Anda di halaman 1dari 32

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA SELATAN

DINAS KESEHATAN,PENGENDALIAN,PENDUDUK DAN KB


Jl.Brawijaya, Kel.Kamundu, Distrik Merauke

DOKUMEN SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN KONSTRUKSI

PEKERJAAN : PEMBANGUNAN INSTALASI KAMAR BERSALIN DAN PERINOTOLOGI RS.


BUNDA PENGARAPAN
LOKASI : MERAUKE – PAPUA SELATAN

I. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Instalasi Kamar


Bersalin Dan Perinotologi RS. Bunda Pengharapan Merauke ini
sesuai dengan apa yang telah direncanakan dari sisi kualitas,
volume, biaya dan ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan,
sehingga dicapai wujud akhir bangunan dan kelengkapannya
yang sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan kelancaran
penyelesaian administrasi yang berhubungan dengan pekerjaan
lapangan serta penyelesaian kelengkapan pembangunan.

Tujuan dari pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Instalasi Kamar


Bersalin dan Perinotologi RS. Bunda Pengharapan Merauke ini
adalah untuk meningkatkan & menghadirkan sebuah fasilitas
pelayanan kesehatan bagi masyarakat sekitar khususnya Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak yang berada di wilayah Kota Merauke.

II. TARGET / SASARAN

Target / sasaran yang ingin dicapai dalam pengadaan pekerjaan jasa konstruksi
ini adalah terlaksananya Pembangunan Rumah Sakit Bunda Pengharapan
Merauke yang memenuhi standard dan kualitas yang baik.
III. SUMBER DANA DAN PERKIRAAN BIAYA
1. Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai pekerjaan tersebut
berasal dari Dana APBD Tahun Anggaran 2023 (Hibah)

2. Pagu Anggaran Rp. 5.384.121.000,- (Lima Milyar Tiga Ratus Delapan


Puluh Empat Juta Seratus Dua Puluh Satu Ribu Rupiah)
3. Total perkiraan biaya yang diperlukan (HPS) : Rp. 5.384.120.999,49(Lima
Milyar Tiga Ratus Delapan Puluh Empat Juta Seratus Dua Puluh Ribu
Sembilan Ratus Sembilan Puluh Sembilan Rupiah koma empat puluh
Sembilan Sen)

IV. RUANG LINGKUP DAN LOKASI PEKERJAAN


1. Ruang lingkup pengadaan pekerjaan tersebut adalah ;
Pada Kegiatan ini rincian paket pekerjaan:
▪ Kegiatan : Pembangunan Instalasi Kamar Bersalin dan
Perinatologi Rumah Sakit Bunda Pengharapan
▪ Lokasi : Rumah Sakit Bunda Pengharapan Merauke

V. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Waktu pelaksanaan pekerjaan jasa Konstruksi selama 125 (seratus dua puluh lima)
hari kalender dengan masa pemeliharaan 180 ( seratus delapan puluh ) hari kalender

VI. KELUARAN / PRODUK YANG DIHASILKAN


❖ Terlaksananya bangunan Rumah Sakit yang baik secara struktur
bangunan dan fasilitas yang tersedia sesuai dengan standard dan
mutu yang diperlukan bangunan rumah sakit.

VII. STANDAR TEKNIS

1. Undang – Undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung


2. Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2021 tentang peraturan
pelaksanaan undang – undang nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan
gedung
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 tentang
Perubahan atas Peraturan No.16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah beserta Turunannya;
4. PP No. 5 tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko
5. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Pedoman Penyusunan
Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/ /2021 Tentang
Bangunan Gedung FungsiKhusus.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14 Tahun 2020 Tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia;
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1
Tahun 2022 Tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Persyaratan Teknis dan Prasarana Rumah Sakit.
10. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Melalui Penyedia;
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14 Tahun 2020 Tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
21/PRT/M/2019 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi;
13. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
11/SE/M/2019 tentang Petunjuk Teknis Biaya Penyelenggaraan Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi.

VIII. KUALIFIKASI PENYEDIA


1. Peserta yang berbadan usaha harus memiliki :
▪ Memiliki perizinan berusaha di bidang Jasa Konstruksi
Kualifikasi Usaha Kecil : IUJK yang masih berlaku dan
atau NIB Berbasis Resiko dan Sertifikasi Standar yang
sudah diverifikasi;
▪ Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang masih berlaku, dengan
Klasifikasi Bidang Usaha Bangunan Gedung dan
Subklasifikasi Jasa Pelaksana Untuk Konstruksi Gedung
Kesehatan, (Kode Subklasifikasi BG005) yang masih berlaku
dengan KBLI 41015;
▪ Kualifikasi lainnya mengikuti ketentuan sesuai Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan atas
peraturan presiden no.16 tahun 2018 tentang pengadaan
barang/jasa pemerintah.
2. Persyaratan Kualifikasi lainnya sesuai yang tercantum di Lembar
Data Kualifikasi (LDK) pada Dokumen Pemilihan.

IX. SPESIFIKASI TEKNIS

1. Spesifikasi Fungsi Umum dan Volume Pekerjaan


Gedung Instalasi Kamar bersalin dan perinotologi RS. Bunda Pengarapan
Merauke
Panjang bangunan : 36 m’
Lebar bangunan : 15 m’
Luas bangunan : 540 m²

2. Spesifikasi Kinerja Bangunan


a. Struktur dan stabilitas
• Kekuatan struktur : Sesuai dengan standar SNI
• Percepatan gempa rencana : Sesuai dengan zona gempa setempat dan
peraturan yang berlaku.
b. Fasad dan pencahayaan alami
• Transmisi cahaya kaca: Minimal 50% untuk memaksimalkan pencahayaan
alami pada ruangan, dengan membuat bukaan-bukaan jendela dan
ventilasi.
c. Efisiensi energi
• EUI (Energy Use Intensity): Tidak lebih dari 150 kWh/m2 tahun untuk
bangunan rumah sakit, atau sesuai dengan standar lokal.
• HVAC Coefficient of Performance (COP): Minimal 3,0 untuk sistem
pendingin udara.

d. Kualitas udara dalam ruangan


• Ventilasi: 8-10 liter/detik per orang untuk ruang ranap dan bersalin, atau
sesuai dengan standar lokal.
• Konsentrasi CO2: Tidak lebih dari 1.000 ppm untuk kualitas udara dalam
ruangan yang baik.

e. Keberlanjutan dan lingkungan


• Sertifikasi green building: Mencapai minimal peringkat Silver pada
sertifikasi seperti Green Building Council Indonesia (GBCI), LEED, atau
BREEAM.
• Pengurangan emisi CO2: Minimal 30% pengurangan emisi karbon
dibandingkan dengan bangunan serupa tanpa upaya keberlanjutan.

3. Spesifikasi Teknis Pekerjaan

I PERSIAPAN

I.1 Persiapan

1.2 RK3 Konstruksi

II PEK. TANAH, PONDASI DAN STRUKTUR

III PEK. ARSITEKTUR & PENGECATAN

VI PEK. MEKANIKAL/ELEKTRIKAL

VI.1 MEKANIKAL (PLUMBING)

VI.2 ELEKTRIKAL

Uraian Spesifikasi (Terlampir)

4. Spesifikasi bahan bangunan konstruksi


Mengacu pada Uraian Spesifikasi Teknis dan RKS ( Rencana Kerja dan Syarat-syarat)
Bahan Material Bangunan disyaratkan menggunakan produk dalam negeri (PDN) dengan kualitas
yang baik, kecuali untuk bahan yang tidak tersedia. Untuk bahan bangunan seperti pasir, kerikil atau
batu pecah menggunakan bahan-bahan lokal dari daerah lain yang berkualitas dari sumber yang
terpercaya.
No. Nama Bahan Material Contoh Merk/Type
1. Beton
Semen Semen Thonasa, (Tipe PCC, OPC,
PPC)
Pasir Menggunakan pasir lokal dari
daerah lain yang berkualitas dari
sumber terpercaya
Kerikil atau batu pecah Digunaka batu pecah dengan
ukuran 2/3 atau maksimal 30mm.
2. Baja
Baja tulangan (besi beton) Menggunakan besi polos/ulir
dengan mutu besi beton TS 280
atau disesuikan dengan ukuran
Perencanaan (Standar SNI) .
3. Bekisting
Kayu Kayu Kelas III ( Papan Bekisting
Kayu bus)
4. Pondasi
Pindasi titik (footplate) beton k-250 Semen
Pasir
Kerikil atau batu pecah

5. Dinding
Bata ringan Bata ringan uk. 20 x 60 tb. 10 cm
Mortar Mortar instan MU 301
Keramik penutup dinding 30x60 cm Roman, Milan, Asia Tile
6. Plesteran dan Acia ( Produk Dalam Negeri )
Mortar Dengan adukan 1 semen : 4 pasir
dengan ketebalan 15mm
Semen Acian dinding menggunakan
Semen Chonch, Thonasa, atau
Gresik, dengan Tipe PCC, OPC,
PPC dan ketebalan maksimal 2mm
7. Lantai
Keramik 60 x 60 cm ( PDN ) Roman, Milan, Asia Tile
8. Rangka dan penutup atap
Baja ring C75 Taso uk. 7.5 x 3.5 cm tb. 0.75 mm
Reng Uk. 4.8 x 3 cm tb. 0.45 mm
Peredam panas dan suara Aluminium foil tb. 4 mm
Seng gelombang BJLS 30. Warna hijau
Papan listplank Kayu kelas II uk. 3/30 cm
Talang Aluminium plate
9. Kusen pintu dan jendela
Aluminium YKK Uk. 4’’ warna silver
10. Daun jendela
Aluminium YKK framing system Lapisan powder
coating minimal 18 micron. Tebal
bahan minimal 1 mm
Bahan kaca Kaca polos tb. 5 mm
11. Daun pintu
Teakwood finishing HPL Rangka multipleks tb. 18 mm
lapisan teakwood tb. 4 mm luar
dalam
finishing HPL/Formika

12. Langit-langit
Rangka plafond Hollow galvanis uk. 40.40.02 mm
Penutup plafond Grc tb. 4 mm
List plafond Shadow line galvalume tb. 0.35 mm
13. Bahan penggantung
Engsel pintu Morechi, Nishio, Bellucci, Sorento,
Rafes, dan Paloma
Engsel jendela Engsel Casement 8" Dekkson
Kunci tanam 2 slug Solid
Handle pintu doble Solid
14. Cat dan pelapis
Cat dinding dan Plafond Interior, Exterior watershield
Cat kayu dan besi Gloss, Semi-Gloss, Satin
15. Mekanikal plumbing dan sanitair ( Produk Dalam Negeri )
Pipa PVC Pralon, Wavin, Rucika (Standard,
AW, D)
Pipa HDPE Unilon, Vinilon, Pralon, Maspion,
Wavin, Indopipe dan Tyco
Pipa PPR Westpex, ERA, Wavin (Green, Blue,
PN10, PN20)
Closet duduk Toto
Washtafel Toto
Sloopsink Toto
Kran dinding Stainless stel rucika
Mekanikal Elektrikal ( Produk Dalam
16.
Negeri )
Kabel listrik Supreme, Eterna, Kabelindo (NYA,
NYAF, NYFG, NYY)
Saklar dan stop kontak Boss (setara hotel)
Lampu Philips, Osram, Panasonic
MCB MeiLanRiLan MCB SZMR, MCB
Merlin Gerin, MCB Bright-G, MCB
New Pallas

5. Spesifikasi Peralatan Konstruksi dan Peralatan Bangunan


Diutamakan peralatan milik sendiri.

a) Jenis dan jumlah peralatan utama yang dikompetisikan saat pemilihan :

No Nama Alat Kapasitas Jumlah(Unit)


1. EXCAVATOR 80-140 HP 1
2. DUMP TRUCK 3,5 T 1
3. LEVEL LASER DIGITAL Level Laser 16 garis, 4D 360 1
– Horizontal & Vertical
Cross Level Laser
4. CONCREAT MIXER 350 L 2
5. MESIN GENSET 5000 Watt 1
6. MESIN STAMPER 5,5 Hp 1

b) Jenis dan jumlah peralatan yang wajib dipenuhi pada saat sebelum pelaksanaan
pekerjaan dan dibuktikan pada saat Pre Construction Meeting :

No Nama Alat Kapasitas Jumlah(Unit)


1. EXCAVATOR 80-140 HP 1
2. DUMP TRUCK 3,5 T 1
3. LEVEL LASER DIGITAL Level Laser 16 garis, 4D 360 1
– Horizontal & Vertical
Cross Level Laser
4. CONCREAT MIXER 350 L 2
5. MESIN GENSET 5000 Watt 1
6. MESIN STAMPER 5,5 Hp 1

c) Peralatan sudah tersedia di lapangan sesuai dengan spesifikasi teknis mobilisasi :

No Nama Alat Kapasitas Jumlah (Unit)


1. EXCAVATOR 80-140 HP 1
2. DUMP TRUCK 3,5 T 1
3. LEVEL LASER DIGITAL Level Laser 16 garis, 4D 1
360 – Horizontal & Vertical
Cross Level Laser
4. CONCREAT MIXER 350 L 2
5. MESIN GENSET 5000 Watt 1
6. MESIN STAMPER 5,5 Hp 1
6. Spesifikasi Metode Konstruksi/Metode Pelaksanaan/Metode Kerja
a) Analisis Keselamatan Pekerjaan/Job Safety Analysis (JSA) harus dilakukan
terhadap setiap metode konstruksi/ metode pelaksanaan pekerjaan, dan
persyaratan teknis untuk mencegah terjadinya kegagalan konstruksi dan
kecelakaan kerja;
b) Metode kerja harus disusun secara logis, realistis dan dapat dilaksanakan dengan
menggunakan peralatan, perkakas, material dan konstruksi sementara, yang
sesuai dengan kondisi lokasi/tanah/cuaca, dan dapat dikerjakan oleh pekerja dan
operator yang terlatih;
c) Persyaratan teknis yang harus dipenuhi penyedia dalam menyusun dan
menggunakan metode kerja dapat meliputi penggunaan alat utama dan alat
bantu, perkakas, material dan konstruksi sementara dengan urutan kerja yang
sistematis, guna mempermudah pekerja dan operator bekerja dan dapat
melindungi pekerja, alat dan material dari bahaya dan risiko kegagalan konstruksi
dan kecelakaan kerja;
d) Setiap metode kerja/konstruksi yang diusulkan penyedia, harus dianalisis
keselamatan pekerjaan/Job Safety Analysis (JSA), diuji efektivitas pelaksanaannya
dan efisiensi biayanya. Jika semua faktor kondisi lokasi/tanah/cuaca, alat,
perkakas, material, urutan kerja dan kompetensi pekerja/operator telah ditinjau
dan dianalisis, serta dipastikan dapat menjamin keselamatan, kesehatan dan
keamanan konstruksi dan pekerja/operator, maka metode kerja dapat disetujui,
setelah dilengkapi dengan gambar dan prosedur kerja yang sistematis dan/atau
mudah dipahami oleh pekerja/operator;
e) Setiap tahapan pelaksanaan konstruksi utama yang mempunyai potensi bahaya
tinggi harus dilengkapi dengan metode kerja yang didalamnya sudah mencakup
analisis keselamatan pekerjaan/Job Safety Analysis (JSA). Misalnya untuk
pekerjaan di ketinggian, mutlak harus digunakan perancah, lantai kerja (platform),
papan tepi, tangga kerja, pagar pelindung tepi, serta alat pelindung diri (APD)
yang sesuai antara lain helm dan sabuk keselamatan agar pekerja terlindung dari
bahaya jatuh. Untuk pekerjaan saluran galian tanah berpasir yang mudah longsor
dengan kedalaman 1,5 meter atau lebih, mutlak harus menggunakan turap dan
tangga akses bagi pekerja untuk naik/turun;
f) Setiap metode kerja harus melalui analisis dan perhitungan yang diperlukan
berdasarkan data teknis yang dapat dipertanggung-jawabkan, baik dari standar
yang berlaku, atau melalui penyelidikan teknis dan analisis laboratorium maupun
pendapat ahli terkait yang independen.
g) Pekerjaan Utama sesuai dengan mata pembayaran utama yang pokok dan
penting yang nilainya 80% (delapan puluh per seratus) dari seluruh nilai pekerjaan,
dihitung mulai dari mata pembayaran yang nilai bobotnya terbesar.
h) Pekerjaan Penunjang adalah mata pembayaran di luar mata pembayaran
utama, sesuai point g diatas.

Adapun urutan metode kerja terdiri dari :

a. Pekerjaan Persiapan
• Melakukan Pembersihan Lokasi dan mempersiapkan peralatan terlebih
dahulu sebelum pekerjaan di mulai
• Menyediakan Papan nama proyek sebelum melanjutkan pekerjaan
• Melakukan pengukuran dan pemasangan bowplank pada lahan yang
sudah di bersihkan dan dikerjakan sesui gambar rencana.
b. Pekerjaan Tanah
• Pekerjaan Galian Tanah
- Setelah pekerjaan persiapan, pengukuran dan pemasangan
bowplank selesai dilakaukan, hal yang dilakukan selanjutnya yaitu
pekerjaan galian tanah pondasi. Galian tanah pondasi diperlukan
untuk perletakan pondasi batu kali/batu gunung.
- Penggalian dilakukan sesuai gambar rencana pondasi dan telah
mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.
- Ukuran galian pondasi harus sesuai dengan ukuran pondasi yang akan
digunakan
- Tanah hasil galian ditumpuk ditempat yang yang sudah ditentukan,
karena tanah tersebut akan digunakan kembali sebagai urugan.
• Pekerjaan urugan Pasir
- Setelah galian selesai, hal selanjutnya yang dilakukan yaitu
pengurugan pasir pada galian pondasi kemudian dipadatkan
menggunakan alat atamper. Urugan pasir ini berfungsi untuk
menstabilkan permukaan tanah asli dan menyebarkan beban.
- Urugan pasir dipadatkan berlapis hingga mencapai ketebalan yang
sudah sesui dengan gambar kerja.
• Urugan kembali bekas galian
- Urugan Kembali dilakukan setelah pekerjaan pondasi selesai dan telah
mengeras.
c. Pekerjaan Struktur
• Pekerjaan struktur beton bertulang
- Pondasi Footplat
- Sloof
- Kolom
- Balok
- Rangka atap baja ringan
• Lingkup kerja.
- Pekerjaan pondasi foot plat meliputi semua pekerjaan pekerjaan
pembuatan pondasi foot plat beton bertulang dan tak bertulang,
yang ditunjukan gambar rencana mulai dari pekerjaan galian, rabat
beton lantai kerja, pekerjaan pembesian, pekerjaan beton, serta
pengurugan kembali.
- Pekerjaan sloof adalah pekerjaan pembuatan sloof beton bertulang
sesuai dengan gambar perencanaan, baik dimensi sloof maupun besi
yang akan digunakan.
- Pekerjaan beton kolom adalah pekerjan pembuatan beton kolom
beton bertulang sehingga menghasilkan beton kolom sesuai gambar
rencana.
- Pekerjaan beton balok adalah pekerjaan pembuatan beton
bertulang balok (balok lantai, balok ring dan balok luifel, sehingga
menghasilkan beton balok sesuai gambar rencana, baik dimensi balok
maupun pembesiannya.
• Standar.
- SK SNI S-04-1989-F, tentang spesifikasi bahan bangunan bagian
A/bahan bangunan bukan beton.
- SK SNI S-05-1989-F, tentang spesifikasi bahan bangunan bagian
B/bahan bangunan dari besi/baja.
- SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A /Bahan
Bangunan Bukan Logam)
- SNI M-26-1990-F, tentang Metode pengujian dan pengambilan contoh
untuk campuran beton segar.
- SK SNI-T-15-1990-03, tentang Tatacara pembuatan rencana campuran
beton normal.
- SK SNBI S-18-1990-03, tentang Spesifikasi bahan tambahan untuk
beton.
- SK SNI T-28-1991-03, tentang Tatacara pengadukan pengecoran
beton.
- Pd-T-27-1990-03, tentang Tatacara pendetailan penulangan beton.
- SK SNI M-62-1990-03, tentang Metode pembuatan dan perawatan
benda uji beton di laboratorium.
- SNI 03-1974-1990, tentang Metode pengujian kuat tekan beton.
- SNI 07-2529-1991, tentang Metode pengujian kuat tarik baja beton.
- SNI 03-4146-1996. tentang Metode pengujian slump beton.
• Pelaksanaan pekerjaan.
- Pekerjaan galian tanah pondasi.
a) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Penyedia
Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan galian
tanah meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat
persetujuan dari Direksi dan Konsultan Pengawas, disertai gambar
shop drawing.
b) Kedalaman dan bentuk galian harus sesuai dengan gambar
perencanaan.
c) Penempatan tanah bekas galian tidak boleh mengganggu
pekerjaan lain.
- Pekerjaan urug pasir bawah pondasi
a) Setelah penggalian tanah sesuai dengan gambar rencana,
dihamparkan urug pasir bawah pondasi dengan menggunakan
pasir urug.
b) Urug pasir bawah pondasi ini digunakan sebagai landasan untuk
meletakkan lantai kerja.
c) Tebal urug pasir bawah pondasi adalah 10 cm atau sesuai dengan
gambar rencana.
- Pekerjaan rabat beton lantai kerja.
a) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Penyedia
Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan lantai
kerja meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material
yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk
mendapat persetujuan dari Direksi dan Konsultan Pengawas, di
sertai gambar shop drawing.
b) Lantai kerja dibuat dengan beton K-100
c) Untuk beton lantai kerja digunakan kerikil bulat ukuran 2-3 cm.
d) Tebal lantai kerja 5 cm atau sesuai dengan gambar rencana.
e) Lantai kerja harus rata permukaannya dan diperiksa kemiringannya
dengan waterpass.
- Pekerjaan Pembesian.
a) Material besi tulangan yg akan dipakai, sampelnya harus
diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan dites kuat Tarik baja.
Material baja tulangan yang dipakai harus memenuhi spesifikasi
yg ditentukan
b) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Penyedia
Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja meliputi alat,
tenaga, alur kerja, jadwal dan shop drawing yang menunjukkan
diameter besi, jumlah besi dan jarak pembesian pada area yang
akan dicor.
c) Permukaan tulangan harus dibersihkan dan dijaga agar bebas dari
kotoran, lemak, minyak dan karat beton kering, oli dan material
lain yang mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
d) Pembengkokan besi (bending slope), dengan kemiringan 1 : 6
membengkok atau meluruskan batang tulangan harus dilakukan
dalam keadaan dingin.
e) Substitusi atau penggantian diameter tulangan, disebabkan
Penyedia Barang/ Jasa tidak berhasil memperoleh diameter
tulangan yang ditetapkan dalam gambar, dapat dilakukan atas
persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas.
f) Pemasangan tulangan yang mencakup besarnya diameter dan
jumlah batang tulangan, harus mengikuti ketentuan dalam
gambar. Jarak antara sisi luar tulangan dengan cetakan beton
(tebal selimut beton) sedikitnya 2,5 cm, yang dijaga jaraknya
dengan memasang beton decking.
g) Menyambung batang tulangan dapat dilakukan dengan
ketentuan Panjang sambungan adalah minimal 40 kali diameter
tulangan pokok yang dilakukan penyambungan.
h) Ujung tulangan polos sebaiknya dihak (ditekuk) pada ujungnya 135
o (derajat) dari keadaan lurus
i) Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
j) Pada tulangan plat diberi kursi-kursi beton (spacer) dan dengan
jarak 60 cm.
- Pekerjaan Bekisting/ cetakan.
a) Bekesting/cetakan beton harus mudah dipasang dan dibongkar
dan cukup kuat untuk menahan berat beton segar.
b) Pekerjaan Bekisting khusus untuk pondasi menggunakan pasangan
½ bata.
c) Bahan bekisting/ cetakan menggunakan multiplek dan usuk dari
kayu meranti harus memenuhi syarat-syarat kekuatan kerapatan
dan mempunyai permukaan yang baik untuk pekerjaan finishing.
d) Penyedia barang/ jasa harus memberikan contoh-contoh bahan
yang akan digunakan untuk cetakan beton untuk mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas / Direksi.
Pelaksanaan pekerjaan.
Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa Konstruksi harus
menyiapkan rencana kerja meliputi alat, tenaga, alur kerja, jadwal
pekerjaan dan shop drawing.
Panel Bekisting diperiksa sesuai dengan shop drawing. Sambungan
panel bekisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya supaya air semen tidak keluar lewat sambungan panel.
Bekisting harus diperiksa kevertikalan dan kelurusaan nya dengan
lot dan tarikan benang.
Level lantai Bekisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap
level finish. Untuk kebutuhan instalasi ME, lebar sparing maksimal 10
cm (pada Sloof). Untuk kebutuhan instalasi ME luas total sleeve/
pipa maksimum 4% dari luas penampang sloof/ kolom/ balok.
- Steger/ perancah/ stoetwerk
a) Untuk steger/perancah/stoetwerk digunakan scaffolding
• Pelaksanaan Cor Beton :
- Pengerjaan beton.
a) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Penyedia
Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pelaksanaan cor
beton, volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai, job mix design beton dari vendor disertai sertifikat hasil uji
coba laboratorium untuk masing-masing bahan/ material, dan
mendapat persetujuan dari Direksi dan Konsultan Pengawas,
disertai gambar shop drawing.
b) Untuk beton bertulang menggunakan adukan semen pasir split
dengan mutu beton minimal f’c = 21,7 MPa. Sebelum pekerjaan
beton dikerjakan, Penyedia Jasa Konstruksi harus mixed design test
di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik yang disetujui Konsultan
Pengawas/ Direksi.
c) Kuat desak beton minimal untuk mutu f’c = 21,7 MPa. Sebelum di
cor, lantai kerja harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan sebelumnya
atau kotoran-kotoran.
d) Material Bekisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose)
agar beton tidak melekat pada cetakan dan mudah dibuka, untuk
Bekisting bekas yang akan dipakai ulang harus dirawat sehingga
layak digunakan.
e) Bila diperlukan stek untuk penulangan di atasnya, panjang stek
minimal 40 kali diameter tulangan pokok.
f) Pengatur jarak penutup beton harus terpasang pada tempatnya
dan batas ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
- Adukan/adonan beton.
a) Semua beton redymix harus disupply dari perusahaan yang
disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas
b) Beton readymix harus dicor pada tempatnya dalam waktu max.
Sesuai dengan aturan setting time rekomendasi dari batching plant
beton yang dihitung dari mulai truck mixer keluar dari plan sampai
keluar dari proyek.
c) Pada penggunaan adukan beton ready mix, Penyedia Jasa
Konstruksi harus mendapat ijin lebih dahulu dari Direksi / Konsultan
Pengawas, dengan terlebih dahulu mengajukan calon nama dan
alamat supplier untuk beton ready mix tadi. Dalam hal ini Penyedia
Jasa Konstruksi tetap bertanggung jawab penuh bahwa adukan
yang disupply benar-benar memenuhi syarat-syarat dalam
spesifikasi ini serta menjamin homogenitas dan kwalitas yang
kontiniu pada setiap pengiriman. Segala test kubus yang harus
dilakukan dilapangan harus tetap dijalankan, dan Konsultan
Pengawas akan menolak supply beton ready mix bilamana
diragukan kwalitasnya. Semua risiko dan biaya sebagai akibat dari
hal tersebut di atas, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa Konstruksi.
d) Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat adukan (adonan) beton
menurut komposisi adukan dan proporsi antara split, semen, pasir
dan air dan bertanggung jawab penuh atas kekuatan beton yang
dipersyaratkan.
e) Penggunaan air harus sedemikian rupa sehingga dapat
menghasilkan beton yang dapat memberikan daya lekat yang
baik dengan besi beton.
f) Adukan (adonan) beton yang dibuat setempat (site mixing)
menurut ketentuan dari hasil mixed design test dari Laboratorium
Bahan Konstruksi Teknis. Adukan beton yang dibuat setempat (site
mixing) harus memenuhi ketentuan:
Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin
(beton mollen), type dan kapasitasnya harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas/ Direksi.
Kecepatan mengaduk sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat mesin tersebut.
Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin
pengaduk.
Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua
bahan berada dalam mesin pengaduk.
Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus
dibersihkan dulu.
g) Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan
alat pengangkutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai
dan telah disiapkan cadangannya.
h) Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus
disediakan penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung
hujan.
i) Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk
mendapatkan beton yang homogen. Adukan diangkut ke tempat
penuangan sebelum semen mulai berhidrasi dan selalu dijaga
agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah dari
campuran.
j) Pengadukan beton, untuk beton struktur diupayakan
menggunakan campuran beton dari ready mix, dan harus
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Direksi.
k) Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan
beton yang monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun
tulangan dijaga agar tidak berubah posisi, kevertikalan Bekisting
harus selalu periksa selama pengecoran.
l) Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan
pasangan, bahan pencuci agregat, dan untuk curing beton, harus
air tawar yang bersih dari bahan – bahan yang berbahaya dari
penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat, bahan organis,
garam, slit ( lanau )
m) Penyedia Jasa Konstruksi tidak diperkenankan menggunakan air
dari rawa, sumber air yang berlumpur, ataupun air laut. Tempat
pengambilan harus dapat menjaga kemungkinan terbawanya
material-material yang tidak diinginkan seperti di atas
n) Penggunaan air kerja harus mendapat persetujuan dari Direksi /
Konsultan Pengawas.
- Pengecoran beton.
a) Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah semua sarana siap,
perancah, cetakan (bekisting), tulangan, beton decking serta
komponen lain yang direncanakan tertanam dalam beton
terpasang dengan sempurna, seluruh permukaan bidang yang
akan dicor telah dibersihkan.
b) Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran
dengan menggunakan cara/metoda yang sepraktis mungkin,
sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan agregat
dan tercampurnya kotorankotoran atau bahan-bahan lain dari
luar.
c) Penggunaan alat-alat pengangkut mesin haruslah mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas/ Direksi sebelum alat-alat
tersebut didatangkan ke lokasi pekerjaan. Semua alat pengangkut
yang akan dipergunakan sebelumnya harus dibersihkan terlebih
dulu dari segala kotoran (potongan kayu, batu, tanah, dll) serta
sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas/ Direksi .
d) Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan
menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian
yang akan menyebabkan pengendapan agregat kasar terlebih
dahulu.
e) Dalam keadaan khusus pengecoran diperbolehkan menuang dari
suatu ketinggian maksimum (tinggi jatuh ) setinggi 1,5 m (untuk
pengecoran kolom-kolom struktur).
f) Pengecoran dilakukan secara terus menerus (kontinyu/ tanpa
henti).
g) Jika memang terpaksa adanya pemberhentian cor beton,
pemberhentian cor beton adalah di seperempat bentang.
h) Adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 30
menit setelah keluar dari mesin adukan yang tumpah selama
pengangkutan tidak boleh dipakai untuk cor.
i) Pada pengecoran baru (sambungan antara beton lama dengan
beton baru) permukaan beton lama terlebih dulu harus dibersihkan
dan dikasarkan dengan menyikat menggunakan sikat kawat baja
sampai agregat kasar tampak, kemudian disiram dengan air
semen yang cukup kental. Tempat penghentian cor beton harus
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas/ Direksi.
j) Tidak diijinkan adanya beton yang mengalami keretakan atau
pecah, besi tulangan yang tidak tertutup beton, adanya sarang
krikil serta bentuk yang tidak diinginkan. Apabila terjadi keadaan
yang demikian beton harus dibongkar dan selanjutnya diganti
atau diperbaiki.
k) Pada pengecoran seluruh plat lantai menggunakan pompa.
l) Hendaknya pemakaian aditif dikonsultasikan pada Direksi /
Konsultan Pengawas.
- Pemadatan beton.
a) Selama pengecoran, beton dipadatkan dengan menggunakan
vibrator. Penggunaan alat ini tidak boleh merusak acuan/cetakan
beton dan tidak boleh merusak posisi besi tulangan.
b) Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh
menyentuh Bekisting dan atau tulangan.
c) Pemadatan beton secara berlebih akan menyebabkan
pengendapan agregat/ segregasi, kebocoran-kebocoran pada
acuan dan lain-lain harus dihindarkan.
- Slump test.
a) Selama pengecoran harus selalu ada pekerja yang melakukan
slump test dalam bentuk kerucut Abrams untuk mengukur
kelencakan atau kekentalan campuran beton dan membuat
benda uji beton dengan cetakan berupa silinder/ kubus.
b) Setiap benda uji beton harus dituliskan/dengan jari sewaktu masih
basah, tanggal/ bulan/ tahun dan macam/jenis beton strukturnya.
c) Kekentalan adukan ditentukan dengan nilai slump sebesar 10±2
cm, pengukuran nilai slump dengan kerucut Abrams.

- Test uji beton.


a) Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan
contoh beton segar.
b) Silinder beton dengan diameter 15 cm, h 30. Pengambilan adukan
beton, percetakan kubus coba dan curingnya harus di bawah
pengawasan. Sample diambil tiap 5 m3, prosedurnya harus
memenuhi syarat- syarat dalam Peraturan Beton Indonesia (NI.2-
1971)
c) Pengambilan contoh beton segar dilakukan langsung dari mesin
aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan dilakukan di
beberapa titik dan dicampurkan.
d) Bila pengambilan dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanyak 3
kali atau lebih dalam selang waktu Ketika penuangan beton dari
dalam pengaduk (awal, tengah dan akhir).
e) Untuk beton struktur antara lain foot plat, kolom utama, balok
utama, plat lantai, setiap macam pekerjaan harus dilakukan test uji
beton desak.
f) Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas, dengan usia uji beton meliputi
7, 14, dan 28 hari.
- Curing dan Perlindungan Beton
a) Beton harus dilindungi terhadap matahari selama berlangsungnya
proses pengerasan, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air
dan perusakan secara mekanis atau pengeringan sebelum
waktunya.
b) Semua permukaan beton harus dijaga tetap basah terus menerus
selama 14 hari. Khusus untuk kolom, maka curing beton dapat
dilakukan dengan cara menutupi dengan karung basah
sedangkan untuk lantai selama 7 hari pertama dengan cara
menutupi dengan karung basah, mnyemprotkan air atau
menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut.
c) Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas,
curing dan perlindungan atas beton harus lebih diperhatikan.
Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab atas retaknya beton
karena susut akibat kelalaian ini.
d) Konstruksi beton secara natural harus diusahakan sekedap
mungkin. Beton yang keropos/ bocor harus diperbaiki. Prosedur
perbaikan beton yang keropos harus mendapat persetujuan Direksi
/ Konsultan Pengawas, dan Penyedia Jasa Konstruksi tidak
dikenakan biaya tambahan untuk perbaikan tersebut
- Pembongkaran Bekisting/ cetakan beton
a) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Penyedia
Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
pembongkaran bekisting dan perawatan beton meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan
alur pekerjaan, untuk mendapat persetujuan dari Direksi dan
Konsultan Pengawas.
b) Cetakan beton harus dibongkar dengan cara yang sedemikian
rupa sehingga dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur-
struktur yang dicetak dengan memperhatikan persyaratan-
persyaratan minimal sebagai berikut :
Alat yang digunakan untuk membongkar bekisting tidak boleh
merusak permukaan beton.
Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
Dalam hal apapun cetakan beton pada jenis struktur ini tidak
boleh dibongkar sebelum ada ijin dari Konsultan Pengawas.
c) Beton harus dibasahi paling sedikit selama 14 hari setelah
pengecoran. Pembongkaran bekisting atas dasar persetujuan
Direksi /
d) Konsultan Pengawas.
• Pekerjaan rangka atap baja ringan meliputi:
a) Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi
b) Pekerjaan pambuatan kuda-kuda dikerjakan di Workshop
permanen (Fabrikasi),
c) Pengiriman kuda-kuda dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek
d) Penyediaan tenaga kerja beserta alat/bahan lain yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan
e) Pekerjaan pemasangan seluruh rangka atap kuda-kuda meliputi
struktur rangka kuda-kuda (truss), balok tembok (top
plate/murplat), reng, sekur overhang, ikatan angin dan bracing
(ikatan pengaku)
f) Pemasangan jurai dalam (valley gutter) Pekerjaan rangka atap
baja.
d. Pekerjaan Penutup Atap
• Bahan Atap Seng gelombang BJLS 30, harus berkwalitas terbaik dan tidak
boleh cacat yang bisa menyebabkan terjadinya kebocoran dan
dipasang menggunakan paku seng lengkap dengan ring karet.
• Bahan Atap yang pasang miring sesuai dengan bidang kemiringan atap
dan diskrup pada reng. Untuk pemakuan harus dibor terlebih dahulu,
karena kalau dipaku langsung permukaan atap akan rusak dan
berpotensi bocor.
• Bagian atas pertemuan antara dua sisi atap adalah nok bubungan
metal/seng dengan cara pemasangannya pada bagian bawah
bubungan diberi papan Nok kayu besi 2/10 agar seng mudah dibentuk
dan dipaku pada reng. Bubungan atap mengunakan nok bubungan
metal harus berkwalitas terbaik dan tidak boleh cacat yang bisa
menyebabkan terjadinya kebocoran dan dipasang menggunakan paku
seng lengkap dengan ring karet.
e. Pekerjaan Pasangan Bata Ringan
• Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pasangan bata adalah pekerjaan pasangan bata termasuk
pasangan bata ringan seperti ditunjukkan gambar rencana yang
berfungsi sebagai dinding penutup ruangan hingga terbentuk pasangan
bata yang sempurna untuk difinishing lebih lanjut, juga meliputi pekerjaan
pasangan bata yang lain seperti pasangan bata rollag, dan pasangan
bata lainnya seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana.

• Standar.
- SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata
dan Plasteran). Atau Produk lokal yang telah memenuhi standar uji
material.
- Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plasteran
Dinding).
- SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan)
- SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A /Bahan
Bangunan Bukan Logam).
- SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan
dan Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).
• Pelaksanaan pekerjaan.
- Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Penyedia
Jasa Konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pasangan
bata meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan
Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
- Penyedia Jasa Konstruksi harus memeriksa detail-detail denah,
ketinggian dinding, dikoordinasikan dengan gambar pekerjaan–
pekerjaan ME.
- Sebelum melaksanakan pekerjaan harus jelas terlebih dahulu
mengenai bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan:
Tinggi dan lebar bukaan untuk pintu dan jendela.
Perkuatan tambahan untuk opening yang lebar.
Opening untuk access panel, ducting, dll.
- Pasangan bata yang digunakan adalah pasangan ½ bata dan
pasangan 1 bata (ditunjukkan pada gambar kerja dan mengacu
pada volume item pekerjaan yang ada).
- Campuran spesi yang dipakai 1pc : 4ps untuk dinding biasa, 1pc : 3ps
untuk dinding trasram, (km/wc, taman, dan bata rollag (ditunjukkan
pada gambar kerja dan mengacu pada volume item pekerjaan yang
ada).
- Pengadukan spesi harus dilakukan dengan molen pengaduk spesi.
- Bata harus direndam agar jenuh air agar tidak menyerap air dari
campuran.
- Setelah permukaan pondasi dan sloof disiapkan dengan baik, batu
bata dipasang di atas adukan setebal antara 1,5 cm–2,5 cm.
Penyedia Jasa Konstruksi harus menjamin pasangan bata horizontal
dengan alat bantu profil kayu lot pengukur ketegakan pasangan dan
benang.
- Ketebalan spesi diusahakan sama pada arah vertikal dan horisontal.
Bata harus dipasang dengan baik, rata, horizontal, dikerjakan dengan
alat-alat pengukur datar (water pass) ataupun pengukur tegak (lot,
unting-unting), sambungan sama rata, sudut persegi, naat tegak tidak
segaris (harus silang), permukaan baik dan rata, bergigi (tiap
sambungan saling menutup).
- Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap
terdiri maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom
praktis
- Bidang dinding yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan
kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12,5 x 12,5
cm, dengan tulangan pokok 4 diameter 12 mm, beugel diameter 8
mm jarak 15 cm. Kolom praktis di cor pada setiap ketinggian 1 m
(untuk pasangan bata yang luasan nya lebih dari 12 m2 harus ada
pasangan kolom praktis).
- Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steger sama
sekali tidak diperkenankan.
- Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah melebihi
dari 5%. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
- Pasangan batu bata untuk dinding harus menghasilkan dinding finish
setebal 15 cm.
- Setelah bata terpasang, nad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
- Bata tidak boleh dipasang pada waktu hujan lama atau hujan besar.
Adukan yang hanyut karena hujan harus segera disingkirkan.
- Pada penghentian pasangan harus dipakai penggigian miring.
- Setiap hari hanya diperkenankan memasang setinggi 1(satu) meter,
kecuali dengan seijin Konsultan Pengawas/ Direksi Teknis.
- Jika ternyata setelah pekerjaan pemasangan ternyata ada bata yang
menonjol atau tidak rata, maka bagian ini harus dibongkar dan
diperbaiki kembali atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
f. Penutup Lantai dan dinding
Keramik
• Pekerjaan lantai menggunakan bahan keramik ukuran 60x 60 cm bermotif
(dengan spesifikasi merk roman) pada lantai ruangan, dan keramik kasar
ukuran 60x60 cm pada teras dan toilet ,Lisplint Keramik 10 X 60 ,Keramik
dinding WC 30 X 60 atau sesuai petunjuk gambar, direksi dan PPK.
• Adukan atau perekat yang dipakai dibawah lantai keramik adalah 1 pc :
2 psr.
• Bahan keramik harus mempunyai ukuran yang tepat dan pinggiran –
pinggirannya yang tajam dan utuh, kualitas baik, yang retak tidak boleh
dipasang, warna harus rata.
• Semua jenis bahan keramik lantai atau dinding harus diberikn contoh –
contoh ntuk disetujui direksi, dan PPK sebelum dipasang.
g. Pekerjaan Langit - Langit Plafond
Pekerjaan langit-langit
• Langit-langit / plafond menggunakan bahan GRC dengan ukuran tebal 4
mm harus rata dan tidak bergelombang dan tidak terdapat cacat fisik.
Proses pemasangan GRC dengan ukuran tebal 4 mm rangka plafond
menggunakan bahan hollow galvanis uk. 40.40.02 mm.
• Untuk memperhalus permukaan plafond, maka Sambungan dan letak
paku, skrup harus diisolatif secara komulatif kemudian diplamur dengan
gypsum serbuk serta dihaluskan dengan amplas sampai rata. Sehingga
permukaan terlihat rata tidak boleh terlihat bekas skrup atau sambungan.
• Rangka Plafond menggunakan hollow galvanis 40.40.02 mm yang
dirangkai dengan tergantung pada angker yang sudah tertanam pada
rangka kuda-kuda. Pada bagian sisi bawah rangka harus rata, agar
dalam pemasangan plafond lebih muda dan rata.
h. Pekerjaan Pengecetan
• Pada permukaan dinding luar dan dalam, Plafond dilakukan pekerjaan
pengecatan dengan cat air dengan terlebih dahulu membersihkan
permukaan dari kotoran-kotoran, dinding-dinding diratakan/dihaluskan
dengan plamir, sebelum dicat dengan cat air dilakukan pengecatan
dengan cat dasar.
• Untuk bahan-bahan dari kayu seperti: piri-piri, lisplank, Kozen kayu dan
Pintu panel dilakukan pengecatan dengan cat minyak, sebelum dicat
permukaan bahan -bahan tersebut dibersihkan terlebih dahulu lalu diberi
alkali kemudian dicat dengan cat dasar untuk kemudian baru di cat
dengan cat minyak.
• Untuk bahan-bahan dari Besi seperti: railing tangga, penutup besi, pagar,
dan lainsebagainy. sebelum dicat permukaan bahan-bahan tersebut
dibersihkan terlebihdahulu lalu diberi minayk cat kemudian dicat dengan
cat dasar untuk kemudianbaru di cat dengan cat minyak.
• Jenis, mutu dan bahan cat serta pengerjaan pengecatan disesuaikan
dengan spesifikasi teknis dan gambar-gambar rencana.
i. Pekerjaan Instalasi Listrik dalam Gedung
Pekerjaannya ini meliputi pemasangan jaringan / instalasi dalam gedung
berikut pemasangan armatuur.
Bahan yang dipakai harus memenuhi persyaratan dalam PUIL dan dikerjakan
oleh instalatur yang Bersertifikat. Pemasangan armatuur meliputi:
• Pemasangan kabel fider dar LMDV ke panel distribusi
• Pemasangan Lampu LED Downligt 18 Watt merek Philips atau yang lebih
baik
• Pemasangan Lampu LED Downligt panel 24 Watt merek Philips atau yang
lebih baik
• Pemasangan Saklar Tunggal
• Pemasangan Saklalr Ganda
• Pemasangan Stop Kontak
• Pemasangan panel distribus komplit
Pada pemasangan instalasi ini semua jaringan kabel di pasang di atas kabel
tray agar jaringan tidak membahayakan dan teratur mudah dalam
pengontrolan.
j. Pekerjaan Sanitasi Dan Perpipaan
• Pekerjaannya ini meliputi pemasangan Sanitasi / Plumbin
• Bahan yang dipakai harus memenuhi persyaratan
• Pemasangan perlengkapan sanitasi meliputi :
• Pemasangan Kloset duduk Merk Toto atau yang lebih baik
• Pemasangan Pipa Saluran Air buangan Berbahan PVC AW diameter 3”
• Pipa Instalasi Septic Tank PVC AW diameter 4” lengakp dengan
pemipaan vent
• Pemasangan Pipa Saluran Air Bersih Berbahan HDPE diameter ½’’ dan
1½’’
• Pemasangan Kran Air
• Pemasangan Wastafel merek toto + ACC
• Pemasangan Cermin
• Sloopsink merek toto
k. Pekerjaan Akhir
• Setelah proses pekerjaan selesai maka hal selajutnya yang dilakukan ialah
pekerjaaan akhir. Pekerjaan akhir yang meliputi pembersihan selurah area
bangunan atau pada lokasi tersebut.

7. Spesifikasi Jabatan Kerja Konstruksi


a) Spesifikasi jabatan kerja konstruksi untuk Personil Manajerial yang
dikompetisikan : Usaha Menengah & Besar :

Jumlah
Jabatan / Posisi Pengalaman Sertifikasi Keahlian/
Tenaga Ijazah
SKT Pelaksana
1 org Pelaksana 2 Thn
Lapangan
Bangunan
Gedung
(TS052)

1 org Ahli Muda K3 3 Thn Sertifikat Ahli Muda


K3
b) Spesifikasi jabatan kerja konstruksi untuk personil manajerial yang wajib dipenuhi
pada saat sebelum pelaksanaan pekerjaan dan dibuktikan pada saat Pre
Construction Meeting :

Jumlah
Jabatan / Posisi Pengalaman Sertifikasi Keahlian/ Ijazah
Tenaga

SKT Pelaksana
1 org Pelaksana 2 Thn
Lapangan
Bangunan
Gedung
(TS052)
1 org
Ahli Muda K3 3 Thn Sertifikat Ahli Muda K3

8. Tingkat Resiko Kecelakaan Dalam Pekerjaan Konstruksi


Pengguna Jasa mengacu pada hasil dokumen pekerjaan jasa Konsultansi
Konstruksi perancangan dan/atau berkonsultasi dengan Ahli K3 Konstruksi dalam
menetapkan uraian pekerjaan, identifikasi bahaya, dan penetapan tingkat
Risiko Keselamatan Konstruksi pada Pekerjaan Konstruksi.

NO Uraian Pekerjaan Identifikasi Bahaya

1. Pekerjaan Beton/Struktur o Terluka terkena peralatan


kerja
o Terluka tertusuk ujung
kayu/ujung besi yang runcing
o Terluka terkena alat pengaduk
beton
o Terluka kejatuhan benda
o Terjatuh
o lritasi kulit terpapar radiasi sinar
matahari atau campuran
beton
o mata kemasukan serbuk
material
Dalam melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap RKK dan penerapan
SMKK, Pengguna Jasa dapat dibantu oleh Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas
Keselamatan Konstruksi.
Tahapan Identifikasi Tingkat Skala
Kekerapan Keparahan
Pekerjaan Bahaya Risiko Prioritas
1.Persiapan Kecelakaan Kecil Besar Sedang 2
Lahan akibat alat berat
2. Pekerjaan Kecelakaan saat Kecil Besar Sedang 2
Pondasi pemasangan
bekisting
Terjepit atau Sedang Sedang Sedang 2
terluka akibat
material
konstruksi
3. Pekerjaan Kecelakaan saat Sedang Besar Besar 1
Struktur pekerjaan beton
Jatuhnya Sedang Besar Besar 1
material
konstruksi
Terjatuhnya Kecil Besar Sedang 2
pekerja dari
ketinggian
4. Pekerjaan Terjatuhnya Kecil Besar Sedang 2
Atap pekerja saat
pemasangan
atap
Terjatuhnya Kecil Besar Sedang 2
pekerja dari
ketinggian
5. Pekerjaan Korsleting listrik Sedang Besar Besar 1
Instalasi Listrik atau kebakaran
dan
Mekanikal
Kecelakaan saat Sedang Sedang Sedang 2
pemasangan
instalasi
mekanikal
6. Pekerjaan Kecelakaan saat Kecil Sedang Kecil 3
Dinding dan pemasangan
Lantai dinding dan
lantai
Terjatuhnya Kecil Besar Sedang 2
pekerja dari
ketinggian
7. Pekerjaan Kecelakaan saat Kecil Kecil Kecil 3
Finishing pengecatan
Terluka akibat Kecil Sedang Kecil 3
bahan kimia
8. Kecelakaan saat Kecil Kecil Kecil 3
Pembersihan pembersihan
dan
Penutupan
Terluka akibat Kecil Kecil Kecil 3
material
konstruksi
Tabel tingkat resiko kerja.

• Skala prioritas :
Besar : risiko yang harus segera ditangani
Sedang : risiko yang perlu diperhatikan dan ditangani sesuai dengan
rencana manajemen risiko
Kecil : risiko yang bisa ditangani dalam waktu yang lebih fleksibel
atau sesuai dengan jadwal perawatan rutin
• Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang skala prioritas:
- Risiko Besar: Tahap pekerjaan yang memiliki tingkat risiko Besar
memerlukan intervensi segera untuk mengurangi risiko kecelakaan
kerja. Pada tahap ini, perlu adanya perencanaan yang baik,
peralatan keselamatan yang memadai, serta pelatihan dan
pengawasan ketat bagi pekerja. Contoh elative yang bisa diambil
meliputi penerapan metode kerja yang lebih aman, pemberian
peralatan pelindung diri (APD) yang sesuai, serta penyuluhan tentang
keselamatan kerja.
- Risiko Sedang: Tahap pekerjaan dengan tingkat risiko sedang
memerlukan upaya untuk mengurangi risiko melalui manajemen risiko
yang sistematis. Tindakan yang bisa diambil meliputi evaluasi prosedur
kerja, penyediaan peralatan keselamatan yang memadai, dan
pengawasan untuk memastikan pekerja mematuhi aturan
keselamatan. Pada tahap ini, pencegahan kecelakaan dapat
dilakukan melalui perbaikan perencanaan dan koordinasi antara
pekerja dan pihak terkait.
- Risiko Kecil: Tahap pekerjaan dengan tingkat risiko Kecil bisa ditangani
dengan lebih fleksibel dan dalam jangka waktu yang lebih elativ.
Tindakan yang bisa diambil meliputi pengecekan rutin terhadap
peralatan dan kondisi kerja, serta penyuluhan tentang keselamatan
kerja. Pada tahap ini, risiko kecelakaan elative lebih kecil, namun
tetap perlu dikelola secara efektif untuk menjaga keselamatan
pekerja dan menghindari potensi risiko yang lebih besar.

X. KEMITRAAN, SUBKONTRAK, ATAU BENTUK KERJASAMA LAINNYA

1. Pengaturan tentang tata cara kemitraan, subkontrak, atau


bentuk kerjasama lainnya sesuai dengan yang dipersyaratkan
dalam Peraturan yang berlaku.
2. Daftar bagian pekerjaan yang dapat disubkontrakkan :

No. Jenis Pekerjaan yang wajib Volume


disubkontrakkan
- - -

XI. PETA LOKASI, LAY OUT DAN DETAIL-DETAIL KONSTRUKSI ( Terlampir )

Merauke, 11 Juli 2023


Plt KEPALA DINAS

dr. BENEDICTA. C. HRAHANGIAR, MARS


NIP. 19720130 200112 2 002

Anda mungkin juga menyukai