Anda di halaman 1dari 120

BAB V

PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA

A. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI


A.1 Pengertian Sarana dan Prasarana

Sarana prasarana infrastruktur merupakan suatu dasar atau kerangka pada suatu
permukiman yang bermanfaat sebagai komponen pelayan masyarakat yang
berfungsi mendukung segala aktifitas yang ada dipermukiman tersebut melalui
fasilitas-fasilitas yang disiapkan. Sarana Infrastruktur itu sendiri dibedakan
menjadi 2 (dua) macam:
1. Sarana prasarana yang bersifat fisik merupakan bangunan pendukung
permukiman yang terlihat seperti jalan, drainase, jembatan.
2. Sarana prasarana yang bersifat sistem, dimana sarana prasarana ini
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat tetapi karena sistemnya yang
berjalan baik seperti SAB, telekomunikasi, jaringan IPAL.
Menurut Grigg (2000) ada 6 kategori besar infrastruktur yaitu:
1. Kelompok jalan (jalan, jalan raya, jembatan).
2. Kelompok pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan,
bandar udara).
3. Kelompok air (air bersih, air kotor, semua sistem air, termasuk jalan air).
4. Kelompok manajemen limbah (sistem manajemen limbah padat).
5. Kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar.
6. Kelompok produksi dan distribusi energi (listrik dan gas)
Sedangkan fasilitas fisik Infrastruktur:
1. Sistem penyediaan air bersih, termasuk dam, reservoir, transmisi,
treatment, dan fasilitas distribusi.
2. Sistem manajemen air limbah, termasuk pengumpulan, treatment,
pembuangan, dan sistem pemakaian kembali.
3. Fasilitas manajemen limbah padat.
4. Fasilitas transportasi, termasuk jalan raya, jalan rel dan bandar udara.
,termasuk didalamnya adalah lampu, sinyal, dan fasilitas control
5. Sistem transit public.
6. Sistem kelistrikan, termasuk produksi dan distribusi.
7. Fasilitas pengolahan gas alam.
8. Fasilitas pengaturan banjir, drainase, dan irigasi.
9. Fasilitas navigasi dan lalu lintas / jalan air.
10. Bangunan publik seperti sekolah, rumah sakit, kantor polisi, fasilitas
pemadam kebakaran.
11. Fasilitas perumahan.
12. Taman, tempat bermain, dan fasilitas rekreasi, termasuk stadion.

PSU (Prasarana, Sarana dan Utilitas umum) merupakan kelengkapan fisik untuk mendukung
terwujudnya perumahan yang sehat, aman dan terjangkau. Dengan demikian ketersediaan
prasarana, sarana, dan utilitas umum merupakan kelengkapan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya pengembangan perumahan dan kawasan permukiman.

Penyediaan atau bantuan PSU adalah pemberian sebagian dari komponen PSU yang
merupakan satu kesatuan sistem jaringan PSU perumahan dan kawasan permukiman yang
fungsional. (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2011 tentang Pedoman Bantuan PSU Perumahan dan Kawasan Permukiman)

Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman perkotaan ataupun
perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni. (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Bantuan PSU Perumahan dan Kawasan
Permukiman)

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan
perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. (Peraturan Menteri
Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman
Bantuan PSU Perumahan dan Kawasan Permukiman)

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan
penghidupan. (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2011 tentang Pedoman Bantuan PSU Perumahan dan Kawasan Permukiman)
Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu
untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman. (Peraturan
Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 tentang
Pedoman Bantuan PSU Perumahan dan Kawasan Permukiman)

Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. (Peraturan
Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 tentang
Pedoman Bantuan PSU Perumahan dan Kawasan Permukiman)

Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian. (Peraturan
Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 tentang
Pedoman Bantuan PSU Perumahan dan Kawasan Permukiman)

Dalam Permendagri No 9 Tahun 2009 tentang Penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas
Perumahan dan Permukiman di Daerah, fasilitas umum maupun fasilitas sosial masih
dikategorikan dalam prasarana, yang merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan perumahan dan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Serta, dapat pula sebagai sarana, yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Fasilitas umum
dan fasilitas sosial merupakan sebuah prasarana atau sarana penunjang layanan kegiatan
yang ada dalam perumahan.

Menurut keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.378/1987 tentang Standar


Konstruksi Bangunan Indonesia, ”Prasarana Lingkungan adalah jalan, saluran air
minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah, jaringan listrik”.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri No.59/1988 tentang Petunjuk
Pelaksanaan PerMenDagri No.2/1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota:
”Sistem utama jaringan utilitas kota (pola jaringan fungsi primer dan sekunder) seperti
air bersih, telepon, listrik, gas, air kotor/drainase, air limbah”.
Menurut SNI 03-1733-2004, Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi,sosial dan budaya.
Utilitas adalah pelayanan seperti air bersih, air limbah, gas, listrik dan telepon, yang
pada umumnya di perlukan untuk beroperasinya suatu bangunan dan lingkungan
permukiman. Utilitas umum adalah fasilitas umum seperti PUSKESMAS, taman kanak
kanak, tempat bermain, pos polisi yang umumnya diperlukan sebagai sarana
penunjang pelayanan lingkungan.

A.2 Perencanaan Kebutuhan Sarana Hunian


Berdasarkan SNI 03-1733-2004 : Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan, perencanaan kebutuhan Prasarana dan Sarana Lingkungan harus memiliki
syarat sebagai berikut :
Standar kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan
NO PRASARANA/UTILITAS SARANA
1 Jaringan Jalan Sarana pemerintahan dan pelayanan umum
2 Jaringan drainase sarana pendidikan dan pembelajaran
3 Jaringan Air Bersih sarana kesehatan
4 Jaringan Air Limbah sarana peribadatan
5 Jaringan Persampahan Sarana perdagangan dan Niaga
6 Jaringan Listrik Sarana kebudayaan dan rekreasi
7 Jaringan Telepon sarana Ruang terbuka Publik
8 Jaringan Transportasi Lokal
(SNI 03-1733-2004)

a) Ketentuan Dasar Perencanaan


Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia yang selain berfungsi sebagai
tempat berteduh dan melakukan kegiatan sehari-hari dalam keluarga, juga
berperan besar dalam pembentukan karakter keluarga. Sehingga selain harus
memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan keamanan, rumah juga harus
memberikan kenyamanan bagi penghuninya, baik kenyamanan thermal maupun
psikis sesuai kebutuhan penghuninya.
Untuk merencanakan bangunan rumah yang memenuhi persyaratan teknis
kesehatan, keamanan dan kenyamanan, data dan informasi yang perlu
dipersiapkan:
1. Jumlah dan komposisi anggota keluarga
2. Penghasilan keluarga.
3. Karakteristik nilai sosial budaya yang membentuk kegiatan berkeluarga
dan kemasyarakatan.
4. Kondisi topografi dan geografi area rencana sarana hunian.
5. Kondisi iklim; suhu, angin, kelembapan kawasan yang direncanakan.
Pertimbangan gangguan bencana alam.
6. Kondisi vegetasi eksisting dan sekitar.
7. Peraturan setempat, seperti rencana tata ruang yang meliputi GSB, KDB,
KLB, dan sejenisnya, atau peraturan bangunan secara spesifik, seperti
aturan khusus arsitektur, keselamatan dan bahan bangunan.
Kebutuhan data dan informasi pada perencanaan bangunan sarana hunian
ini dapat mengacu secara terinci pada peraturan lain mengenai hal tersebut.
Dalam merencanakan kebutuhan lahan untuk sarana lingkungan, didasarkan
pada beberapa ketentuan khusus, yaitu:
1. Besaran standar ini direncanakan untuk kawasan dengan kepadatan
penduduk <200 jiwa/ha.
2. Untuk mengatasi kesulitan mendapatkan lahan, beberapa sarana dapat
dibangun secara bergabung dalam satu lokasi atau bangunan dengan
tidak mengurangi kualitas lingkungan secara menyeluruh
3. Untuk kawasan yang berkepadatan >200 jiwa/ha diberikan reduksi 15-
30% terhadap persyaratan kebutuhan lahan.
4. Perencanaan prasarana lingkungan, utilitas umum dan sarana lingkungan
harus direncanakan secara terpadu dengan mempertimbangkan
keberadaan prasarana dan sarana yang telah ada dengan tidak
mengurangi kualitas dan kuantitas secara menyeluruh.

Faktor reduksi kebutuhan lahan untuk sarana lingkungan berdasarkan


kepadatan penduduk

(SNI 03-1733-2004 )

b) Penggolongan
Acuan penggolongan sarana hunian ini berdasarkan beberapa
ketentuan / peraturan yang telah berlaku, berdasarkan tipe wujud fisik
arsitektural dibedakan atas:
1. Hunian Tidak Bertingkat
Hunian tidak bertingkat adalah bangunan rumah yang bagian huniannya
berada langsung di atas permukaan tanah, berupa rumah tunggal,
rumah kopel dan rumah deret. Bangunan rumah dapat bertingkat
dengan kepemilikan dan dihuni pihak yang sama.
2. Hunian Bertingkat
Hunian bertingkat adalah rumah susun (rusun) baik untuk golongan
berpenghasilan rendah (rumah susun sederhana sewa), golongan
berpenghasilan menengah (rumah susun sederhana) dan maupun
golongan berpenghasilan atas (rumah susun mewah apartemen).
Bangunan rumah bertingkat dengan kepemilikan dan dihuni pihak yang
berbeda dan terdapat ruang serta fasilitas bersama.

Penggolongan sarana hunian

(SNI 03-1733-2004)

c) Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Lingkungan


1. Sarana pemerintahan dan pelayanan umum
Yang termasuk dalam sarana pemerintahan dan pelayan umum adalah
a. Kantor-kantor pelayanan / administrasi pemerintahan dan
administrasi kependudukan;
b. Kantor pelayanan utilitas umum dan jasa; seperti layanan air
bersih (pam), listrik (pln), telepon, dan pos; serta
c. Pos-pos pelayanan keamanan dan keselamatan; seperti pos
keamanan dan pos pemadam kebakaran.
Dasar penyediaan sarana pemerintahan dan pelayanan umum untuk
melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik yang informal (RT dan RW)
maupun yang formal (Kelurahan dan Kecamatan), dan bukan didasarkan semata-
mata pada jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut.
Dasar penyediaan sarana ini juga mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat
terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai
konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan sarana
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan
dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
2. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan
kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk.
Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang
dilayani oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan ini juga akan
mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok
lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup
bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya.
Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan
jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang
harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
Beberapa jenis sarana yang dibutuhkan adalah
a. Posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-
anak usia balita.
b. Balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada
penduduk dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada
penyembuhan (currative) tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-
waktu tertentu juga untuk vaksinasi.
c. Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin), yang berfungsi
melayani ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta
melayani anak usia sampai dengan 6 tahun.
d. Puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan
kepada penduduk dalam penyembuhan penyakit, selain melaksanakan
program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit di wilayah
kerjanya.
e. Puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit
pelayanan kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan
terbatas dan membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup
wilayah yang lebih kecil.
f. Tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan
pelayanan kesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada
usaha penyembuhan tanpa perawatan.
g. Apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-
obatan, baik untuk penyembuhan maupun pencegahan

Kebutuhan sarana kesehatan

(SNI 03-1733-2004)
3. Sarana peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi
kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang
direncanakan selain
sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat
yang bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang
dianut oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang
jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan
setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu. Pendekatan
perencanaan yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi dan jenis
agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi
bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius. Dasar
penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan
unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Hal ini dapat terkait dengan
bentukan grup bangunan / blok yang nantinya lahir sesuai konteks
lingkungannya. Penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan
jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang
harus dipenuhi untuk melayani area tertentu.
Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan
memperhatikan struktur penduduk menurut agama yang dianut, dan tata cara
atau pola masyarakat setempat dalam menjalankan ibadah agamanya.
Adapun jenis sarana ibadah untuk agama Islam, direncanakan sebagai berikut:
a. Kelompok penduduk 250 jiwa, diperlukan musholla/langgar.
b. Kelompok penduduk 2.500 jiwa, disediakan masjid.
c. Kelompok penduduk 30.000 jiwa, disediakan masjid kelurahan
d. Kelompok penduduk 120.000 jiwa, disediakan masjid
kecamatan. Untuk sarana ibadah agama lain, direncanakan sebagai
berikut:
a. Katolik mengikuti paroki.
b. Hindu mengikuti adat.
c. Budha dan kristen protestan mengikuti sistem kekerabatan atau
hirarki lembaga.
Untuk sarana ibadah agama Islam dan Kristen Protestan dan Katolik, kebutuhan
ruang dihitung dengan dasar perencanaan 1,2 m 2/jemaah, termasuk ruang
ibadah, ruang pelayanan dan sirkulasi pergerakan. Untuk sarana ibadah agama
Islam, luas lahan minimal direncanakan sebagai berikut:
a. Musholla/langgar dengan luas lahan minimal 45 m2
b. Masjid dengan luas lahan minimal 300 m2
c. Masjid kelurahan dengan luas lahan minimal 1.800 m2
d. Masjid kecamatan dengan luas lahan minimal 3.600 m2
Untuk agama lain, kebutuhan ruang dan lahan disesuaikan dengan kebiasaan
penganut agama setempat dalam melakukan ibadah agamanya.

Kebutuhan sarana peribadatan

(SNI 03-1733-2004)

4. Sarana kebudayaan dan rekreasi


Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang dipergunakan
untuk mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan atau rekreasi, seperti
gedung pertemuan, gedung serba guna, bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain.
Bangunan dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan
pelayanan umum, sehingga penggunaan dan pengelolaan bangunan ini dapat
berintegrasi menurut kepentingannya pada waktu-waktu yang berbeda.
Penetapan jenis/macam sarana kebudayaan dan rekreasi pada suatu
daerah sangat tergantung pada kondisi setempat area tersebut, yaitu
menyangkut faktor- faktor:
a. Tata kehidupan penduduknya.
b. Struktur sosial penduduknya.
Menurut lingkup pelayanannya, jenis sarana kebudayaan dan rekreasi
meliputi:
a. Balai warga/balai pertemuan (skala pelayanan unit RW≈2.500
penduduk).
b. Balai serbaguna (skala pelayanan unit Kelurahan ≈30.000 penduduk);
c. Gedung pertemuan/gedung serbaguna (skala pelayanan unit kecamatan
≈120.000 penduduk)
d. Bioskop (skala pelayanan unit kecamatan ≈120.000 penduduk).

Kebutuhan sarana kebudayaan dan rekreasi

(SNI 03-1733-2004)

5. Sarana ruang terbuka, taman, dan taman olah raga


Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang
mempunyai arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi
dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan
dalam Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988, yang menyatakan "Ruang terbuka
hijau yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau
budidaya tanaman, dalam pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal
berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan.

Penggolongan sarana ruang terbuka hijau di lingkungan perumahan


berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap sejumlah penduduk. Keseluruhan
jenis ruang terbuka hijau tersebut adalah :

a. Setiap unit RT ≈ kawasan berpenduduk 250 jiwa dibutuhkan minimal 1


untuk taman yang dapat memberikan kesegaran pada kota, baik udara
segar maupun cahaya matahari, sekaligus tempat bermain anak-anak.
b. Setiap unit RW ≈ kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan sekurang-
kurangnya satu daerah terbuka berupa taman, di samping daerah-
daerah terbuka yang telah ada pada tiap kelompok 250 penduduk
sebaiknya, yang berfungsi sebagai taman tempat main anak-anak dan
lapangan olahraga kegiatan olahraga.
c. Setiap unit Kelurahan ≈ kawasan berpenduduk 30.000 jiwa diperlukan
taman dan lapangan olahraga untuk melayani kebutuhan kegiatan
penduduk di area terbuka, seperti pertandingan olah raga, upacara serta
kegiatan lainnya.
d. Setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus
memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) lapangan hijau terbuka yang
berfungsi sebagai tempat pertandingan olahraga (tenis lapangan, bola
basket dan lain-lain), upacara serta kegiatan lainnya yang membutuhkan
tempat yang luas dan terbuka.
e. Setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus
memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) ruang terbuka yang berfungsi
sebagai kuburan/pemakaman umum.
f. Selain taman dan lapangan olah raga terbuka, harus disediakan jalur-
jalur hijau sebagai cadangan/sumber-sumber alam, sekaligus berfungsi
sebagai filter dari polusi yang dihasilkan oleh industri, dengan lokasi
menyebar.
g. Diperlukan penyediaan jalur hijau sebagai jalur pengaman lintasan
kereta api, dan jalur pengaman bagi penempatan utilitas kota, dengan
lokasi menyebar.
h. Pada kasus tertentu, mengembangkan pemanfaatan bantaran sungai
sebagai ruang terbuka hijau atau ruang interaksi sosial (river walk) dan
olahraga.
Kebutuhan luas lahan ruang terbuka hijau berdasarkan kapasitas pelayanan
sesuai jumlah penduduk, dengan standar 1 m2 /penduduk. Kebutuhan lahan
tersebut adalah:
a. Taman untuk unit RT ≈ 250 penduduk, sekurang-kurangnya diperlukan
250 m2 atau dengan standar 1 m2 /penduduk.
b. Taman untuk unit RW ≈ 2.500 penduduk, dibutuhkan minimal 1.250 m2
atau dengan standar 0,5 m2 /penduduk yang lokasinya dapat disatukan
dengan pusat kegiatan RW lainnya, seperti balai pertemuan, pos hansip
dan sebagainya.
c. Taman dan lapangan olahraga untuk unit Kelurahan ≈ 30.000 penduduk,
diperlukan lahan seluas 9.000 m2 atau dengan standar 0,3
m2/penduduk.
d. Taman dan lapangan olahraga untuk unit Kecamatan ≈ 120.000
penduduk, diperlukan lahan seluas 24.000 m2 (2,4 hektar) atau dengan
standar 0,2 m2/penduduk.
e. Dibutuhkan jalur hijau seluas 15m2 / penduduk yang lokasinya
menyebar.
f. Besarnya lahan kuburan/pemakaman umum tergantung dari sistem
penyempurnaan yang dianut sesuai agama dan kepercayaan masing-
masing. Acuan perhitungan luasan berdasarkan angka kematian
setempat dan/atau sistem penyempurnaan

Sarana kebutuhan ruang terbuka, taman dan lapangan olahraga

(SNI 03-1733-2004)

6. Prasarana/ utilitas - jaringan jalan


Lingkungan perumahan harus disediakan jaringan jalan untuk pergerakan
manusia dan kendaraan, dan berfungsi sebagai akses untuk penyelamatan dalam
keadaan darurat. Dalam merencanakan jaringan jalan, harus mengacu pada
ketentuan teknis tentang pembangunan prasarana jalan perumahan, jaringan
jalan dan geometri jalan yang berlaku, terutama mengenai tata cara
perencanaan umum jaringan jalan pergerakan kendaraan dan manusia, dan
akses penyelamatan dalam
keadaan darurat drainase pada lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu
pedoman teknis jaringan jalan diatur dalam Pedoman Teknis Prasarana Jalan
Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri Jalan), Dirjen Cipta Karya, 1998.
Jenis prasarana dan utilitas pada jaringan jalan yang harus disediakan
ditetapkan menurut klasifikasi jalan perumahan yang disusun berdasarkan hirarki
jalan, fungsi jalan dan kelas kawasan/lingkungan perumahan. Jalan perumahan
yang baik harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pergerakan
pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengendara kendaraan bermotor. Selain itu
harus didukung pula oleh ketersediaan prasarana pendukung jalan, seperti
perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, rambu lalu lintas, parkir dan lain-
lain.

Klasifikasi jalan di lingkungan perumahan

(SNI 03-1733-2004)

7. Prasarana/Utilitas - jaringan drainase


Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan drainase sesuai
ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/ perundangan
yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan
drainase lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu ketentuan yang berlaku
adalah SNI 02-2406-1991 tentang Tata cara perencanaan umum drainase
perkotaan. Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air
permukaan ke
badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang harus
disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan.

Bagian jaringan drainase

(SNI 03-1733-2004)

8. Prasarana/utilitas – jaringan air bersih


Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang memenuhi
persyaratan untuk keperluan rumah tangga. Untuk itu, lingkungan perumahan
harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis
yang diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah berlaku, terutama
mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air bersih lingkungan
perumahan di perkotaan.
Beberapa ketentuan yang terkait adalah:
a. SNI 03-2399-1991tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK
Umum.
b. SNI 03-1745-1989tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air bersih yang harus
disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a. Kebutuhan air bersih.
b. Jaringan air bersih
c. Kran umum
d. Hidran kebakaran
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
a. Penyediaan kebutuhan air bersih
1) Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari
perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
2) Apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem
penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat
sambungan rumah atau sambungan halaman.
b. Penyediaan jaringan air bersih
1) Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai
dengan sambungan rumah
2) Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa pvc, gip atau
fiber glass.
3) Pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan
menggunakan gip.
c. Penyediaan kran umum
1) Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa.
2) Radius pelayanan maksimum 100 meter.
3) Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari.
4) Ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991
tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
d. Penyediaan hidran kebakaran
1) Untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter.
2) Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter.
3) Jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter.
4) Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat
sumur-sumur kebakaran.
5) Perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989
tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.
9. Prasarana/Utilitas – jaringan air limbah
Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai
ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan
yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air
limbah lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satunya adalah SNI-03-2398-
2002tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan,
serta
pedoman tentang pengelolaan air limbah secara komunal pada lingkungan
perumahan yang berlaku.
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus
disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a. Septik tank.
b. Bidang resapan.
c. Jaringan pemipaan air limbah
Lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air
limbah yang memenuhi ketentuan perencanaan plambing yang berlaku. Apabila
kemungkinan membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan
harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus
dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah kota atau dengan cara
pengolahan lain. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat bidang resapan
pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang resapan bersama yang dapat
melayani beberapa rumah.
10. Prasarana/Utilitas – jaringan persampahan
Lingkungan perumahan harus dilayani sistem persampahan yang mengacu
pada:
a. SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara teknik operasional pengolahan
sampah perkotaan.
b. SNI 03-3242-1994 tentang Tata cara pengelolaan sampah di
permukiman.
c. SNI 03-3241-1994 tentang Tata cara pemilihan lokasi
tempat pembuangan akhir sampah.

Jenis-jenis elemen perencanaan yang harus disediakan adalah gerobak


sampah; bak sampah, tempat pembuangan sementara (TPS), dan tempat
pembuangan akhir (TPA). Distribusi dimulai pada lingkup terkecil RW, Kelurahan,
Kecamatan hingga lingkup Kota.
Kebutuhan prasarana persampahan

(SNI 03-1733-2004)

11. Prasarana / Utilitas – jaringan listrik


Lingkungan perumahan harus dilengkapi perencanaan penyediaan jaringan
listrik sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang mengacu pada:
a. SNI 04-6267.601-2002 tentang Istilah kelistrikan (Bab 601:
Pembangkitan, Penyaluran dan Pendistribusian Tenaga Listrik – Umum)
b. SNI 04-8287.602-2002 tentang Istilah kelistrikan (Bab 602:
Pembangkitan).
c. SNI 04-8287.603-2002 tentang Istilah kelistrikan (Bab 603:
Pembangkitan, Penyaluran dan Pendistribusian Tenaga Listrik –
Perencanaan dan Manajemen Sistem Tenaga Listrik).
Pemasangan seluruh instalasi di dalam lingkungan perumahan ataupun
dalam bangunan hunian juga harus direncanakan secara terintegrasi dengan
berdasarkan peraturan-peraturan dan persyaratan tambahan yang berlaku,
seperti:
a. Peraturan umum instalasi listrik (puil).
b. Peraturan yang berlaku di pln wilayah setempat.
c. Peraturan-peraturan lain yang masih juga dipakai seperti antara lain ave.
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan listrik yang harus
disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a. Kebutuhan daya listrik.
b. Jaringan listrik.
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
a. Penyediaan kebutuhan daya listrik
1) Setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari
PLN atau dari sumber lain.
2) Setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum
450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total
kebutuhan rumah tangga.
b. Penyediaan jaringan listrik
1) Disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki
pelayanan, dimana besar pasokannya telah diprediksikan berdasarkan
jumlah unit hunian yang mengisi blok siap bangun.
2) Disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan
pada area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak
menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar (lihat gambar 1
mengenai bagian-bagian pada jalan).
3) Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang
ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum.
4) Adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux
dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah.
5) Sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak
dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat
permanen karena akan membahayakan keselamatan;
12. Prasarana / Utilitas – jaringan telepon
Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan telepon sesuai ketentuan
dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang telah
berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan telepon
lingkungan perumahan di perkotaan. Jenis prasarana dan utilitas jaringan
telepon yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a. Kebutuhan sambungan telepon.
b. Jaringan telepon.
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
a. Penyediaan kebutuhan sambungan telepon
1) Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan
telepon umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa
atau dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai
berikut:
i. R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3 sambungan/rumah
ii. R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2
sambungan/rumah
iii. R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1 sambungan/rumah
2) Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk
setiap 250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-
pusat kegiatan lingkungan RT tersebut.
3) Ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki
jarak radius bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m.
4) Penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area-area publik
seperti ruang terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan
dengan bangunan sarana lingkungan.
5) Penempatan pesawat telepon harus terlindungi terhadap cuaca
(hujan dan panas matahari) yang dapat diintegrasikan dengan
kebutuhan kenyamanan pemakai telepon umum tersebut.
b. Penyediaan jaringan telepon
1) Tiap lingkungan rumah perlu dilayani jaringan telepon lingkungan dan
jaringan telepon ke hunian.
2) Jaringan telepon ini dapat diintegrasikan dengan jaringan pergerakan
(jaringan jalan) dan jaringan prasarana / utilitas lain.
3) Tiang listrik yang ditempatkan pada area damija (≈daerah milik jalan,)
pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di
trotoar.
4) Stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000 sambungan
dengan radius pelayanan 3 – 5 km dihitung dari copper center, yang
berfungsi sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan
pelanggan.
Adapun data dan informasi yang diperlukan untuk merencanakan
penyediaan sambungan telepon rumah tangga adalah:
a. Rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota dan perkembangan lokasi yang
direncanakan, berkaitan dengan kebutuhan sambungan telepon.
b. Tingkat pendapatan keluarga dan kegiatan rumah tangga untuk
mengasumsikan kebutuhan sambungan telepon pada kawasan yang
direncanakan.
c. Jarak terjauh rumah yang direncanakan terhadap Stasiun Telepon
Otomat (STO), berkaitan dengan kebutuhan STO pada kawasan yang
direncanakan.
d. Kapasitas terpasang STO yang ada.
e. Teknologi jaringan telepon yang diterapkan, berkaitan radius pelayanan.

A.3 Pengertian Jalan dan Pengelompokan Jalan Umum


Jalan menurut PP No.34Tahun 2006 adalah prasarana transportasi darat
yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Dalam PP No 34 Tahun 2006 pasal 3, jalan umum dikelompokan dalam sistem
jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan. Dijelaskan sebagai
berikut:
a) Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri
dari sistem jaringan primer dan jaringan sistem sekunder yang terjadi dalam
hubungan herarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana
tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan antara kawasan
dan atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan.
1. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem jaringan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah
tingkat nasional dan dengan memperhatikan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat pusat kegiatan sebagai berikut :
a. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat
kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai pusat kegiatan
lingkungan.
b. Menghubungkan antara pusat kegiatan nasional
2. Sistem Jaringan Sekunder
Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat perkotaan yang menghubungkan secara terus menerus kawasan
yang mempunyai fungsi primer. Fungsi sekunder satu,fungsi sekunder kedua,
fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke persil.
b) Fungsi Jalan
Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan,
fungsi jalan di bedakan atas arteri, lokal, dan lingkungan. Fungsi jalan tersebut
terdapat pada sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
1. Pada jaringan sistem jaringan primer, fungsi jalan ini dibedakan atas arteri
primer, kolektor primer, lokal primer dan lingkungan primer yang
dinyatakan sebagai :
a. Jalan Arteri Primer
Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan
nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
wilayah.
b. Jalan Kolektor Primer
Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lokal, antara pusat kegiatan wilayah,
atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
c. Jalan Lokal Primer
Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lingkungan, antar pusat kegiatan lokal, atau
pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan serta antar pusat
kegiatan lingkungan.
d. Jalan Lingkungan Primer.
Jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam kawasan
perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
2. Pada sistem jaringan sekunder, fungsi jalan di bedakan atas arteri sekunder,
kolektor sekunder, lokal sekunder dan lingkungan sekunder yang
dinyatakan sebagai berikut :
a. Jalan Arteri Sekunder
Jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder
kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu,
atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
b. Jalan Kolektor Sekunder
Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga.
c. Jalan Lokal Sekunder
Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan
sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
d. Jalan Lingkungan Sekunder
Jalan yang menghubungkan antar persil dalam kawasan perkotaan.
c) Status Jalan dan Kelas Jalan
Berdasarkan PP No 34 Tahun 2006, jalan mempunyai status dan kelas jalan.
Status jalan berfungsi untuk mengetahui tentang siapa yang menjadi
penyelenggara jalan, dan kelas Jalan berfungsi untuk mengetahui kendaraan
yang melintas di jalan tersebut, dengan acuan sumbu muatan kendaraan,lebar
kendaraan, dan panjang kendaraan.
1. Status Jalan
Jalan umum menurut statusnya di kelompokan atas :
a. Jalan nasional
Jalan nasional terdiri atas :
1) Jalan arteri primer
2) Jalan kolektor primer yang menghubungkan anatar ibu kota provinsi
3) Jalan tol
4) Jalan strategis nasional
b. Jalan Provinsi
Jalan provinsi terdiri atas :
1) Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi
dengan ibukota kabupaten atau kota
2) Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibu
kota kabupaten atau kota
3) Jalan strategis provinsi
4) Jalan di daerah Khusus Ibukota Jakarta kecuali jalan nasional yang
sudah disebutkan diatas.
c. Jalan Kabupaten
Jalan kabupaten terdiri atas:
1) Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan
provinsi
2) Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar
ibukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antardesa.
3) Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan
sekunder dalam kota.
4) Jalan strategis kabupaten.
d. Jalan kota
Jalan kota adalah jalan umum pada jaringan sekunder di dalam kota.
e. Jalan desa
Jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang
tidak termasuk jalan kabupaten didalam kawasan perdesaan, dan
merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antar permukiman di dalam desa.
d) Kelas Jalan
Kelas jalan di kelompokan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran
lalu lintas dan anguktan jalan serta spesifikasi penyediaan prasarana jalan.
Pembagian kelas jalan berdasarkan penggunaan jalan kelancaran lalu lintas
dan
jalan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
lalu lintas dan angkutan jalan. Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan
prasarana jalan di kelompokan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan
sedang, dan jalan kecil. Spesifkasi tersebut meliputi pengendalian jalan masuk,
persimpangan sebidang, jumlah dan lebar lajur, ketersediaan median, serta
pagar.
1. Spesifikasi penyedian prasaran jalan meliputi pengendalian jalan masuk,
persimpangan sebidang, jumlah dan lebar lajur, ketersedian median, serta
pagar.
2. Spesifikasi jalan bebas hambatan meliputi pengendalian jalanmasuk secara
penuh, tidak ada persimpangan sebidang, dilengkapi pagar ruang milik
jalan, dilengkapi dengan median, paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur
setiap arah, dan lebar lajur paling sedikit 3,5 ( tiga koma lima ) meter.
3. Spesifikasi jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas secara terus
menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas, dan di lengkapi
dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah, lebar lajur paling
sedikit 3,5 (meter) meter.
4. Spesifikasi jalan sedang adalah jalan umum untuk lalu lintas secara terus
menerus dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2
(dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling jalur sedikit 7 (tujuh)
meter.
5. Spesifikasi jalan kecil adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas
setempat,paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur
paling sedikit 5,5 ( lima koma lima) meter.
Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan
Jalan, jalan di kelompokan berdasarkan:
1. Fungsi dan intensitas Lalu lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan
Jalan dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan jalan
2. Dalam keadaan tertentu, daya dukung jalan kelas III dapat ditetapkan
muatan sumbu terberat kurang dari 8 (delapan) ton.
3. Penetapan kelas jalan stiap ruas jalan di lakukan oleh pemerintah
untuk jalan nasional, pemerintah provinsi untuk jalan provinsi, pemerintah
kabupaten untuk jalan kabupaten, pemerintah kota untuk jalan kota.
4. Daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi
kendaraan bermotor.
5. Pengelompokan Jalan menurut kelas jalan terdiri atas :
a. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter,
dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton.
b. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang
dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi
2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
12.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat
ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
c. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100
(dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000
(sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima
ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
d. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter,
dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton.
e) Bangunan Pelengkap Jalan dan Perlengkapan Jalan
Menurut PP No.34 Tahun 2006, setiap jalan haruslah di lengkapi bangunan
pelengkap. Bangunan pelengkap jalan harus di sesuai dengan fungsi jalan yang
bersangkutan. Jalan raya di lengkapi dengan perlengkapan yang mana berkaitan
langsung dan tidak langsung dengan pengguna jalan. Perlengkapan jalan yang
berkaitan langsung dan tidak langsung dengan pengguna jalan harus memenuhi
ketentuan teknis perlegkapan jalan yang di tetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Perlengkapan
jalan yang dimaksud tersebut merupakan hak dan wewenang dari
penyelenggara
jalan dengan berpedoman yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.
Menurut Permen PU No.13 tahun 2011, bangunan pelengkap adalah
bangunan untuk mendukung fungsi dan keamanan konstruksi jalan yang meliputi
jembatan, terowongan, poton, lintas atas (flyover, elevated road), lintas bawah
(underpass), tempat parkir, gorong-gorong, tembok penahan, dan saluran tepi
jalan dibangun sesuai persyaratan teknis. Perlengkapan jalan adalah sarana yang
dimaksudkan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu
lintas serta kemudahan bagi pengguna jalan dalam berlalu-lintas, alat pemberi
isyarat lalu lintas, lampu penerangan jalan, rel pengaman (guardrail), dan
penghalang lalu lintas (traffic barrier). Perlengkapan jalan yang berkaitan
langsung dengan pengguna jalan adalah bangunan atau alat yang di maksudkan
untuk keselamatan,keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas serta
kemudahan bagi pengguna jalan dalam berlalu lintas. Perlengkapan jalan yang
berkaitan tidak langsung dengan pengguna jalan adalah bangunan yang di
maksudkan untuk keselamatan pengguna jalan, dan pengamanan aset jalan, dan
informasi pengguna jalan.
Menurut UU No. 22 Tahun 2009tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
1. Setiap jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas wajib di lengkapi dengan
perlengkapan jalan berupa
a. Rambu Lalu Lintas
b. Marka Jalan
c. Alat Pemberi isyarat lalu lintas
d. Alat penerangan jalan
e. Alat pengendali dan pengamanan pengguna jalan
f. Alat pengawasan dan pengaman jalan
g. Fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat
h. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang
berada di jalan dan di luar badan jalan.
2. Penyediaan perlengkapan jalan diselenggrakan oleh
a. Pemerintah untuk jalan nasional.
b. Pemerintah provinsi untuk jalan provinsi.
c. Pemerintah kabupaten/kota untuk jalan kabupaten/kota dan jalan desa.
d. Badan usaha jalan tol untuk jalan tol.
3. Penyediaan perlengkapan jalan di laksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
4. Perlengkapan jalan pada jalan lingkungan disesuaikan dengan kapasitas,
intesitas, dan volume lalu lintas.
5. Ketentuan mengenai pemasangan perlengkapan jalan pada jalan
lingkungan pada jalan lingkungan tertentu diatur sesuai peraturan daerah.
f) Bagian-Bagian Jalan
Menurut Permen PU No.13 Tahun 2011, Bagian-bagian jalan adalah bagian
bagian jalan yang meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang
pengawasan jalan.
1. Ruang manfaat jalan ( Rumaja) adalah ruang sepanjang jalan yang di batasi
oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang di tetapkan pleh
penyelenggara jalan yang bersangkutan guna di manfaatkan untuk
konstruksi jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi dan terdiri atas
badan jalan, saluran tepi jalan, serta ambang pengamannya.
2. Ruang milik jalan (Rumija) adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang
manfaatnya jalan yang dibatasi dengan tanda batas ruang milik jalan yang
di maksudkan untuk memenuhi persyaratan kekuasaan keamanan,
penggunaan jalan dan diperuntukan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran
jalan, dan penambahan jalur lalu lintas dimasa akan datang serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.
3. Ruang pengawasan jalan ( Ruwasja) adalah ruang tertentu di luar ruang
milik jalan yang pengunaannya diawasi oleh penyelengara jalan agar tidak
mengganggu pandangan pengemudi, konstruksi bangunan jalan dan fungsi
jalan.
Menurut PP No. 34 Tahun 2006, bagian-bagian jalan meliputi ruang
manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan.
1. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ,ambang
pengamannya. Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman tertentu yang di tetapkan
oleh
peneyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan pedoman yang di
tetapkan oleh menteri. Ruang manfaat jalan hanya di peruntukan bagi
median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan,
troatoar untuk lalu lintas pejalan kaki, lereng, ambang pengaman,
timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan banguna
pelengkap lainnya.
2. Ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu
di luar ruang manfaat jalan. Ruang milik jalan merupakan ruas sepanjang
jalan yang di batasi oleh lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu. Ruang milik
jalan di peruntukan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan
penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan
untuk pengamanan jalan. Sejalur tanah tertentu dimanfaatkan sebagi ruang
terbuka hijau yang berfungsi lansekap jalan. Ruang milik jalan diberi tanda
batas ruang milik jalan yang di tetapkan oleh penyelenggara jalan. Ruang
milik jalan paling sedikit memiliki lebar sebagai berikut:
1. Jalan bebas hambatan 30 (tiga puluh) meter
2. Jalan raya 25 (dua puluh lima) meter
3. Jalan sedang 15 (lima belas) meter
4. Jalan kecil 11 ( sebelas) meter

A.4 Pemeliharaan Jalan


Menurut Permen PU No. 34 tahun 2011,Pemeliharaan jalan adalah
kegiatan penanganan jalan, berupa pencegahan, perawatan dan perbaikan yang
diperlukan untuk mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi secara
optimal melayani lalu lintas sehingga umur rencana yang ditetapkan dapat
tercapai. Pemeliharaan rutin jalan adalah kegiatan merawat serta memperbaiki
kerusakan-kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas jalan dengan kondisi pelayanan
mantap. Jalan dengan kondisi pelayanan mantap adalah ruas-ruas jalan dengan
kondisi baik atau sedang sesuai umur rencana yang diperhitungkan serta
mengikuti suatu standar tertentu.
Pemeliharaan berkala jalan adalah kegiatan penanganan pencegahan
terjadinya kerusakan yang lebih luas dan setiap kerusakan yang diperhitungkan
dalam desain agar penurunan kondisi jalan dapat dikembalikan pada kondisi
kemantapan sesuai dengan rencana. Rehabilitasi jalan adalah kegiatan
penanganan
pencegahan terjadinya kerusakan yang luas dan setiap kerusakan yang tidak
diperhitungkan dalam desain, yang berakibat menurunnya kondisi kemantapan pada
bagian/tempat tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi rusak ringan, agar
penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan
sesuai dengan rencana.
Rekonstruksi adalah peningkatan struktur yang merupakan kegiatan
penanganan untuk dapat meningkatkan kemampuan bagian ruas jalan yang
dalam kondisi rusak berat agar bagian jalan tersebut mempunyai kondisi mantap
kembali sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan. Penilikan jalan adalah
kegiatan pelaksanaan, pengamatan, pemanfaatan jalan dan kondisi jalan setiap
hari dan laporan pengamatan serta usulan tindakan terhadap hasil pengamatan
disampaikan kepada penyelenggara jalan atau instansi yang ditunjuk.
Menurut PP No. 34 Tahun 2006, Penyelenggaran jalan mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab untuk memelihara jalan sesuai dengan
kewenangannya. Pada Tabel 3.1 disajikan keruskan yang sering terjadi pada jalan
beserta penyebab terjdinya, dan cara penanganannya. Sesuai dengan peraturan
Manual Pemeliharaan Jalan No : 03/MN/B/1983 yang di keluarkan oleh
Direktorat Jendral Bina Marga
Menurut Permen PU No. 34 tahun 2011, lingkup pengaturan tata
cara pemeliharaan jalan dan penilikan jalan,meliputi:
a. Rencana umum pemeliharaan jalan
b. Survey pemeliharaan jalan
c. Pemrograman pemeliharaan jalan
d. Pembiayaan pemeliharaan jalan
e. Perencanaan teknis pemeliharaan jalan
f. Pelaksanaan pemeliharaan jalan
g. Penilikan jalan
h. Pengawasan termasuk pemantauan dan evaluasi, serta pelaporan
kegiatan pemeliharaan jalan nasional, jalan provinsi dan jalan
kabupaten/kota
i. Peran masyarakat dalam pemeliharaan jalan.
Kerusakan pada lapisan permukaan jalan
No Jenis Kerusakan Faktor Penyebab Operatioan & maintanance

1 a. Retak Halus a. Bahan perkerasan yang a. Dipergunakan lapisan latasir


b. Lubang kurang baik, tanah dasar atau atau buras. Dalam tahap
c. Retak Buaya bagian perkerasan di bawah perbaikan dilengkapi
lapis permukaan kurang dengan perbaikan drainase.
stabil. b. Lubang-lubang tersebut
b. Campuran lapis permukaan harus di bengkor dan
yang buruk seperti kadar aspal dilapisi kembali. Dimana
rendah, sehingga film aspal tipis pembongkaran berfungsi
dan mudah lepas; aggregat untuk meningkatkan daya
kotor sehingga akatan antara cengkram antar sambungan
aspal dan agregat tidak baik; perkerasan yang baru dan
temperatur campuran aspal perkerasan yang lama
tidak memenuhi persyaratan. c. Dibongkar dan dibuang
Lapis permukaan tipis sehingga bagian baian yang
lapisan aspal dan agregat basah, kemudian dilapis
mudah lepas akibat pengaruh dengan bahan sesuai.
cuaca. Sistem drainase jelek Perbaikan harus disertai
sehingga air banyak yang dengan perbaikan
meresap dan mengumpul drainse di sekitarnya.
dalam lapis perkerasan. Retak .
retak yang terjadi tidak segera
ditangani sehingga air meresap
masuk mengakibatkan
terjadinya lubang lubang kecil.
c. Bahan perkerasan yang
kurang baik, pelapukan
permukaan tanah dasar atau
bagian perkerasan di bawah
lapis permukaan kurang
stabilatau bahan lapis pondasi
dalam
kejenuhan air.
Sumber : Peraturan Manual Pemeliharaan Jalan No : 03/MN/B/1983, Direktorat Jendral Bina Marga
Penentuan nilai RCI (Road Condition Index)
No Diskripsi Jenis Permukaan Diskripsi Kondisi Nilai
Lapangan Dilihat Secara
Jalan Dilihat Secara Visual RCI
Visual

1 Jalan tanah dengan Tidak bisa dilalui 0-2


drainase yang jelek, dan
semua tipe permukaan
yang tidak
diperhatikan sama sekali
2 Semua tipe perkerasan yang Rusak berat, banyak lubang 2-3
tidak diperhatikan sejak dan seluruh daerah
lama permukaan.
(4 –5 tahun atau lebih)
3 PM (Pemeliharaan Berkala) Rusak 3-4
lama, Latasbum Lama, Batu bergelombang
Kerikil. , banyak
lubang
4 PM (Pemeliharaan Berkala) Agak rusak, kadang – 4-5
setelah pemakaian 2 kadang ada lubang,
tahun, permukaan tidak rata.
Latasbum lama
5 PM (Pemeliharaan Berkala) Cukup tidak ada atau sedikit 5 - 6
baru, Latasbum Baru, Lasbutag sekali lubang,
setelah pemakaian 2 tahun. permukaan jalan agak
tidak rata.
6 Lapis Tipis Lama dari Hotmix, Baik 6-7
Latasbum Baru, Lasbutag Baru.
7 Hotmix setelah 2 tahun, Sangat baik, umumnya rata 7 - 8
Hotmix Tipis diatas PM
(Pemeliharaan Berkala)
8 Hotmix Baru (Lataston, Sangat rata dan teratur 8 - 10
Laston), peningkatan
dengan menggunakan lebih
dari 1
lapis.
Sumber : Permen PU No. 34 Tahun 2011, Tentang Pemeliharaan dan Penilikan
Jalan
Penentuan kondisi ruas jalan berdasarkan nilai RCI atau IRI vs Volume lalu
lintas (LHRT)
(Permen PU No.34 Tahun 2011)

Pendataan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) perumahan merupakan upaya awal
dalam menangani kondisi permasalahan penyelenggaraan PSU perumahan. Ketersediaan
PSU merupakan kelengkapan dan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman. Ketersediaan PSU yang belum optimal dapat
menyebabkan beberapa masalah dalam perumahan dan kawasan permukiman misalnya,
kondisi prasarana jalan yang baik hanya dibangun sampai pintu masuk utama, sementara
jalan menuju ke kavling-kavling perumahan adalah jalan berbatu atau bahkan masih tanah.
Ketidaksesuaian standar pada prasarana ini membuat ketidaknyamanan bagi penghuni.
Permasalahan pada PSU diartikan bahwa solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
melakukan pendataan kebutuhan PSU. Oleh karena itu, pendataan PSU sangat penting
untuk dilakukan.

Pendataan PSU perlu dilakukan karena dapat memperoleh informasi terkait ketersediaan
dan kondisi PSU di lingkungan perumahan dan kawasan permukiman. Pendataan PSU yang
dilaksanakan secara rutin akan mendukung terciptanya sistem pelaporan yang
berkelanjutan, tepat waktu, lengkap, dan akurat (Dinas Perumahan dan Kawasan
Permukiman Kota Makassar, 2022). Selain itu pendataan PSU perumahan yang terkoneksi
dengan Sistem Informasi Geografis (SIG), dapat mempermudah pemerintah dalam
melakukan monitoring yang komprehensif. Melalui pendataan PSU, pemerintah akan lebih
mudah dalam mengidentifikasi perumahan dan kawasan permukiman yang membutuhkan
pembangunan atau perbaikan PSU.

Pendataan PSU perumahan memerlukan beberapa hal sebagai kelengkapan dalam


pengumpulan informasi. Pendataan PSU memerlukan informasi mengenai inventarisasi
(baik yang telah tercatat sebagai aset maupun yang belum). Pendataan inventarisasi dalam
PSU meliputi nama perumahan, pengembang, lokasi, jenis, ukuran, titik koordinat, dan
luasan PSU perumahan. Melalui kegiatan pendataan PSU, selain mengidentifikasi
inventarisasi, PSU dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam mengkaji kelayakan
serah terima PSU yang berasal dari pengembang ke pemerintah (Laporan Akhir Pemerintah
Kabupaten Sukabumi, 2017). Mekanisme serah terima PSU tersebut mengacu pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang pedoman penyerahan
Prasarana, Sarana, dan Utilitas perumahan serta kawasan permukiman di daerah.
Pendataan PSU merupakan salah satu hal krusial bagi pembangunan perumahan.
Harapannya, semua perumahan di Indonesia dapat sadar akan pentingnya PSU perumahan
karena bisa membantu monitoring serta mempermudah tugas pemerintah dalam hal
pertanggung jawaban. Penyusunan data PSU diperlukan demi upaya pemenuhan rumah
layak huni sebagaimana tertera dalam UU Nomor 01 Tahun 2011 tentang perumahan dan
permukiman. Dukungan dalam pendataan PSU yang memadai diharapkan dapat
menciptakan serta meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan kawasan
permukiman. Gerakan mensosialisasikan pentingnya pendataan PSU perumahan perlu
menjadi bagian dari kampanye publik kepada para pengembang, untuk menciptakan
lingkungan hunian yang nyaman, aman dan berkelanjutan.

A.5 Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data
yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan), dalam arti yang lebih
sempit adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun,
menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya
data yang diidentifikasi menurut lokasinya dalam sebuah database sistem yang mampu
melakukan berbagai proses yang dapat mengubah data menjadi suatu informasi
yang digunakan untuk mengambil suatu keputusan. Beberapa pengertian SIG
menurut para ahli diantaranya:
1. Pengertian Sistem Informasi Geografis menurut Arronoff (1989), adalah
sebagai suatu sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam
menangani data bereferensi geografis yaitu pemasukan data, manajemen
data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data,
serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir (output) dapat
dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang
berhubungan dengan geografi.
2. Pengertian Sistem Informasi Geografis menurut Burroug (1986), adalah
sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukan, menyimpan,
mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai
referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan
dan perencanaan. Dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi
geografis beberapa subsistem data input, data output, data management,
data manipulasi dan analysis.
Jenis Sistem Informasi Geografis
a. Sistem manual (analog).
Sistem informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti
peta, lembar transparansi untuk susunan, foto udara, laporan statistik dan
laporan survey lapangan. Semua data tersebut dikompilasi dan dianalisis
secara manual dengan alat tanpa komputer.
b. Sistem otomatis (berbasis digital komputer)
Perbedaan yang paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya,
sistem informasi geografis otomatis telah menggunakan komputer sebagai
sistem pengolah data melalui proses digitasi. Sumber data digital dapat
berupa citra satelit atau foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi,
data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi.

Subsistem Informasi Geografis


1. Subsistem Masukan (input)
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data
spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini juga bertanggung
jawab mengkonversi atau mentransformasi format-format data asli ke
dalam format yang dapat digunakan oleh SIG (Sistem Informasi Geografi).
2. Subsistem Manajemen
Subsistem ini mengorganisasikan data spasial maupun atribut ke dalam
sebuah sistem basisdata sedemikian rupa sehingga data spasial tersebut
mudah dicari, di update, dan di edit.
3. Subsistem Manipulasi dan Analisis
Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh
sistem informasi geografi. Selain itu subsistem ini juga melakukan
manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang
diharapkan.
4. Subsitem Keluaran (output) dan Penyajian (display)
Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau
sebagian basis data, baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy,
dalam
format table, grafik, peta atau format lainnya. Gambar mengenai
subsistem sistem informasi geografis dapat dilihat pada gambar berikut.

Data
manipulation
dan analisis

Sistem Informasi
Data input Data output
Geografis

Data menejemen

Subsistem Sistem Informasi Geografis

Ruang Lingkup Sistem Informasi Geografis


Pada dasarnya pada sistem informasi geografis terdapat lima proses yaitu:
1. Input Data
Proses input data digunakan untuk menginputkan data spasial dan data
nonspasial. Data spasial biasanya berupa peta analog, untuk SIG harus
menggunakan peta digital sehingga peta analog tersebut harus dikonversi
ke dalam bentuk peta digital dengan menggunakan aplikasi arcView.
Selain proses digitasi dapat juga dilakukan proses overlay dengan
melakukan proses scanning pada peta analog.
2. Manipulasi Data
Tipe data yangdiperlukan oleh suatu bagian sistem informasi geografis
mungkin perlu dimanipulasi agar sesuai dengan sistem yang
dipergunakan,
oleh karena itu sistem infromasi geografis mampu melakukan fungsi edit
baik untuk data spasial maupun nonspasial.
3. Analisis Spasial
Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah kemampuan
menganalisis sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut
analisa spasial. Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi
yang sering digunakan dengan istilah analisa spasial, tidak seperti sistem
informasi yang lain yaitu dengan menambahkan dimensi ruang (space)
atau geografi. Kombinasi ini menggambarkan attribut-attribut pada
bermacam fenomena seperti umur seseorang, tipe jalan, dan sebagainya,
yang secara bersama dengan informasi seperti dimana seseorang tinggal
atau lokasi suatu jalan .
4. Query dan Analisis
Query adalah proses analisis yang dilakukan secara tabular. Secara
fundamental sistem informasi geografis dapat melakukan dua jenis
analisis, yaitu:
a. Analisis Proximity
Analisis Proximity merupakan analisis geografi yang berbasis
pada jarak antar layer. Sistem informasi geografis menggunakan
proses buffering (membangun lapisan pendukung di sekitar layer
dalam jarak tertentu) untuk menentukan dekatnya hubungan
antar sifat bagian yang ada.
b. Analisis Overlay
Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer
yang berbeda. Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi
visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk
digabungkan secara fisik.
5. Visualisasi
Untuk beberapa tipe operasi geografis, hasil akhir terbaik diwujudkan
dalam peta atau grafik. Peta sangatlah efektif untuk menyimpan dan
memberikan informasi geografis.
6. Manajemen data
Setelah data spasial dimasukkan maka proses selanjutnya adalah
pengolahan data nonspasial yang meliputi penggunaan DBMS untuk
menyimpan data yang memiliki ukuran besar.

Definisi Data
Data merupakan keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang dikumpulkan
dari suatu populasi atau bagian populasi yang akan digunakan untuk menerangkan
ciri- ciri populasi yang bersangkutan. Pengertian data menurut Jogiyanto (2005)
adalah bentuk yang masih mentah yang belum dapat bercerita banyak sehingga
perlu diolah lebih lanjut. Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa data merupakan fakta atau keterangan yang dikumpulkan darisuatu populasi
yang perlu diolah lebih lanjut untuk menjelaskan karakteristik populasi tersebut.
Agar data dapat menerangkan ciri-ciri populasi dengan benar, maka data tersebut
harus memenuhi kriteria sebagai berikut. Data yang bersifat objektif adalah data
yang benar-benar sama dengan keadaan yang sebenarnya
a. Mewakili populasi
b. Galat baku (standard error) kecil
c. Tepat waktu
d. Relevan

Jenis Data Pada Sistem Informasi Geografis


Jenis Data yang digunakan dalam sistem informasi geografis adalah data spasial
(peta atau geometris) dan data atribut (keterangan atau non-spasial). Perbedaan
diantara dua jenis data tersebut adalah :
a. Data Atribut adalah data yang mendeskripsikan karateristik atau
fenomena yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan
tidak mempunyai hubungan posisi geografis. Contoh data atribut
dari sungai adalah berupa kedalaman, kualitas air, habitat, komposisi
kimia, konfigurasi biologis dan lain sebagainya. Atribut dapat
dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada pendeskripsian
secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe, klasifikasi, label suatu
objek agar dapat dikenal dan dibedakan dengan objek yang lain,
misalnya kantor Polsek, Puskesmas dan sebagainya. Bila dilakukan
secara kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai secara skala
kordinat atau tingkatan, interval atau selang dan rasio atau
perbandingan dari suatu titik tertentu. Contohnya populasi sungai 10
sampai 15 ekor ikan, kadar kimia air pada sungai tersebut buruk, dan
sebagainya.
b. Data Spasial adalah data sistem informasi yang berkaitan dengan
dimensi ruang, dapat digambarkan dengan berbagai komponen data
spasial. Komponen tersebut adalah :
1. Titik
Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana untuk
suatu objek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat
diidentifikasi diatas peta dan dapat ditampilkan pada layar
monitor menggunakan simbol-simbol. Titik tidak dapat mewakili
objek tertentu berdasarkan skala yang ditentukan, misalnya
sudut-sudut bangunan atau suatu gedung pada peta yang
memiliki skala besar.
2. Garis
Garis adalah bentuk linear yang akan menghubungkan paling
sedikit dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek
satu dimensi. Batas-batas polygon merupakan garis-garis,
demikian pula jaringan listrik, komunikasi pipa air minum, saluran
pembuangan, dan keperluan lainnya.
3. Polygon
Polygon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua
dimensi. Sungai, danau, batas provinsi, batas kota, adalah tipe-
tipe entity yang pada umumnya direpresentasikan sebagai
polygon. Suatu polygon paling sedikit dibatasi oleh tiga garis yang
saling terhubung diantara ketiga titik tersebut.
Model Data Sistem Informasi Geografis
Model data yang akan digunakan dari bentuk dunia nyata harus
diimplementasikan ke dalam basisdata. Data ini dimasukkan ke dalam komputer
yang kemudian memanipulasi objek dasar yang memiliki atribut geometri (entity
spasial atau entity geografis). Secara umum persepsi manusia mengenai bentuk
representasi entity spasial adalah konsep raster dan vektor. Sehingga data spasial
direpresentasikan di dalam basisdata sebagai raster atau vektor.
Berikut merupakan model data Sistem Informasi Geografis:
1. Data Raster
Model data raster memberikan informasi spasial apa yang terjadi di
mana saja dalam bentuk gambaran yang digeneralisir. Jika menggunakan
model ini, dunia nyata disajikan sebagai elemen matrik atau sel-sel grid
yang homogen. Data geografi pada data raster ditandai oleh nilai-nilai
(bilangan) elemen matrik persegi panjang dari suatu objek, Secara
konseptual model data raster merupakan model data spasial yang paling
sederhana. Data raster biasanya disimpan sebagai susunan dari nilai-nilai
garis dengan header yang menyimpan metadata tentang susunan
tersebut. Akurasi model data ini sangat bergantung pada resolusi atau
ukuran pixelnya di permukaan bumi.
2. Data Vektor
Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan titik-titik, garis atau kurva, atau poligon
beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk dasar representasi data
spasial ini, di dalam model data vektor didefinisikan oleh sistem
koordinat kartesian dua dimensi (x,y). garis-garis atau kurva pada data
vektor merupakan sekumpulan titik-titik terurut yang dihubungkan.
Luasan atau polygon pada data vektor juga disimpan sebagai
sekumpulan list (sekumpulan data atau objek yang saling terkait secara
dinamis menggunakan pointer) titik-titik, tetapi dengan asumsi bahwa
titik awal dan titik akhir polygon memiliki nilai koordinat yang sama
(polygon tertutup sempurna).
Peta
Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang
digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi
simbol sebagai penjelas. Berikut beberapa pengertian peta dari para ahli adalah:
3. Menurut International Cartographic Association
Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur tampak abstrak
yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan
permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya
digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan.
4. Menurut Aryono Prihandito (1988)
Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu,
digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.
5. Menurut Erwin Raisz (1948)
Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang
diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas,
dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai
penjelasan.

Unsur Peta
Seperti yang sudah dijelaskan di atas tadi, yang dimaksud dengan unsur peta
adalah segala sesuatu yang harus ada pada peta atau bagian bagian yang harus
terdapat pada peta. Jika ada salah satu unsur peta yang tidak terpenuhi, maka peta
tersebut tidak baik atau kurang baik. Beberapa unsur dari peta yang terdapat dalam
peta.
1. Judul Peta
Judul dari peta mencerminkan isi utama dari peta, contohnya peta
yang berjudul, suatu wliayah dan menjelaskan tentang wilayah
tersebut.
2. Skala Peta
Skala Peta menunjukkan perbandingan antara jarak di peta dengan
jarak sesungguhnya dilapangan. Berdasarkan bentuknya, peta
dikelompokan menjadi dua yaitu skala garis dan skala angka.
a. Skala Garis (Skala grafis)
Pengertian dari skala garis adalah skala peta yang berbentuk
garis dengan ukuran perbandingan tertentu. Skala garis
biasanya diletakan pada bagian dalam peta di atas legenda
atau didalam kolom legenda.
b. Skala Angka (Skala Numerik)
Merupakan skala yang berupa angka yang biasanya diletakan
pada bagian atas legenda atau didalam kolom legenda.
3. Penunjuk Arah atau Orientasi
Secara umum peta menggunakan orientasi utara artiya adalah bagian
atas pada peta selalu menunjukkan arah utara. Bentuk atau simbol
orientasi arah peta bermacam macam, salah satunya berupa anak
panah dengan huruf U pada bagian atasnya.

Bentuk Peta
Peta yang sering sekali kita jumpai berbentuk datar atau peta biasa yang
hanya tergambar diatas lembaran kertas. Sebenarnya ada berbagai macam bentuk
bentuk dari peta yang terdapat sekarang ini, di zaman modern ini peta semakin
mudah sekali kita temukan dan mudah sekali di pakai seperti peta digital.
a. Peta Digital
Peta digital adalah peta yang berbentuk film atau disket yang baru busa
dilihat setelah ditayangkan pada layar atau monitor. Sekarang peta digital
lebih modern lagi dari pada peta digital lama, peta digital yang kita bisa
lihat langsung melalui internet adalah peta milik google maps.com, selain
itu peta digital tidak hanya ada di komputer saja, kini peta digital dapat
lebih mudah di akses melalui ponsel (ponsel berbasis android).
b. Peta Datar atau Peta Biasa
Peta biasa adalah peta yang dibuat pada bidang datar, seperti pada kertas
dengan lambang lambang atau simbol simbol untuk menggambarkan
kenampakan bumi.Peta datar juga di sebut peta dua dimensi sebab
mengandung dua unsur, yakni unsur panjang dan unsur lebar.
c. Peta Timbul atau Peta Relief
Peta relief peta timbul atau peta relief adalah peta yang dibuat
berdasarkan bentuk muka bumi yang sebenarnya. Peta tmbul juga
disebut peta tiga dimensi, sebab mengandung 3 unsur, yakni unsur
panjang, lebar, dan unsur tinggi.

Jenis-Jenis Peta
Jenis peta berbeda dengan bentuk peta. jenis peta merupakan
pengelompokkan peta yang didasarkan pada isi serta skala peta. Sedangkan bentuk
peta lebih kepada gambar peta yang nyata. Terdapat dua dasar pengelompokan
jenis dari peta, berdasarkan isinya.
d. Peta Umum (General Maps).
Peta umum merupakan peta yang menggambarkan topografi batas-batas
administrasi suatu wilayah atau negara yang biasa digunakan untuk
bermacam-macam tujuan.
e. Peta Khusus (Special Maps).
Peta khusus adalah peta yang menggambarkan keadaan tertentu atau
keadaan khusus daerah yang dipetakan. Seperti peta yang khusus
menggambarkan keadaan iklim, menggambarkan keadaan penduduk,
menggambarkan hasil pertanian, dan menggambarkan lainya.
1. Peta Statistik Distribusi Kualitatif
Peta khsus yang menggambarkan penyebaran data statistik yang
bersifatkualitatif berbentuk pernyataan ataupun tulisan tanpa
memperhitungkan secara detail mengenai jumlah.
2. Peta Statistik Distributif Kuantitatif
Peta khsus yang menggambarkan penyebaran data data statistik yang
berbentuk angka angja. Data data statistik yang digambarkan berupa
angka angka, seperti jumlah hasil pertanian padi dan penduduk.
3. Charts
Peta yang digunakan untuk navigasi pelayaran dan penerbangan.
4. Peta Angkutan (Transportation Maps)
Peta yang menunjukkan jalan kerata api, jalan mobil,
lintas penerbangan dan sebagainya.
5. Peta Geolog
Peta yang menggambarkan struktur batuan dan sifat-sifatnya yang
dapat mempengaruhi bentuk-bentuk permukaan tanah.
6. Peta Air Tanah
Peta yang menggambarkan lokasi atau sebaran air tanah di suatu
tempat atau daerah.
7. Peta Irigasi
Peta yang menggambarkan tentang aliran sungai, bendungan air
dan saluran irigasi.
8. Peta Kadastral (Cadastral Maps)
Peta digambar dengan skala lebar untuk menunjukkan tanah hak milik.

A.6 Perancangan Sistem


Diagram Konteks
Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan
ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan level tertinggi dari DFD yang
menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Ia akan memberi
gambaran tentang keseluruhan sistem. Sistem dibatasi oleh boundary (dapat
digambarkan dengan garis putus). Dalam diagram konteks hanya ada satu proses. Tidak
boleh ada store dalam diagram konteks (Jogiyanto, 2005).
Diagram Konteks merupakan tingkatan tertinggi dalam diagram aliran data dan hanya
memuat satu proses, menunjukkan sistem secara keseluruhan. Proses tersebut diberi
nomor nol. Semua entitas eksternal yang ditunjukkan pada diagram konteks berikut
aliran data-aliran data utama menuju dan dari sistem. Diagram tersebut tidak memuat
penyimpanan data dan tampak sederhana untuk diciptakan, begitu entitas-entitas
eksternal serta aliran data-
aliran data menuju dan dari sistem diketahui penganalisis dari
wawancara dengan user dan sebagai hasil analisis dokumen (Jogiyanto,
2005).

Diagram Konteks menggaris bawahi sejumlah karakteristik penting dari suatu sistem
(Jogiyanto, 2005):
1. Kelompok pemakai, pihak yang akan memberikan data ke sistem
2. Data, apa saja yang diterima/dihasilkan sistem dari/ke dunia luar
3. Penyimpanan data, tempat sistem harus memberi informasi atau laporan
4. Batasan, yang membedakan antara sistem dan lingkungan

Simbol Diagram Konteks

Simbol Diagram Keterangan


Konteks

Pihak-pihak yang berada di luar sistem, tetapi


External Entity secara langsung berhubungan dengan sistem
dalam hal memberi data atau menerima
informasi

Didalam diagram konteks, berisi mengenai


sistem yang akan dibuat
Process

Data Flow Berisi data atau informasi yang mengalir dari


satu pihak ke sistem dan sebaliknya

DFD (Data Flow Diagram)


Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang memungkinkan
profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses
fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual
maupun komputerisasi. DFD ini sering disebut juga dengan nama Bubble chart, Bubble
diagram, model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi (Pressman, 2002)
Pada saat informasi mengalir melalui perangkat lunak, dimodifikasi oleh suatu deretan
transformasi. Diagram alir data/ DFD (data flow diagram) adalah sebuah teknis
grafis yang menggambarkan aliran informasi dan transformasi yang diaplikasikan pada
saat data bergerak dari input menjadi output (Pressman, 2002).
Berikut ini adalah aturan-aturan pembuatan (DFD) :
1. Didalam Data Flow Diagram (DFD) tidak boleh menghubungkan antara
enternal entity dengan entity lainnya secara langsung.
2. Didalam Data Flow Diagram (DFD) tidak boleh menghubungkan data
store yang satu dengan data store yang lainnya secara langsung.
3. Didalam Data Flow Diagram (DFD) tidak boleh menghubungkan data
store dengan enternal entity secara langsung.
4. Setiap proses harus memiliki data flow yang masuk dan juga data flow
yang keluar.
Berikut adalah simbol-simbol DFD:

Simbol-simbol Data Flow Diagram (DFD)


Simbol Keterangan

External Entity
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
asal atau tujuan data

Proses
Simbol ini menujukan proses pengolahan
atau tranformasi data

Data Flow
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
aliran data yang berjalan
Data Store
Simbol ini menggambarkan data Flow yang sudah
disimpan atau diarsipkan

Jenis-jenis DFD (Data Flow Diagram):


1. Context Diagram (CD)
Jenis pertama Context Diagram, adalah data flow diagram tingkat atas
(DFD Top Level), yaitu diagram yang paling tidak detail, dari sebuah
sistem informasi yang menggambarkan aliran-aliran data ke dalam dan
ke luar sistem dan ke dalam dan ke luar entitas-entitas eksternal. (CD
menggambarkan sistem dalam satu lingkaran dan hubungan dengan
entitas luar. Lingkaran tersebut menggambarkan keseluruhan proses
dalam sistem).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggambar CD :
a. Terminologi sistem
b. Batas Sistem adalah batas antara “daerah kepentingan sistem”
c. Lingkungan Sistem adalah segala sesuatu yang berhubungan atau
mempengaruhi sistem tersebut
d. Interface adalah aliran yang menghubungkan sebuah sistem dengan
linkungan sistem tersebut
2. Diagram Level n / Data Flow Diagram Levelled
Dalam diagram n DFD dapat digunakan untuk menggambarkan diagram fisik
maupun diagram diagram logis. Dimana Diagram Level n merupakan hasil
pengembangan dari Context Diagram ke dalam komponen yang lebih detail
tersebut disebut dengan top-down partitioning. Jika kita melakukan
pengembangan dengan benar, kita akan mendapatkan DFD-DFD yang
seimbang.
Metode Pengembangan Perangkat Lunak Menggunakan Metode System Development
Life Cycle model Waterfall

Pada metode penelitian ini dilakukan rekayasa perangkat lunak yang digunakan
adalah model Waterfall seperti pada gambar berikut ini:

Planning

Analysis

Design

Implementation

System

(Sumber : Alan Dennis, Barbara H Wixom. 2003)


Metode Pengembangan Model Waterfall

Keterangan:
1. Planning (Perencanaan)
Tahap perencanaan merupakan proses penting untuk
mengetahui mengapa sistem harus dibuat dan menentukan
bagaimana cara membangun sistem tersebut. Langkah pertama
dari proses tersebut adalah dengan mengidentifikasi peluang
apakah dapat memberikan kemungkinan biaya rendah tetapi
menghasilkan keuntungan.
2. Analysis (analisis)
Analisis sistem dilakukan untuk memberikan jawaban pertanyaan
siapa yang akan menggunakan sistem. Apa yang akan dilakukan
oleh sistem, dimana dan kapan sistem tersebut digunakan. Pada
tahap ini pembuat sistem akan melakukan observasi dan
pengamatan terhadap sistem yang lama, kemudian
mengidentifikasi, memanfaatkan dan mengembangkan peluang,
dan membangun konsep untuk sebuah sistem baru.
3. Design (perancangan)
Tahap perancangan dilakukan untuk menetapkan bagaimana
sistem akan dioperasikan. Hal ini berkaitan dengan menentukan
perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, tampilan program,
form dan laporan yang akan dipakai. Selain itu perlu juga
menspesifikasi program, database dan file yang dibutuhkan.
4. Implementation (penerapan)
Merupakan tahap berikutnya untuk menerjemahkan data atau
pemecahan masalah yang telah dirancang ke dalam bahasa
pemrograman komputer yang telah ditentukan. Semua tahap ini
desain perangkat lunak sebagai sebuah program lengkap atau
unit program.
5. System
Tahapan ini, merupakan hasil sistem yang telah dibuat dalam
bentuk perangkat lunak yang telah dipasang dan digunakan,
termasuk didalamnya proses pemeliharaan dan perbaikan
kesalahan. Perangkat lunak yang telah selesai dibuat dapat
mengalami perubahan-perubahan atau penambahan sesuai
dengan permintaan user atau perubahan sistem.

Mobile Computing
B’Far (2004) Komputasi mobile merupakan interaksi antara manusia-
komputer dimana sebuah komputer diharapkan dapat berubah selama penggunaan
normal. Mobile Computing melibatkan komunikasi mobile, perangkat keras mobile,
dan perangkat lunak mobile. Masalah komunikasi termasuk ad-hoc dan jaringan
infrastruktur serta properti komunikasi, protokol, format data dan teknologi yang
konkret. Hardware meliputi perangkat mobile atau komponen perangkat. Perangkat
lunak mobile berkaitan dengan karakteristik dan persyaratan aplikasi mobile.
Karekteristik Mobile Computing:

a. User Mobility : merupakan pengguna dari perangkat mobile.


b. Network Mobility : dapat memanfaatkan jaringan dimana saja
(wireless).
c. Bearer Mobility : jaringan perangkat yang dapat diakses
dimana saja (sinyal handphone).
d. Device Mobility : perangkat mobile yang dapat diakses
dimana saja.
e. Session Mobility : transfer layanan komunikasi pada
perangkat dimana saja.
f. Service Mobility : layanan yang dapat diakses dimana saja.
g. Host Mobility : bisa menjadi client atau server.

Aplikasi Mobile

Aplikasi mobile dibedakan menjadi 3, yaitu:

h. Native Application: aplikasi yang dibuat dan (install langsung) di dalam


device mobile menggunakan bahasa pemrograman yang selayaknya
digunakan untuk membuat aplikasi tersebut, misalkan java dan SDK
untuk android dan objective dan SDK ios untuk ios.
i. Mobile web application : berbeda dengan native application,
mobile web application merupakan sebuah web yang ditempatkan
pada server untuk kemudian dapat diakses oleh perangkat mobile dan
menyesuaikan dengan perangkat mobile seolah-olah web tersebut
merupakan sebuah native application.
j. Hybrid application :gabungan dari native application dan hybrid
application dimana aplikasi dibangun menggunakan bahasa web yang
digabung dengan bahasa pemerograman yang digunakan oleh device
dan selanjutnya aplikasi ditanam kedalam perangkat.
Basis Data
Basis data menurut pendapat Hariyanto (2004), adalah kumpulan data (elementer)
yang secara logik berkaitan dalam merepresentasikan fenomena atau fakta secara
terstruktur dalam domain tertentu untuk mendukung aplikasi pada sistem tertentu.
Basisdata adalah kumpulan data yang saling berhubungan yang merefleksikan fakta-
fakta yang terdapat di organisasi, basisdata mendeskripsikan state organisasi,
perusahaan dan sistem. Basisdata merupakan komponen utama sistem informasi
karena semua informasi untuk pengambilan keputusan berasal dari data di basisdata.
Pengelolaan basisdata yang buruk dapat mengakibatkan tidak tersedianya data penting
yang digunakan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam pengambilan
keputusan, dibawah ini adalah istilah didalam basis data.
6. Entity adalah orang atau tempat atau konsep yang informasinya direkam.
7. Field (atribut) adalah sebutan untuk mewakili suatu entity.
8. Record adalah kumpulan dari file-file yang saling berkaitan
9. File merupakan kumpulan dari record-record sejenis saling berkaitan.
10. Primary Key yaitu suatu atribut atau suatu set minimum atribut yang
dapat mengidentifikasi suatu entitas secara unik.
11. Alternate Key yaitu atribut yang dapat digunakan sebagai kunci
pencarian data tertentu.
12. Candidat Key adalah alternate key yang dipilih menjadi primary key.
13. Foreign Key yang menjadi atribut penghubu ng antara satu file dengan file
lainnya.
Penggunaan suatu database digunakan untuk mengatasi masalah-masalah pada
penyusunan data yaitu:
1. Redudansi dan inkonsistensi data.
2. Kesulitan pengaksesan data.
3. Isolasi data untuk standarisasi.
4. Multyple user (banyak pemakai).
5. Masalah keamanan (security).
6. Masalah integrasi (kesatuan).
Sutanta (2004), mengatakan bahwa perancangan basis data dan model data
secara umum dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:

1. Model data berbasis objek


2. Model data berbasis record
3. Model data fisik
4. Model data konseptual
Dan dari model-model data tersebut, model data yang sering digunakan
pada umumnya adalah model data berbasis objek dan model data berbasis
record.

1. Model Data Berbasis Objek (Object Based Logical Model)


Model data berbasis objek menggunakan konsep entitas, atribut dan
hubungan antar entitas. Terdiri dari :

a. Entity Relationship Model


b. Binary Model
c. Semantic Data Model
d. Infological Model
Jenis model data ini yang paling populer dan sering digunakan adalah Entity
Relationship Model, yaitu : Model Relasi-Entitas yang pada hakekatnya
perwujudan dari model relasional dalam bentuk diagram, yaitu E-R Diagram.
Domain data disebut juga sebagai himpunan entitas, diwakili oleh diagram
kotak. Field data atau atribut diwakili oleh diagram lingkaran atau ellips.
Hubungan atau relasi antar domain diwakili oleh jajaran-genjang.

Simbol ERD

Simbol ERD Nama Simbol

Domain Data
Relasi antara domain data

Atribut dari domain data

2. Model Data Berbasis Record (Record-Based Logical Models)


Model ini berdasarkan pada record untuk menjelaskan kepada user
tentang hubungan logic antar data dalam basis data. Terdiri dari :

1. Model Relational (Relational Model)


2. Model Hirarkis (Hierarchical Model)
3. Model Jaringan (Network Model)
Jenis model data ini yang paling populer dan sering digunakan adalah
Relational Model, yaitu: Model data yang diciptakan berdasarkan teori-
relasional seperti relational algebra, dan relational calculus. Salah seorang
pencetus awal dari basis data relasional adalah E.F.Codd yang juga telah
menciptakan serangkaian operasi matematika relasional terhadap model
data relasional.

Sutanta (2004), mengatakan bahwa pada prinsipnya model data relasional


dapat di-representasikan dalam bentuk tabel data, dimana:
a. satu tabel mewakili satu “domain” data atau entity, bila direkam
merupakan satu file yang hanya memiliki satu tipe record saja, setiap
record adalah baris
b. setiap record terdiri atas beberapa field (atribut) atau tuple, atau kolom
c. jumlah tuple / field pada setiap record sama
d. setiap record memiliki atribut kunci utama (primary key) yang unik dan
dapat dipakai untuk mengenali satu record
e. record dapat diurutkan menurut kunci utama
f. hubungan antara domain dinyatakan dalam bentuk relasi, ada tiga
kemungkinan relasi antar domain yaitu: relasi satu-satu (one-to-one
relation), relasi satu-banyak (one-to-many relation), relasi banyak-
banyak (many-to-many relation)

jQuery
Flanagan (2011) jQuery merupakan library dari JavaScript yang fokus dalam query
objek JavaScript. Selector yang digunakan dalam jQuery biasannya mengakses kelas CSS
untuk menangkap DOM dan mengolahnya dengan method tertentu. Beberapa fitur
yang menjadi inti dari jQuery adalah:
14. Syntax ekspresif (CSS selectors) untuk menunjuk element pada dokumen.
15. Query yang efektif dan efisien dalam menemukan element pada
dokumen.
16. Kumpulan method yang berguna untuk memanipulasi element yang
terpilih.
17. Succinct idiom (method berantai) untuk membuat sequence dari operasi
yang dibuat.

JQuery Mobile

Camden and Matthews (2012) jQuery Mobile merupakan User Interface


framework yang menggunakan jQuery sebagai bagian utama untuk
pemogramannya. Tidak seperti framework lainnya, jQuery Mobile fokus pada HTML
dan CSS dengan cara merubahnya menjadi halaman yang mobile friendly dan
memungkinkan pengguna untuk berinteraksi. Camden and Matthews (2012) jQuery
Mobile hanya fokus dalam User Interface sebuah aplikasi, bukan programming-nya,
hal ini dibuat agar user merasakaan tampilan yang sama walaupun menggunakan
mobile operating system yang berbeda. Untuk memperoleh tampilan yang sama
pada setiap mobile operating system jQuery Mobile membuat CSS sendiri. jQuery
Mobile memiliki berbagai method yang disediakan untuk memudahkan para
pengembang dalam mengembangkan halaman mobile. Method yang disediakan
oleh jQuery Mobile
bergantung kepada kehadiran library jQuery, sehingga untuk menggunakan
jQuery Mobile dibutuhkan jQuery.

2.2. Metode Pengembangan Sistem


Metode pengembangan sistem yang Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah
sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial
(bereferensi keruangan), dalam arti yang lebih sempit adalah sistem komputer
yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan
menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi
menurut lokasinya dalam sebuah database sistem yang mampu melakukan berbagai
proses yang dapat mengubah data menjadi suatu informasi yang digunakan
untuk mengambil suatu keputusan. Beberapa pengertian SIG menurut para ahli
diantaranya:
• Pengertian Sistem Informasi Geografis menurut Arronoff (1989), adalah
sebagai suatu sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam
menangani data bereferensi geografis yaitu pemasukan data, manajemen
data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data,
serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir (output) dapat
dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang
berhubungan dengan geografi.
• Pengertian Sistem Informasi Geografis menurut Burroug (1986), adalah
sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukan, menyimpan,
mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai
referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan
dan perencanaan. Dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi
geografis beberapa subsistem data input, data output, data management,
data manipulasi dan analysis.
• Jenis Sistem Informasi Geografis
• Sistem manual (analog).
Sistem informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti
peta, lembar transparansi untuk susunan, foto udara, laporan statistik dan
laporan survey lapangan. Semua data tersebut dikompilasi dan dianalisis
secara manual dengan alat tanpa komputer.
• Sistem otomatis (berbasis digital komputer)
Perbedaan yang paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya,
sistem informasi geografis otomatis telah menggunakan komputer sebagai
sistem pengolah data melalui proses digitasi. Sumber data digital dapat
berupa citra satelit atau foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi,
data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi.

• Subsistem Informasi Geografis


c. Subsistem Masukan (input)
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data
spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini juga bertanggung
jawab mengkonversi atau mentransformasi format-format data asli ke
dalam format yang dapat digunakan oleh SIG (Sistem Informasi Geografi).
d. Subsistem Manajemen
Subsistem ini mengorganisasikan data spasial maupun atribut ke dalam
sebuah sistem basisdata sedemikian rupa sehingga data spasial tersebut
mudah dicari, di update, dan di edit.
e. Subsistem Manipulasi dan Analisis
Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh
sistem informasi geografi. Selain itu subsistem ini juga melakukan
manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang
diharapkan.
f. Subsitem Keluaran (output) dan Penyajian (display)
Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau
sebagian basis data, baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy,
dalam
format table, grafik, peta atau format lainnya. Gambar mengenai
subsistem sistem informasi geografis dapat dilihat pada gambar 2.1.

Data
manipulation
dan analisis

Sistem Informasi
Data input Data output
Geografis

Data menejemen

Gambar 2.1 Subsistem Sistem Informasi Geografis

• Ruang Lingkup Sistem Informasi Geografis


Pada dasarnya pada sistem informasi geografis terdapat lima proses yaitu:
c. Input Data
Proses input data digunakan untuk menginputkan data spasial dan data
nonspasial. Data spasial biasanya berupa peta analog, untuk SIG harus
menggunakan peta digital sehingga peta analog tersebut harus dikonversi
ke dalam bentuk peta digital dengan menggunakan aplikasi arcView.
Selain proses digitasi dapat juga dilakukan proses overlay dengan
melakukan proses scanning pada peta analog.
d. Manipulasi Data
Tipe data yangdiperlukan oleh suatu bagian sistem informasi geografis
mungkin perlu dimanipulasi agar sesuai dengan sistem yang
dipergunakan,
oleh karena itu sistem infromasi geografis mampu melakukan fungsi edit
baik untuk data spasial maupun nonspasial.
e. Analisis Spasial
Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah kemampuan
menganalisis sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut
analisa spasial. Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi
yang sering digunakan dengan istilah analisa spasial, tidak seperti sistem
informasi yang lain yaitu dengan menambahkan dimensi ruang (space)
atau geografi. Kombinasi ini menggambarkan attribut-attribut pada
bermacam fenomena seperti umur seseorang, tipe jalan, dan sebagainya,
yang secara bersama dengan informasi seperti dimana seseorang tinggal
atau lokasi suatu jalan .
f.Query dan Analisis
Query adalah proses analisis yang dilakukan secara tabular. Secara
fundamental sistem informasi geografis dapat melakukan dua jenis
analisis, yaitu:
1) Analisis Proximity
Analisis Proximity merupakan analisis geografi yang berbasis
pada jarak antar layer. Sistem informasi geografis menggunakan
proses buffering (membangun lapisan pendukung di sekitar layer
dalam jarak tertentu) untuk menentukan dekatnya hubungan
antar sifat bagian yang ada.
2) Analisis Overlay
Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang
berbeda. Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi visual
yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan
secara fisik.
g. Visualisasi
Untuk beberapa tipe operasi geografis, hasil akhir terbaik diwujudkan
dalam peta atau grafik. Peta sangatlah efektif untuk menyimpan dan
memberikan informasi geografis.
h. Manajemen data
Setelah data spasial dimasukkan maka proses selanjutnya adalah
pengolahan data nonspasial yang meliputi penggunaan DBMS untuk
menyimpan data yang memiliki ukuran besar.

6) Definisi Data
Data merupakan keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang dikumpulkan dari
suatu populasi atau bagian populasi yang akan digunakan untuk menerangkan ciri-
ciri populasi yang bersangkutan. Pengertian data menurut Jogiyanto (2005) adalah
bentuk yang masih mentah yang belum dapat bercerita banyak sehingga perlu
diolah lebih lanjut. Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa data
merupakan fakta atau keterangan yang dikumpulkan darisuatu populasi yang perlu
diolah lebih lanjut untuk menjelaskan karakteristik populasi tersebut. Agar data
dapat menerangkan ciri-ciri populasi dengan benar, maka data tersebut harus
memenuhi kriteria sebagai berikut. Data yang bersifat objektif adalah data yang
benar-benar sama dengan keadaan yang sebenarnya
c. Mewakili populasi
d. Galat baku (standard error) kecil
e. Tepat waktu
f. Relevan
• Jenis Data Pada Sistem Informasi Geografis
Jenis Data yang digunakan dalam sistem informasi geografis adalah data spasial
(peta atau geometris) dan data atribut (keterangan atau non-spasial). Perbedaan
diantara dua jenis data tersebut adalah :
• Data Atribut adalah data yang mendeskripsikan
karateristik atau fenomena yang dikandung pada
suatu objek data dalam peta dan tidak
mempunyai hubungan posisi geografis. Contoh
data atribut dari sungai adalah berupa
kedalaman, kualitas air, habitat, komposisi kimia,
konfigurasi biologis dan lain sebagainya. Atribut
dapat dideskripsikan secara kualitatif dan
kuantitatif. Pada pendeskripsian secara
kualitatif, kita mendeskripsikan tipe, klasifikasi,
label suatu
objek agar dapat dikenal dan dibedakan dengan objek yang lain,
misalnya kantor Polsek, Puskesmas dan sebagainya. Bila dilakukan
secara kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai secara skala
kordinat atau tingkatan, interval atau selang dan rasio atau
perbandingan dari suatu titik tertentu. Contohnya populasi sungai 10
sampai 15 ekor ikan, kadar kimia air pada sungai tersebut buruk, dan
sebagainya.
• Data Spasial adalah data sistem informasi yang berkaitan dengan
dimensi ruang, dapat digambarkan dengan berbagai komponen data
spasial. Komponen tersebut adalah :
• Titik
Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana untuk
suatu objek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat
diidentifikasi diatas peta dan dapat ditampilkan pada layar
monitor menggunakan simbol-simbol. Titik tidak dapat mewakili
objek tertentu berdasarkan skala yang ditentukan, misalnya
sudut-sudut bangunan atau suatu gedung pada peta yang
memiliki skala besar.
• Garis
Garis adalah bentuk linear yang akan menghubungkan paling
sedikit dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek
satu dimensi. Batas-batas polygon merupakan garis-garis,
demikian pula jaringan listrik, komunikasi pipa air minum, saluran
pembuangan, dan keperluan lainnya.
• Polygon
Polygon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua
dimensi. Sungai, danau, batas provinsi, batas kota, adalah tipe-
tipe entity yang pada umumnya direpresentasikan sebagai
polygon. Suatu polygon paling sedikit dibatasi oleh tiga garis yang
saling terhubung diantara ketiga titik tersebut.
• Model Data Sistem Informasi Geografis
Model data yang akan digunakan dari bentuk dunia nyata harus
diimplementasikan ke dalam basisdata. Data ini dimasukkan ke dalam komputer
yang kemudian memanipulasi objek dasar yang memiliki atribut geometri (entity
spasial atau entity geografis). Secara umum persepsi manusia mengenai bentuk
representasi entity spasial adalah konsep raster dan vektor. Sehingga data spasial
direpresentasikan di dalam basisdata sebagai raster atau vektor.
Berikut merupakan model data Sistem Informasi Geografis:
g) Data Raster
Model data raster memberikan informasi spasial apa yang terjadi di
mana saja dalam bentuk gambaran yang digeneralisir. Jika menggunakan
model ini, dunia nyata disajikan sebagai elemen matrik atau sel-sel grid
yang homogen. Data geografi pada data raster ditandai oleh nilai-nilai
(bilangan) elemen matrik persegi panjang dari suatu objek, Secara
konseptual model data raster merupakan model data spasial yang paling
sederhana. Data raster biasanya disimpan sebagai susunan dari nilai-nilai
garis dengan header yang menyimpan metadata tentang susunan
tersebut. Akurasi model data ini sangat bergantung pada resolusi atau
ukuran pixelnya di permukaan bumi.
h) Data Vektor
Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan titik-titik, garis atau kurva, atau poligon
beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk dasar representasi data
spasial ini, di dalam model data vektor didefinisikan oleh sistem
koordinat kartesian dua dimensi (x,y). garis-garis atau kurva pada data
vektor merupakan sekumpulan titik-titik terurut yang dihubungkan.
Luasan atau polygon pada data vektor juga disimpan sebagai sekumpulan
list (sekumpulan data atau objek yang saling terkait secara dinamis
menggunakan pointer) titik-titik, tetapi dengan asumsi bahwa titik awal
dan titik akhir polygon memiliki nilai koordinat yang sama (polygon
tertutup sempurna).
7) Peta
Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang
digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi
simbol sebagai penjelas. Berikut beberapa pengertian peta dari para ahli adalah:
• Menurut International Cartographic Association
Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur tampak abstrak
yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan
permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya
digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan.
• Menurut Aryono Prihandito (1988)
Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu,
digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.
• Menurut Erwin Raisz (1948)
Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang
diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat
pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelasan.

1) Unsur Peta
Seperti yang sudah dijelaskan di atas tadi, yang dimaksud dengan unsur peta
adalah segala sesuatu yang harus ada pada peta atau bagian bagian yang harus
terdapat pada peta. Jika ada salah satu unsur peta yang tidak terpenuhi, maka peta
tersebut tidak baik atau kurang baik. Beberapa unsur dari peta yang terdapat dalam
peta.
• Judul Peta
Judul dari peta mencerminkan isi utama dari peta, contohnya peta
yang berjudul, suatu wliayah dan menjelaskan tentang wilayah
tersebut.
• Skala Peta
Skala Peta menunjukkan perbandingan antara jarak di peta dengan
jarak sesungguhnya dilapangan. Berdasarkan bentuknya, peta
dikelompokan menjadi dua yaitu skala garis dan skala angka.
• Skala Garis (Skala grafis)
Pengertian dari skala garis adalah skala peta yang berbentuk
garis dengan ukuran perbandingan tertentu. Skala garis
biasanya diletakan pada bagian dalam peta di atas legenda
atau didalam kolom legenda.
• Skala Angka (Skala Numerik)
Merupakan skala yang berupa angka yang biasanya diletakan
pada bagian atas legenda atau didalam kolom legenda.
• Penunjuk Arah atau Orientasi
Secara umum peta menggunakan orientasi utara artiya adalah bagian
atas pada peta selalu menunjukkan arah utara. Bentuk atau simbol
orientasi arah peta bermacam macam, salah satunya berupa anak
panah dengan huruf U pada bagian atasnya.

• Bentuk Peta
Peta yang sering sekali kita jumpai berbentuk datar atau peta biasa yang
hanya tergambar diatas lembaran kertas. Sebenarnya ada berbagai macam bentuk
bentuk dari peta yang terdapat sekarang ini, di zaman modern ini peta semakin
mudah sekali kita temukan dan mudah sekali di pakai seperti peta digital.
• Peta Digital
Peta digital adalah peta yang berbentuk film atau disket yang baru busa
dilihat setelah ditayangkan pada layar atau monitor. Sekarang peta digital
lebih modern lagi dari pada peta digital lama, peta digital yang kita bisa
lihat langsung melalui internet adalah peta milik google maps.com, selain
itu peta digital tidak hanya ada di komputer saja, kini peta digital dapat
lebih mudah di akses melalui ponsel (ponsel berbasis android).
• Peta Datar atau Peta Biasa
Peta biasa adalah peta yang dibuat pada bidang datar, seperti pada kertas
dengan lambang lambang atau simbol simbol untuk menggambarkan
kenampakan bumi.Peta datar juga di sebut peta dua dimensi sebab
mengandung dua unsur, yakni unsur panjang dan unsur lebar.
• Peta Timbul atau Peta Relief
Peta relief peta timbul atau peta relief adalah peta yang dibuat
berdasarkan bentuk muka bumi yang sebenarnya. Peta tmbul juga disebut
peta tiga dimensi, sebab mengandung 3 unsur, yakni unsur panjang,
lebar, dan unsur tinggi.

• Jenis-Jenis Peta
Jenis peta berbeda dengan bentuk peta. jenis peta merupakan
pengelompokkan peta yang didasarkan pada isi serta skala peta. Sedangkan bentuk
peta lebih kepada gambar peta yang nyata. Terdapat dua dasar pengelompokan
jenis dari peta, berdasarkan isinya.
• Peta Umum (General Maps).
Peta umum merupakan peta yang menggambarkan topografi batas-batas
administrasi suatu wilayah atau negara yang biasa digunakan untuk
bermacam-macam tujuan.
• Peta Khusus (Special Maps).
Peta khusus adalah peta yang menggambarkan keadaan tertentu atau
keadaan khusus daerah yang dipetakan. Seperti peta yang khusus
menggambarkan keadaan iklim, menggambarkan keadaan penduduk,
menggambarkan hasil pertanian, dan menggambarkan lainya.
• Peta Statistik Distribusi Kualitatif
Peta khsus yang menggambarkan penyebaran data statistik yang
bersifatkualitatif berbentuk pernyataan ataupun tulisan tanpa
memperhitungkan secara detail mengenai jumlah.
• Peta Statistik Distributif Kuantitatif
Peta khsus yang menggambarkan penyebaran data data statistik yang
berbentuk angka angja. Data data statistik yang digambarkan berupa
angka angka, seperti jumlah hasil pertanian padi dan penduduk.
• Charts
Peta yang digunakan untuk navigasi pelayaran dan penerbangan.
• Peta Angkutan (Transportation Maps)
Peta yang menunjukkan jalan kerata api, jalan mobil, lintas
penerbangan dan sebagainya.
• Peta Geolog
Peta yang menggambarkan struktur batuan dan sifat-sifatnya yang
dapat mempengaruhi bentuk-bentuk permukaan tanah.
• Peta Air Tanah
Peta yang menggambarkan lokasi atau sebaran air tanah di suatu
tempat atau daerah.
• Peta Irigasi
Peta yang menggambarkan tentang aliran sungai, bendungan air
dan saluran irigasi.
• Peta Kadastral (Cadastral Maps)
Peta digambar dengan skala lebar untuk menunjukkan tanah hak milik.

8) Perancangan Sistem
• Diagram Konteks
Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan
menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan
level tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau
output dari sistem. Ia akan memberi gambaran tentang keseluruhan sistem.
Sistem dibatasi oleh boundary (dapat digambarkan dengan garis putus).
Dalam diagram konteks hanya ada satu proses. Tidak boleh ada store dalam
diagram konteks (Jogiyanto, 2005).
Diagram Konteks merupakan tingkatan tertinggi dalam diagram aliran data
dan hanya memuat satu proses, menunjukkan sistem secara keseluruhan.
Proses tersebut diberi nomor nol. Semua entitas eksternal yang ditunjukkan
pada diagram konteks berikut aliran data-aliran data utama menuju dan dari
sistem. Diagram tersebut tidak memuat penyimpanan data dan tampak
sederhana untuk diciptakan, begitu entitas-entitas eksternal serta aliran
data-
aliran data menuju dan dari sistem diketahui penganalisis dari
wawancara dengan user dan sebagai hasil analisis dokumen (Jogiyanto,
2005).

Diagram Konteks menggaris bawahi sejumlah karakteristik penting dari suatu


sistem (Jogiyanto, 2005):
6. Kelompok pemakai, pihak yang akan memberikan data ke sistem
7. Data, apa saja yang diterima/dihasilkan sistem dari/ke dunia luar
8. Penyimpanan data, tempat sistem harus memberi informasi atau laporan
9. Batasan, yang membedakan antara sistem dan lingkungan

Tabel 2.1. Simbol Diagram Konteks

Simbol Diagram Keterangan


Konteks

Pihak-pihak yang berada di luar sistem, tetapi


External Entity secara langsung berhubungan dengan sistem
dalam hal memberi data atau menerima
informasi

Didalam diagram konteks, berisi mengenai


sistem yang akan dibuat
Process

Data Flow Berisi data atau informasi yang mengalir dari


satu pihak ke sistem dan sebaliknya

• DFD (Data Flow Diagram)


Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang
memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai
suatu jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan
alur data, baik secara manual maupun komputerisasi. DFD ini sering disebut
juga dengan nama Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram
alur kerja, atau model fungsi (Pressman, 2002).
Pada saat informasi mengalir melalui perangkat lunak, dimodifikasi oleh
suatu deretan transformasi. Diagram alir data/ DFD (data flow
diagram) adalah sebuah teknis grafis yang menggambarkan aliran informasi
dan transformasi yang diaplikasikan pada saat data bergerak dari input
menjadi output (Pressman, 2002).
Berikut ini adalah aturan-aturan pembuatan (DFD) :
4. Didalam Data Flow Diagram (DFD) tidak boleh menghubungkan antara
enternal entity dengan entity lainnya secara langsung.
5. Didalam Data Flow Diagram (DFD) tidak boleh menghubungkan data
store yang satu dengan data store yang lainnya secara langsung.
6. Didalam Data Flow Diagram (DFD) tidak boleh menghubungkan data
store dengan enternal entity secara langsung.
7. Setiap proses harus memiliki data flow yang masuk dan juga data flow
yang keluar.
Berikut adalah simbol-simbol DFD:
Tabel 2.2 Simbol-simbol Data Flow Diagram (DFD)
Simbol Keterangan

External Entity
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
asal atau tujuan data

Proses
Simbol ini menujukan proses pengolahan
atau tranformasi data

Data Flow
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
aliran data yang berjalan
Data Store
Simbol ini menggambarkan data Flow yang sudah
disimpan atau diarsipkan

Jenis-jenis DFD (Data Flow Diagram):


3. Context Diagram (CD)
Jenis pertama Context Diagram, adalah data flow diagram tingkat atas
(DFD Top Level), yaitu diagram yang paling tidak detail, dari sebuah
sistem informasi yang menggambarkan aliran-aliran data ke dalam dan
ke luar sistem dan ke dalam dan ke luar entitas-entitas eksternal. (CD
menggambarkan sistem dalam satu lingkaran dan hubungan dengan
entitas luar. Lingkaran tersebut menggambarkan keseluruhan proses
dalam sistem).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggambar CD :
1. Terminologi sistem
2. Batas Sistem adalah batas antara “daerah kepentingan sistem”
3. Lingkungan Sistem adalah segala sesuatu yang berhubungan atau
mempengaruhi sistem tersebut
4. Interface adalah aliran yang menghubungkan sebuah sistem dengan
linkungan sistem tersebut
4. Diagram Level n / Data Flow Diagram Levelled
Dalam diagram n DFD dapat digunakan untuk menggambarkan diagram fisik
maupun diagram diagram logis. Dimana Diagram Level n merupakan hasil
pengembangan dari Context Diagram ke dalam komponen yang lebih detail
tersebut disebut dengan top-down partitioning. Jika kita melakukan
pengembangan dengan benar, kita akan mendapatkan DFD-DFD yang
seimbang.
• Metode Pengembangan Perangkat Lunak Menggunakan Metode
System Development Life Cycle model Waterfall
Pada metode penelitian ini dilakukan rekayasa perangkat lunak
yang digunakan adalah model Waterfall seperti pada gambar berikut
ini:

Planning

Analysis

Design

Implementation

System

(Sumber : Alan Dennis, Barbara H Wixom. 2003)


Gambar 2.2 Metode Pengembangan Model
Waterfall
Keterangan:
• Planning (Perencanaan)
Tahap perencanaan merupakan proses penting untuk mengetahui
mengapa sistem harus dibuat dan menentukan bagaimana cara
membangun sistem tersebut. Langkah pertama dari proses
tersebut adalah dengan mengidentifikasi peluang apakah dapat
memberikan kemungkinan biaya rendah tetapi menghasilkan
keuntungan.
• Analysis (analisis)
Analisis sistem dilakukan untuk memberikan jawaban pertanyaan
siapa yang akan menggunakan sistem. Apa yang akan dilakukan
oleh sistem, dimana dan kapan sistem tersebut digunakan. Pada
tahap ini pembuat sistem akan melakukan observasi dan
pengamatan terhadap sistem yang lama, kemudian
mengidentifikasi, memanfaatkan dan mengembangkan peluang,
dan membangun konsep untuk sebuah sistem baru.
• Design (perancangan)
Tahap perancangan dilakukan untuk menetapkan bagaimana
sistem akan dioperasikan. Hal ini berkaitan dengan menentukan
perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, tampilan program,
form dan laporan yang akan dipakai. Selain itu perlu juga
menspesifikasi program, database dan file yang dibutuhkan.
• Implementation (penerapan)
Merupakan tahap berikutnya untuk menerjemahkan data atau
pemecahan masalah yang telah dirancang ke dalam bahasa
pemrograman komputer yang telah ditentukan. Semua tahap ini
desain perangkat lunak sebagai sebuah program lengkap atau
unit program.
• System
Tahapan ini, merupakan hasil sistem yang telah dibuat dalam
bentuk perangkat lunak yang telah dipasang dan digunakan,
termasuk didalamnya proses pemeliharaan dan perbaikan
kesalahan. Perangkat lunak yang telah selesai dibuat dapat
mengalami perubahan-perubahan atau penambahan sesuai
dengan permintaan user atau perubahan sistem.

9) Mobile Computing
B’Far (2004) Komputasi mobile merupakan interaksi antara manusia-
komputer dimana sebuah komputer diharapkan dapat berubah selama penggunaan
normal. Mobile Computing melibatkan komunikasi mobile, perangkat keras mobile,
dan perangkat lunak mobile. Masalah komunikasi termasuk ad-hoc dan jaringan
infrastruktur serta properti komunikasi, protokol, format data dan teknologi yang
konkret. Hardware meliputi perangkat mobile atau komponen perangkat. Perangkat
lunak mobile berkaitan dengan karakteristik dan persyaratan aplikasi mobile.
• Karekteristik Mobile Computing:

• User Mobility : merupakan pengguna dari perangkat mobile.


• Network Mobility : dapat memanfaatkan jaringan dimana saja
(wireless).
• Bearer Mobility : jaringan perangkat yang dapat diakses
dimana saja (sinyal handphone).
• Device Mobility : perangkat mobile yang dapat diakses
dimana saja.
• Session Mobility : transfer layanan komunikasi pada
perangkat dimana saja.
• Service Mobility : layanan yang dapat diakses dimana saja.
• Host Mobility : bisa menjadi client atau server.
• Aplikasi Mobile

Aplikasi mobile dibedakan menjadi 3, yaitu:

• Native Application: aplikasi yang dibuat dan


(install langsung) di dalam device mobile
menggunakan bahasa pemrograman yang
selayaknya digunakan untuk membuat aplikasi
tersebut, misalkan java dan SDK untuk android
dan objective dan SDK ios untuk ios.
• Mobile web application : berbeda dengan
native application, mobile web application
merupakan sebuah web yang ditempatkan pada
server untuk kemudian dapat diakses oleh
perangkat mobile dan menyesuaikan dengan
perangkat mobile seolah-olah web tersebut
merupakan sebuah native application.
• Hybrid application :gabungan dari native
application dan hybrid application dimana
aplikasi dibangun menggunakan bahasa web yang
digabung dengan bahasa pemerograman yang
digunakan oleh device dan selanjutnya aplikasi
ditanam kedalam perangkat.
10) Basis Data
Basis data menurut pendapat Hariyanto (2004), adalah kumpulan data
(elementer) yang secara logik berkaitan dalam merepresentasikan fenomena
atau fakta secara terstruktur dalam domain tertentu untuk mendukung aplikasi
pada sistem tertentu. Basisdata adalah kumpulan data yang saling berhubungan
yang merefleksikan fakta-fakta yang terdapat di organisasi, basisdata
mendeskripsikan state organisasi, perusahaan dan sistem. Basisdata merupakan
komponen utama sistem informasi karena semua informasi untuk pengambilan
keputusan berasal dari data di basisdata. Pengelolaan basisdata yang buruk
dapat mengakibatkan tidak tersedianya data penting yang digunakan untuk
menghasilkan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan,
dibawah ini adalah istilah didalam basis data.
• Entity adalah orang atau tempat atau konsep yang informasinya direkam.
• Field (atribut) adalah sebutan untuk mewakili suatu entity.
• Record adalah kumpulan dari file-file yang saling berkaitan
• File merupakan kumpulan dari record-record sejenis saling berkaitan.
• Primary Key yaitu suatu atribut atau suatu set minimum atribut yang
dapat mengidentifikasi suatu entitas secara unik.
• Alternate Key yaitu atribut yang dapat digunakan sebagai kunci
pencarian data tertentu.
• Candidat Key adalah alternate key yang dipilih menjadi primary key.
• Foreign Key yang menjadi atribut penghubu ng antara satu file dengan file
lainnya.
Penggunaan suatu database digunakan untuk mengatasi masalah-masalah pada
penyusunan data yaitu:
• Redudansi dan inkonsistensi data.
• Kesulitan pengaksesan data.
• Isolasi data untuk standarisasi.
• Multyple user (banyak pemakai).
• Masalah keamanan (security).
• Masalah integrasi (kesatuan).
Sutanta (2004), mengatakan bahwa perancangan basis data dan model data
secara umum dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:

d. Model data berbasis objek


e. Model data berbasis record
f. Model data fisik
g. Model data konseptual
Dan dari model-model data tersebut, model data yang sering digunakan
pada umumnya adalah model data berbasis objek dan model data berbasis
record.

d. Model Data Berbasis Objek (Object Based Logical Model)


Model data berbasis objek menggunakan konsep entitas, atribut dan
hubungan antar entitas. Terdiri dari :

• Entity Relationship Model


• Binary Model
• Semantic Data Model
• Infological Model
Jenis model data ini yang paling populer dan sering digunakan adalah Entity
Relationship Model, yaitu : Model Relasi-Entitas yang pada hakekatnya
perwujudan dari model relasional dalam bentuk diagram, yaitu E-R Diagram.
Domain data disebut juga sebagai himpunan entitas, diwakili oleh diagram
kotak. Field data atau atribut diwakili oleh diagram lingkaran atau ellips.
Hubungan atau relasi antar domain diwakili oleh jajaran-genjang.
Tabel 2.3. Simbol ERD

Simbol ERD Nama Simbol

Domain Data
Relasi antara domain data

Atribut dari domain data

e. Model Data Berbasis Record (Record-Based Logical Models)


Model ini berdasarkan pada record untuk menjelaskan kepada user
tentang hubungan logic antar data dalam basis data. Terdiri dari :

d. Model Relational (Relational Model)


e. Model Hirarkis (Hierarchical Model)
f. Model Jaringan (Network Model)
Jenis model data ini yang paling populer dan sering digunakan adalah
Relational Model, yaitu: Model data yang diciptakan berdasarkan teori-
relasional seperti relational algebra, dan relational calculus. Salah seorang
pencetus awal dari basis data relasional adalah E.F.Codd yang juga telah
menciptakan serangkaian operasi matematika relasional terhadap model
data relasional.
Sutanta (2004), mengatakan bahwa pada prinsipnya model data relasional
dapat di-representasikan dalam bentuk tabel data, dimana:
B. satu tabel mewakili satu “domain” data atau entity, bila direkam merupakan
satu file yang hanya memiliki satu tipe record saja, setiap record adalah baris
C. setiap record terdiri atas beberapa field (atribut) atau tuple, atau kolom
D. jumlah tuple / field pada setiap record sama
E. setiap record memiliki atribut kunci utama (primary key) yang unik dan dapat
dipakai untuk mengenali satu record
F. record dapat diurutkan menurut kunci utama
G. hubungan antara domain dinyatakan dalam bentuk relasi, ada tiga kemungkinan
relasi antar domain yaitu: relasi satu-satu (one-to-one relation), relasi satu-
banyak (one-to-many relation), relasi banyak- banyak (many-to-many relation)

11) jQuery
Flanagan (2011) jQuery merupakan library dari JavaScript yang fokus dalam
query objek JavaScript. Selector yang digunakan dalam jQuery biasannya mengakses
kelas CSS untuk menangkap DOM dan mengolahnya dengan method tertentu.
Beberapa fitur yang menjadi inti dari jQuery adalah:
• Syntax ekspresif (CSS selectors) untuk menunjuk element pada dokumen.
• Query yang efektif dan efisien dalam menemukan element pada
dokumen.
• Kumpulan method yang berguna untuk memanipulasi element yang
terpilih.
• Succinct idiom (method berantai) untuk membuat sequence dari operasi
yang dibuat.

12) JQuery Mobile

Camden and Matthews (2012) jQuery Mobile merupakan User Interface


framework yang menggunakan jQuery sebagai bagian utama untuk
pemogramannya. Tidak seperti framework lainnya, jQuery Mobile fokus pada HTML
dan CSS dengan cara merubahnya menjadi halaman yang mobile friendly dan
memungkinkan pengguna untuk berinteraksi. Camden and Matthews (2012) jQuery
Mobile hanya fokus dalam User Interface sebuah aplikasi, bukan programming-nya,
hal ini dibuat agar user merasakaan tampilan yang sama walaupun menggunakan
mobile operating system yang berbeda. Untuk memperoleh tampilan yang sama
pada setiap mobile operating system jQuery Mobile membuat CSS sendiri. jQuery
Mobile memiliki berbagai method yang disediakan untuk memudahkan para
pengembang dalam mengembangkan halaman mobile. Method yang disediakan
oleh jQuery Mobile
bergantung kepada kehadiran library jQuery, sehingga untuk menggunakan jQuery
Mobile dibutuhkan jQuery.

Metode Pengembangan Sistem


Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah metode prototype.
Prototype dibuat saat pengguna tidak tahu pasti apa yang dia inginkan, rincian
masukannya, rincian prosesnya, atau apa rincian keluaran yang diinginkan, sehingga
pengembang membuat prototype produk dan menghadirkannya ke hadapan pengguna.
Pengguna menilai prototype itu kemudian menyarankan perbaikan-perbaikan (jika ada).
Pengembang kemudian melakukan perbaikan lagi kemudian dikomunikasikan lagi
dengan pengguna. Sehingga akan didapatkan sistem atau perangkat lunak yang
dikehendaki oleh pengguna.
Protoype memberikan ide bagi pengembang sistem maupun user tentang cara
sistem akan berfungsi dalam bentuk lengkapnya. Langkah dalam prototype adalah
seperti berikut (Jogiyanto: 2005):
• Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dasar pemakai. Dalam
hal ini perancangan sistem bekerja dengan pemakai untuk
menangkap informasi dasar yang diperlukan pemakai.
• Mengembangkan sebuah prototype. Perancangan sistem
menciptakan sebuah prototype dengan cepat. Prototype dapat
hanya mancakup fungsi- fungsi yang paling penting atau
mencakup seluruh sistem.
• Menggunakan prototype. Pada tahapan ini, pemakai diminta
untuk bekerja dengan sistem untuk menentukan cocok tidak nya
prototype terhadap kebutuhan pemakai dan diharapkan pemakai
memberisaran- saran untuk perbaikan prototype.
• Memperbaiki dan meningkatkan prototype-prototype diperbaiki
sesuai dengan semua perubahan yang diminta atau yang
disarankan oleh pemakai.

penulis gunakan dalam skripsi ini adalah metode prototype. Prototype dibuat
saat pengguna tidak tahu pasti apa yang dia inginkan, rincian masukannya, rincian
prosesnya, atau apa rincian keluaran yang diinginkan, sehingga pengembang membuat
prototype produk dan menghadirkannya ke hadapan pengguna. Pengguna menilai
prototype itu kemudian menyarankan perbaikan-perbaikan (jika ada). Pengembang
kemudian melakukan perbaikan lagi kemudian dikomunikasikan lagi dengan pengguna.
Sehingga akan didapatkan sistem atau perangkat lunak yang dikehendaki oleh
pengguna.
Protoype memberikan ide bagi pengembang sistem maupun user tentang cara
sistem akan berfungsi dalam bentuk lengkapnya. Langkah dalam prototype adalah
seperti berikut (Jogiyanto: 2005):
1. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dasar pemakai. Dalam hal ini
perancangan sistem bekerja dengan pemakai untuk menangkap informasi
dasar yang diperlukan pemakai.
2. Mengembangkan sebuah prototype. Perancangan sistem menciptakan
sebuah prototype dengan cepat. Prototype dapat hanya mancakup fungsi-
fungsi yang paling penting atau mencakup seluruh sistem.
3. Menggunakan prototype. Pada tahapan ini, pemakai diminta untuk bekerja
dengan sistem untuk menentukan cocok tidak nya prototype terhadap
kebutuhan pemakai dan diharapkan pemakai memberisaran- saran untuk
perbaikan prototype.
4. Memperbaiki dan meningkatkan prototype-prototype diperbaiki sesuai
dengan semua perubahan yang diminta atau yang disarankan oleh pemakai.

B. GAGASAN BARU/INOVASI
Dalam mewujudkan perumahan yang layak huni dan berkelanjutan, serta dengan tujuan
untuk penertiban pendataan aset, Pemerintah Pusat melalui Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) saat ini tengah mendorong Pemerintah Daerah untuk mempercepat penyerahan
Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) Perumahan dari pengembang kepada Pemerintah
Daerah. Hal ini tertuang pada Permendagri No. 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah. Berdasarkan
Permendagri tersebut, Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan
lingkungan perumahan dan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jaringan
jalan, saluran pembuangan air limbah, jaringan drainase, dan tempat pembuangan sampah
adalah beberapa contoh prasarana perumahan. Sarana adalah fasilitas penunjang yang
berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan
budaya. Diantara yang termasuk dalam sarana antara lain sarana perniagaan, sarana
peribadatan, sarana pertamanan, dan sebagainya. Sedangkan utilitas adalah sarana
penunjang untuk pelayanan lingkungan seperti jaringan air bersih, jaringan listrik, pemadam
kebakaran dan sarana penerangan jasa umum (Utary, Doloksaribu, & Nababan, 2020).

Salah satu hal yang menjadi kendala adalah pengembang yang mangkir dan menganggap
penyerahan PSU adalah hal yang belum penting untuk dilakukan. Oleh karena itu data digital
mengenai penyerahan PSU (e-PSU) yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat menjadi
krusial. Sehingga masyarakat yang hendak melakukan pembelian rumah di perumahan teredukasi
dan dapat memilih perumahan yang telah menyerahkan PSU guna memperoleh jaminan
keberlangsungan lingkungan perumahan yang akan ditinggali. Untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan langkah awal pengenalan metode Sistem Informasi Geografis (SIG)
terhadap pelaku penertib kebijakan yaitu pegawai pada instansi yang membidangi penyerahan
PSU yaitu Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman.

SIG memudahkan untuk penataan ruang wilayah secara digital (Setiawan & Nasoetion, 2022);
(Buana, Sari, & Rahmayuda, 2022). Dimana penataan ruang ini merupakan penempatan struktur
ruang bangunan dan lahan yang disusun sesuai dengan perencanaan untuk melihat apakah
terdapat kesenjangan struktur ruang pada kota atau wilayah (Wati & Garside, 2021). Di
Indonesia sendiri memiliki konsep perencanaan tata ruang yang dikembangkan dari masa ke
masa. Dengan gagasan bahwa pembangunan infrastruktur akan mampu mempercepat
terjadinya pengembangan wilayah.

Konsep pengembangan wilayah mulai diarahkan untuk mengatasi kesenjangan tersebut


(Ahaliki, 2020). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional bahwa; arahan kebijakan dan
pemanfaatan ruang wilayah dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang. Jangka
waktu perencanaan tata ruang wilayah nasional adalah 20 tahun, dan selama 5 tahun sekali
akan dilakukan peninjauan. Selain aturan RTRW Nasional yang tersebut di atas, RTRW Kota juga
telah diatur dalam Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 11
ayat 2 bahwa pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang
wilayah kabupaten.

Metode dan tahapan pelaksanaan yang direncanakan mengikuti alur diagram gambar 1
mulai dari tahap awal hingga selesai serta rencana keberlanjutan peningkatan mitra.

1. Sosialisasi kegiatan pengabdian melalui zoom meeting dan membahas topik mengenai
pentingnya SIG untuk pemetaan Sarana Prasarana Utilitas (PSU).

2. Kunjungan pertama ke lokasi pengabdian untuk pengenalan software apa saja yang dapat
digunakan untuk pengolahan data PSU, baik yang membayar maupun gratis. Namun
dalam pelatihan akan menggunakan software QGIS yang gratis dan open source.

3. Pendampingan proses instalasi software di setiap komputer yang akan digunakan.

4. Kunjungan kedua yaitu mengajarkan penentuan titik rencana pengembangan


perumahan, dan penyusunan data PSU yang diperlukan dalam database SIG serta
melakukan tracking batasan wilayah pemukiman yang ditetapkan.

5. Kunjungan ketiga, pelatihan digital pengembangan project file dan memulai pengolahan
data – data yang telah terkumpul. Mulai dari mendigitasi peta citra serta pemberian
atribut setiap lokasi PSU yang ditinjau
6. Mendiskusikan secara daring mengenai hasil digitasi dan input atribut PSU dan
melakukan koreksi hasil pemetaan dan analisis.

7. Uji coba atau pengulangan pengolahan data dan analisis pada lokasi perumahan lainnya.

8. Memantau dan mendampingi secara intensif melalui media online dan mengevaluasi
perkembangan dan pemahaman para peserta selama kegiatan pengabdian.

9. Mendiskusi rencana keberlanjutan implementasi kebijakan kewenangan wilayah


Kabupaten terhadap program e-PSU dengan melibatkan dosen bidang informatika
sebagai dukungan ilmu pengetahuan teknologi Internet of Things (IoT)

Diagram alir
Perumahan swadaya yang ada terkadang belum memiliki lingkungan yang mendukung
keberlangsungan kegiatan bermukim masyarakat. Kualitas lingkungan yang masih
rendah juga seringkali belum mendapat cukup perhatian dari penghuni itu sendiri.
Penghuni seringkali hanya berpikir mengenai unit rumah yang mereka miliki padahal
kualitas lingkungan dan juga prasarana sarana utilitas memegang peranan penting
dalam keberlangsungan hidup mereka.

Pertumbuhan kebutuhan akan rumah baru yang semakin meningkat tiap tahunnya
seringkali tidak diikuti dengan kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum yang
memadai. Kelengkapan PSU terkadang menjadi kendala dalam pembangunan
perumahan. Kondisi lingkungan dan PSU yang di bawah standar dapat membuat
semakin buruknya kondisi perumahan.

Di dalam survey ini responden diberikan 25 pertanyaan terkait dengan keberadaan dan
kualitas sarana dan prasarana umum yang ada didalam kawasan perumahan dimana
responden bertempat tinggal untuk mengisi kuisioner dan survey ini dapat membuka
tautan berikut

KUISIONER SARANA DAN PRASARANA PERUMAHAN

Setelah membuka link tersebut sebelum mengisi akan terbuka menu lokasi tempat
responden berada sehingga dapat diketahui lokasi pengambilan data.
adapun data yang akan diisi antara lain :
1. Nama [Text] : Diisikan sesuai dengan nama responden dalam survey ini
2. Nama Perumahan [Text] : Diisikan sesuai dengan nama perumahan responden
bertempat tinggal

3. Desa/Kelurahan [Text] : Diisikan sesuai dengan nama Desa/Kelurahan dimana


perumahan berlokasi

4. Kecamatan [Text] : Diisikan sesuai dengan nama Kecamatan dimana perumahan


berlokasi
5. Kota/Kabupaten [Text] : Diisikan sesuai dengan nama Kota/Kabupaten dimana
perumahan berlokasi

6. Jalan [Number With Range] : Diisikan sesuai dengan Perkiraan Lebar Prasarana Jalan
(Meter) yang ada di perumahan

7. Perkerasan [Selection] : Diisikan sesuai dengan Jenis Perkerasan Jalan (Meter) yang
ada di perumahan
8. Drainase [Number With Range] : Diisikan sesuai dengan perkiraan lebar dimensi
prasarana drainase (centimeter) yang ada di perumahan

9. Kualitas Drainase [Selection] : Diisikan sesuai dengan perkiraan kualitas prasarana


drainase yang ada didalam perumahan
10. Persampahan [Selection] : Diisikan sesuai dengan jenis sarana persampahan yang
ada di perumahan didalam perumahan

11. Air Bersih [Selection] : Diisikan sesuai dengan jenis sumber air dalam pemenuhan
sarana air bersih didalam perumahan

12. Listrik [Selection] : Diisikan sesuai dengan jenis sumber listrik dalam pemenuhan
sarana energi/kelistrikan didalam perumahan
13. Telekomunikasi [Selection] : Diisikan sesuai dengan jenis sarana telekomunikasi
yang ada didalam perumahan

14. Air Limbah [Selection] : Diisikan sesuai dengan jenis sarana air limbah yang ada
didalam perumahan
15. Kebakaran [Selection] : Diisikan sesuai dengan jenis sarana pemadaman yang ada
didalam perumahan

16. Penerangan Jalan [Selection] : Diisikan sesuai dengan keberadaan sarana


penerangan jalan yang ada didalam perumahan
17. Ruang Terbuka Hijau [Selection] : Diisikan sesuai dengan keberadaan ruang terbuka
hijau atau taman didalam perumahan

18. Luas Bangunan [Number] : Diisikan sesuai dengan tipe rumah / luas bangunan yang
dimiliki

19. Luas Tanah [Number] : Diisikan sesuai dengan tipe tanah/ luas tanah yang dimiliki
20. Pendidikan [Selection] : Diisikan sesuai dengan keberadaan sarana pendidikan
didalam perumahan

21. Peribadatan [Selection] : Diisikan sesuai dengan keberadaan sarana peribadatan


didalam perumahan
22. Kesehatan [Selection] : Diisikan sesuai dengan keberadaan sarana kesehatan
didalam perumahan

23. Olahraga [Selection] : Diisikan sesuai dengan keberadaan sarana olahraga didalam
perumahan
24. Perekonomian [Selection] : Diisikan sesuai dengan keberadaan sarana
perekonomian didalam perumahan

25. Sosial Budaya [Selection] : Diisikan sesuai dengan keberadaan sarana sosial budaya
didalam perumahan
Statistik Data

form kuesioner yang sudah diisi akan secara otomatis masuk kedalam sistem MAPID
seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini sehingga pembuat form dan responden
yang mengisi dapat melihat langsung data yang telah diinput
Statistik Data
ini adalah resume statistik yang didapatkan
1. Jalan
2. Perkerasan
3. Drainase
4. Kualitas Drainase
5. Persampahan
6. Air Bersih
7. Listrik
8. Telekomunikasi
9. Air Limbah
10. Kebakaran
10. Penerangan Jalan
12. Ruang Terbuka Hijau
15. Pendidikan
16. Peribadatan
17. Kesehatan
18. Olahraga
19. Perekonomian
20.Sosial Budaya
C. RENCANA KERJA
D. ORGANISASI DAN RENCANA PENGGUNAAN TENAGA AHLI
D.1 Organisasi Pelaksanaan Kerja

CV

Team Leader

Ahli Pemetaan Ahli IT Ahli K3

OPERATOR/DRAFTER ADMINISTRASI

D.2 Rencana Penggunaan Tenaga Ahli

Anda mungkin juga menyukai