Anda di halaman 1dari 15

Bab 4

Profil Technopreneur, Peluang Usaha dan Dunia Pekerjaan/Profesi dalam Bidang


Desain dan Produksi Kriya

Deskripsi Pembelajaran Capaian Pembelajaran


Meliputi: Pengenalan peserta didik Pada akhir fase E, peserta didik mampu
tentang mendeskripsikan
A. profil technopreneur yang memiliki A. profil technopreneur yang meliputi
spesifikasi pemahaman tentang spesifikasi pemahaman tentang
industri kriya, profesi dalam bidang industri kriya, profesi dalam bidang
kriya, dan peluang usaha; kriya, dan peluang usaha;
B. proses produksi kriya dari hulu B. proses produksi kriya dari hulu
sampai hilir dalam membangun sampai hilir dalam membangun
vision dan passion; serta vision dan passion; serta
C. melakukan pembelajaran berbasis C. melakukan pembelajaran berbasis
projek riil sebagai simulasi projek projek riil sebagai simulasi projek
kewirausahaan. kewirausahaan secara kreatif,
mandiri dan bersama, tanggung
jawab, jujur.

Kriya keramik saat ini perkembangannya cukup pesat, baik dilihat dari produk/karya,
material, jumlah perajin/seniman keramik, atau dari wacana tentang kriya. Sebuah usaha
untuk mengolah unsur-unsur rupa menjadi sesuatu yang dapat dinikmati serta
mengandung unsur keindahan/estetis dengan menggunakan beberapa metode tertentu
dalam berkarya. Salah satunya dapat diterapkan ketika menjadi seorang wirausahawan.
Produk kriya tekstil menjadi salah satu benda yang menempati tempat teratas dalam
industri kreatif karena banyak diminati masyarakat. Masyarakat membutuhkan produk
kriya tekstil sebagai salah satu benda yang dapat memenuhi gaya hidupnya. Gaya hidup
masa kini menempatkan produk kriya tekstil sebagai benda yang memiliki nilai jual
tinggi, nilai seni tinggi dan citra positif pada pemilik dan penggunanya. Untuk dapat
menciptakan produk kriya tekstil yang mendukung dunia industri kreatif, perlu
pemahaman konsep desain kriya tekstil dan penguasaan teknik dasar kriya tekstil.
Konsep-konsep pengembangan teknik yang telah ada di padukan dengan kebutuhan
masyarakat terhadap produk kriya tekstil menumbuhkan kreativitas yang tinggi dalam
mewujudkan diversifikasi produk kriya tekstil. Pada bab ini, Anda akan mempelajari
mengenai kewirausahawan dalam bidang kriya yang diterapkan dalam profil
technopreneur dengan memahami proses produksi dan pembelajaran proyek riil. Berikut
penjelasannya.

Gambar 4.1 Technopreneur

Sumber: Nusabali, 2018

A. Profil Technopreneur yang Memiliki Spesifikasi Pemahaman Tentang Industri


Kriya, Profesi Dalam Bidang Kriya, dan Peluang Usaha

Sesuai perkembangan zaman, berbagai macam industri menciptakan berbagai profesi


yang memberikan inovasi dalam bidangnya. Salah satu profesi yang diunggulkan di
setiap bidang adalah wirausahawan. Wirausaha sendiri memiliki makna sebagai
kegiatan seseorang yang melakukan usaha di bidangnya dengan menjadi pelopor dan
memiliki keunggulan sehingga dapat dikatakan sebagai pengusaha. Seorang wirausaha
adalah orang yang mampu menciptakan dan merancang suatu gagasan menjadi realita.
Dari hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa wirausahawan adalah orang yang
menjalankan usaha atau perusahaan dengan kemungkinan menanggung risiko seperti
kerugian. Oleh sebab itu, seorang wirausaha harus memiliki kesiapan mental, baik pada
saat menghadapi keadaan yang merugikan maupun saat ia mendapatkan untung besar.
Istilah kewirausahaan pada dasarnya berasal dari kata entrepreneur dalam bahasa
Inggris yang menggambarkan seseorang yang memimpin sebuah proyek produksi.
Etimologi kata wirausaha adalah berasal dari kata “wira” dan “usaha”. “Wira” berarti
pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak
agung. Kata “wira” juga digunakan dalam kata “perwira”. Lalu, “usaha” berarti
“perbuatan untuk mencapai sebuah tujuan”. Jadi, secara etimologis/harfiah, wirausaha
adalah pejuang atau pahlawan yang melakukan perbuatan untuk mencapai sebuah
tujuan. Sebuah tujuan yang dicapai tentunya memiliki maksud dalam yang tentunya
dapat memperoleh profit atau keuntungan usahanya. Tujuan dari wirausaha sendiri, di
antaranya
1. memiliki usaha dan tekat untuk menambah jumlah wirausahawan yang ada dengan
membimbing orang lain untuk menjadi wirausahawan;
2. mewujudkan kesejahteraan dan menambah pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat
dan negara;
3. menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran tentang kewirausahaan dengan
cara menyebarluaskan; serta
4. meningkatkan, mengembangkan inovasi, dan membuat kreativitas dalam
berwirausaha demi mengembangkan strategi bisnis.
Seorang entrepreneur kini juga mengembangkan berbagai inovasi dalam
perkembangan bisnisnya. Salah satunya menggabungkan hal-hal modern dalam
usahanya sehingga disebut sebagai technopreneur. Technopreneur merupakan salah satu
bagian dari suatu proses kegiatan bisnis yang di dalamnya berisikan berbasis teknologi
dengan memiliki tujuan dan harapan agar dapat mengembangkan dan menumbuhkan
jiwa kewirausahaan di kalangan muda saat kondisi sekarang ini. Hal ini berhubungan
dengan kewirausahaan teknologi atau technopreneurship dan dapat diartikan sebagai
kewirausahaan yang aktivitas usahanya berbasis pada teknologi. Technopreneur adalah
seorang ‘Entrepreneur Modern’ yang berbasis teknologi. Inovasi dan kreativitas sangat
mendominasi mereka untuk menghasilkan produk yang unggulan sebagai dasar
pembangunan ekonomi bangsa. Dengan kata lain technopreneur adalah entrepreneur
yang mengoptimalkan berbagai potensi perkembangan teknologi yang ada sebagai basis
pengembangan usaha yang dijalankannya atau dapat dibilang technopreneur ini adalah
entrepreneur modern yang berbasis pada teknologi dalam menjalankan usahanya.

Selanjutnya, technopreneurship merupakan sebuah usaha dalam bidang


pengembangan inovasi dan kreaktivitas pada khususnya dalam hal teknologi informasi
telah menjadi sasaran baru dalam hal sektor rill. Teknopreneurship telah banyak
membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat pada umumnya dan tentu saja dapat
meningkatkan perekonomian suatu negara. Dengan adanya dukungan berbagai pihak
diharapkan technopreneurship dapat meningkatkan kemajuan kesejahteraan masyarakat.
Perkembangan teknologi informasi telah memberikan dampak besar bagi masyarakat
karena dapat membangun peradaban yang maju, cerdas, dan juga dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan perekonomian dunia. Oleh sebab itu, diharapkan bagi
orang-orang yang bekerja dalam bidang ini dapat mewujudkan bidang-bidang baru yang
berguna bagi masyarakat.

Gambar 4.2 Produk Etnik dengan Technopreneur

Sumber: Torus, 2021

Technopreneurship adalah sebuah inkubator bisnis berbasis teknologi yang memiliki


wawasan untuk menumbuh-kembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan generasi
muda. Oleh karena itu, terdapat peran technopreneurship dalam menghadapi tantangan
global sebagai berikut.
1. Ikut serta dalam menggerakkan perekonomian di Indonesia, baik ekonomi makro,
mikro dan skala yang lebih besar.
2. Memiliki wawasan global, berorientasi internasional, dan memiliki daya saing
global yang berdampak pada jalannya roda perekonomian di Indonesia.
3. Tidak terpaku pada lapangan kerja yang ada sehingga berani untuk membuka
lapangan kerja baru.
4. Mengembangkan penerapan teknologi dalam bidang ekonomi sehingga tercipta
inovasi-inovasi yang out of the box.
5. Mengembangkan sayap bisnis berskala Internasional dalam menghadapi tantangan
global.
Dalam aktivitas bisnis, salah satu tipe technopreneur dapat bergerak dalam bidang
desain dan produksi kriya yang masuk dalam tipe creator. Tipe creator merupakan salah
satu tipe pembangun bisnis yang memerlukan kreativitas untuk mampu membuat barang
yang sebelumnya belum ada. Pada bidang desain dan produksi kriya tentunya dituntut
menciptakan sebuah barang yang kreatif dan penuh inovatif. Hal ini sangat berhubungan
dengan konsep technopreneur sendiri.
B. Proses Produksi Kriya dari Hulu Sampai Hilir Dalam Membangun Vision dan
Passion

Karya seni kriya diciptakan dengan tujuan untuk membentuk sebuah karya-karya
fungsional yang memiliki bobot seni dan menyatu pada karya yang dihasilkan. Oleh
karena itu, dalam penciptaan karya terdapat masalah ornamentasi bukan hanya sekadar
tempelan, melainkan memerlukan kreativitas di dalamnya. Pengembangan ini terarah
pada pemanfaatan seni-seni ornamen primitif, tradisional, dan hingga klasik.

Seiring berkembangnya zaman, proses penggarapan produk kriya berbeda dengan


proses industri yang modern dan sudah mapan. Proses produksi kriya selain ditentukan
oleh teknologi lokal setempat dapat ditentukan pula sentuhan akhir dari kerja seni
seorang seniman. Dalam membuat produksi kriya juga memerlukan desain yang tidak
dapat dipisahkan. Perajin dalam membuat rancangan dan produk kriyanya lebih
mengandalkan kemampuan tangan dan pengalaman (craftmanship), sedangkan desainer
dalam mewujudkan karyannya lebih ditentukan oleh beberapa pertimbangan. Karya
desain lebih mengarah kepada tuntutan kebutuhan dan mencari pemecahan masalah
(problem solving) dalam rangka menghasilkan kebutuhan fungsional yang lebih
melibatkan sains dan teknologi.

Jika ditelaah lebih lanjut, proses produksi kriya dari hulu ke hilir berhubungan
dengan azas kualitas (quality). Azas kualitas (quality) merupakan pertimbangan yang
erat kaitannya dengan proses desain. Kualitas desain sebagai acuan dasar manajemen
desain mencakup produk sebagai hasil desain yang akan dipakai oleh
konsumen. Kualitas produk harus selalu dijaga dalam rangka menarik minat konsumen
terhadap produk-produk yang akan digunakannya. Hal ini akan menghubungkan
beberapa aspek, yaitu manajemen pemasaran, manajemen produksi, dan manajemen
rekayasa.
Gambar 4.3 Keterkaitan Proses Produksi

Sumber: Suhendar, 2018

Dalam skema di atas dapat dipahami bahwa untuk mendapatkan produk yang
memenuhi syarat good design harus melalui tiga tahap manajemen desain. Tahap
pertama adalah melakukan proses desain dengan mencari inovasi/ide desain sebagai
dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan terhadap produk yang dibutuhkan oleh
konsumen, dan tahapan ini disebut sebagai manajemen rekayasa. Tahap kedua adalah
dalam kegiatan proses produksi selalu memperhatikan kualitas dan fungsi produk agar
tercipta produk yang berkualitas, sebagai syarat produk yang dapat dikatakan produk
yang good design, dan tahapan ini disebut sebagai manajemen produksi. Sedangkan
kegiatan manajemen desain yang ketiga adalah kegiatan pasar, yang meliputi penentuan
segmen pasar, evaluasi pasar dan teknik presentasi, dan kegiatan ini disebut dengan
manajemen pemasaran. Penggunaan manajemen desain telah banyak dilakukan pada
industri besar atau industri manufaktur dalam rangka menciptakan produk yang
memiliki standar good design agar produknya diterima oleh konsumen. Akan tetapi
dalam rangka mengembangkan produk pada industri kriya tidak sepenuhnya dapat
menggunakan semua teori seperti di atas. Produk kriya dengan segala keterbatasan dan
masih terikat oleh beberapa faktor, seperti material, peralatan, teknologi, dan lain
sebagainya dalam hal ini dapat mengadopsi sebagai teori manajemen desain dalam
rangka mengembangkan produknya. Dengan begitu, produk yang berkualitas dapat
bernilai lebih dari produk sebelumnya dalam segi penjualan. Dalam mencapai tujuan
tersebut tentunya harus berdasarkan prinsip-prinsip manajemen yang dijelaskan sebagai
berikut.

1. Planning (Rencana)
Planning atau perencanaan merupakan proses untuk menentukan tujuan dan
kegiatan yang harus diadakan untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan
berpedoman dengan hal-hal, di antaranya
a. hasil yang akan dicapai dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai
sasaran;
b. melaksanakan kegiatan yang konsisten dengan sasaran dan prosedur yang
telah ditetapkan; dan
c. kemajuan dalam mencapai sasaran dimonitor dan diukur.

Dengan hal-hal di atas akan membuat kemajuan yang tidak memuaskan dapat
segera dikoreksi. Tahap pertama perencanaan adalah memilih tujuan kegiatan,
kemudian menentukan sasaran untuk mencapai tujuan. Sekali sasaran ditetapkan
maka pencapaiannya harus menggunakan cara-cara yang sistematik. Dengan
demikian, dalam memilih sasaran dan mengembangkan program-programnya,
manajer harus mempertimbangkan kelayakannya, lalu apakah akan diterima oleh
para stakeholder.

2. Organizir (Mengorganisir)
Organizir adalah proses menyusun dan mengalokasikan pekerjaan, otoritas, dan
sumber daya yang ada. Tujuan yang berbeda membutuhkan struktur kegiatan yang
berbeda pula. Sebagai contoh, kegiatan mengembangkan perangkat lunak tentunya
berbeda dengan struktur kegiatan yang digunakan untuk mendesain furnitur.
Dalam mendesain furnitur dibutuhkan keahlian perakitan furnitur, sedangkan
untuk mendesain perangkat lunak dibutuhkan antara lain keahlian analisis sistem
dan program. Meskipun keahlian dalam mendesain perangkat lunak harus saling
berinteraksi, tetapi interaksinya tidak seperti yang dilakukan dalam mendesain
furnitur. Dengan demikian, manajer harus menyesuaikan strukturnya dengan
tujuan dan sumber daya yang ada.
3. Leading (Pengarahan)
Leading atau pengarahan meliputi mempengaruhi dan memotivasi sumber
daya untuk menghasilkan kinerja suatu pekerjaan. Lalu, perencanaan dan
pengorganisasian berkaitan dengan aspek-aspek yang lebih abstrak dari
proses manajemen, kegiatan mengarahkan ini sangat konkrit. Kegiatan ini meliputi
bekerja dengan keahlian lain. Dengan mewujudkan lingkungan yang tepat dan
manajer membantu para ahli untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
4. Controlling (Pengendalian)
Controlling adalah kegiatan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan mengarah
pada pencapaian tujuan. Pengendalian melibatkan tiga elemen yaitu menentukan
standard kinerja, mengukur kinerja saat ini, dan membandingkan kinerja saat ini
dengan standar yang akan dicapai. Jika terjadi deviasi, lakukan koreksi untuk
memperbaiki kinerja.

Gambar 4.4 Proses Produksi Manajemen

Sumber: Suhendar, 2018

C. Melakukan Pembelajaran Berbasis Projek Riil Sebagai Simulasi Projek


Kewirausahaan Secara Kreatif, Mandiri dan Bersama, Tanggung Jawab, Jujur

Pembelajaran berbasis projek riil atau nyata dikenal sebagai project based learning.
Proses pembelajaran seharusnya diorientasikan pada aktivitas-aktivitas siswa yang
mendukung terjadinya pemahaman terhadap konten materi pelajaran dan keterkaitannya
dengan konteks kehidupan sehari-hari. Aktivitas-aktivitas siswa yang tidak dikemas
dengan baik, sudah tentu akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses
bagaimana siswa beraktivitas maupun bekerja sama dalam pembelajaran dan
memecahkan masalah masih belum banyak dipertimbangkan dalam menyusun strategi
belajar dan mengajar. Project based learning menekankan kegiatan belajar yang relatif
berdurasi panjang, holistik interdisipliner, berpusat pada peserta didik, dan terintegrasi
dengan praktik dan isu-isu dunia nyata. Melalui pembelajaran ini diharapkan
kemampuan peserta didik dapat berkembang sesuai potensi yang dimilikinya. Di
samping itu, pembelajaran ini akan menghasilkan suatu cara belajar peserta didik
menjadi lebih aktif, dan guru berperan sebagai motivator dan fasilitator. Dengan begitu,
seorang yang bergelut dalam dunia manajemen pemasaran dapat mengaplikasikan
aktivitas-aktivitas yang mendukung pemahaman mengenai keterkaitannya ilmu tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas-aktivitas siswa yang tidak dikemas dengan baik,
sudah tentu akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Praktik manajemen
pemasaran hendaknya dapat diusahakan dengan menyesuaikan masalah-masalah yang
dihadapi sesuai dengan kebutuhan zaman. Misalnya, dalam sebuah usaha seorang
manajemen pemasaran dapat menjadi titik tumpu pemasaran produk dan melaksanakan
tugasnya dengan baik sehingga memperoleh keuntungan.
Pembelajaran berbasis proyek atau project based learning merupakan suatu
pembelajaran yang didesain untuk persoalan yang kompleks yang mana siswa
melakukan investigasi untuk memahaminya. Selain itu, digunakan untuk menekankan
pembelajaran dengan aktivitas yang lama, tugas yang diberikan pada siswa bersifat
multi disiplin, berorientasi pada produk. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang
kompleks berdasarkan permasalahan (problem) yang diberikan kepada siswa sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Hal ini
dilakukan berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata, dan menuntut
siswa untuk melakukan kegiatan merancang, melakukan kegiatan
investigasi/penyelidikan, memecahkan masalah, membuat keputusan, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri maupun kelompok. Hasil akhir
dari kerja proyek tersebut adalah suatu produk yang antara lain berupa laporan tertulis,
presentasi atau rekomendasi. Dalam pembelajaran berbasis proyek, terdapat beberapa
tahapan yang perlu diperhatikan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Perencanaan pada dasarnya sama dengan tahap perencanaan pembelajaran pada
umumnya. Tahap perencanaan pembelajaran merupakan tahap yang sangat penting
dalam setiap proses pembelajaran. Dikatakan penting karena tahap perencanaan ini
sangat mempengaruhi kualitas hasil pembelajaran. Selain itu, tahap perencanaan
ini akan memberi tuntutan tentang bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran
harus dilakukan. Dalam proses pembelajaran dengan mengunakan strategi
pembelajaran berbasis proyek, tahap perencanaan ini sangat mempengaruhi proses
pelaksanaan pembelajaran. Apalagi untuk mengerjakan proyek-proyek
pembelajaran yang kompleks, tahap perencanaan harus dirancang secara sistematis
sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan secara optimal.
Dalam pembelajaran kewirausahaan, bagian perencanaan diperlukan untuk
menelaah proyek atau usaha yang akan dilaksanakan. Hal ini meliputi beberapa
informasi dasar mengenai pijakan proyek, media, sumber, hingga pengamatan
objek. Perencanaan usaha perlu dilaksanakan identifikasi masalah sehingga dapat
memulai membuat desain dan perancangan proyek secara kolaboratif.
2. Pelaksanaan
Pada tahap pembelajaran proyek, proses pelaksanaan berkaitan dengan praktik
langsung yang dijalankan sesuai rencana. Tahap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan strategi proyek merupakan tahap pembelajaran praktik kejuruan
yang sangat penting. Dikatakan penting karena melalui proses inilah siswa akan
dapat merasakan pengalaman belajar yang kompleks. Agar proses pelaksanaan
praktik kejuruan dengan menggunakan strategi berbasis proyek ini dapat berjalan
dengan baik.
Setelah memahami tahapan perencanaan, pelaksanaan penelitian awal dapat
dilakukan berdasarkan model rancangan awal. Dari penelitian ini dapat dilakukan
penyusunan draft sebagai hasil dalam mengukur, menilai, hingga memperbaiki
produk. Jika produk dirasa sudah berhasil perlu dilakukan finalisasi hingga
publikasi produk.
3. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap penting dalam pembelajaran strategi proyek.
Agar guru mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran praktik dapat tercapai
maka guru harus melakukan evaluasi. Agar hasil evaluasi dapat mengukur
pencapaian tujuan pembelajaran maka evaluasi harus dilakukan sesuai dengan
prosedur evaluasi yang benar. Dengan dilakukan evaluasi secara lengkap,
kemajuan belajar siswa dapat diketahui secara jelas, begitu pun kelemahan dalam
proses pembelajarannya sehingga perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secara
tepat. Tahap evaluasi pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui efektivitas suatu
kegiatan pembelajaran dan juga untuk menilai kemajuan belajar siswa. Efektivitas
pembelajaran perlu diketahui guna keperluan perbaikan program pembelajaran.
Demikian pula dalam pembelajaran praktik kejuruan dengan menggunakan strategi
proyek, proses evaluasi sangat penting dilakukan. Mengingat dalam pembelajaran
dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis proyek, proyek yang
dikerjakan siswa bersifat kompleks dan terdiri atas berbagai macam kegiatan,
maka setiap komponen jenis pekerjaan yang dilakukan siswa harus dibuatkan
intrumen evaluasinya secara lengkap.
Pelaksanaan evaluasi diharapkan dapat memperbaiki hal-hal yang kurang
dalam produk setelah dilakukannya finalisasi. Masukan dan saran perlu ditampung
agar dapat memperbaiki produk yang dihasilkan.

Tugas Kelompok
1. Buatlah kelompok yang terdiri atas tiga siswa.
2. Susunlah sebuah rencana untuk membuat usaha produk kriya bersama kelompokmu
dengan menyusunnya menjadi sebuah laporan.
3. Lakukan identifikasi produk, pasar, dan strategi pemasarannya dengan
memperhatikan hasil yang diperoleh.
4. Susunlah dalam bentuk laporan.

Refleksi
Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
1. Apakah setelah mempelajari Bab 4, Anda menjadi paham
tentang pekerjaan/profesi technopreneur dalam bidang
produksi kriya?
Ungkapkan alasannya:

2. Menurut Anda, pentingkah seorang technopreneur perlu


memahami proses produksi kriya dari hulu sampai hilir?
Ungkapkan alasannya:

3. Menurut Anda, apakah dalam mempelajari bidang produksi


kriya perlu memahami pembelajaran berbasis riil?
Ungkapkan alasannya:

Uji Kompetensi
A. Soal Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang paling tepat.
1. Etimologi kata wirausaha adalah berasal dari kata “wira” dan “usaha”. Wira
memiliki makna…..
a. pembuat usaha
b. perencana
c. perbuatan untuk mencapai usaha
d. pejuang
e. penjual
2. Istilah kewirausahaan pada dasarnya berasal dari kata … yang menggambarkan
seseorang yang memimpin sebuah proyek produksi.
a. wira
b. usaha
c. entrepreneur
d. perwira
e. pelopor
3. Berikut adalah tujuan dari wirausaha, kecuali ….
a. memiliki tekat untuk menambah jumlah wirausahawan
b. mewujudkan kesejahteraan ekonomi
c. mengembangkan kesadaran tentang kewirausahaan
d. membuat kreativitas dalam berwirausaha
e. memperbanyak lawan bisnis
4. Kewirausahaan yang aktivitas usahanya berbasis pada teknologi disebut ….
a. entrepreneur
b. pengusaha
c. technopreneur
d. agropreneur
e. pebisnis
5. Salah satu peran technopreneurship dalam menghadapi tantangan global adalah
….
a. mengeksploitasi teknologi yang berkembang
b. menyaingi bangsa asing dalam perkembangan wirausaha
c. ikut serta menggerakkan perekonomian
d. menciptakan lingkungan dengan asas modern
e. mengembangkan kemampuan IPTEK
6. Salah satu peran technopreneurship adalah tidak terpaku pada lapangan kerja
yang ada sehingga ….
a. ikut serta menggerakkan perekonomian
b. membuka lapangan kerja baru
c. berdampak pada kemajuan global
d. berorientasi internasional
e. menimbulkan daya saing tinggi
7. Technopreneurship akan mengembangkan penerapan teknologi dalam
usahanya sehingga ….
a. cekatan menghadapi tantangan
b. memerlukan kerja ekstra
c. terjadi ketimpangan social
d. tercipta inovasi-inovasi baru
e. membutuhkan modal besar
8. Perajin dalam membuat rancangan dan produk kriyanya lebih mengandalkan
kemampuan ….
a. tangan dan pengalaman
b. teknologi global
c. pemecahan masalah
d. aspek individu
e. modal yang dibutuhkan
9. Azas kualitas (quality) pada produksi kriya merupakan pertimbangan yang erat
kaitannya dengan ….
a. teknologi
b. modal
c. proses desain
d. faktor eksternal
e. keuntungan usaha
10. Tahap pertama dalam memenuhi syarat good design adalah melakukan ….
a. proses desain dengan mencari inovasi/ide desain
b. mengambil keputusan terhadap produk
c. penentuan segmen pasar
d. evaluasi pasar
e. pemasaran produk
11. Proses untuk menentukan tujuan dan kegiatan yang harus diadakan untuk
mencapai tujuan disebut ….
a. planning
b. organizir
c. leading
d. controlling
e. packaging
12. Dalam melakukan perencanaan produk pedoman terhadap sumber daya
dibutuhkan untuk mencapai ….
a. keuntungan
b. kelemahan
c. sasaran
d. pasar
e. lingkungan sekitar
13. Leading atau pengarahan meliputi mempengaruhi dan memotivasi sumber
daya untuk ….
a. mengarahkan produksi
b. mewujudkan lingkungan yang tepat
c. menentukan standard kinerja
d. mengukur kinerja
e. menghasilkan kinerja suatu pekerjaan
14. Project based learning merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk
memahami kewirausahaan dengan cara ….
a. teori
b. pengetahuan dasar
c. memahami karakteristik pribadi
d. praktik langsung
e. pemecahan masalah
15. Tahap perencanaan dalam bidang kewirausahaan merupakan tahap yang sangat
penting dalam setiap proses karena ….
a. mempengaruhi kualitas hasil produk
b. menjadi tuntutan produk yang akan dibuat
c. berkaitan dengan evaluasi
d. menjadi faktor keberhasilan produk
e. mempengaruhi keuntungan
B. Soal Esai
Jawablah dengan tepat dan benar.
1. Wirausahawan adalah orang yang menjalankan usaha atau perusahaan dengan
kemungkinan berani menanggung ….
2. Technopreneur merupakan salah bagian dari suatu proses kegiatan bisnis yang
di dalamnya berisikan berbasis ….
3. mewujudkan kesejahteraan dan menambah pertumbuhan ekonomi bagi
masyarakat dan negara merupakan … wirausaha.
4. Dalam aktivitas bisnis, salah satu tipe technopreneur dapat bergerak dalam
bidang desain dan produksi kriya yang masuk tipe ….
5. Jika ditelaah lebih lanjut, proses produksi kriya dari hulu ke hilir berhubungan
dengan azas ….
6. produk yang memenuhi syarat good design harus melalui … tahap manajemen
desain.
7. Melaksanakan kegiatan yang konsisten dengan sasaran dan prosedur yang telah
ditetapkan merupakan proses produksi bagian ….
8. Tahap pertama perencanaan adalah memilih ….
9. Proses menyusun dan mengalokasikan pekerjaan, otoritas, dan sumber daya
yang ada adalah tahap …. Organizer
10. Pembelajaran berbasis projek riil atau nyata dikenal sebagai ….
C. Soal Esai Uraian
Jawablah dengan ringkas dan benar.
1. Sebutkan tiga tujuan yang dapat diambil ketika melaksanakan wirausaha.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan technopreneur dalam bidang produksi
kriya.
3. Sebutkan tiga peran technopreneur dalam menghadapi tantangan global.
4. Jelaskan apa yang dimaksud azas kualitas (quality) pada proses produksi
kriya.
5. Buatlah skema mengenai syarat good design sebuah produk.

Anda mungkin juga menyukai