Bab V Lingkungan
Bab V Lingkungan
sehingga tanah menjadi tidak subur. Perubahan vegetasi hutan yang heterogen
menjadi tanaman budidaya pertanian yang homogen akan menyebabkan
timbulnya hama penyakit tanaman atau organisme pengganggu. Kondisi ini
menuntut adanya upaya pengelolaan lingkungan agar fungsi lingkungan di
kawasan transmigrasi tetap lestari.
Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pada
pembangunan kawasan transmigrasi, melalui Direktorat Jenderal Pemberdayaan
Sumberdaya Kawasan Transmigrasi telah menetapkan kebijakan pembangunan
kawasan transmigrasi berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Hal ini berarti
mengintegrasikan aspek lingkungan hidup pada setiap tahapan proses
pembangunan kawasan transmigrasi.
Sebagai implementasi kebijakan pembangunan kawasan transmigrasi
yang berwawasan lingkungan, setiap akan mebangun kawasan transmigrasi yang
baru (PTB) maka upaya mitigasi lingkungan dilakukan melalui proses AMDAL
atau UKL/UPL. Bagi pengembangan kawasan transmigrasi yang sudah ada (PTA)
dengan tidak merubah rencana usaha, maka mitigasi dampak lingkungan negatif
yang telah terjadi dilakukan melalui proses penanggulangan masalah lingkungan.
5.1.1 IKLIM
Sebagai akibat dari pembangunan secara fisik, terutama pembukaan
lahan, kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan iklim mikro. Hal
ini disebabkan sebelum dibuka menjadi daerah permukiman, maka rona
lingkungan awal yang terdiri dari hutan tersier dan hutan sekunder. Proses
pembukaan lahan yang kemudian diikuti dengan pengolahan lahan, terutama
pada lahan pekarangan dan lahan usaha yang difokuskan untuk usaha pertanian
tanaman pangan lahan kering akan berdampak pada peningkatan suhu udara,
suhu tanah, kelembaban, dan perubahan pola angin yang menyebabkan
terjadinya perubahan iklim mikro di daerah tersebut.
Meningkatnya suhu udara dan tanah akan mengakibatkan menguapnya
air tanah serta penurunan jumlah dan kualitas daru unsur hara yang mudah
menguap, seperti nitrogen. Selain faktor tersebut, peningkatan suhu udara juga
dapat menyebabkan matinya mikroorganisme yang sangat berguna bagi
pertumbahan tanaman. Perubahan pola angin terjadi akibat hilangnya vegetasi
asli yang semula berfungsi sebagai penadah dan penahan angin.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan dampak terhadap perubahan iklim
mikro ini adalah bersifat sementara, dan relatif kecil pengaruhnya terhadap
lingkungan secara makro, sebab dampak ini akan segera tertanggulangi jika
tanaman yang ditanam oleh warga transmigran sebagai bagian dari usaha
taninya sudah tumbuh dan telah menutupi permukaan tanah.
5.1.2 TANAH
Dampak pembukaan lahan terhadap kondisi tanah yang utama adalah
faktor erosi, baik erosi percik maupun erosi alur yang mengakibatkan terjadinya
proses pencucian dan penghanyutan bahan-bahan organik, partikel-partikel
tanah atas (top soil), sehingga berdampak pada menurunnya produktifitas tanah,
sehingga untuk menanggulangi hal tersebut sebaiknya pembukaan lahan harus
segera diikuti dengan usaha penanaman yang dapat menutupi keseluruhan
permukaan yang telah dibuka tersebut.
5.1.3 HIDROLOGI
Pada tahap pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dalam hal ini pembukaan
lahan yang dilaksanakan mungkin akan mengakibatkan terjadinya pencemaran
pada air sungai dan anak sungai yang ada disekitarnya. Pencemaran tersebut
dapat berupa kekeruhan pada air sungai itu sendiri, sedimen, bahkan
pendangkalan akibat longsoran yang terbawa arus sungai, yang pada akhirnya
akan menimbulkan banjir.
Akibat dari dampak tersebut akan terjadi penurunan porositas tanah,
yang selanjutnya mengakibatkan berkurangnya sifat peresapan pada tanah serta
daya simpan air dalam tanah, sehingga jika terjadi hujan, maka sebagian air
hujan tidak dapat meresap kedalam tanah dan menimbulkan erosi. Sehingga
proses pengisian perkolasi dan infiltrasi air tanah tidak dapat berjalan dengan
sempurna. Keadaan tersebut dapat berdampak pada meningkatnya debit air
sungai sesaat pada waktu musim penghujan dan akan segera menurun drastis
pada waktu musim kemarau.
5.2.1 FLORA
Proses perubahan vegetasi hutan menjadi vegetasi tanaman pertanian,
umumnya dapat memberikan dampak negatif terhadap flora yang ada. Dampak
utama yang nyata adalah hilangnya vegetasi hutan serta berbagai jenis tanaman
yang ada sebelumnya, sedangkan dampak sekunder adalah ancaman terhadap
kelestarian flora asli yang mungkin dijumpai didaerah tersebut yang masih tersisa
sebagai lahan konservasi, hal ini disebabkan besarnya kebutuhan transmigran
akan kayu bakar dan bahan bangunan, dan biasanya dilakukan dengan sistem
penebangan liar.
5.2.2 FAUNA
Kemungkinan hilangnya habitat fauna yang ada karena jika sebelumnya
masih terdapat hutan disekitarnya, hewan-hewan dapat bermukim pada habitat
alaminya dengan tenang, namun setelah dilakukan pembukaan lahan dan
datangnya transmigran di lokasi perencanaan, maka fauna akan terdesak ruang
geraknya dan habitat alami merekapun terganggu, sehingga harus menyingkir
untuk tetap bertahan, dan bagi yang tidak bisa bertahan dapat mati hingga
punah.
Dampak lain yang mungkin terjadi adalah munculnya perburuan liar yang
dapat berakibat semakin cepat proses punahnya spesies satwa di lokasi dan
wilayah sekitar lokasi perencanaan, jika hal ini dibiarkan maka akan
mengakibatkan gangguan pada keseimbangan ekosistem.