Anda di halaman 1dari 10

PENANGANAN PERDARAHAN POST

PARTUM
No. Dokumen : /PKM/SOP/UKP
/ I/2019
No. Revisi : 0/0
SOP
Tanggal Terbit : 15/0I/2019
Halaman : 1/8

UPT dr.SITI
PUSKESMAS MULHAIDAH
NYOMPOK NIP.1978031
KECAMATAN 02010012
KOPO 010

Penanganan Perdarahan Post Partum adalah


1. Pengertian
Penanganan perdarahan yang terjadi dengan jumlah
cairan darah yang keluar melebihi 500ml setelah bayi
lahir, atau Perdarahan yang telah menyebabkan
perubahan tanda vital ibu yaitu TD Sistolik < 90
mmHG, nadi > 100 x/menit, dan Hb < 8 gr/dl.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
2. Tujuan
penanganan ibu post partum dengan menghentikan
perdarahan secepat mungkin, menegakkan diagnosa
dan stabilisasi kondisi pasien sebelum merujuk ibu
perdarahan post partum secepat mungkin serta
penatalaksana pra rujukan dengan terstandar.
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Nyompok
3. Kebijakan
Kecamatan Kopo Nomor 800/044.a/PKM/I/2019
tentang Pedoman Pelayanan Klinis di UPT Puskesmas
Nyompok Kecamatan Kopo.
Standar Prosedur Operasional (SPO) Peraturan
4. Referensi
Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014
Non medis
5. Alat dan
- Administrasi syarat rujukan sesuai ketentuan yang
Bahan
berlaku (BPJS)
- Ambulance Puskesmas
- Pendonor darah
- Buku KIA dan status pasien
A. Medik
- Diagnostic Set : handscoon standar, handscoon
panjang
- Oksigen
- Pemeriksaan laboratorium
- Lidocain
- Oxytocin 40-60 IU
- Methergin 0,2 mg
- Misoprostol 3 tablet (600 mcgram) per rectal supp
- Infus set + Catheter IV no 16 & 18 + Cairan
RL/NaCl 0,9%/Dextrose 5%
- Catheter urine + urine bag
- Hecting Set + Catgut
1. Petugas melakukan penilaian sirkulasi, jalan
6. Langkah-
napas, dan pernapasan pasien.
langkah
2. Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan
penatalaksanaan syok. Lakukan stabilisasi :
a. Pastikan jalan nafas bebas dan berikan oksigen
4 - 6 lpm
b. Pasang infus 2 jalur dengan iv kateter no. 16 /
18
c. Beri cairan infus sesuai dengan 3 – 4 x
kehilangan estimasi darah.
d. Bila terjadi syok neurogenik misalnya karena
prolapsus uteri, tatalaksanan sesuai syok

2/8
neurogenik
3. Petugas memberikan Oksigen
4. Petugas melakukan pengawasan tekanan darah,
nadi, dan pernapasan ibu.
5. Pemeriksaan fisik (3T: Tonus, Tissue, Trauma)
6. Petugas memeriksa kondisi abdomen: kontraksi
uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus

uteri .
7. Petugas memeriksa jalan lahir dan area perineum
untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika ada,
misal: robekan serviks atau robekan vagina).
8. Petugas memeriksa kelengkapan plasenta dan
selaput ketuban
9. Kosongkan kandung kemih dengan kateter, cek
urine output
10. Tatalaksana sesuai dengan diagnosa
perdarahan post partum yang disebakan karena :
atonia uteri, retensio plasenta/sisa plasenta,
laserasi jalan lahir, infeksi, gangguan pembekuan
darah (4T : tonus, tissue, trauma, trombin)
1. ATONIA UTERI
Bila perdarahan post partum terjadi karena Atonia
uteri segera lakukan tindakan sebagai berikut :
1. Lakukan masase fundus uteri segera setelah
plasenta dilahirkan (Lampiran 1: APN Untuk
atonia uteri),
2. Bersihkan kavum uteri dari selaput ketuban
dan gumpalan darah,
3. Lakukan kompresi bimanual interna (KBI). Jika
uterus berkontraksi kelurkan tangan setelah 1 –
2 menit. Jika uterus tetap tidak berkontraksi
teruskan KBI hingga 5 menit,
4. Minta keluarga untuk melakukan kompresi
3/8
bimanual eksterna (KBE), sambil penolong
melanjutkan pemasangan infus RL. Bila tidak
berhasil segera rujuk ke Puskesmas PONED
/RS terdekat,
5. Berikan injeksi Metil ergometrin 0,2 mg secara
intra muscular atau intravena,
6. Berikan Oxytocin 20 IU dalam 500 cc RL30 - 40
tpm melanjutkan pemberian oxytocin 20 IU
dalam RL 500 cc 30 - 40 tpm hingga maksimal
1500 cc,
7. Bila perdarahan masif, belum teratasi dengan
langkah a sampai dengan f diberikan
misoprostol 3 tablet (600 mcgram) per rectal
supp,
8. Bila kontraksi uterus negatif lakukan
pemasangan kondom kateter, lalu rujuk pasien,
2. ROBEKAN JALAN LAHIR
Bila perdarahan post partum disebabkan karena
robekan jalan lahir segera lakukan tidakan sebagai
berikut :
1. Robekan perineum Tk I :
Dilakukan penjahitan dengan memakai
catgut secara jelujur ataupun satu persatu,
2. Robekan perineum Tk II :
Mula-mula dilakuakan penjahitan otot
kemudian penjahitan mukosa vagina
dimulai dari puncak robekan sampai kulit
perineum,
3. Robekan perineum Tk III :
Mula-mula dinding depan rektum yang
robek dijahit, kemudian fasia perirektal dan
fasial septum rektovaginal. Ujung-ujung otot
sfingter ani yang terpisah akibat robekan
dijepit dengan klem, kemudian dijahit
4/8
sehingga bertemu lagi. Selanjutnya robekan
dijahit lapis demi lapis seperti menjahit
robekan perineum tingkat II,
4. Robekan perineum Tk IV:
Pada robekan perineum tingkat IV karena
tingkat kesulitan dalam perbaikannya
cukup tinggi dan risiko terjadinya gangguan
berupa gejala sisa disepanjang
kehidupannya, maka dilakukan rujukan ke
RS
3. RETENSIO PLASENTA
Bila perdarahan post partum disebabkan
karena Retensio Plasenta segera lakukan
tidakan sebagai berikut :
1. Pada plasenta inkarserata lakukan
pelepasan plasenta secara manual,
sebelumnya berikan analgetik baik injeksi
maupun oral. labia dibuka dengan tangan
kiri sedangkan tangan kanan dimasukkan
secara obstetrik kedalam vagina,
2. Tangan kiri menahan fundus untuk
mencegah kolporeksis. Tangan kanan
dengan posisi obstetrik menuju ke ostium
uteri dan terus kelokasi plasenta, tangan
dalam ini menyusuri tali pusat sampai ke
pangkal insersio tali pusat di plasenta,
3. Supaya tali pusat mudah diraba, dapat
diregangkan dengan bantuan asisten.
Setelah tangan sampai ke plasenta, maka
tangan tersebut dipindahkan kepinggir
plasenta dan mencari bagian plasenta yang
sudah lepas untuk menentukan bidang
pelepasan yang tepat. Kemudian dengan sisi
tangan kanan sebelah kelingking, plasenta
5/8
dilepaskan pada bidang bagian yang sudah
terlepas dan dinding rahim dengan gerakan
yang sejajar dengan dinding rahim. Setelah
seluruh plasenta terlepas, plasenta
digenggam, berikan suntikan ergometrin dan
dengan perlahan-lahan ditarik keluar,
4. Setelah plasenta lahir lakukan asuhan kala
IV sesuai APN,
5. Pada kasus plasenta akreta segera rujuk ke
RS .
4. SISA PLASENTA:
1. Untuk memastikan adanya sisa plasenta
ditentukan dengan eksplorasi dengan tangan
atau USG. Kecuali pada perdarahan aktif
jangan melakukan USG tapi langsung
eksplorasi,
2. Bila perdarahan setelah plasenta lahir dan
kontraksi rahim baik kemungkinan karena
sisa plasenta yang tertinggal dalam rahim,
3. Bila selesai pengeluaran sisa plasenta,
berikan obat uterotonika melalui suntik atau
per oral,
4. Berikan antibiotik dalam dosis pencegahan,
5. Bila pengeluaran sisa plasenta harus
dilakukan dengan kuretase maka harus
dirujuk karena harus dilakukan di RS
karena dinding rahim relatif tipis
dibandingkan kuretase pada abortus.
11. Petugas melakukan Rujukan jika tidak kasus
tidak dapat tertangani.
12. Petugas melakukan pencatatan dan pelaporan
semua kegiatan dalam register dan buku
rujukan pasien.

6/8
7/8
7. Bagan Alir

Dokter/Petugas melakukan
komunikasi teraupetik sesuai
urutan dengan pasien

Dokter/Petugas melakukan pengkajian Kebidanan


meliputi, pengumpulan data, menganalisa hasil
pengkajian yang dilakukan, perumusan masalah

Dokter/Petugas menentukan diagnosa


berdasar hasil analisa pengkajian

Petugas menyusun intervensi kebidanan berdasar


diagnosa kebidanan yang muncul yang berisikan
rencana tindakan kebidanan mandiri dan
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

Petugas melaksanakan kegiatan implementasi


kebidanan

8/8
Stabilisasi pasien jika ada perdarahan
8. Hal-hal
yang perlu
diperhatik
an
1. Buku KIA
9. Dokumen
terkait
1. Ruang Bersalin
10. Unit
2. Ruang KIA
Terkait
3. Laboratorium

11. Rekaman
No Yang Isi Tanggal mulai
Historis
dirubah Perubahan diberlakukan
perubahan

9/8
10/8

Anda mungkin juga menyukai