Anda di halaman 1dari 3

Kekerasan

Fenomena kekerasan berujung pembunuhan marak terjadi di Indonesia belakangan ini dan
banyak menuai kecaman dari kalangan masyarakat. Menurut KBBI, kekerasan adalah satu
masalah sosial yang selalu menarik dan menuntut perhatian yang serius dari waktu ke waktu.
Terlebih lagi, menurut asumsi umum serta beberapa hasil pengamatan dan penelitian berbagai
pihak, terdapat kecenderungan perkembangan peningkatan dari bentuk dan jenis tindak
kekerasan tertentu, baik secara kualitas maupun kuantitasnya.

Secara hukum, tindakan kekerasan adalah suatu perbuatan yang disengaja atau suatu bentuk
aksi atau perbuatan yang merupakan kelalaian, yang kesemuanya merupakan pelanggaran
atas hukum kriminal, yang dilakukan tanpa suatu pembelaan atau dasar kebenaran dan diberi
sanksi oleh Negara sebagai suatu tindak pidana berat atau tindak pelanggaran hukum yang
ringan (Zulfa, 2003). Menurut alkitab, kekerasan adalah sesuatu yang bertolak belakang
dengan Allah (Mazmur 11:5).

Tujuh tahun silam, tepatnya 16 Mei 2015 di Bali. Indonesia digemparkan oleh kasus
pembunuhan anak bernama Angeline Margriet (8 tahun) oleh ibu angkatnya. Motif dari
pembunuhan Angeline ialah warisan (ekonomi), hal tersebut diungkapkan oleh Jaksa
Penuntut Umum (JPU) di Pengadilan Negeri Denpasar (Sukiswanti, 2016). Kasus tersebut
menyita perhatian publik, hingga akhirnya diangkat menjadi sebuah film yang berjudul
‘Untuk Angeline’. Sebelum Angeline disiksa dan dibunuh, Angeline sempat mendapat olokan
dari teman-teman sekolahnya. Hal tersebut terjadi karena Angeline seringkali masuk sekolah
pada siang hari dengan keadaan yang lusuh. Penyebabnya adalah ibu angkatnya yang
menyuruhnya untuk bekerja dengan sangat keras. Keadaan tersebut tentu menyebabkan
menurunnya kesehatan mental Angeline.

Dari kasus ini, menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menghimbau agar
sekolah bisa mengetahui apa yang dialami siswa dan melapor apabila ada kejanggalan
(Pratama, 2015). Selain sekolah, orang tua juga harus bekerja sama dalam menjaga kesehatan
mental anak. Bila hal seperti ini terus dibiarkan, maka akan memberikan dampak negatif bagi
anak-anak. Dampak negatif yang dimaksud ialah sulit mengendalikan emosi, mengalami
penurunan fungsi otak, tekanan batin, berisiko lebih tinggi untuk mengalami masalah
Kesehatan, dan trauma.

Oleh sebab itu, kebijakan pemerintah, yakni Undang-Undang No.35 tahun 2014, yang
mengatur tentang perlindungan anak. Pemerintah perlu menegaskan lebih lanjut,
sebagaimana tertulis, “Dalam hal anak, dimaksud pada ayat (1), luka berat, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp100 juta.”

Umumnya kekerasan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor individual, faktor
kelompok, dan faktor lingkungan. Faktor individual meliputi kelainan jiwa, seperti psikopat,
stress, depresi, serta pengaruh obat. Sedangkan faktor kelompok cenderung membentuk
kelompok dengan memprioritaskan identitas berdasarkan persamaan ras, agama, atau etnis.
Contohnya adalah pekelahian antar pendukung klub bola pertandingan di stadion, kerusuhan
Mei 98, serta ada juga kekerasan berbau rasial yang terjadi di Afrika Selatan dan Amerika
pada orang kulit hitam. Selanjutnya ialah faktor lingkungan, seseorang yang tinggal di
lingkungan yang terbiasa dengan kekerasan akan terbiasa untuk melakukan kekerasan dan
menganggap kekerasan sebagai hal yang lumrah.

Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh tindakan kekerasan adalah sebagai berikut; secara
fisik berupa luka, memar, patah tulang, cacat, hingga kematian. Dampak terhadap mental
ialah menjadi pemalu, terhina, mimpi buruk, depresi, dan gangguan dalam menjalin
hubungan sosial. Kemudian, dampak sosial, yaitu korban kekerasan akan terisolasi,
dikucilkan di ranah sosial (sekolah, tempat kerja, lingkungan tempat tinggal, dll). Terakhir
ialah dampak terhadap ekonomi, dimana korban dieksploitasi penghasilannya untuk
kepentingan pasangan/orang tua.
Berdasarkan informasi-informasi yang telah dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa
kekerasan adalah sesuatu yang bertentangan dengan norma kehidupan. Jika seseorang
melakukan suatu kekerasan, maka dapat disimpulkan bahwa orang tersebut memiliki tingkat
kepedulian yang rendah. Kekerasan juga terjadi akibat rusaknya relasi antar sesame makhluk
hidup. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti relasi adalah hubungan,
perhubungan, pertalian, kenalan, atau pelanggan. Relasi itu sendiri merupakan sekelompok
orang yang telah membangun hubungan berdasarkan banyak kesamaan seperti, pekerjaan
yang sama, hobi yang sama, atau hubungan sosial yang membutuhkan kontak dan
komunikasi sebagai syarat keberadaannya. Sehingga bisa disebutkan relasi sehat lebih
merujuk kepada mindful relationship (membangun relasi dengan peuh kesadaran). Sebagai
makhluk sosial, kita dituntut untuk selalu bersosialisasi agar bisa memenuhi kebutuhan hidup,
oleh karena itu relasi merupakan suatu hal yang patut diperjuangkan.

Cara yang bisa kita lakukan agar kesehatan relasi tetap terjaga adalah menjaga komunikasi
dengan baik karena komunikasi sangat mempengaruhi relasi, selain itu kita juga harus saling
tolong menolong, jangan hanya ingin menerima keuntungan saja dan harus pintar
beradaptasi. Menghormati juga menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan agar Kesehatan
relasi tetap terjaga. Dengan rasa saling menghormati, maka kerja sama akan berjalan semakin
baik dan hubungan dengan relasi akan menjadi lebih dekat. Selain itu, untuk menjaga
kesehatan suatu relasi juga diperlukan kepercayaan satu sama lain. Maka dari itu, berikanlah
kesempatan kepada setiap orang untuk membangun kembali kepercayaan yang rusak

Anda mungkin juga menyukai