Pengkajian Spesifikasi Dan Kinerja Asbuton Campuran Hangat Dan Panas
Pengkajian Spesifikasi Dan Kinerja Asbuton Campuran Hangat Dan Panas
16.2.01.482109.33.11 .002
TAHUN
2002/2003
1- IBIHiTIL
\ Oitcrima Tgl · : M ~, • J/ !.>-
. • 0 'J../ 0/'t.I"'ul ~ r· •
N. lnduk · v
\ N. Klass : )
Tim Pelaksana :
ii
ABSTRAK
Pengkajian Spesifikasi dan Kinerja Asbuton Campuran Hangat dan Panas tahun anggaran 2002
dilakukan melalui pencobaan laboratorium dan lapangan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengkajian adalah agregat batu pecah (stone crusher) dari
Purwakarta, asbuton halus lotos saringan no 16 (1, 18 mm). Peremaja panas yang diperlukan
mengacu pada AASHTO M 82 adalah peremaja dengan viskositas 3000-6000 eSt, sedangkan
peremaja hangat adalah dengan viskositas antara 800-1600 eSt.
Dilakukan percobaan dengan jenis Peremaja panas menggunakan campuran 85%AC Pen 60fl0
+ 15%Bunker Oil atau 85%AC Pen 60nO+ 15%Solar. Peremaja hangat menggunakan campuran
60%AC Pen 60fl0+ 40% Bunker Oil dan 80%AC Pen 60fl0+ 20% Solar.
Spesifikasi yang diacu dalam pengkajian ini adalah spesifikasi gradasi campuran beton beraspal
panas dengan kepadatan mutlak usulan dari Pusat Utbang Prasarana Transportasi yaitu tipe AC-
WC2. Gradasi campuran ini digunakan sebagai lapisan permukaan (surface course) dan
karakteristik campuran jenis AC-WC.
Hasil pengkajian laboratorium, campuran 10% asbuton cara panas dan hangat dengan masing-
masing peremaja AC+BO berdasar pada nilai Marshall Quotient didapat sebagai berikut:
10% Asbuton
Sifat-Sifat Campuran
Panas Hangat
VMA,% 19,7 20
VIM Marshall, % 5,7 4,4
VIM PRO,% 3,8 -
VFB,% 72 77
Stabilitas Marshall 970 605
Hasil bagi Marshall, kg/mm 280 215
Dynamis Stability (T/mm) 3.706 -
Resilien Modulus, 25°C 3.236 -
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui :
iv
DAFTAR lSI
halaman
TIM PELAKSANA ii
ABSTRAK iii
LEMBAR PERSETUJUAN iv
DAFTAR lSI v
DAFTAR TABEL & DAFTAR GAMBAR vii
BABIPENDA HULUAN
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 TUJUAN DAN SASARAN 1
1.3 LUARAN 2
1.4 RUANG LINGKUP 2
v
4.3 PENGKAJIAN LAPANGAN 20
4.3.1 Penentuan proporsi fraksi agregat 21
4.3.2 Sifat-sifat campuran- hasil produksi AMP 23
4.3.3 Pengangkutan dari Unit Pencampur ke lokasi percobaan 23
4.3.4 Penghamparan Campuran 23
4.3.5 Pemadatan 23
4.3.6 Pemantauan Kepadatan umur 1 hari 23
BAB V KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN 24
5.2 SARAN 24
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN PHOTO
LAMPIRAN PETUNJUK PELAKSANAAN CAMPURAN ASBUTON HANGAT DAN PANAS
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel2.1 Persyaratan Gradasi Agregat 4
Tabel2.2 Persyaratan Campuran 5
Tabel2.3 Persyaratan asbuton dan bitumen asbuton 6
Tabel2.4 Asumsi gradasi mineral asbuton 6
Tabel2.5 Persyaratan peremaja asbuton campuran hangat 6
Tabel2.6 Persyaratan peremaja asbuton campuran panas 6
Tabel2.7 Sifat Agregat Kasar 7
Tabel2.8 Sifat agregat halus, abu batu, dan pasir 7
Tabei 2.9 G(c:.dasi agregat campuran asbuton 8
Tabel2.10 Kadar asbuton dan kadar peremaja perkiraan untuk perencanaan
asbuton campuran hangat 8
Tabel2.11 Kadar asbuton dan kadar peremaja perkitaan untuk perencanaan
asbuton campuran panas 9
Tabel2.12 Persyaratan asbuton campuran hangat 9
Tabet 2.13 Persyaratan asbuton campuran panas 9
Tabel4.1 Karakteristik agregat 14
Tabel4.2 Karakteristik asbuton 14
Tabel4.3 Komposisi bahan peremaja 15
Tabel4.4 Karakteristik bahan peremaja 15
Tabel4.5 Karakteristik Peremaja panas 15
Tabet 4.6 Karakteristik peremaja hangat 16
Tabel4.7 Gradasi agregat campuran 17
Tabet 4.8 Sifat Marshall Asbuton campuran panas 18
Tabel4.9 Sifat Marshall asbuton campuran hangat 19
Tabei 4.10 Resilient Modulus campuran asbuton 20
Tabel4.11 Kondisi perkerasan lama secara visual 21
Tabel4.12 Gradasi agregat gabungan untuk penghamparan 21
Tabel4.13 Sifat campuran hasil produksi AMP setetah ekstraksi 23
DAFTAR GAMBAR
vii
BASI
PENDAHULUAN
• Stabiiitas awal pada perkerasan asbuton tidak ter1ihat adanya ikatan yang
kuat atau stabil. Hal ini mungkin disebabkan belum menguapnya semua
minyak ringan yang terdapat pada perernaja ..
• Setelah penghamparan campuran daiam periode waktu yang cukup
panjang, campuran tampak kering dan mudah te~adi ret;;:1k. Hat mi
mungkin terjadi karena pelarut yang telah menguap menyebabkan volume
aspal seolah berkurang.
Selama ini peremaja yang dipakai terdiri atas kerosene, 80 dan AC dengan
viskositas tertentu. Dengan mempertimbangkan sifat kerosene yang
membutuhkan waktu untuk menguap, maka 80 dan solar menjadi pilihan dalam
penelitian ini. Manfaat peremaja dengan penambahan 80 dan solar akan
menjadi so rotan dalam penelitian ini.
1
1.3 LUARAN
Tujuan akhir dari pengkajian studi penelitian ini adalah rancangan Pedoman
Perencanaan dan Pelaksanaan Asbuton Campuran Panas dan Hangat yang
meliputi bahan dan campuran asbuton cara hangat dan panas yang akan
menghasilkan kinerja perkerasan yang baik.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
6. Kekedapan lapis beraspal terhadap air dan udara karena air dan udara akan
mempercepat proses penuaan aspal.
7. Kemudahan pelaksanaan (workability) terutama pada proses penghamparan
dan pemadatan.
T a be 12 .1 Persyaratan G ra das1"A\greg at
% Berat ~ang lolos
Ukuran Saringan
(Metrik-ASTM)
I Latasir (SS) 1 Lataston (HRS) I
I
I
Laston (AC)
··-----
I
I KelasA I Kelas B I we Base I; we I BC I Base
37.5 mm (1,5")
I - - I - I - I - j
- 100
25 mm (1 ") - - - - - i 100 90-100
19 mm (3/41 100 100 I
' 100 100 I 100 90-100 Max.90
12.5 mm (1/2") - - 90-100 90-100 I 90-100 Max.90 -
9.5 mm (3/81 90-100 - 75-85 65-100 Max.90 - ! -
2.36 mm (No.8) !
;
- 75-100
-
50-72 1 j
i
35-551
I 23-49 1 23-39 I 19-45
0.600 mm (No.30) I 35-60 15-35 - t - -
0.075 mm(No.200) I 10-15 i 8-13 6-12 2-9I I 4-10 i 4-8
'
! 3-7
DAERAH LARANGAN
4,75 mm (No.4)
I - i - 39,5
2,36 mm (No.8) i 39,1 34,6 I 26,8-30,8
1,18 mm (No16) II 25,6-31,6 22,3-28,3
I 18,1-24,1
0,600 mm (No 30) I 19,1-23,1 16,7-20,7 13,6-17,6
I
0,300 mm (No 50)
Catatan 1.
I ..
15,5 13,7
! 11,4
Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sed1kit 80% agregat yang lolos sanngan 2,36 mm
(no. 8) harus juga lolos saringan 0,600 mm (No. 30).
2. Untuk campuran AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-
batas rentang utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas
gradasi ditentukan pada ayakan ukuran nominal maksimum, ayakan menengah (2,36
mm) dan ayakan terkecil (0,075 mm).
Keterangan : WC =Wearing Course ; BC = Binder Course.
4
2 Persyaratan
TabeI 2.. cam_Q_uran
Sifat-sifat Campuran Latasir Lataston Laston
A B I
we Base we BC Base
Penyerapan kadar aspal mak 2,0 2,9 1,2 untuk lalu-lintas . 1.000.000 ESA
1 7 untuk lalu-lintas < 1.000.000 ESA
Jumlah Tumbukan per bidang 50 50 75 112 (1)
~luintas (LL) Min Tldak - 4,9
Rongga dalam
~ 1 juta ESA Mak Digunakan - 59
~ 500.00 ESA & Min Untuk 40 3,9
Campuran<4>
1.::: 1 Juta ESA Mak L L-berat 6,0 4,9
(%)
Min 3,0 3,0
500.000ESA
Mak 6,0 50
Rongga antara a~ regat (VMA1_o/~ Min 20 18 l 17 15 14 13
1'-alulintas (LL) Min Tidak 65 65 63 60
~ 1 juta ESA digunakan
Rongga terisi untuk
1> 500.00 ESA & Min
aspal (%) 68
I< 1 Juta ESA L L-berat
I< 500.000ESA Min 75 73
Stabilitas Marshall (kg) Min 200 800 1800(1)
Mak 850 - -
Kelelehan (mm) Min 2 2 2 (1)
Mak 3 - -
Hasil bagi Marshall (kg/mm) Min 80 200 200
Stabilitas Marshall setelah Min 85 untuk Lalu lintas > 1.000.000 ESA
direndam 24 jam pada suhu 60°C Mak 80 untuk Lalu lintas < 1.000.000 ESA
(5)(%)
1...alulintas (LL) Min Tidak
Rongga dim ~ 1 juta ESA
t--
Mak Digunakan
- 2,5
campuran (%) Untuk
pada (2.3> 1> 500.00 ESA & Min
2
kepadatan I< 1 Juta ESA Mak L L-berat
membal (%) r-alulintas (LL) Min
I< 500.000ESA t--- 1
Mak
Spesifikasi Campuran Beraspal Panas dengan kepadatan mutlak edisi Desember 2002
'
Catatan:
1). Modifikasi Marshall
2). Untuk menentukan kepadatan refusal. Jika digunakan penumbukan manual jumlah
tumbukan per bidang harus 600 untuk cetakan bediameter 6 in dan 400 untuk cetakan
berdiameter 4 in.
3). Untuk lalu-lintas yang sangat lambat atau lajur padat, gunakan kriteria ESA yang lebih tinggi
4). Berat jenis efektif agregat akan dihitung berdasarkan pengian Be rat jenis maksimum agregat
(GMM test, AASHTO T -209)
5). Direksi Pekerjaan dapat menyetujui prosedur pengujian AASHTO T283 sebagai altematif
pengujian kepekaan kadar air. Pengondisian beku cair (freeze thaw conditioning) tidak
diperlukan. Standar minimum untuk diterimanya prosedur T 283 harus 80% Kuat Tarik Sisa.
5
2.4 Draft Spesifikasi Asbuton Campuran Hangat Dan Panas Seksi 6.4, Okt 2001
Spesifikasi campuran hangat dan panas menitikberatkan pada cara
pencampuran, jenis peremaja berdasarkan viskositas dan penetrasinya.
Penjelasan tentang masing-masing bahan dicantumkan di bawah ini. ·
Asbuton:
Asbuton yang digunakan adalah asbuton halus dan asbuton mikro dengan
butiran yang lolos saringan no 4. Persyaratan lainnya ditunjukkan pada Tabel
berikut.
Tbi23P
a e ersyaratan as buton dan bitumen as buton
Metoda Persyaratan Asbuton
Sifat-sifat Asbuton
Pengujian Hal us Mikro
Gradasi (% lolos):
Metric (mm) ASTM
SNI 03-1968-90
,4,75 No.4 100 100
Dan
2,36 No.8 95- 100 95- 100
SNI 03-4142-96
0,60 No. 30 35- 100 50- 100
0,075 No.200 - 15-45
Kadar air,% SNI 03-1971-90 Max6 Max4 _
Kadar bitumen (dari 6x uji), %:
-Rata-rata SNI 03-3640-94 18-22 21-25
- Standar deviasi 1,0 0,3
Penetrasi bitumen asbuton hasil ekstraksi SNI 06-2456-91 0- 10 0-10
dan pemulihan, dmm
Sand Equivalent,% SNI 03-4428-97 Min40 Min 50
Bahan Peremaja :
Bahan campuran jenis peremaja tidak disyaratkan, namun hasil
pencampurannya harus memenuhi persyaratan sbb sesuai tabel peremaja
asbuton campuran hangat dan panas di bawah ini.
Hal ini dimaksudkan agar pemakai dapat memilih jenis peremaja yang sesuai
dengan yang dimilikinya.
Tbi25P
a e ersyaratan peremaJa as buton cam puran hangat
Jenis Pengujian Metoda Persyaratan
Pengujian PH-1000 PH-4000
Viskositas pada 60 °C, (eSt.) AASHTO T-72 1000- 1200 4000-5000
atau pada 82,2 °C, (detik) 100- 120 400-500
Tit~_!lya, \C) SNII 06-2433-91 Min.66 Min. 66
Berat Jenis SNI 06-2441-91 Min. 0,95 Min. 0,95
---------· -
Kelarutan dim TCE, (%) SNI 06-2438-91 Min. 99,5 Min. 99,5
-·-····
Kadar air, (%) SNI 06-2490-91 Maks. 0,2 Maks. 0,2
Residu pada destilas sampai 360 °C, (%) SNI 06-2488-91 Min. 86 Min. 90
Kadar parafin lilin, (%) SNI 03-3639-94 Maks. 2 Maks. 2
6
Tabel2.6 Persyaratan peremaja asbuton campuran panas
Jenis Pengujian Metoda Persvaratan
Pengujian PP3000 PPPen PPPen400
300
Penetrasi pada 25 °C, 100 g, 5 SNI 06-2456-91 - 300 ±45 400 ±50
det,dmm
Viskositas: - pada 60 °C (eSt) AASHTOT-72 3000-4000 - -
- atau 82,2 °C,@_kj 300-400 - -
Titik lembek, ('C) SNI 06-2434-91 - Min. 30 Min. 30
Daktilitas pada 25 °C, 5 em/min, SNI 06-2432-91 - Min. 100 Min. 100
_(em)
Kelarutan dim TCE, (%) Min. 99,5 Min. 99,5 Min. 99,5
Titik nyala, ('C) AASHTOT-73 Min. 200 Min. 200 Min. 200
Berat Jenis, -·--··---
Min. 0,95 Min.1 Min. 1
----
Penurunan berat (TFOT), (% Maks. 1 Maks. 1 Maks. 1
terhadap berat awal)
---- ~-
Bahan Agregat :
Agregat terdiri atas Agregat Kasar, halus, dan bahan pengisi. Penggunaaan
ketiga bahan tersebut dilakukan jika memenuhi persyaratan seperti pada tabel di
bawah ini.
Gradasi Agregat
Gradasi agregat campuran dinyatakan dalam persen berat agregat terdiri atas
tiga jenis agregat masing-masing dengan maksimum size 1", %"dan Y:z". Gradasi
agregat campuran harus termasuk mineral asbuton. Persyaratan gradasi agregat
campuran dicantumkan seperti pada tabel berikut ini :
7
Tabel2.9 Gradas1"A'gregatCampuran A s buton
Ukuran Saringan Jenis Campuran
Metrik (mm) ASTM I II Ill
25 1" 100 - -
19 %" 90-100 100 -
12 5 %" Max90 90-100 100
9,5 3/8" - Max90 90-100
4,75 No.4 - - Max90
2,36 No.8 23-49 28-58 32-67
0075 No. 200 4-8 4-10 5-10
Daerah Terlarang
2,36 No.8 34,6-34,6 39,1-39,1 47,2-47,2
1,18 No.16 22,3-28,3 25,6-31,6 31,6-37,6
0,600 No.30 16,7-207 19,1-23,1 23 5-27 5
0300 No,50 13 7-13 7 155-155 187-187
Campuran
Kadar asbuton dan kadar peremaja perkiraan untuk keper1uan perencanaan
campuran ditunjukkan pada Tabel berikut ini :
Tabel 2.10 Kadar Asbuton dan Kadar Peremaja Perkiraan untuk Perencanaan
Abt
s u on Camp_uran Hangat
Jenis Campuran
Uraian
I II Ill
PH- PH- 4000 PH- PH- PH- PH-
Jenis Peremaja
1000 1000 4000 1000 4000
Kadar Per~ma.@ Perkiraan, % 6,0 6,0 -~_,l! __ -~· 6,7 5,9
Kadar Asbuton (% terhadap total
campuran):
-Asbuton halus 7,2 6,2 6,9 5,8 8,0 I 7,0
- Asbuton Mikro ____ ?_Jj____ 5,0 ___ §_& _____ 6,4 __ _3§ _____
-----·--··-·------····---------------------------·--·--·-· '---------·---·--· -~1. -- - - - - - -
Perencanaan di Laboratorium
- Temperatur pencampuran, °C 95 100 95 100 95 100
- Penguapan pelarut, % 5,0 2,5 5,0 2,5 5,0 2,5
~ Tempra~!_Edtn, °C 120 130 120 13d 120
- - - - ------------· ··-··-----------·-········· ···-------1 - - - - - - - 130
Pelaksanaan di lapangan :
- Temperatur pencampuran, °C
- Temperatur pemadatan °C 95 100 95 100 95 100
8
Tabel 2.11 Kadar Asbuton dan Kadar Peremaja Perkiraan untuk
Perencanaan A sbuton Campuran Panas
Jenis Campuran
Uraian
I II Ill
PP- PP- PP- PP- PP- PP- PP- PP- PP-
Jenis Peremaja
300 400 3000 ·3oo 400 3000 300 400 3000
t-l$adar _peremaja Perkiraan, % ~-_9 4,6 4,7 5,7 5,0 4,5 6,0 5,3 53
Kadar Asbuton
(% terhadap total campuran):
-Asbuton halus 4,5 7,7 12,7 5,0 8,4 12,0 6,0 8,9 14,2
- Asbuton Mikro 6,2 10,2 - - - - ~L-
----------------- f-~· 7,1 11,4
Perencanaan di Laboratorium
- Temperatur pencampuran, °C 155 155 155 155 155 155 155 155 155
- Penguapan pelarut, % 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Te!!lperatur ~adtn, °C__ - -140
· - - - ~0 _ilL~ 140 140 140 140 __140 _140
----- ·------
Pelaksanaan di lapangan :
- Temperatur pencampuran, oC
- Temperatur pemadatan oC
9
Perencanaan Campuran
Perencanaan campuran dilakukan dengan mengacu pada Perencanaan
campuran asphalt Cutbac, Asphalt Cold Mix manual Asphalt Institute MS-14.
Langkah-langkah perencanaan :
1. Rencanakan kadar peremaja perkiraan sesuai tabel.
2. Buat contoh Marshall sebanyak 2 variasi kadar peremaja di atas perkiraan
optimum dan 2 variasi perkiraan di bawah optimum dengan interval
penambahan sebesar 0,5%.
3. Parameter Pengujian Marshall sesuai tabel.
10
Variasi campuran yang dilakukan adalah sebagai berikut :
11
BAB Ill METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1 UMUM
Pengkajian spesifikasi asbuton campuran panas dan hangat meliputi pengkajian
literatur, percobaan di laboratorium dan menerapkan hasil percobaan di
lapangan.
Bagan alir tahapan pengkajian studi ini dicantumkan pada gambar berikut :
START
KAJIAN PUSTAKA
TIDAK
~ YA
RANCANGAN
CAMPURAN
PENGUJIAN
CAMPURAN
TIDAK
SELESAI
12
3.2 PENGKAJIAN LABORATORIUM
Pengkajian laboratorium mencakup :
1. Pengujian bahan agregat, asbuton, dan peremaja
2. Perencanaan campuran untuk mendapatkan campuran optimum (jumlah
asbuton optimum, jumlah aspal optimum)
3. Pengujian campuran menggunakan alat uji Marshall sehingga diperoleh aspal
optimum (cara panas dan hangat). Pemadatan campuran dilakukan pula
dengan alat PRO (Percentage Refusal Density)
Parameter campuran yang dicari adalah :
a. Stabilitas, stabilitas sisa
b. Rongga dalam campuran Marshall & PRO & rongga antara agregat
c. Kepadatan maksimum
4. Pengujian campuran pada kadar aspal optimum menggunakan alat Wheel
Tracking untuk mengetahui ketahanan campuran terhadap deformasi
permanen atau stabilitas dinamis (cara panas)
5. Pengujian campuran pada kadar aspal optimum dengan menggunakan alat
UMMATIA untuk mengetahui resilien modulus campuran pad a temperatur
25°C, 35°C, 45°C (cara panas).
6. Pengujian campuran pada kadar aspal optimum dengan menggunakan alat
Dartec untuk mengetahui ketahanan campuran terhadap fatig dengan metoda
beban berulang 3 titik.
7. Pengolahan data.
13
BABIV
HASIL PENELITIAN
Ta beI 4 1 Karaktens1
. fk A~grea t
No. Jenis pengujian Aareaat Batu Pecah
Kasar Persyaratan
Hal us ~!?_bat- ~-·
1 Abrasi,% 16,9 <40
2 Impact,% 14,3 - - <30
3
4
Kelekatan, % 95+ 95+ - >95
Beratjenis
-Bulk 2,54 2,53 2,61 >2,5
-SSD 2,60 2,60 2,67 >2,5
-Apparent 2,70 2,71 2,77 >2,5
5 Penyerapan, % 2,34 2,58 2,27 <3%
6 Analisa saringan, %
1inch 100
%inch 95,6 100
%inch 54,9 98,8
3/8 inch 30,1 97,5 100
No.4 4,5 31,7 91,9
No.8 1,8 19,5 66,1
No.30 1,3 12,3 35,9
No. 50 1,2 10,6 29,0
No. 100 1 8,0 18,1
No.200 0,76 6,3 13,7
14
4.1.3 Pengujian Peremaja
Peremaja merupakan campuran bahan AC yang ditambahkan dengan 80,
Solar, ataupun lateks. Jumlah lateks yang ditambahkan adalah 1%
terhadap peremaja. Komposisi campuran tsb disesuaikan dengan
viskositas persyaratan.
Tbi43K
a e .. 8 ahan PeremaJa
OmpOSISI
Campuran Viskositas Jenis Bahan Komposisi
Panas 3000-6000,cSt (60°C) ________ Prm·L 80
.-- -- -------- AC: 80 85:15
---··· ------------------ -- -~
Kadar air, %
------- -··--- --
SNI 06-2490-91
---------------- ------ ------------------- ---- ------- ----- ------------------- -
-----------
-
-------------
Residu pada destilasi sampai 360°C, % SNI 06-2488-91 - 81
15
TabeI 4 6 Kara kten·sfk . Hangat
I Perema1a
Peremaja Peremaja +Ltk
Metoda Persya-
Sifat-sifat Peremaja
Pengujian 80 Sir 80 Solr ratan
Viskositas pada MSHTOT-72
60°C, eSt atau 860 895 * * 800-1600
82,2°C, detik * * 127 124 100-200
--
Titik QYala, °C, detik SNI 06-2433-91 128 __ - 86 14~- 98 Min.66
-- ---"-- - - - - -
8eratjenis SNI 06-2441-91 0,926 0,966 0,978 0,962 Min.0,9_L
Kelarutan dim TCE, % SNI 06-2438-91 > 99 > 99 > 99 >9~- Min. 99,5
Kadar air SNI 06-2490-91 0 0 0 0 Maks. 0,2
----- - - - - -----------
Residu pada destilasi
SNI 06-2488-91 97 89,5 97 85 Min. 86
sampai 360°C %
*) Ttdak dilakukan penguJian
..
180
BO+Lt
170
160
80
u 150
~ 140
CIS I
Slr+Lt
~ 130
~
:;::;
120
i= 110
100
Sir
90
80 +-~.L_,
1 2 3 4
Jenis Peremaja
lr -- .. -------- ·---------- --------1
LCJ~arTI£ _1-i~ngt 0 C~l"f£_·r:Insj
Gambar 4.1 Grafik Jenis Peremaja vs Titik Nyala
Dari grafik di atas terlihat bahwa titik nyala peremaja 80 memiliki titik nyala
lebih tinggi dari peremaja Solar, terutama peremaja dengan penambahan
lateks. Hal ini menunjukkan bahwa campuran tahan terhadap panas.
16
4.2 PERENCANAAN CAMPURAN
a e .. ra d
Tbi47G . agregat campuran
as1
Uraian U k u ran saringan
Inch I 314" 1/2" 3/8 " #4 #8 #30 #50 #200
mm 19 12,7 9,5 4,75 2,36 0,6 0,3 0,08
J Spec. gradasi
Max 100,0 100,0 90,0 58,0 10,0
I
Min 100,0 90,0 28,0 4,0
Fuller 100,0 82,2 73,2 53,6 39,1 21,1 15,5 8,3
Daerah Dihindari
max 39,1 23,1 15,5
min 39,1 19,1 1 15,5
'--- __L _ _ - - - - - - - - - i
--------------------------------------------------,
. --.
10.0 +-~, ---·
0.0 ~- :·, - - - - - - l l - ; l l - - - - - - 4 !
0,075 0,30,6 2,36 4,75 9,5 12,7 19,0
Ukuran Saringan (mm)
'----
Gam bar 4.2 Gradasi Agregat Campuran
17
Tabel4.8 Sit:at Mars haII A s buton campuran p an as
Campuran Panas - MC 3000
Jumlah Asbuton (%)
Sifat-Sifat
Campuran 5 10 15
5-80 5-SL 5-80+L 5-SL+L 10-80 10-SL 10- 10- 15-80 15-SL 15- 15-
80+L SL+L 80+L SL+L
Kadar As pal (%) 6.5 6.5 6,5 6,5 7,15 7,2 7,15 7,2 8,5 8,1 7,65 7,6
Kepadatan 2,236 2,240 2,241 2,243 2,22 2,228 2,223 2,225 2,164 2,18 2,210 2,2
VMA,% 18,9 18,7 18,7 18,6 19,7 19,4 19,7 20,1 22,6 21,4 20,1 20,6
VIM Marshl, % 5,8 5,7 5,8 5,5
-~ ~L 5,2 6,0 5,5 5,7 5,6
--·-'---
5,8 6
VIM PRO,% 3,5 3,2 3,8 3,7 3,8 3,5 3,7 3,4 4 4,4 3,3 3,3
VF8,% 69 70 69 70 72 73 70 70 75 73 70 72
- -------- -~
Stabilitas Marshal 975 1067 993 993 970 1050 1064 1080 876 1120 1240
-~·
,J_200
Kelelehan, mm 3,2 2,9 3,4 3,4 3,4 3,4 3,2 3,5 3,8 3,5 3,4 3,6
------- --
Hasil bagi
Marshall, kg/mm 302 366 295 295 280 303 339 300 236 355 345 350
------- 1 - - - - - - - -
Stabilitas sisa, % 86 80 76 74 83
76- · - - -80 88 80 77 94 82
-- -~ ----- ------ --- --- -------- -~
Dynamis Stability
(T/mm) 3000 3500 2864 3316 3706 4200 3706 5727 3706 6300 6300 7875
-- --- -- - - - - ----- --- --------- - - - - - - - - 1 - -
Kec Deformasi
f{mm/m) 0,014 0,012 0,0147 0,013 0,0113 0,0109 0,0113 0,0073 0,011 0,007 0,007 0,005
Keterangan : 5-( ) = 5% Asbuton 80= 80
10-( ) = 10% Asbuton SL =Solar
15-{ ) = 15% Asbuton L = Lateks
,------------------ -~
400 8700-
noo -1~ ----
=;ij 350 ~- 1 - - - - - - - - - --- -~
.s::.
Ill 6700 +------- --------- --- -~
Ill
-~ 1: 5700 +-------- -------
:E=300 1-
0 4700 ~-
fuJi[---·
·c, --
.tj250 - 1-
,; 3700
I ·;
~ 2700 -- -
. ~ 200 1-----·
u; 1700 - --- -
700 -~uy
0 ...J ...J ...J 0 ...J ...J ...J ...J
(/) + + (/) + + 0 ...J
(/) +
...J
+
ID ID ID
0
oil oil ID
...J
a a 0 ...J 0 (/)
oil ID ...J
"'
(/) (/)
ID
oil oil a a
~
oil oil ~
Gam bar 4.3 Nilai Bagi Marshal dan Stabilitas Dinamis Asbuton Campuran Panas
Dari Tabel dan gam bar di atas menunjukkan bahwa penggunaan asbuton
sebesar 5%, 10%, ataupun 15% tidak menunjukkan perbedaan Nilai Bagi
Marshal secara berarti pada campuran panas. Demikian halnya dengan
penggunaan jenis peremaja 80 dan Solar maupun penambahan lateks
sebesar 1%.
Dari hasil pengujian Wheel Tracking, terlihat bahwa dengan penambahan
jumlah asbuton membuat campuran memiliki stabilitas dinamis yang tinggi
yang berarti campuran semakin kaku.
18
Tabel4.9 Sifat Marshall Asbuton Campuran Hangat
Camouran Hanaat lMC 800)
Sifat-Sifat Jumlah Asbuton (%)
Campuran 5 10 15
80 SL 80+L SL+L 80 SL 80+L SL+L 80 SL 80+L SL+L
Kadar Aspal (%) 7 7 6,5__ f-6,7 7,5 7,5 7,2 7,1 8,5 8 7,5 7,625
~_idatn _____ 2,231 2,232 2,37?_ -2,260
----
2,233 2,221 2,230 2,24 2,17 2,16 2,336 2,19
VMA,% 19 19 18 18 20 20 19 19 23 23 21 21
VIM Marshll, % 5,2 5,3 5,1 5 4,4 5,18 5 5,1 5,2 6,3 5,6 6,5
VF8,% 73,2 72,8 72 75 77 74 75 72 77 72 73 70
Stabilitas Marshall 445 474 1163 1280 605 626 1250 1410 545 610 1612 254
Kelelehan, mm 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 3,2 3,6 3 3 3,3 2,8 3,1
Nilai bagi Marshall,
161 169 411 440 215 196 350 470 165 186 569 BOO
~gL!lm __________ - - - -1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1-------- - -------- - - - - - - - - - - - - ·
Stabilitas sisa 84 80 82 78 74 86 83 76 79 90 90 81
Keterangan : 5-( ) = 5% Asbuton 80= 80
10-( ) = 10% Asbuton SL =Solar
15-( ) = 15% Asbuton L = Lateks
I:;
1
I
900
aoo
100
- - - - - - - - - - ---------- -=~
- - - - - ---- ---------------------- - I
i~ 600
' Ill 500
I~
g' 400
I~ 300 +-------1
I ~ 200
100
0
--' --' --' --' --' --'
i
0
Ill
--'
Ul
--'
+ + 0
Ill
--'
Ul + + 0
Ill Ul + + I
.;, .;, 0 --' 0 0 --' .;, .;, 0 --'
I Ill
.;,
Ul
.;,
0 Ill Ul
0
Ill
.;,
Ul
.;,
0
I
Jenis Peremaja
~
I
l -----------------------------------
____ j
Gam bar 4.4 Nilai Bagi Marshall Asbuton Campuran Han gat
19
Dari pengujian Ummata, asbuton campuran panas menunjukkan sifat
seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut :
Ta bel4 10 ReS11en
T Mod uus . on
I Campuran A sbut
Jumlah Asbuton (%)
Tem-
0 5 10 15
peratur
0-AC 5-80 5-Sir 10-80 10-Sir 15-80 15-Sir
··--- ·--- - - · · - - -- ---
25°C 2538 3144 3197 3236 4856 4155 5875
35°C 895,5 934 1103 1456 1820 2082 2641
- ~· ~- · - -- - - - --
45°C 465,9 493,1 528,6 1016 1108 1466 1679
Keterangan : 0-( ) = 0% Asbuton AC = Aspal Mumi
5-( ) = 5% Asbuton 80=80
10-( )=10% Asbuton Sir =Solar
15-( )=15% Asbuton
7.000
·~
en 6.000
.::I
'C 5.000 ---·-·--···--····· -·-······--· -··
0
:E 4.000
c: 3.000 . I
I
~
·u;
Gl
2.000 I
a:: 1.000
0
II
.... .... ....
(.)
4=
0
0
III
.;,
(ij
.;,
0
III
0
.
(ij
....
0
0
III
.;,
(ij
....
Ill
I
..- ..-
Jenis Premaja
20
tnm I 17m
l ,._le~:-
Htl Mi-
I Rm I
Dari
MC
KcBanJung AC Jalur2 3000
Cileunyi
~
I--·-·- - ------------------------------------ . ---- - -·-·-·-·-·-
Jalur I
Kondisi perkerasan lama diperiksa secara visual pada tabel Berikut ini :
Abu Batu 15,0% 15,0 15,0 15,0 13,8 9,9 5,4 4,1 2,1
Ag,sedang 42,1% 42,1 42,1 41,5 13,5 8,3 5,2 4,3 2,7
Ag,kasar 34,0% 34,0 25,8 19,7 8,8 4,1 0,3 0,3 0,1
Min, Asbuton 7,9% 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,5 6,7 4,1
Semen 1,0% 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Total campuran j1,000 100,0 91,8 85,1 45,0 31,2 19,4 16,3 9,9
Combinasi agregat Campuran AC Panas Pembanding
Abu Batu 31.0% 31.0 31.0 31.0 28.5 20.5 11.1 8.4 4.3
Ag,sedang 43.0% 43.0 43.0 42.4 13.8 8.5 5.4 4.3 2.7
Ag,kasar 24.0% 24.0 18.2 13.9 6.2 2.9 0.2 0.2 0.1
Min, Asbuton 0.0% 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Semen 2.0% 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
Total campuran 11.000 100.0 94.2 89.3 50.5 33.8 18.7 14.9 9.0
21
Lanjutan Tabel4.12. Gradasi agregat gabungan untukPenghamparan
Uraian U k u ran sarin ~an
Inc 314" 1/2" 318" #4 #8 #30 #50 #200
Mm 19 12,7 9,5 4,75 2,36 0,6 0,3 0,08
Spesifikasi gradasi
Max 100,0 100,0 90,0 58,0 10,0
Min 100,0 90,0 28,0 4,0
]_;:j :J - -
Fuller 100,0 82,2 73,2 53,6 39,1 21,1 15,5 8,3
-~IJ
Daerah Dihindari
max 139,1
min 39,1 19.1 15,5
·--- -- ... - --
i
- ·-~
Gambar 4.8 Gradasi Campuran Pembanding - AC Mumi
22
4.3.2 Sifat-sifat campuran hasil produksi dari AMP
4.3.5 Pemadatan
Mesin pemadat roda baja (8 ton) digunakan untuk pemadatan awal dan
pemadatan akhir, sedangkan mesin pemadat roda karet {12 ton) digunakan
untuk pemadatan antara.
23
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
24
5.2 SARAN
1. Jenis campuran Asbuton ke-3 pada Draft Spesifikasi Asbuton Campuran Panas
dan Hangat, memiliki gradasi terlalu halus (maksimum size lolos %") tidak cocok
untuk campuran asbuton. Karena campuran tersebut dapat mengakibatkan lapis
perkerasan mudah mengalami gelombang.
2. Penambahan persyaratan gradasi mineral asbuton halus seperti tertera pada
Draft Spesifikasi Asbuton Campuran Hangat dan Panas, Oktober 2001.
3. Penambahan persyaratan perencanaan kadar peremaja memakai standar
perencanaan kadar aspal optimum perkiraan yaitu :
Pb = 0,035 (o/oCA) + 0,045 (%FA)+ 0,18 (%Filler)+ Konstanta
Pb = kadar aspal CA = agregat Kasar FA= agregat Halus
4. Penggantian persyaratan Stabilitas Marshall campuran hangat yaitu turun
menjadi 550 kg. Stabilitas Marshall campuran panas naik menjadi 800kg.
5. Penambahan persyaratan rongga dalam campuran dengan kepadatan mutlak,
sesuai dengan Spesifikasi Campuran Beraspal Panas dengan kepadatan Mutlak
th 2000.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN FOTO
27
Foto 6. Pemadatan Awal
Foto 7. Pemadatan Antara
PETUNJUK PELAKSANAAN
ASBUTON CAMPURAN HANGAT DAN PANAS
I. U MUM
Asbuton campuran Hangat dan Panas adalah bahan perkerasan beraspal yang
terdiri dari agregat, asbuton dan modifier PH-800 atau PP-3000 dengan perbandingan
tertentu yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan hangat atau panas.
1.2. Sifat-sifat
Asbuton campuran Panas dalam petunjuk ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Kedap air
b. Mempunyai nilai struktural
1.3. Penggunaan
Asbuton campuran hangat atau Panas umumnya dapat digunakan sebagai lapis aus,
lapis antara dan lapis pondasi beraspal dari perkerasan jalan beraspal.
II. 8 AHA N
Bahan untuk Asbuton campuran hangat atau Panas, terdiri dari batu pecah
(crushed stone ) hasil pecahan melalui mesin pemecah agregat (stone crusher),
bahan pengisi (filler) bila diperlukan, asbuton dan modifier PP-800 atau PP-3000.
2.1. Agregat
a. Agregat Umum
-,. Agregat terdiri dari fraksi agregat kasar dan fraksi agregat hal us;
,. Agregat yang digunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan
yang ditentukan sesuai Formula campuran Kerja (FCK) ;
,. Perbedaan nilai berat jenis antara agregat kasar dan agregat halus tidak
boleh lebih dari 0,2.
., Perbedaan nilai berat jenis antara agregat kasar dan agregat halus tidak
boleh lebih dari 0,2.
b. Agregat Kasar
~ Fraksi agregat kasar harus .bersih, kuat, awet, bebas dari lempung dan bahan
lain yang tidak dikehendaki serta memenuhi persyaratan dalam Tabel 2.1a.
)i;- Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah.
J;- Agregat kasar harus mempunyai angularitas sebagaimana disyaratkan dalam
Tabel 2.1a. Angularitas agregat kasar diartikan sebagai butir agregat yang
lebih besar dari 4,76 mm (No. 4) dan mempunyai paling sedikit satu bidang
pecah, yang dinyatakan dalam satuan persen berat (DoT, Pensylvania Test
Method, PTM No. 621). Lihat Lampiran 6.3.C.
~ Agregat kasar yang mengandung kotoran atau debu lebih besar dari 1% lolos
saringan 0,075 mm tidak boleh digunakan.
c. Agregat Halus
,. Fraksi agregat halus hasil pemecah batu atau pasir alam untuk perencanaan
ini terdiri atas bahan yang lolos saringan ukuran 2,36 mm (NO. 8).
~ Agregat halus harus terdiri :3tas partikel-partikel yang bersih, keras, tidak
mengandung lempung atau bahan lain yang tidak dikehendaki, serta
memenuhi persyaratan yang diberikan pada Tabel 2.1b.
Tabel 2.1b Persyaratan Agregat Halus
d. Bahan Pengisi
:Y Bahan pengisi yang ditambahkan harus terdiri dari debu batu kapur
(limestone dust), semen portland, abu terbang, abut tanur semen atau
3
bahan non plastis lainnya dari sumber yang disetujui Direksi pekerjaan.
Bajan tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki.
;,.. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan
dan bila diuji dengan pengayakan secara basah sesuai dengan SK SNI M-
02-1994-03 harus mengandung bahan yang· lolos ayakan No.200 {75
micron) tidak kurang dari 75% terhadap beratnya.
-,. Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian digunakan sebagai
bahan pengisi yang ditambahkan, maka proporsi maksimum yang diijinkan
adalah 1,0 % dari berat total campuran beraspal.
2.2 Modifier
Modifier yang digunakan adalah setara MC -800 atau MC -3000, yang memenuhi
persyaratan sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 2.2 berikut.
2.3 Asbuton
Asbuton yang digunakan adalah asbuton lolos saringan No. 16, yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut: ·
).;. Asbuton harus bebas dari bahan organik, lempung dan bahan-bahan lain yang
tidak diijinkan.
;,.. Asbuton harus kering, homogen dan memiliki sifat-sifat yang memenuhi
persyaratan pada Tabel 2.3.
)o> Kadar bitumen Asbuton dan nilai penetrasi bitumen Asbuton harus tertentu dan
merata sebagaimana disyaratkan pada Tabel 2.3 .
.,_ Gradasi mineral Asbuton harus ditentukan berdasarkan hasil pengujian analisa
saringan dengan cara basah dari contoh Asbuton yang telah diekstraksi .
., Penyimpanan Asbuton harus di tempat yang kering dan beratap sehingga Asbuton
terlindung dari hujan atau sinar matahari langsung. Tinggi timbunan Asbuton tidak
boleh lebih dari 2 meter.
4
Tbi23P
a e ersvarat an Asbut on
Uraian Pengujian/Metode Persyaratan
2. Aspal cair
a. Aspal cair yang digunakan untuk lapis pengikat (tack coat) pada umumnya RC-
70, RC-250, aspal emulsi jenis CRS atau RS, yang memenuhi persyaratan
b. Aspal cair yang digunakan untuk lapis pengikat (prime coat) pada umumnya MC-
30, MC-70, MC-250 atau aspal emulsi jenis CMS atau MS, yang memenuhi
persyaratan
III. PERENCANAAN
Untuk mendapatkan campuran yang baik perlu dilakukan perencanaan campuran.
5
Tabel 3.2 Gradasi Agregat campuran Asbuton Panas
Ukuran Sarinaan Jenis Cam_ID.Jran
Metrik(mm) ASrM Lapis Antara L.a_Qis Permukaan
25 1" 100 -
19 3J4" 90-100 100
12 5 Y2" Max90 90-100
95 3/8" Max90
2 36 No. 8 23-39 28-58
0 075 No. 200 4-8 4-10
Daerah Terlarang
2 36 No.8 39 1-39 1 346-346
118 No. 16 25 6- 31 6 22 3-28 3
0 600 No. 30 191- 23~ 1~-207
0 300 No. 50 15 5- 15 5 13 7- 13 7
6
aspal 0,5% dan masing-masing dibuat paling sedikit dua buah, kemudian
padatkan sampai mencapai kepadatan mutlak (menggunakan prosedur
Percentage Refusal Density, BS-598 Part 104 1989). Ukur kepadatannya
dan ukur atau hitung kepadatan pada kondisi rongga udara nol untuk
contoh-contoh uji tersebut sesuai dengan AASHTO T-209-1990.
, Untuk masing-masing parameter yang tercantum dalam Tabel 3.3,
gambarkan batas-batas spesifikasi ke dalam gambar grafik dan tentukan
rentang kadar aspal yang memenuhi seluruh persyaratan. Pada grafik
tersebut gambarkan rentang kadar aspal seperti pada Gambar 1 dalam
Lampiran 6.3.F. Kadar aspal rencana akan berada dekat atau pada titik
tengah dari rentang kadar aspal yang memenuhi seluruh parameter yang
disyaratkan.
:r Campuran yang digunakan harus memenuhi seluruh kriteria dalam Tabel
3.3. Rentang kadar aspal campuran yang memenuhi seluruh kriteria harus
mendekati satu persen atau lebih.
IV. PELAKSANAAN
4.1. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dibagi dalam peralatan pencampur dan peralatan
-lapangan •·
4.1.1. Peralatan pencampur
a. Unit pencampur aspal (AMP)
b. Shovelloader
c. Sekop, pahat dan alat bantu lainnya
7
4.1.2. Peralatan lapangan
a. Mesin penghampar (asphalt finisher)
b. Alat pemadat : tandem roller, atau mesin gilas roda tiga 4-6 ton,
Pneumatic tyre roller 10-12 ton.
c. Dump truck
d. Asphalt sprayer
e. Compressor
f. Sekop, garu, sikat, balok kayu, roda dorong dal alat bantu lainnya
8
Proporsi takaran ini harus ditentukan dengan mencari gradasi secara
basah dari contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin) segera
sebelum produksi campuran dimulai dan pada interval waktu tertentu
sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, untuk
menjamin pengendalian penakaran.
4.2.4. Pencampuran
a. Asbuton dan Modifier PH -800 atau PP-3000 harus ditimbang atau diukur
dan dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan jumlah yang
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana digunakan instalasi
pencampur sistem penakaran, seluruh agregat kering harus dicampur
terlebih dahulu, kemudian baru sejumlah Asbuton dan modifier yang
tepat ditambahkan ke dalam agregat tersebut dan diaduk dengan waktu
sesingkat mungkin yang ditentukan dengan "pengujian derajat
penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar" sesuai dengan
prosedur AASHTO Tl95 - 67, untuk menghasilkan campuran yang
homogen dan semua butiran agregat terselimuti aspal dengan merata.
Selanjutnya Asbuton butir dimasukkan kedalam alat pencampur untuk
dicampur bersama-sama dengan agregat dan modifier yang telah
terlebih dahulu dicampur.
b. Waktu pencampuran total harus ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan dan
diatur dengan perangkat pengendali waktu yang handal. Untuk instalasi
pencampuran sistem menerus, waktu pencampuran yang dibutuhkan
harus ditentukan dengan "pengujian derajad penyelimutan aspal
terhadap butiran agregat kasar" sesuai dengan prosedur AASHTO T195-
67, dan paling lama 60 detik, dan dapat ditentukan dengan menyetel
ketinggian sekat baja dalam alat pencampur.
c. Temperatur Asbuton campuran panas saat dikeluarkan dari alat
pencampur harus dalam rentang absolut seperti yang dijelaskan dalam
Tabe! 4.2.5. Tidak ada campuran aspal yang diterima dalam Pekerjaan
bilamana temperatur pencampuran melampaui temperatur pencampuran
maksimum yang disyaratkan.
9
Tabel 4.2.5. Ketentuan Viskositas Aspal dan asbuton Campuran Panas
b. Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang dan
setiap muatan harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat neto.
Muatan campuran aspal tidak boleh dikirim terlalu sore agar
penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih
terang terkecuali tersedia penerangan yang dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.
10
dengan campuran aspal atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Bilamana permukaan yang akan dilapisi terdapat atau
mengandung sejumlah bahan dengan rongga dalam campuran yang
tidak memadai, sebagimana yang ditunjukkan dengan adanya kelelehan
plastis dan/atau kegemukan (bleeding), seluruh lapisan dengan bahan
plastis ini harus dibongkar. Pembongkaran semacam ini harus diteruskan
ke bawah sampai diperoleh bahan yang keras. Toleransi permukaan
setelah diperbaiki harus sama dengan yang disyaratkan untuk
pelaksanaan lapis pondasi agregat.
d. Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus
dibersihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan
sapu mekanis yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan.
e. Lapis perekat (tack coat) atau lapis resap pengikat (prime coat) harus
diterapkan sesuai dengan Seksi 6.1 dari Spesifikasi Buku III.
II
sebelum penggilasan sedapat mungkin harus dihindari. Butiran kasar tidak
boleh ditaburkan di atas permukaan yang dihampar dengan rapi.
i. Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi
penampung alat penghampar atau tempat lainnya.
j. Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah Iebar jalan atau hanya satu
lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang
penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan pada setiap hari
produksi dibuat seminimal mungkin.
4.5. Pemadatan
c. Penggilasan awal atau breakdown harus dilaksanakan baik dengan alat pema-
dat roda baja maupun dengan alat pemadat roda karet. Penggilasan awal
harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar.
Setiap titik perkerasan harus menerima minimum dua lintasan penggilasan awal.
Penggilasan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda
karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Penggilasan akhir atau
penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa
penggetar (vibrasi).
12
e. Penggilasan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian
dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan
berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada
tikungan harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak kearah yang
lebih tinggi. Untasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap)
minimum setengah Iebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir
pada titik yang kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya.
f. Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk penggilasan
awal harus terlebih dahulu menggilas lajur yang telah dihampar sebelumnya
sehingga tidak lebih dari 15 em dari Iebar roda penggilas yang menggilas tepi
sambungan yang belum dipadatkan. Penggilasan dengan lintasan yang
berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat sedikit demi
sedikit melewati sambungan, sampai tercapainya sambungan yang dipadatkan
dengan rapi.
g. Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10
km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak
mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan
arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang
menyebabkan terdorongnya campuran aspal.
i. Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk mencegah pele-
katan campuran aspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak
diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki untuk menghindari leng-
ketnya campuran aspal pada roda,
j. Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan
yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
k. Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor di atas perkerasan yang sedang
dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan
oleh Kontraktor atas perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya
pekerjaaan perbaikan ini menjadi beban Kontraktor.
I. Permukaan yang telah dipadatkan harus h9lus dan sesuai dengan lereng
melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap
campuran aspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan
kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan
campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan
lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran aspal terhampar
dengan luas 1000 cm 2 atau lebih yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan
13
bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan
sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan yang keropos
harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
m. Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus
memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan yang berlebihan
harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh
Kontraktor di luar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan yang
lokasinya disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
4.6. Sambungan
a. Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus
diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris
yang lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar
sambungan pada lapisan teratas berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu
lintas. Sambungan melintang harus lurus dan dihampar secara bertangga
dengan pergeseran jarak minimum 25 em.
b. Campuran aspal tidak boleh dihampar di samping campuran aspal yang telah
dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya telah tegak lurus atau telah
dipotong tegak lurus. Sapuan aspal sebagai lapis perekat untuk melekatkan
permukaan lama dan baru harus diberikan sesaat sebelum campuran aspal
dihampar di sebelah campuran aspal yang telah digilas sebelumnya.
14
4.7.2. Ketentuan Kepadatan
a. Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan, seperti
yang ditentukan dalam AASHTO T 166, tidak boleh kurang dari 97 %
Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density) untuk Lataston (HRS)
dan 98 % untuk semua campuran aspal lainnya.
b. Cara pengambilan benda uji campuran aspal dan pemadatan benda uji di
laboratorium masing-masing harus sesuai dengan AASHTO T 168 dan
SNI-06-2489-1991 untuk ukuran butir maksimum 25 mm atau ASTM
05581 untuk ukuran maksimum 50 mm.
b Pengendalian Proses
15
diperintahkan dalam Pasal 6.3.7.(3) dan 6.3.7.(4) (dalam Spesifikasi Baru
Beton Aspal Campuran Panas). Enam cetakan Marshall harus dibuat dari
setiap contoh. Benda uji harus dipadatkan pada temperatur yang
disyaratkan dalam Tabel 4.2.5 dan dalam jumlah tumbukan yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1) (dalam Spesifikasi Baru Beton Aspal
campuran Panas). Kepadatan benda uji rata-rata (Gmb) dari semua
cetakan Marshall yang dibuat setiap hari akan menjadi Kepadatan
Marshall Harian.
Direksi Pekerjaan harus memerintahkan Kontraktor untuk mengulangi
proses campuran rancangan dengan biaya Kontraktor sendiri bilamana
Kepadatan Marshall Harian rata-rata dari setiap produksi selama empat
hari berturut-turut berbeda lebih 1 % dari Kepadatan Standar Kerja
(JSD).
Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian
pengujian, Kontraktor dapat memilih untuk mengambil contoh di atas
ruas yang lebih panjang (yaitu, pada suatu frekuensi yang lebih besar)
dari yang diperlukan dalam Tabel 4.7.3.
Tabel 4.7.3. Pengendalian Mutu Pengambilan campuran
Frekwensi pengujian
Pengujian (satu pengambilan
contoh oer)
Aareaat:
- Abrasi denaan mesin Los Anqeles 5.000 m3
- Gradasi aqreqat yang ditambahkan ke tumpukan 1.000 m3
- Gradasi agregat dari penampung panas (hot bin) 250 m (min. 2 pengujian
3
oer hari)
- Nilai setara oasir (sand equivalent) 250m 3
Camouran:
- Suhu di AMP dan suhu saat samoai di laoanqan iam
- Gradasi dan kadar aspal 200 ton (min. 2 pengujian
oer harD
- Kepadatan, stabilitas, kelelehan, Marshall Quo- 200 ton (min. 2 pengujian
tient ronaaa dalam camouran ocl. 75 tumbukan oer hari)
- Rongga dalam campuran pd. Kepadatan Membal 3.000 ton
(refusal)
- Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan
aareaatirancanaan
16
Frekwensi pengujian
Pengujian (satu pengambilan
contoh per)
L.aoisan vana dihamoar :
- Benda uji inti (core) berdiameter 4" untuk partikel 200 meter panjang
ukuran maksimum 1" dan 6" untuk partikel ukuran
di atas 1", baik untuk pemeriksaan pema-datan
maupun tebal lapisan : paling sedikit 2 benda uji
inti per lajur dan 6 benda uji inti per 200 meter
oaniano.
ToleransiJ>elaksanaan :
- Elevasi permukaan, untuk penampang melintang Paling sedikit 3 titik yang
dari setiap jalur lalu lintas. diukur melintang pada
paling sedikit setiap 12,5
meter memanjang
se~njaf'lg tersebut..
17
a) Analisa ayakan {cara basah), paling sedikit dua contoh agregat dari
setiap penampung panas.
b) Temperatur campuran saat pengambilan contoh di instalasi
pencarripur aspal {AMP) maupun di lokasi penghamparan {satu per
jam).
c) Kepadatan Marshall Harian dengan detil dari semua benda uji yang
diperiksa.
d) Kepadatan hasil pemadatan di lapangan dan persentase kepadatan
lapangan relatif terhadap Kepadatan Campuran Kerja {Job Mix
Density) untuk setiap benda uji inti {core).
e) Stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, paling sedikit dua contoh.
f) Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi
kadar aspal paling sedikit dua contoh. Bilamana cara ekstraksi sentri-
fugal digunakan maka koreksi abu harus dilaksanakan seperti yang
disyaratkan AASHTO T164.
g) Rongga dalam campuran pada kepadatan membal {refusal), yang
dihitung berdasarkan Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan
aspal {AASHTO T 209).
h) Kadar aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung
berdasarkan Berat jenis Maksimum campuran perkerasan aspal
{AASHTO T209).
18
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)