Anda di halaman 1dari 7

Batik Jawa Timur Dari

Pasuruan Sampai
Gresik
BATIK KABUPATEN PASURUAN

(Oleh : Khasan Khusni)

Kain batik yang diproduksi di Jl Bader No. 177 Kalirejo,


Bangil, Pasuruan, Ciri khas batik ini adalah penggunaan bahan
organik untuk pewarna kain. Pengrajin batik ini adalah Sri
Kholifah (47), batik produksinya menggunakan getah daun
mangga, jolawe (sejenis rumput-rumputan), mahoni, kunyit, dan
bahan-bahan dasar lainnya untuk pewarna batik produksinya.

Meskipun bahan dasarnya dari tumbuhan-tumbuhan


organik, kain batik produksinya beraneka warna. Dari kuning
keemasan hingga coklat tua, bahkan kebiru-biruan. Untuk
mendapatkan gradasi dan kedalaman warna, tergantung proses
fiksasinya (biasa disebut teknik pencelupan), menggunakan zat
pengikat seperti kapur, tawas, atau batu tunjung.

Kain batik organik harganya menjadi lebih mahal, karena


prosesnya menjadi lebih lama. Jika kain batik yang menggunakan
pewarna kimia, sekitar dua pekan bisa selesai. Namun jika
menggunakan pewarna organik, prosesnya bisa mencapai antara
satu sampai dua bulan.
Kain batik organik harganya berkisar antara Rp. 400 Ribu hingga
Rp. 4,5 Juta per lembar yang lebarnya 2,5 meter sampai 4,5 meter
plus selendang. Tergantung motif serta kain yang digunakan, kain
mori, sutera atau sutera ATBM (alat tenun bukan mesin).

“Batik ini digemari warga mancanegara Di luar negeri,


tekstil dengan pewarna kimia dilarang, takut terkena kanker kulit.
Jadi mereka lebih suka yang pakai pewarna organik, dalam
mendisain motif batik selalu mengangkat potensi-potensi
Pasuruan. Diantaranya, Sumirat Ambarwangi, kain batik dengan
motif bunga sedap malam yang merupakan bunga ikon Pasuruan.

Batik Welirang Gondo Mukti, yaitu batik bermotif Gunung


Welirang, kawasan wisata andalan Pasuruan. Batik Ciptaning
Kusuma Wijaya, yakni batik bermotif Raja Airlangga yang sedang
bersemedi di Gunung Arjuna, serta Batik Wiyosing Widi, batik
dengan motif bunga krisan, khas nongkojajar, dan Batik
Husadaning Yekti, batik bermotif daun sirih dan batik jumputan
pasir bromo Dan batik Sekar Jagat dengan motif aneka bunga,
yang terakhir ini adalah motifIndonesia.

BATIK KABUPATEN PONOROGO

Batik Lesoeng dari Kabupaten Ponorogo. Batik Lesoeng


merupakan jenis batik baru yang mulai populer di Ponorogo
sekitar 5 tahun lalu. Dinamakan batik Lesoeng karena
penciptanya ingin membuat semacam trade mark untuk batik
jenis ini, sehingga berbeda dengan jenis batik-batik lain yang ada
di pasaran sekarang, yang menjadi keistimewaan dari batik ini
adalah motif yang dihasilkan tidak ada yang sama persis.
Warna dominan yang ada pada batik Lesoeng ini
kebanyakan berupa warna merah, hijau, dan biru. Hal tersebut
dikarenakan pada awal penciptaannya batik ini terinspirasi dari
kesenian reog Ponorogo yang sering menggunakan warna burung
merak. Batik Lesoeng merupakan gabungan dari batik tulis dan
lukis sehingga proses pembuatannya memerlukan waktu yang
cukup lama, antara 15-30 hari.

Di Ponorogo sendiri batik ini mempunyai peminatnya


sendiri, yakni kalangan menengah keatas. Hal itu wajar jika
melihat harga yang dibanderol untuk batik ini. Untuk sebuah kaos
batik Lesoeng saja harga yang dipatok Rp 120.000, hal itu belum
seberapa dibandingkan kain bermotif batik Lesoeng yang
harganya bisa mencapai Rp 600.000.

BATIK KOTA PROBOLINGGO

Batik manggur merupakan pusat batik pertama di Kota


Probolinggo. Sebagai inisiator, Batik Manggur mempunyai
keunikan, dengan ornamen dan bahan yang digunakan
menciptakan batik berkualitas. Hal tersebut didasarkan pada
seribu taman, motif angin dan mangga anggur.
Harga antara Rp. 150.000 - Rp. 600.000 dan untuk batik
cetak harga Rp. 70.000. Kebanyakan aktifitas pemasaran di Ceto
Supermarket, Gacor (pusat batik Kota Probolinggo), dan
mencakup Surabaya, Jakarta dan Batam. Keunikan produk
didasarkan pada warna alam yang diambil dari pohon-pohon
setempat. Batik Manggur, Jl. KH. Sulton, Kelurahan Triwung Kidul
. Atau telp Siti Malihadi +6285258729309/+62885336031269.

Batik Komak SMPN 6 PROBOLINGGO

Batik Komak

Batik komak tercipta memiliki cerita yang unik, dulu SMPN 6


yang berdiri sejak tahun 1985 ini dulu dikenal dengan SMP
KOMAKAN, karena  di SMP Negeri 6 dan sekitarnya ini banyak
tanaman komak. Dari kekhasan julukan SMPN 6 sebagai SMP
KOMAKAN akhirnya diputuskan untuk menciptakan motif Batik
Komak.

Dari tanaman komak yang dibawa oleh salah satu siswa,


maka ditunjukkan kepada seluruh siswa untuk mengamati secara
detail tanaman komak itu mulai dari buah, biji, kulit, daun, batang
dan bunganya. Kemudian dari hasil pengamatan itu
disket/digambar di atas kertas gambar. Di samping itu tanaman
itu juga difoto  dan disket/gambar. Dengan demikian sudah
ditemukan unsur-unsur utama dalam pembuatan desain motif ini.
Dari unsur-unsur utama ini pecipta mengembangkan bersama-
sama siswa untuk mewujudkan motif Batik Komak yang beragam.

Dari beragam desain motif-motif batik dengan unsur utama


komak tersebut dipilih desain-desain yang baik untuk
direalisasikan dalam sebuah karya batik tulis, namun lebih dari
itu Batik Komak memiliki ciri khas tersendiri yaitu Batik KOMAK
(Kreatif, Original,Menarik,Artistik dan Keren).

  BATIK KABUPATEN GRESIK  

 Batik Dulit Khas Kab. Gresik


Batik Dulit Sisik
Bandeng merupakan ikon
baru batik khas kota Gresik,
yang makin bersinar di tengah
gempuran produk-produk dari negara lain. Batik dengan motif
mengangkat produk lokal seperti sisik ikan bandeng, justru makin
diminati, karena mempertahankan nuansa tradisional, tanpa
bahan baku kimia, serta menggunakan daun-daun tanaman, yang
banyak tumbuh di lingkungan sekitar rumahnya, sebagai bahan
pewarna alami.
Arty Israwan (48 tahun) adalah satu-satunya perajin batik
dulit sisik bandeng, khas Gresik, di kompleks perumahan Gresik
kota baru, kecamatan kebomas, kabupaten Gresik. Di namakan
batik tulid, karena proses pewarnaannya di dulit atau hanya di
oleskan menggunakan kanvas. Batik dulit sisik bandeng dan
mahkota giri, merupakan salah satu produk batik unggulan, karya
tangan terampilnya, yang kini mulai disuka warga.
Sama dengan produk batik lainnya, pembuatan batik dulit
sisik bandeng diawali dengan pembuatan desain, dan dilanjutkan
dengan proses canting. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses
dulit, yakni pewarnaan melalui olesan yang dilanjutkan dengan
proses nembok, menggunakan malam, untuk menutup warna.
Selanjutnya, kain direbus untuk menghilangkan malam, dan
dilanjutkan dengan pewarnaan, yang memanfaatkan
menggunakan bahan baku alamiah, yakni daun-daun tanaman,
yang memiliki pewarna alami, diantaranya daun sirih, yang
banyak tumbuh di sekitar pekarangan. Produk batik dulit khas
Gresik ini dijual dengan harga bervariatif mulai dari 150 ribu
sampai dengan satu setengah juta rupiah, tergantung kualitas
kainnya. 

***

Anda mungkin juga menyukai