Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN AKHIR – ASPEK LINGKUNGAN HIDUP

Pelaksanaan kegiatan pembukaan lahan (penyiapan lahan) adalah


tahapan awal dari proses pembangunan kawasan unit transmigrasi, oleh karena
itu dalam proses pelaksanaannya terdapat penggunaan alat-alat mekanis; alat-
alat berat, yang mendominasi pelaksanaan pekerjaan tersebut. Pelaksanaan
kegiatan tersebut harus mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor: Kep.39/MENLH/8/1996, tentang Ketentuan-ketentuan pokok
pengelolaan lingkungan hidup.
Untuk dapat melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan, maka
setiap kegiatan pembangunan diharapkan dapat meningkatkan dampak positif
sekaligus menekan dampak negatif terhadap komponen lingkungan. Dalam
pelaksanaan pembangunan kawasan baru maka diperkirakan akan timbul
permasalahan terhadap lingkungan, sebagai akibat dari pembangunan kawasan
itu sendiri yang meliputi berbagai komponen, baik secara fisik, maupun kimia
(iklim, hidrologi, tanah), biologi (flora dan fauna), serta lingkungan sosial
(penduduk, budaya, pendidikan, kesehatan, sosial, dan kesempatan kerja).
Secara umum mitigasi lingkungan adalah merupakan upaya-upaya untuk
mencegah dampak negatif yang diperkirakan akan terjadi atau  telah terjadi
karena adanya rencana kegiatan atau menanggulangi dampak negatif yang
timbul sebagai akibat adanya suatu kegiatan/usaha. Mitigasi Lingkungan dalam
konteks mencegah atau mengendalikan dampak negatif dari suatu rencana
kegiatan dapat dilakukan melalui proses analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan/atau Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL).
Pembangunan kawasan transmigrasi yang selama ini dilaksanakan pada
dasarnya merubah ekosistem alami yang bersifat stabil menjadi ekosistem
buatan/binaan yang tidak stabil. Lahan dengan kelerengan tertentu ( > 3 %)
yang dibuka. dan curah hujan yang tinggi akan menyebabkan terjadinya erosi

RENCANA TEKNIS SATUAN PERMUKIMAN 114


DESA LAMELAY-KABUPATEN KONAWE
LAPORAN AKHIR – ASPEK LINGKUNGAN HIDUP

sehingga tanah menjadi tidak subur. Perubahan vegetasi hutan yang heterogen
menjadi tanaman budidaya pertanian yang homogen akan menyebabkan
timbulnya hama penyakit tanaman atau organisme pengganggu. Kondisi ini
menuntut adanya upaya pengelolaan lingkungan agar fungsi lingkungan di
kawasan transmigrasi tetap lestari.
Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pada
pembangunan kawasan transmigrasi, melalui Direktorat Jenderal Pemberdayaan
Sumberdaya Kawasan Transmigrasi telah menetapkan kebijakan pembangunan
kawasan transmigrasi berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Hal ini berarti
mengintegrasikan aspek lingkungan hidup pada setiap tahapan proses
pembangunan kawasan transmigrasi.
Sebagai implementasi kebijakan pembangunan kawasan transmigrasi
yang berwawasan lingkungan, setiap akan mebangun kawasan transmigrasi yang
baru (PTB) maka upaya mitigasi lingkungan dilakukan melalui proses AMDAL
atau UKL/UPL. Bagi pengembangan kawasan transmigrasi yang sudah ada (PTA)
dengan tidak merubah rencana usaha, maka mitigasi dampak lingkungan negatif
yang telah terjadi dilakukan melalui proses penanggulangan masalah lingkungan.

5.1 LINGKUNGAN FISIK DAN KIMIA


Merupakan tinjauan terhadap pengaruh lingkungan secara fisik dan kimia,
yang meliputi: iklim, tanah, dan hidrologi.

5.1.1 IKLIM
Sebagai akibat dari pembangunan secara fisik, terutama pembukaan
lahan, kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan iklim mikro. Hal
ini disebabkan sebelum dibuka menjadi daerah permukiman, maka rona
lingkungan awal yang terdiri dari hutan tersier dan hutan sekunder. Proses
pembukaan lahan yang kemudian diikuti dengan pengolahan lahan, terutama
pada lahan pekarangan dan lahan usaha yang difokuskan untuk usaha pertanian
tanaman pangan lahan kering akan berdampak pada peningkatan suhu udara,
suhu tanah, kelembaban, dan perubahan pola angin yang menyebabkan
terjadinya perubahan iklim mikro di daerah tersebut.
Meningkatnya suhu udara dan tanah akan mengakibatkan menguapnya
air tanah serta penurunan jumlah dan kualitas daru unsur hara yang mudah

RENCANA TEKNIS SATUAN PERMUKIMAN 115


DESA LAMELAY-KABUPATEN KONAWE
LAPORAN AKHIR – ASPEK LINGKUNGAN HIDUP

menguap, seperti nitrogen. Selain faktor tersebut, peningkatan suhu udara juga
dapat menyebabkan matinya mikroorganisme yang sangat berguna bagi
pertumbahan tanaman. Perubahan pola angin terjadi akibat hilangnya vegetasi
asli yang semula berfungsi sebagai penadah dan penahan angin.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan dampak terhadap perubahan iklim
mikro ini adalah bersifat sementara, dan relatif kecil pengaruhnya terhadap
lingkungan secara makro, sebab dampak ini akan segera tertanggulangi jika
tanaman yang ditanam oleh warga transmigran sebagai bagian dari usaha
taninya sudah tumbuh dan telah menutupi permukaan tanah.

5.1.2 TANAH
Dampak pembukaan lahan terhadap kondisi tanah yang utama adalah
faktor erosi, baik erosi percik maupun erosi alur yang mengakibatkan terjadinya
proses pencucian dan penghanyutan bahan-bahan organik, partikel-partikel
tanah atas (top soil), sehingga berdampak pada menurunnya produktifitas tanah,
sehingga untuk menanggulangi hal tersebut sebaiknya pembukaan lahan harus
segera diikuti dengan usaha penanaman yang dapat menutupi keseluruhan
permukaan yang telah dibuka tersebut.

5.1.3 HIDROLOGI
Pada tahap pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dalam hal ini pembukaan
lahan yang dilaksanakan mungkin akan mengakibatkan terjadinya pencemaran
pada air sungai dan anak sungai yang ada disekitarnya. Pencemaran tersebut
dapat berupa kekeruhan pada air sungai itu sendiri, sedimen, bahkan
pendangkalan akibat longsoran yang terbawa arus sungai, yang pada akhirnya
akan menimbulkan banjir.
Akibat dari dampak tersebut akan terjadi penurunan porositas tanah,
yang selanjutnya mengakibatkan berkurangnya sifat peresapan pada tanah serta
daya simpan air dalam tanah, sehingga jika terjadi hujan, maka sebagian air
hujan tidak dapat meresap kedalam tanah dan menimbulkan erosi. Sehingga
proses pengisian perkolasi dan infiltrasi air tanah tidak dapat berjalan dengan
sempurna. Keadaan tersebut dapat berdampak pada meningkatnya debit air
sungai sesaat pada waktu musim penghujan dan akan segera menurun drastis
pada waktu musim kemarau.

RENCANA TEKNIS SATUAN PERMUKIMAN 116


DESA LAMELAY-KABUPATEN KONAWE
LAPORAN AKHIR – ASPEK LINGKUNGAN HIDUP

5.2 LINGKUNGAN BIOLOGIS


Telah diuraikan diatas bahwa akibat pembukaan lahan akan
mengakibatkan perubahan status hutan menjadi status kawasan budidaya
pertanian, sehingga secara biologis akan berdampak pada lingkungan flora dan
fauna yang telah ada sebelumnya.

5.2.1 FLORA
Proses perubahan vegetasi hutan menjadi vegetasi tanaman pertanian,
umumnya dapat memberikan dampak negatif terhadap flora yang ada. Dampak
utama yang nyata adalah hilangnya vegetasi hutan serta berbagai jenis tanaman
yang ada sebelumnya, sedangkan dampak sekunder adalah ancaman terhadap
kelestarian flora asli yang mungkin dijumpai didaerah tersebut yang masih tersisa
sebagai lahan konservasi, hal ini disebabkan besarnya kebutuhan transmigran
akan kayu bakar dan bahan bangunan, dan biasanya dilakukan dengan sistem
penebangan liar.

5.2.2 FAUNA
Kemungkinan hilangnya habitat fauna yang ada karena jika sebelumnya
masih terdapat hutan disekitarnya, hewan-hewan dapat bermukim pada habitat
alaminya dengan tenang, namun setelah dilakukan pembukaan lahan dan
datangnya transmigran di lokasi perencanaan, maka fauna akan terdesak ruang
geraknya dan habitat alami merekapun terganggu, sehingga harus menyingkir
untuk tetap bertahan, dan bagi yang tidak bisa bertahan dapat mati hingga
punah.
Dampak lain yang mungkin terjadi adalah munculnya perburuan liar yang
dapat berakibat semakin cepat proses punahnya spesies satwa di lokasi dan
wilayah sekitar lokasi perencanaan, jika hal ini dibiarkan maka akan
mengakibatkan gangguan pada keseimbangan ekosistem.

RENCANA TEKNIS SATUAN PERMUKIMAN 117


DESA LAMELAY-KABUPATEN KONAWE
LAPORAN AKHIR – ASPEK LINGKUNGAN HIDUP

5.3 LINGKUNGAN SOSIAL


5.3.1 SOSIAL EKONOMI
Pengembangan suatu kawasan baru diperkirakan dapat memacu
timbulnya berbagai aktifitas baru, khususnya aktifitas perekonomian. Aktifitas ini
dapat berkembang baik didalam lokasi perencanaan maupun wilayah sekitar
lokasi perencanaan, dimana pada akhirnya diharapkan dapat memacu
berkembangnya aktifitas perekonomian pada Desa Lamelay pada khususnya, dan
Kecamatan Meluhu pada umumnya. Yang mana kondisi ini dapat memberikan
manfaat yang besar bagi perkembangan ekonomi lokal.
Pada saat berlangsungnya pembangunan fisik, diperkirakan akan muncul
berbagai kesempatan tumbuhnya usaha baru. Kondisi ini dikarenakan dari
adanya aktifitas pembangunan yang membutuhkan tenaga kerja dengan jumlah
yang cukup besar, dan aktifitas tersebut membutuhkan dukungan logistik yang
cukup besar bagi para pekerja, sehingga paling tidak akan memacu adanya
sektor informal seperti warung-warung yang menyediakan kebutuhan pokok
sehari-hari para pekerja. Dimana warung-warung tersebut dapat didirikan dan
dikelola oleh penduduk yang bermukim di sekitar lokasi proyek.

5.3.2 SOSIAL BUDAYA


Pembangunan unit kawasan permukiman transmigrasi yang dilaksanakan,
diharapkan dapat segera diikuti dengan penyediaan dan pembangunan fasilitas
umum yang melayani kebutuhan dasar masyarakat, seperti misalnya fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan, serta fasilitas sosial lainnya. Keberadaan fasilitas
umum ini diharapkan dapat menimbulkan dampak positif, yaitu semakin
meningkatnya kualitas hidup masyarakat, baik bagi penduduk yang bermukim di
lokasi transmigrasi maupun penduduk yang tinggal di wilayah sekitar lokasi
transmigrasi.
Dampak negatif yang mungkin terjadi adalah timbulnya konflik antara
penduduk lokal dengan pendatang (transmigran), khususnya berupa konflik
dalam pergaulan yang mungkin muncul sebagai akibat dari perbedaan budaya,
adat-istiadat, dan tata perilaku antara mereka. Namun demikian, jika hal ini
dapat dikelola dengan baik maka dapat menambah khasanah kekayaan budaya
yang ada sehingga proses interaksi sosial akan berjalan dengan baik.

RENCANA TEKNIS SATUAN PERMUKIMAN 118


DESA LAMELAY-KABUPATEN KONAWE
LAPORAN AKHIR – ASPEK LINGKUNGAN HIDUP

Dari uraian pengaruh dampak lingkungan diatas, maka dapat disimpulkan


bahwa penanganan-penanganan terhadap dampak negatif secara dini, perlu
menjadi salah satu perhatian utama yang harus diseriusi oleh berbagai pihak,
khususnya pada stakeholder, agar tidak mengakibatkan dampak negatif yang
lebih besar. Komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya sebagian besar
akan berpengaruh positif terhadap lingkungannya.

5.4 PERKIRAAN DAMPAK PEMBANGUNAN PERMUKIMAN


Pada tahap pembangunan fisik dilaksanakan, maka dampak lingkungan
yang mungkin timbul adalah terganggunya keseimbangan air tanah, dan erosi
permukaan. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya pekerjaan pembukaan lahan;
land clearing yang semula kawasan tersebut berupa kawasan non budidaya
menjadi kawasan budidaya yang jumlah tutupan vegetasinya berkurang,
sehingga berdampak pada berkurangnya jumlah resapan air hujan, yang
diakibatkan dari berkurangnya jumlah pohon yang semula menjadi penyangga
ketersediaan air. Air hujan yang turun ke bumi akan mengalir mengikuti
kemiringan lereng yang dapat menimbulkan terjadinya erosi tanah pada
permukaan yang dilewatinya.
Dalam mengevaluasi dampak ekonomi pembangunan permukiman, fokus
utama adalah masalah perekonomian yang terbentuk dengan dibangunnya suatu
permukiman baru, serta akan ditempatkannya para transmigran pada lokasi
tersebut. Dari aktifitas tersebut, maka diperkirakan akan menimbulkan adanya
pusat-pusat perekonomian baru. Kondisi ini akan memberikan pengaruh positif.

5.5 USULAN PENANGANAN DAMPAK PEMBANGUNAN


PERMUKIMAN
Untuk menanggulangi dampak negatif dari pembangunan kawasan
permukiman, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
pembukaan lahan dan pembangunan sarana-prasarana lainnya, maka diusulkan
langkah-langkah penanggulangan sebagai berikut:

5.5.1 FISIK DAN BIOLOGIS

RENCANA TEKNIS SATUAN PERMUKIMAN 119


DESA LAMELAY-KABUPATEN KONAWE
LAPORAN AKHIR – ASPEK LINGKUNGAN HIDUP

Untuk menanggulangi dampak yang mungkin timbul pada komponen


fisik-biologis, maka perlu diupayakan langkah-langkah pendekatan sebagai
berikut:
 Sebagai usaha untuk mengurangi terjadinya kerusakan terhadap lapisan
atas tanah yang relatif subur, maka pada saat pelaksanaan pembukaan
lahan, semaksimal mungkin dilakukan dengan menggunakan cara manual
ataupun semi mekanis. Kemudian diikuti dengan segera melakukan
penanaman kembali pada lahan yang terbuka tersebut dengan tanaman
penutup; cover crop, sehingga area tersebut tidak terbuka terlalu lama.
 Pada jalur sepanjang kiri-kanan sungai, juga pada anak sungai, harus
disediakan jalur hijau; green belt. Hal ini perlu dilakukan, untuk mencegah
terjadinya pelebaran sungai dan erosi pada areal sekitar sungai.
 Pembangunan jalan poros penghubung, dan jalan desa harus dilengkapi
dengan sistem drainase yang baik, serta penanaman pohon pelindung pada
tepi jalan.
 Sebagai upaya meningkatkan kesuburan tanah yang hilang pada proses
pembukaan lahan, maka perlu diperlukan upaya rehabilitasi kondisi tanah
dengan pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun non organik
(namun lebih diutamakan pemberian pupuk organik), yang sesuai dengan
rekomendasi tenaga ahli pertanian dan instansi teknis lainnya.
 Untuk mengantisipasi punahnya beberapa jenis satwa liar yang berada
pada lokasi perencanaan, seperti Anoa, Rusa, dan jenis binatang yang
dilindungi lainnya dari kepunahan, maka perlu adanya zona konservasi atau
penangkaran, untuk menghindari perburuan liar yang dilakukan oleh
masyarakat.

5.5.2 SOSIAL DAN BUDAYA


Penanggulangan dampak negatif yang timbul pada komponen sosial
ekonomi dan sosial budaya, dapat dilakukan dengan sistem pendekatan
peningkatan taraf hidup; kualitas hidup. Langkah lain yang dilakukan adalah
dengan menerapkan pendekatan persuasif sebagai langkah pencegahan maupun
penanganan atas timbulnya perselisihan ataupun pertentangan budaya. Selain itu
perhatian dari para stakeholders sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam masalah sosial budaya adalah:

RENCANA TEKNIS SATUAN PERMUKIMAN 120


DESA LAMELAY-KABUPATEN KONAWE
LAPORAN AKHIR – ASPEK LINGKUNGAN HIDUP

 Penduduk asli dan setempat mempunyai peran penting dalam pengelolaan


lingkungan: masyarakatlah yang tampil di garis depan untuk menjaga
keserasian lingkungan sosial serta melestarikan fungsi lingkungan.
 Keberpihakan: mereka yang tadinya tidak terlibat, yang terjadi antara lain
karena kedudukan sosialnya yang rendah seperti mereka yang miskin
terhadap akses sumberdaya, tidak berpendidikan dan kaum perempuan
harus di prioritaskan.
 Menghargai perbedaan: keanekaragaman suku, ras, agama dan golongan
tidak dijadikan alasan konflik, tetapi justru menjadi sumber kekuatan dalam
menggalang kesatuan dan persatuan.
 Keberlanjutan: setiap pelaksanaan kegiatan atau program harus dilakukan
monitoring dan evaluasi secara terus menerus dan di perbaiki baik kualitas
maupun kuantitas kegiatannya, sehingga program tersebut akan semakin
sempurna dan tidak hanya bermanfaat untuk saat ini tetapi bermanfaat
bagi generasi berikutnya.
 Pemberdayaan: upaya memberdayakan masyarakat yang bertujuan
membentuk suatu masyarakat yang mampu mengelola lingkungan sosial
yang mandiri dalam mengembangkan perikehidupan mereka. Masing-
masing pihak yang terlibat tidak terlepas dari kekuatan dan kelemahan,
sehingga dalam proses kegiatan diharapkan terjadi suatu proses saling
belajar dan memberdayakan satu sama lain.
 Partisipasi: harus dipahami sebagai keterlibatan pada suatu bagian dari
sebuah kegiatan. posisi ataupun peran yang di kerjakan tidaklah penting.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai ketrampilan, kemampuan dan
prakarsa serta hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam
proses kegiatan dengan posisi dan peran yang setara guna membangun
dialog tanpa melihat jenjang dan stukrtur masing-masing. Berbagai pihak
yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distirbusi kewenangan dan
kekuasan untuk menghidnari terjadinya dominasi.
 Tindakan Komunikatif; Adalah upaya membangun arus informasi yang dua
arah, adil, dan setara. Upaya ini merupakan persyaratan bagi kerjasama
antara individu dan kelompok, keberlanjutan dan permberdayaan, serta
keserasian lingkungan.

RENCANA TEKNIS SATUAN PERMUKIMAN 121


DESA LAMELAY-KABUPATEN KONAWE
LAPORAN AKHIR – ASPEK LINGKUNGAN HIDUP

RENCANA TEKNIS SATUAN PERMUKIMAN 122


DESA LAMELAY-KABUPATEN KONAWE

Anda mungkin juga menyukai