Anda di halaman 1dari 93

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

NOMOR 11 TAHUN 2019

TENTANG

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH

TAHUN 2019-2050

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat


(2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang
Energi, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Rencana Umum Energi Daerah Tahun 2019-2050;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang


Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19
Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan
Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1646);

3. Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang


Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4746);
-2-

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234;

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009


tentang Konservasi Energi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 171,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5083);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014


tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
300, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5609);

8. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2014 tentang


Pedoman Penyusunan Rencana Umum Energi
Nasional;

9. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang


Rencana Umum Energi Nasional;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun


2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah, sebagaimana telah diubah dengan
-3-

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun


2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah;

11. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor


13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012-
2032 (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2012 Nomor 13, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 79);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI SUMATERA BARAT

dan

GUBERNUR SUMATERA BARAT

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA UMUM


ENERGI DAERAH TAHUN 2019-2050.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Barat.

2. Pemerintah adalah pemerintah pusat.

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera


Barat.

4. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat.


-4-

5. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral yang selanjutnya disebut


Dinas adalah Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Barat yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi.

6. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat


berupa panas, cahaya, mekanika, kimia dan elektromagnetika.

7. Rencana Umum Energi Nasional, yang selanjutnya disingkat RUEN


adalah kebijakan Pemerintah Pusat mengenai rencana pengelolaan
energi tingkat nasional yang merupakan penjabaran dan rencana
pelaksanaan Kebijakan Energi Nasional yang bersifat lintas sektor
untuk mencapai sasaran Kebijakan Energi Nasional.

8. Rencana Umum Energi Daerah yang selanjutnya disingkat RUED


adalah kebijakan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengenai
rencana pengelolaan energi tingkat provinsi yang merupakan
penjabaran dan rencana pelaksanaan Rencana Umum Energi
Nasional yang bersifat lintas sektor untuk mencapai sasaran
Rencana Umum Energi Nasional.

9. Energi Baru adalah energi yang berasal dari sumber energi baru.

10. Energi Terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber energi
terbarukan.

11. Bauran energi adalah energi primer gabungan yang terdiri dari
minyak bumi, gas bumi, batubara dan energi baru terbarukan baik
dari sisi demand (pengguna energi) maupun supply (penyedia
energi).

12. Pihak Lainnya adalah perseorangan, badan usaha yang berbadan


hukum dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 2
Maksud Peraturan Daerah ini sebagai pedoman untuk:
a. Perangkat Daerah untuk menyusun dokumen rencana strategis dan
untuk melaksanakan koordinasi perencanaan energi lintas sektor;
dan
b. masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan
daerah di Bidang Energi.
-5-

Pasal 3
Tujuan Peraturan Daerah ini untuk:
a. memberikan pedoman perencanaan energi di Daerah;
b. mewujudkan pengelolaan, pemanfaatan, dan pengembangan energi
secara mandiri;
c. memenuhi kebutuhan energi di Daerah;
d. menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam meyusun rencana
pembangunan daerah di bidang Energi ;dan
e. pedoman bagi Perangkat Daerah dalam menyusun rencana
strategis dan rencana kerja.

BAB II

DOKUMEN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH

Pasal 4

(1) RUED merupakan dokumen perencanaan energi di Daerah.

(2) RUED sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:


a. pendahuluan;
b. kondisi energi Daerah saat ini dan masa mendatang;
c. visi, misi, tujuan dan sasaran energi Daerah;
d. kebijakan dan strategi pengelolaan energi Daerah; dan
e. penutup.

(3) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat Bauran


Energi dengan target sebesar 51,7% sampai tahun 2025 dan sebesar
70,9% sampai tahun 2050.

(4) RUED sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam


Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

BAB III

PELAKSANAAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH

Pasal 5
(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
program RUED.
-6-

(2) Pelaksanaan RUED dilakukan oleh Perangkat Daerah.

Pasal 6

(1) Pelaksanaan RUED sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 diuraikan


dalam bentuk matrik program.

(2) Matrik program RUED sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diprioritaskan terhadap Energi Baru dan Energi Terbarukan.

(3) Matrik program RUED sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dilaksanakan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pihak
Ketiga.

(4) Matrik program RUED sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 7

Pemerintah Daerah melakukan fasilitasi dalam rangka pelaksanaan


RUED yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah kabupaten/kota
dan Pihak Lainnya.

BAB IV

JANGKA WAKTU

Pasal 8

(1) RUED berlaku sampai dengan tahun 2050.

(2) RUED sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali
sekali 5 (lima) tahun.

(3) RUED sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali
sebelum 5 (lima) tahun dalam hal:

a. RUEN mengalami perubahan mendasar; dan/atau

b. perubahan lingkungan strategis antara lain perubahan indikator


perencanaan energi baik di tingkat daerah dan nasional.
-7-

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 9

(1) Gubernur melalui Dinas melakukan pembinaan dan pengawasan


terhadap pelaksanaan RUED.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :


a. sosialisasi;
b. koordinasi dan konsultasi;dan
c. bimbingan teknis.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam


bentuk monitoring dan evaluasi.

(4) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dapat mengikutsertakan
Perangkat Daerah.

BAB VI

KOMITE ENERGI DAERAH

Pasal 10

(1) Dalam melakukan pengawasan pelaksanaan RUED, Gubernur


dapat membentuk Komite Energi Daerah.

(2) Keanggotaan Komite Energi Daerah sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) terdiri dari unsur :

a. Pemerintah Daerah;

b. Perguruan Tinggi;

c. Asosiasi profesi; dan

d. Tokoh masyarakat.

(3) Komite Energi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
-8-

BAB VII

PEMBIAYAAN

Pasal 11

Pembiayaan dalam pelaksanaan RUED bersumber pada:


a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;dan
b. Sumber pembiayaan lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 12

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Provinsi Sumatera Barat.

Ditetapkan di Padang
pada tanggal 25 November 2019

Diundangkan di Padang
pada tanggal 25 November 2019

SEKRETARIS DAERAH

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2019


NOMOR 11.

NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TENTANG


RENCANA UMUM ENERGI DAERAH TAHUN 2019-2050: (11-379/2019).
-9-
-1-

LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT
NOMOR 11 TAHUN 2019
TENTANG RENCANA UMUM ENERGI DAERAH TAHUN 2019-2050

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH TAHUN 2019-2050

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketersediaan energi yang cukup dan handal merupakan salah satu


prasyarat untuk menjamin pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
berkelanjutan. Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) merupakan
kebijakan pemerintah pusat mengenai rencana pengelolaan energi
tingkat nasional yang merupakan penjabaran dan rencana pelaksanaan
Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang bersifat lintas sektor untuk
mencapai sasaran kebijakan energi nasional yang bertujuan untuk
mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi. Ketahanan energi
adalah suatu kondisi terjaminnya ketersediaan energi, akses
masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan perlindungan terhadap
lingkungan hidup. Sedangkan kemandirian energi adalah terjaminnya
ketersediaan energi dengan memanfaatkan semaksimal mungkin
potensi dari sumber daya dalam negeri.

Sebagai tindak lanjut RUEN yang merupakan amanat Undang-Undang


Nomor 30 Tahun 2007tentang Energi, maka diperlukan penyusunan
Rencana Umum Energi di tingkat provinsi. Hal tersebut juga dijabarkan
dalam Peraturan Presiden Nomor. 1 Tahun 2014 yang ditindaklanjuti
dengan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 bahwa Pemerintah
Provinsi menyusun Rencana Umum Energi Daerah (RUED) berdasarkan
RUEN yang harus mengakomodasi Kebijakan Pemerintah Provinsi
mengenai rencana pengelolaan energi dan merupakan penjabaran
rencana pelaksanaan kebijakan energi yang bersifat lintas sektor untuk
-2-

mencapai sasaran kebijakan energi di tingkat Provinsi dengan


mengutamakan pemanfaatan energi setempat.

Manajemen energi bertujuan untuk mengetahui permintaan dan


penyediaan energi daerah, sehingga manajemen energi perlu dibuat
sedini mungkin agar dapat mengantisipasi terjadinya krisis energi
akibat ketidakseimbangan antara permintaan dan penyediaan energi.
Adanya hal tersebut maka Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat
melalui OPD terkait perlu menyusun RUED (Rencana Umum Energi
Daerah) yang bertujuan untuk melaporkan kebutuhan akan
permintaan energi serta ketersediaan energi di alam untuk masa kini
dan masa mendatang. Sehingga apabila krisis energi benar terjadi maka
Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat mampu mengantisipasinya
semaksimal mungkin agar kebutuhan energi bagi masyarakat tetap
terjaga di masa kini dan mendatang. Pengelolaan energi pada masa kini
tentunya harus dibuat secara sistemik dan terperinci sehingga di masa
mendatang suatu daerah tidak perlu melakukan impor energi artinya
perlu dilakukan adanya kemandirian energi dan ketahanan energi pada
suatu daerah agar dapat tetap memenuhi kebutuhan energi bagi
seluruh masyarakatnya.

Provinsi Sumatera Barat memiliki wilayah seluas 42.297,30 km2 yang


lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masih ditutupi hutan
lindung serta garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan
Samudera Hindia sepanjang 2.420.357 km2 dengan luas perairan laut
186.580 km2. Ditinjau dari morfologi, wilayah Provinsi Sumatera Barat
memiliki 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota dengan
beberapa gunung berapi aktif, seperi Gunung Marapi, Gunung Tandikat
dan Gunung Talang. Sumatera Barat merupakan salah satu daerah
rawan gempa di Indonesia. Hal ini disebabkan karena letaknya yang
berada pada jalur patahan Semangko, tepat diantara pertemuan dua
lempeng benua besar, yaitu Eurasia dan Indo-Australia. Dengan kondisi
geografis seperti demikian, terdapat beberapa potensi energi di Provinsi
Sumatera Barat yang dapat dikembangkan, seperti panas bumi atau
energi air.

Pemenuhan energi di wilayah Provinsi Sumatera Barat saat ini belum


sepenuhnya merata. Kondisi ini merupakan salah satu contoh
-3-

permasalahan energi di provinsi Sumatera Barat. RUED Provinsi


Sumatera Barat diharapkan dapat menjadi acuan bagi sistem
pengelolaan energi daerah yang integral dalam mengatasi permasalahan
dan tantangan energi menuju ketahanan dan kemandirian energi di
Provinsi Sumatera Barat.

1.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penyusunan RUED Provinsi Sumatera Barat antara lain


adalah :

• Tahun dasar untuk penyusunan data penyediaan dan permintaan


energi di Provinsi Sumatera Barat adalah berdasarkan data tahun
dasar 2015 dan tahun akhir kajian hingga tahun akhir 2050.
Beberapa data menggunakan data harga konstan tahun 2010;
• Penyusunan RUED Provinsi Sumatera Barat dilakukan dalam
skenario Rencana Umum Energi Daerah (RUED);
• Skenario RUED merupakan skenario dimana diasumsikan bahwa
pertumbuhan konsumsi energi final akan berkurang dengan
menerapkan program konservasi dan efisiensi energi sesuai dengan
target Pemerintah dalam Kebijakan Energi Nasional. Skenario ini
juga meliputi perbaikan dalam efisiensi peralatan pada sektor
pengguna, sehingga diharapkan konsumsi energi final akan lebih
rendah dibandingkan dengan konsumsi pada skenario BAU. Dari sisi
penyediaan skenario ini juga mengikuti prinsip-prinsip yang telah
diamanatkan dalam RUEN misalnya meningkatkan penetrasi
pemanfatan EBT, mengoptimalkan pemanfaatan gas, meminimalkan
pemanfaatan minyak dan menjadikan batubara sebagai peyeimbang
pasokan.
• Sumber data untuk penyusunan RUED Provinsi Sumatera Barat ini
diantaranya berasal dari BPS Indonesia dan Provinsi Sumatera
Barat, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dinas Energi
dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Barat, PT Pertamina,
BPH Migas, PT PLN, Bappenas, Bappeda Provinsi Sumatera Barat,
serta pihak-pihak lain yang terkait.
-4-

1.3 Aspek Regulasi

Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah Provinsi Sumatera Barat


ini dilandasi aspek regulasi, perizinan dan perundang-undangan yang
terkait energi, diantaranya :

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional :
a. Keterkaitan dengan pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk
menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
wajib membuat Rencana Strategis (RENSTRA) oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang memuat Visi, Misi, Tujuan, Strategi,
Kebijakan, Program dan kegiatan pembangunan yang bersifat
indikatif.
b. Keterkaitan dalam Penjabaran Program pada RPJM Tahun 2014 -
2019 tersebut tertuang pada Program dan kebijakan Provinsi
Sumatera Barat melalui kegiatan lintas dinas/instansi yang
berkaitan dengan sektor energi.

2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, yang


didalamnya memuat :
a. Pasal 18 ayat (1) : “Pemerintah daerah menyusun Rencana Umum
Energi Daerah dengan mengacu pada Rencana Umum Energi
Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)”
b. Pasal 18 ayat (2) : “Rencana Umum Energi Daerah, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan daerah.”

3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan.

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan


Daerah; yang didalamnya memuat Pasal 14 ayat (1) :
“Penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehutanan,
kelautan, serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi.”

5. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi.


-5-

6. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi


Energi; yang didalamnya memuat :
a. Pasal 2 ayat (1) : “Konservasi energi nasional menjadi tanggung
jawab pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerah kabupaten/kota, pengusaha dan masyarakat.”
b. Pasal 5 : “Pemerintah daerah provinsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya
di wilayah provinsi yang bersangkutan untuk merumuskan dan
menetapkan kebijakan, strategi dan program konservasi energi.

7. Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi


Nasional.

8. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum


Energi Nasional; yang didalamnya memuat Pasal 1 ayat (2) :
“Rencana Umum Energi Daerah Provinsi yang selanjutnya disingkat
RUED-P adalah kebijakan pemerintah provinsi mengenai rencana
pengelolaan energi tingkat provinsi yang merupakan penjabaran dan
rencana pelaksanaan RUEN yang bersifat lintas sektor untuk
mencapai sasaran RUEN.”

9. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan/TPB; Lampiran Nomor VII : Menjamin
akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan dan modern
untuk semua.

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata
Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah.

11. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Barat
-6-

Tahun 2016–2021, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan


Daerah Nomor 1 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016–
2021.

12. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Ketenagalistrikan,


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2013 tentang Ketenagalistrikan.

1.4 Keterkaitan RUED dengan Perencanaan Pembangunan Daerah

Posisi dan keterkaitan RUEN, RUED dan Perencanaan pembangunan


dalam hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. RUED Provinsi merupakan penjabaran dari RUEN yang


mengakomodasi potensi dan permasalahan energi yang ada di
tingkat provinsi. RUEN menggunakan pendekatan yang bersifat Top
Down, dimana program dan kebijakan energi yang bersifat nasional,
harus diikuti dan dijabarkan oleh Pemerintah Provinsi dan menjadi
rujukan dalam perencanaan pembangunan daerah. Sedangkan
RUED dikembangkan dengan melibatkan proses Bottom Up
menyangkut usulan pembangunan energi dari tingkat bawah
(masyarakat) yang kemudian ditindaklanjuti ditingkat Provinsi yang
pada akhirnya menjadi masukan bagi pemutahiran RUEN.

b. RUED Provinsi merupakan penjabaran dari Peraturan Presiden


Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional,
dimana keduanya secara garis besar mencakup program pencapaian
sasaran Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 tentang
Kebijakan Energi Nasional untuk menjamin akses energi yang
terjangkau, andal, berkelanjutan dan modern untuk semua yang
merupakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/TPB dalam
Lampiran Nomor VII Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017
tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan.
-7-

c. Keterkaitan RTRW dan RUED Provinsi, dalam hal ini muatan


program dan kebijakan energi yang tertuang dalam RTRW yang
mengakomodasi potensi energi dan jaringan infrastruktur energi
yang direncanakan sampai dengan Tahun 2032 (RTRW Provinsi
Sumatera Barat 2012 – 2032) dan kemudian periode berikutnya
mengikuti rencana yang tertuang dalam RUED Provinsi Sumatera
Barat hingga tahun 2050.

Keterkaitan RUEN, RUED dan Perencanaan Lainnya dapat dilihat pada


Gambar 1.1 dan 1.2. berikut ini :

Gambar 1.1
Keterkaitan RUEN, RUED dan Perencanaan Lainnya – 1
-8-

Sumber : Dewan Energi Nasional


Gambar 1.2
Keterkaitan RUEN, RUED dan Perencanaan Lainnya-2

1.5. Istilah dalam RUED–P

Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014


tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Energi Nasional
dijelaskan mengenai pengertian RUEN dan RUED–P. Berikut
penjelasannya :
a. RUEN, adalah kebijakan Pemerintah mengenai rencana pengelolaan
energi tingkat nasional yang merupakan penjabaran dan rencana
pelaksanaan Kebijakan Energi Nasional yang bersifat lintas sektor
untuk mencapai sasaran Kebijakan Energi Nasional.
b. RUED–P, adalah kebijakan pemerintah provinsi mengenai rencana
pengelolaan energi tingkat provinsi yang merupakan penjabaran dan
rencana pelaksanaan RUEN yang bersifat lintas sektor untuk
mencapai sasaran RUEN.

Adapun beberapa singkatan yang terdapat dalam dokumen ini,


dijelaskan sebagai berikut :

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
-9-

Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BaU Business as Usual
BBM Bahan Bakar Minyak
BOPD Barrels of Oil Per Day
BPH Migas Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi
BPS Badan Pusat Statistik
BUMN Badan Usaha Milik Negara
DAK Dana Alokasi Khusus
DEN Dewan Energi Nasional
DJK Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
EBT Energi Baru Terbarukan
EBTKE Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
EOR Enhanced Oil Recovery
ESDM Energi dan Sumber Daya Mineral
GAPKI Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia
GDP Gross Domestic Product
HET Harga Eceran Tertinggi
KEN Kebijakan Energi Nasional
KESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
LEAP Long-range Energy Alternatives Planning
LPG Liquified Petroleum Gas
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MW Megawatt
PLN Perusahaan Listrik Negara
POME Palm Oil Mill Effluent
PDB Produk Domestik Bruto
PDRB Produk Domestik Regional Bruto
PTSP Pelayanan Terpadu Satu Pintu
RAD-GRK Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah
Kaca
Renstra Rencana Strategis
Renja Rencana Kerja
RKPD Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
- 10 -

RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah


RRR Reserve Replacement Ratio
RTRW Rencana Tata Ruang dan Wilayah
RUEN Rencana Umum Energi Nasional
RUED-P Rencana Umum Energi Daerah Provinsi
RUKN Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional
RUPTL Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
OPD Organisasi Perangkat Daerah
SUTT Saluran Udara Tegangan Tinggi
TOE Tonne Oil Equivalent
TPB Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

1.6 Sistematika RUED

Sistematika penulisan dokumen RUED adalah sebagai berikut :

BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Ruang Lingkup
1.3 Aspek Regulasi
1.4 Keterkaitan RUED Dengan Perencanaan Daerah
Lainnya
1.5 Istilah Dalam RUED
1.6 Sistematika RUED

BAB 2 Kondisi Energi Daerah dan Ekspektasi di Masa Mendatang


2.1 Isu dan Permasalahan Energi
2.2 Kondisi Energi Daerah Saat Ini
2.3 Kondisi Energi Daerah di Masa Mendatang

BAB 3 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pengelolaan Energi Daerah


3.1 Visi Energi Daerah
3.2 Misi Energi Daerah
3.3 Tujuan Energi Daerah
3.4 Sasaran Energi Daerah
- 11 -

BAB 4 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Energi Daerah


4.1 Kebijakan Energi Daerah
4.2 Strategi Energi Daerah
4.3 Kelembagaan Energi Daerah
4.4 Instrumen Kebijakan Energi Daerah

BAB 5 Penutup
- 12 -

BAB II
KONDISI ENERGI DAERAH DAN
EKSPEKTASI DI MASA MENDATANG

2.1 Isu dan Permasalahan Energi

Terdapat beberapa isu dan permasalahan terkait energi, baik itu di


tingkat nasional maupun di tingkat daerah di Provinsi Sumatera Barat
yang dapat diuraikan sebagai berikut :

2.1.1 Isu dan Permasalahan Energi Nasional

Isu dan permasalahan energi nasional yang diulas pada bagian ini
merupakan saduran langsung dari Lampiran Peraturan Presiden Nomor
22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional. Ulasan ini
ditujukan untuk memberikan gambaran isu dan permasalahan energi
nasional baik langsung maupun tidak langsung yang ada kaitannya
dengan isu, permasalahan dan potensi solusi energi di Sumatera Barat.

Energi di Indonesia masih menghadapi permasalahan kekurangan dan


krisis energi. Selain itu konsumsi energi di Indonesia masih didominasi
dari sektor energi fosil (minyak bumi 46%, gas 23% dan batubara 26%).
Berdasarkan RUEN pasokan energi primer di Indonesia mengalami
peningkatan dari 176,3 MTOE di tahun 2013 menjadi 196,6 MTOE di
tahun 2014, sedangkan konsumsi energi final di Indonesia ialah 125,6
MTOE pada 2013 menjadi 132,6 MTOE pada tahun 2014. Peningkatan
konsumsi energi final selain juga untuk kebutuhan energi di dalam
negeri juga masih terkendala oleh beberapa isu, misalnya tidak
meratanya akses listrik, kurangnya kilang minyak, kurangnya
pengembangan energi baru dan terbarukan dan sebagainya. Isu dan
permasalahan energi menurut RUEN dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Sumber Daya Energi Masih Diperlakukan Sebagai Komoditas


Yang Menjadi Sumber Devisa Negara, Belum Sebagai Modal
Pembangunan
Sumber daya energi saat ini masih menjadi komoditas andalan
untuk penerimaan negara, belum dimanfaatkan sebagai modal
- 13 -

pembangunan. Contoh yang mudah dianalisa ialah gas dan


batubara, saat ini Indonesia masih melakukan ekspor gas bumi
karena terikat dengan kewajiban kontrak jangka panjang dan tidak
mudah untuk dialihkan. Pendapatan atau devisa dari ekspor gas
masih digunakan sebagai andalan bagi penerimaan negara. Namun
disisi lain pemanfaatan gas bumi dalam negeri belum optimal
karena terbatasnya infrastruktur gas dan penyerapan konsumsi gas
dalam negeri yang rendah. Akibatnya produksi gas yang melimpah
disalurkan dengan ekspor dan menghasilkan devisa. Lebih lanjut
hal ini menyebabkan multiplier effect bagi ekonomi dalam negeri
terutama pengembangan industri, penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan nilai tambah belum maksimal.

Hal demikian juga terjadi untuk komoditas batubara. Total produksi


batubara nasional pada tahun 2015 ialah 461,6 juta ton, namun
pemanfaatan dalam negeri hanya 20,7% atau 95,8 juta ton, dimana
sebagian besar dimanfaatkan oleh pembangkit listrik. Selebihnya,
sekitar 79,3% produksi setara dengan 365,8 juta ton diekspor ke
berbagai negara. Hal ini menjadikan Indonesia menjadi negara
eksportir batubara terbesar di dunia, padahal cadangan batubara
Indonesia hanya 3,1% dari cadangan dunia (BP Statistical Review of
World Energy 2014). Tingginya ekspor batubara mengindikasikan
bahwa batubara masih menjadi sumber penghasil devisa. Untuk
mencapai tujuan RUEN dan KEN, produksi batubara perlu
dikendalikan, ekspornya dikurangi secara bertahap dan akan
dihentikan, serta pemanfaatan dalam negerinya ditingkatkan.
Begitu pula dengan gas bumi yang akan lebih dimanfaatkan untuk
kebutuhan dalam negeri.

Dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) menetapkan bahwa energi


merupakan modal pembangunan nasional, bukan lagi sebagai
penghasil devisa, namun hal tersebut belum sepenuhnya didukung
dalam peraturan perundang-undangan yang ada. Oleh karena itu,
dalam RUEN dijabarkan berbagai program dan kegiatan untuk
benar-benar mewujudkan energi sebagai modal pembangunan
melalui prioritas alokasi energi sebagai bahan bakar pembangkit
listrik dan sebagai bahan bakar atau bahan baku industri yang
- 14 -

mendukung peningkatan nilai tambah pembangunan nasional.

2. Penurunan Produksi dan Gejolak Harga Minyak dan Gas Bumi


Produksi minyak di Indonesia telah dilakukan sejak dahulu dan
Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak tertua di
dunia dengan cadangan yang relatif kecil dibandingkan dengan
kebutuhannya. Pada saat ini cadangan minyak bumi terbukti di
Indonesia hanya sekitar 0,2% dari cadangan dunia, yaitu berada di
kisaran 3,6 miliar barel. Sejak tahun 1995 produksi minyak bumi
Indonesia terus mengalami penurunan dari 1,6 juta barrel oil per
day (BOPD) menjadi hanya 786 ribu BOPD tahun 2015. Dalam 5
tahun terakhir, laju penemuan cadangan dibandingkan dengan
tingkat produksi atau Rasio Pemulihan Cadangan (Reserve
Replacement Ratio/RRR) hanya berkisar 65%. RRR ini tergolong
rendah dibandingkan dengan tingkat RRR ideal sebesar 100% yang
berarti setiap melakukan produksi sebesar 1 barel minyak, idealnya
harus menemukan cadangan sebesar 1 barel juga.

Rendahnya RRR dan penurunan produksi minyak dan gas bumi


disebabkan oleh sejumlah faktor, diantaranya rendahnya kegiatan
eksplorasi migas dan rendahnya tingkat keberhasilan eksplorasi
yang dilakukan oleh perusahaan minyak, minimnya keterlibatan
pemerintah langsung dalam kegiatan eksplorasi, maupun iklim
investasi migas yang kurang kondusif bagi pelaku usaha, seperti
tumpang tindih lahan, perizinan yang rumit, permasalahan tata
ruang dan masalah sosial. Selain itu terdapat berbagai kendala
teknis antara lain, penurunan cadangan yang terjadi secara alami
pada lapangan-lapangan yang sudah tua dan belum optimalnya
penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) pada sebagian
besar lapangan-lapangan minyak tua di Indonesia.

Fenomena turunnya harga minyak dunia dalam 2 tahun terakhir


tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Kecenderungan harga energi
yang selalu meningkat dalam sepuluh tahun terakhir berubah
dengan menurunnya harga minyak, dari sekitar US$ 100 per barel
pada tahun 2014 menjadi di bawah US$ 35 per barel pada akhir
tahun 2015.
- 15 -

Kecenderungan rendahnya harga minyak dan gas bumi dunia


diperkirakan akan terus berlangsung hingga beberapa tahun
mendatang. Hal ini disebabkan oleh berlimpahnya pasokan akibat
lonjakan produksi migas non-konvensional yaitu minyak/gas serpih
(shale oil/gas) di Amerika Serikat, disusul Tiongkok dan Argentina.
Sementara itu, pasokan gas dunia diperkirakan akan melimpah
dengan adanya penemuan-penemuan cadangan gas raksasa dunia
(Rusia, Qatar, Iran, PNG, Australia, dan lainnya) yang dapat
menekan harga jual gas di pasar internasional.

Kelebihan pasokan energi tersebut akan membentuk keseimbangan


pasar dan struktur harga energi dunia yang dapat mempengaruhi
kebijakan energi hampir semua negara di dunia. Penurunan
produksi migas domestik dan gejolak harga minyak dunia perlu
disikapi dengan tepat dan hati-hati. Penurunan harga migas
menyebabkan pemerintah dapat mengurangi biaya impor dan
mengendalikan harga bahan bakar domestik. Walaupun demikian,
menurunnya harga migas juga menyebabkan penerimaan negara
berkurang secara signifikan dan menjadi disinsentif bagi kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi migas. Dalam jangka menengah, dampak
dari rendahnya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi adalah semakin
berkurangnya produksi migas nasional, yang dapat mengancam
pencapaian tujuan kemandirian energi nasional.

3. Akses dan Infrastruktur Energi Terbatas


Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di
dunia merupakan anugerah sekaligus tantangan dalam membangun
infrastruktur energi dalam rangka memenuhi kebutuhan energi
secara handal dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu
bagian dari infrastruktur energi yang vital dalam penyediaan dan
distribusi minyak dan gas yaitu kilang pengolahan minyak dan pipa
transmisi. Keterbatasan kapasitas kilang menyebabkan Indonesia
mengalami ketergantungan dalam hal impor minyak mentah dan
BBM. Volume impor minyak mentah dan BBM cenderung meningkat
setiap tahun. Selain itu, transportasi gas antar pulau yang
menghubungkan Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua
belum terintegrasi sepenuhnya, sehingga gas yang diproduksi tidak
- 16 -

dapat langsung didistribusikan ke pusat-pusat industri dan


pembangkit listrik yang membutuhkan pasokan gas dengan harga
yang rasional. Kekurangan infrastruktur energi ini menyebabkan
terjadinya kelangkaan BBM dan LPG di sejumlah wilayah, terutama
di wilayah Tengah Indonesia. Di samping itu, adanya disparitas
(perbedaan) harga energi yang sangat tinggi antara Pulau Jawa dan
pulau-pulau lainnya membuat biaya aktivitas ekonomi menjadi
tinggi.

Untuk sektor ketenagalistrikan juga masih membutuhkan banyak


perbaikan dan peningkatan. Saat ini transmisi listrik di masing-
masing wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua belum
terintegrasi sepenuhnya. Sebagai dampak belum terintegrasinya
infrastruktur ini, rasio elektrifikasi nasional tahun 2015 baru
mencapai 88,5%, yang artinya masih ada sekitar 29,4 juta rumah
tangga Indonesia belum mendapatkan akses listrik. Kapasitas
terpasang per kapita Indonesia baru mencapai sekitar 218 Watt per
kapita, sementara konsumsi listrik per kapita penduduk Indonesia
tahun 2015 sebesar 910 kWh, kapasitas terpasang pembangkit
nasional pada tahun 2015 baru mencapai sekitar 55 GW. Untuk
mencapai konsumsi listrik sekitar 1.000 Watt per kapita, diperlukan
tambahan kapasitas sekitar 200 GW atau 4 kali total kapasitas
pembangkit listrik di Indonesia saat ini. Ketiadaan akses listrik ini
menyebabkan terhambatnya pembangunan wilayah dan
pengembangan potensi-potensi ekonomi (industri, pariwisata dll).

4. Ketergantungan Terhadap Impor BBM dan LPG


Sejak tahun 2004 Indonesia telah menjadi negara pengimpor
minyak netto (net oil importer). Hal tersebut disebabkan karena
kebutuhan minyak yang terus meningkat, sementara produksinya
terus menurun. Peningkatan konsumsi minyak dalam negeri
merupakan dampak dari pertumbuhan ekonomi dan pertambahan
penduduk. Peningkatan konsumsi BBM dalam negeri juga
disebabkan pola konsumsi yang sangat boros atau tidak efisien,
salah satunya karena pemakaian BBM yang sebagian masih
disubsidi. Borosnya konsumsi energi penduduk Indonesia tercermin
dari tingginya indikator elastisitas energi, yang merupakan
- 17 -

perbandingan antara pertumbuhan konsumsi energi dengan


pertumbuhan ekonomi. Nilai ideal dari elastisitas energi yaitu di
bawah 1, namun elastisitas Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir (2010-2015) masih di atas 1.

Kondisi ini diperburuk dengan terbatasnya fasilitas kilang minyak


yang tidak mengalami penambahan secara signifikan sejak
pembangunan kilang Balongan pada tahun 1994; sehingga impor
BBM terus meningkat. Saat ini terdapat tujuh kilang PT. Pertamina
(Persero) dan empat kilang non-PT. Pertamina (Persero) dengan
kemampuan produksi BBM sekitar 673 ribu BOPD.

Tabel 2.1
Konsumsi BBM dan Produksi Kilang Tahun 2010–2015

Konsumsi Produksi Kilang


Tahun Impor BBM
BBM BBM Non BBM

2010 1.094 646 235 448

2011 1.187 650 285 537

2012 1.206 657 306 549

2013 1.234 671 233 563

2014 1.339 673 266 666

2015 1.229 681 204 548

Sumber : Rencana Umum Energi Nasional - Satuan: Ribu BOPD

Keberhasilan program konversi minyak tanah ke LPG pada tahun


2007-2010 menyebabkan konsumsi LPG dalam negeri naik cukup
tajam. Namun, kapasitas kilang LPG untuk pasokan dalam negeri
terbatas. Akibatnya, sekitar 60% konsumsi LPG domestik dipenuhi
melalui impor. Salah satu upaya untuk mengendalikan
pertumbuhan konsumsi LPG adalah dengan meningkatkan
- 18 -

pemanfaatan gas alam di daerah perkotaan melalui ekspansi


jaringan gas kota, namun perkembangan dari upaya ini belum
optimal.

5. Subsidi Energi Belum Tepat Sasaran

Salah satu upaya untuk meningkatkan pemanfaatan Energi Baru


Terbarukan (EBT) adalah dengan mengalihkan subsidi yang semula
dialokasikan untuk energi fosil menjadi subsidi untuk EBT. Subsidi
energi sangat membebani APBN. Oleh karenanya diterapkan subsidi
energi yang lebih berkeadilan.

Dengan diterapkannya kebijakan penyesuaian harga BBM dan


listrik, maka pada tahun 2015 subsidi energi mengalami penurunan
menjadi Rp. 119,1 triliun dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar
Rp. 341,8 triliun. Besarnya subsidi dipengaruhi oleh dinamika
harga minyak dan LPG di dunia.

Rp Triliun
400
341.8
350 306.5 310.0
300 255.6
223.0
250

200
140.0
150
120.6 119.1
104.4 94.6 94.6
100
71.3

50

-
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Subsidi BBM dan LPG Realisasi 69.0 95.6 64.2 87.5 139.1 45.0 82.4 165.2 211.9 210.0 240.0 60.8
Subsidi Listrik Realisasi 2.3 8.9 30.4 33.1 83.9 49.5 57.6 90.4 94.6 100.0 101.8 58.3
Subsidi Energi 71.3 104.4 94.6 120.6 223.0 94.6 140.0 255.6 306.5 310.0 341.8 119.1
Catatan:
1) Subsidi tahun 2004 s.d. 2014, sumber data realisasi subsidi LKPP.
2) Subsidi Tahun 2015, sumber data Kemenkeu (unaudited ).

Sumber : Rencana Umum Energi Nasional

Gambar 2.1
Subsidi Energi Tahun 2004–2015

Selain jumlah subsidi yang masih relatif tinggi, alokasi dana subsidi
juga masih belum tepat sasaran, karena sebagian besar dari subsidi
- 19 -

tersebut justru dinikmati oleh kelompok masyarakat berpendapatan


tinggi dan pemilik kendaraan bermotor. Kelompok masyarakat
berpendapatan rendah justru hanya menikmati sebagian kecil dari
subsidi tersebut. Menanggapi permasalahan ini, di tahun 2015
secara bertahap telah dilakukan perubahan kebijakan harga BBM
dan listrik sehingga harga energi mencerminkan keekonomian dan
lebih berkeadilan. Kepentingan masyarakat kurang mampu tetap
terlindungi dengan adanya program bantuan sosial untuk kelompok
masyarakat miskin.

6. Pemanfaatan EBT Masih Rendah


Sektor Energi Baru dan Terbarukan saat ini masih terus
dikembangkan di Indonesia. Harga EBT belum kompetitif yaitu
adanya subsidi untuk BBM dan listrik serta masih mahalnya biaya
dari sebagian besar teknologi EBT menjadi penyebab lambatnya
perkembangan EBT.. Akibatnya hingga tahun 2015 EBT masih
kalah bersaing dengan energi fosil. Biaya Pokok Penyediaan (BPP)
Tenaga Listrik Nasional yang masih belum memadai menyebabkan
pengembangan dan pemanfaatan EBT masih terkendala, tidak
maksimal dan mengakibatkan ketergantungan yang besar pada
energi fosil.

Potensi EBT seperti panas bumi, air, bioenergi, sinar matahari dan
angin/bayu sangat melimpah di Indonesia. Kawasan hutan
Indonesia seluas 120 juta hektar memiliki potensi sumber
biomassa, energi air dan panas bumi yang sangat besar. Pada tahun
2015 porsi EBT hanya sebesar 5% sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
- 20 -

Minyak bumi
Batu bara
Gas bumi
5%
Energi baru dan terbarukan 23%

166
MTOE 46%
26%

Sumber Data: Unaudited


Sumber : Rencana Umum Energi Nasional

Gambar 2.2
Bauran Energi Tahun 2015

Pada tahun 2015 porsi EBT dalam bauran energi nasional di


sektor kelistrikan juga relatif masih rendah, yaitu sebesar 10,5%
dari total produksi. Sebagian besar energi yang digunakan pada
pembangkit listrik bersumber dari batubara sebesar 56,1%
kemudian diikuti oleh gas bumi sebesar 24,9% dan BBM sebesar
8,6% sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini.

15.0% 12.0% 11.4% 12.3% 11.3% 10.5%


EBT

Batubara 38.0% 44.1% 50.3% 51.6% 52.9% 56.1%

Gas 25.0% 21.0%


23.4% 23.6% 24.1%
24.9%
BBM* 22.0% 23.0%
15.0% 12.5% 11.8% 8.6%
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Catatan:
*) sudah termasuk BBN
- 21 -

Sumber : Rencana Umum Energi Nasional


Gambar 2.3
Bauran Produksi Energi Listrik Tahun 2010-2015

Rendahnya pemanfaatan dan pengembangan EBT pada pembangkit


listrik disinyalir terjadi karena berbagai permasalahan,
diantaranya :

▪ Belum adanya insentif untuk pemanfaatan EBT yang memadai;


▪ Minimnya ketersediaan instrumen pembiayaan yang sesuai
dengan kebutuhan investasi;
▪ Proses perizinan yang relatif rumit dan memakan waktu yang
cukup lama di tingkat pusat atau daerah;
▪ Permasalahan lahan dan tata ruang.

Salah satu contoh terkait dengan permasalahan pemanfaatan


potensi EBT yaitu pada pengembangan panas bumi. Potensi panas
bumi di Indonesia adalah yang terbesar di dunia dan telah
dikembangkan sejak tahun 1972. Namun begitu, pemanfaatannya
belum optimal karena seringkali terkendala dengan izin khusus dan
isu kelestarian hutan, hal ini disebabkan lokasi sumber panas bumi
di Indonesia umumnya terletak di kawasan hutan lindung dan
hutan konservasi. Kendala lainnya yaitu resiko eksplorasi panas
bumi yang masih tinggi, rasio keberhasilan pengeboran (drilling
success ratio) yang masih rendah, dan tingginya impor komponen
fabrikasi khususnya komponen pembangkit dan fasilitas produksi.

7. Pemanfaatan Energi Belum Efisien


Pemanfaatan energi yang belum efisien dapat dilihat dari indikator
efisiensi penggunaan energi yaitu intensitas energi nasional sebesar
543 TOE/US$ (berdasarkan harga konstan tahun 2005) dan
elastisitas energi rata-rata lebih dari 1 selama 5 tahun terakhir
(tahun 2010-2015). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan energi
oleh masyarakat di Indonesia masih belum efisien. Pemanfaatan
energi yang belum efisien ini diantaranya disebabkan oleh hal-hal
berikut :
- 22 -

▪ Kewajiban konservasi energi yang diamanatkan dalam Peraturan


Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 belum dilaksanakan secara
konsisten;
▪ Ketersediaan standar dan label hemat energi belum mencakup
seluruh peralatan dan perangkat yang diwajibkan untuk hemat
energi, dan belum optimalnya pelaksanaan pemberian standar
dan label hemat energi untuk produk-produk yang beredar di
pasar domestik (khususnya yang wajib hemat energi);
▪ Program restrukturisasi mesin atau peralatan industri dalam
rangka meningkatkan efisiensi energi oleh penggunaan teknologi
belum dilaksanakan secara luas pada industri-industri yang
lahap energi (selain industri tekstil, alas kaki, dan gula);
▪ Sistem transportasi massal belum secara luas diterapkan;
▪ Insentif untuk pelaksanaan efisiensi energi dan konservasi energi
masih terbatas;
▪ Subsidi terhadap harga energi menjadi disinsentif bagi
penghematan;
▪ Belum konsistennya pelaksanaan disinsentif bagi pengguna
energi yang tidak melaksanakan efisiensi dan konservasi energi;
▪ Masih tingginya harga peralatan atau teknologi yang efisien atau
hemat energi;
▪ Belum berjalannya Energi Service Company (ESCO) di industri
dan bangunan komersial (ESCO merupakan usaha efisiensi energi
dengan kontrak kinerja yang menjamin penghematan biaya
energi);
▪ Sistem monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan konservasi
energi lintas sektor belum tersedia;
▪ Terbatasnya jumlah manajer dan auditor energi serta
keterbatasan sumber daya pelatih dan fasilitas pelatihannya;
▪ Pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat maupun
industri terhadap manfaat efisiensi dan konservasi energi masih
terbatas;
▪ Penelitian dan pengembangan terkait efisiensi energi masih belum
berkembang secara optimal.
- 23 -

8. Penelitian, Pengembangan dan Penguasaan Ilmu Pengetahuan


dan Teknologi Masih Terbatas
Hasil-hasil penelitian, pengembangan dan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi (P3IPTEK) nasional belum mampu
memberikan kontribusi secara optimal untuk mendukung
kemandirian industri energi nasional. Hal ini diantaranya
disebabkan oleh :

▪ Budaya inovasi dan keberpihakan penggunaan inovasi dalam


negeri masih lemah;
▪ Ketersediaan material penelitian yang masih terbatas;
▪ Masih terbatasnya sarana dan prasarana penelitian;
▪ Masih lemahnya kerjasama dan jaringan inovasi;
▪ Masih lemahnya sinergitas antara lembaga penelitian, industri
dan Pemerintah;
▪ Anggaran penelitian beserta sistem administrasinya yang belum
mendukung;
▪ Masih rendahnya insentif bagi peneliti dan perekayasa.

Permasalahan tersebut di atas dapat menghambat upaya-upaya


penciptaan teknologi baru, kemampuan alih teknologi, kerja sama
serta partisipasi peneliti dan perekayasa kedalam industri beserta
upaya perolehan paten. Khusus di bidang energi, kelemahan itu
dapat dilihat dari terbatasnya penemuan sumber energi yang baru
terutama kegiatan eksplorasi dan eksploitasi untuk mempertahankan
produksi migas, mengembangkan EBT, penguasaan teknologi
konversi energi dan pengembangan standardisasi komponen.

9. Kondisi Geopolitik Dunia dan Isu Lingkungan Global

Eksploitasi sumber daya energi dan pemanfaatannya tentu


menimbulkan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang telah
menjadi perhatian masyarakat global. Dampak penggunaan bahan
bakar fosil untuk energi listrik dan aktivitas transportasi dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan pemanasan global dan
perubahan iklim dengan segala dampaknya yang mengancam
kehidupan dan kelestarian bumi.
- 24 -

Pertemuan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tentang Perubahan


Iklim ke 21 di Paris pada bulan Desember tahun 2015 telah
menyepakati Paris Agreement yang menyatakan bahwa kenaikan
suhu Bumi harus dikendalikan menjadi kurang dari 2⁰C.
Kesepakatan tersebut berlaku untuk semua negara dan mengikat
secara hukum, dengan prinsip Common but Differentiated
Responsibilities (CBDR). Pemerintah Indonesia telah menyampaikan
Intended Nationally Determine Contribution (INDC) kepada United
Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dimana
dalam naskah tersebut Indonesia memberikan janji untuk
menurunkan emisi (yang umum diketahui sebagai usaha mitigasi)
GRK sebesar 29% dibandingkan Business as Usual (BAU) dan
dengan tambahan 12% menjadi 41% dengan bantuan internasional
pada tahun 2030. Seiring dengan target pembatasan kenaikan
temperatur global di Paris Agreement ada kemungkinan besarnya
penurunan emisi GRK yang pernah disampaikan oleh Indonesia
tahun 2015 lalu tidak cukup untuk mencapai target nasional.
Dengan kata lain, ada kemungkinan target mitigasi GRK yang
dijanjikan Indonesia perlu ditingkatkan. Dengan demikian
penurunan emisi dari sektor energi yang menjadi kontributor kedua
emisi GRK (setelah tata-guna lahan dan kehutanan) diharapkan
lebih besar dari yang telah direncanakan.

KEN dan penjabarannya dalam RUEN menjadi sangat strategis


untuk merespon kecenderungan dan agenda-agenda global seperti
yang tersebut di atas. KEN mempunyai tujuan ganda yaitu
percepatan pengembangan EBT sekaligus menekan laju
pertambahan emisi GRK dari penggunaan energi fosil. Konsistensi
implementasi pokok-pokok kebijakan dalam KEN yang dituangkan
pada RUEN menjadi kunci keberhasilan Indonesia meningkatkan
ketersediaan dan akses energi (kemandirian dan ketahanan energi),
sekaligus membangun sistem energi yang rendah karbon.
- 25 -

2.1.2 Isu dan Permasalahan Energi Daerah

Isu dan permasalahan energi daerah yang ada di Provinsi Sumatera


Barat sesuai dengan karakteristik Provinsi Sumatera Barat, dapat
diuraikan sebagai berikut :

1. Penggunaan BBM yang sangat tinggi di sektor transportasi dan


ketenagalistrikan.

Penyediaan energi di Sumatera Barat masih didominasi oleh Bahan


Bakar Minyak (BBM), terutama untuk keperluan sektor transportasi
dan ketenagalistrikan. Kebutuhan BBM tersebut dipasok dari daerah
lain di luar Provinsi Sumatera Barat, karena Provinsi Sumatera
Barat bukan daerah penghasil BBM. Hal ini menyebabkan
ketahanan energi daerah sangat rentan, pasokan BBM dapat
terganggu jika terjadi gangguan cuaca buruk yang menghalangi
pengangkutan BBM dari luar pulau. Dengan potensi Energi Baru
Terbarukan (EBT) yang cukup melimpah di Sumatera Barat, perlu
dilakukan pengembangan EBT untuk mendukung ketahanan energi
Provinsi Sumatera Barat.

2. Rendahnya Rasio Elektrifikasi Provinsi

Menurut Statistik Ketenagalistrikan 2016, pada tahun 2015 rasio


elektrifikasi Provinsi Sumatera Barat sebesar 83,2%. Angka ini masih
berada di bawah capaian Rasio Elektrifikasi nasional sebesar
88,30%. Untuk mendorong tumbuhnya rasio elektrifikasi daerah,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah perlu mempercepat
pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan di Provinsi Sumatera
Barat.

3. Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan masih rendah

Dari bauran energi daerah tahun 2015, diketahui bahwa


pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Sumatera Barat
baru sebesar 19,6%. Angka ini sudah diatas angka bauran EBT
nasional yang besarnya hanya 5%. Namun demikian,pemanfaatan
EBT tetap perlu menjadi perhatian untuk ke depannya oleh
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengingat potensi EBT yang
cukup besar, terutama potensi energi air dan panas bumi.
- 26 -

2.2 Kondisi Energi Daerah Saat Ini

Sub-bab kondisi energi daerah Provinsi Sumatera Barat saat ini berisi
tentang inventarisasi dan verifikasi data pengelolaan energi daerah
Provinsi Sumatera Barat pada tahun dasar pemodelan (2015), yang
mencakup antara lain :

2.2.1 Indikator Sosio-Ekonomi

Indikator sosio-ekonomi terbagi atas jumlah penduduk, penduduk


pedesaan dan perkotaan, jumlah tenaga kerja dan tingkat
pengangguran, tingkat kemiskinan, PDRB Per Lapangan Usaha, PDRB
per kapita dan jumlah kendaraan bermotor, yang akan dibahas berikut
ini.

Kondisi sosial ekonomi mempunyai kedudukan yang sentral dalam


pembangunan daerah, kedudukannya sebagai subjek pembangunan
dan juga sekaligus sebagai objek pembangunan. Sebagai subjek
pembangunan, dalam hal ini mengacu pada demografi, diharapkan
dengan jumlah penduduk yang besar dapat memberikan keuntungan
ekonomis diantaranya biaya tenaga kerja yang relatif murah dan
terjaminnya persediaan tenaga kerja. Dalam lingkup perencanaan,
sebagai subjek, penduduk membuat perencaaan yang diwakili oleh
perencana. Sedangkan sebagai objek pembangunan mengandung arti
bahwa segala upaya yang dilakukan oleh pembangunan sasarannya
adalah guna meningkatkan kesejahteraan dan kualitas penduduk.
Dalam hal perencanaan, tingkah laku dan perkembangan penduduk
merupakan bagian pokok dalam proses perencanaan.

2.2.1.1 PDRB Per Lapangan Usaha


PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Provinsi Sumatera Barat
adalah kemampuan wilayah Provinsi Sumatera Barat untuk
menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu. Penghitungan
PDRB dilakukan dengan menggunakan dua macam harga, yaitu harga
berlaku dan harga konstan, sementara PDRB atas dasar harga konstan
dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai
tahun dasar. PDRB per lapangan usaha dapat dibagi menjadi 17
kategori sebagaimana terlihat pada Tabel 2.2. di bawah ini :
- 27 -

Tabel 2.2.
PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sumatera Barat 2015
PDRB Atas Dasar
Lapangan Usaha Harga Konstan
(Miliar Rupiah)
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 33.551,98
Pertambangan dan Penggalian 6.144,58
Industri Pengolahan 15.418,54
Pengadaan Listrik dan Gas
145,69
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 141,71
Konstruksi 12.315,04
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor 21.626,61
Transportasi dan Pergudangan 16.259,29
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.420,41
Informasi dan Komunikasi 9.080,56
Jasa Keuangan dan Asuransi 4.188,23
Real Estate 2.748,10
Jasa Perusahaan
620,61
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 7.895,35
Jasa Pendidikan 5.022,03
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.881,30
Jasa lainnya 2.264,68
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 140.719,47
(PDRB)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Barat


- 28 -

2.2.1.2 Pendapatan per Kapita

PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) per kapita untuk Provinsi


Sumatera Barat pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 27.080.762,8 per
kapita. Dengan perhitungan sebagai berikut :

PDRB pada tahun 2015


Pendapatan per kapita tahun 2015 =
jumlah penduduk tahun 2015
𝑅𝑝. 140.719,47 𝑀𝑖𝑙𝑖𝑎𝑟
Pendapatan per kapita tahun 2015 =
5.196.289 Jiwa

Pendapatan per kapita tahun 2015 = Rp. 27.080.762,8 per kapita

2.2.1.3 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Barat dibanding dengan jumlah


penduduk secara nasional dari tahun 2010 sampai tahun 2015
disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3.
Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Barat 2010-2015
Dalam satuan jiwa
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah
Penduduk
Sumatera 4.865.33 4.933.11 5.000.18 5.066.47 5.131.88 5.196.28
Barat 1 2 4 6 2 9
Jumlah
Penduduk 237.641. 241.103. 244.615. 248.178. 251.793. 255.461.
Nasional 326 066 233 563 800 700

Sumber: Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2016

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Barat


setiap tahunnya mengalami peningkatan, namun relatif tidak terlalu
besar bila dibandingkan dengan beberapa provinsi lain yang ada di
Indonesia. Pada tahun 2015, total populasi di Provinsi Sumatera Barat
- 29 -

adalah 5.196.289 jiwa dibanding dengan total nasional sebesar


255.461.700 jiwa, atau sebesar 2,03% dari jumlah populasi nasional.

Sementara itu, jumlah penduduk menurut kabupaten/kota yang ada di


Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015 disajikan secara lebih rinci
pada Tabel 2.4. di bawah ini :

Tabel 2.4.
Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Barat
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015

Sumber: Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2016


- 30 -

2.2.1.4 Jumlah Tenaga Kerja dan Tingkat Pengangguran

Dari total jumlah penduduk yang ada, golongan usia produktif


menyumbang peranan penting dalam pengelolaan energi daerah
Provinsi Sumatera Barat. Jumlah tenaga kerja mempengaruhi
kebutuhan energi yang dibutuhkan dan dihasilkan. Sementara tingkat
pengangguran bisa diupayakan menjadi rencana-rencana strategis
meningkatkan kesejahteraan dan perencanaan akses listrik untuk
peningkatan produktifitas.

Tabel 2.5.
Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Kegiatan di Provinsi Sumatera Barat
(Orang), 2015
- 31 -

Sumber: Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2016


Berdasarkan data, pengangguran terbuka dan kategori bukan angkatan
kerja tertinggi terdapat di Kota Padang, dengan total penduduk bekerja
sebesar 338.913 jiwa, pengangguran terbuka 55.173 jiwa, dan bukan
angkatan kerja sebesar 274.728 jiwa.

Sementara itu, kabupaten/kota yang memiliki jumlah angkatan kerja


yang besar setelah Kota Padang adalah Kabupaten Agam, Kabupaten
Lima Puluh Kota dan Kabupaten Pasaman Barat dengan masing-masing
berjumlah 217.279 jiwa, 187.746 jiwa dan 183.878 jiwa.
Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat pengangguran terbuka
terbanyak setelah Kota Padang adalah Kabupaten Pesisir Selatan,
- 32 -

Kabupaten Agam dan Kabupaten Padang Pariaman dengan jumlah


masing-masing sebesar 20.636 jiwa, 13.142 jiwa dan 9.728 jiwa.

2.2.1.5 Tingkat Kemiskinan

Tingkat kemiskinan merupakan salah satu indikator sosio-ekonomi.


Kemiskinan itu sendiri dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, termasuk memenuhi
kebutuhan dasar di bidang energi. Persentase penduduk miskin di
Sumatera Barat pada tahun 2015 mencapai 6,71%. Turun sedikit dari
tahun sebelumnya pada tahun 2014 yang sebesar 6,89%.

Dibandingkan dengan angka nasional,tingkat kemiskinan Sumatera


Barat berada di bawah angka nasional. Persentase penduduk miskin
secara nasional Tahun 2015 mencapai 11,13%. Pada Maret 2015
tercatat garis kemiskinan di Sumatera Barat (perkotaan dan perdesaan)
dengan penghasilan sebesar Rp. 384.277,-/kapita/bulan. Dengan batas
garis kemiskinan tersebut, jumlah penduduk miskin sebanyak 379,60
ribu jiwa atau 7,31%. Jika dibandingkan keadaan September 2014,
penduduk miskin bertambah 24,86 ribu jiwa. Sementara kondisi
September 2014, garis kemiskinan dengan penghailan sebesar
Rp.349.656,-/kapita/bulan dengan penduduk miskin tercatat sebanyak
354,74 ribu jiwa atau 6,89%.

2.2.1.6 Jumlah Kendaraan Bermotor

Pada tahun dasar (2015), sektor transportasi adalah sektor dengan


konsumsi energi terbesar di Sumatera Barat. Jumlah kendaraan
beserta jenis teknologinya menjadi penentu konsumsi energi di sektor
ini. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui jumlah kendaraan
beserta jenis teknologinya dalam rangka mengestimasi kebutuhan
energi beserta upaya-upaya untuk menurunkan konsumsi energi dan
emisi di sektor transportasi. Data jumlah dan kendaraan bermotor
sesuai jenisnya dapat dilihat pada Gambar 2.4.
- 33 -

Banyaknya Kendaraan di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015


1.800.000 1.756.089
1.600.000

1.400.000

1.200.000

1.000.000

800.000

600.000

400.000 192.919 164.038


86.600
200.000

-
MOBIL/PASSENGER BIS/BUSES TRUK/TRUCKS SEPEDA
CARS MOTOR/MOTORCYCLES

Sumber: Statistik Transportasi Darat 2015


Gambar 2.4.
Jumlah kendaraan bermotor berdasarkan jenis
diseluruh Provinsi Sumatera Barat

Berdasarkan data tersebut, jumlah kendaraan yang mendominasi di


Provinsi Sumatera Barat adalah sepeda motor dengan jumlah 1.756.089
unit, disusul mobil penumpang, truk dan bis dengan nilai berturut-
turut sebesar: 192.919 unit, 164.038 unit dan 86.600 unit. Program
transportasi umum berpotensi untuk mengurangi konsumsi di sektor
transportasi di masa yang akan datang, yang akan diharapkan ada
perpindahan penumpang dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

2.2.2 Indikator Energi Daerah

Indikator energi daerah Provinsi Sumatera Barat sebagai bagian dari


kondisi daerah saat ini terdiri atas komponen sebagai berikut :

2.2.2.1 Potensi Energi Daerah

Sesuai dengan Rencana Umum Energi Nasional, potensi yang terdapat


di Provinsi Sumatera Barat terlihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6.
Potensi Energi Provinsi Sumatera Barat

No. Jenis Energi Satuan Potensi


1 Air MW 3.607*
- 34 -

Panas Bumi
2 MW
Sumber Daya 801
Cadangan 1.035
3 Mikro Hidro MW 1.353
4 Biomasa MW 923,1
5 Surya MW 5.898
6 Bayu MW 428
7 Batubara Juta Ton 795,52
*potensi bersama dengan Provinsi Riau
Sumber: Rencana Umum Energi Nasional

2.2.2.2 Bauran Energi Daerah

Berdasarkan hasil pemodelan LEAP tahun dasar 2015, bauran energi


daerah Provinsi Sumatera Barat terbagi atas 4 jenis, yaitu batubara,
minyak bumi, gas bumi dan EBT. Dengan hasil minyak bumi
mendominasi bauran energi senilai 46.6%, disusul batubara sebesar
30,3%, EBT sebesar 19,6% serta gas menyumbang sebagian kecil
keseluruhan bauran energi daerah sebesar 3,5%.

Bauran energi primer Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015 tersebut


dapat dilihat pada gambar 2.5. di bawah ini.

Primary Requirements

19,6%
30,3%
Batubara
Gas
Minyak
46,6%
3,5% Energi Baru Terbarukan

Sumber : Permodelan LEAP RUED Sumatera Barat


Gambar 2.5.
Bauran Energi Primer Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015
- 35 -

2.2.2.3 Rasio Elektrifikasi Daerah

Rasio elektrifikasi Provinsi Sumatera Barat menurut Statistik


Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian
ESDM Tahun 2015 adalah sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.8.

Tabel 2.7.
Rasio Elektrifikasi Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015

Deskripsi Satuan Jumlah

Keluarga berlistrik PLN KK 1.019.650

Keluarga berlistrik Non-PLN KK 8.251

Jumlah Keluarga KK 1.235.451

Rasio Elektrifikasi % 83,20

Sumber: Statistik Ketenagalistrikan DJK ESDM tahun 2015

2.2.2.4 Elastisitas dan Intensitas Energi Daerah

Elastisitas dan intensitas energi adalah indikator yang umum


digunakan dalam perhitungan konsumsi energi. Elastisitas energi
menggambarkan perbandingan laju pertumbuhan konsumsi energi
dibandingkan pertumbuhan variabel lain, misalnya pertumbuhan
ekonomi. Sehingga, elastisitas energi berguna dalam menentukan
proyeksi konsumsi energi di masa mendatang dengan berbekal variabel
lain yang dijadikan pembanding. Angka elastisitas energi di bawah 1,0
dicapai apabila energi yang tersedia telah dimanfaatkan secara
produktif. Elastisitas Pemakaian Energi Final Provinsi Sumatera Barat
pada tahun 2015 adalah sebesar 0,5.

Di sisi lain, terdapat pula indikator intensitas energi. Intensitas energi


menggambarkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan
suatu satuan produk tertentu. Jika yang dimaksud adalah Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Barat, maka intensitas
energi adalah jumlah energi yang diperlukan untuk menghasilkan 1
rupiah PDRB di Provinsi Sumatera Barat. Dalam hal ini intensitas
- 36 -

energi menunjukkan tingkat efisiensi perekonomian di Provinsi


Sumatera Barat.

Intensitas Energi Indonesia sebesar 482 TOE (Ton-Oil-Equivalent) per


sejuta dollar AS atau sekitar 0.24 SBM/juta rupiah. Artinya untuk
menghasilkan nilai tambah (GDP) 1 juta dollar AS, Indonesia
membutuhkan energi 482 TOE. Sebagai perbandingan, intensitas energi
Malaysia 439 TOE/juta dollar AS, dan intensitas energi rata-rata negara
maju yang tergabung dalam OECD (Organisasi Kerja Sama Ekonomi
dan Pembangunan) hanya 164 TOE/juta dollar AS. Intensitas energi
Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 adalah sebesar 15,2 TOE/milyar
rupiah.

Indikator energi lainnya adalah pemakaian energi final per kapita. Hal
ini dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat di
mana secara umum makin tinggi pemakaian energi per kapita semakin
tinggi taraf hidup masyarakat. Pemakaian energi per kapita Provinsi
Sumatera Barat tahun 2015 adalah sebesar 0,41 TOE/kapita/tahun.

Indikator energi selanjutnya adalah pemakaian listrik per kapita.


Indikator ini juga dapat digunakan sebagai indikator taraf hidup
masyarakat. Semakin tinggi taraf hidup masyarakat kecenderungan
penggunaan peralatan listrik akan semakin tinggi pula. Pemakaian
listrik per kapita untuk Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar 575,4
kWh/kapita.

Indikator energi terakhir yang digunakan adalah rasio elektrifikasi.


Rasio elektrifikasi Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 berdasarkan
data Statistik Ketenagallistrikan adalah sebesar 83,2%.

Indikator energi Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 ditunjukkan pada


Tabel 2.9.

Tabel 2.8.
Indikator Energi Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015

No. Indikator Energi Nilai Satuan

Elastisitas Pemakaian Energi


1 0,5 -
Final
- 37 -

Intensitas Pemakaian Energi


2 15,2 TOE/Milyar Rupiah
Final
Pemakaian Energi Final per
3 0.4 TOE/kapita/tahun
kapita
4 Pemakaian Listrik per Kapita 575,4 kWh/kapita/tahun

5 Rasio Elektrifikasi 83,2 %

2.2.2.5 Pasokan dan Kebutuhan Energi Daerah

Pada Gambar 2.6. dapat dilihat konsumsi listrik Provinsi Sumatera


Barat tahun 2015, dengan konsumsi tertinggi berada di sektor rumah
tangga, disusul dengan sektor industri. Sektor ini adalah sektor yang
berpotensi besar untuk diterapkan berbagai kebijakan konservasi dan
efisiensi energi untuk menghindari defisit pasokan listrik di Sumatera
Barat.

Konsumsi listrik per kapita Provinsi Sumatera Barat akan meningkat


jika didukung dengan pertumbuhan ekonomi yang juga meningkat.
Sementara pertumbuhan ekonomi akan meningkat jika didukung
dengan pertumbuhan industri.

Penjualan Tenaga Listrik PLN Per Kelompok Pelanggan 2015 (GWh)


1.800,00
1.553,38
1.600,00

1.400,00

1.200,00

1.000,00
840,89
800,00

600,00
409,76
400,00

200,00 112,59 91,83


54,83
-
Rumah Tangga Industri Komersial Sosial Gedung Kantor Penerangan
Pemerintah Jalan Umum

Sumber: Statistik Ketenagalistrikan DJK ESDM tahun 2015


Gambar 2.6.
Konsumsi Listrik PLN Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015
- 38 -

Porsi bahan bakar minyak dalam konsumsi energi pada Provinsi


Sumatera Barat pada tahun 2015 mencapai 1.133,1 ribu TOE atau
setara dengan 73,3% dari total konsumsi energi. Kondisi tersebut
memberikan pertanda bahwasanya bahan bakar minyak masih
mendominasi konsumsi energi masyarakat Provinsi Sumatera Barat.
Dimana pada sisi lainnya, penyediaan bahan bakar minyak ini ditopang
dari wilayah lain. Permasalahan ini memunculkan kekhawatiran akan
jaminan pasokan dan ketahanan energi Provinsi Sumatera Barat.

Tabel 2.9.
Konsumsi Energi Final per Sektor Pengguna Tahun 2015 (Ribu TOE)

Jenis Energi Indutri Transportasi Rumah Tangga Komersial Sektor Lainnya Jumlah
Listrik 71,6 - 128,0 57,5 - 257,1
Gas Bumi 0,1 - - 3,5 - 3,6
Minyak Tanah 0,4 573,2 45,0 - - 618,6
Minyak Solar 58,6 32,7 - 7,7 28,7 28,7
Minyak Bakar 2,4 - - - 1,8 4,1
LPG 0,2 351,7 79,9 3,5 - 435,4
Batubara 66,0 - - - - 66,0
Briket 0,0 - - - - -
BioSolar - 31,0 - - - 31,0
Minyak Diesel 0,0 - - - - -
Biomasa Tradisional - - 594,5 - - 594,5
Biomasa Komersial - - - 3,3 - 3,3
Syngas - - - - - -
Total 199,4 988,6 847,4 75,6 30,4 2.042,3

Sumber: Pemodelan LEAP Provinsi Sumatera Barat

2.3 Kondisi Energi Daerah di Masa Mendatang

Untuk memproyeksikan kondisi permintaan dan pasokan energi di


Provinsi Sumatera Barat hingga tahun 2050 digunakan pemodelan
energi dengan bantuan aplikasi LEAP (Long Range Energi Alternative
Planning).

2.3.1 Struktur Pemodelan dan Asumsi Dasar

Struktur pemodelan dalam Rencana Umum Energi Daerah Provinsi


Sumatera Barat mengacu pada struktur model RUEN. Struktur ini
memiliki sektor Permintaan (Demand), Penyediaan (Supply), Proses
- 39 -

Transformasi (Transformation) serta Variabel Asumsi (Key Assumption).


Struktur ini merupakan struktur yang diperlukan pada aplikasi
pemodelan LEAP dan mengacu pada struktur RUEN yang telah
disarankan oleh tim Pendampingan Penyusunan RUED (P2RUED)
seperti pada Gambar 2.7.

Sama hal nya dengan struktur pemodelan, asumsi-asumsi kunci yang


digunakan juga mengacu kepada asumsi kunci yang digunakan oleh
RUEN. Penyesuaian nilai dari asumsi-asumsi kunci dilakukan untuk
mengacu kepada kondisi Provinsi Sumatera Barat. Misalnya: PDRB,
penggunaan energi listrik sektor rumah tangga, sektor industri dan
lainnya. Asumsi-asumsi kunci yang digunakan dalam melakukan
pemodelan RUED Provinsi Sumatera Barat antara lain adalah :
demografi, ekonomi, elastisitas aktifitas dan angkutan jalan raya.

Gambar 2.7 Struktur Pemodelan dan Variable Asumsi RUED


Provinsi Sumatera Barat
- 40 -

Dalam model perencanaan energi Sumatera Barat, digunakan beberapa


asumsi dasar dari sektor-sektor yang mempengaruhi karakteristik
permintaan energi yang akan digunakan dalam perhitungan proyeksi
permintaan energi. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut :

2.3.1.1 Demografi

Faktor demografi yang merupakan asumsi kunci pada pemodelan


adalah jumlah populasi, pertumbuhan populasi, tingkat urbanisasi,
jumlah rumah tangga dan ukuran rumah tangga. Asumsi kunci faktor
demografi ditunjukkan pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10.
Asumsi Kunci Faktor Demografi

Variabel Asumsi Unit 2015 2025 2050


Jumlah Penduduk Juta Jiwa 5,19 5,76 6,97
Laju Pertumbuhan Penduduk % 1,2 1,0 0,7
per Tahun
Tingkat Urbanisasi % 44,2 54,6 65,2
Jumlah Rumah Tangga Juta RT 1,23 1,43 1,82
Ukuran Rumah Tangga Jiwa/Ruta 4,21 4,04 3,82

Sumber: Permodelan LEAP Provinsi Sumatera Barat

2.3.1.2 Ekonomi Makro

Salah satu faktor penggerak roda perekonomian adalah ketersediaan


sumber energi yang cukup. Dengan demikian jumlah konsumsi dan
penyediaan energi memiliki relasi dengan struktur perekonomian di
sebuah wilayah (negara/provinsi). Kebijakan tentang energi untuk
sebuah wilayah akan berdampak langsung pada perekonomian di
daerah itu. Dalam pemodelan RUED Sumatera Barat, maka beberapa
faktor ekonomi dijadikan sebagai asumsi-asumsi kunci, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11.
Asumsi Kunci Faktor Ekonomi
- 41 -

Unit 2015 2025 2050


Faktor Ekonomi
Triliun
PDRB 140,7 225,1 903,1
Rupiah
Pertumbuhan PDRB % 5,5 4,9 6,0
PDRB per Kapita Juta Rupiah 27,1 39,0 129,5
Pertumbuhan PDRB
% 4.2 3,9 5,3
per Kapita

Sumber: Permodelan LEAP Provinsi Sumatera Barat

2.3.1.3 Faktor Elastisitas Aktifitas

Teori ekonomi mikro umumnya menjelaskan bahwa elastisitas dapat


dtinjau dari dua sisi. Elastisitas permintaan adalah pengaruh
perubahan harga terhadap besar kecilnya jumlah suatu produk yang
diminta. Sedangkan elastisitas penawaran adalah sebuah pengaruh
perubahan harga terhadap besar kecilnya jumlah produk yang
ditawarkan. Dengan lebih sederhana dapat digambarkan bahwa
elastisitas merupakan perbandingan perubahan besaran sebuah
variabel ekonomi dibandingkan dengan variabel ekonomi yang lain.
Pada model RUED Sumatera Barat, variabel yang diambil untuk
perbandingan dalam menghitung elastisitas aktivitas adalah
pertumbuhan PDRB total dengan pertumbuhan PDRB pada sektor
tertentu. Elastisitas pada sektor Industri, Transportasi, Komersial dan
Lainnya ditunjukkan pada Tabel 2.12.

Tabel 2.12.
Elastisitas Aktifitas PDRB 2015

Sektor PDRB Elastisitas

PDRB Industri Pengolahan 0,9

PDRB Transportasi 1,2

PDRB Komersial 1,1

PDRB Lainnya 0,9

Sumber: Permodelan LEAP Provinsi Sumatera Barat


- 42 -

Selain asumsi kunci diatas, untuk sektor transportasi angkutan jalan


raya terdapat asumsi-asumsi kunci khusus yang terkait dengan
penggunaan energi di sektor tersebut. Adapun asumsi-asumsi kunci
tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.13. Proyeksi jumlah kendaraan pada
tahun mendatang didasarkan pada realisasi nilai asumsi pada tahun
berjalan dan pertumbuhan PDRB di tahun tersebut. Sedangkan Jarak
Tempuh, Load Factor dan Operasional diasumsikan tetap selama
permodelan.

Tabel 2.13.
Asumsi Kunci Sektor Transportasi Jalan Raya
Asumsi Unit Mobil Bus Truk
Sepeda
Kunci Motor
Jumlah Unit 192.919 86.600 164.038 1.756.089

Jarak KM per Tahun 20.000 50.000 50.000 9.000


Tempuh

Load Factor Penumpang/Kendaraan 1,8 42 8,25 1,3

Operasional % 75 17,5 15 92

Sumber: Permodelan LEAP Provinsi Sumatera Barat

Jumlah kendaraan seperti terlihat pada Tabel 2.14 di Provinsi Sumatera


Barat pada tahun 2015–2050 selalu mengalami peningkatan, sehingga
kebutuhan energi untuk transportasi terutama bahan bakar juga
meningkat. Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi jumlah kendaraan
pada tahun 2025 untuk mobil berjumlah 252.012 unit; bus sebanyak
115.933 unit, truk sebanyak 207.892 unit dan sepeda motor sebanyak
2.424.849 unit.

Sedangkan pada tahun 2050 jumlah kendaraan mengalami


peningkatan sebesar : mobil sebanyak 342.031 unit; bus sebanyak
189.086 unit, truk sebanyak 283.366 unit dan sepeda motor sebanyak
2.858.197 unit. Kebutuhan operasional untuk tiap kendaraan di
Provinsi Sumatera Barat yaitu mobil 75%, bus 17.5%, truk 15% dan
sepeda motor 92%. Load factor tiap kendaraan di Provinsi Sumatera
- 43 -

Barat berdasarkan perhitungan yaitu (dalam Pnp/Ton) mobil 1,8, bus


42, truk 8,25 dan sepeda motor 1,3. Jarak tempuh setiap kendaraan di
Provinsi Sumatera Barat yaitu (dalam km/tahun) mobil 20.000, bus
50.000, truk 50.000 dan sepeda motor 9.000.

Tabel 2.14.
Jumlah Kendaraan Tahun 2015-2050

Kendaraan Unit 2015 2025 2030 2040 2050

Mobil Unit 192.919 252.012 266.294 298.285 342.031

Bus 86.600 115.933 126.755 152.028 189.086

Truk Unit 164.038 207.892 220.345 247.105 283.366

Sepeda Motor Unit 1.756.089 2.424.84 2.609.52 2.796.77 2.858.19


9 5 3 7

Sumber: Permodelan LEAP Provinsi Sumatera Barat

2.3.2 Hasil Pemodelan Energi

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai hasil pemodelan bauran


permintaan energi primer, penyediaan energi primer, kebutuhan energi
per sektor dan per jenis energi, serta kebutuhan listrik.

2.3.2.1 Proyeksi Bauran Energi Primer

Sumber energi primer merupakan sumber energi yang masih harus


ditransformasikan menjadi sumber energi final. Energi primer ini dapat
bersumber dari fosil maupun dari sumber energi terbarukan. Sumber
energi fosil dikelompokkan menjadi batubara, gas dan minyak. Bauran
energi primer untuk tahun 2025 dan 2050 ditunjukkan pada Tabel 2.15
sebagai pembanding digunakan bauran energi primer pada tahun dasar
(2015).

Tabel 2.15.
Bauran Energi Primer Skenario RUED

Jenis Energi 2015 2025 2050


Batubara 30,3% 14,9% 7,6%
Gas 3,5% 9,4% 9,3%
- 44 -

Minyak 46,6% 24,0% 12,2%


Energi Baru
Terbarukan 19,6% 51,7% 70,9%
Total 100,0% 100,0% 100,0%

Sumber: Permodelan LEAP Provinsi Sumatera Barat


Porsi energi baru terbarukan (EBT) pada tahun dasar sebesar 19,6%
meningkat pada tahun 2025 menjadi 51,7% dan pada tahun 2050
diharapkan porsi EBT menjadi 70,9%. Porsi sumber energi batubara
diperkirakan akan menurun dari 30,3% pada tahun 2015, menjadi
7,6% pada tahun 2050. Demikian pula dengan sumber energi minyak,
porsinya akan turun menjadi 12,2% pada tahun 2050 dari 46,6% pada
tahun 2015. Untuk menutupi kebutuhan permintaan energi, maka
penggunaan sumber energi gas akan diperbesar, dari 3,5% pada tahun
2015, menjadi 9,3% pada tahun 2050.

80,0% 70,9%
70,0%

60,0% 51,7%
46,6%
50,0%

40,0%
30,3%
30,0% 24,0%
19,6%
20,0% 14,9%
12,2%
9,4% 7,6%9,3%
10,0% 3,5%

0,0%
2015 2025 2050

Batubara Gas Minyak Energi Baru Terbarukan

Sumber: Permodelan LEAP RUED-P Sumatera Barat

Gambar 2.8.
Bauran Energi Primer Provinsi Sumbar Tahun 2015, 2025, 2050

2.3.2.2 Proyeksi Elastisitas dan Intensitas Energi

Pada Tabel 2.16 di bawah ini, dapat dilihat hasil dari proyeksi
elastisitas energi Provinsi Sumatera Barat yang dihitung berdasarkan
perbandingan laju pertumbuhan konsumsi energi dan laju
pertumbuhan ekonomi (PDRB Sumatera Barat). Terlihat bahwa tren
- 45 -

elastisitas energi Sumatera Barat cenderung turun dari tahun 2015


sampai dengan 2050. Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan
kebutuhan energi di Sumatera Barat lebih kecil daripada pertumbuhan
ekonomi Sumatera Barat.

Senada dengan Tabel 2.16 dan Tabel 2.17 yang berisi tentang proyeksi
intensitas energi sampai dengan tahun 2050 juga menunjukkan tren
menurun. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 Miliar
Rupiah PDRB, dibutuhkan energi yang lebih sedikit dari tahun ke
tahun.

Tabel 2.16.
Proyeksi Elastisitas Energi Provinsi Sumatera Barat 2015-2050

Tahun 2015 2020 2025 2050

Pertumbuhan
PDRB (a) 5,5% 4,4% 4,9% 6,0%

Laju Pertumbuhan Kebutuhan Energi


Skenario RUED
Sumatera Barat 2,49% 1,20% 2,39% 3,56%
[c]

Elastisitas Energi
Skenario RUED
Sumatera Barat 0,5 0,3 0,5 0,6
[c/a]

Sumber: Pemodelan LEAP Provinsi Sumatera Barat

Tabel 2.17.
Proyeksi Intensitas Energi Provinsi Sumatera Barat 2015-2050

Tahun 2015 2020 2025 2050


Proyeksi PDRB
Sumatera Barat
140,7 176,6 225,1 903,1
(Triliun Rupiah)
[a]

Proyeksi Kebutuhan Energi (Ribu TOE)


Skenario RUED
2.141,4 2.334,3 2.611,9 5.857,0
Sumatera Barat
- 46 -

[c]

Intensitas Energi (TOE/Milyar Rupiah)


Skenario RUED
Sumatera Barat 15,2 13,2 11,6 6,5
[c/a]

Sumber: Pemodelan LEAP Provinsi Sumatera Barat

2.3.2.3 Proyeksi Permintaan dan Penyediaan Energi

Permintaan energi sektor industri meningkat sebesar 199,4 ribu TOE


pada tahun 2015 menjadi 475,3 ribu TOE pada tahun 2025, dan pada
tahun 2050 menjadi sebesar 1.789,0 ribu TOE. Sektor lain yang juga
diharapkan mengalami peningkatan adalah sektor komersial yang
meningkat dari 75,6 ribu TOE pada tahun 2015 menjadi 183,6 ribu
TOE pada tahun 2025, dan meningkat sebesar 682,8 ribu TOE pada
tahun 2050. Selain itu, sektor rumah tangga dan sektor lainnya juga
meningkat pada tahun 2025 sebesar 545,3 ribu TOE dan 45,6 ribu TOE
pada tahun 2025 menjadi 1.044,6 ribu TOE dan 132,1 ribu TOE pada
tahun 2050.

Proyeksi permintaan energi final per sektor pengguna secara rinci


ditunjukkan pada Gambar 2.9.
- 47 -

7.000,0
6.000,0
5.000,0 Sektor Lainnya
4.000,0 Komersial

3.000,0 Rumah Tangga

2.000,0 Transportasi
Industri
1.000,0
-
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Branches 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050


Industri 199,4 308,5 475,3 606,4 774,1 1.009,7 1.360,7 1.789,0
Transportasi 988,6 1.202,1 1.362,0 1.510,4 1.658,5 1.816,5 2.005,2 2.208,4
Rumah Tangga 847,4 666,9 545,3 643,9 750,1 845,5 944,1 1.044,6
Komersial 75,6 119,7 183,6 231,8 293,5 380,1 515,2 682,8
Sektor Lainnya 30,4 37,0 45,6 55,4 67,3 83,1 106,0 132,1
Total 2.141,4 2.334,3 2.611,9 3.048,0 3.543,6 4.134,8 4.931,3 5.857,0

Sumber: Permodelan LEAP RUED Provinsi Sumatera Barat


Gambar 2.9.
Permintaan energi final per sektor pengguna skenario RUED

Porsi terbesar permintaan energi per sektor untuk skenario RUED


dimiliki oleh sektor transportasi sebesar 46.2% pada tahun 2015 naik
menjadi 52,1% pada tahun 2025, dan menurun sebesar 37,7% pada
tahun 2050. Sektor yang mengalami peningkatan adalah sektor industri
yang meningkat menjadi 30,5% pada tahun 2050 dari 9,3% pada tahun
2015, dan sektor komersial dari 3,5% pada tahun 2015 menjadi 11,7%
pada tahun 2050. Sektor lainnya memiliki porsi yang relatif kecil
dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Hal ini bisa dilihat pada
gambar 2.10. dibawah ini.
- 48 -

100,0% 1,4%
3,5% 1,6% 1,7% 1,8% 1,9% 2,0% 2,1% 2,3%
5,1% 7,0% 7,6% 8,3% 9,2% 10,4% 11,7%
90,0%
80,0% 28,6% 20,9% 21,1% 21,2% 20,4%
39,6% 19,1% 17,8%
70,0%
60,0%
50,0% 40,7% 37,7%
52,1% 49,6% 46,8% 43,9%
40,0% 51,5%
46,2%
30,0%
20,0%
27,6% 30,5%
19,9% 21,8% 24,4%
10,0% 13,2% 18,2%
9,3%
0,0%
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Industri Transportasi Rumah Tangga Komersial Sektor Lainnya

Sumber : Permodelan LEAP RUED Provinsi Sumatera Barat

Gambar 2.10.
Porsi permintaan energi final per sektor pengguna skenario RUED

Proyeksi permintaan energi final dari sumber energi baru terbarukan


seperti biosolar dan biopremium akan meningkat dan diharapkan dapat
mensubstitusi energi fosil batubara dan minyak bumi. Minyak tanah,
minyak solar, minyak diesel, dan avtur diharapkan sudah tidak ada lagi
pada tahun 2050. Proyeksi permintaan energi final per jenis energi
Provinsi Sumatera Barat hingga tahun 2050 ditunjukkan pada Tabel
2.18.
- 49 -

Tabel 2.18.
Proyeksi permintaan Energi Per Jenis Energi Final (Ribu TOE)
Fuels 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Listrik 257,1 417,3 604,8 795,3 1.027,7 1.307,3 1.693,3 2.165,5
Gas Bumi 3,6 35,5 84,4 120,2 164,6 218,8 291,6 381,8
Premium 573,2 335,0 - - - - - -
Avtur 32,7 35,7 35,6 35,1 32,4 27,1 17,6 -
Minyak Tanah 45,4 29,0 - - - - - -
Minyak Solar 446,7 303,8 - - - - - -
Minyak Bakar 4,1 2,9 - - - - - -
LPG 83,7 142,4 189,0 188,1 185,7 184,8 186,4 189,2
Briket 0,0 0,2 0,6 0,8 1,0 1,4 1,8 2,4
Biogas - 4,9 9,4 14,2 18,4 24,1 30,3 36,7
BioSolar 31,0 363,0 828,4 980,5 1.144,1 1.327,2 1.547,1 1.767,1
BioPremium - 290,2 671,1 672,9 662,6 646,8 632,7 621,3
Minyak Diesel 0,0 0,0 - - - - - -
Biomasa Komersial 3,3 4,1 5,2 6,6 8,4 10,8 14,6 19,2
Bioavtur - 3,5 11,9 23,4 39,6 63,3 100,0 149,7
Dimethyl Ether - 10,9 24,2 27,4 30,9 33,4 36,2 39,1
Total 1.480,8 1.978,4 2.464,5 2.864,6 3.315,4 3.845,1 4.551,6 5.372,1

Sumber: Permodelan LEAP RUED Provinsi Sumatera Barat

Proses penyediaan energi mencakup transformasi sumber energi primer


menjadi energi final yang dapat langsung dimanfaatkan oleh pengguna.
Berbagai sumber energi primer akan melewati proses transformasi
menjadi energi final sebelum dapat digunakan. Proses transformasi
energi dapat berlangsung dengan beberapa proses, bergantung pada
sumber energi primer dan hasil akhir energi yang diinginkan.

Setelah mengetahui jumlah permintaan energi yang diperlukan untuk


melaksanakan aktifitas-aktifitas perekonomian, maka analisis
penyediaan energi dapat dilakukan. Proses transformasi penyediaan
energi dapat berupa proses pembangkitan energi listrik, proses
pengilangan minyak bumi, proses produksi LPG, LNG, Syngas dan lain
sebagainya. Produksi berbagai jenis sumber energi dapat dilihat pada
Tabel 2.19.
- 50 -

Tabel 2.19.
Penyediaan Energi Primer (Ribu TOE)

Jenis Energi 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Batubara 758,6 860,7 659,7 628,8 642,4 663,7 781,4 915,5
Gas 87,3 285,0 415,9 485,9 612,4 742,4 916,6 1.123,2
Minyak 1.167,8 1.259,8 1.064,3 1.134,8 1.223,7 1.232,2 1.364,3 1.465,5
Energi Baru Terbarukan 490,5 799,2 2.286,5 3.199,4 4.122,5 5.446,3 6.829,3 8.546,0
Total 2.504,2 3.204,7 4.426,4 5.448,9 6.601,0 8.084,6 9.891,6 12.050,2
Sumber: Permodelan LEAP RUED Provinsi Sumatera Barat

Penggunaan gas cenderung meningkat. Sebagai antisipasi penurunan


penggunaan bahan bakar minyak maka bahan bakar nabati seperti
Bioetanol, Biodiesel dan Bioavtur terus ditingkatkan.

2.3.2.4 Kebutuhan dan Penyediaan Listrik

Konsumsi energi dan konsumsi listrik per kapita umumnya digunakan


sebagai indikator kemajuan sebuah negara. Hal ini disebabkan oleh
asumsi bahwa negara tersebut menggunakan energi dan listrik untuk
menghasilkan kegiatan yang memiliki nilai tambah secara ekonomi.
Pada tahun 2015, berdasarkan perhitungan LEAP, rata-rata konsumsi
listrik per kapita Indonesia mencapai 890 kWh per kapita. Dengan
angka tersebut, konsumsi listrik per kapita provinsi Sumatera Barat
yang mencapai 575,4 kWh per kapita (Tabel 2.20) masih berada di
bawah rata-rata nasional.

Berdasarkan RUEN, target nasional untuk konsumsi listrik per kapita


pada tahun 2025 adalah 2.500 kWh per kapita. Pada tahun tersebut
diharapkan angka konsumsi listrik per kapita Provinsi Sumatera Barat
mampu berada di atas target nasional, meskipun didalam skenario
LEAP seperti terlihat pada tabel 2.21 di bawah, konsumsi listrik per
kapita Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2025 masih dibawah target
nasional yaitu 1.219,1 kWh per kapita, namun Pemerintah Daerah
Provinsi Sumatera Barat harus optimis untuk dapat mencapai target
nasional tersebut dengan meningkatkan investasi di sektor industri dan
pariwisata yang sangat potensial di Provinsi Sumatera Barat.
- 51 -

Tabel 2.20.
Proyeksi Pemakaian Listrik per Kapita Provinsi Sumatera Barat

Tahun Konsumsi Listrik

2015 575,4 kWh per Kapita

2020 881,7 kWh per Kapita

2025 1.219,1 kWh per Kapita

2050 3.612,1 kWh per Kapita

Sumber: Pemodelan LEAP RUED Provinsi Sumatera Barat

Untuk memenuhi kebutuhan listrik per kapita yang meningkat, maka


diperlukan tambahan kapasitas pembangkit di Provinsi Sumatera Barat
yaitu meningkat dari 763,9 MW tahun 2015 menjadi 1.884,4 MW pada
tahun 2025 dan 5.564 MW tahun 2050. PLTA diharapkan dapat
menjadi pemasok kebutuhan listrik di Provinsi Sumatera Barat hingga
tahun 2050 mencapai 1.100 MW.

Selanjutnya PLTP dan PLT Mini/Mikrohidro juga diharapkan dapat


mendukung pasokan listrik di Provinsi Sumatera Barat menggantikan
pembangkit dengan jenis bahan bakar minyak. Proyeksi kapasitas
pembangkit Provinsi Sumatera Barat hingga tahun 2050 ditunjukkan
pada Tabel 2.21.
- 52 -

Tabel 2.21.
Proyeksi Kapasitas Pembangkit (MW)
Branches 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
PLTU Batubara 414,0 424,0 424,0 424,0 424,0 424,0 424,0 414,0
PLTG Gas - 148,0 148,0 200,0 300,0 400,0 450,0 500,0
PLTG Minyak 52,5 52,0 52,0 35,0 35,0 35,0 35,0 -
PLTD Minyak Solar 33,4 15,9 15,9 15,9 15,9 15,9 15,9 -
PLTA 254,0 254,0 450,0 600,0 750,0 800,0 900,0 1.100,0
PLT Mini_Mikrohidro 9,8 106,6 124,6 325,0 450,0 600,0 750,0 800,0
PLT Panas Bumi_PLTP - 80,0 250,0 350,0 450,0 650,0 750,0 950,0
PLT Biomasa - 1,2 150,0 250,0 400,0 550,0 650,0 700,0
PLT Surya_PLTS 0,2 0,2 250,0 350,0 450,0 550,0 650,0 750,0
PLT Bayu_PLTB - - 20,0 80,0 150,0 280,0 320,0 350,0
Total 763,9 1.081,8 1.884,4 2.629,9 3.424,9 4.304,9 4.944,9 5.564,0
Sumber: Pemodelan LEAP RUED Provinsi Sumatera Barat

Porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) pada pembangkit listrik tahun


dasar (2015) sebesar 35,5% diharapkan meningkat pada tahun 2025
menjadi 65,7% dan pada tahun 2050 diharapkan porsi EBT menjadi
82,9%. Porsi sumber energi minyak diperkirakan akan menurun, dari
3,5% pada tahun 2015 menjadi 1,4% pada tahun 2025, dan pada tahun
2050 menjadi sebesar 0%. Untuk menutupi kebutuhan permintaan
energi, maka penggunaan sumber energi gas mulai akan dimanfaatkan
pada tahun 2025 sebesar 7,3% dan meningkat menjadi 9,0% pada
tahun 2050. Sama halnya dengan minyak, penggunaan batubara pada
pembangkit listrik di Provinsi Sumatera Barat juga mengalami
penurunan yang cukup signifikan, dari 61,0% pada tahun 2015
menjadi 25,5% pada tahun 2025 dan terus menurun sampai tahun
2050 hingga menjadi 8,1%.

Hal ini sejalan dengan arah Kebijakan Energi Nasional (KEN) dimana
penggunaan minyak bumi diupayakan untuk terus diturunkan, namun
sebaliknya penggunaan Energi Baru Terbarukan dinaikkan secara terus
menerus dan kekurangannya nantinya akan dicukupkan dengan
pemanfaatan gas bumi yang kemudian apabila masih kurang dapat
dilengkapi dengan penggunaan batubara.
- 53 -

100%

90%
35,5% 38,7%
80%

70% 65,7%
3,5%
0,0% 74,0% 77,1%
60% 2,1% 80,3% 81,3% 82,9%
8,0%
50%

40%
1,4%
30% 61,0% 7,3%
51,1% 0,9%
7,1% 0,7%
20% 8,3% 0,6% 0,6% 0,0%
25,5% 8,7% 8,9% 9,0%
10% 18,1% 13,8% 10,4% 9,2% 8,1%
0%
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Batubara Gas Minyak Energi Baru Terbarukan

90,0%
80,0%
70,0%
60,0%
50,0%
40,0%
30,0%
20,0%
10,0%
0,0%
2015 2020 2025
2030
2035
2040
2045
2050
Batubara Gas Minyak Energi Baru Terbarukan

Sumber: Permodelan LEAP RUED Provinsi Sumatera Barat

Gambar 2.11.
Bauran Energi Primer Pembangkit
- 54 -

2.2.2.5 Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca

Proyeksi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan


pembakaran bahan bakar yang digunakan untuk semua sektor
pengguna meningkat dari 3,9 juta ton CO2 pada tahun 2015 menjadi
4,8 juta ton CO2 pada tahun 2025 dan 9 juta ton CO2 tahun 2050.
Pada periode tahun 2050, sektor transportasi merupakan sektor
penyumbang emisi terbesar, menyusul kedua terbesar yaitu sektor
industri. Besaran emisi gas rumah kaca di Provinsi Sumatera Barat
ditunjukkan pada Tabel 2.22. dibawah ini.

Tabel 2.22.
Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Barat (ribu ton
CO2)

Sektor Pengguna 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Industri 459,4 686,0 1.018,6 1.252,2 1.537,9 1.926,6 2.489,4 3.131,7
Transportasi 2.947,4 3.225,8 3.066,7 3.369,5 3.671,2 3.994,3 4.386,8 4.811,3
Rumah Tangga 393,6 506,1 561,0 575,5 587,2 594,2 600,7 606,7
Komersial 41,9 61,6 79,2 90,7 103,9 122,2 151,4 186,0
Sektor Lainnya 94,9 98,3 97,4 119,9 147,2 183,8 237,2 299,1
Total 3.937,2 4.577,7 4.823,0 5.407,7 6.047,4 6.821,1 7.865,4 9.034,7

Sumber : Permodelan LEAP RUED Provinsi Sumatera Barat

6.000,0

5.000,0

4.000,0
Industri
Transportasi
3.000,0
Rumah Tangga
Komersial
2.000,0
Sektor Lainnya

1.000,0

-
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Gambar 2.12
Proyeksi Emisi GRK Provinsi Sumatera Barat
- 55 -

BAB III

VISI, MISI, SASARAN, DAN TUJUAN ENERGI DAERAH

3.1 Visi Energi Daerah

Dengan mempertimbangkan isu dan permasalahan energi daerah,


tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan
daerah selama ini, maka visi pengelolaan energi Provinsi Sumatera
Barat adalah :

“TERWUJUDNYA TATA KELOLA ENERGI DAN SUMBER DAYA


MINERAL UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT “

Dalam hal terwujudnya tata kelola energi dan sumber daya mineral
berarti pemanfaatan potensi energi dan sumber daya mineral mampu
meningkatkan dukungan terhadap pembangunan berbagai sektor, yang
pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap tercapainya visi
Sumatera Barat, dan untuk kesejahteraan masyarakat adalah
menyangkut keberpihakan kepada kepentingan masyarakat yang lebih
luas.

3.2 Misi Energi Daerah

Untuk mewujudkan Visi diatas, maka Misi Pengelolaan Energi di


Sumatera Barat adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya pengelolaan dan pendayagunaan energi dan


ketenagalistrikan;
2. Meningkatnya pengelolaan mineral dan batubara berdasarkan azaz
manfaat dengan mempertimbangkan konservasi;
3. Mewujudkan tata kelola air tanah berbasis konservasi;
4. Meningkatnya kinerja pelayanan publik yang profesional.

3.3. Tujuan Pembangunan Energi Daerah


Sama halnya dengan tujuan pengelolaan energi nasional, dengan
menyesuaikan dengan kondisi daerah, maka tujuan pengelolaan energi
di Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut :
- 56 -

1. Tercapainya kemandirian pengelolaan energi bagi Provinsi Sumatera


Barat;
2. Terjaminnya ketersediaan energi daerah, yang bersumber dari
pengelolaan potensi setempat dan berkelanjutan;
3. Tercapainya ketangguhan/kemampuan daerah dalam mengatasi
tantangan kebutuhan energi di masa depan;
4. Tercapainya diversifikasi energi baru terbarukan;
5. Tercapainya sinergitas pemangku kepentingan dalam pengelolaan
energi;
6. Tercapainya kesadaran pengguna energi di berbagai sektor untuk
melakukan kegiatan konservasi energi;
7. Tercapainya pemanfaatan energi yang berkeadilan untuk
menciptakan kesejahteraan masyarakat;
8. Tercapainya sarana prasarana energi dengan dukungan lintas
sektor.

3.4. Sasaran Energi Daerah

Sasaran dalam rangka mewujudkan tujuan pengelolaan energi di


Provinsi Sumatera Barat, adalah sebagai berikut :
1. Terciptanya pangsa energi baru terbarukan sebesar 51,7 % di tahun
2025 dan 70,9 persen di tahun 2050
2. Tercapainya rasio elektrifikasi rumah tangga sebesar 99,9 persen
pada tahun 2020
3. Tercapainya perluasan jaringan infrastruktur gas bagi pelaku usaha
dan rumah tangga.
4. Terpenuhinya penyediaan energi primer sebesar 4,4 juta TOE pada
tahun 2025 dan 12,05 juta TOE tahun 2050 baik dari sumber
setempat maupun dipasok dari luar Provinsi Sumatera Barat.
5. Tercapainya konsumsi listrik per kapita sebesar 1.219 kWh per
kapita pada tahun 2025 dan 3.612 kWh per kapita pada tahun
2050;
6. Tercapainya intensitas energi final sebesar 11,6 TOE/milyar rupiah
tahun 2025 dan 6,5 TOE/milyar rupiah tahun 2050.
- 57 -

7. Tercapainya konsumsi energi sebesar 0,45 TOE per kapita di tahun


2025 dan 0,84 TOE per kapita pada tahun 2050.
- 58 -

BAB IV

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI DAERAH

4.1 Kebijakan Energi Daerah


UED Provinsi Sumatera Barat dilaksanakan dengan mengacu kepada
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan
REnergi Nasional (KEN), yang memuat dua arah kebijakan yaitu
kebijakan utama dan kebijakan pendukung sebagai berikut :

Kebijakan utama, meliputi :

1) Ketersediaan energi untuk kebutuhan daerah.


2) Prioritas pengembangan energi.
3) Pemanfaatan sumber daya energi daerah.
4) Cadangan energi daerah.

Kebijakan pendukung, meliputi :

1) Konservasi energi, konservasi sumber daya energi dan diversifikasi


energi.
2) Lingkungan hidup dan keselamatan.
3) Harga, subsidi dan insentif energi.
4) Infrastruktur dan akses untuk masyarakat terhadap energi dan
industri energi.
5) Penelitian, pengembangan dan penerapan teknologi energi.
6) Kelembagaan dan pendanaan.

KEN mengamanatkan prioritas pemanfaatan sumber daya energi daerah


dalam memenuhi kebutuhan energi daerah. Prioritas tersebut
ditentukan berdasarkan beberapa faktor, diantaranya ketersediaan
jenis/sumber energi, keekonomian, kelestarian lingkungan hidup,
kecukupan untuk pembangunan yang berkelanjutan dan kondisi
geografis sebagai negara kepulauan. Prioritas pemanfaatan sumber
daya energi daerah tersebut harus berujung pada tujuan utama KEN
2050 yaitu Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional.

Berdasarkan kondisi daerah serta isu dan permasalahan energi di


Provinsi Sumatera Barat saat ini, maka Dinas Energi dan Sumber Daya
Mineral Provinsi Sumatera Barat beserta pihak terkait menetapkan arah
- 59 -

kebijakan energi Provinsi Sumatera Barat sebagai berikut :

1. Ketersediaan energi untuk kebutuhan daerah;


2. Konservasi energi, konservasi sumber daya energi dan diversifikasi
energi;
3. Kelembagaan dan pendanaan.

4.2. Strategi Energi Daerah


Berdasarkan arah kebijakan energi di Provinsi Sumatera Barat yang
telah ditetapkan, maka strategi energi daerah yang akan dilakukan
untuk mendukung implementasi setiap kebijakan utama tersebut
adalah sebagai berikut :

A. Arah kebijakan : Penyediaan energi untuk kebutuhan daerah


Terdiri dari strategi sebagai berikut :
1. Meningkatkan eksplorasi sumber daya, potensi dan/atau cadangan
terbukti energi dari energi baru terbarukan. Strategi ini mencakup
program sebagai berikut :
▪ Peningkatan kualitas data potensi energi baru terbarukan.
2. Penyediaan energi bagi masyarakat yang belum memiliki akses
terhadap energi untuk rumah tangga, transportasi, industri dan
pertanian yang mencakup program-program sebagai berikut :
▪ Peningkatan rasio elektrifikasi
▪ Pembangunan infrastruktur energi
3. Meningkatkan keandalan sistem produksi, transportasi dan
distribusi penyediaan energi. Pada implementasi strategi ini
termasuk di dalamnya program-program sebagai berikut :
▪ Pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan
▪ Pembangunan infrastruktur distribusi gas bumi
4. Pengembangan dan penguatan infrastruktur energi serta akses
untuk masyarakat terhadap energi dilaksanakan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah. Strategi ini mencakup program
sebagai berikut :
▪ Pemberian kemudahan akses masyarakat memperoleh energi
terhadap pengembangan dan penguatan infrastruktur energi
- 60 -

B. Arah kebijakan : Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan


Terdiri dari strategi sebagai berikut :
1. Pengembangan energi dan sumber daya energi yang diprioritaskan
untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Strategi ini
mencakup program sebagai berikut :
▪ Peningkatan kebutuhan energi daerah
2. Meningkatkan pemanfaatan energi surya. Strategi ini terdiri dari
program-program sebagai berikut :
▪ Perumusan kebijakan pemanfaatan energi surya.
▪ Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
3. Meningkatkan pemanfaatan sampah kota. Strategi ini mencakup
program sebagai berikut :
▪ Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
4. Meningkatkan pemanfaatan energi angin. Strategi ini mencakup
program sebagai berikut :
▪ Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)
5. Meningkatkan pemanfaatan energi biomassa. Strategi ini mencakup
program sebagai berikut :
▪ Pembangunan Pembangkit Listrik Biomassa (PLTBm)
6. Meningkatkan pemanfaatan energi air skala kecil. Strategi ini
mencakup program sebagai berikut :
▪ Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)
7. Meningkatkan pemanfaatan energi air skala besar. Strategi ini
mencakup program sebagai berikut :
▪ Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro dan Air
(PLTM dan PLTA)
8. Meningkatkan pemanfaatan energi panas bumi. Strategi ini terdiri
dari program-program sebagai berikut :
▪ Perumusan kebijakan percepatan pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP)
▪ Pembangunan PLTP
9. Meningkatkan pemanfaatan biogas. Strategi ini mencakup program
sebagai berikut :
▪ Pembangunan biogas sebagai substitusi minyak tanah/LPG
untuk sektor rumah tangga
- 61 -

10. Pemanfaatan sumber energi terbarukan dari jenis bahan bakar


nabati diarahkan untuk menggantikan BBM terutama untuk
transportasi dan industri. Strategi ini terdiri dari program-program
sebagai berikut :
▪ Konversi pemanfaatan BBM ke BBN untuk sektor transportasi,
industri dan pembangkit.
▪ Peningkatan produksi dan pemanfaatan BBN.
▪ Penyediaan lahan khusus untuk kebun energy.

C. Arah kebijakan : Konservasi dan Diversifikasi Energi


1. Konservasi energi. Strategi ini terdiri dari program-program sebagai
berikut :
▪ Perumusan kebijakan konservasi energi
▪ Penerapan sistem manajemen energi
▪ Standardisasi dan labelisasi peralatan pengguna energi
▪ Pengalihan ke moda transportasi massal
▪ Membangun budaya hemat energi
▪ Pengurangan kontribusi PLTD untuk pembangkit listrik
2. Diversifikasi energi. Strategi ini terdiri dari program-program sebagai
berikut :
▪ Program Zero Kerosene
▪ Penggunaan kendaraan listrik
▪ Percepatan pelaksanaan substitusi BBM dengan gas di sektor
transportasi
3. Pemanfaatan sumber energi gas untuk sektor transportasi. Strategi
ini mencakup program sebagai berikut :
▪ Optimalisasi penggunaan gas untuk transportasi

D. Arah kebijakan : Lingkungan Hidup


1. Pengendalian dan pencegahan pencemaran lingkungan dari sektor
energi. Strategi ini terdiri dari program-program sebagai berikut :
▪ Pengendalian dan pencegahan emisi gas rumah kaca dari sektor
energi
▪ Pengendalian dan pencegahan polusi udara dari sektor energi
2. Penyediaan energi dan pemanfaatan energi yang berwawasan
lingkungan. Strategi ini mencakup program sebagai berikut :
- 62 -

▪ Peningkatan koordinasi dan layanan perizinan dalam kawasan


hutan

E. Arah kebijakan : Harga, Subsidi dan Insentif Energi


1. Harga energi yang berkeadilan. Strategi ini mencakup program
sebagai berikut :
▪ Pengaturan harga energi
2. Insentif penggunaan energi baru terbarukan. Strategi ini mencakup
program sebagai berikut :
▪ Pemberian insentif penggunaan energi baru terbarukan
3. Insentif penggunaan transportasi massal. Strategi ini mencakup
program sebagai berikut :
▪ Pemberian insentif penggunaan transportasi massal

F. Arah kebijakan : Kemampuan Pengelolaan Energi


1. Pengembangan kemampuan pengelolaan energi. Strategi ini terdiri
dari program-program sebagai berikut :
▪ Peningkatan kemampuan pengelolaan energi bagi ASN yang
membidangi energi
▪ Peningkatan kualitas pendidikan di bidang teknologi energi,
khususnya di SMK
▪ Peningkatan jumlah dan kualitas tenaga teknik di bidang energi
2. Pemberdayaan masyarakat untuk menunjang keberlanjutan instalasi
EBT. Strategi ini terdiri dari program-program sebagai berikut :
▪ Pembentukan Unit Layanan Teknis (Local Support Center) yang
menyediakan layanan konsultasi troubleshooting dan penyediaan
suku cadang PLTS
▪ Pelatihan pemeliharaan dan pengoperasian instalasi EBT (PLTS
Komunal/Terpusat, PLTMH, Biogas) untuk operator
▪ Pelatihan bisnis perdesaan dengan memanfaatkan komoditas
lokal bagi masyarakat pengguna instalasi EBT (PLTS
Komunal/Terpusat, PLTMH, Biogas)
3. Konservasi Energi. Strategi ini mencakup program sebagai berikut :
▪ Peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang
konservasi energy
- 63 -

4.3 Kelembagaan Energi Daerah


Pengelolaan energi daerah, terutama dalam implementasi kebijakan,
strategi dan program terkait energi daerah yang telah ditetapkan akan
melibatkan instansi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait
sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, diantaranya yaitu :

1. Perguruan Tinggi Negeri;


2. Perguruan Tinggi Swasta;
3. Bappeda;
4. Dinas Lingkungan Hidup;
5. Dinas ESDM;
6. Dinas Perkebunan;
7. Dinas Perhubungan;
8. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
9. Dinas Perindustrian dan Perdagangan;
10. Dinas Penanaman Modal dan PTSP;
11. Dinas Pendidikan;
12. Asosiasi/Swasta;
13. Kementerian ESDM;
14. Lembaga Swadaya Masyarakat;
15. Tokoh Masyarakat;
16. Badan Usaha (PLN, Pertamina, dll.);
17. GAPKI;
18. Perbankan.

4.4 Instrumen Kebijakan Energi Daerah

Di dalam melakukan kebijakan dan strategi energi daerah, instrumen


kebijakan daerah yang dapat mendukung implementasi kebijakan dan
strategi energi daerah tersebut diantaranya yaitu :

1. Rencana Umum Energi Daerah Provinsi;


2. Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah;
3. RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik);
4. Renstra (Rencana Strategis) Daerah;
5. Rencana Induk Pengembangan Industri Daerah
6. RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah).
- 64 -

Dengan sumber pendanaan berasal dari Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Indonesia (APBN), mitra pembangunan, Swasta, PLN,
Dana Alokasi Khusus (DAK), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Provinsi Sumatera Barat dan sektor lainnya.
- 65 -

BAB V
PENUTUP

Berdasarkan berbagai proses penyusunan RUED Provinsi Sumatera


Barat, ditemukan beberapa hal dalam sektor energi yang patut menjadi
perhatian bersama guna menyusun sebuah perencanaan energi untuk
Provinsi Sumatera Barat yang komprehensif dengan tetap
memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Tingginya pemanfaatan
energi yang tidak ramah lingkungan untuk sektor industri di pesisir
utara Sumatera Barat, banyaknya potensi gas yang merupakan bahan
bakar transisi menuju energi bersih yang belum termanfaatkan dan
belum terpenuhinya akses listrik di daerah terpencil, merupakan isu
energi yang perlu mendapat perhatian lebih di Provinsi Sumatera Barat.
Dengan perencanaan yang baik, isu-isu tersebut seharusnya dapat
diatasi, mengingat Sumatera Barat memiliki potensi energi terbarukan
yang memadai.

Hasil analisis pemodelan energi dengan skenario RUED menunjukkan


bahwa konsumsi energi Sumatera Barat diproyeksikan akan terus
bertambah dari
1.546,9 ribu TOE pada tahun 2015 menjadi 2.611,9 ribu TOE pada
tahun 2025 dan 5.857 ribu TOE pada tahun 2050. Dengan sektor
transportasi, rumah tangga dan industri yang merupakan tiga sektor
dengan konsumsi energi final tertinggi.

Pada tahun dasar (2015) bauran EBT yaitu sebesar 19,6%, dengan
mengadopsi skenario RUED bauran EBT meningkat menjadi masing-
masing 51,7% dan 70,9% di tahun 2025 dan tahun 2050. Target ini
berada di atas target nasional dalam RUEN yaitu 23% dan 31% di
tahun 2025 dan 2050.

Sebagai perwujudan pengembangan energi yang memperhatikan


keseimbangan keekonomian, keamanan pasokan energi dan pelestarian
fungsi lingkungan, maka prioritas pengembangan energi Sumatera
Barat mengadopsi prinsip pengelolaan energi didalam RUEN yaitu:
memaksimalkan energi terbarukan dengan memperhatikan tingkat
keekonomian, meminimalkan penggunaan minyak bumi,
- 66 -

mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi dan energi baru, serta


memanfaatkan potensi sumber daya batu bara sebagai andalan
pasokan energi daerah dengan mempertimbangkan dampak sosial dan
lingkungan. Dari berbagai prioritas di atas, dirumuskan lebih lanjut
berbagai kebijakan energi Provinsi Sumatera Barat yaitu: ketersediaan
energi untuk kebutuhan daerah, konservasi energi, konservasi
sumberdaya energi, diversifikasi energi serta penguatan kelembagaan
pengelolaan energi daerah.
LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA
NOMOR 11 TAHUN 2019
TENTANG RENCANA UMUM ENERGI DAERAH TAHUN 2019-2050

MATRIK PROGRAM
RENCANA UMUM ENERGI DAERAH

PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
Kebijakan Utama - 1: Ketersediaan Energi untuk Kebutuhan Energi Daerah
1 Meningkatkan 1 Peningkatan 1 Validasi dan pengukuran survei secara teknis Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2021
eksplorasi potensi kualitas data potensi dalam rangka meningkatkan kualitas data potensi Kabupaten/ dan Pihak membidangi Rencana Strategis
energi baru dan Energi Baru dan panas bumi, bioenergi, surya, mikro hidro dan angin Kota di Lainnya energi
terbarukan Terbarukan dengan mengacu pada data potensi saat ini Sumatera
sebesar: Barat
Potensi Panas Bumi: 1.835 MW
Potensi Air: 1.100 MW
Potensi Mini/Mikro Hidro: 1.353 MW
Potensi Bioenergi: 923,1 MW
Potensi Surya: 5.898 MW
Potensi Angin:428 MW

2 Survei potensi dilokasi baru yang terindikasi dalam Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
rangka meningkatkan kuantitas potensi air, Kabupaten/ dan Pihak membidangi Rencana Strategis
bioenergi, surya, panas bumi dan angin Kota di Lainnya energi
Sumatera
Barat
3 Survei potensi gas metana, sampah, arus, Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
gelombang dan perbedaan suhu lapisan laut, serta Kabupaten/ dan Pihak membidangi Rencana Strategis
EBT lainnya Kota di Lainnya energi
Sumatera
Barat
2 Meningkatkan produksi 1 Peningkatan 1 Fasilitasi dan memberikan insentif dalam bentuk Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
energi dan sumber produksi BBN untuk fiskal maupun non fiskal dalam rangka Barat membidangi Rencana Strategis
energi pemanfaatan di mengakomodir pembangunan industri biodiesel energi, industri,
sektor transportasi, untuk pemenuhan kebutuhan biodiesel di Sumatera pertanian dan
industri dan Barat dan daerah sekitarnya perhubungan
pembangkit listrik

2 Pembangunan industri Biodiesel dengan target Sumatera APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
produksi sebesar 690 ribu KL pada tahun 2050 Barat dan Pihak membidangi Rencana Strategis
sebagai campuran BBM untuk pemanfaatan sektor Lainnya energi, industri,
transportasi, industri dan pembangkit listrik pertanian dan
perhubungan

1
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
3 Kebijakan
Fasilitasi Utama
dan - 1: Ketersediaan
memberikan Energi
insentif dalam untuk Kebutuhan
bentuk Sumatera Energi
APBDDaerah Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
fiskal maupun non fiskal dalam rangka Barat membidangi Rencana Strategis
mengakomodir pembangunan industri bioethanol energi, industri,
untuk pemenuhan kebutuhan bioetahnol di pertanian dan
Sumatera Barat dan daerah sekitarnya perhubungan

4 Pembangunan industri Bioethanol dengan target Sumatera APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
produksi sebesar 401 ribu KL pada tahun 2050 Barat dan Pihak membidangi Rencana Strategis
sebagai campuran BBM untuk pemanfaatan sektor Lainnya energi, industri,
transportasi. pertanian dan
perhubungan

3 Meningkatkan 1 Pembangunan 1 Memfasilitasi penyediaan lahan dan kemudahan Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD,
keandalan sistem infrastruktur lainnya berupa insentif baik fiskal maupun non fiskal Kabupaten dan Pihak membidangi Rencana Strategis
produksi, transportasi ketenagalistrikan dalam rangka mewujudkan pembangunan Sumatera Lainnya energi dan
dan distribusi pembangkit listrik yang telah direncanakan dalam Barat lingkungan hidup
penyediaan energi rencana umum penyediaan tenaga listrik nasional
dengan target: 2019
PLTM Gumantri III 6,45 MW 2019
PLTM Siamang Bunyi 2 MW 2019
PLTP Muara Laboh (FTP2) 80 MW 2025
PLTP Muara Laboh 140 MW 2020
PLTM Batang Sumpur 7,6 MW 2020
PLTM Bayang Nyalo 6 MW 2020
PLTM Bukit Sileh 0,7 MW 2020
PLTM Muara Sako 3 MW 2020
PLTM Pelangai Hilir 3,6 MW 2020
PLTM Pelangai Hulu 9,8 MW 2020
PLTM Rabi Jonggor 4,5 MW 2020

PLTM Sako 1 6 MW 2020


PLTM Sikarbau 2 MW 2020
PLTM Tarusan 3,2 MW 2020
PLTM Tongar 6 MW 2020
PLTM Tras 1,6 MW 2020
PLTM Tuik 6,3 MW 2020
PLTA Masang-2 (FTP2) 44 MW 2023
PLTA/M Hydro Tersebar Sumbar 18 MW 2021-2025
PLTS Tersebar Sumbar 20 MW 2023-2024
PLTS Tersebar Sumbar 16 MW 2020
2 Pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
tambahan melalui pendanaan APBN/APBD maupun Kabupaten/ dan Pihak membidangi Rencana Strategis
skema kerjasama dengan Badan Usaha diluar dari Kota di Lainnya energi
yang telah diprogramkan dalam rencana umum Sumatera
penyediaan tenaga listrik dengan target Barat
penambahan :
PLTG Gas : 500 MW
PLTA : 1.100 MW
PLTS : 750 MW
PLTB : 350 MW
PLT Biomasa (termasuk PLTSA) : 700 MW
PLTM/MH : 800 MW
PLTP : 950 MW

2
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
3 KebijakanRoadmap
Menyusun Utama - 1: Ketersediaanpembangkit
pembangunan Energi untuk Kebutuhan
Sumatera Energi
APBDDaerah Dinas yang Dokumen 2021-2025
berdasarkan kebutuhan yang disesuaikan dengan Barat membidangi Roadmap
ketersediaan jaringan (On grid, Mini Grid, dan Off energi
Grid) berdasarkan wilayah
4 Menurunkan penggunaan Pembangkit Listrik Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
Tenaga Diesel (PLTD) dan menggantinya dengan Barat membidangi Rencana Strategis
pembangkit listrik EBT energi
2 Peningkatan 1 Menyusun Roadmap peningkatan industri Seluruh APBD Dinas yang Dokumen 2021-2025
penyediaan energi pengolahan non-migas pada wilayah Kawasan Kabupaten/ membidangi Roadmap
untuk menunjang Indsutri dan Kawasan Ekonomi Khusus termasuk Kota di energi dan
penyebaran dan jenis industri yang memiliki prospek pengembangan Sumatera industri
pengembangan serta kebutuhan infrastruktur energi dalam rangka Barat
industri mendukung pembangunan industri tersebut

2 Memfasilitasi pembangunan wilayah Kawasan Seluruh APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2021-2025
Industri dan Kawasan Ekonomi Khusus serta Kabupaten/ membidangi Rencana Strategis
pembangunan infrastruktur energi dan infrastruktur Kota di energi, industri
pendukung lainnya dalam bentuk penyediaan lahan Sumatera dan lingkungan
maupun insentif fiskal maupun non fiskal lainnya Barat hidup
sesuai Roadmap yang telah disusun

4 Memastikan terjaminnya 1 Pemeliharaan dan 1 Konservasi wilayah tangkapan air disekitar lokasi Seluruh APBN,APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
daya dukung lingkungan pemulihan area sumber air dalam rangka menjaga pasokan air serta Kabupaten membidangi Rencana Strategis
untuk menjamin tangkapan air di mengurangi pendangkalan di Sumatera energi, lingkungan
ketersediaan sumber kawasan hutan Barat hidup dan
energi air dan panas konservasi dan perairan
bumi hutan lindung untuk
menjamin
ketersediaan
sumber energi air
dan panas bumi
2 Rehabilitasi lingkungan di daerah sumber energi Seluruh APBN,APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
panas bumi dan air Kabupaten membidangi Rencana Strategis
di Sumatera energi, lingkungan
Barat hidup dan
perairan

3 Penyempurnaan Peraturan Daerah dan/atau Sumatera APBD Dinas yang Peraturan 2019-2021
Peraturan Gubernur terkait besaran pajak air Barat membidangi Daerah/Peraturan
permukaan yang telah mempertimbangkan asas energi, lingkungan Gubernur
manfaat dari keberadaan pembangkit tenaga air hidup dan
perairan

5 Mewujudkan 1 Pemanfaatan lahan 1 Mengakomodir pemanfaatan lahan untuk Sumatera APBD Dinas yang Peraturan Daerah 2019-2025
ketersediaan energi untuk penyediaan pembangunan infrastruktur energi kedalam RTRW Barat membidangi
untuk kebutuhan energi didasarkan Provinsi dan Kabupaten/Kota. energi, lingkungan
nasional, jika terjadi pada RTRW hidup,perairan
tumpang tindih dan badan
pemanfaatan lahan perencanaan
dalam penyediaan daerah
energi maka
didahulukan yang
memiliki nilai strategis
yang lebih tinggi

3
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
2 Kebijakanmekanisme
Menyusun Utama - 1: Ketersediaan Energi
pemanfaatan lahan untuk Kebutuhan
untuk Sumatera Energi
APBDDaerah Dinas yang Dokumen RTRW 2019-2021
menjamin penyediaan energi pada lahan yang Barat membidangi
tumpang tindih dengan kebutuhan lain energi, lingkungan
hidup, perumahan
dan badan
perencanaan
daerah

4
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
Kebijakan Utama - 1: Utama
Kebijakan Ketersediaan EnergiPengembangan
- 2: Prioritas untuk Kebutuhan Energi Daerah
Energi
1 Mengutamakan 1 Peningkatan 1 Sensus terhadap setiap rumah tangga dalam Seluruh APBD Dinas yang Dokumen 2019-2025
penyediaan energi bagi konversi BBM ke rangka menyediakan data update terkait Kabupaten/ membidangi
masyarakat yang belum gas untuk rumah penggunaan mitan dan kayu bakar untuk memasak Kota di energi
memiliki akses terhadap tangga dalam rangka mendukung program Pemerintah Sumatera
energi listrik, gas rumah untuk konversi mitan ke gas dan bioenergi pada Barat
tangga dan energi untuk sektor rumah tangga
transportasi, industri
dan pertanian
2 Sosialisasi terhadap dampak positif penggunaan Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2022
LPG dari sisi harga, efisiensi dan efektifitas Barat membidangi Rencana Strategis
energi
3 Pengembangan Jaringan Gas (Jargas) untuk Sumatera APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2021
kebutuhan rumah tangga pada daerah penghasil Barat membidangi Rencana Strategis
gas bumi. energi
4 Sosiallisasi manfaat penggunaan kandang bersama Seluruh APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2021
untuk hewan ternak dalam rangka pemanfaatan Kabupaten/ membidangi Rencana Strategis
kotoran ternak menjadi biogas yang dapat dijadikan Kota di energi dan
sumber energi untuk rumah tangga Sumatera peternakan
Barat
2 Peningkatan rasio 1 Pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
elektrifikasi terintegrasi dengan program Pemerintah dalam Kabupaten dan Pihak membidangi Rencana Strategis
rangka menjamin peningkatan rasio elektrifikasi di Sumatera Lainnya energi
mendekati 100% pada tahun 2020 Barat

3 Menyusun dokumen 1 Survey kebutuhan infrastruktur dalam rangka Sumatera APBD Dinas yang Dokumen hasil 2019-2025
infrastruktur energi mendukung kegiatan perekonomian disektor Barat membidangi survey
transportasi, industri dan pertanian yang belum energi, industri,
memiliki akses terhadap energi perhubungan dan
Pertanian

2 Menyusun roadmap pembangunan infrastruktur Sumatera APBD Dinas yang Dokumen 2019-2025
berdasarkan survey yang telah dilakukan Barat membidangi Roadmap
energi, industri,
perhubungan dan
Pertanian

2 Mengembangkan energi 1 Peningkatan 1 Pengembangan sistem tenaga listrik kecil berbasis Sumatera APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2020
dengan mengutamakan Pemanfaatan EBT EBT untuk penyediaan listrik di wilayah-wilayah Barat dan Pihak membidangi Rencana Strategis
sumber daya energi yang tidak terjangkau oleh perluasan jaringan (grid) Lainnya energi
setempat
2 Pemanfaatan sumber energi tenaga panas bumi, Sumatera APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
air, bioenergi, surya, angin dan EBT lainnya sesuai Barat dan Pihak membidangi Rencana Strategis
dengan potensi energi setempat Lainnya energi
3 Pembangunan dan pengembangan pasokan dan Seluruh APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
pemanfaatan EBT untuk masyarakat desa yang Kabupaten membidangi Rencana Strategis
belum memiliki akses terhadap energi di Sumatera energi
Barat
4 Peningkatan kualitas dan kuantitas survei potensi Seluruh APBD Dinas yang Dokumen 2019-2025
energi tenaga air dan melakukan pemetaan rinci Kabupaten membidangi
untuk pengembangan pembangkit hidro skala kecil di Sumatera energi
Barat

5
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
5 Kebijakan Utama
Mewajibkan kantor -pemerintahan
1: Ketersediaan Energi untuk Kebutuhan
di Provinsi Sumatera Energi
APBDDaerah Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
Sumatera Barat untuk membangun dan Barat membidangi Rencana Strategis
menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya energi
(PLTS) Atap

3 Mengembangkan energi 1 Peningkatan 1 Peningkatan pemanfaatan potensi sumber Energi Sumatera APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2021
dan sumber daya energi ketahanan energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang ada. Barat dan Pihak membidangi Rencana Strategis
diprioritaskan untuk nasional Lainnya energi
memenuhi kebutuhan
energi
4 Mengembangkan 1 Memprioritaskan 1 Penyusunan roadmap pengembangan kawasan Seluruh APBD Dinas yang Doumen Roadmap 2019-2025
industri dengan kawasan industri industri termasuk prioritas pengembangan jenis Kabupaten/ membidangi
kebutuhan energi yang yang berkebutuhan industri yang disesuaikan dengan potensi energi di Kota di energi, industri
tinggi diprioritaskan di energi tinggi wilayah setempat Sumatera dan badan
daerah yang kaya berlokasi dekat Barat perencanaan
sumber daya energi dengan sumber daerah
daya energi

6
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
KebijakanKebijakan
Utama - 1:Utama
Ketersediaan Energi untuk
- 3: Pemanfaatan Kebutuhan
Sumber Energi Daerah
Daya Energi
1 Memanfaatkan sumber 1 Peningkatan peran 1 Peningkatan peran EBT: Sumatera APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
energi terbarukan dari EBT dalam bauran a. Menjadi paling sedikit 65.7% sampai dengan Barat dan Pihak membidangi Rencana Strategis
jenis energi air, energi energi tahun 2025, dengan penyediaan kapasitas Lainnya energi
panas bumi, energi laut pembangkit listrik EBT paling sedikit 1.244,5 MW:
dan energi angin 1) PLTA 450 MW
diarahkan untuk 2) PLTM & PLTMH 124,5 MW
ketenagalistrikan 3) PLT Biomasa 150 MW
4) PLTS 250 MW
5) PLTB 20 MW
6) PLTP 250 MW
b. Menjadi paling sedikit 82,9% sampai dengan
tahun 2050, dengan penyediaan kapasitas
pembangkit listrik EBT paling sedikit 4.650 MW:
1) PLTA 1.100 MW
2) PLTM & PLTMH 800 MW
3) PLT Biomasa 700 MW
4) PLTS 750 MW
5) PLTB 350 MW
6) PLTP 950 MW

2 Pembangunan 1 Penyempurnaan Peraturan Daerah dan/atau Sumatera APBD Dinas yang Peraturan 2019-2025
Pembangkit Listrik Peraturan Gubernur terkait besaran pajak air Barat membidangi Daerah/Peraturan
Tenaga Air, permukaan yang telah mempertimbangkan asas energi, lingkungan Gubernur
Minihidro dan manfaat dari keberadaan pembangkit tenaga air hidup, perairan
Mikrohidro dan keuangan
daerah

2 Validasi dan pengukuran survei secara teknis Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
dalam rangka meningkatkan kualitas data potensi Kabupaten/ dan Pihak membidangi Rencana Strategis
air : 1.100 MW dan Potensi Mini/Mikro Hidro: 1.353 Kota di Lainnya energi
MW Sumatera
Barat
3 Pembangunan 1 Validasi dan pengukuran survei secara teknis Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
Pembangkit Listrik dalam rangka meningkatkan kualitas data potensi Kabupaten/ dan Pihak membidangi Rencana Strategis
Tenaga Angin tenaga angin dengan mengacu pada data potensi Kota di Lainnya energi
saat ini sebesar 428 MW Sumatera
Barat
2 Survei potensi tenaga angin untuk daerah atau Seluruh APBN, APBD Dinas yang Dokumen Survey 2019-2050
wilayah yang belum mempunyai pengukuran Kabupaten/ dan Pihak membidangi
potensi Kota di Lainnya energi
Sumatera
Barat
3 Penyusunan pra-studi kelayakan setiap tahunnya Sumatera APBD Dinas yang Dokumen Pra-FS 2021-2050
untuk daerah yang sudah mempunyai pengukuran Barat membidangi
potensi angin energi
4 Pembentukan BUMD khusus bidang energi yang Sumatera APBD Dinas yang Peraturan Daerah 2019-2020
bertugas untuk mengembangkan potensi energi Barat membidangi
baru dan terbarukan energi,
perekonomian
dan badan
perencanaan
daerah

7
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
2 Memanfaatkan sumber 1 Pengembangan 1 Kebijakan
Studi Utama -pembangkit
keekonomian 1: Ketersediaan Energi untuk Kebutuhan
listrik yang Sumatera Energi
APBDDaerah Dinas yang Dokumen hasil 2019-2025
energi terbarukan dari kebijakan bersumber dari energi terbarukan sebagai masukan Barat membidangi studi
jenis energi sinar pemanfaatan Pemerintah Pusat dalam merumuskan patokan energi
matahari (surya) sumber energi sinar harga serta skema pembelian tenaga listrik dari
diarahkan untuk matahari untuk energi terbarukan
ketenagalistrikan sektor ketenagalistrikan
industri, rumah tangga dan non
dan transportasi ketenagalistrikan
2 Fasilitasi pendirian industri hulu hilir PLTS berupa Sumatera APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
penyedian lahan serta dukungan lainnya yang Barat dan Pihak membidangi Rencana Strategis
dibutuhkan Lainnya energi dan
industri
3 Koordinasi dengan Kementerian terkait dalam Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
mendorong pemanfaatan PLTS untuk fasilitas Kabupate/K dan Pihak membidangi Rencana Strategis
transportasi (terminal, stasiun, pelabuhan, bandara, ota di Lainnya energi dan
peralatan bongkar muat, dan lain-lain) Sumatera perhubungan
Barat
3 Memanfaatkan sumber 1 Konversi 1 Mendukung Kementerian terkait dalam rangka Seluruh APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
energi terbarukan dari pemanfaatan BBM penerapan kebijakan pemanfaatan BBN di sektor Kabupaten/ membidangi Rencana Strategis
jenis bahan bakar nabati ke BBN untuk sektor transportasi darat khususnya angkutan umum Kota di energi,
diarahkan untuk transportasi, industri kota/perkotaan, transportasi laut termasuk kapal Sumatera perhubungan,
menggantikan BBM dan pembangkit nelayan, dan transportasi udara sampai 2050 Barat kelautan dan
terutama untuk pertanian
transportasi dan industri
2 Menggunakan BBN untuk pembangkit listrik yang Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
masih menggunakan BBM Barat membidangi Rencana Strategis
energi
2 Penyediaan lahan 1 Penyediaan lahan yang diperlukan dalam rangka Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
khusus untuk kebun memenuhi kebutuhan bahan baku BBN. Kabupaten dan Pihak membidangi Rencana Strategis
energi di Sumatera Lainnya energi, pertanian
Barat dan lingkungan
hidup

4 Memanfaatkan energi 1 Pembangunan PLT 1 Pembanguna pembangkit listrik tenaga biomassa Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
terbarukan dari jenis Bioenergi Kabupaten dan Pihak membidangi Rencana Strategis
biomassa dan sampah di Sumatera Lainnya energi
diarahkan untuk Barat
ketenagalistrikan
2 Penyusunan Roadmap pembangunan pembangkit Sumatera APBD Dinas yang Dokumen 2019-2021
listrik berbasis sampah Barat membidangi Roadmap
energi dan
lingkungan hidup

3 Penetapan skema pengelolaan Tempat Sumatera APBD Dinas yang Peraturan 2019-2022
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah dalam rangka Barat membidangi Daerah/Peraturan
mengoptimalkan hasil biogas dari pengelolaan energi Gubernur
sampah untuk dapat dimanfaatkan sebagai suplai
untuk PLTSa
4 Koordinasi terkait program pemerintah pusat dalam Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
rangka mempercepat pembangunan pembangkit Barat membidangi Rencana Strategis
listrik tenaga sampah di Sumatera Barat melalui energi
pemanfaatan sampah yang menjadi urusan
pemerintah

8
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
5 Kebijakan
Fasilitasi Utama - 1: Ketersediaan
pengembangan pembangkit Energi
listrik untuk Kebutuhan
Sumatera Energi
APBDDaerah Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
biomassa oleh pabrik kelapa sawit dan pengelolaan Barat membidangi Rencana Strategis
hutan energi serta pembelian listrik yang dihasilkan energi,
oleh badan usaha penyedia tenaga listrik perkebunan dan
lingkungan hidup

6 Peningkatan budi daya tanaman-tanaman biomassa Seluruh APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
non-pangan Kabupaten membidangi Rencana Strategis
di Sumatera pertanian dan
Barat Perkebunan
2 Pembangunan 1 Penyusunan roadmap pengembangan biogas per Sumatera APBD Dinas yang Dokumen 2019-2022
infrastruktur biogas desa atau wilayah untuk keperluan bahan bakar Barat membidangi Roadmap
sektor rumah tangga energi dan
peternakan
2 Pembangunan digester biogas di setiap desa atau Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2022-2050
wilayah sesuai dengan target roadmap Kabupaten dan Pihak membidangi Rencana Strategis
di Sumatera Lainnya energi dan
Barat peternakan
5 Memanfaatkan sumber Optimalisasi 1 Seluruh industri diwajibkan menggunakan bahan Seluruh APBD Dinas yang Peraturan 2019-2050
energi gas untuk penggunaan gas bakar gas untuk kebutuhan produksinya. Kabupaten/ membidangi Daerah/Peraturan
industri, untuk industri, Kota di energi Gubernur
ketenagalistrikan, rumah ketenagalistrikan, Sumatera
tangga dan transportasi rumah tangga dan Barat
transportasi
2 Konversi BBM ke gas untuk pembangkit listrik Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
Barat membidangi Rencana Strategis
energi
3 Mendorong penggunaan gas untuk kebutuhan Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
rumah tangga dan transportasi Barat membidangi Rencana Strategis
energi
6 Meningkatkan 1 Pemanfaatan sel 1 Penyusunan peraturan daerah/peraturan gubernur Sumatera APBD Dinas yang Peraturan 2019-2022
pemanfaatan sumber surya untuk industri dalam mendukung kebijakan pemerintah terkait Barat membidangi Daerah/Peraturan
energi sinar matahari dan gedung kewajiban pemanfaatan sel surya minimum sebesar energi Gubernur
melalui penggunaan sel komersial 25% dari luas atap bangunan kompleks industri dan
surya pada transportasi, bangunan komersial, penerangan jalan umum serta
industri, gedung bangunan fasilitas umum lainnya melalui Izin
komersial dan rumah Mendirikan Bangunan (IMB)
tangga
2 Pemanfaatan sel 1 Penyusunan peraturan daerah/peraturan gubernur Sumatera APBD Dinas yang Peraturan 2019-2025
surya untuk dalam mendukung kebijakan pemerintah terkait Barat membidangi Daerah/Peraturan
bangunan rumah kewajiban pemanfaatan sel surya minimum sebesar energi Gubernur
tangga 25% dari luas atap bangunan rumah mewah,
kompleks perumahan, apartemen, melalui Izin
Mendirikan Bangunan (IMB)
3 Pemanfaatan sel 1 Penyusunan peraturan daerah/peraturan gubernur Sumatera APBD Dinas yang Peraturan 2019-2025
surya untuk dalam mendukung kebijakan pemerintah terkait Barat membidangi Daerah/Peraturan
bangunan kewajiban pemanfaatan sel surya minimum sebesar energi Gubernur
Pemerintah 30% dari luas atap untuk seluruh bangunan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

9
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
Kebijakan Utama
Kebijakan Pendukung-1: - 1: Ketersediaan
Konservasi Energi untuk
energi, konservasi Kebutuhan
sumber Energi
daya energi, danDaerah
diversifikasi energi
1 Melakukan konservasi 1 Pelaksanaan 1 Evaluasi terhadap penerapan kegiatan konservasi Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
energi dari hulu sampai kebijakan sesuai dengan PP 70 tahun 2009 tentang Barat membidangi Rencana Strategis
hilir, meliputi konservasi energi konservasi energi energi
pengelolaan sumber
daya energi dan seluruh
tahapan eksplorasi,
produksi, transportasi,
distribusi, dan
pemanfaatan energi

2 Mengatur pemakaian energi yang ramah lingkungan Sumatera APBD Dinas yang Peraturan 2019-2022
dan efisien pada kawasan pengguna energi Barat membidangi Daerah/Peraturan
terintegrasi energi Gubernur
2 Melaksanakan 1 Penyediaan energi 1 Konservasi wilayah tangkapan air disekitar lokasi Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
konservasi sumber daya mengutamakan sumber air dalam rangka menjaga pasokan air serta Kabupaten dan Pihak membidangi Rencana Strategis
energi dengan sumber daya energi mengurangi pendangkalan di Sumatera Lainnya energi, lingkungan
pendekatan lintas yang lebih lestari Barat hidup dan
sektor, paling sedikit perairan
melalui penyesuaian
dengan tata ruang
nasional dan daya
dukung lingkungan
hidup
3 Mewajibkan produsen 1 Pengembangan 1 Penyusunan Peraturan Daerah terkait penerapan Sumatera APBD Dinas yang Peraturan Daerah 2019-2022
dan konsumen energi konservasi dan manajemen pengelolaan energi yang berlandaskan Barat membidangi
melakukan konservasi efisiensi energi di efisiensi dan konservasi energi pada industri lahap energi dan
energi dan efisiensi sektor industri energi dan industri besar industri
penggunaan sumber
daya energi untuk
menjamin ketersediaan
energi dalam jangka
panjang
2 Sosialisasi terhadap pentingnya pengelolaan energi Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
yang efisien terhadap keberlanjutan dan daya saing Barat membidangi Rencana Strategis
industri prioritas dan IKM energi dan
industri
4 Melakukan konservasi 1 Penerapan sistem 1 Audit energi berkala yang dimulai dari industri lahap Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
energi di sektor industri manajemen energi energi, industri besar, sektor komersial dan industri Kabupaten/ dan Pihak membidangi Rencana Strategis
dengan kecil menegah Kota di Lainnya energi dan
mempertimbangkan Sumatera industri
daya saing Barat
5 Menetapkan pedoman 1 Penerapan 1 Penerapan standar terkait rancang bangun gedung Sumatera APBD Dinas yang Peraturan 2019-2025
dan penerapan standardisasi dan hemat energi sesuai dengan kebijakan Pemerintah Barat membidangi Daerah/Peraturan
kebijakan konservasi labelisasi semua pada gedung pemerintah, gedung swasta dan energi Gubernur
energi khususnya di peralatan pengguna gedung lainnya
bidang hemat energi energi

10
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
2 Sosialisasi budaya 1 Kebijakan dan
Sosialisasi Utama - 1: Ketersediaan
edukasi Energi untuk
hemat energi melalui media Kebutuhan
Sumatera Energi
APBDDaerah Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
hemat energi elektronik dan media sosial untuk meningkatkan Barat membidangi Rencana Strategis
kesadaran pelaku usaha dan masyarakat terhadap energi
hemat energi
3 Percepatan 1 Penyusunan roadmap pengembangan angkutan Sumatera APBD Dinas yang Dokumen 2022-2025
penerapan dan/atau bus cepat bebas hambatan (Bus Rapid Barat membidangi Roadmap
pengalihan ke Transit/BRT) sampai dengan tahun 2050 energi dan
sistem transportasi perhubungan
massal, baik
transportasi
perkotaan maupun
antar kota yang
efisien
2 Fasilitasi pembangunan infrastruktur pendukung Sumatera APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2022-2025
bagi terciptanya pengembangan angkutan bus Barat dan Pihak membidangi Rencana Strategis
cepat bebas hambatan (Bus Rapid Transit/BRT) Lainnya energi dan
yang saling terintegrasi dan efisien perhubungan
3 Penyusunan Peraturan Daerah terkait kewajiban Sumatera APBD Dinas yang Peraturan Daerah 2019-2025
peremajaan angkutan umum secara berkala bagi Barat membidangi
penyedia angkutan umum guna meningkatkan energi
efisiensi penggunaan energi
4 Membuat kajian penerapan pengembangan Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2021-2025
angkutan kereta api cepat terpadu (Mass Rapid Barat membidangi Rencana Strategis
Transit/MRT), kereta api ringan (Light Rail energi dan
Transit/LRT), dan trem sebagai moda transportasi perhubungan
yang efektif dan efisien
5 Membuat kajian skema pembiayaan penerapan Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2021-2025
pengembangan angkutan kereta api cepat terpadu Barat membidangi Rencana Strategis
(Mass Rapid Transit/MRT), kereta api ringan (Light energi dan
Rail Transit/LRT), dan trem sebagai moda perhubungan
transportasi yang efektif dan efisien sesuai dengan
roadmap yang disusun

11
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
6 Kebijakan Utama
Penyusunan - 1:pengembangan
rencana Ketersediaan Energi untuk Kebutuhan
LRT sampai Sumatera Energi
APBDDaerah Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2022-2050
dengan tahun 2050 Barat membidangi Rencana Strategis
energi dan
perhubungan
7 Mendukung dan memfasilitasi pembangunan Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2021-2050
sistem transportasi cerdas (Intelligent Transport Barat membidangi Rencana Strategis
System/ITS) dan sistem pengendalian lalu lintas energi dan
(Area Traffic Control System/ATCS) serta perhubungan
pembatasan angkutan barang masuk kota di kota-
kota besar Sumatera Barat
8 Penerapan manajemen parkir kendaraan termasuk Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2021-2050
zona parkir dengan tarif tinggi khusus di kota Barat membidangi Rencana Strategis
Padang energi dan
perhubungan

9 Penyusunan kajian penerapan wilayah terpadu Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2021-2050
dengan jalur transportasi (Transit Oriented Barat membidangi Rencana Strategis
Development/TOD) di Sumatera Barat energi dan
perhubungan
4 Percepatan 1 Fasilitasi penerapan kebijakan ERP pada jalan-jalan Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2025-2050
penerapan jalan utama kota/perkotaan Barat membidangi Rencana Strategis
berbayar (Electronic energi dan
Road Pricing/ ERP) perhubungan
untuk mengurangi
kemacetan yang
ditimbulkan oleh
kendaraan pribadi

6 Mewajibkan Pemerintah 1 Percepatan 1 Peningkatan penggunaan gas untuk sektor rumah Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
dan/atau Pemerintah pelaksanaan tangga melalui pembangunan jaringan gas kota di Kabupaten/ dan Pihak membidangi Rencana Strategis
Daerah sesuai dengan substitusi BBM sekitar sumur gas dengan tetap mempertimbangkan Kota di Lainnya energi
kewenangannya dengan gas di produksi gas dari sumur tersebut Sumatera
melaksanakan sektor rumah tangga Barat
diversifikasi energi dan transportasi
untuk meningkatkan
konservasi sumber daya
energi dan ketahanan
energi nasional
dan/atau daerah

2 Pengkajian kebijakan penggunaan gas untuk sektor Sumatera APBD Dinas yang Dokumen Kajian 2021-2025
transportasi Barat membidangi
energi dan
perhubungan
3 Peningkatan secara bertahap jumlah kendaraan Sumatera APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2021-2025
yang menggunakan mesin BBG (dedicated engine) Barat membidangi Rencana Strategis
energi dan
perhubungan
4 Pengalokasian anggaran intensifikasi penggunaan Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2021-2025
BBG dalam APBD Barat membidangi Rencana Strategis
energi dan
perhubungan

12
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
Kebijakan UtamaPendukung-2:
Kebijakan - 1: Ketersediaan Energi untuk
Lingkungan hidupKebutuhan Energi Daerah
dan keselamatan
1 Menyelaraskan 1 Pengendalian emisi 1 Identifikasi dan pelaporan terhadap seluruh Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019
pengelolaan energi gas rumah kaca kegiatan yang terkait dengan usaha untuk Barat membidangi Rencana Strategis
dengan arah (GRK) dari sektor menurunkan dampak dari gas rumah kaca melalui energi, lingkungan
pembangunan nasional energi mekanisme yang telah ditetapkan secara berkala hidup dan badan
berkelanjutan, dengan tetap melakukan koordinasi dengan perencanaan
pelestarian sumber kegiatan Pemerintah daerah
daya alam, konservasi
sumber daya energi dan
pengendalian
pencemaran lingkungan
2 hidup
Melaksanakan prinsip 1 Pencegahan, 1 Integrasi kebijakan lingkungan yang mencakup Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
penyediaan energi dan penanggulangan perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, Barat membidangi Rencana Strategis
pemanfaatan energi dan pemulihan pemulihan, pengawasan dan penegakan hukum energi, lingkungan
yang berwawasan dampak lingkungan hidup dan badan
lingkungan hidup perencanaan
daerah

2 Pengurangan dan 1 Peningkatan penggunaan teknologi energi yang Seluruh APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
penggunaan ramah lingkungan berdasarkan prinsip 3R (reuse, Kabupaten/ membidangi Rencana Strategis
kembali produksi reduce and recycle) Kota di energi dan
limbah, serta Sumatera industri
mengekstrak unsur Barat
yang masih bisa
dimanfaatkan
3 Peningkatan 1 Memfasilitasi proses layanan penerbitan izin Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
koordinasi dan pemanfaatan kawasan hutan (pinjam pakai, kerja Barat membidangi Rencana Strategis
layanan perizinan sama, pemanfaatan jasa lingkungan, atau energi, lingkungan
dalam kawasan pelepasan kawasan hutan) untuk pengusahaan hidup dan
hutan tenaga air, panas bumi, migas dan batubara Kehutanan
termasuk sarana dan prasarana, dan instalasi
pembangkit, transmisi dan distribusi listrik serta
teknologi energi baru dan terbarukan

13
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
Kebijakan Utama -Pendukung-3:
Kebijakan 1: Ketersediaan Energi
Harga, untukdan
subsidi Kebutuhan Energi Daerah
insentif energi
1 Menyediakan subsidi 1 Pemberian subsidi 1 Penyusunan kebijakan terkait pemberian subsidi Sumatera APBD Dinas yang Peraturan 2019-2025
yang dilakukan oleh energi tepat sasaran energi bagi masyarakat yang tidak mampu serta Barat membidangi Daerah/Peraturan
Pemerintah dan mengembangkan skema baru pemberian subsidi energi Gubernur
Pemerintah Daerah energi kepada masyarakat yang memungkinkan
secara tepat sasaran melalui pendanaan APBD
untuk golongan
masyarakat tidak
mampu yang diberikan
bilamana:
a) Penerapan
keekonomian
berkeadilan tidak dapat
dilaksanakan; dan/atau
b) Harga energi
terbarukan lebih mahal
daripada harga energi
dari BBM yang tidak
disubsidi
2 Memberikan insentif 1 Pemberian insentif 1 Penerapan kebijakan izin satu pintu serta Sumatera APBD Dinas yang Peraturan 2019
fiskal dan nonfiskal non fiskal EBT penyederhanaan perizinan dalam rangka Barat membidangi Daerah/Peraturan
untuk mendorong meningkatkan investasi sektor energi energi Gubernur
program diversifikasi
sumber energi dan
pengembangan energi
terbarukan

14
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
Kebijakan
Kebijakan Utama - 1: Infrastruktur,
Pendukung-4: Ketersediaan akses
Energiuntuk
untukmasyarakat
Kebutuhandan
Energi Daerah
industri energi
1 Mengembangkan dan 1 Pemberian akses 1 Perluasan informasi kebijakan dan pembangunan Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2020
menguatkan untuk masyarakat bidang energi berbasis teknologi informasi dan Barat membidangi Rencana Strategis
infrastruktur energi serta dalam memperoleh media sosial energi
akses untuk masyarakat informasi mengenai
terhadap energi yang energi secara
dilaksanakan oleh transparan dan
Pemerintah dan/atau kemudahan dalam
Pemerintah Daerah mendapatkan energi

2 Memberikan kesadaran pemanfaatan energi yang Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2022
produktif dan efisien kepada masyarakat Barat membidangi Rencana Strategis
energi
2 Pemberian 1 Fasilitasi pembangunan infrastruktur jaringan Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
kemudahan akses ketenagalistrikan yang dibangun oleh badan usaha Kabupaten/ dan Pihak membidangi Rencana Strategis
masyarakat penyedia ketenagalistrikan dalam rangka Kota di Lainnya energi
memperoleh energi mempercepat pembangunan jaringan tersebut Sumatera
terhadap Barat
pengembangan dan
penguatan
infrastruktur energi
2 Pembangunan jaringan listrik melalui pendanaan Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
APBD atau skema lainnya bagi daerah yang belum Kabupaten dan Pihak membidangi Rencana Strategis
memiliki akses terhadap listrik yang handal di Sumatera Lainnya energi
Barat
3 Pembangunan infrastruktur pendukung BBM/BBG Seluruh APBN, APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
untuk sektor transportasi serta jaringan gas kota Kabupaten/ dan Pihak membidangi Rencana Strategis
untuk rumah tangga dan komersial Kota di Lainnya energi
Sumatera
Barat
2 Mendorong dan 1 Peningkatan 1 Fasilitasi (skema public, private partnership) Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
memperkuat kemampuan industri pembangunan industri manufaktur penunjang Barat membidangi Rencana Strategis
berkembangnya industri energi dan jasa industri energi dan jasa energi dalam negeri energi dan
energi dalam rangka energi dalam negeri industri
mempercepat
tercapainya sasaran
penyediaan energi dan
pemanfaatan energi,
penguatan
perekonomian nasional
dan penyerapan
lapangan kerja

2 Peningkatan 1 Identifikasi pengembangan industri peralatan Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2021
pengembangan penunjang dan pemanfaatan energi terbarukan Barat membidangi Rencana Strategis
industri peralatan berdasarkan ketersediaan bahan baku dan besaran energi dan
produksi dan demand industri
pemanfaatan energi
terbarukan dalam
negeri
2 Sosialisasi manfaat penggunaan peralatan listrik Seluruh APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2022
untuk keperluan rumah tangga dalam hal tingkat Kabupaten/ membidangi Rencana Strategis
efisiensi dan kehandalan yang lebih tinggi Kota di energi
Sumatera
Barat

15
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
Kebijakan
Kebijakan Utama - 1:Penelitian,
Pendukung-5: Ketersediaan Energi untukdan
pengembangan Kebutuhan Energi
penerapan Daerah
teknologi energi
1 Melakukan kegiatan 1 Pendanaan kegiatan 1 Memprioritaskan anggaran Pemerintah Daerah Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
penelitian, penelitian, untuk penelitian dan pengembangan di bidang Barat membidangi Rencana Strategis
pengembangan dan pengembangan dan energi badan
penerapan teknologi penerapan teknologi perencanaan
energi yang diarahkan energi berasal dari daerah dan energi
untuk mendukung Pemerintah dan
Industri energi nasional Pemerintah Daerah
serta badan usaha
2 Melakukan penguatan 1 Peningkatan 1 Peningkatan jumlah dan kualitas tenaga teknik di Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
bidang penelitian, kemampuan sumber bidang energi melalui kerjasama dengan Barat membidangi Rencana Strategis
pengembangan dan daya manusia kementerian terkait dan badan usaha melalui badan
penerapan energi dalam penguasaan peningkatan kualitas dan kuantitas pelatihan dan perencanaan
teknologi serta pendidikan bagi aparatur terkait daerah dan energi
keselamatan bidang
energi
2 Penerapan teknologi 2 Mendukung program Pemerintah dalam Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
energi yang penggunaan kendaraan listrik, baik motor maupun Barat membidangi Rencana Strategis
dikembangkan mobil listrik energi dan
untuk sektor perhubungan
transportasi
Kebijakan Pendukung-6: Kelembagaan dan pendanaan
1 Melakukan penguatan 1 Penyempurnaan 1 Mendukung kebijakan penyederhanaan perizinan Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
kelembagaan untuk sistem kelembagaan serta melakukan sosialisasi terhadap kebijakan Barat membidangi Rencana Strategis
memastikan tercapainya dan layanan tersebut energi dan
tujuan dan sasaran birokrasi Pemerintah perizinan
penyediaan energi dan dan Pemerintah
pemanfaatan energi Daerah dan
peningkatan
koordinasi antar
lembaga di bidang
energi guna
mempercepat
pengambilan
keputusan, proses
perizinan, dan
pembangunan
infrastruktur energi

2 Membangun sistem layanan perizinan satu pintu Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2020
yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah Barat membidangi Rencana Strategis
energi dan
perizinan
3 Memperkuat kapasitas kelembagaan di tingkat Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
provinsi/kabupaten/kota yang akan bertanggung Barat membidangi Rencana Strategis
jawab terhadap perencanaan, pengembangan dan badan
pengelolaan energi perencanaan
daerah dan energi

4 Peningkatan kualitas pelayanan publik Pemerintah Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
Daerah yang mendukung percepatan Barat membidangi Rencana Strategis
penerbitan/penyederhanaan izin dan pembangunan energi dan
infrastruktur energi di daerah perizinan

16
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
5 Kebijakan
Fasilitasi Utama
kerja - 1: Ketersediaan
lembaga Energi
Pemerintah yang untuk Kebutuhan
bertugas Sumatera Energi
APBDDaerah Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
memantau dan mengkoordinasikan penyelesaian Barat membidangi Rencana Strategis
masalah birokrasi dan/atau tumpang tindih badan
kewenangan di daerah terkait permasalahan energi perencanaan
daerah dan energi

2 Peningkatan 1 Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
kemampuan sumber penyuluhan bidang energi Barat membidangi Rencana Strategis
daya manusia di badan
bidang energi di perencanaan
daerah dalam daerah dan energi
pengelolaan energi

2 Menyusun sasaran 1 Pengalokasian dana 1 Peningkatan anggaran Pemerintah Daerah untuk Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2025
pertumbuhan untuk pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan Barat membidangi Rencana Strategis
penyediaan energi pengembangan dan terutama bersumber dari EBT badan
dengan memperhatikan penguatan perencanaan
sasaran pertumbuhan infrastruktur energi daerah dan energi
ekonomi yang memadai
3 Mendorong penguatan 1 Penyediaan alokasi 1 Penganggaran pembangunan infrastruktur EBT Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
pendanaan untuk anggaran khusus secara berkelanjutan untuk desa-desa yang tidak Barat membidangi Rencana Strategis
menjamin ketersediaan oleh Pemerintah akan terlistriki dalam jangka panjang badan
energi, pemerataan dan atau perencanaan
infrastruktur energi, Pemerintah Daerah daerah dan energi
pemerataan akses untuk mempercepat
masyarakat terhadap pemerataan akses
energi, pengembangan listrik dan energi
industri energi nasional
dan pencapaian
sasaran penyediaan
energi serta
pemanfaatan energi

2 Penganggaran perluasan jaringan infrastruktur Sumatera APBD Dinas yang RPJPD, RPJMD, 2019-2050
energi untuk peningkatan rasio elektrifikasi dan Barat membidangi Rencana Strategis
konversi minyak tanah ke LPG badan
perencanaan
daerah dan energi

17
PERIODE
KELEMBAGAAN
STRATEGI PROGRAM KEGIATAN RUED LOKASI PEMBIAYAAN INSTRUMEN
(Kegiatan)
3 Kebijakan Utama
Penyediaan - 1: untuk
anggaran Ketersediaan Energi
subsidi energi untuk Kebutuhan
yang Sumatera Energi
APBDDaerah Dinas yang Peraturan 2019-2050
bersumber dari APBD sesuai ketentuan peraturan Barat membidangi Daerah/Peraturan
perundangan yang berlaku badan Gubernur
perencanaan
daerah dan energi

4 Mendorong Badan 1 Peningkatan peran 1 Memberi kesempatan berusaha dan peran yang Sumatera APBD Dinas yang Peraturan 2019-2050
Usaha dan perbankan swasta dan lebih luas kepada swasta untuk berinvestasi dalam Barat membidangi Daerah/Peraturan
untuk turut mendanai pendanaan infrastruktur dan pemanfaatan energi badan Gubernur
pembangunan perbankan nasional perencanaan
infrastruktur dan dalam mendanai daerah, energi
pemanfaatan energi pembangunan dan perizinan
infrastruktur dan
pemanfaatan energi

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

IRWAN PRAYITNO

18

Anda mungkin juga menyukai