Anda di halaman 1dari 63

BAHAN MATERI

KULIAH EKONOMI TEKNIK


BAB I
PENDAHULUAN

Ekonomi teknik pada rekayasa pembangunan dipakai sebagai alat untuk menentukan
kelayakan suatu proyek serta mengevaluasi dan pengambilan kebijaksanaan pembangunan
dari sudut pandang ekonomi.
Studi ekonomi teknik adalah sebuah perbandingan antara alternatif-alternatif dimana
perbedaan antara alternatif-alternatif itu sebegitu jauh dinyatakan dalam bentuk uang dan
menggunakan perhitungan teknik.
Jadi ekonomi teknik bertujuan membandingkan alternative-alternatif dan yang memilih
yang paling ekonomis dalam jangka panjang .
Aktivitas-aktivitas ditinjau dari perspektif investor antar lain :
1. Seorang pengusaha mengeluarkan uang milyaran rupiah untuk membangun pabrik baru.
2. Seorang maneger membeli ribuan lembar saham .
3. Seorang menyimpan uang di bank.

Investasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis,yaitu :


1. Investasi finansial, bila seseorang melakukan investasi dengan menyimpan uang atau
sumber daya yang dimilikinya dalam bentuk-bentuk insturmen keuangan seperti
saham, obligasi dan lain-lain .
2. Investasi nyata, bila seseorang melakukan investasi diwujudkan dalam benda-benda
( aset ) nyata seperti pabrik, peralatan produksi,tanah dan lain-lain.
Proses Pengambilan Keputusan Pada Ekonomi Teknik
Pengambilan keputusan pada ekonomi teknik hampir selalu berkaitan dengan penentuan
yang terbaik dari alternatif-alternatif yang tersedia.
Proses Pengambilan keputusan ini terjadi karena :
1. Setiap investasi dapat dikerjakan lebih dari satu cara sehingga harus ada proses
pemilihan.
2. Sumber daya yang tersedia untuk melakukan suatu investasi selalu terbatas, sehingga
tidak semua alternatif bisa dikerjakan, namun harus dipilih yang paling menguntungkan.
Bunga
Bunga dapat didefinisikan sebagai uang yang dibayarkan untuk penggunaan uang yang
dipinjam.
Menurut Riggs, ada 2 macam bunga, yaitu :
1. Bunga biasa ( simple interst )
2. Bunga yang menjadi berlipat ( compound interst )
Tingkat suku bunga
Tingkat suku bunga adalah rasio antara bunga yang dibebakan atau dibayarkan di akhir
periode waktu, biasanya satu tahun atau kurang, dari uang yang dipinjam pada awal
periode itu.

Tingkat suku bunga dibedakan menjadi :


1. Tingkat suku bunga nominal ( nominal interest rates )
2. Tingkat suku bunga efektif ( effective interest rates )

Contoh soal
Seseorang meminjam uang Rp. 10,000.00 dengan bunga i = 1% per bulan, tiga bulan
kemudian uang tersebut dikembalikan. Berapa besarnya jika diperhitungkan dengan bunga
biasa dan bunga yang menjadi berlipat.
Penyelesaian dengan cara bunga biasa
F= P ( 1+i ) = 10,000.00 ( 1+0,03 ) = Rp. 10,300.00
Penyelesaian dengan cara bunga yang menjadi berlipat.
F= P ( 1+i )n = 10,000.00 ( 1+0,01 )3 = Rp. 10,303.00

Contoh soal suku bunga nominal :


1. Diketahui uang sejumlah Rp. 100,000.00 dengan bunga ( compound interest ) 1% per
bulan, berapa besar uang tersebut setelah 1 tahun
Penyelesaian :
F = P ( 1+i )n = 100,000.00 ( 1+i% )12 = Rp. 112,682.50
2. Diketahui Uang sejumlah Rp. 100,000.00 dengan bunga ( compound interest ) 6% per 6
bulan, berapa uang tersebut setelah satu tahun
Penyelesaian :
F = 100,000.00 (1+6% )2 = Rp. 112,360.00
Contoh soal suku bunga efektif :
Diketahui uang sejumlah Rp. 1,000,000.00 dengan bunga ( compound interest ) 1,2 % per
bulan, maka setelah satu tahun akan menjadi :
F =P ( 1+i )n = Rp 1,000,000.00 (1+1,2% )12 = Rp. 1,153,894.60
1,153,894.60−1,000,000.00
x 100%
Tingkat bunga efektif = 1,000,000.00 =15,39%

Dengan mengetahui tingkat bunga nominal, maka tingkat bunga efektif dapat dihitung
dengan rumus :
i = er - 1
Dimana : i = tingkat bunga efektif
r = tingkat bunga nominal
e = bilangan eksponen = 2,71828
Contoh soal : Diketahui suatu tingkat bunga nominal r = 12% per tahun maka tingkat
bunga
efektif = 2,71828(0,12) -1 = 0,1275 = 12,75 %

TINGKAT BUNGA (%)


NOMINAL 5 10 15 20 25 30 40 45 50
5,12 28,40
EFEKTIP 10,517 16,183 22,140 34,986 49,182 56,831 64,872
7 3
BAB II
PEMBAYARAN TUNGGAL DAN SERAGAM

2.1. Faktor Nilai Sekarang dan Pembayaran Tunggal ( Single Payment )


Jika uang P diinvestasikan pada tingkat suku bunga i, bunga pada tahun pertama ialah Pi
dan jumlah total pada :
Akhir tahun pertama ialah : P + Pi = P ( 1+i )
Akhir tahun kedua ialah : P ( 1+i )2
Akhir tahun ke n ialah : P ( 1+i )n
F = P (1+i )n -----> Future value ( nilai yang akan datang )

P=
F
[ ]
1
(1+i)n ----> Present value ( nilai sekarang )

Dapat dinyatakan dengan : ( F/P, i % , n ) dan ( P/F, i% , n )


( 1+i )n adalah faktor jumlah majemuk pembayaran tunggal (single payment compound
amount factor)
1/( 1+i )n adalah faktor nilai sekarang pembayaran tunggal (single payment present worth
factor)

Contoh 1
Tentukanlah berapa banyaknya uang yang harus didepositokan pada saat ini agar 5
tahun lagi bisa menjadi Rp. 10 juta bila diketahui tingkat bunga yang berlaku adalah 18%
a. Dengan menggunakan rumus bunga
b. Dengan tabel yang telah tersedia
Solusi :
Untuk mendapatkan jawaban pertanyaan tersebut ada baiknya digambarkan terlebih
dahulu diagram aliran kasnya sebagai berikut:
F = Rp. 10 juta
i = 18%
0 1 2 3 4 5
P=?

Gambar 1: Diagram alir kas


a. Dengan menggunakan rumus:

P=
F
[ ]
1
(1+i)n

[ ]1
= Rp. 10 (1+0 , 18 )
5

= Rp. 10 juta (0,4371)


= Rp. 4,371 juta
b. Dengan menggunakan table bunga diperoleh nilai (P/F,18%,5) = 0,4371
sehingga hasilnya sama dengan jawaban (a) diatas. Jadi untuk mendapatkan Rp.
10 juta lima tahun mendatang dengan tingkat bunga 18% maka harus
didepositokan sebanyak Rp. 4,371 juta saat ini.

Contoh 2
Berapa tahunkah uang yang jumlahnya Rp. 4 juta harus disimpan di bank yang
memberikan tingkat bunga 15% pertahun sehingga uang tersebut menjadi Rp. 10 juta?
Solusi :
Diagram alir kas dari persoalan tersebut terlihat pada gambar berikut :

Rp. 10 juta
i = 15%, N + ?
0 1 2 3 N-2 N-1 N
Rp. 10 juta

Gambar 2.: diagram aliran kas


Nilai N diperoleh dengan 2 cara yaitu dengan memakai rumus pada persamaan atau dengan
bantuan tabel. Dengan rumus, nillai N didapatkan dengan perhtungan :

F = P (1 + i )N
10 juta = Rp. 4 juta (1 + 0,15)N
(1 + 0,15)N = 2,5
ln 2,5
N
= ln 1,15 = 6,556 tahun
Bila kita menggunakan tabel maka nilai N harus dicari melalui interpolasi dengan terlebih
dahulu mencari nilai N yang mendekati.
Dari persamaan F/P = (F/P,i%,N) diperoleh :
F/P,i%,N) = 2,5
Pada tabel lampiran B, dengan i = 15% kita akan mendapatkan
(F/P,15%,6) = 2,313, dan
(F/P,15%,7) = 2,660
Dengan demikian maka nilai N akan berada antara 6 dan 7 tahun karena kita harus
mendapatkan :
(F/P,15%,N) = 2,5
Untuk memahami interpolasi linear tersebut perhatikan segitiga pada gambar berikut:
(F/P,15%,N)
2,660
2,5 b
a
2,313
a1
b1
Tahun
Gambar 3 : Ilustrasi interpolasi Linear

Dari segitiga tersebut, berdasarkan perbandingan geometri, kita akan mendapatkan


persamaan :
a b
=
a1 b1

2,5−2 , 313 2,5−2 , 313 2 , 660−2 , 313


= =
N −6 N −6 7−6
2,5−2 , 313 2,5−2 ,313
N−6= N−6=
2,660−2,313 2,660−2 ,313

N =6+ [ ]
0 ,187
0 ,347
N = 6,539 tahun
Perbedaan hasil N dari kedua pendekatan diatas diakibatkan karena pada interpolasi linear
kita melinearkan hubungan yang sebenarnya berlangsung secara eksponensial. Pendekatan
serupa juga bisa dilakukan untuk mendapatkan i bila yang diketahui adalah P, F, dan N.

2.2. Faktor pemajemukan deret seragam (Mencari F bila diketahui A)


Diagram alir kas yang menunjukkan deret seragam sebesar A selama N periode
dengan bunga 1% ditunjukkan pada gambar berikut. Deret seragam yang seperti ini sering
disebut dengan annuity.
A A A A A

0 1 2 3 N-1 N
i% F
Gambar 4 : deret seragam A dan nilai F yang bersesuaian
Bila kita meminjam sejumlah yang sama (A) setiap tahun selama N tahun dengan bunga
1% maka besarnya pinjaman pada tahun ke N tersebut adalah :
F= A + A (1 + i) + A (1 + i)2 + .... + A (1 + i) N-1 (2.1)
Dengan mengalikan kedua ruas dengan (1 + i) akan diperoleh :
F(1 +i) = A (1 + i) + A (1 + i)2 + A (1 + i)3 + .... + A (1 + i)N (2.2)
Apabila kita mengurangkan persamaan (2.1) pada persamaan (2.2) maka akan
didapatkan :
F(1 + i) – F= A(1 +i)N – A
Atau
F (1 + i – 1) = A [(1 + i)N – 1]

F=
A. [ (1+i )N −1
i ] (2.3)
Atau

F/A=
(1+i)N −1
i [ ] (2.4)
Faktor ini dinamakan faktor pemajemukan deret seragam (uniform Series Compound
Amount Faktor = USCAF) dan secara fungsional dapat dinyatakan dengan :

(F/A, i%, N) = i [
(1+i) N −1
] (2.5)
Atau
F = A (F/A, i%, N) (2.6)
Contoh 3
Jika seseorang menabung Rp. 100.000 tiap bulan selama 25 bulan dengan bunga 1%
perbulan, berapakah yang ia miliki pada bulan ke 25 tersebut?
Solusi:
Diagram aliran kas dari contoh ditunjukkan pad gambar berikut :
F=?
1%
0 1 2 3 23 24 25

A A A A A A= Rp. 10 juta

Gambar 5. Diagram aliran kas


F = A (F/A, i%,N)
= Rp. 100.000 (F/A,1%, 25) = Rp. 100.000 (28, 243) = Rp. 2.824.300
Jadi pada bulan ke 25 jumlah uang yang dimiliki adalah Rp. 2.824.300.

2.3. Faktor Singking Fund Deret Seragam (Mencari A bila diketahui F)


Faktor ini adalah kebailkan dari USCAF diatas. Dari persamaan (2.3) bisa ditulis :

[ i
N
A = F (1+i) −1
] atau (2.7)

[ i
N
A/F = (1+i) −1
] (2.8)
Persamaan (2.8) menunjukkan faktor Singking Fund Deret Seragam (Uniform Series
Singking Fund Faktor = USSFF). Dalam bentuk lain dapat juga dinyatakan :

(A/F, i%, N)
[
(1+i) N −1
i ] (2.9)
Atau
A = F (A/F, i%, N) (2.10)

Dengan persamaan ini kita akan bisa mencari A bila nilai F, i dan N diketahui.
Contoh 2.4
Desi saat ini berusia 17 tahun. Ia merencanakan membeli rumah tipe 70 pada saat ia
berumur 28 tahun. Harga rumah pada saat ia berusia 28 tahun diperkirakan Rp. 150 juta.
Untuk memenuhi keinginannya ia harus berusaha keras menabung mulai sekarang. Bila ia
menabung dengan jumlah yang sama tiap tahun dan bunga yang diberikan oleh bank
adalah 12%, berapakah Desi harus menabung tiap tahunnya?
Solusi:
Diagram aliran kas persoalan ini digambar sebagai berikut :
Rp. 150 juta
i =12%
17 18 19 20 25 26 27 28

A A A A A A A A

Gambar 5 : diagram aliran kas

A = F (A/F, i%, N) dimana N disini = 11 tahun


= Rp. 150 juta (A/F, 12%, 11) = Rp. 150 juta (0,04842) = Rp. 7.263.000

2.4. Faktor Nilai sekarang Deret Seragam (Mencari P bila diketahui A)


Faktor ini digunakan untuk menghitung nilain ekuivalen pada saat ini bila aliran kas
seragam sebesar A terjadi pada tiap akhir periode selama N periode dengan tingkat bunga i
%. Secara diagramatis hal ini dilukiskan pada gambar berikut :
A A A A A A

0 1 2 3 N-2 N-1 N

P=?

Gambar 6 : . diagram aliran kas untuk mencari P bila diketahui A selama N

Dari persamaan sebelumnya : F = P (1 + i)N


Dan persamaan (2.3),
F=A
[
(1+i) N −1
i ]
Akan diperoleh persamaan baru dengan proses subsitusi sebagai berikut :

A
[
(1+i) N −1
i ]
= P (1 + i)N Atau P=A
[
(1+i) N −1
i ][ i
(1+i) N −1 ]
Atau

[
(1+i) N −1
P = A i.(1+i)
N ] (2.11)
Dan

[
(1+i) N −1
P/A i.(1+i)
N ] (2.12)
Faktor ini dinamakan nilai sekarang dari deret seragam (Uniform Series Present worth
faktor = USPWF), yang mana dapat juga ditulis:

(1+i) N −1
(P/A, i%, N) = i.(1+i)
N [ ] (2.13)
Atau
P = A (P/A,i%,N) (2.14)

Contoh 2.5.
Seorang investor menawarkan rumah dengan pembayaran kredit. Sebuah rumah
ditawarkan dengan membayar uang muka Rp. 10 juta dan angsuran yang sama selama 100
bulan sebesar Rp. 200 ribu per bulan. Bila bunga yang berlaku adalah 1% per bulan,
berapakah harga rumah tersebut bila harus dibayar kontan saat ini?
Solusi:
Harga rumah tersebut saat ini adalah harga uang muka ditambah harga saat ini dari
angsuran yang harus dibayar.
Harga saat ini dari angsuran selama 100 bulan adalah :
P = A (P/A,i%, N)
= Rp. 200.000 (P/A, 1%, 100)
= Rp. 200.000 (63,029)
= Rp. 12.603.800
Jadi nilai harga rumah tersebut saat ini adalah Rp. 12.603.800
2.5. Faktor pemulihan Modal deret Seragam (A bila diketaui P)
Faktor ini adalah kelebihan dari USPWF, yaitu untk mengkonversikan suatu nilai sekarang
pada nilai sekarang pada nilai seragam pada periode tertentu (N) bila tingkat bunga
diketahui sebesar i%. Bila kita melihat kembali persamaan (2.11) diatas maka kita bisa
menulis :

[
i.(1+i) N −1
N
A = P (1+i) −1
] atau (2.15)

A/P
[ i.(1+i) N −1
(1+i) N −1 ] (2.16)
Faktor ini dinamakan faktor pemulihan modal deret seragam (Uniform Series Capital
Recovery Factor = USCRF) atau faktor amortisasi dan bisa juga dinyatakan dengan :

N
(A/P, i%, N) = (1+i) −1
[
i.(1+i) N −1
] (2.17)
Atau
A = P (A/P, i%, N) (2,18)
Contoh 2.6.
Seorang guru yang berusia 30 tahun merencanakan tabungan hari tua sampai berusia 55
tahun. Ia berharap agar tabungan itu dinikmati selama 20 tahun, mulai umur 56 sampai
umur 75 tahun. Ia juga merencanakan akan mengambil uang yang jumlahnya sama tiap
tahun selama 20 tahun tersebut. Ia merencanakan akan menabung mulai akhir tahun depan.
Bila ia akan menabung dengan jumlah Rp. 300.000 per tahun dan bunga yang diperoleh
adalah 15% pertahun, berapakah yang dia bisa ambil tiap tahun pada saat usianya 56 – 75
tahun?
Solusi:
Untuk menyelesaikan persoalan ini maka digambar terlebih dahulu diagram aliran kasnya
seperti pada gambar berikut:
i = 15% A A A2 A2

30 31 32 33 34 54 55 56 57 74 75

A1 A1 A1 A1 A1 A1
A1 = Rp.300.000 A2 = ?
Gambar 7 :. Diagram aliran kas
Langkah pertama adalah mengubah nilai-nilai A1 ke nilai F pada tahun ke 55 sehingga
diagram aliran kas seperti berikut :

A2 A2 A2 A2 A2 A2

56 57 58 73 74 75
F55

Gambar 8 : Aliran kas diatas (disederhanakan)


Dimana,
F55 = A1 (F/A, i%, N)
= Rp. 300.000 (F/A, 15%, 25) = Rp. 300.000 (212,793) = Rp. 63.837.900
Selanjutnya, F55 ini adalah nilai P dari nilai – nilai A2 sehingga nilai A2 dapat dihitung
sebagai berikut :
A2 = P(A/P, i%, N)
= F55 (A/P, 15%, 20) = Rp. 63.837.900 (0,15976) = Rp. 10.198.742
Perhitungan tadi juga dapat langsung dikerjakan sebagai berikut :
A2 = A1 (F/A, 15%, 25) (A/P, 15%, 20)
= Rp. 300.000 (212,793) (0,15976) = Rp. 10.198.742

2.6. Menangani Aliran Kas yang tidak Teratur


Pada pembahasan – pembahasan sebelumnya kita hanya dihadapakn pada aliran kas
yang teratur dimana aliran kas terjadi sekali (tunggal) atau terjadi secara seragam dari
periode ke periode. Pada kenyataannya kita mungkin sering harus menghadapi aliran kas
yang terjadi secara tidak teratur, dimana besarnya aliran kas netto pada setiap periode tidak
memiliki pola yang teratur.
Untuk menangani permasalahan yang terjadi seperti ini biasanya biasanya kita
harus melakukan konversi satu per satu ke awal atau ke akhir periode sehingga kita akan
mendapatkan nilai total dari P, F, atau A dari aliran kas tersebut.

Contoh 2.7
Perhatikan diagram aliran kas pada gambar dibawah. dengan menggunakan tingkat
bunga 12% tentukanlah nilai P, F, dan A dari keseluruhan aliran kas tersebut.
Gambar 9 : Diagram aliran kas tidak teratur
Untuk memperoleh nilai P dari keseluruhan diagram tersebut maka dilakukan konversi
pada setiap ada aliran kas kenilai awal (ditahun ke nol)
P0 = Rp. 6000
P1 = Rp.10.000 (P/F, 12%, 1) = Rp. 10.000 (0,8929) = Rp. 8.929
P2 = Rp.3000 (P/F, 12%, 2) = Rp. 3000 (0,7972) = Rp. 2.391,6
P3 = 0
P4 = Rp.12.000 (P/F, 12%, 4) = Rp. 12.000 (0,6355) = Rp. 7.626
P5 = Rp. 8000 (P/F, 12%, 5) = Rp. 8000 (0,5674) = Rp. 4.539,2
Sehingga nilai P keseluruhan aliran kas tersebut adalah:
P = P0 + P1 + P2 + P3 + P4 + P5
= 6.000 + 8.929 + 2.391,6 + 0 + 7.626 + 4.539,2 = Rp. 29.485,8
Dengan mengetahui nilai P maka nilai F (pada tahun ke 5) dan A (selama 5 tahun) dapat
dihitung dengan mudah sebagai berikut:
F = P (F/P,i%, N)
= Rp. 29.485,8 (F/P, 12%, 5) = Rp. 29.485,8 (1,762) = Rp. 51.953,98
Dan
A = P (A/P, i%, N)
= Rp. 29.485,8 (A/P, 12%, 5) = Rp. 29.485,8 (0,27741) = Rp. 8.179,66
2.7. Ringkasan Faktor – Faktor Pemajemukan Diskret
Hubungan – hubungan P,F, dan A akan melibatkan 6 faktor konversi seperti telah
diuraikan secara detail pada pembahasan sebelumnya. Tabel berikut menampilkan
ringkasan dari faktor – faktor konversi tersebut.
Po P1 P2 P3 P4 P5
14
Tabel 1. Ringkasan Faktor Konversi Diskret
Nama
Faktor
Untuk
mendapatkan Diketahui Simbol Rumus
SPPWF P F (P / F, i%, N)
SPCAF F P (F / P, i%, N) (1 + i)N
USPWF P A (P / A, i%, N)
USCRF A P (A / P, i%, N)
USCAF F A (F / A, i%, N)
USSFF A F (A / F, i%, N)
(A/P,i%,n)
(F/P,i%,n)
P
FA
(P/A,i%,n)
(P/F,i%,n)
(A/F,i%,n)
(F/A,i%,n)
15
Contoh 2.8
Diketahui sebuah developer menawarkan rumah dengan pembayaran kredit, dengan
pembayaran uang muka sebesar Rp. 15 juta untuk setiap rumah dan angsuran yang sama
untuk setiap bulan sebesar Rp. 500,000.00 selama 5 tahun. Bila suku bunga sebesar 1,5%
per bulan , berapakah total harga rumah tersebut bila dibayar kontan .
Penyelesaian :
Jumlah nilai uang saat ini dari angsuran selama 60 bulan adalah :
P = A ( P /A, i%,n )
= Rp. 500,000.00 (P/A, 1,5%, 60 )
= Rp. 500,000.00 ( 39,38 ) = Rp. 19,690,000.00
Jadi besar harga rumah tersebut bila dibayar kontan sebesar
Rp. 15,000,000.00 + Rp. 19,690,000.00 = Rp. 34,690,000.00
Contoh 2.9
Sebuah perusahaan kontraktor membeli sebuah crane dengan harga Rp. 150 juta .
Pimpinan perusahaan memutuskan untuk membeli crane tersebut dengan pembayaran
angsuran yang sama selama 2 tahun dan dengan uang muka sebesar 20% dari harga crane .
Berapa besar angsuran tiap bulan, bila suku bunganya 1,5% per bulan dan total nilai yang
akan datang dari crane.
Penyelesaian :
Jumlah nilai uang yang diangsur sebesar 80% x Rp. 150 juta = Rp.120 juta
Besarnya angsuran setiap bulan adalah :
A = P ( A/P, i%, n )
= Rp. 120,000,000.00 ( A/P, 1,5%, 24 )
= Rp. 120,000,000.00 ( 0,04992 ) = Rp. 5,990,400.00
F = P ( F/P, i%,n )
= Rp. 120,000,000.00 ( F/P , 1,5%,24 )
= Rp. 120,000,000.00 ( 1,4300 ) = Rp. 171,600,000.00
atau
F = A ( F/A,i%,n )
= Rp. 5,990,400.00 ( F/A, 1,5%,24 )
= Rp.5,990,400.00 ( 28,634 ) = Rp. 171,529,114.00
Jadi total nilai yang akan datang crane adalah :
20% x Rp. 150,000,000.00 + Rp. 171,600,000.00 = Rp. 201,600,000.00
2.8 Cara-cara pembayaran uang pinjaman
Pinjaman sebesar Rp. 100,000.00 dapat dibayar kembali dalam waktu 5 tahun dengan suku
bunga 10% per tahun.
Pada tabel berikut terlihat empat cara pembayaran.
Cara
Akhir tahun
Bunga
Pinjaman total
akhir tahun
Pembayaran
akhir tahun
Pinjaman setelah
pembayaran akhir tahun
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
I 0 100,000.00
1 10,000.00 110,000.00 10,000.00 100,000.00
2 10,000.00 110,000.00 10,000.00 100,000.00
3 10,000.00 110,000.00 10,000.00 100,000.00
4 10,000.00 110,000.00 10,000.00 100,000.00
5 10,000.00 110,000.00 110,000.00 0
II 0 100,000.00
1 10,000.00 110,000.00 30,000.00 80,000.00
2 8,000.00 88,000.00 28,000.00 60,000.00
3 6,000.00 66,000.00 26,000.00 40,000.00
4 4,000.00 44,000.00 24,000.00 20,000.00
5 2,000.00 22,000.00 22,000.00 0
III 0 100,000.00
1 10,000.00 110,000.00 26,380.00 83,620.00
2 8,362.00 91,982.00 26,380.00 65,602.00
3 6,560.00 72,162.00 26,380.00 45,782.00
4 4,578.00 50,360.00 26,380.00 23,980.00
5 2,400.00 26,380.00 26,380.00 0
IV 0 100,000.00
1 10,000.00 110,000.00 0 110,000.00
2 11,000.00 121,000.00 0 121,000.00
3 12,100.00 133,100.00 0 133,100.00
4 13,310.00 146,410.00 0 146,410.00
5 145,641.00 161,051.00 0
DIAGRAM ALIRAN DANA
2.9 Uniform Gradient
Permasalahan-permasalahan ekonomi teknik sering dihadapkan pada penerimaan atau
pengeluaran yang naik turun per tahun dengan jumlah yang berbeda. Misal pengeluaran
untuk biaya perawatan alat-alat berat cendrung mengalami kenaikan tiap tahun. Jika
kenaikan atau penurunan itu sama setiap tahun, maka kenaikan atau penurunan itu disebut
gradien hitung uniform.

Diagram aliran/arus dana dengan kenaikan gradien


Dengan mengalikan kedua ruas persamaan dengan ( 1+i ), maka diperoleh :
Persamaan ( 4 ) – ( 3 ), maka diperoleh :
Dapat dinyatakan dengan : ( P/G, i%,n )
Faktor nilai mendatang ( F ) dapat diperoleh dari rumusan :
Dapat dinyatakan dengan : ( F/G, i%,n )
Faktor dana tetap ( A ) dapat diperoleh dari rumusan :
Dapat dinyatakan dengan : (A/G, i%n)
Hubungan antara ketiga faktor tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
(G/P, i%, n) =
( / , %, )
1
PGin
(G/P, i%, n) =
( / , %, )
1
FGin
(G/A, i%, n) =
( / , %, )
1
AGin
(G/P, i%, n) = (G/A, i%, n) (A/P, i%, n)
(G/F, i%, n) = (G/P, i%, n) (P/F, i%, n)
(G/A, i%, n) = (G/F, i%, n) (F/A, i%, n)
(P/G, i%, n) = (A/G, i%, n) (P/A, i%, n)
(A/G,i%,n)
(P/G,i%,n)
A
(G/A,i%,n)
(F/G,i%,n)
(G/P,i%,n) (G/F,i%,n)
G
PF
20
Contoh 2.10
Biaya operasi dan perawatan alat-alat berat yang digunakan untuk sebuah proyek adalah
sebesar Rp. 5 juta pada tahun pertama, dan untuk tahun kedua sampai dengan tahun kelima
mengalami peningkatan sebesar Rp. 500,000.00 setiap tahun.
Jika tingkat suku bunga yang berlaku adalah 15% per tahun, hitunglah :
a. Nilai sekarang dari semua biaya operasi dan perawatan.
b. Nilai semua biaya operasi dan perawatan pada tahun kelima
c. Nilai A dari semua biaya operasi dan perawatabn selama 5 tahun.
Solusi :
a. Nilai sekarang ( P ) adalah :
P = P1+P2
= Rp. 5,000,000.00 ( P/A, 15%,5 ) + Rp. 500,000.00 ( P/G,15%,5 )
= Rp. 5,000,000.00 ( 3,325 ) + Rp. 500,000.00 ( 5,7751 )
= Rp. 19,647,550
b. Nilai semua biaya operasi dan perawatan pada tahun kelima adalah :
F = P ( F/P, 15%, 5 )
= Rp. 19,647,550.00 ( 2,0114 )
= Rp. 39,519,082
atau F= F1+F2
= Rp. 5,000,000.00 ( F/A, 15%,5 ) + Rp. 500,000.00 ( F/G, 15%,5 )
= Rp. 5,000,000.00 ( 6,742 ) + Rp. 500,000.00 ( 11,6159 )
= Rp. 39,517,950
c. Nilai A dari semua biaya operasi dan perawatan selama 5 tahun
A = P ( A/P, 15%, 5 )
= Rp. 19,647,550.00 (0,2983 ) = Rp. 5,861,257
atau A = A1+A2
= Rp. 5,000,000.00 + Rp. 500,000.00 ( A/G, 15%, 5 )
= Rp. 5,000,000.00 + 860,000.00 = Rp. 5,860,000
BAB III
PERBANDINGAN BIAYA
Menurut Kuiper ( 1971 ), analisis ekonomi teknik pada suatu proyek pembangunan
mengarahkan para perencana dalam menentukan pilihan terbaik dari beberapa alternative
hasil perencanaan yang dipilih. Alternatif ini bisa berupa perbandingan biaya dari beberapa
pilihan yang direkomendasi, dapat pula analisis ekonomi melibatkan unsur risiko yang
mungkin terjadi. Di samping itu, selain membandingkan dengan berbagai biaya, analisis
ekonomi juga dapat dikembangkan berdasarkan asas manfaat dari proyek yang
bersangkutan.
3.1. Biaya Tahunan Konstan
Dasar perhitungannya adalah membuat semua biaya yang diperlukan menjadi biaya
tahunan. Karena manfaatnya identik bila dari analisis tekniknya muncul beberapa
alternatif, maka yang dipilih biaya tahunan yang paling ekonomis dari salah satu alternatif
tersebut.
Contoh 1 :
Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih
Untuk perencanaan system penyediaan system air bersih, ada masalah untuk membawa air
dari sumbernya sampai ke bangunan pengembalian di kota yang harus melalui sebuah
lembah yang sangat besar. Dari hasil analisis teknis ada tiga alternatif terpilih , yaitu :
1. Membuat saluran terbuka, dibuat sesuai kemiringan dari lembah :
 Biaya pembuatan proyek sebesar Rp. 3 Milyar
 Biaya operasi dan pemeliharaan per tahun Rp. 100 Juta
 Umur rencana proyek selama 100 tahun
2. Syphon dari baja yang melalui lembah
 Biaya pembuatan proyek sebesar Rp. 2,4 milyar
 Biaya operasi dan pemeliharaan per tahun Rp. 120 juta
 Umur Rencana proyek selama 30 tahun
3. Saluran / pipa dari beton bertulang
 Biaya pembuatan proyek sebesar Rp. 3,6 milyar
 Biaya operasi dan pemeliharaan per tahun Rp. 80 juta
 Umur rencana proyek selama 40 tahun
Ketiga altenatif ini manfaatnya identik, yang berbeda hanyalah jenis pembawaannya.
Dengan melihat diagaram di bawah ini yang dipilih adalah yang paling murah biaya
tahunannya.
Alternatif I : Saluran terbuka
Alternatif II : Syphon
Alternatif III : saluran beton bertulang

Bila suku bunga sebesar 5% dengan mengabaikan kehilangan energi, perbandingan biaya
tahunan dari tiga alternatif tersebut adalah sebagai berikut :
Alternatif I Alternatif II Alternatif III
Rp Rp Rp
Bunga 5% Deprisiasi 150,000,000 120,000,000 180,000,000
(A/F, 5, 100) 1,140,000 36,120,000 28,808,000
O & P 100,000,000 120,000,000 80,000,000
251,140,000 276,120,000 289,808,000
Dari hasil ini tampak bahwa untuk alternatif I biaya tahunannya yang paling murah
Alternatif II, walaupun biaya proyek paling rendah, mempunyai depresiasi paling tinggi
karena umur proyeknya paling rendah. Alternatif III walaupun mempunyai biaya O&P
yang paling rendah, namun tidak cukup mengganti kerugian dari biaya bunga dan
depresiasi.
3.2. Biaya Tahunan yang Bervariasi
Biaya tahunan proyek pembangunan sering tidak konstan, namun bervariasi. Variasinya
bisa berupa gradient series ( bisa naik atau turun ) atau tambahan biaya pada periode tahun
tertentu. Hal ini bila digunakan untuk membandingkan beberapa alternatif biaya tahunan
akan sulit. Oleh karena itu cara termudah dengan semua biaya yang ada menjadi sekarang (
present value ). Dari perbandingan biaya sekarang, nilai yang terkecil dari biaya
sekarang ini yang terpilih.

Contoh 2 :
Membawa air dengan pipa dan terowongan
Suatu proyek untuk mengalirkan air dari suatu bangunan pengambilan ke suatu lokasi
pelayanan air. Ada dua alternatif diajukan antara lain :
1. Alternatif pertama dengan jaringan pipa dan stasiun pompa dengan kondisi sebagai
berikut :
 Biaya modal Rp. 50 Milyard
 Ketinggian energi pompa ( head ) adalah 200 m
 Efisiensi (ξ) = 0,8
 Pada 10 tahun pertama Q = 10 m3 / detik selama 3000 jam
 Setelah 10 tahun pertama Q = 15 m3 / detik selama 5000jam
 Biaya operasi dan pemeliharaan per tahun Rp. 1 Milyard
 Umur pompa dan jaringan pipa adalah 25 tahun
 Umur proyek adalah 50 tahun
 Harga energi adalah Rp. 100.00 per kwh
b. Alternatif kedua adalah terowongan dengan lubang pemasukan dan pengeluarannya
yang kecil kondisi sebagai berikut :
 Biaya modal Rp. 120 Milyard
 Sesudah 10 tahun terowongan akan diperbesar dengan biaya Rp. 45 millyard
 Biaya operasi dan pemeliharaan per tahun Rp. 250 juta
 Umur terowongan adalah 50 tahun.
Bila tingkat suku bunga adalah 6%, hitung mana yang lebih ekonomis diantara dua
alternatif ini.
Penyelesaian :
Alternatif I
P1 = 10 25.000
0.8
(10.200) = kw 10 tahun pertama
P2 = 10 37.500
0.8
(15.200) = kw 10 setelah tahun pertama
Besarnya biaya energi ( BEI ) 10 tahun pertama = 25.000 . 3000.Rp. 100
= 7,5 M
Besar biaya energi ( BE2 ) setelah 10 tahun pertama = 37.500 .5000 . Rp. 100
= Rp. 18,75 M
Untuk membandingkan dua alternatif waktunya harus sama. Jaringan pipa dan stasiun
pompa mempunyai umur 25 tahun. Sedangkan umur terowongan 50 tahun. Oleh karena itu
untuk perhitungan stasiun pompa dan jaringan pipa umurnya juga dibuat selama 50 tahun.
Caranya yaitu dengan memberi biaya modal di akhir tahun ke 25 yang besarnya sama
dengan biaya modal di awal tahun, yaitu sebesar Rp. 50 Milyard.Untuk biaya energi
dipakai
BE2, karena setelah 10 tahun pertama. Untuk biaya operasi dan pemeliharaan adalah sama
dengan 25 tahun pertama.
Diagram alternatif I :
Umur pipa & pompa 25 tahun Untuk membandingkan biaya dengan alternatife
II, umur proyek diperpanjang sampai 50 tahun
Harga sekarang dari alternatif 1 (sampai umur 50 tahun) adalah :
= 50 + 50 (P/F, 6%, 25) + 7,5 (P/A, 6%, 10) + 18,75 (P/A, 6%, 40) (P/F, 6%,10) + 1 (P/A,
6%, 50)
= 50 + 50 (0,233) + 7,5 (7,36) + 18,75 (15,046) (0,5584) + 1 (15,762) = 290,14362
millyard
O&P
BE1
0 20 50
50 M
10
50 M BE2
25
26
Diagram Alternatif 2 :
Harga sekarang Alternatif II adalah :
= 120 + 45 ( P/F , 6%, 10 ) + 0,25 ( P/A,6%, 50 )
= 120 + 45 ( 0,5584 ) + 0,25 ( 15,762 )
= 149,0685 Milyard.
Dari hasil perhitungan Alternatif II lebih murah ( ekonomis ) dibandingkan alternatif I.
45 120
0 10 50
O & P = Rp. 250 juta / tahun
27
BAB IV
KRITERIA INVESTASI
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menentukan kriteria investasi
diantaranya
adalah dengan :
1. Analisa nilai sekarang ( present value / present worth )
2. Analisa tingkat pengembalian ( rate of return )
3. Analisa manfaat atau Biaya benefit – cost ratio ( B/C )
Semua metode diatas memberikan hasil yang dapat membandingkan untuk mengukur
efektifitas alternative investasi.
4.1. Metode Nilai Sekarang ( Present value )
Pada metode ini semua aliran dana / kas dikonversikan menjadi nilai sekarang (P)dan
alternatif yang dipilih adalah mempunyai nilai sekarang yang terkecil
Contoh 1 ( umur sama )
Type Ready Mix A B
Harga pembelian Rp.200 juta Rp. 250 juta
Biaya O&P per tahun Rp. 30 juta Rp. 20 juta
Nilai jual akhir Rp. 25 juta Rp. 40 Juta
Umur 6 Tahun 6 tahun
Bila suku bunga 10 % per tahun, tentukan type yang mana yang dipilih .
Penyelesaian :
Alternatif A :
PA = 200 + 30 ( P/A,10%, 6 ) – 25 ( P/F,10% ,6 )
= 200 + 30 ( 4,355 ) – 25 ( 0,5645 )
= Rp. 31,5375 juta = Rp. 316,537,500
0
O & P = 30 juta/tahun
25
6
200 juta
28
Alternatif B :
PB = 250 + 20 ( P/A ,10%,6 ) – 40 ( P/F ,10%,6 )
= 250 + 20 (4,355 ) – 40 ( 0,5645 )
= Rp. 314,52 juta
= Rp. 314,520,000.00
Dari hasil perhitungan nilai sekarang, maka alternatif B nilainya yang terkecil (alternatif
yang dipilih)
Contoh 2 ( umur tidak sama )
Type X Y
Harga pembelian 400 juta 600 juta
Biaya O&P per tahun 50 juta 30 juta
Nilai jual akhir 60 juta 100 juta
Umur rencana 6 tahun 9 tahun
Bila suku bunga 14% per tahun, tentukan alternatif mana yang dipilih
Penyelesaian :
Alternatif X :
12
400 juta 400 juta
50 juta/tahun 6 18
400 juta
0
60 juta 60 juta 60 juta
O & P = 20 juta/tahun
40 juta
6
250 juta
0
29
PX = 400 + 400 ( P/F ,14%,6 ) – 60 ( P/F, 14%,6 ) + 400 ( P/F,14% ,12 ) – 60 (P/F, 14%,
12) - 60 ( P/F, 14%,18 ) + 50 ( P/A,14% ,18 )
= 400 + 400 ( 0,4556 ) – 60 ( 0,4556 ) + 400 ( 0,2076 ) – 60 (0,2076) - 60 (0.0946) + 50
( 6,467 ) = Rp. 943,162 juta
Alternatif Y :
PY = 600 + 600 ( P/F ,14%,9 ) – 100 ( P/F, 14%,9 ) – 100 (P/F ,14%,18 ) +
30 ( P/A,14%,18 )
= 600 + 600 ( 0,3075 ) – 100 (0,3075) – 100 ( 0,0946 ) + 30 ( 6,467 )
= Rp.938,300,000
Dari hasil perhitungan, maka alternative Y mendapatkan nilai sekarang yang terkecil (
alternatif yang di pilih )
4.2. Analisa Tingkat Pengembalian ( Rate Of Return )
Apabila melakukan suatu investasi,maka pada saat tertentu dimana terjadi keseimbangan
antara semua pengeluaran yang terjadi dengan semua pendapatan yang diperoleh dari
investasi tersebut. Keseimbangan ini akan terjadi pada tingkat pengembalian ( yang sering
dinyatakan sebagai tingkat bunga ) tertentu. Tingkat bunga yang menyebabkan terjadinya
keseimbangan antara semua pengeluaran dan semua pemasukan pada suatu periode
tertentu
disebut dengan rate of return ( ROR ). Dengan kata lain, ROR adalah suatu tingkat
penghasilan yang mengakibatkan nilai NPW ( net present worth ) dari suatu investasi sama
dengan nol. Rate of retrun dapat dihitung berdasarkan sebagai berikut :
100 juta
600 juta
30 juta/tahun
18
600 juta
0
100 juta
9
30
- Dihitung berdasarkan konsep present worth
PV pemasukan = PV pengeluaran
PVR = PVD
NPW = PVR – PVD = 0
- Dihitung berdasarkan konsep annual cost
A pemasukan = A pengeluaran
AR = AD
AR – AD = 0
Contoh 1
Diagram arus dana/ kas
Hitung rate of return ( ROR )
Solusi :
NPW = PVR – PVD = 0
= 60 ( P/F, i%,10 ) – 25 = 0
( P/F,i%, 10 ) =
60
25 = 0,4167
Untuk i = 9% ----> 60 ( 0,4224 ) – 25 = 0,344 juta
i=?=0
i = 10% ---> 60 ( 0,3855 ) – 25 = - 1,87 juta
Dengan cara interpolasi didapat harga i
i=9+
0,344 ( 1,87)
0,344 0
−−

= ( 10 – 9 ) = 9,155 %
Jadi rate of return ( ROR ) dari arus kas diatas adalah 9,16%
12345
60 juta
6 8 10
25 juta
079
31
Contoh 2
Hitung rate of return ( ROR ) berdasarkan konsep present value dan annual cost
Solusi
Berdasarkan konsep Present Worth
NPW = 0,9 ( P/A, i%,8 ) + 20 ( P/F,i% ,8 ) – 10 = 0
P = 10 juta
F = 0,9 . 8 +20 = 27,2 juta
( P/F,i%,8 ) =
27,2
10 = 0,3676
Untuk i = 13%----> 0,9 ( P/A,13%,8 ) + 20 ( P/F,13%,8 ) – 10 =
0,9 ( 4,799 ) + 20 ( 0,3762 ) – 10 = 0,18431 juta
i=?=0
i = 18% ---> 0,9 ( P/A,18%,8 ) + 20 ( P/F, 18% 8 ) – 10
0,9 ( 4,078 ) + 20 ( 0,2660 )- 10 = -1,0098 juta
Dengan cara Interpolasi didapat harga i
i = 13 +
1,8431 ( 1,0098)
1,8431 0
−−

( 18 – 3 ) = 16,23%
Jadi rate of return berdasar present value adalah 16,23%
Berdasarkan konsep annual cost
0,9 + 20 ( A/F, i%,8 ) – 10 (A/P, i%, 8) = 0
Untuk i = 16% --> 0,9 + 20 ( A/F,16%,8 ) – 10 ( A/P ,16%,8 )
0,9 + 20 ( 0,07022 ) – 10 ( 0,23022 ) = 0,0022
i =? = 0
i = 18% ----> 0,9 + 20 ( A/F,18%,8 ) – 10 ( A/P, 18%,8 )
0,9 + 20 ( 0,06524 ) – 10 ( 0,24524 ) = - 0,2476
12345
10 juta
68
20 juta
07
A = 0,9 juta
32
Dengan cara interpolasi didapat harga I :
i = 16 +
0,0022 ( 0,2476)
0,0022 0
−−

( 18 – 16 )
= 16,02 %
Jadi rate of return berdasarkan annual cost adalah 16,02%
Contoh 3
Perhatikan diagram aliran kas pada gambar dibawah tentukanlahn ROR dari aliran
tersebut.
Gambar Diagram aliran kas untuk
Solusi
NPW = A(P/A,i%,8) + F(P,i%8) – P = 0
= 5 juta (P/A,i%,8) + 100 juta (P/F,i%,8) - 50 juta = 0
Untuk mendapatkan nilai i sehingga persamaan tersebut terpenuhi (ruas kiri sama dengan
nol) maka kita mungkin harus mencoba berbagai nilai i karena disini kita dihadapkan pada
dua faktor, yaitu P/A dan faktor P/F dalam satu persamaan. Agar tidak terlalu banyak
mencoba maka kita perlu melakukan sesuatu pendekatan dengan menganggap aliran kas
menjadi tanpa bunga sehingga kedua faktor yang berbeda tadi bisa dikonversi menjadi
satu.
Misalkan kita ingin mengkonservasi P/A dan P/F saja maka kita harus mengubah aliran kas
seragam sebesar A = 5 juta menjadi F sehingga akan menjadi :
F = 100 + 8 x 5 juta
= 140 juta
Karena kenyataan nilai – nilai A tadi bunganya maka F tentu lebih besar dari 140 juta,
sehingga agar pendekatan kita tidak terlalu menyimpang sesuai secara kasar nilai F
menjadi
160 juta. Dari sini akan diperoleh persamaan :
A = 5 juta
F = 100 juta
P = 50 juta
33
160 juta (P/A,i%,8) = 50 juta
(P/A,i%,8)
Contoh 4
Seperangkat peralatan baru diusulkan oleh seorang insenyur untuk memperbaiki proses
operasi pengelasan. Investasi awal yang dibutuhkan adalah Rp. 25 juta dan akan memiliki
nilai sisa Rp. 5 juta pada akhir umumnya di akhir tahun ke lima. Peralatan baru ini akan
bisa
menghemat Rp. 8 juta per tahun setelah dikurangi Biaya – ongskos operasional. Diagram
aliran kas dari persoalan ini ditampilkan pada gambar 5.6 misalkan MARR = e = 20% per
tahun, hitunglah besarnya ERR dan beri keputusan apakah usulan ini bisa diterima?
Gambar Diagram aliran kas
Solusi
25 juta (F/P,i`%,5) = 8 juta (F/A,20%,5) + 5 juta
(F/P,i`%,5) =
= 2,5831
i`% = 20,88%
Karena i`% lebih besar dari MARR maka usulan investasi tersebut diterima.
50
60
64,5328 juta
25 juta
A = 8 juta F = 5 juta
i = 20%
25 juta
34
Contoh 5.
Misalkan i = 15% dan MARR = 20%, hitunglah ERR dari diagram aliran kas pada
gambar dibawah dan putuskan apakah proyek yang diusulkan dengan aliran kas tersebut
dapat diterima.
Gambar Diagram aliran kas
Solusi
Aliran kas keluar :
E0 = 10 juta (padat t = 0)
E1 = 5 juta (padat t = 1)
Aliran kas masuk :
R1 = 6 juta – 1 juta (t = 2,3,...,6)
= 5 juta
Dengan persamaan diatas akan diperoleh :
[10 juta + 5 juta(P/F,15%,1)] (F/P,i`%,6) = 5 juta (F/A,15%,5)
[10 juta + 5 juta(0,8696)] (F/P,i`%,6) = 5 juta (6,7424)
14,348 juta (F/P,i`%,6) = 33,712
(F/P,i`%,6) =
= 2,3496 i = 15,3%
Dengan interpolasi antara `i = 15% dan 18% akan diperoleh i` = 15,3%. Nilai i` = 15,3%
lebih kecil dari MARR yang ditetapkan 20% sehingga usulan proyek dengan aliran kas
seperti ini tidak bisa diterima.
33,712
14,348
6 juta
1 juta
10 juta
5 juta
35
4.3 ANALISA MANFAAT – BIAYA
Pelaksanaan proyek – proyek pemerintahan secara esensi memang memiliki karaktersitik
maupun tujuan yang berbeda dengan proyek – proyek swasta. kalau sebelumnya kita
mengetahui bahwa proyek – proyek swasta senatiasa diukur berdasarkan nilai keuntungan
yang dijanjikan, maka pada proyek – proyek pemerintahan criteria kelayaakannya tidak
selamannya bisa atau harus diukur berdasarkan keuntungannya. Proyek – proyek
pemerintahan, karena seringkali tidak mungkin diukur berdasarkan nilai – nilai rupiah yang
jelas, analisa kelayakan biasannya dinyatakan dalam ukuran manfaat umum yang bias
ditimbulkannya. dengan demikian maka alat – alat analisis kebanyakan proyek – proyek
swasta seperti ROR, NPW dan sebagainnya tidak digunakan dalam memutuskan masalah
apakah suatu proyek pemerintah layak dilakukan atau tidak.
Proyek – proyek pemerintah dalam hal ini aadalah proyek – proyek yang dibangun baik
oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang tidak berorientasi pada keuntungan. ada
4
klarifikasi yang termasuk golongan ini yaitu proyek – proyek pemerintahan untuk
pengembangan kebudayaan, proyek – proyek untuk proteksi pasar, proyek – proyek
pelayanan ekonomi, dan proyek – proyek untuk sumber daya alamiah. Proyek – proyek
pengembangan kebudayaan meliputi proyek – proyek untuk pendidikan, pelestarian
sejarah,
rekreasi dan sebagainnya. Proyek – proyek proteksi meliputi militer, perlindungan
kebakaran, system pengadilan dan sebagainnya. proyek – proyek pelayanan ekonomiu
meliputi proyek – ptroyek sumber daya alamiah meliputi proyek penghijauan lahan,
pengendalian polusi, pemngendalian banjir dan sebagainnya.
Banyak sekali proyek – proyek pemerintahan yang membutuhkan investasi yang sangat
besar dan memiliki umur panjang, bahkan samapai diatas 50 tahun. Seringkali proyek -
proyek pemerintahan juga dibangun untuk tujuan – tujuan ganda. Proyek penghijauan
misalnya, mungkin diadakan untuk tujuan utama koinservasi lahan, namun disisi lain juga
bias dianggap sebagai pengembangan kawasan wisata, pelestarian suaka marga satwa dan
sebagainya.
Pembiayaan Proyek – proyek Pemerintahan
Ada berbagai sumber pembiayaan yang bias dipakai oleh pemerintah untuk membiayai
proyek – proyeknya. secara umum sumber – sumber tersebut bias diklarifikasikan menjadi
3
yaitu (1) pajak, baik pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, pajak pendapatan
dan sebagainnya, (2) dana internal dari hasil – hasil proyek pemerintah yang menyediakan
36
barang atau jasa yang bias dimanfaatkan oleh masyarakat umum dengan cara membayar,
dan (3) pinjaman, termasuk diantaranya yang berupa pengeluaran obligasi.
Tingkat Bunga untuk Proyek – proyek Pemerintahan
Penentuan tingkat bunga pada proyek – proyek pemerintahan sering kali dilakukan dengan
memutuskan suatu nilai tanpa analisa yang rasional. Pada dasarnya, bunga yang digunakan
untuk mengevaluasi proyek – proyek pemerintahan seharusnya lebih besar dari bunga yang
dikenakan oleh pemberi pinjaman dana untuk proyek yang bersangkutan. Ada beberapa
cara
yang bisa dipakai untuk menentukan tingkat bunga yang berlaku pada suatu proyek
pemerintahan, antara lain (1) berpatokan pada tingkat bunga dari dana pinjaman proyek (2)
didasarkan pada Biaya kesempatan dari dana yang dipakai dari sudut pandang
pemerintahan,
atau (3) didasarkan Biaya kesempatan dana tersebut bisa dilihat dari sudut pandang
pembayaran pajak.
Proyek – proyek Pemerintahan dan Ekonomi Teknik
Proses pengambilan keputusan pada proyek – proyek pemerintahan juga akan melalui
tahap
– tahap yang sistematis seperti halnya yang dilakukan pada proyek – proyek swasta. Jadi,
sebelum diputuskan untuk dilaksanakan, sebuah usulan proyek pemerintahan harus
dievaluasi mulai dari tahapan indentifikasi kebutuhan, pemuinculan alternatif dan
pemilihan
alternatif terbaik. hanya saja, pada proyek – proyek pemerintahan, pemilihan alternatif
yang
terbaik dapaat dilakukan vberdasarakan besarnya profit yang bisa dihasilkan oleh proyek
tersebut, namun lebih ditekankan pada manfaat atau kesejahteraan umum yang bisa
diberikan kepada masyaraakat.
Sebagai contoh misalkan pemerintahan sedang mempertimbangkan untuk membangun
kolam renang atau perpustakaan. Dana yang tersedia hanya cukup untuk membangun salah
satu dari keduannya. Pemilihan alternative – alternative ini tidak bisa dilakukan atas dasar
profit keuntungan karena memang proyek ini tidak dibangun untuk orientasi keuntungan
melainkan untuk kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya pemilihannya harus dirancang
sedemikian rupa sehingga alternative yang terpilih adalah alternative yang menjajikan
manfaat atau kesejahteraan yang lebih besar.
Analisa Manfaat Biaya ( Benefit Cost Analysis )
Analisa manfaat biaya adalah analisa yang sangat umum digunakan untuk mengevaluasi
proyek-proyek pemerintah. Analisa ini adalah cara praktis untuk menaksir kemanfaatan
37
proyek, dimana untuk hal ini diperlukan tinjauan yang panjang dan luas. Dengan kata lain
diperlukan analisa dan evaluasi dari berbagai sudut pandang yang relevan terhadap
biayabiaya
maupun manfaat yang disumbangkannya.
Suatu proyek dikatakan layak atau bisa dilaksanakan apabila rasio antara manfaat terhadap
biaya yang dibutuhkannya lebih besar dari satu ( B/C > 1 ). Oleh karenanya, dalam
melakukan analisa manfaat biaya kita harus berusaha mengkuantifikasikan manfaat dari
suatu usulan proyek, bila perlu dalam bentuk satuan mata uang.
Analisa manfaat biaya biasanya dilakukan dengan melihat rasio antara manfaat dari suatu
proyek pada masyarakat umum terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Secara matematis hal ini bisa diformulasikan sebagai berikut :
B/C =
Dimana kedua ukuran manfaat dan biaya sama-sama dinyatakan dalam present value /
present worth atau nilai tahunan dalam bentuk nilai uang. Dengan demikian maka rasio
B/C
merefleksikan nilai rupiah yang ekuivalen dengan manfaat yang diperoleh pemakai dan
rupiah yang ekuivalen dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh sponsor.
Apabila rasio B/C sama dengan satu (B/C = 1), maka nilai rupiah yang ekuivalen dengan
manfaat sama dengan nilai rupiah yang ekuivalen dengan biaya. Dengan demikian maka
rasio manfaat biaya secara normal bisa dinyatakan dengan :
B/C =
dimana :
manfaat ekuivalen = semua manfaat setelah dikurangi dengan dampak negatif,
dinyatakan dengan nilai uang .
biaya ekuivalen = semua biaya-biaya setelah dikurangi dengan besarnya
penghematan yang bisa didapatkan oleh sponsor proyek, dalam hal
ini pemerintah.
Biaya-biaya yang harus ditanggung oleh suatu proyek sebenarnya terdiri atas biaya
investasi
dan biaya operasi dan pemeliharaan. Dalam analisa manfaat biaya biasanya biaya operasi
Manfaat terhadap umum
Biaya yang dikeluarkan Pemerintah
Manfaat ekuivalen
Biaya ekuivalen
38
dan pemeliharaan dimasukan sebagai manfaat negatif. Dengan demikian maka rumus
diatas
dimodifikasi menjadi :
B/C=
Contoh 1
Karena banyaknya kecelakaan lalu lintas yang terjadi di jalan raya , maka pemerintah
melalui Departemen PU mempertimbangkan untuk membuka jalur baru Diestimasi bahwa
biaya pembangunan jalur per km adalah sebesar Rp. 500 juta dengan umur rencana 20
tahun
dan Biaya perawatan tahunan diperkirakan 2,5 % dari biaya awal. Kepadatan lalu lintas
pada
jalan ini adalah 8000 kendaraan per hari. Dengan dibukanya jalur baru diestimasi tingkat
kecelakaan akan turun dari 6 menjadi 3 per 100 juta km kendaraan. Analisa akan dilakukan
dengan tingkat bunga 8 % per tahun.
Biaya-biaya yang timbul akibat kecelakaan meliputi biaya kerugian properti pengeluaran
untuk keperluan medis, dan hilangnya upah bagi orang yang mengalami kecelakaan. Dari
data yang ada diperoleh bahwa rata-rata terjadi 25 kecelakaan ringan dan 200 kerusakan
properti untuk setiap satu kecelakaan fatal.
Biaya ekuivalen dari setiap klasifikasi kecelakaan tersebut diperkirakan:
Kecelakaan fatal per orang = Rp. 300 juta
Kecelakaan ringan = Rp. 10 juta
Kecelakaan properti = Rp. 3 juta
Dengan metode B/C tentukanlah apakah usulan pembukaan jalur baru tersebut bisa
diterima
atau tidak.
Solusi
Dengan data-data yang ada, maka biaya kecelakaan untuk setiap kecelakaan fatal adalah :
- Kecelakaan fatal per orang = Rp. 300 juta
- Kecelakaan ringan ( 10 juta x25 ) = Rp. 250 juta
- Kecelakaan properti ( 3 juta x200 ) = Rp. 600 juta
(manfaat netto bagi umum) – (biaya operasi dan pemeliharaan proyek)
Biaya investasi proyek
Total = Rp. 1.150 juta
39
Manfaat ekuivalen tahunan yang diharapkan per km adalah :
= Rp. 100,740,000
Biaya-biaya ekuivalen tahunan per km yang
harus ditanggung oleh pemerintah adalah :
500 ( A/P ,8%,20 ) + 2,5% . 500
500 ( 0,10185 ) + 12,5
= Rp. 63,425,000
B/C =
Karena rasio B/C > 1, maka rencana pembukaan jalur baru tersebut layak untuk dikerjakan.
Perlu diingat disini, bahwa manfaat yang diperhitungkan diatas hanyalah manfaat yang
terwujud dalam bentuk pengurangan kecelakaan, akan tetapi pada kenytaannya manfaatnya
bukan hanya pengurangan kecelakaan saja, tetapi juga memperlancar arus lalu lintas.
Apabila manfaat-manfaat ini diperhitungkan dalam analisis, maka rasio B/C akan
meningkat
yang menunjukan bahwa rencana proyek tersebut lebih terbukti layak untuk dilaksanakan.
Apabila digunakan pendekatan perhitungkan B/C termodifikasi, maka akan diperoleh rasio
B/C sebagai berikut :
B/C =
Nilai 12,5 juta 2,5% x 500 juta dan nilai 50,925,000 diperoleh 500 (A/P ,8%,20), Nilai
rasio
1,73 ini juga bisa diartikan bahwa untuk setiap 1 rupiah yang diinvestasikan pada proyek,
akan diperoleh penghematan netto sebesar 1,73 rupiah. Dari kedua nilai rasio B/C di atas,
maka sangat beralasan untuk memutuskan bahwa rencana proyek jalur baru tersebut layak
dilaksanakan.
( 6 – 3 ) . 8000 . 365 . 1150
100.000.000
100,740,000.00
63,425,000.00
= 1,59
100,740,000 – 12,500,000 (perawatan)
50,925,000
= 1,73
40
Analisa Manfaat – Biaya untuk Membandingkan Alternatif
Contoh 2
Departemen pariwiisata sedang mempertimbangkan 4 alternatif proyek rekreasi di Jawa
Timur, sebut saja alternative A, B, C dan D. Besarnya manfaat ekulivalen tahunan, Biaya
ekuivalen tahunan dan nilai rasio B/C dari keempat alternative terlihat pada table
Alternative Manfaat ekuivalen
tahunan
Biaya ekuivalen
tahunan
Ratio
B/C
A 182 juta 91,5 juta 1,99
B 167 juta 79,5 juta 2,10
C 115 juta 88,5 juta 1,30
D 95 juta 50 juta 1,90
Bila dilihat sepintas mungkin kita bias terjebak untuk langsung memilih alternative B
karena
memberikan rasio B/C terbesar diantara keempatnya. Namun dalam kasus ini ternyata
bukan
B yang terbaik. Alternatif terbaik bias dipilih dengan analisa B/C meningkat seperti halnya
yang bias dilakukan pada analisa ROR meningkat.
Pada persoalan ini pertama kali kita akan membandingkan alternatif D dengan alternatif 0
atau ”do nothing”. Peningkatan manfaat dari alternative 0 ke alternative D adalah 95 juta
dan peningkatan Biayanya adalah 50 juta. Dengan demikian maka rasio B/C peningkatan
tersebut adalah :
B/CD-0 =
Karena BCD-0 ≥1 maka alternative D yang dipilih. Selanjutnya alternatif D dibandingkan
dengan alternatif C sehingga diperoleh rasio B/C meningkat sebagai berikut :
B/CD-0 =
=
= 0,52
95 juta
50 juta
= 1,90
115 juta - 95 juta
88,5 juta - 50 juta
20 juta
38,5 juta
41
Karena B/CC-D ≤ maka alternatif D tetap dipilih dan alternatif C ditolak dan selanjutnya
tidak akan dipertimbangkan lagi. Pembanding berikutnya dari alternatif D alternatif B dan
rasio B/C dari kedua alternatif tersebut adalah :
B/CB-D =
= 2,44
Nilai B/CB-D liebih besar dari satu sehingga alternatif B lebik baik dari alternatiif D.
Dengan
demikian alternatif B bertahan dan alternatif D ditolak dan tidak akan dipertimbangkan
lagi.
Alternatif terakhir B adalah A. Rasio B/C dari alternatif B terhadap alternatif A adalaha :
B/CA-B =
=
= 1,25
Dari sini bisa disimpulkan bahwa alternatif A adalah yang terbaik diantara alternatif
lainnya
sehingga alternatif inilah yang dipilih. Secara ringkas proses pemilihan alternatif di atas
ditunjukkan pada tabel berikut :
Alternative
Δ Manfaat tahunan Δ Biaya tahunan Ratio
ΔB / ΔC
Keputusan
D – 0 95 juta 50,0 juta 1,90 Terima D
C – B 20 juta 38,5 juta 0,52 Terima C
B – D 72 juta 29,5 juta 2,44 Terima B
A – B 15 juta 12,0 juta 1,25 Terima A
167 juta - 95 juta
79,5 juta - 50 juta
182 juta – 167 juta
91,5 juta – 79,5 juta
15 juta
12 juta
42
Contoh 3
Untuk menggalakkan pengembangan kota hijau, Pemda Kotamdya Surabaya sedang
mempertibangkan 4 alternatif lokasi taman kota dan akan dipilih satu dari keempat
alternatoif tersbut. Alternatif A membutuhkan investasi sebesar Rp. 200 juta dengan
perkiraan umur 30 tahun. Walaupun pembangunan taman kota ini tidak berorientasi pada
keuntungan, namun pemerintah daerah memutuskan untuk menarik retrebusi bagi setiap
pengunjung sehingga diperkirakan setiap tahun akan ada pemasukan sebesar Rp. 22 juta.
Selengkapnya, data – dat Biaya investasi maupun data – data pemasukan dari keempat
alternatif tersebut ditunjukkan pada tabel
Alternatif A B C D
Investasi 190 juta 275 juta 190 juta 350 juta
Pemasukan / Biaya 22 juta 35 juta 19,5 juta 42 juta
Umur 30 tahun 30 tahun 30 tahun 30 tahun
Dengan analisa manfaat-biaya meningkat, tentukanlah alternatif mana yang paling baik.
Gunakan MARR 10% per tahun.
Solusi
Pertama kali kita harus mencari nilai B/C masing – masing alternatif. Untuk mencari
alternatif A :
B/CA-B =
=
= 1,03 juta
Dengan cara yang sama diperoleh :
B/CB = 1,20
B/CC = 0,97
B/CD = 1,13
Karena B/CC lebih kecil dari satu maka alternatif C tidak layak dipertimbangkan
selanjutnya
sehingga kita hanya mempertimbangkan alternatif A, B dan D.
22 juta (P/A,10%,30)
190 juta
22 juta (9,427)
190 juta
43
Untuk membandingkan alternatilf – alternatif A, B dan D maka kita perlu mengurutkannya
menurut besarnya nilai investasi, mulai dari alternatif yang kebutuhan investasinya terkecil
sampai terbesar. Alternatif yang investasinya terkecil adalah A, kemudian B, dan yang
terbesar adalah D. Dengan demikian maka alternatif a dibandingkan dengan B terlebih
dahulu dngan menghitung rasio peningkatan manfaat dan peningkatan Biayanya. Jadi,
perhitunganannya adalah sebagai berikut :
AB
Δ manfaat = (35 juta – 22 juta)(P/A,10%,30)
= 122,551 juta
Δ Biaya = 275 juta – 200 juta
= 75 juta
ΔB/ΔC =
= 1,63
Karena B/C B-A lebih besar dari satu maka kita pilih alternatif yang membutuhkan
invvestasi
yang lebih besar, yaitu alternatif B. Selanjutnya alternatif B dibandingkan dengan alternatif
D.
BD
Δ manfaat = (42 juta – 35 juta)(P/A,10%,30)
= 65,989 juta
Δ Biaya = 350 juta – 275 juta
= 75 juta
ΔB/ΔC =
= 0,88
Dengan demikian maka alternatif B lebih baik dari alternati d. Karena semua alternatif B
adalah yang terbaik diantara semuanya.
122,551 juta
75 juta
65,989 juta
75 juta
44
Mengidentifikasikan Benefit, Disbenefit dan Biaya
Sebagai contoh, misalkan pemerintah akan membangun jalan tol antara 2 kota yang akan
melewati daerah pertanian yang cukup luas. Dengan proyek jalan tol ini maka manfaat,
dampak negatif, maupun Biaya – Biaya yang timbul adalah sebagai berikut :
1. Manfaat (benefit) bagi masyarakat umum :
• Penurunan biaya operasional kendaraan, termasuk bahan bakar.
• Waktu perjalanan jadi lebih singkat dan lancar.
• Kemudahan mengendarai kendaraan.
• Peningkatan harga tanah disekitar jalan tol.
2. Dampak negatif (disbenefit) bagi masyarakat umum:
• Pengurangan lahan pertanian.
• Terganggunya saluran air untuk irigasi
• Peningkatan polusi udara
3. Biaya yang harus ditanggung pemerintah :
• Biaya kontruksi.
• Biaya perawatan.
• Biaya administraif.
4. Pendapatan bagi pemerintah :
• Pendapatan dari iuran (tol) pemakai jalan.
• Peningkatan pajak akibat meningkatnya nilai tanah di sekitar jalan tol.
Tabel : Klarifikasi Manfaat-biaya masing – masing fungsi dam
Fungsi Benefit Disbenefit Biaya Pemasukan
PLTA Meningkatkan
sumber tenaga
Pemakaian lahan Investasi &
operasional
Penjualan tenaga
listrik
Pengendali
banjir
Penurunan bahaya
banjir
Pemakaian tanah Investasi &
operasional
Terhindarnya
Biaya akibat banjir
Irigasi Peningkatan
pertumbuhan
Pemakaian lahan Investasi &
perawatan
Retribusi air irigasi
Navigasi Penghematan Biaya
transportasi
Hilangnya
lalulintas darat
Investasi &
perawatan
Retribusi kapal –
kapal pemakai dam
Rekreasi Meningkatkan sarana
wisata
Hilangnya
sungai
Investasi &
perawatan
Retribusi
pengunjung
45
Soal Latihan
1. Departemen Pekerjaan Umum sedang mempertimbangkan kelayakan pembangunan
sebuah waduk yang fungsi utamanya adalah untuk mencegah banjir. Biaya kontruksi
dari waduk ini diperkirakan Rp. 2,2 miliyar dengan Biaya – Biaya operasional dan
perawatan sebesar Rp. 10 juta per tahun. Disamping itu, dibutuhkan tambahan kontruksi
setiap 15 tahun dengan Biaya Rp. 65 juta setiap kalinya. Dngan adanya waduk ini akan
terjadi penurunan kerugian akibat banjir yang besarnya Rp. 90 juta per tahun menjadi
Rp. 10 juta pertahun. Apabila diasumsikan tingkat bunga adalah 12% per tahun dan
waduk diperkirakan bisa bertahan secara permanen, gunakanlah metode B/C untuk
menentukan apakah pembangunan waduk ini layak dilaksanakan atau tidak.
2. pemerintah daerah sebuah propinsi sedang mempertimbangkan pembangunan jalan baru
melewati daerah pedalaman.Biaya pembangunan diperkirakan sebesar Rp. 12 miliyar
dengan biaya pemeliharaan per tahun Rp. 40 juta. Dengan adanya jalan baru ini
diharapkan menjadi kemudahan transportasi yang akana berakibat pada peningkatan
pendapatan dari sektor ekonomi dan pariwisata sebesar Rp. 700 juta per tahun. Apabila
jalan tersebut diestimasikan berumur 25 tahun dan tingkat bunga yang berlaku adalah
8%, gunakan metode B/C untuk menentukan apakah pembangunan jalan tersebut
sebaiknya dilaksanakan atau tidak.
3. Ada dua rute yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah untuk menghubungkan dua
Kota Kalimantan. Rute pertama melewati dataran rendah yang panjangnya sekitar 200
kilometer dengan Biaya pembangunan sebesar Rp.21 miliyar. Alternatif rute yang kedua
melewati perbukitan dengan panjang sekitar 100 kilometer dan Biaya pembangunannya
sekitar Rp. 45 miliyar. Biaya pemeliharaan jalan untuk rute pertama adalah Rp. 65 juta
pertahun. Alternatif manapun yang dipilih, kepadatan lalu lintas diperkiran sekitar 400
ribu kendaraan per tahun. Apabila Biaya operasional kendaraan diasumsikan sebesar Rp.
200 per kilometer, tentukanlah rute mana yang akan dipilih bila diasumsikan kedua
alternatif umurnya 20 tahun dan tingkat bunga yang dipakai analisis adalah 8% per
tahun.
4. departemen kehutanan sedang mempertimbangkan dua alternatif lokasi taman, yaitu
lokasi B dan C. Lokasi B membutuhkan Biaya investasi sebesar Rp. 1,5 miliyar dan
Biaya perawatan sebesar Rp. 25 juta pertahun. Pemasukan dari retribusi pengunjung
diestimasikan Rp. 250 juta per tahun. Lokasi C membutuhkan Biaya investasi sebesar
46
Rp. 3,5 miliyar dengan Biaya operasional per tahun sebesar Rp. 30 juta. Pendapatan
yang diestimasikan untuk lokasi C ini adalah Rp. 350 juta per tahun.disbenefit yang
timbul pada lokasi B adalah Rp. 15 juta per tahun pada lokasi C Rp. 20 juta per tahun.
Dengan menganggap tingkat bunga per tahun 12% dan taman berumur tak terhingga,
tentukan lokasi mana yang harus odipilih. Gunakan metode B/C untuk memilihnya.
5. Dalam usaha mananggulangi terjadinya banjir, ada dua lokasi yangsedang
dipertimbangkan oleh pemerintah untuk membangun waduk, yaitu lokasi C dan lokasi
W dan hanya satu diantaranya yang akan dipilih. Tujuan alternati proyek evaluasi dan
diperkirakan rata – rata kerugian akibat banjir berkurang menjadi sebagai berikut :
Alternatif Kerugian
A – dam dan waduk di W
B – dam, waduk dan pembangkit tenaga listrik di W
C – dam dan waduk di W dan perbaikan saluran
D – dam, waduk dan pembangkit tenaga listrik di W
E – dam dan waduk di C
F – dam dan waduk di C dan perbaikan saluran
G – perbaikan saluran saja
Rp. 100 juta
120 juta
40 juta
20 juta
180 juta
90 juta
330 juta
Bila tidak ada pengendalian banjir, kerugian diperkirakan Rp. 680 juta per tahun. Untuk
pembangunan dam dan waduk di W diperlukan biaya Rp. 5 miliyar. Pembangunan
pembangkit tenaga akan menyebabkan biaya naik Rp. 1 miliyar. Estimasi biaya dam
dan waduk di C adalah Rp. 3,75 miliyar. Estimasi biaya untuk perbaikan saluran Rp. 800
juta. Untuk keperluan analisa dipakai umur 100 tahun untuk waduk dan dam, 50 tahun
tanpa nilai sisa untuk pembangkit tenaga, dan 20 tahun dengan nilai sisa Rp. 300 juta
untuk perbaikan saluran. Manfaat yang diperoleh dari pembangkit tenaga adalah Rp. 200
juta per tahun. Biaya operasi dan perawatan per tahun sebagai berikut :
Dam dan waduk di W Rp. 60 juta
Pembangkit tenaga Rp. 25 juta
Dam dan waduk di C Rp. 50 juta
Perbaikan saluran Rp. 70 juta
Bandingkan semua usulan yang ada fengan menghitung niali B/c nya dan alternatif mana
yang terbai ? gunakan i=8%
47
6. Ada 4 saluran alternatif yangsedang dipertimbangkan untuk pengembangan saluran
irigasi penananman tebu rakyat. Data – data ata – data Biaya investasi, Biaya
operasional tahunan dan pendapatan tahunan tercantum pada tabel berikut :
Alternatif
Uraian
1234
Biaya investasi (juta)
Biaya operasional tahunan (juta)
Pendapatan tahunan (juta)
15
10
15
19
12
20
33
11
22
48
13
27
Semua alternatif memiliki umur 10 tahun dan tanpa nilai sisa. Gunakan metode B/C
meningkat untuk memilih alternatif yang terbaik. Anggap Biaya – Biaya operasional
disbenefit gunakan MARR 15% per tahun
7. Alternatif A, B, C dan D adalah alternatif – aleternatif proyek pelayanan umum milik
pemerintah yang bersifat ’mutually exlusive’. Pililah salah satu dari alternatif tersebut
bila data – data Biaya dan rasio B/C terlihat seperti pada tabel berikut :
Alternatif Manfaat tahunan bagi
masyarakat
Total Biaya bagi
pemerintah
Rasio B/C
A
B
C
D
RP. 200 juta
Rp. 250 juta
Rp. 275 juta
Rp. 300 juta
Rp. 50 juta
Rp. 70 juta
Rp. 90 juta
Rp. 100 juta
4,0
3,6
3,1
2,7
8. Departemen Pertahanan Keamanan sedang mengevaluasi 4 usulan sistem detektor ranjau
dari peserta tender. Ukuran evaluasi yang dipakai adalah keandalan sistem yang
diusulkan. Setelah dilakuakn investigasi diperoleh gambaran Biaya siklus hidup dan
keandalan dari keempat sistem seperrti pada tabel berikut :
Sistem Biaya siklus hidup
(miliyar)
Keandalan
1
2
3
4
1,2
1,2
1,0
1,0
0,99
0,98
0,98
0,97
Dengan menggunakan analisa efekivitas Biaya, tentukan alternatif mana yang bisa
langsung
dieliminasi dari pertimbangan selanjutnya
48
BAB V
DEPRESIASI
Dalam studi ekonomi teknik depresiasi dan pajak adalah dua faktor yang sangat penting
dipertimbangkan. Walaupun depresiasi tidak berupa aliran kas/ dana. Namun besar dan
waktunya akan ditanggung oleh perusahaan.
Depresiasi adalah penurunan nilai suatu properti atau aset karena waktu dan pemakaian.
Depesiasi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Kerusakan fisik akibat pemakaian dari alat atau properti.
2. Kebutuhan produksi atau jasa lebih baru dan lebih besar.
3. Penurunan kebutuhan produksi atau jasa
4. Properti atau aset tersebut menjadi usang karena adanya perkembangan teknologi.
5. Penemuan fasilitas-fasilitas yang bisa menghasilkan produk yang lebih baik dengan
biaya yang lebih rendah dan tingkat keselamatan yang lebih memadai.
Besarnya depresiasi tahunan pada suatu properti tergantung pada beberapa hal, antara lain :
1. Biaya investasi dari properti
2. Tanggal pemakaian awalnya
3. Estimasi masa pakainya
4. Nilai sisa yang ditetapkan
5. Metode depresiasi yang digunakan
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu properti atau aset bisa didepresiasi ,
antara lain :
1. Harus digunakan untuk keperluan bisnis atau memperoleh penghasilan
2. Umur ekonomisnya dapat dihitung dan lebih dari satu tahun
3. Harus merupakan sesuatu yang digunakan, sesuatu yang menjadi usang atau nilainya
menurun kerena sebab-sebab alamiah .
Diantara metode-metode untuk menentukan beban depresiasi tahunan, antara lain adalah :
5.1. Metode Garis Lurus (Straight Line / SL)
Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa berkurangnya nilai suatu aset berlangsung secara
linear terhadap waktu atau umur dari aset.
Besarnya depresiasi tiap tahun dapat dihitung berdasarkan :
49
Dt =
dimana : Dt = besarnya depresiasi pada tahun ke-t
P = Biaya awal dari aset yang bersangkutan
S = nilai sisa dari aset
N = masa pakai ( umur ) dari aset dinyatkan dalam tahun
Karena aset didepresiasikan dengan jumlah yang sama tiap tahun maka setelah tahun ke-t (
BV ) akan sama dengan nilai awal dari aset dikurangi dengan besarnya depresiasi tahunan
dikalikan t
BVi = P – t D
=P–
Tingkat depresiasi ( rate of depreciation ) adalah :
d=
Contoh 1
Sebuah perusahaan kontraktor membeli sebuah mesin dengan harga Rp. 75 juta. Masa
pakai
ekonomis mesin tersebut adalah 5 tahun dengan perkiraan nilai sisa sebesar Rp. 20 juta.
Dengan metode garis lurus, hitunglah :
a. Besarnya depresiasi tiap tahun
b. Buat tabel jadwal depresiasi dan nilai buku selama masa pakainya
c. Gambarkan grafik yang menunjukan hubungan antara nilai buku terhadap
waktu ( masa pakai )
Solusi :
a. Besarnya depresiasi tiap tahun adalah :
Dt =
P-S
N
P-S
N
)t
1
N
P - S 75 – 20
N
=
5
= Rp. 11,000,000
(
50
b. Tabel depresiasi dan nilai buku
Akhir tahun Deprisiasi tahun Nilai buku
0 0 Rp. 75 juta
1 Rp. 11 juta Rp. 64 juta
2 Rp. 11 juta Rp. 53 juta
3 Rp. 11 juta Rp. 42 juta
4 Rp. 11 juta Rp. 31 juta
5 Rp. 11 juta Rp. 20 juta
c. Grafik yang menujukkan hubungan antara nilai buku terhadap waktu
5.2. Metode Jumlah Digit Tahun ( Some of Years Digit / SOYD )
Metode jumlah digit tahun adalah salah satu metode yang dirancang untuk membebankan
depresiasi lebih besar pada tahun-tahun awal dan semakin kecil untuk tahun-tahun
berikutnya.
Cara perhitungan depresiasi dengan metode SOYD dimulai dengan jumlah digit 1 sampai
N.
Angka yang diperoleh dinamakan jumlah digit tahun ( SOYD ). Besarnya depresiasi tiap
tahun diperoleh dengan dengan mengalikan Biaya awal dikurangi nilai sisa ( P - S ) dari
aset
tersebut dengan rasio antara jumlah tahun sisa aset terhadap nilai SOYD . Secara
matematis
besarnya depresiasi tiap tahun dapat ditulis :
Dt =
Sisa umur aset
SOYD
( Biaya awal – nilai sisa )
N–t+1
( P-S ), ( t = 1,2, ....... N )
SOYD
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 tahun
BV
(juta)
51
dimana :
Dt = Beban depresiasi pada tahun ke- t
SOYD = jumlah digit tahun dari 1 sampai N
Besarnya SOYD dari suatu aset yang umunya N tahun adalah :
N(N+1)
SOYD = 1+ 2 + 3 .... + ( N – 1 ) + N = ---------------
2
Besarnya nilai buku pada suatu saat bisa diperoleh tanpa harus menghitung depresiasi pada
tahun-tahun sebelumnya. Rumus untuk nilai buku adalah :
t ( N – t/2 + 0,5 )
BV = P - ------------------------ ( P –S )
SOYD
Tingkat depresiasi akan menurun tiap tahun. Tingkat depresiasi yang terjadi pada tahun
ket,
dt dihitung dengan rumus :
N–t+1
dt = --------------
SOYD
Dengan menggunakan data dan pertanyaan pada contoh soal 1 , maka dengan metode
jumlah digit tahun dapat diselesaikan sebagai berikut :
a. Jumlah digit tahun = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
Besarnya depresiasi pada tahun pertama :
N–t+1
Dt = ---------------- ( P – S )
SOYD
5–1+1
D1 = --------------- ( 75 – 20 ) = Rp. 18,333 juta
15
5–2+1
D2 = ---------------- ( 75 – 20 ) = Rp. 14,667 juta
15
D3 = 3/15 . 55 = Rp. 11 juta
D4 = 2/15 . 55 = Rp. 7,333 juta
D5 = 1/15 . 55 = Rp. 3,667 juta
52
b. Tabel depresiasi dan nilai buku
Akhir tahun Deprisiasi tahun Nilai buku
0 0 75,000 juta
1 18,333 56,667 juta
2 14,667 42,000 juta
3 11,000 31,000 juta
4 7,333 23,667 juta
5 3,667 20,000 juta
Atau nilai buku pada tahun pertama dapat dihitung dengan rumus:
t ( N – t/2 + 0,5 )
BV = P - ---------------------- ( P – S )
SOYD
1 ( 5 – ½ + 0,5 )
= 75 - ------------------- ( 75 – 20 ) = Rp. 56,667
15
c. Grafik yang menujukkan nilai hubungan buku terhadap waktu
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 tahun
BV
(juta)
53
5.3 Metode Keseimbangan Menurun (Declining Balance / DB)
Seperti halnya metode jumlah digit tahun, metode keseimbangan menurun juga
menyusutkan nilai suatu aset lebih cepat pada tahun-tahun awal dan secara progresif
menurun pada tahun-tahun selanjutnya. Metode ini bisa dipakai bila umur aset lebih dari 3
tahun. Besarnya depresiasi pada tahun tertentu dihitung dengan mengalihkan suatu
persentase tetap dari nilai buku aset tersebut pada akhir tahun sebelumnya.
Dengan demikian maka besarnya beban depresiasi pada tahun ke-t adalah :
Dt = dBVt-1
dimana :
d = tingkat depresiasi yang ditetapkan
BVt-1 = nilai buku aset pada akhir tahun sebelumnya (t-1)
Nilai buku pada akhir tahun ke-t akan menjadi :
BVt = BVt-1 - Dt
Persentase maksimum yang diperbolehkan dipakai pada metode DB adalah 200% dari
tingkat depresiasi garis lurus. Jadi, bila metode garis lurus mendepresiasi suatu aset dengan
tingkat 1/N tiap tahunnya maka persentase tetap maksimum yang diperbolehkan dipakai
model DB adalah 2/N. Bila suatu perusahaan menggunakan batas maksimum ini maka
metode DB secara spesifik dinamakan metode DDB (Double Declining Balance).
Contoh
Selesaikan kembali soal diatas dengan metode DDB.
Solusi
Dengan menggunakan DDB maka tingkat depresiasi yang dipakai adalah 200% dari
tingkat
depresiasi dengan garis lurus. Metode garis lurus pada soal tersebut menggunakan tingkat
depresiasi 1/N = 1/6. Dengan demikian maka tingkat depresiasi yang digunakan pada
metode DDB disini adalah 1/3.
Depresiasi pada tahun pertama didapat dari :
D1 = d x BV0 = d x P
= 1/3 x Rp. 39 juta = Rp. 13 juta
54
Nilai buku pada akhir tahun pertama :
BV1 = BV0 – D1 = P – D1
= Rp. 39 juta – Rp. 13 juta
= Rp. 26 juta
Selanjutnya hasil-hasil perhitungannya terlihat pada tabel
Tabel Jadual Depresiasi dengan Metode DDB
Akhir Tahun Depresiasi Tahun
(Rupiah)
Nilai Buku Akhir Tahun
(Rupiah)
0 0 39,00 juta
1 1/3 x 39,00 jt = 13.00 juta 26,00 juta
2 1/3 x 26,00 jt = 8.67 juta 17,33 juta
3 1/3 x 17,33 jt = 5,77 juta 11,56 juta
4 1/3 x 11,56 jt = 3,85 juta 7,71 juta
5 1/3 x 7,71 jt = 2,57 juta 5,14 juta
6 1/3 x 5,14 jt = 1,71 juta 3,43 juta
Tampak pada tabel bahwa nilai buku aset pada akhir umur depresiasinya lebih besar dari
nilai sisa yang ditetapkan. Oleh karenanya besarnya depresiasi pada tahun ke-6 harus
disesuaikan sedemikian rupa sehingga nilai buku pada akhir tahun ke-6 adalah Rp. 3 juta.
Dengan demikian maka besarnya depresiasi pada tahun ke-6 bukannya Rp. 1,71 juta, tetapi
Rp. 2,14 juta.
55
Kesimpulan
Depresiasi adalah
Penurunan nilai suatu property atau asset karena waktu pemakaian.
Depresiasi merupakan beban tahunan yang ditujukan untuk menutupi nilai investasi awal
dikurangi nilai sisa selama masa ekonomis.
Faktor penyebab terjadinya depresiasi :
1. Kerusakan fisik karena pemakaian
2. Kebutuhan produksi yang lebih baru dan lebih besar
3. Penurunan kebutuhan produksi atau jasa
4. Menjadi usang karena perkembangan teknologi
5. Penemuan baru yang lebih ok
Besar depresiasi tahunan yang dikenakan tergantung :
1. Biaya investasi
2. Tanggal pemakaian awal
3. Esatimasi masa pakai
4. Nilai sisa
5. Metode depresiasi yang digunakan
Syarat bisa dilakukan depresiasi :
1. Harus digunakan untuk mendapatkan hasil dan bisa menjadi usangkarena alamiah.
2. Umur ekonomis bisa dihitung dan lebih dari satu tahun
Depresiasi vs Pajak
Depresiasi mempengaruhi pajak sehingga besarnya dihitung sedemikian sehingga pajak
yang harus dibayar bisa minimum
Depresiasi merupakan pengeluaran bukan tunai yang mempengaruhi aliran kas melalui
pajak pendapatan.
Depresiasi diperhitungkan untuk mendapat :
1. Pengambilan modal yang telah diinvestasikan pada property
2. Estimasi nilai (jual) dari asset yang didepresiasi
3. Depresiasi max yang diperbolehkn UU pajak
Data untuk melakukan Depresiasi :
1. Biaya awal (harga beli, Biaya pengiriman, Biaya instalasi).
2. Umur ekonomis (umur suatu asset/ property yang masih produktif
3. Nilai sisa (nilai perkiraan suatu asset pada akhir umur Depresiasinya) = nilai jual =
Biaya pemindahan.
Istilah – Istilah
56
Nilai Buku (Book value) :
Nilai investasi – total nilai depresiasi sampai saat itu.
Nilai Jual :
Jumlah uang bisa diperoleh bila asset tersebut dijual kepasar bebas. (perlu
diperhitungkan untuk pengambilan keputtusan).
Nilai buku ≠ nilai jual
EX : tanah (harga jual naik dimana nilai bukunya turun karena depresiasi).
Nilai Pasar (market value) :
Harga yang akan dibayar oleh pembeli kepada penjual tanpa ada keterpaksaan.
Nilai pakai (Use value) :
Nilai seberapa berharganya suatu barang bagi pemilik sebagai barang yang
dipergunakan.
Nilai sisa (salvage value) :
Harga yang masih bisa diperoleh pada masa akhir layan (dengan analisa termasuk
biaya pemindahan/ biaya pembongkaran.
Metode – Metode Depresiasi
Straight Line (SL) – Garis Lurus
Sum of The Years Digit (SOYD) – jumlah digit tahunan
Declining Balance (DB) – keseimbangan menurun
Sinking Fun (SF) – Dana Sinking
Service Output (SO) – unit prodiksi
Straight Line (SL) – Garis Lurus
Dasar :
Berkurangnya nilai suatu asset berlangsung secara linier proporsional terhadap
waktu atau umur dari asset tersebut.
Depresiasi tiap tahun :
dt = besra depresiasi pada tahun t
P = Biaya awal asset
S = nilai sisa asset
57
N = masa pakai (umur) dalam tahun
Depresiasi kumulatif (Dt)
Nilai Buku : BVt = P – t Dt
=
Dt = depresiasi kumulatif sampai tahun ke-t
BVt = nilai buku ditahun ke-t
t = tahun ke ( 0 ≥ N)
Tingkat depresiasi (rate of depreciation)
d = 1/N tiap tahun sama besar
Sum Of The Years Digit (SOYD) – Jumlah Digit Tahunan
Mengembangkan depresiasi lebih besar pada tahun awal semakin kecil pada
tahun berikutnya
Membebankan depresiasi yang lebih cepat dari SL
Kaitan dengan pembayaran pajak ok!
SOYD - - - - dimulai dari jumlah digit tahun 1 s/d N
dt =
N=
Tingkat depresiasi menurun tiap tahun sehingga tingkat depresiasi yang terjadi pada tahun
ke- t :
Declining Balance (DB) – Keseimbangan Menurun
Kadang disebut Constant Percentage Method atau Matheson Formula
Dasar :
Depresiasi pada suatu tahun adalah persentase nilai buku pada awal tahun tersebut.
(persentase tetap selama umur asset)
Menyusut lebih sepat pada tahun – tahun awal selanjutnya semakin menurun.
Besar depresiasi tahun ke-t :
dt = d. BVt-1 d = tingkat depresiasi yang ditetapkan
BVt-1 = nilai buku asset diakhir tahun sebelumnya (t-1)
Nilai buku tahun ke-t
BVt = BVt-1 – Dt
= BVt-1 – d. BVt-1
58
= BVt-1 (1 – d)
Dt = d (1 – d)t-1. P
BVt-1 = (1 – d)t . P
Kadang diinginkan jawaban kapan suatu asset akan mencapai nilai buku tertentu
Nilai buku suatu asset (BVt) = nilai (F) setelah t tahun
Atau untuk tingkat depresiasi tahun itu
d=
Double Declining Balance (DDB)
Prosentase max DB dibandingkan dengan SL = 200%
Mendepresiasi asset dengan cara yang sama dengan DB namun tingkat depresiasi
dua kali dari SL
Jika SL didepresiasi dengan tingkat 1/N maka DB= 2/N sehingga disebut Double
Declining Balance (DDB).
Sinking Fund (SF) – Dana Sinking
Dasar:
Penurunan nilai suatu asset semakin cepat dari suatu saat ke saat berikutnya akibat
diikutsertakannya time value of money sehingga depresiasi meningkat seiring
dengan tingkat bunga yang berlaku.
Depresiasi lebih kecil pada awal – awal tahun --􀃆 tidak menguntungkan apabila ditinjau
dari segi pajak
A= (P – S) (A/F, i%, N) A = jumlah dari nilai patokan depresiasi (A) dengan bunga
yang dihasilkan.
Depresiasi ketahun ke-t
dt = (P – S) (A/F, i%, N) (F/P, i%, t-1)
Dt = BVt-1 - BVt
BVt = P – A (F/A, i%, t)
= P – (P – S) (A/F, i%, N) (F/P, i%, t)
Service Output (SO) – unit Produksi
Dasar :
Depresiasi diperhitungkan berdasar hasil yang diperoleh dibanding total hasil yang
diperkirakan akan diperoleh selama umur proyek.
Tergantung intensitas pemakaiannya dibandingkan dengan lamanya alat tersebut
dimiliki.
59
Depresiasi diperhitungkan sama untuk tiap satuan output tanpa memperhitungkan
berapa lama output dicapai.
Prinsip unit produksi bisa dinyatakan dalam :
1. Output produksi
2. Hasil Operasi
3. Proyeksi pendapatan
dt =
BVt = PDimana
:
Ut = Jumlah unit produksi selama tahun t
U = total unit produksi selama masa pakainya
P – S = jumlah yang didepresiasi
Kombinasi Metode Depresiasi
Langkah penggantian model depresiasi :
1. Penggantian pada tahun ke-t --- jika dengan model depresiasi yang baru menghasilkan
nilai lebih besar
Dt* = max [dte , dtn]
dimana : dt* = metode depresiasi yang dipilih pada periode ke-t
dte = metode depresiasi lama (yang akan diganti)
dtn = metode depresiasi baru (pengganti)
2. Nilai buku asset > nilai sisa yang ditentukan awal periode atau saat pembelian asset.
3. Nilai buku yang belum terdepresiasi --- sebagai dasar menghitung dt pada saat
penggantian dilakukan.
4. Hanya sekali penggantian selama umur depresiasi asset.
PERBANDINGAN METODE DEPRESIASI
Kesimpulan :
SL : Nilai buku suatu asset menurun dengan kec tetap
DB/DDB : Menguntungkan ditinjau dari pembayaran pajak (awal besar – akhir kecil.
SOYD : = DB/DDB
UP : Pola depresiasi jelas tergantung pada penjadwalan produksi, bukan masa
pakai. (bisa mempercepat bisa memperlambat depresiasi).

Anda mungkin juga menyukai