Anda di halaman 1dari 2

MENGAPA NAMA MOTIF BATIK BERBEDA

SEKALIPUN MOTIFNYA SAMA?


(Adi Kusrianto)

Suatu fenomena yang sangat menarik ketika saya mempelajari sejarah batik, khususnya
batik klasik dan batik dari alur historis, yang semakin lama ternyata semakin
mengasyikkan. Ibarat melihat sumur yang dalam dan tidak terlihat dasarnya.

Satu hal yang tidak bisa kita pungkiri, bahwa bicara tentang seni dan budaya (Art &
Culture), itu adalah suatu disiplin ilmu tersendiri. Jelas bukan rumpun ilmu eksakta alias
ilmu pasti.

Ketika seni dan budaya bertemu dengan ilmu antropologi, maka terjadi interaksi yang
luar biasa menarik. Bertemu dengan ilmu sejarah menjadi lebih seru lagi.

Beberapa pihak telah mencoba menginventarisir nama-nama batik klasik yang telah
tercipta dalam kurun beberapa abad sejak pemerintahan Sultan Agung
Hanyokrokusuma di abad ke 17 hingga abad ke duapuluh. Diantaranya pemerintahan
Hindia Belanda dalam sebuah catatan yang dibuat pada tahun

1930 telah memiliki ribuan nama batik yang tercipta diwilyah sekitar Solo dan Yogya.
Disamping itu Kantor Dinas Perindustrian Yogyakarta pernah membuat katalog yang
berisi nama-nama berbagai motif klasik khas Yogyakarta. Beberapa penulis sekaligus
pengamat batik seperti J.E.Jasper dan Mas Pirngadie (1916) kemudian dijaman kita Drs.
Hamzuri (1981) dari Direktorat Permuseuman serta Sri Soedewi Samsi (2011) telah
memperkuat data-data mengenai nama-nama batik klasik. Tetapi rasanya usaha
tersebut belum berhasil menyebutkan keseluruhan nama batik klasik yang pernah
diciptakan.

Pemerintah Hindia belanda pada awal abad ke 20 (sekitar tahun 1920an) telah
melakukan inventarisasi nama-nama motif batik saat itu ke seluruh wilayah
pembatikan disekitar kraton (voorstenlanden) dengan mengerahkan ASN zaman itu.
Hasilnya diperoleh 900an lebih nama-nama motif batik klasik (maksudnya batik yang
ada di era itu) sebagian besar disertai dengan skets bentuk motifnya. Hal ini dapat
dipahami mengingat saat itu teknik fotographi masih sangat mahal dan cukup ribet
pengoperasiannya. Apalagi alat sejenis scanner belum ada.

Sebagai hasil evaluasi, ternyata dari sekitar 900an nama motif yang tersebar di banyak
daerah di Pulau Jawa itu (sebagian besar Jawa Tengah dan sebagian kecil Jawa Timur
dan Jawa Barat) itu tercatat disain yang sama tetapi dicatat dengan nama-nama yang
berbeda.

Salah satu alasannya kenapa hal itu terjadi, karena budaya mencatat dan menulis
diantara para pembatik masih belum umum. Ingat, sampai tahun 1960an pemerintah
Indonesia masih gencar menyelenggarakan pemberantasan Buta Huruf.

Oleh karena itu, ketika seorang pembatik menghasilkan karyanya, ia menyebutkan judul
karyanya secara lesan, kemdian di ucapkan dari mulut ke mulut hingga sampai ke
konsumen. Perjalanan wourd of mouth inilah yang menyebabkan suatu nama bisa
berubah, atau se sampai di daerah lain bahkan berubah sama sekali (sekalipun motifnya
sama).

Fenomena lain yang perlu diingat, banyak seniman batik yang karya motifnya tidak
diberi nama. Akhirnya yang kemudian memberi nama (sekedar identitas penyebutan
suatu motif), si penjuallah yang menamai. Bukan hanya penjual, si pembeli yang
memiliki batik tak bernama itulah yang memberi nama.

Suatu nama bisa ditambah, diubah oleh penjual maupun pemiliknya. Itulah yang
menyebabkan data yang saat itu saya foto copi dari Perpustakaan Nasional Jakarta
banyak nama-nama yang sedikit berbeda, tetapi motifnya sama.

Yang paling parah justru sampai ke batik kraton. Jarang yang mengetahui secara formal
(letterligh) apa beda antara Batik Motif Parang dan Parang Rusak. Dan bayak lagi. Yang
baru kita bahas misalnya tentang nama motif Tambal, motif Pamiluto dan Tambal
Pamiluto. Untung saya telah memuat penjelasan secara rinci pada buku saya “100 Motif
Batik Klasik”.

Sedangkan pada buku *Batik, Filosofi, Motif dan Kegunaan* telah saya muat sebagian
nama-nama motif batik klasik disertai draft motifnya.

Pada tahun 1980an Drs. Hamzuri, (Dinas Pengembangan Museum Nasional Departemen
Pendidikan & Kebudayaan 1982/1983.) telah membukukan sebagian data nama-nama
batik klasik tersebut pada buku Batik Klasik.

***

Anda mungkin juga menyukai