Anda di halaman 1dari 10

Diskusi Kolaborasi T-2

KELOMPOK 3

Ketua : Khoirul Anwar Muzakki


Anggota 1 : Mannuril Laili Dini
Anggota 2 : M Fajar Septarianto
Anggota 3 : Sitta Mufidatul Ilmi
Anggota 4 : Yanti

USIA TERPILIH: 15 TAHUN


A. Buat daftar karakeristik anak berdasarkan:
1. Daftar karakteristik anak menurut teori Perkembangan kognitif
Piaget
JAWABAN:
Jean Piaget (1954) merumuskan bahwa tingkat kognitif atau kecerdasan anak dapat
berkembang seiring dengan pertumbuhan anak. Piaget mengusulkan bahwa terdapat
empat tahapan perkembangan kognitif, yakni tahap sensori motorik, pra
operasional, operasional konkret, dan tahap formal operasional.
a. Tahap sensori motorik (usia lahir - 2 tahun)
Selama periode ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui
koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik
(menggapai, menyentuh). Perkembangan utama selama tahap sensorimotor adalah
pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa terjadi di dunia secara alami dari
tindakannya sendiri. Misalnya, jika ibu meletakkan mainan di bawah selimut, anak
tahu bahwa main yang biasanya ada (dia lihat) kini tidak terlihat (hilang), dan anak
secara aktif mencarinya. Pada awal tahapan ini, anak berperilaku seolah mainan itu
hilang begitu saja.
b. Tahap pra operasional (usia 2 - 7 tahun)
Selama periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan
operasi kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah,
menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran. Perkembangan anak terdiri dari
membangun pengalaman tentang dunia melalui adaptasi dan bekerja menuju tahap
(konkret) ketika ia bisa menggunakan pemikiran logis. Selama akhir tahap ini, anak
secara mental bisa merepresentasikan peristiwa dan objek (fungsi semiotik atau
tanda), dan terlibat dalam permainan simbolik.
c. Tahap operasional konkret (usia 7 - 11 tahun)
Tahap ini ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional.
Piaget menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama dalam perkembangan
kognitif anak, karena menandai awal pemikiran logis. Pada tahapan ini, Anak cukup
dewasa untuk menggunakan pemikiran atau pemikiran logis, tapi hanya bisa
menerapkan logika pada objek fisik. Anak mulai menunjukkan kemampuan
konservasi (jumlah, luas, volume, orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan
masalah dengan cara logis, mereka belum bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis.
d. Tahap operasional formal (usia 11 - 15 tahun)
Saat anak memasuki tahap ini, mereka memperoleh kemampuan untuk berpikir
secara abstrak dengan memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada
manipulasi konkret. Anak dapat melakukan perhitungan matematis, berpikir
kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan membayangkan hasil dari tindakan
tertentu. Jadi, mereka dapat berpikir dengan cara yang lebih abstrak, idealis, dan
logis.

2. Daftar karakteristik anak menurut teori Perkembangan


sosial-emosional Bronfenbrenner
JAWABAN:
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi kehidupan dan perkembangan anak-anak.
Tiga konsep dimana anak menghabiskan sebagian besar waktunya adalah keluarga,
teman sebaya, dan sekolah.
a. Keluarga
Keluarga merupakan bentuk pendidikan pertama anak. Setiap anak tumbuh
dalam keluarga yang berbeda-beda, seperti orang tua bersikap kasar, kurang
memperhatikan anaknya, orang tua bercerai, anak tinggal bersama keluarga yang
utuh, keluarga angkat, ekonomi berkecukupan, ekonomi sederhana, dan lain
sebagainya. Situasi yang sangat bervariasi ini dapat mempengaruhi perkembangan
anak dan mempengaruhi siswa di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.
Terdapat 4 gaya pengasuhan menurut Baumrind, yaitu:
1) Pengasuhan Otoriter (Authoritative)
Yaitu pengasuhan yang bersifat membatasi dan menghukum. Orangtua cenderung
memaksa anak untuk selalu patuh mengikuti perintahnya. Komunikasi antara orang
tua dan anak cenderung sedikit. Pada gaya ini, anak cenderung tidak bisa
mengekspresikan bakatnya, memiliki kemampuan komunikasi yang buruk, sering
berperilaku sosial yang tidak kompeten, dan lain-lain.
2) Pengasuhan otoritatif (Authoritarian)
Yaitu gaya pengasuhan yang mendorong anak untuk mandiri, akan tetapi masih
dalam batas kontrol orang tua. Perbincangan saling tukar pendapat diperbolehkan
dan orang tua bersikap membimbing dan mendukung. Menghasilkan anak yang
kompeten secara sosial. Anak cenderung mandiri, tidak cepat puas, bergaul dengan
teman sebaya, dan memperlihatkan harga diri yang tinggi.
3) Pengasuhan Pengabaian (neglectful)
Yaitu gaya pengasuhan dimana orang tua tidak terlibat lagi dalam kehidupan anak.
Orang tua tidak peduli dengan kehidupan anaknya, dan hanya meluangkan sedikit
waktu. Hasilnya anak anak sering bertindak tidak kompeten secara sosial. Mereka
cenderung kurang bisa mengontrol diri, dan tidak cukup termotivasi untuk
berprestasi.
4) Pengasuhan memanjakan (permissive)
Yaitu gaya pengasuhan ini sering membiarkan anak mereka melakukan apa yang
diinginkan dan melakukan cara mereka sendiri karena mereka percaya bahwa
kombinasi dari dukungan pengasuhan dan kurangnya pembatasan akan
menghasilkan anak kreatif dan percaya diri. Hasilnya adalah bahwa anak-anak
biasanya tidak belajar untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri.
b. Teman Sebaya
Merupakan orang yang tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira sama.
Teman sebaya memegang peranan penting dalam perkembangan anak, salah satunya
yaitu memberikan informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Dari
interaksi teman sebaya, anak menjadi lebih menghargai sudut pandang,
mengemukakan pendapat, dan lain sebagainya.
Hubungan sebaya juga bisa berdampak negatif, ditolak atau diabaikan oleh
sebaya membuat beberapa anak merasa kesepian dan dimusuhi. Lebih jauh,
penolakan dan pengabaian oleh sebaya berhubungan dengan kesehatan mental
individu dan masalah kriminal. Sebaya dapat mengenalkan remaja pada alkohol,
obat-obatan, kenakalan dan bentuk perilaku lain yang dianggap orang dewasa
sebagai perilaku maladaptif.
c. Sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan formal. Tugas sekolah sangat penting
dalam menyiapkan anak dalam kehidupan bermasyarakat. Sekolah banyak berperan
dalam mengembangkan sosial emosional anak karena di sekolah mereka mulai
bergaul sebagai bagian dari anggota masyarakat.
3. Daftar karakteristik anak menurut teori Perkembangan
sosial-emosional Erikson
JAWABAN:
Teori perkembangan sosial-emosional menurut Erikson.
Teori Erikson merupakan teori perkembangan sosial-emosional yang
menekankan pada perubahan perkembangan tahapan sosial-emosional sepanjang
siklus kehidupan manusia. Dalam teori Erikson, terdapat 8 tahap perkembangan
yang berada dalam sepanjang siklus kehidupan. Masing-masing yang menghadapkan
dengan suatu kondisi krisis yang harus dihadapi manusia, semakin berhasil individu
mengatasi krisis, maka akan semakin sehat perkembangan mereka termasuk integrasi
perkembangan personal, emosional dan sosial serta implementasi dalam proses
pembelajaran. Berikut 8 tahapan tersebut:
1. Basic Trust Vs Basic Mistrust (Kepercayaan Vs Ketidakpercayaan)
Tahap ini merupakan tahap pertama menurut erikson yang dialami dalam
tahun pertama kehidupan (periode perkembangan tahun pertama atau masa bayi).
Suatu rasa percaya akan menuntut perasaan nyaman secara fisik dan kecil sekali rasa
ketakutan serta kekhawatiran akan masa depan. Peran orang tua sangat dibutuhkan
untuk tanggap dan peka menumbuhkan rasa aman dengan rasa percaya. Tahap ini
merupakan tahap membangun kepercayaan pada bayi sejak lahir hingga usia 18
bulan.
2. Autonomy Vs Shame And Doubt (Otonomi Vs Ragu-Ragu)
Periode perkembangan tahap kedua ini berada pada individu masa bayi tahun
kedua dengan beberapa karakteristik tertentu (18 bulan hingga 3 tahun). Setelah
memperoleh kepercayaan diri dari pengasuh atau orang tua, individu memiliki
kemampuan pengendalian diri yang lebih besar. Otonomi dibangun atas dasar
perkembangan kemampuan mental dan motorik yang berarti individu dapat
mandiri. Perlu adanya motivasi dari orang tua untuk memberi motivasi mendorong
anak untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Sehingga
dapat mengendalikan kemampuan psikomotorik dan dorongan keinginan mereka
sendiri. Anak akan mandiri dan mencoba mengikuti insting untuk menentukan arah
sendiri. Jika anak berhasil akan memiliki kendali atas dirinya, namun jika gagal anak
akan merasa malu dan penuh keraguan.
3. Initiative Vs Guilt (Prakarsa Vs Rasa Bersalah)
Tahap ketiga berada pada anak berusia 3-5 tahun atau masa awal
kanak-kanak. Ketika anak sekolah menghadapi dunia sosial yang lebih luas dan
penuh tantangan. Anak perlu mengembangkan perilaku yang bertujuan untuk
menghadapi tantangan tersebut. Anak perlu belajar berbuat terhadap lingkungan
sebelum ia mampu berpikir mengenai yang telah diperbuat. Pengatur inisiatif atau
prakarsa tersebut ialah mereka sendiri dengan suara hati, dan antusias. Pembelajaran
melihat situasi problematik, berpikir spontan, berpikir sesaat, spontan memperoleh
pemahaman dan perilaku-perilaku ranah kognitif.
4. Industry vs Inferiority (Tekun vs Rasa Rendah Diri)
Periode perkembangan masa pertengahan dan akhir masa anak-anak (tahun
sekolah 6 tahun – 11 tahun). Dapat dikatakan tahap ini merupakan tahap merasa
mampu dalam mengatasi tantangan. Melalui interaksi sosial, anak mulai merasa
bangga saat sukses melakukan sesuatu. Pada usia sekolah, mereka harus menghadapi
tantangan sosial dan akademik. Dalam fase industry vs inferiority, mereka yang
berhasil melewatinya akan merasa kompeten dan akhirnya membentuk kepercayaan
diri. Sementara yang gagal, tumbuh dengan kepercayaan diri yang rendah dan jadi
kurang bisa menghargai diri sendiri. Melalui hal tersebut seharusnya orang tua
membahasnya dengan guru di sekolah. Karena itu pula pilihan sekolah dasar sangat
penting, bukan hanya karena bangunan dan fasilitasnya tapi juga harus melihat guru
yg akan sangat mempengaruhi kompetensi yg tercipta.
5. Ego-Identity vs Role Confusion (Identitas Diri vs Kekacauan Peran)
Pada tahap ini periode perkembangan anak berapa pada masa remaja
12-18/20 tahun. Konflik identitas dan kebingungan peran terjadi pada usia remaja.
Ini akan mempengaruhi kehidupannya di masa depan. Seorang remaja mungkin
akan mencoba peran yang berbeda untuk menemukan yang paling cocok. Jika
berhasil, ia akan mampu mempertahankan identitasnya secara konsisten. Bagaimana
jika gagal? Seorang remaja bisa mengalami krisis identitas dan bingung akan masa
depan yang ia inginkan. Selain itu, kegagalan bisa saja menimbulkan keraguan
tentang kemampuan diri sendiri. Pada tahap ini remaja memilik kemampuan
mengkoordinasikan baik serentak atau berurutan yaitu kapasitas menggunakan
hipotesis (berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam pemecahan masalah dengan
menggunakan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon, memiliki
perhatian ke masa depan, etika ideal,) dan kapasitas menggunakan prinsip abstrak,
logis, dan idealistik (berpikir tentang pemikiran itu sendiri).
6. Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Pengasingan)
Tahap ini anak individu memasuki masa awal dewasa (18/19-30 tahun)
individu menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi yang akrab dengan
orang lain, individu termotivasi untuk berhasil melalui perkembangan sosial dan
proses belajar individu membentuk keintiman dalam proses pembentukan identitas
yang konsisten dan berhasil. Pada usia ini individu bukan lagi anak-anak atau
remaja, dapat dianggap dewasa dan bertanggung jawab penuh atas segala
keberhasilan dan kegagalan. Tahap individu akan mulai mengenal pacaran,
pernikahan, membangun keluarga, dan persahabatan. Ketika hubungan cinta
dengan orang lain berhasil, Anda dapat mengalami cinta dan menikmati keintiman
(hubungan yang sangat dekat). Sementara yang gagal akan merasa terisolasi.
7. Generativity vs Stagnation (Perluasan vs Stagnasi)
Tahap ini berada pada periode perkembangan masa pertengahan dewasa
sampai umur 50 tahunan. Mencakup rencana-rencana orang dewasa atas apa yang
mereka harap guna membantu mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang
berguna. Fase ini meliputi rasa peduli yang lebih dewasa dan luas daripada intimasi.
Individu yang berhasil akan merasa berguna karena bisa berkontribusi pada masa
depan masyarakat. Sementara jika gagal, individu akan merasa tidak berkontribusi
apa-apa untuk dunia. Akhirnya, individu menjadi stagnan dan merasa tidak
produktif.
8. Integrity vs Despair (Integritas dan Kekecewaan)
Periode akhir tahap perkembangan sosial-emosional manusia yaitu masa
untuk melihat kembali apa yang telah individu lakukan dalam kehidupan (masa
akhir dewasa 60 tahunan). Individu akan merefleksikan apa yang telah dilakukan
saat menjalani masa muda. Jika puas dengan pencapaian, maka individu akan merasa
cukup. Akan tetapi, saat tidak puas, individu akan merasa menyesal dan putus asa.
Hasil akhir dari tahap psikososial ini adalah kebijaksanaan. Teori psikososial dari
Erik Erikson mengandung pertentangan hasil positif dan negatif, namun
membentuk hasil akhir berupa bagaimana seseorang mencapai keseimbangan dalam
hidupnya.
B. Kemudian, buatlah daftar karakteristik terkait anak pengalaman masa
kecil Anda sendiri.
JAWABAN:
Karakteristik anak pada usia 15 tahun, berdasarkan pengalaman masa kecil
dicirikan dengan beberapa hal berikut.
1. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif merupakan aspek yang kebanyakan dikembangkan di
bangku sekolah. Berdasarkan pengalaman, usia 15 tahun karakteristiknya
sebagai berikut.
➔ Memiliki argumen dan pendapat sendiri
➔ Senang mencoba pengalaman baru
➔ Memiliki dan menekuni satu hal yang disukai
2. Perkembangan sosial emosional
Usia 15 tahun merupakan masa remaja yang perkembangan sosial
emosionalnya banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Anak usia 15 tahun
berada pada tahap Ego-Identity vs Role Confusion (Identitas Diri vs
Kekacauan Peran) menurut teori perkembangan sosial emosional Erikson.
Kondisinya dicirikan seperti:
● Mulai fokus mendalami kebutuhan pribadi
● Labil atau belum berpendirian
● Mudah terpengaruh
● Sering merasa ragu atau meragukan kemampuan diri
Beberapa perkembangan sosial emosional pada usia tersebut yang telah
dialami dikondisikan oleh faktor-faktor sebagai berikut.
➔ Keluarga: Selektif terhadap hal apa saja yang ingin diceritakan kepada
orang tua, menyisihkan uang saku untuk keperluan pribadi, sering
belajar di tempat sepi (kamar),
➔ Teman sebaya: Lebih selektif untuk memilih teman yang dirasa cocok,
suka menghabiskan waktu bersama teman,
➔ Sekolah: Mulai belajar menjadi kreatif dengan adanya pengalaman
baru, merasa percaya diri dan mandiri, bisa membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk, senang bekerja kelompok dan mengikuti
ekstrakurikuler

C. Bandingkanlah kedua daftar yang telah anda buat


Tabel perbandingan karakteristik anak (usia 15 tahun)
Aspek Berdasarkan Teori Berdasarkan Pengalaman
Kognitif Berdasarkan teori Piaget, Beberapa pengalaman yang
pada usia 15 tahun, seorang disampaikan akan berbeda
anak dapat melakukan satu dengan yang lain.
perhitungan matematis, Namun, secara garis besar
berpikir kreatif, akumulasi karakteristik
menggunakan penalaran kognitif anak usia 15 tahun
abstrak, dan membayangkan memiliki kondisi sebagai
hasil dari tindakan tertentu. berikut.
Beberapa ciri lain pada ● Senang memikirkan
perkembangan kognitif anak argumen atau
usia ini yaitu. pendapat sendiri
➢ Memahami setiap ide ● Berusaha mencoba
yang bersifat abstrak pengalaman baru
➢ Mencoba untuk ● Mulai menekuni satu
mengemukakan bidang yang disukai
pendapatnya sendiri. ● Sering belajar secara
➢ Mencoba memahami sifat privasi
masing-masing orang.
➢ Memahami permasalahan
dengan melihat
kebenaran dan kesalahan.
➢ Sedikit demi sedikit
membuat rencana serta
tujuan

Sosial Emosional Menurut erikson dalam teori Adapun perkembangan


perkembangan sosial-emosional anak usia
sosio-emosional anak usia 15 15 tahun sangat
tahun berada pada tahap dipengaruhi oleh latar
Ego-Identity vs Role belakang masing-masing
Confusion (Identitas Diri vs anak. Jadi, perkembangan
Kekacauan Peran). satu dengan yang lain akan
● Konflik identitas dan berbeda jika tinggal dan
kebingungan peran
ada di lingkungan yang
terjadi pada usia
berbeda. Berdasarkan
remaja.
pengalaman, karakteristik
● Kegagalan bisa saja
menimbulkan
anak usia 15 tahun
keraguan tentang kondisinya seperti berikut.
kemampuan diri ● Belum berpendirian
sendiri. ● Mudah terpengaruh
● Mudah merasa
meragukan
kemampuan diri
● Memilih-milih
teman yang dirasa
cocok
● Percaya diri dan
kreatif
● Mulai membedakan
baik dan buruk
sesuai pemikirannya

1. Jelaskan dengan cara apa anak bisa mengembangkan fungsi


kognitifnya serta sosio-emosionalnya?
JAWABAN:
Mengembangkan fungsi kognitif
Salah satu perkembangan kognitif pada remaja, meliputi:
● Memiliki beberapa pengalaman dalam menggunakan proses berpikir yang
lebih kompleks.
● Memperluas untuk memasukkan lebih banyak masalah filosofis dan
futuristic.
● Sering bertanya lebih ekstensif
● Sering menganalisis lebih ekstensif
● Memikirkan dan mulai membentuk kode etiknya sendiri
● Memikirkan kemungkinan yang berbeda dan mulai mengembangkan
identitasnya sendiri.
● Memikirkan dan mulai c=secara sistematis mempertimbangkan
kemungkinan tujuan masa depan.
Maka dengan itu berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan fungsi kognitif anak usia 15 tahun:
● Menciptakan lingkungan yang menghargai ide dan pemikiran mandiri
remaja.
● Melibatkan dalam diskusi tentang peristiwa terkini, dan minta mereka untuk
mempertimbangkan masalah.
● Kenali saat remaja membuat keputusan yang dipikir dengan matang.
● Membantu untuk mempertimbangkan kembali kesalahan remaja.
● Terlibat dalam diskusi politik dan spiritual dengan tenang, bahkan jika tidak
sependapat dengan mereka.
● Dengarkan mereka merencanakan masa depan dan dorong mereka untuk
menemukan jati diri.
Perkembangan social-emotional anak 15 tahun:
● Menjadi panutan dengan cara positif dalam mengelola emosi, suasana hati,
dan konflik.
● Mengenali lingkungan remaja dikarenakan anak usia 15 tahun lebih banyak
menghabiskan waktu dengan lingkungan pertemanan.
● Mendengarkan dan menghargai perasaan anak usia 15 tahun dan pendapat
mereka serta memahami sudut pandangnya.
● Fokus pada hal positif

2. Penyesuaian yang seperti apa yang Anda butuhkan agar anak bisa
berinteraksi secara efektif bersama Anda?
JAWABAN:
Beberapa prinsip komunikasi efektif dari Modul Komunikasi Efektif
Keluarga oleh Imelda Hutapea, M.Ed berikut ini dapat dilakukan agar komunikasi
Anda dan remaja lebih efektif.
1. Tunjukkan sikap yang mendemonstrasikan kebebasan
2. Tetap tenang saat anak bersikap emosional
3. Menunjukkan ketertarikan pada hal yang menjadi minat mereka
4. Menghargai privasi anak

Anda mungkin juga menyukai