Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

INFERENSI ATAU KESIMPULAN DEDUKTIF

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah: Logika dan Penalaran Hukum

Dosen Pengampu: DR. Siti Qomariyah, MA

Disusun oleh:

1. Aditya Saputra 1120012


2. Ade Apriyani 1120013
3. Elok Hidayah 1120014

Kelas : A

Kelompok 4

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H ABDURAHMAN WAHID


PEKALONGAN

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan karunia-Nya


sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini pada waktunya yang berjudul
“Inferensi atau Kesimpulan Deduktif” dengan baik tanpa suatu halangan yang
berarti.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita


Nabi Muhammad Saw. Beserta keluarganya dan para sahabat. Kami ucapkan
terima kasih kepada Ibu DR. Siti Qomariyah, MA selaku dosen pengampu mata
kuliah Logika dan Penalaran Hukum yang senantiasa membimbing, mengarahkan,
serta memberikan ilmunya kepada kami semua. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan yang telah mendukung dan membantu dalam
mengumpulkan sumber atau referensi dalam penyusunan makalah ini.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Logika dan Penalaran Hukum.
Makalah ini memuat informasi mengenai Inferensi Deduktif. Kami selaku
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami menyampaikan
terima kasih pada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Pekalongan, 6 April 2023

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I...................................................................................................................................

PENDAHULUAN...............................................................................................................

A. LATAR
BELAKANG....................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................4

C. TUJUAN.........................................................................................................5

BAB
II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN.....................................................................................................6

1. Pengertian Inferensi Deduktif…………………………..……..…………6


2. Validitas Inferensi Deduktif.......................................................................7
3. Ragam Metode Inferensi Deduktif............................................................8
4. Natijah dan Kaidahnya...............................................................................

BAB III..............................................................................................................................

PENUTUP.........................................................................................................................

A. KESIMPULAN......................................................................................................

B. SARAN...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak peristiwa yang terjadi baik
dari hal yang umum sampai hal yang jarang terjadi. Peristiwa atau hal-hal
yang belum dapat dilakukan dipastikan kebenarannya. Setiap orang
memiliki persepsi yang berbeda-beda, apa yang menurut si A benar, belum
tentu menurut si B benar. Kita sebagai manusia dituntut untuk dapat
menarik sebuah simpulan dari hal-hal yang ada dan membuktikan apakah
itu benar ataupun salah. Hal-hal yang terjadi dapat kita jadikan sebagai
data atau fakta. Data atau fakta boleh benar dan boleh tidak benar.
Kegiatan menarik kesimpulan dari data atau fakta yang ada dinamakan
penalaran. (Penalaran= Inferensi).
Untuk memperoleh suatu kesimpulan digunakan dua jenis
penalaran. Penalaran dibagi menjadi dua yaitu penalaran deduktif dan
penalaran induktif. Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan
berdasarkan aturan yang disepakati. Sedangkan penalaran induktif adalah
penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau khusus berdasarkan data
yang teramati. Dari apa yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa
penalaran deduktif maupun induktif keduanya merupakan proses berpikir
siswa dalam menarik kesimpulan. Dalam penggunaannya, penalaran
deduktif dan induktif saling mengisi dan selalu berdampingan.
Dengan demikian untuk mendapatkan suatu simpulan, kedua
penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama. Namun penulis
akan membahas mengenai intervensi deduktif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Inferensi Deduktif?
2. Bagaimana Validitas Inferensi Deduktif?
3. Apa saja Ragam Metode Inferensi Deduktif?

4
4. Bagaimana Natijah dan Kaidahnya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Inferensi deduktif
2. Untuk mengetahui validitas inferensi deduktif
3. Untuk mengetahui ragam metode inferensi deduktif
4. Untuk mengetahui natijah dan kaidahnya

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Inferensi Deduktif


Kata inferensi berasal dari bahasa Inggris inference artinya penyimpulan.
Penyimpulan diartikan sebagai proses membuat kesimpulan (conclusion).
Dengan demikian, inferensi dapat didefinisikan sebagai suatu proses penarikan
konklusi dari satu atau lebih proposisi (keputusan). 1 Erat hubungannya dengan
penjelasan itu, inferensi berarti pula sebagai cara kerja logika (kegiatan
berpikir) yang ke-3 setelah memberikan pengartian dan membuat keputusan.2
Inferensi merupakan sebuah pekerjaan bagai pendengar (pembaca) yang
selalu terlibat dalam tindak tutur selalu harus siap dilaksanakan ialah inferensi.
Inferensi dilakukan untuk sampai pada suatu penafsiran makna tentang
ungkapan-ungkapan yang diterima dan pembicara atau penulis. Dalam
keadaan bagaimanapun seorang pendengar (pembaca) mengatakan inferensi.
Pengertian inferensi yang umum ialah proses yang harus dilakukan pembaca
(pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang apa yang ditulis (diucapkan)
sampai pada yang diinginkan oleh seorang penulis (pembicara).
Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau
pembaca karena dia tidak mengetahui; apa makna yang sebenarnya yang
dimaksudkan oleh pembicara atau penulis. Karena jalan pikiran pembicara
mungkin saja berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja
kesimpulan benar meleset atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini terjadi
maka pendengar harus membuat inferensi lagi. Inferensi terjadi jika proses
yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca untuk memahami makna
yang secara harfiah tidak terdapat pada tuturan yang diungkapkan oleh
1
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Logika, Op cit: 40. Berbeda dengan B. Arief Sidharta,
yang mengungkapkan bahwa Inferensi adalah: Tindakan akal budi yang berupa
memunculkan sebuah proposisi yang dinamakan kesimpulan dari atau berdasarkan
Proposisi-proposisi anteseden (premis atau premis-premis). Lihat dalam: B. Arief
Sidharta, Pengantar Logika, Op cit: 41.
2
Alex Lanur, menjelaskan bahwa penyimpulan disebut sebagai kegiatan manusia yang
tertentu, dalam dan dengan kegiatan tersebut ia bergerak menuju ke pengetahuan yang
baru, dari pengetahuan yang telah dimilikinya dan berdasarkan pengetahuan yang telah
dimiliknya. Lihat Alex Lanur, Logika Selayang Pandang, Op cit: 38

6
pembicara atau penulis. Pendengar atau pembaca dituntut untuk mampu
memahami informasi (maksud) pembicara atau penulis.
Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks
penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur.
Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan
oleh apa yang terkatakan.
Di dalam logika, proses penarikan konklusi dapat dilakukan melalui dua
cara. Cara dimaksud yakni, cara deduktif dan induktif. Mengingat dua cara
tersebut kemudian dikenal istilah inferensi deduktif dan inferensi induktif. Di
dalam wilayah kebahasaan kedua cara itu lazim disebut sebagai penalaran.
Dalam hal ini penalaran berarti proses mental telah mengembangkan pikiran
dari beberapa fakta atau prinsip (premis). Kata penalaran, berasal dari kata
nalar yang berarti aktivitas yang memungkinkan secara berpikir logis.
Berdasar Hal itulah kemudian pengertian inferensi identik dengan penalaran
(Inferensi= Penalaran) yang dalam wilayah kebahasaan lazim juga disebut
sebagai argumen.
B. Validitas Inferensi
Argumen adalah rangkaian pernyataan-pernyataan. Pernyataan terakh ir
disebut kesimpulan, sedangkan pernyataan sebelumnya disebut hipotesa atau
premis. Sebagai contoh:

}
P1
P2 Hipotesaatau Premis

Pn

∴q (kesimpulan)3

Hipotesa atau premis dan kesimpulan disebut argumen. Jika dari suatu
argumen semua hipotesanya benar dan kesimpulannya juga benar maka
dikatakan argumen tersebut valid. Sebaliknya jika hipotesa bernilai benar
dan kesimpulannya salah, makar komen tersebut tidak valid. Berikut

3
Rumusan ini dapat dilihat juga dalam: Mahmud Yunus, Pengantar Logika, ibid: 44.

7
diberikan tontonan untuk menentukan apakah suatu argumen dikatakan
valid dan invalid.

1. Tentukan hipotesa atau kesimpulan kalimat


2. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua hipotesa
dan kesimpulan
3. Tandai baris kritis, yaitu tadi siang nilai kebenaran hipotesa bernilai T
(benar)
4. Jika semua kesimpulan pada baris kritis tersebut bernilai benar maka
argumen bernilai valid. Jika ada kesimpulan pada baris kritis bernilai
salah maka dikatakan argumen invalid.

Contoh:
Tentukan apakah argumen berikut valid atau invalid.

p ∧(q ∨ r)
r
p ∧q

C. Ragam Metode Inferensi


Di dalam logika, proses penarikan konklusi dapat dilakukan
melalui dua cara. Cara dimaksud yakni, cara deduktif dan induktif.
Mengingat dua cara tersebut kemudian dikenal istilah inferensi deduktif
dan inferensi induktif. Di dalam wilayah kebahasaan (bukan wilayah akal
budi atau pemikiran) kedua cara itu lazim disebut sebagai penalaran.
Dalam hal ini penalaran berarti proses mental dalam mengembangkan
pikiran dari beberapa fakta atau prinsip (premis).4
Inferensi Induktif
Inferensi atau penarikan kesimpulan induktif merupakan proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus,
prosesnya disebut induksi. Penalaran induktif mungkin merupakan
4
Musa Darwin Pane & Sahat Maruli Tua Sutameang, Asas-asas Berpikir Dalam Logika Hukum,
(Bandung : Cakra, 2018), hlm. 143.

8
generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah
proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan
sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Di
dalam analogi kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala ditarik
berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan.
Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-
gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat.
Misalnya, kita punya fakta bahwa kambing punya mata, kucing
punya mata, demikian juga anjing dan berbagai binatang lainnya. Dari
kenyataan-kenyataan ini dapat kita tarik kesimpulan umum bahwa semua
binatang mempunyai mata.5
Inferensi Deduktif
Deduksi dimulai dengan suatu premis yaitu pernyataan dasar untuk
menarik kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan
dasar itu. Artinya apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara
tersirat telah ada di dalam pernyataan itu. Jadi sebenarnya proses deduksi
tidak menghasilkan suatu pengetahuan yang baru, melainkan pernyataan
kesimpulan yang konsisten dengan pernyataan dasarnya. Sebagai contoh.
kesimpulan-kesimpulan berikut sebenarnya adalah implikasi permintaan
“Bujur sangkar adalah segi empat yang sama sisi”.
1. Modus Ponens
Misal Hipotesis (antesenden) p pada implikasi p => q bernilai benar.
Agar proporsisi bersyarat p => q bernilai benar maka q harus bernilai
benar. Secara simbolik modus ponens dapat dinyatakan sebagai
berikut :6
p→q
p
∴q
Contoh : Jika suatu bilangan habis dibagi dua maka bilangan tersebut
adalah bilangan genap.

5
Ibid., hlm. 148.
6
Muhammad Rakhmat, Logika Dasar, (Bandung : LoGoz Publishing, 2013), Hlm. 85.

9
suatu bilangan habisdibagi dua
bilangantersebut adalah bilangan genap
2. Modus Tollens
Modus Tollens mirip dengan modus ponens. Perbedaannya terletak
pada hipotesa kedua dan kesimpulan. Hipotesa kedua merupakan
negasi dari masing – masing proporsisi pada hipotesa pertama.
Dalam bentuk symbol modus Tollens ditulis sebagai berikut :7
p→q
q
∴p
Contoh : Jika suatu zat cair maka zat tersebut dapat mengalir.
suatu zat tidak dapat mengalir
zat tersebut bukan zat cair
3. Penambahan Disjungtif
Bentuk umum penambahan disjungtif adalah sebagai berikut :
p
∴ p ∨q

q
p∨q
Contoh :
Dani menguasai bahasa pascal
Dani menguasai bahasa pascal atau Basic
4. Penyederhanaan Konjungtif
Bentuk umum penyederhanaan konjungtif adalah sebagai berikut :8
p∧q
∴p

p∧q
∴q
Contoh :

7
Ibid., hlm. 86.
8
Ibid., hlm. 87.

10
Dani menguasai bahasa pascal dan Basic
Dani menguasai bahasa pascal

11
12
D. Mekanisme penyelesaian praktik dan contempt of court?
1.

E. Contoh kasus praktik dan contempt of court

BAB III

PENUTUP

13
A. Kesimpulan

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna maka
dari itu diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritikan dan masukan
apabila ada kesalahan untuk perbaikan makalah dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

14
15

Anda mungkin juga menyukai