Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

K3LH dan Budaya Kerja Industri

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kalian diharapkan mampu:
1. menjelaskan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan hidup;
2. menjelaskan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan hidup;
3. Menjelaskan higiene dan sanitasi; dan
4. menjelaskan budaya kerja industri.

Peta Konsep

Apersepsi
Pernahkah kalian berpikir tentang kesehatan, kewarasan berpikir dan keutuhan tubuh yang manusia
miliki? Tentunya tidak bisa terukur. Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna
adalah anugerah yang membedakan dengan makhluk-makhluk lainnya. Manusia merupakan aset
yang tak ternilai dibandingkan dengan materi apapun. Manusia memiliki pengetahuan, pengalaman
dan kompetensi yang dapat melakukan pekerjaan dan menghasilkan banyak karya. Manusia sehat
dan berkepribadian positif akan memiliki produktifitas maksimal.
Kesehatan dan keselamatan merupakan hal yang sangat penting dalam menyalankan segala aktifitas
dan pekerjaan. Faktor utama yang mempengaruhi proses pekerjaan untuk mencapai tujuan adalah
kesehatan dan keselamatan. Dengan demikian Kesehatan dan keselamatan kerja menduduki
peringkat pertama di setiap program kerja di dunia usaha atau industri.

A. Kesehatan, Keselamatan, Kerja, dan Lingkungan Hidup (K3LH)

1
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 tahun 2018 menjelaskan bahwa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
Tenaga Kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Penjelasan tersebut menggambarkan upaya preventif yang dilakukan oleh setiap
stakeholder untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan akibat yang ditimbulkan dari aktifitas
kerja.
1. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970, maka keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk
beberapa hal, di antaranya
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembah udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara dan proses
kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan
barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2. Syarat-Syarat K3 Lingkungan Kerja


Untuk mencapai tujuan kesehatan, keselamatan kerja, maka harus ada tindakan yang dilakukan.
Upaya yang dapat dilakukan, yaitu
a. Pengukuran dan pengendalian lingkungan kerja
Pengendalian Lingkungan Kerja bertujuan memastikan tingkat keamanan dan kenyamanan
bagi tenaga kerja. Pengendalian dapat dilakukan dengan tingkatan prosedur penanganan.
1) Langkah-langkah pengendalian lingkungan
Langkah untuk memastikan lingkangan kerja terkendali sebagai berikut.

2
a) Tindakan eliminasi
Upaya ini dilakukan untuk menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal
dari bahan yang digunakan, proses pelaksanaan pekerjaan, atau peralatan yang
dioperasikan untuk mendukung proses produksi.
b) Tindakan substitusi
Substitusi memiliki arti mengganti. Upaya yang dilakukan adalah untuk
mengganti bahan-bahan yang digunakan, proses pelaksanaan pekerjaan, atau
peralatan yang dioperasikan untuk mendukung proses produksi dari yang
berbahaya menjadi tidak berbahaya
c) Tindakan rekayasa teknis
Upaya ini bertujuan untuk memisahkan atau membatasi sumber bahaya dari
tenaga kerja dengan memasang sistem pengaman pada alat, mesin, dan/atau area
kerja.
d) Tindakan administratif
Tindakan ini berupa aturan-aturan yang harus dijalankan dan dipatuhi oleh seluruh
pekerja sebagai upaya pengendalian dari sisi keteledoran, kecerobohan tenaga
kerja agar dapat melakukan pekerjaan secara aman. Pemasangan papan petunjuk
dan informasi K3 di tempat bekerja sebagai pengingat agar pekerja selalu ingat
dengan peraturan K3
e) Penggunaan alat pelindung diri.
Pelindung diri berfungsi untuk mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari
sumber bahaya.
2) Faktor-faktor pengendalian lingkungan
Dalam Permenaker No. 13 tahun 2011 menyatakan bahwa setiap perusahaan wajib
melakukan pengendalian lingkungan di bawah Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah
distandarkan.
Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai
kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan dalam bekerja.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam lingkungan kerja adalah :
a) Fisika
Faktor fisika merupakan faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja akibat
adanya fenomena alam, cuaca, atau kondisi yang disebabkan karena adanya
pengaruh dari alam.
(1) Iklim Kerja
Iklim kerja adalah suatu keadaan yang terbentuk dari kombinasi suhu kerja,
kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu
lingkungan kerja. Iklim kerja harus terbentuk dengan baik agar menjaga

3
kenyamanan dan keselamtan pekerjan dalam melaksanakan proses pekerjaan
tanpa adanya perasaan takut dan terganggu.
(a) Standart Iklim Kerja
Acuan dalam melaksanakan pengendalian iklim kerja berdasarkan nilai
Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) seperti tabel di bawah ini.
Tabel 1. 1 NAB Standar Iklim Kerja
ISBB (˚C )
Pengaturan waktu
Beban Kerja
kerja setiap jam
Ringan Sedang Berat
75% - 100% 31,0 28,0 -
50 % - 75% 31,0 29,0 27,5
25% - 50% 32,0 30,0 29,0
0% - 25% 32,2 31,1 30,5
Sumber: Permenaker No. 13 tahun 2011
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi:
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering.
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa
panas radiasi : ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.
Catatan :
Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 Kilo
kalori/jam.
Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan
kurang dari 350 Kilo kalori/jam.
Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan
kurang dari 500 Kilo kalori/jam.
(b) Upaya Pengedalian Iklim Kerja
Upaya yang dilakukan untuk memastikan Iklim Kerja berjalan baik
adalah sebagai berikut:
1. Menghilangkan sumber panas atau sumber dingin dari tempat kerja
2. Mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber
panas atau sumber dingin
3. Mengisolasi atau membatasi pajanan (perantara/penyebab) sumber
panas atau sumber dingin
4. Menyediakan sistem ventilasi
5. Menyediakan air minum
6. Mengatur atau membatasi waktu pajanan (perantara/penyebab)
terhadap sumber panas atau sumber dingin
7. penggunaan baju kerja yang sesuai
8. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai

4
9. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
(2) Faktor Kebisingan
Kepmen LH No 48. tahun 1996 menjelaskan bahwa kebisingan adalah bunyi
yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan. Tingginya tingkat kebisisngan akan menyebabkan
gangguan pendengaran. Jika berlangsung secara terus menerus akan
menimbulkan sakit kepala dan pusing.
(a) Standart NAB Faktor Kebisingan
Acuan pengendalian kebisingan di tempat kerja sesuai dengan NAB
Kebisingan, seperti tabel di bawah ini.
Tabel 1.2 NAB Standar Kebisingan
Intensitas kebisingan dalam
Waktu pemaparan per hari
dBA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94

30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112

28,12 Detik 115


14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Sumber: Permenaker No. 13 tahun 2011
Catatan :
Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.

5
(b) Upaya Pengedalian Faktor Kebisingan
Upaya yang dilakukan untuk menekan Faktor kebisingan adalah sebagai
berikut:
1. Menghilangkan sumber kebisingan dari tempat kerja
2. Mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber
kebisingan.
3. Memasang pembatas, peredam suara, penutupan sebagian atau
seluruh alat.
4. Mengatur atau membatasi pajanan (perantara/penyebab) kebisingan
atau pengaturan waktu kerja.
5. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.
6. Melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(3) Faktor Getaran
Getaran dalam lingkungan kerja adalah gerakan yang secara periodik
berulang yang disebabkan oleh peralatan kerja yang menghasilkan
pergerakan berulang maupun kontinu. Keluhan yang diakibatkan getaran
adalah  terjadinya cidera dan gangguan tulang belakang. Getaran yang
berlebihan dapat juga mengakibatkan gangguan kesehatan yang lain seperti
gangguan penglihatan, kandung kemih, ada darah dalam urin dan cedera
vaskular
(a) Standart NAB Faktor Getaran
Nilai Ambang Batas Faktorgetaran untuk pemaparan lengan dan tangan
seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.3 NAB Faktor Getaran
Nilai percepatan pada frekuensi
dominan
Jumlah waktu pemaparan
Meter per detik
Per hari kerja
kuadrat Gravitasi
(m/det2 )
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40
2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61
1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81
Kurang dari 1 jam 12 1,22
Sumber: Permenaker No. 13 tahun 2011
Catatan:
1 Gravitasi = 9,81 m/det2
(b) Upaya Pengendalian Faktor Getaran

6
Faktor getaran yang terjadi pada lingkungan kerja harus dikendalikan
agar memberikan rasa nyaman pada setiap pekerja agar lebih produktif.
Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan faktor getaran adalah
sebagai berikut.
1. Menghilangkan sumber getaran dari tempat kerja.
2. Mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber
getaran
3. Mengurangi pajanan (perantara/penyebab) getaran dengan
menambah/menyisipkan damping/bantalan/peredam di antara alat
dan bagian tubuh yang kontak dengan alat kerja.
4. Membatasi pajanan (perantara/penyebab) getaran melalui
pengaturan waktu kerja.
5. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai.
6. Melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(4) Faktor Gelombang Radio atau Gelombang Mikro
Gelombang radio adalah gelombang yang dapat merambat walau tidak ada
medium yang memiliki frekuensi 30 Kilo Hertz sampai 300 Giga Herzt.
Gelombang radio dihasilkan dari gelombang listrik melalui kabel penghantar,
(a) Standart NAB Faktor Gelombang Radio atau Gelombang Mikro
Nilai ambang batas radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro
Tabel 1.3 NAB Gelombang Radio atau Gelombang Mikro
Power
Kekuatan Kekuatan
Density Waktu
Medan medan
Frekuensi ( pemaparan
listrik magnit
mW/cm2 ( menit )
( V/m ) ( A/m )
)
30 kHz – 100 kHz 1842 163 6
100 kHz – 1 MHz 1842 16,3/f 6
1 MHz – 30 MHz 1842/f 16,3/f 6
30 MHz – 100 MHz 61,4 16,3/f 6
100 MHz – 300 MHz 10 61,4 0,163 6
300 MHz – 3 GHz f/30 6
33.878,2/
3 GHz – 30 GHz 100
f1,079
30 GHz – 300 GHz 100 67,62/f 0,476
Sumber: Permenaker No. 13 tahun 2011
Keterangan :
kHz : Kilo Hertz
MHz : Mega Hertz
GHz : Giga Hertz
f : Frekuensi dalam MHz

7
mW/cm2 : Mili Watt per senti meter persegi
V/m : Volt per Meter
A/m : Amper per Meter
(b) Upaya meredam Gelombang Radio atau Gelombang Mikro
Gelombang radio yang terserap tubuh manusisa akan berdampak buruk.
Dampak yang terjadi akibat pancaran radio frequency adalah kerusakan
pada jaringan tubuh. dapat menyebabkan pemanasan jaringan biologis
dan peningkatan suhu tubuh. Untuk meredam dampak gelombang Mikro
di lingkungan kerja adalah sebagai berikut.
1. Menghilangkan sumber radiasi gelombang radio atau gelombang
mikro dari tempat kerja.
2. Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber radiasi gelombang
radio atau gelombang mikro.
3. Merancang tempat kerja dengan menggunakan peralatan proteksi
radiasi.
4. Membatasi waktu pajanan terhadap sumber Radiasi gelombang radio
atau gelombang mikro.
5. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai
6. Melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(5) Faktor Sinar Ultra Violet
Radiasi ultra ungu (ultraviolet) adalah radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang 180 nano meter sampai 400 nano meter (nm). Pada
lingkungan kerja/pabrik sinar ultraviolet dihasilkan oleh atom-atom dan
molekul dalam loncatan listrik.
(a) Standart NAB Faktor Sinar Ultra Violet
NAB waktu pemaparan radiasi sinar ultra ungu yang diperkenankan
sesuai tabel di bawah ini:
Tabel 1.4 NAB Waktu Pemaparan Radiasi Sinar Ultra Ungu
Masa Pemaparan per Iradiasi Efektif
hari ( IEff ) mW / cm2
8 jam 0,0001
4 jam 0,0002
2 jam 0,0004
1 jam 0,0008

30 menit 0,0017
15 menit 0,0033
10 menit 0,005

8
5 menit 0,01
1 menit 0,05

30 detik 0,1
10 detik 0,3
1 detik 3
0,5 detik 6
0,1 detik 30
Sumber: Permenaker No. 13 tahun 2011

(b) Upaya meredam Sinar Ultra Violet


Dampak yang diakibatkan dari sinar ultra violet adalah menimbulkan
kanker kulit dalam jangka panjang. Akibat langsung yang sering terjadi
adalah kulit menjadi kering, berkurangnya elastisitas kulit dan penuaan
dini. Hal ini sangat berbahaya karena memiliki efek jangka panjang.
Untuk itu perlu usaha untuk meredam sinar ultra violet. Langkah-langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Menghilangkan sumber radiasi ultra violet dari tempat kerja.
2. Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber radiasi ultra violet.
3. Merancang tempat kerja dengan menggunakan peralatan proteksi
radiasi.
4. Memberikan jarak aman sesuai dengan standar antara sumber
pajanan dan pekerja;
5. Membatasi pajanan sumber Radiasi ultra violet melalui pengaturan
waktu kerja.
6. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai.
7. Melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(6) Faktor Medan Magnet Statis
Medan magnet statis adalah suatu medan atau area yang ditimbulkan oleh
pergerakan arus listrik. Medan magnet statis dihasilkan dari penumpukan
listrik yang terjadi ketika dua benda non-logam saling bergesekan.
(a) Standart NAB Faktor Medan Magnet Statis
NAB pemaparan medan magnit statis yang diperkenankan seperti pada
tabel berikut ini.
Tabel 1.5 NAB Medan Magnet Statis
Kadar Tertinggi
No. Bagian Tubuh Diperkenankan
(Ceiling )

9
Seluruh Tubuh (tempat kerja
1 2T
umum)
Seluruh Tubuh (pekerja
2 khusus dan lingkungan kerja 8T
yang terkendali)
3 Anggota gerak (Limbs) 20 T
Pengguna peralatan medis
4 0,5 mT
elektronik
Keterangan: mT ( milli Tesla)
Sumber: Permenaker No. 13 tahun 2011
NAB medan magnit untuk frekwensi 1 - 30 kHz
No Rentang
Bagian Tubuh NAB (TWA)
. Frekuensi
1 Seluruh tubuh 60/f mT 1 – 300 Hz
2 Lengan dan paha 300/f mT 1 – 300 Hz
3 Tangan dan kaki 600/f mT 1 – 300 Hz
Anggota tubuh dan 300Hz –
4 0,2 mT
seluruh tubuh 30KHz
Keterangan: f adalah frekuensi dalam Hz
Sumber: Permenaker No. 13 tahun 2011
(b) Upaya meredam Faktor Medan Magnet Statis
Dampak yang diakibatkan medan magnet statis pada tingkat pajanan
yang tinggi akan terjadi gangguan dan pada fungsi fisiologis, seperti
fungsi reproduksi, kardiovaskular, saraf, hematopoetik, endokrin,
mutagenesis , sistem imun. Upaya yang dilakukan untuk meredam faktor
medan magnet statis adalah sebagai berkut.
1. menghilangkan sumber Medan Magnet Statis dari Tempat Kerja.
2. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber
Medan Magnet Statis.
3. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber Medan Magnet Statis.
4. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber Medan
Magnet Statis.
(7) Tekanan Udara Ekstrim
Tekanan udara ekstrim adalah tekanan udara yang lebih besar (tinggi) atau
tekanan udara yang lebih rendah dari tekanan udara normal.
(a) Menghindari pekerjaan pada tempat kerja yang memiliki sumber bahaya
Tekanan Udara Ekstrim.

10
(b) mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya
Tekanan Udara Ekstrim.
(c) menggunakan baju kerja yang sesuai
(d) menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.
(e) melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(8) Pencahayaan.
Pencahayaan merupakan faktor penting dalam lingkungan kerja. Sebagai
penerang dalam ruangan kerja tentunya harus terpenuhi agar produktifitas
kerja meningkat.
(a) Pencahayaan Alami
Gedung tempat kerja didesain dengan menggunakan pencahayaan alami,
dan harus menjamin intensitas cahaya yang masuk sesuai standar.
Pencahayaan Alami merupakan pencahayaan yang dihasilkan oleh sinar
matahari. Tempat kerja yang menggunakan pencahayaan alami, disain
gedung harus menjamin intensitas cahaya sesuai standar.
(b) Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan biasanya menggunakan penataan lampu yang
disesuaikan dengan kebutuhan ruangan.
Keuntungan pencahayaan buatan adalah tidak tergantung pada sinar
matahari, tetapi harus ada sumber energi yang menghidupkannya.
b) Faktor Kimia
Upaya yang dilakukan untuk membatasi pengaruh faktor kimia di tempat kerja adalah
sebagai berikut :
(1) Menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari tempat kerja.
(2) Mengganti bahan kimia dengan bahan kimia lain yang tidak mempunyai potensi
bahaya atau potensi bahaya yang lebih rendah.
(3) Memodifikasi proses kerja yang menimbulkan sumber potensi bahaya kimia.
(4) Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia.
(5) Menyediakan sistem ventilasi.
(6) Membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia melalui pengaturan waktu
kerja.
(7) Merotasi tenaga kerja ke dalam proses pekerjaan yang tidak terdapat potensi
bahaya bahan kimia.
(8) Penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label bahan kimia.
(9) Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai.
(10) Pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
c) Faktor Biologi
Faktor biologis dalam lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang berada disekitar
manusia yang berupa organisme hidup lainnya. Organisme hidup bisa berupa binatang,

11
tumbuhan-tumbuhan, jasad renik (plankton), yang dapat berdampak negatif pada
kenyamanan manusia.
(1) Persyaratan Faktor Biologi
Persyaratan faktor biologi merupakan nilai maksimal bakteri dan jamur yang
terdapat di udara ruang kantor industri. Persyaratannya sebagai berikut:
Tabel 1.6 Persyaratan Faktor Biologi

Parameter Persyaratan (cfu/m3)


Jamur 1000
Bakteri 500
Sumber : Permenkes No. 70 Tahun 2016

Catatan:
(cfu/m3) = colony forming unit per meter kubik udara
Angka tersebut merupakan batas maksimal yang dipersyaratkan.
Apabila angka tersebut terlampaui, bukan mengindikasikan adanya
risiko kesehatan, tetapi merupakan indikasi untuk dilakukannya
investigasi lebih lanjut.
(2) Upaya Membatasi Faktor Biologi
Dampak yang diakibatkan faktor biologi adalah terpaparnya penyakit yang
bersumber dari bakteri atau virus dari lingkungan kerja. Bisa juga terjadi
gangguan kedehatan akibat gigitan binatang atau nyamuk yang berada di
lingkungan kerja. Upaya yang dilakukan untuk membatasi faktor biologi adalah
sebagai berikut.
(a) Menghilangkan sumber bahaya Faktor Biologi dari tempat kerja.
(b) Mengganti bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber bahaya Faktor
Biologi.
(c) Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber bahaya Faktor Biologi
(d) Menyediakan sistem ventilasi.
(e) Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya Faktor
Biologi.
(f) Menggunakan baju kerja yang sesuai.
(g) Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
(h) Memasang rambu-rambu yang sesuai.
(i) Memberikan vaksinasi apabila memungkinkan.
(j) Meningkatkan Higiene perorangan.
(k) Memberikan desinfektan.
(l) Penyediaan fasilitas sanitasi berupa air mengalir dan antiseptik pengendalian
lainnya sesuai dengan tingkat risiko.

12
(m) Menghilangkan dan/atau menghindari sumber bahaya binatang dari tempat
kerja
(n) Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber bahaya faktor biologi
(o) Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.
(p) Memasang rambu-rambu yang sesuai
a) Faktor Ergonomi
Ergonomi adalah interaksi manusia dengan sistem, profesi, prinsip, data, dan metode
dalam rangka merancang sistem tersebut agar sesuai dengan kebutuhan, keterbatasan,
serta keterampilan manusia.
 Dengan kata lain, ergonomi merupakan ilmu yang membicarakan desain untuk
manusia. Secara sederhana, istilah ini dapat diartikan sebagai sebuah upaya
menyesuaikan lingkungan kerja dengan kebutuhan pengguna atau manusianya.
Berikut ini adalah potensi bahaya dari faktor Ergonomi.
(1) cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat melakukan
pekerjaan;
(2) desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan antropometri Tenaga
Kerja; dan
(3) pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja.
Upaya yang dilakukan untuk menghindari potensi tersebut adalah :
menghindari posisi kerja yang janggal;
(1) memperbaiki cara kerja dan posisi kerja;
(2) mendesain kembali atau mengganti Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain
Tempat Kerja, dan peralatan kerja;
(3) memodifikasi Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat Kerja, dan
peralatan kerja;
(4) mengatur waktu kerja dan waktu istirahat;
(5) melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau baik; dan/atau
(6) menggunakan alat bantu.
b) Faktor Psikologi
Berikut ini adalah potensi bahaya Faktor Psikologi.
(1) ketidakjelasan/ketaksaan peran;
(2) konflik peran;
(3) beban kerja berlebih secara kualitatif;
(4) beban kerja berlebih secara kuantitatif;
(5) pengembangan karir; dan/atau
(6) tanggung jawab terhadap orang lain.
Upaya yang dilakukan untuk menghindari potensi tersebut adalah :
(1) melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi Tenaga Kerja;
(2) mengadakan program kebugaran bagi Tenaga Kerja;
(3) mengadakan program konseling;

13
(4) mengadakan komunikasi organisasional secara memadai;
(5) memberikan kebebasan bagi Tenaga Kerja untuk memberikan masukan dalam
proses pengambilan keputusan;
(6) mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan merancang kembali
pekerjaan yang ada;
(7) menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu; dan/atau
(8) pengendalian lainnya sesuai dengan kebutuhan.

3. Penerapan Higiene dan Sanitasi


Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 tahun 2018 menjelaskan bahwa Higiene adalah usaha
kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kesehatan individu maupun
usaha pribadi hidup manusia. Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan
kegiatan kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
a. Bangunan Tempat kerja;
Bangunan tempat kerja merupakan sarana atau tempat yang digunakan untuk mengolah dan
memproduksi dan menghasilkan barang jadi. Susunan bangunan kerja dapat terdiri dari
berbagai fasilitas dan struktur sebagai berikut.
1) Halaman
Halaman harus bersih, tertata rapi, rata, dan tidak becek. Halaman juga cukup luas untuk
lalu lintas orang dan barang. Jika terdapat saluran air pembuangan pada halaman, maka
saluran air harus tertutup dan terbuat dari bahan yang cukup kuat serta air buangan harus
mengalir dan tidak boleh tergenang.
2) Gedung
Penerapan Higiene dan Sanitasi pada gedung meliputi:
a) Dinding dan Langit-langit
Dinding dan langit-langit terpelihara dan bersih, kuat dan kokoh strukturnya. Dinding
dan langit-langit juga harus kokoh. Ketinggian dinding dan langit-langit cukup luas
sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2 (dua) meter persegi per orang.
Kondisi tidak boleh lembab dan harus kering. Kemudahan untuk dibersihkan dan
dicat kembali sesuai periode perawatan.
b) Atap
Secara umum atap harus berfungsi dengan baik. Mampu memberikan perlindungan
dari panas matahari dan hujan, tidak bocor, tidak berlubang, dan tidak berjamur.
c) Lantai.
Untuk memenuhi kriteria K3 maka lantai terbuat dari bahan yang keras, tahan air, dan
tahan dari bahan kimia yang merusak. Memiliki permukaan yang rata dan datar.
Lantai tidak licin, dan mudah dibersihkan.
d) Bangunan bawah tanah.

14
Penerapan Higiene dan Sanitasi dilakukan pada bangunan untuk memastikan
bangunan bawah tanah :
(1) mempunyai struktur yang kuat;
(2) mempunyai sistem ventilasi udara;
(3) mempunyai sumber Pencahayaan;
(4) mempunyai saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik; dan
(5) bersih dan terawat dengan baik.
b. Fasilitas Kebersihan;
Fasilitas Kebersihan yang harus dipenuhi di dalam lingkungan kerja meliputi:
1) Toilet dan kelengkapannya;
Toilet yang disediakan harus memiliki kriteria sebagai berikut :
a) Bersih dan tidak menimbulkan bau
b) Tidak ada lalat, nyamuk, atau serangga yang lainnya
c) Tersedia saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik
d) Tersedia air bersih
e) Dilengkapi dengan pintu
f) Memiliki penerangan yang cukup
g) Memiliki sirkulasi udara yang baik
h) Dibersihkan setiap hari secara periodik
i) Dapat digunakan selama jam kerja
2) Loker dan ruang ganti pakaian
Loker adalah tempat penyimpanan barang bagi pekerja. Penyediaan loker bertujuan untuk
menghindari ketidakarapian dalam penempatan barang dan menjaga privasi barang
masing-masing pekerja.
a) Harus tersedia ruang ganti pakaian yang bersih, terpisah antara laki-laki dan
perempuan serta pemakaiannya harus diatur agar tidak berdesakan.
b) Harus tersedia tempat menyimpan pakaian/loker untuk setiap pekerja yang terjamin
keamanannya
3) Tempat sampah dan peralatan kebersihan.
Tempat sampah dan peralatan Kebersihan harus disediakan pada setiap tempat Kerja.
Tempat sampah dan alat kebersihan harus memenuhi kriteria sebgai berikut:
a) Terpisah dan diberikan label untuk sampah organik, non organik, dan bahan
berbahaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Dilengkapi dengan penutup dan terbuat dari bahan kedap air.
c) Tidak menjadi sarang lalat atau binatang serangga yang lain.
c. Kebutuhan udara
Suhu ruangan yang nyaman harus dipertahankan dengan ketentuan:
1) Suhu Kering 23oC (dua puluh tiga derajat celsius) – 26 oC (dua puluh enam derajat
celsius) dengan kelembaban 40% (empat puluh persen) – 60% (enam puluh persen).
2) Perbedaan suhu antar ruangan tidak melebihi 5oC (lima derajat celsius).

15
3) Kadar oksigen sebesar 19,5% (sembilan belas koma lima persen) sampai dengan 23,5%
(dua puluh tiga koma lima persen) dari volume udara.
4) Sistem ventilasi dapat bersifat alami atau buatan atau kombinasi keduanya.
5) Setiap orang yang bekerja dalam ruangan harus mendapat ruang udara (cubic space)
paling sedikit 10 (sepuluh) meter kubik.
6) Tinggi tempat kerja diukur dari lantai sampai daerah langit-langit paling sedikit 3 (tiga)
meter.
d. Tata Laksana Kerumahtanggaan
Hal-hal yang harus dilakukan dalam hal ini adalah :
1) Memisahkan alat, perkakas, dan bahan yang diperlukan atau digunakan.
2) Menata alat, perkakas, dan bahan sesuai dengan posisi yang ditetapkan.
3) Membersihkan alat, perkakas, dan bahan secara rutin.
4) Menetapkan dan melaksanakan prosedur Kebersihan, penempatan dan penataan untuk
alat, perkakas, dan bahan.
5) Mengembangkan prosedur kebersihan, penempatan dan penataan untuk alat, perkakas,
dan bahan.

B. Budaya Kerja Industri


Apa yang kalian ketahui tentang budaya kerja industri? Budaya kerja industri merupakan kebiasaan
menjalankan aturan/prosedur kerja di tempat kerja. Aturan-aturan yang dibuat oleh perusahaan atau
tempat kerja bertujuan untuk melaksanakan K3. Kebiasaan atau budaya kerja industri dapat dikenal
dengan istilah 5R. Istilah ini mungkin sering kita dengar tetapi untuk implementasinya belum
terlaksana dengan baik. Untuk itu kita bahas mari kita bahas apa itu 5R dan bagaimana cara
mengimplementasikannya.
Budaya 5R ini dapat dikatakan sebagai agen revolusi mental. Tujuannya adalah
menciptakan kepedulian terhadap kondisi lingkungan kerja. 5R merubah karakter yang kurang baik
menjadi teratur dan prosedural dalam menjalankan proses produksi.
Ada beberapa istilah yang bisa kita jadikan rujukan untuk mengenal 5R. Anda bisa
perhatikan tabel di bawah ini.

16
Tabel 1.1 Berbagai Istilah 5R

Sumber: Cakra Wijaya. 2009


Dari tabel di atas menunjukkan persamaan istilah dalam 3 bahasa.
1. Ringkas /Seiri/Sort
Makna dari ringkas adalah memisahkan barang yang diperlukan dan tidak diperlukan. Tujuan
dari pemisahan ini adalah untuk menghemat tempat dan menciptakan kelonggaran space agar
tidak terhalang dengan barang-barang yang tidak diperlukan.
Metode yang bisa dilakukan adalah, sebagai berikut.
a. Singkirkan, donasikan, jual, buang barang-barang rusak tidak bisa diperbaiki,
sisa potongan, kardus bekas, pakaian bekas, file/data kadaluwarsa, buku bekas.
b. Hindari penempatan barang sementara.
c. Pengaturan dan pengelompokan barang.
d. Barang yang sering dipakai/diperlukan dekatkan dengan tempat kerja. Barang
aktif untuk kerja. Contoh : Buku Materi, Alat tulis
e. Barang yang kadang-kdang diperlukan jauhlan dari tempat kerja. Barang yang
diperlukan seminggu sekali. Contoh : Data, Rapot, Kamera
f. Barang yang jarang diperlukan disimpan di gudang. Barang yang diperlukan 1
tahun sekali. Contoh : spare part mesin, Alat Olahraga
g. Tentukan jumlah maximun yang diizinkan

17
Gambar 1.1 Ringkas
Sumber : Premysis, 2021

2. Rapi/Seiton/ Set In Order


Rapi adalah menata atau mengelompokkan barang sesuai dengan jenis dan fungsinya.
Rapi merupakan langkah lanjutan dari ringkas. Hasil dari pekerjaan ringkas kemudian ditata
dan dikelmpokkan berdasar jenis dan fungsinya kemudian disimpan pada tempat yang dekat
subyek pekerja.
Tujuananya adalah menciptakan sebuah sistem penyimpanan, tata letak sarana kerja untuk
menjamin barang–barang yang diperlukan mudah dikenali, mudah di perlukan, serta
dikembalikan ke kondisi semula.
Manfaat yang dapat dirasakan adalah
a. Mempermudah Kontrol (kurang, kelebihan)
b. Mempercepat Pencarian dan Penempatan kembali
c. Menghindari salah pengaambilan
d. Menghindari terjadinya kerusakan
Metode pelaksanaan untuk mewujudkan rapi adalah, sebagai berikut.
a. Menyiapkan tempat (lokasi) penataan.
b. Mengatur tata letak tempat kerja, selaraskan dengan urutan (flow) proses kerja (Layout)
c. Menyiapkan sarana penyimpanan (Almari, rak, Box, Keranjang, dsb..)
d. Memberi tanda batas
e. Memberi label atau tanda pengenal (identitas)

18
Gambar 1.2 Rapi
Sumber : Premysis, 2021

3. Resik/Seisho/Shine
Resik dapat diartikan bebas dari kesalahan, kotoran, dan barang yang tidak perlu (sampah,
debu, ceceran air/oli, barang bekas, bising, dll.). Resik juga dapat diartikan setiap item yang
diperlukan di area kerja dalam kondisi yang optimum dan area kerja yang bebas dari sumber
kontaminasi.
Tujuan adalah untuk menciptakan suasana : aman, nyaman, sehat, produktif.
Sasaran adalah kegiatan membersihkan sambil memeriksa penyimpangan (mencari peluang
perbaikan) kemudian mengembalikan ke kondisi dasarnya.
Metode yang dilakukan adalah
a. Membuat jadwal kebersihan
b. Menentukan standar kebersihan

Gambar 1.3 Resik


Sumber : Premysis, 2021
4. Rawat/Seiketsu/Standardize
Rawat adalah menjaga agar yang sudah baik tidak turun menjadi jelek lagi, tetapi harus
semakin baik. Sasaran: Memperkuat 3R sebelumnya dengan menghasilkan prosedur kerja

19
standar, menetapkan cara terbaik dari praktek pekerjaan dan menemukan cara untuk
memastikan bahwa setiap orang melakukan dengan cara yang sama "terbaiknya“
Metode yang dilakukan adalah :
a. Prosedur Kerja Standar
b. Standar 3R : ringkaS-rapI-resiK
c. Program Kegiatan Audit & Patroli 5R
5. Rajin/Shitsuke/Sustain
Rajin adalah faktor integritas yang berasal dari diri sendiri atau bersumber dari aturan-aturan
yang bisa dilaksanakan setiap harinya. Rajin bisa juga diartikan sebagian dari kebiasaan yang
dilakukan secara terus menerus dan konsisten. Kaitannya dengan budaya kerja maka
membiasakan ringkas, rapi, dan resik menjadi kebiasaan sehari-hari dalam bekerja.

C. Aktivitas Siswa
Mari Berdiskusi
Dimensi Profil Pelajar Pancasila
Bergotong royong, kreatif, bernalar kritis
1. Diskripsikanlah secara singkat dan jelas tujuan pelaksanaan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Hidup
2. Diskusikan dengan kelompok kelas anda (Bentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang) tentang :
a. Langkah-langkah pengendalian lingkungan
b. Budaya kerja industri
3. Presentasikan hasil diskusi kalian!

D. Refleksi
Sebagai refleksi pembelajaran, yuk jawab pertanyaan berikut ini!
1. Apakah setelah mempelajari BAB I Kalian menjadi paham tentang penerapan K3LH dan Budaya
kerja industri?
2. Menurut kalian setujukah bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah faktor terpenting dalam
bekerja?
3. Menurut kalian pentingkah K3LH dan budaya kerja industri diterapkan di lingkungan kerja?

E. Asesmen
A. Soal Evaluasi
1. Pengendalian lingkungan kerja akan membawa dampak postif bagi keberlangsungan produksi.
Terutama tingkat produktivitas tenaga kerjanya. Tuliskan dengan jelas secara hierarki upaya
pengendalian lingkungan kerja!
2. Melakukan aktivitas di dalam menjalankan pekerjaan memiliki resiko yang dapat berakibat fatal bagi
keselamatan dan kesehatan kerja atau bisa terjadi kecelakaan kerja. Hal ini diakibatkan beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah
faktor fisika dan faktor biologi. Jelaskan kedua faktor tersebut sesuai pemahaman kalian!

20
3. Salah satu faktor fisika yang mempengaruhi proses produksi di lingkungan kerja adalah Iklim kerja.
Tuliskan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengendalikan iklim kerja.
4. Kebiasaan atau budaya kerja industri dapat dikenal dengan istilah 5R. Tuliskan tujuan penerapan
budaya kerja 5R. Tujuannya adalah menciptakan kepedulian terhadap kondisi lingkungan kerja dan
dapat merubah kebiasaan yang kurang baik menjadi lebih baik, sehingga dapat pula dikatakan sebagai
upaya revolusi mental bagi pekerja.
5. Tuliskan 5R yang dimaksud pada budaya kerja industri tersebut! Jelaskan pula pengertian 5R
tersebut!

B. Soal Praktik
Lakukan salah satu budaya kerja industri yaitu ringkas dengan mengikuti langkah-langkah berikut.
1. Singkirkan barang yang tidak terpakai
2. Kelompokkan barang sesuai dengan pemakaian
3. Atur barang yang sering dipakai dekatkan dengan tempat kerja.
4. Barang yang kadang-kadang diperlukan jauhkan dari tempat kerja.
5. Barang yang jarang diperlukan disimpan di gudang. Barang yang diperlukan 1 tahun sekali.
6. Tentukan jumlah maximun yang diizinkan.

21

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 6
    Bab 6
    Dokumen23 halaman
    Bab 6
    faul
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen26 halaman
    Bab 3
    faul
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Final 1
    Bab 3 Final 1
    Dokumen20 halaman
    Bab 3 Final 1
    faul
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen18 halaman
    Bab 1
    faul
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen30 halaman
    Bab 5
    faul
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen21 halaman
    Bab 2
    faul
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen15 halaman
    Bab 4
    faul
    Belum ada peringkat
  • Capaian Pembalajaran
    Capaian Pembalajaran
    Dokumen7 halaman
    Capaian Pembalajaran
    faul
    Belum ada peringkat
  • Angket Minat Belajar PAI
    Angket Minat Belajar PAI
    Dokumen5 halaman
    Angket Minat Belajar PAI
    faul
    Belum ada peringkat