Anda di halaman 1dari 4

Telat Membayar Pajak

Pajak merupakan istilah yang seringkali muncul dalam kehidupan sehari-hari


masyarakat Indonesia. Pajak dalam pengertian KKBI ialah sebuah pungutan yang biasanya
berupa uang dan harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau
pemerintah sehubungan dengan pendapatan, kepemilikan, harga beli barang, dan
sebagainya. Sedangkan definisi pajak yang diatur dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2007
yaitu tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara untuk memakmurkan rakyat.
Pada UU No.28 tentang KUP Pasal 1 ayat 2 menjelaskan bahwa pajak harus dibayar
oleh warga negara, tanpa terkecuali meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (Dari, n.d.). Namun demikian, masih banyak
khalayak yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut, contohnya seperti tidak
mendaftarkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), tidak mendaftarkan bisnis sebagai
pengusaha kena pajak, telat atau tidak membayar pajak dengan jumlah yang tepat, dan
menyampaikan SPT dengan informasi yang tidak sah atau lengkap.
Berdasarkan contoh-contoh pelanggaran di atas, kasus yang paling sering ada di
masyarakat ialah telat membayar pajak. Seperti salah satu artis Ibu Kota yang mengakui
dirinya terkena pajak progresif kendaraan. Kepala Unit Pelayanan Pajak Kendaraan
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (UP PKB dan BBN-KB) Kota
Administrasi Jakarta Selatan, Alberto Ali, menjelaskan nominal pajak kendaraan bermotor
dikenakan sebanyak 2 persen dari Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB). Namun, jika
memiliki kendaraan lebih dari satu dan menggunakan nama yang sama akan dikenakan 0,5
persen tiap kendaraannya. Alberto menyebut artis tersebut bisa menghabiskan biaya ratusan
juta dalam satu tahun untuk membayar pajak kedelapan mobil miliknya (Pratama, n.d.).
Pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1938 juga dijelaskan tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 3, ayat 4 berbunyi, "Apabila Wajib Pajak baik orang
pribadi atau badan ternyata tidak dapat menyampaikan atau menyiapkan laporan keuangan
tahunan atau neraca perusahaan beserta daftar rugi laba dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan pada ayat (3) huruf b karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis
penyusunan neraca atau laporan keuangan, sulit untuk memenuhi batas waktu penyelesaian
dan memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telah ditentukan, Wajib Pajak dapat
mengajukan permohonan agar memperoleh perpanjangan waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan" (RI, n.d.). Sebagaimana dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1938 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 3, ayat 7
menyatakan "Surat Pemberitahuan beserta lampirannya merupakan satu kesatuan, oleh
karena itu apabila Surat Pemberitahuan disampaikan tidak sepenuhnya dilampiri dengan
keterangan dan dokumen yang diharuskan, maka Surat Pemberitahuan tersebut dianggap
tidak disampaikan" (RI, n.d.).

UU Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 9 ayat 2a menyatakan bahwa wajib pajak


yang membayar pajaknya setelah jatuh tempo akan dikenakan denda sebesar 2% per bulan.
Denda tersebut dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran. “Pembayaran
atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang dilakukan setelah tanggal
jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan”
(Wahyuni, n.d.).

UU KUP 2007 Pasal 39A menyatakan bahwa Pidana penjara paling singkat 2 tahun
dan paling lama 6 tahun serta denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak dalam faktur pajak,
bukti pemungutan pajak, pemotongan pajak dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak
6 kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, pemotongan pajak dan/atau
bukti setoran pajak. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Menurut undang-undang ini, denda yang harus dibayar karena sanksi administrasi minimal
Rp 100.000,00 dan maksimal 100% dari total pajak. Untuk bunga, denda yang harus dibayar
adalah minimal 2% dari pajak yang tertagih dan maksimal 48% dari jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar. Sedangkan sanksi kenaikan diberikan minimal 50 % dari pajak yang
kurang dibayar dan maksimal 200% jika melanggar aturan (Harruma, n.d.).
Daftar Pustaka/Referensi (APA Edition 7)

Dari, K. (n.d.). Pengetahuan umum perpajakan. Retrieved October 19, 2022, from
https://www.pajakku.com/read/5dae9cb04c6a88754c088066/Pengetahuan-Umum-
Perpajakan
Harruma, I. (n.d.). Sanksi tidak membayar pajak. Retrieved October 19, 2022, from
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/02/13/04150031/sanksi-tidak-membayar-pajak
Hashela, R. (n.d.). Tolak bayar pajak, pidana bertindak. Retrieved October 19, 2022, from
https://www.jdih.tanahlautkab.go.id/artikel_hukum/detail/tolak-bayar-pajak-pidana-
bertindak
Pratama, A. (n.d.). Miliki banyak mobil, seorang artis sempat lupa bayar pajak kendaraan.
Retrieved October 19, 2022, from
https://entertainment.kompas.com/read/2016/09/22/175002210/miliki.banyak.mobil.seorang
.artis.sempat.lupa.bayar.pajak.kendaraan?page=all
RI, K. (n.d.). Penjelasan atas undang-undang republik Indonesia nomor 9 tahun 1994. Retrieved
October 19, 2022, from
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1994/9TAHUN~1994UULamp1.HTM
Wahyuni, W. (n.d.). Sanksi tidak lapor pajak tahunan, bisa didenda hingga penjara! Retrieved
October 19, 2022, from https://www.hukumonline.com/berita/a/sanksi-tidak-lapor-pajak-
tahunan--bisa-didenda-hingga-penjara-lt623811b7129c2

Anda mungkin juga menyukai