Makalah Kel. 4 Logika
Makalah Kel. 4 Logika
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah: Logika dan Penalaran Hukum
Disusun oleh:
Kelas : A
Kelompok 4
FAKULTAS SYARIAH
2023
1
KATA PENGANTAR
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Logika dan Penalaran Hukum.
Makalah ini memuat informasi mengenai Inferensi Deduktif. Kami selaku
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami menyampaikan
terima kasih pada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I...................................................................................................................................
PENDAHULUAN...............................................................................................................
A. LATAR
BELAKANG....................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................4
C. TUJUAN.........................................................................................................5
BAB
II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
BAB III..............................................................................................................................
PENUTUP.........................................................................................................................
A. KESIMPULAN......................................................................................................
B. SARAN...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak peristiwa yang terjadi baik
dari hal yang umum sampai hal yang jarang terjadi. Peristiwa atau hal-hal
yang belum dapat dilakukan dipastikan kebenarannya. Setiap orang
memiliki persepsi yang berbeda-beda, apa yang menurut si A benar, belum
tentu menurut si B benar. Kita sebagai manusia dituntut untuk dapat
menarik sebuah simpulan dari hal-hal yang ada dan membuktikan apakah
itu benar ataupun salah. Hal-hal yang terjadi dapat kita jadikan sebagai
data atau fakta. Data atau fakta boleh benar dan boleh tidak benar.
Kegiatan menarik kesimpulan dari data atau fakta yang ada dinamakan
penalaran. (Penalaran= Inferensi).
Untuk memperoleh suatu kesimpulan digunakan dua jenis
penalaran. Penalaran dibagi menjadi dua yaitu penalaran deduktif dan
penalaran induktif. Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan
berdasarkan aturan yang disepakati. Sedangkan penalaran induktif adalah
penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau khusus berdasarkan data
yang teramati. Dari apa yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa
penalaran deduktif maupun induktif keduanya merupakan proses berpikir
siswa dalam menarik kesimpulan. Dalam penggunaannya, penalaran
deduktif dan induktif saling mengisi dan selalu berdampingan.
Dengan demikian untuk mendapatkan suatu simpulan, kedua
penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama. Namun penulis
akan membahas mengenai intervensi deduktif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Inferensi Deduktif?
2. Bagaimana Validitas Inferensi Deduktif?
3. Apa saja Ragam Metode Inferensi Deduktif?
4
4. Bagaimana Natijah dan Kaidahnya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Inferensi deduktif
2. Untuk mengetahui validitas inferensi deduktif
3. Untuk mengetahui ragam metode inferensi deduktif
4. Untuk mengetahui natijah dan kaidahnya
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
pembicara atau penulis. Pendengar atau pembaca dituntut untuk mampu
memahami informasi (maksud) pembicara atau penulis.
Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks
penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur.
Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan
oleh apa yang terkatakan.
Di dalam logika, proses penarikan konklusi dapat dilakukan melalui dua
cara. Cara dimaksud yakni, cara deduktif dan induktif. Mengingat dua cara
tersebut kemudian dikenal istilah inferensi deduktif dan inferensi induktif. Di
dalam wilayah kebahasaan kedua cara itu lazim disebut sebagai penalaran.
Dalam hal ini penalaran berarti proses mental telah mengembangkan pikiran
dari beberapa fakta atau prinsip (premis). Kata penalaran, berasal dari kata
nalar yang berarti aktivitas yang memungkinkan secara berpikir logis.
Berdasar Hal itulah kemudian pengertian inferensi identik dengan penalaran
(Inferensi= Penalaran) yang dalam wilayah kebahasaan lazim juga disebut
sebagai argumen.
B. Validitas Inferensi
Argumen adalah rangkaian pernyataan-pernyataan. Pernyataan terakh ir
disebut kesimpulan, sedangkan pernyataan sebelumnya disebut hipotesa atau
premis. Sebagai contoh:
}
P1
P2 Hipotesaatau Premis
…
Pn
∴q (kesimpulan)3
Hipotesa atau premis dan kesimpulan disebut argumen. Jika dari suatu
argumen semua hipotesanya benar dan kesimpulannya juga benar maka
dikatakan argumen tersebut valid. Sebaliknya jika hipotesa bernilai benar
dan kesimpulannya salah, makar komen tersebut tidak valid. Berikut
3
Rumusan ini dapat dilihat juga dalam: Mahmud Yunus, Pengantar Logika, ibid: 44.
7
diberikan tontonan untuk menentukan apakah suatu argumen dikatakan
valid dan invalid.
Contoh:
Tentukan apakah argumen berikut valid atau invalid.
p ∧(q ∨ r)
r
p ∧q
8
generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah
proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan
sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Di
dalam analogi kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala ditarik
berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan.
Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-
gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat.
Misalnya, kita punya fakta bahwa kambing punya mata, kucing
punya mata, demikian juga anjing dan berbagai binatang lainnya. Dari
kenyataan-kenyataan ini dapat kita tarik kesimpulan umum bahwa semua
binatang mempunyai mata.5
Inferensi Deduktif
Deduksi dimulai dengan suatu premis yaitu pernyataan dasar untuk
menarik kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan
dasar itu. Artinya apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara
tersirat telah ada di dalam pernyataan itu. Jadi sebenarnya proses deduksi
tidak menghasilkan suatu pengetahuan yang baru, melainkan pernyataan
kesimpulan yang konsisten dengan pernyataan dasarnya. Sebagai contoh.
kesimpulan-kesimpulan berikut sebenarnya adalah implikasi permintaan
“Bujur sangkar adalah segi empat yang sama sisi”.
1. Modus Ponens
Misal Hipotesis (antesenden) p pada implikasi p => q bernilai benar.
Agar proporsisi bersyarat p => q bernilai benar maka q harus bernilai
benar. Secara simbolik modus ponens dapat dinyatakan sebagai
berikut :6
p→q
p
∴q
Contoh : Jika suatu bilangan habis dibagi dua maka bilangan tersebut
adalah bilangan genap.
5
Ibid., hlm. 148.
6
Muhammad Rakhmat, Logika Dasar, (Bandung : LoGoz Publishing, 2013), Hlm. 85.
9
suatu bilangan habisdibagi dua
bilangantersebut adalah bilangan genap
2. Modus Tollens
Modus Tollens mirip dengan modus ponens. Perbedaannya terletak
pada hipotesa kedua dan kesimpulan. Hipotesa kedua merupakan
negasi dari masing – masing proporsisi pada hipotesa pertama.
Dalam bentuk symbol modus Tollens ditulis sebagai berikut :7
p→q
q
∴p
Contoh : Jika suatu zat cair maka zat tersebut dapat mengalir.
suatu zat tidak dapat mengalir
zat tersebut bukan zat cair
3. Penambahan Disjungtif
Bentuk umum penambahan disjungtif adalah sebagai berikut :
p
∴ p ∨q
q
p∨q
Contoh :
Dani menguasai bahasa pascal
Dani menguasai bahasa pascal atau Basic
4. Penyederhanaan Konjungtif
Bentuk umum penyederhanaan konjungtif adalah sebagai berikut :8
p∧q
∴p
p∧q
∴q
Contoh :
7
Ibid., hlm. 86.
8
Ibid., hlm. 87.
10
Dani menguasai bahasa pascal dan Basic
Dani menguasai bahasa pascal
11
12
D. Mekanisme penyelesaian praktik dan contempt of court?
1.
BAB III
PENUTUP
13
A. Kesimpulan
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna maka
dari itu diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritikan dan masukan
apabila ada kesalahan untuk perbaikan makalah dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
14
15