Koneksi Antara Materi
Koneksi Antara Materi
responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)
dengan topik lain yang berkaitan di mata kuliah ini atau mata kuliah lain atau dengan
1. Assessmen for learning (AfL). AfL adalah sebuah asesmen yang dilakukan pada
saat pembelajaran sedang berlangsung dan asesmen ini dimaksudkan untuk
memperbaiki kualitas proses belajar dan mengajar. Dengan AfL, guru dapat
memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta didik, memantau
kemajuan belajar dan menentukan kemajuan belajar peserta didik. Contoh AfL
adalah kuis, presentasi, tugas, dan sebagainya.
2. Assessment as Learning (AaL). AaL memiliki fungsi yang sama dengan AfL
karena keduanya dilaksanakan pada saat proses pembelajaran. Hanya saja
assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan
penilaian tersebut. Contoh dari AaL ini adalan penilaian diri (self-assessment) dan
penilaian oleh teman sejawat (peer-assessment).
3. Assessmen of learning (AoL). AoL adalah asesmen yang dilaksanakan di akhir
proses pembelajaran dan dimaksudkan untuk mengukur capaian belajar atau hasil
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Contoh AoL ini adalah
ulangan harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir tahun dan sebagainya.
AoL merupakan bagian dari asesmen sumatif yang harus dilakukan oleh guru.
Sebagai guru, Praktik Pengajaran yang Responsif Kultur (CRP) bertujuan untuk
dapat menghargai perbedaan-perbedaan dalam konteks kebudayaan peserta didik.
Kebudayaan yang dimaksud ialah budaya sebagai warisan dari leluhur yang harus
dilestarikan, seperti kearifan lokal dan budaya yang menjadi kebiasaan dalam kehidupan
peserta didik seperti tingkah laku sehari-hari. Manusia dan kebudayaan merupakan salah
satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk
Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan
melestarikannya secara turun menurun. Dengan kata lain, guru perlu memahami latar
belakang kondisi sosial peserta didik dan kebudayaan mereka.
Dari penjelasan tersebut, pendekatan CRP terkoneksi dengan mata kuliah Filosofi
Pendidikan Indonesia yang mana Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan
sebagai tempat menyemai benih kebudayaan dalam masyarakat. Selain itu, sebagai
tempat untuk berlatih dan menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan
atau diwariskan. Ki Hajar Dewantara percaya bahwa untuk menciptakan manusia
Indonesia yang beradab maka guru menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya.
Oleh sebab itu, seorang guru hanya dapat menuntun tumbuhnya kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak, sehingga dapat memperbaiki perilakunya.
Pada pendekatan pengajaran sesuai level atau Teaching at the right level (TaRL),
yaitu pengajaran yang disesuaikan dengan tingkat capaian atau kemampuan awal
peserta didik, terkoneksi dengan mata kuliah Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang
Efektif di Sekolah Menengah. Hal ini dikarenakan pembelajaran paradigma baru
merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered teaching
and learning) dan guru merumuskan rencana pembelajaran dan asesmen yang akan
dilakukan untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Dari hasil belajar peserta didik,
guru dapat menentukan strategi pembelajaran dimana capaian pembelajaran dibuat
berdasarkan fase yang diatur menurut tahap perkembangan peserta didik. Hal ini juga
didasarkan pada pentingnya fleksibilitas dan perlunya merancang pembelajaran yang
sesuai dengan tahap capaian belajar peserta didik. Desain Capaian Pembelajaran per
fase ini didasari pada pemahaman bahwa sekalipun berada pada umur yang sama,
disesuaikan dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan peserta didik yang berbeda-
beda. Guru perlu melakukan asesmen terhadap level pembelajaran peserta didik,
mengelompokkannya sesuai tingkat capaian dan kemampuan yang sama, dan
memberikan aktivitas pembelajaran sesuai dari level pembelajarannya. Untuk
memetakan level pembelajaran sesuai tingkat capaian dan kemampuan yang sama,
perlu dilakukan asesmen diagnostik, yakni sebuah proses untuk mendapatkan informasi
tentang kebutuhan kognitif dan nonkognitif peserta didik untuk keperluan proses
pembelajaran.
Penerapan strategi pembelajaran pengajaran sesuai level (teaching at the right level)
perlu adanya asesmen diagnosis yang bertujuan dilakukan untuk mendapatkan informasi
tentang kesalahan, miskonsepsi, kelemahan dan kekuatan pengetahuan peserta didik, serta
kemampuan pada materi yang sudah dipelajari untuk kesiapan peserta didik dalam proses
pembelajaran selanjutnya. Proses diagnosis ini dilakukan dengan mencari berbagai
informasi seperti latar
belakang peserta didik, pola belajar, dan minat peserta didik, yang diperkirakan akan menjadi
faktor penyebab kesulitan belajar peserta didik. Asesmen diagnostik terdiri dari kognitif dan non
kognitif. Asesmen kognitif memiliki tujuan untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan atau
capaian kompetensi peserta didik dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait
dengan kompetensi yang dikuasai peserta didik. Sedangkan non-kognitif memiliki
tujuan untuk mengetahui perkembangan psikologi dan sosial emosional peserta didik yang
mempengaruhi kesiapan belajar dengan cara memberikan pertanyaan yang berhubungan
dengan aktivitas di lingkungan sekitarnya, harapan, perasaannya.