek pada
permintaan Visum Et Repertum.
3. Dokter membuat Visum Et Repertum secara objektif berdasarkan
pemeriksaan saat ini atau dari catatan pada Rekam Medik jika
kejadiaannya sudah lampau.

13
4. Visum Et Repertum diserahkan kepada penyidik (Polisi) yang
memintanya. Pasien atau keluarga pasien tidak berhak meminta atau
melihatnya.

Pelayanan DOA (Death on arrival)


DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien
sampai di IGD. Pasien yang datang dalam keadaan DOA langsung disalurkan /
ditempatkan di kamar jenazah.
Syarat pengambilan jenazah :
1. Pengambil jenazah menyerahkan foto copy bukti diri yang syah kepada
petugas.
2. Pengambil jenazah menyerahkan Surat Pengambilan Jenazah kepada
petugas.
Jika jenazah berada di kamar jenazah maksimal 4 jam, lebih dari itu jenazah
langsung dikirim ke RSUD Saiful Anwar Malang.

Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit


IGD RS. Baptis Batu diklasifikasikan sebagai Instalasi Pelayanan Gawat
Darurat kelas II, karena telah memiliki dokter spesialis empat besar yang siap
dipanggil (on – call), dokter umum yang siaga ditempat (on – site) 24 jam yang
memiliki kualifikasi pelayanan GELS (General Emergency Life Support) dan
mampu memberikan resusitasi dan stabilisasi ABC serta memiliki alat transportasi
untuk rujukan dan komunikasi yang siap 24 jam.
Sarana Penunjang pelayanan :
1. Penunjang medis : Pelayanan Radiologi, laboratorium, farmasi
2. Penunjang non medis : Telepon dan ambulans.
Ada 4 hal yang wajib diinformasikan ketika petugas IGD melayani pasien
gawat darurat via telepon :
1. Nama pasien
2. Alamat pasien
3. Kondisi saat itu
4. Nomor telepon

14
Sebelum petugas IGD menjemput pasien yang meminta ambulans, petugas
IGD wajib memberitahukan keadaan pasien saat itu. Adapun informasi pelayanan
pra rumah sakit diberikan adalah dengan tata laksana sebagai berikut :
1. Jika keadaan pasien baik, petugas yang berada di mobil ambulans tidak
menginformasikan apapun kepada petugas IGD di rumah sakit.
2. Jika keadaan pasien darurat, petugas yang berada di mobil ambulans
menginformasikan keadaan pasien saat itu kepada petugas IGD di
rumah sakit dengan menggunakan sarana telekomunikasi handphone.

Sistem Rujukan.
Rujukan pasien dari RS Baptis Batu hanya dapat dilakukan oleh dokter
spesialis yang kompeten atau setidaknya atas persetujuan salah satu dokter
spesialis 4 besar (bedah, penyakit dalam, anak, dan kebidanan). Dokter jaga IGD
sebelum melakukan rujukan pasien harus mengkorfirmasikan pasien tsb kepada
dokter spesialis yang sesuai dengan penyakit pasien. Adapun bentuk rujukan yaitu
:
1. Alih Rawat
Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan :
- Tidak ada dokter spesialis yang kompeten
- Trauma kapitis dengan kemungkinan perdarahan intra kapitis
- Permintaan pasien
- Dugaan kasus SARS, flu burung,flu babi
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT scan
b. Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu, yang tidak dapat
dilakukan di Rsud Muara Beliti
3. Spesimen
a. Darah
b. Urin
c. Jaringan
d. Mukus / sekret

15
BAB V
LOGISTIK

Pengelolaan obat dan alat kesehatan / alkes meliputi pemesanan,


pengambilan, penyimpanan dan pencatatan obat / alkes untuk pasien – pasien
IGD.

Mekanisme pengadaan obat dan alat medis di IGD adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat
a. Lembaran stock obat
b. Buku keluar / masuk alat
c. Buku inventaris alat
d. Blanko pemesanan obat dan alkes
e. Buku laporan harian pemakaian obat
2. Setiap hari petugas / pekarya pagi mengantar alkes yang terpakai untuk
disterilkan dan mengambil kembali setelah disterilkan untuk disimpan pada
tempatnya.
3. Pemesanan alat kesehatan dilakukan oleh perawat penanggung jawab dinas
pagi setiap hari Sabtu dengan mengisi blanko pemesanan alkes yang
ditandatangani Kepala perawat / Kepala IGD dengan jumlah yang sesuai
pengeluaran / kebutuhan, kecuali bila jatuh pada hari libur, pemesanan
dilakukan sehari sebelumnya.
4. Pengadaan alat umum :
a. Petugas IGD membuat permintaan ke bagian Gudang, dengan mengisi
Formulir Pengambilan Barang yang ditandatangani oleh Ka. Bag. Gawat
Darurat atau Ka. IGD.
b. Formulir diserahkan ke Bagian Gudang.
5. Pengadaan alat – alat kesehatan :
a. Bagian Gawat Darurat mengajukan permintaan barang dengan mengisi
formulir permintaan barang. Formulir tersebut terlebih dahulu diajukan
kepada Kepala Departemen Pelayanan untuk diketahui, dipertimbangkan

16
dan disetujui serta ditandatangani oleh Kepala Bagian Gawat Darurat / Ka.
IGD dan Kepala Departemen Pelayanan.
b. Permintaan barang yang telah disetujui oleh Kepala Departemen
Pelayanan, selanjutnya diajukan kepada Tim Pengadaan, untuk
dipertimbangkan dan pengesahan.
c. Tim pengadaan melakukan negoisasi penawaran harga untuk mendapat
kesepakatan harga dengan pemasok.
d. Tim pengadaan memberi perintah kepada bagian / petugas pembelian,
untuk membeli barang – barang sesuai kebutuhan bagian yang meminta.
Dalam hal kebutuhan barang – barang rutin yang telah dilakukan
perjanjian kerjasama, maka pembelian dapat langsung di lakukan ke
pemasoknya, setelah ada pengesahan dari Tim Pengadaan.
e. Bagian / petugas pembelian melakukan transaksi atas pembelian barang –
barang sesuai permintaan baik untuk barang – barang rutin atau barang –
barang yang non stock.
f. Kemudian bagian gudang mendistribusikan barang kepada bagian Gawat
Darurat.
g. Untuk pengambilan barang di gudang yang sudah diajukan, Petugas IGD
melakukan prosedur pada permintaan alat – alat umum diatas.

17
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

PENGERTIAN.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau idak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.

TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN.


1. Keselamatan pasien merupakan hal yang terutama dalam pelayanan
IGD.
2. Terdapat petugas IGD yang memahami mengenai keselamatan pasien.
3. Terdapat sistem pelayanan yang komprehensif, baik medis maupun
keperawatan sehingga meminimalkan terjadinya kasus yang tidak
diharapkan (KTD).
4. Setiap pasien yang masuk melalui IGD harus mendapat penilaian
langsung oleh dokter jaga, untuk menyatakan kondisi kedaruratannya.
5. Pasien yang mengalami kondisi yang darurat, yaitu mengancam
keselamatan pasien, harus ditatalaksana dengan lengkap di IGD.

18
Konsultasi spesialistik dilakukan di IGD, kecuali bila penyakit pasien
dianggap tidak membahayakan.
6. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa status
maupun gelang identitas.
7. Segala bentuk pemindahan pasien, baik ke ruang perawatan atau kamar
operasi harus sudah teridentifikasi dengan baik, dan diketahui oleh
kepala perawat jaga saat itu.
8. Sarana dan prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien :
sterilitas alat, tabung oksigen, tempat tidur dorong, privacy, dll.
9. Terdapat evaluasi berkala kelengkapan sarana dan prasarana.
10. Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu :
- Insidens kesalahan identifikasi kedaruratan pasien.
- Insidens pasien jatuh.
- Insidens kejadian infus blong.
- Insidens kesalahan pemberian obat.
- Insidens kesalahan cara pemberian obat.
- Insidens kesalahan persiapan operasi.
- Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang.
11. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien

19
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

PENGERTIAN.
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.

TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rsud Muara Beliti.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

TATA LAKSANA KESELAMATAN KARYAWAN.


a. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip
pencegahan infeksi, yaitu :
- Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat
menularkan infeksi.
- Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu
boot/alas kaki tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat
kontak dengan spesimen pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret,
dll.
- Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai
prosedur yang ada, mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit
luka, memasang infus, dll
- Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah
menangani pasien.
b. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius

20
c. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
- Dekontaminasi dengan larutan klorin
- Pencucian dengan sabun
- Pengeringan
d. Menggunakan baju kerja yang bersih
e. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :
- HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
- Flu burung
Kewaspadaan standar karyawan / petugas IGD dalam menghadapi
penderita dengan dugaan flu burung adalah :
 Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan
menggunakan sikat selama ± 5 menit, yaitu dengan menyikat
selruh telapak tangan maupun punggung tangan.
 Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa penderita.
 Memakai masker atau minimal masker badan
 Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila
diperlukan)
 Menggunakan apron / gaun pelindung
 Menggunakan sarung tangan
 Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
- Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)

21
22
BAB VIII
PENUTUP

Demikianlah buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat ini disusun. Kami


mengajak semua pihak yang bekerja di Rsud Muara Beliti untuk dapat bersama-
sama membina dan mengembangkan sistem pelayanan di IGD. Semua petugas
baik tenaga medis, paramedis, maupun non medis yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pelayanan gawat darurat hendaknya selalu menaati ketentuan
yang telah digariskan di dalam buku pedoman ini.

23

Anda mungkin juga menyukai