Anda di halaman 1dari 15

SEPUTAR TEORI SOSIOLOGI

DAN POSITIVISME

DISUSUN OLEH :

NAMA : MAULANA PANJI AKBAR

NIM : D1A021477

KELAS : SOSIOLOGI (HI)

i
FAKULTAS HUKUM.

UNIVERSITAS MATARAM

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan. Atas segala rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Sosiologi dengan judul “KONSEP
SEPUTAR TEORI SOSIOLOGI” sebagai usaha untuk memberikan persepsi baru bagi
masyarakat dan solusinya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengangkat Tentang teori serta konsep sosial
yang semakin terasa setelah mendalami tentang konsep sosiologi. Di Indonesia sendiri
pembelajaran mengenai teori sosial sangat ditekankan agar mehami lebih dalam tentang
dasar-sdasar sosial.Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mendapatkan tantangan
dan kesulitan karena keterbatasan ilmu. Namun, bimbingan, arahan, serta koreksi dari
pembimbing kepada penulis dapat membuat makalah terselesaikan tepat waktu.

MAULANA PANJI A.

MATARAM 8
DESECEMBER

ii
PENDAHULUAN
Istilah teori dapat memberikan arti yang bermacam-macam kepada setiap orang.
Kemungkinan ada yang menghubungkan dengan hal-hal yang realistis dan nonrealistis.
Kita sering mendengar dalam kehidupan sehari-hari orang memperbincangkan istilah
teori seperti berikut ini: "Ah... itu cuma teori sedang kenyataan lain". Ah.. jangan cuma
berteori tetapi coba berbuat/praktik. Terkadang juga kita mendengar orang berkata
bahwa "Apa gunanya teori kalau tidak didukung oleh fakta"Keberatan seperti itu bisa
juga datang dari mahasiswa. Misalnya mempertanyakan tentang pentingnya teori
sosiologi karena mereka berpikir bahwa apalah gunanya teori kalau faktanya sudah
diketahui Orang cukup bicara fakta dan tidak perlu bicara teori. Masalahnya ialah tidak
semua fakta jelas di dalam dirinya sendiri. Ada banyak fakta yang samar-samar, dalam
hal ini kita butuh teori untuk menjelaskannya. Teori berusaha memberikan interpretasi
atas fakta yang bersifat samar sumar itu.Berbagai batasan yang dikemukakan para ahli
mengenai pengertian teori. Definisi teori menurut Kerlinger yaitu "Teori ialah
seperangkat konstruk (konsep), barasan, dan proposisi yang menyajikan suatu
pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan-hubungan
antarvariabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala itu" (Kerlinger, 2000:
14). Gibs (Zamroni, 1992 2) mendefinisikan teori sebagai kumpulan statement yang
mempunyai kaitan logis, merupakan cermin dari kenyataan yang ada tentang sifat- sifat
atau ciri-ciri kelas, peristiwa atau benda. Sedangkan ahli seperti Hage (Zamroni, 1992:
2) menyatakan bahwa teori tidak hanya konsep dan statement tetapi juga definisi, baik
definisi teoretis maupun definisi operasional dan hubungan logis yang bersifat teoretis
dan operasional antara konsep atau statement tersebut. Konsep dan definisi harus
disusun ke dalam "primitive" dan "derived", statement dan hubungan harus disusun ke
dalam premis dan persamaan.Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa teori setidak-tidaknya mengandung beberapa hal yaitu:
(a) konsep, definisi, dan proposisi: (h) terdapat hubungan logis di antara minimal ada
dua konsep atau lebih; (c) hubungan tersebut merupakan cerminan fenomena sosial; (d)
teori dapat digunakan untuk prediksi dan eksplanasiMeskipun teori merupakan
cerminan fenomena sosial, namun dalam kenyataannya teori tidak selamanya seratus
persen mampu memprediksi atau menjelaskan fenomena sosial yang ada. Kondisi ini
disebabkan karena teciri tidak berlaku secara universal. Teori yang satu bisa jadi tepat
digunakan dalam menjelaskan fenomena tertentu di suara tempat tetapi tidak tepat
digunakan menjelaskan fenomena di tempat lain. Black dan Champion (1976)
menjelaskan bahwa suatu teori dapat diterima dengan 2 (dua) syarat yaitu kriteria ideal
dan kriteria pragmatis. Suatu teori dikatakan memenuhi kriteria ideal apabila memenuhi
persyaratan berikut:
1. Sekumpulan ide yang dikemukakan mempunyai hubungan logis dan konsisten
2. Sekumpulan ide yang dikemukakan harus mencakup seluruhvariabel yang
diperlukan untuk menerangkan fenomena yang dihadapi
3. Kumpulan ide-ide tersebut mengandung proposisi-proposisi di mana ide yang
satu dengan ide yang lain tidak saling tumpang-tindih.

1
4. Kumpulan ide-ide tersebut dapat dites secara empiris.Sedangkan suatu teori
dikatakan memenuhi kriteria pragmatisapabila memiliki persyaratan sebagai
berikut:
 1.Asumsi dan paradigma
 Frame reference, yaitu kerangka berpikir yang mengidentifikasi aspek-
aspek kehidupan sosial yang diuji secara empiris.
 Konsep-konsep, yaitu abstraksi atau simbol-simbol sebagai wujud
sesuatu ide.
 Variabel, yakni penjabaran konsep yang mengandung dimensi Proposisi,
yaitu hubungan antarkonsep
 Hubungan yang sistematis dan bersifat kausal di antara konsep-konsep
dan proposisi-proposisi tersebut.

RUMUSAN MASALAH:
Terkait dengan materi diatas penulis menyusun serangkaian masalah yang akan dibahas
sebagai berikut:
1. Asal muasal teori sosiologi
2. Fungsi daripada teori

METODE PENELITIAN:
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian normatif yuridis.berikut
pengertianya . normatif adalah yuridis normatif dimana hukum dikonsepkan sebagai apa
yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum
dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia
yang dianggap pantas.

PEMBAHASAN
1.asal muasal teori sosiologi
menyebabkan kelahiran teori sosiologi. Kedua hal mendasar yang dimaksud adalah
adanya kekuatan sosial dan kekuatan intelektual yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu. Selanjutnya Ritzer (2014) menjelaskan ada 7 (rujuh) kekuatan sosial yang
mendasari kelahiran sosiologi. Adapun ketujuh kekuatan sosial yang dimaksud akan
diuraikan sebagai berikut:

2
1. Revolusi Politik yang Diawali Revolusi Prancis
Revolusi Prancis tahun 1789 bukan hanya membawa dampak positif dalam
kehidupan masyarakat, tetapi juga membawa dampak negatif. Para ilmuan sosial
pada waktu itu justru tertarik mengkaji mengenai dampak negatif yang
ditimbulkan oleh revolusi Prancis. Ilmuwan sosial sangat terganggu dengan
terjadinya chaos dan ketidakteraturan di dalam masyarakat. Mereka sangat ingin
menemukan dasar-dasar baru yang membuat masyarakat bisa terintegrasi.
Perhatian kepada masalah integrasi dan keteraturan sosial tersebut ditunjukkan
oleh ilmuwan seperti Auguste Comte dan Emile Durkheim.
2. Revolusi Industri dan Munculnya Kapitalisme
Lahirnya revolusi politik dan revolusi industri di negara-negara Eropa pada
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 merupakan determinan utama dalam
kelahiran teori sosiologi. Meskipun revolusi industri bukan kejadian tunggal
yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi. Namun, revolusi industri dan
berbagai kejadian yang saling bertautan yang bermuara pada terjadi transformasi
masyarakat dunia Barat dari corak sistem pertanian menjadi sistem industri.
Banyak orang- orang desa meninggalkan dunia pertanian dan bekerja pada
industri- industri. Demikian juga birokrasi muncul untuk melayani kebutuhan
dalam dunia industri. Kebangkitan industri melahirkan sistem kapitalis dengan
segala problemnya. Para pemilik modal yang jumlahnya kecil justru
mendapatkan keuntungan dengan jumlah yang besar, sementara kaum buruh
yang jumlahnya banyak justru mendapatkan keuntungan yang kecil dari hasil
industri. Revolusi industri, kapitalisme, dan reaksi pertentangan tersebut
menimbulkan pergolakan dahsyar dalam masyarakat Barat. Problem ini menarik
perhatian 4 (empat) sosiolog awal (Karl Marx, Max Weber, Emile Durkheim,
dan George Simmel) yang mencoba mencari jalan keluamya. Keempat sosiolog
tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempelajari masalah
yang timbul dan berusaha mencari jalan keluarnya masing-masing
3. Munculnya Sosialisme
Problem yang ditimbulkan sistem kapitalisme menyebabkan Karl Marx
menawarkan sistem sosialisme sebagai jalan keluar. Kendati Marx sangat
memperjuangkan sosialisme, namun ditentang oleh sosiolog lainnya seperti Max
Weber dan E. Durkheim. Max Weber dan E Durkheim lebih cenderung
memperbaiki sistem kapitalisme daripada mengadopsi revolusi sosial ala Karl
Marx.
4. Bangkitnya Gerakan Feminisme
Gerakan feminis awal dapat dilacak kembali ke tahun 1630-an, namun aktivitas
dan tulisan feminis mencapai puncaknya pada gerakan liberalis di dalam sejarah
Barat modern. Gelombang pertama ini pada tahun 1780-an dan 1790-an dengan
muncul perdebatan di seputar revolusi Prancis dan Amerika. Usaha yang lebih
terorganisasi dan terfokus muncul pada tahun 1850-an sebagai bagian dari
mobilisasi menentang perbudakan dan mendukung hak-hak politik untuk kelas

3
menengah, dan mobilisasi secara masif untuk hak pilih perempuan dalam bidang
politik dan reformasi undang-undang kewarganegaraan dan industrial di awal
abad ke-20. Gejala tersebut memengaruhi sejumlah karya perempuan seperti
Harrier Martineau, Charlotte Perkins Gilman, Jane Addams, Florence Kelley,
Anna Yulia Cooper, Ida Wells-Barnett, Marianne Weber, dan Beatrice Potter
Webb, Karya-karya para feminis ini terkadang terdesak atau terpinggirkan oleh
sosiolog laki-laki yang menyusun sosiologi sebagai basis kekuatan profesional.
Karya kaum feminis direspons secara konservatif ketimbang kritis. Hal ini
dilakukan oleh sosiolog laki-laki seperti Spencer, Max Weber, dan Emile
Durkheim. Mereka membuat isu gender menjadi topik yang terpisah
(inconsequential) dan konservatif ketimbang mencoba merespons secara
kritis.seperti Spencer, Max Weber, dan Emile Durkheim. Mereka membuat isu
gender menjadi topik yang terpisah (inconsequential) dan konservatif ketimbang
mencoba merespons secara kritis.
5. Urbanisasi
Akibat dari revolusi industri ialah berpindahnya penduduk dalam jumlah besar
dari desa menuju ke kota. Hal ini disebabkan karena kota telah tumbuh menjadi
pusat pendirian pabrik-pabrik, pusat pendidikan, hiburan/rekreasi. Akibatnya, di
kota timbul berbagai persoalan baru seperti kelebihan penduduk, tingginya
kriminalitas, kemacetan lalu lintas, pengangguran dan lain-lain. Kondisi ini
menarik perhatian para sosiolog untuk menjelaskan fenomena tersebut sesuai
bidang ilmu yang dia kembangkan.
6. Perubahan Kehidupan Keagamaan Revolusi industri, revolusi sosial, dan
urbanisasi membawa dampak dalam kehidupan keagamaan. Agama kehilangan
kekuatannya sebagai satu-satunya otoritas dalam bidang moral. Sebagian
sosiolog berasal dari keluarga yang taat beragama dan sebagian di antara mereka
itu ada yang tertarik untuk kembali ke taranan masyarakat lama yang teratur
Sebut saja E. Durkheim dan Max Weber yang meneliti hubungan masyarakat
dan agama. Lihat karya Durkheim berjudul "The Elementary Forms of Religious
Life" dan karya Weber berjudul The Protestan Ethic and The Spirit of
Capitalism". Kedua karya tersebut menunjukkan bahwa kedua sosiolog sangat
konsen memerhatikan masalah keagamaan. Karl Marx juga mempunyai
perhatian dengan masalah agama, tetapi orientasi sangat kritis dengan menuding
agama sebagai candu masyarakat
7. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan
Sewaktu teori sosiologi sedang dibangun, minat terhadap ilmo pengetahuan
berkembang pesat baik di universitas maupun di tengah- tengah masyarakat pada
umumnya. Hasil pengembangan teknologi dan sains tersebar dengan cepat di
masyarakat mendapat prestise yang luar biasa. Hal ini berkaitan dengan sukses
yang telah dicapai ilmu-ilmu alam (fisika, biologi, dan kimia) sehingga
mendapat tempat yang terhormat di masyarakat. Para sosiolog awal (terutama
Comte, Durkheim, Spencer, Mead, Schutz) yang semula memang telah
bercimpung dalam saimdan banyak menginginkan agar sosiologi meniru

4
kesuksesan ilmu biologi dan fisika. Tetapi, perdebatan segera berkembang
antara orang yang ingin menerima model sains (biologi dan fisika) dalam
melihat fenomena sosial dengan mereka yang berpendapat bahwa ciri-ciri
kehidupan sosial sangat berbeda dengan ciri-ciri objek sains, dan tidak bijaksana
jika ingin mencontoh model sains secara utuh. Perbedaan cara pandang seperti
ini, masih kita jumpai di kalangan sosiolog sampai pada saat ini
Sedangkan kekuatan intelektual yang mendasari kelahiran teori sosiologi yaitu:
1. Masa Pencerahan dan Munculnya Sosiologi di Prancis
Masa pencerahan (aufklarung) yang dipelopori Charles Montesquieu (689-1755)
dan Jean Jacques Rousseau (1712-1778) mempunyai dampak dalam
perkembangan ilmu pengetahuan modern. Masa pencerahan ditandai oleh
kepercayaan bahwa manusia bisa memahami dan mengontrol jagat raya ini
dengan akalnya melalui penelitian empiris Berbagai dampak positif yang timbul
dari pemikiran itu, tetapi juga ndak luput dari dampak negatif, seperti runtuhnya
tatanan masyarakat lama yang teratur. Kondisi ini merangsang beberapa sosiolog
di Prancis untuk ambil bagian dalam menjawab apa yang menyebabkan
masyarakat menjadi stabil dan harmoni Saint Simont seorang yang konservatif
tergagah untuk menciptakan masyarakat seperti sebelumnya yang relatif stabil
dan harmonis. Dia juga sangat setuju agar fenomena fenomena sosial harus
dipelajari dengan menggunakan metode-metode ilmiah seperti dalam ilmu-ilmu
alam. Idenya lebih lanjut dikembangkan oleh Auguste Comte. Karya Comte
(1798-1857) dapat dianggap sebagai reaksi melawanrevolusi Prancis yang
memporak-porandakan tatanan hidup di masyarakat. Comte mengembangkan
fisika sosial yang belakangan ia sebut dengan "sosiologi". Baginya perubahan
tidak mesti dengan cara revolusi, tetapi dengan evolusi. Untuk membuktikan
argumentasinya dia mengemukakan hukum tiga tahap perkembangan intelektual
manusia. Tahap Teologis, berlangsung dari awal mula adanya manusia sampai
dengan tahun 1300. Pada tahap ini manusia menafsirkan fenomena fenomena
sosial yang terjadi di sekelilingnya secara teologis atau disebabkan karena Tuhan
atau dewa/dewi. Tahap Metafisik, berlangsung 1300-1800 tahap ini manusia
menafsirkan fenomena-fenomena sosial yang terjadi di sekelilingnya disebabkan
karena kekuatan-kelauatan abstrak gaib (bukan Tuhan/Dewa-Dewi), Tahap
Positivistik, tahap ini manusia menafsirkan fenomena fenomena sosial yang
terjadi di sekelilingnya berdasarkan hukum-hukum alam yang dikaji melalui
pembuktian empirikEmile Durkheim (1858-1917) banyak mencurahkan
perhatiannya pada masalah keteraturan sosial (social onder). Baginya
ketidakteraturan tidak harus menjadi bagian dari dunia modern dan dapat
dikurangi dengan reformasi sosial. Dalam bukunya The Rules of Sociological
Method la mengemukakan bahwa tugas utama seorang sosiologi adalah
mempelajari fakta sosial. Fakta sosial adalah kekuatan-kekuatan dan struktur-
struktur yang bersifat eksternal terhadap individu, tetapi memengaruhi individu.
Bukunya yang kedua Suicide. Dalam buku ini ia menjelaskan pengaruh fakta

5
sosial terhadap bunuh diri. Durkheim menemukan bahwa bunuh diri bisa terjadi
karena solidaritas terlalu kuat atau terlalu longgar

2. Perkembangan Sosiologi di Jerman


Karl Marx (1818-1883) sangat tertarik kepada penindasan kaum kapitalis
terhadap kaum buruh. Kunci untuk memahami pemikiran Marx adalah idenya
tentang konflik sosial. Menurut Marx ada dua kelompok yang saling berkonflik
di dalam masyarakat yaitu kaum borjuis/majikan/ pemilik modal/bos/juragan
dan kelompok proletar/buruh/klien/- bawahan. Menurut Marx satu-satunya cara
untuk keluar dari sistem kapitalis yang tidak adil yaitu revolusi. Namun ada
syarat yang harus dipenuhi agar revolusi bisa sukses. Pertama, berikan kesadaran
kepada warga masyarakat yang tertindas, Kedua, buatkan atau himpun mereka
dalam suatu organisasi.Max Weber (1864-1920) sangat tertarik dengan masalah
rasionalitas Rasionalitas bagi Weber adalah pertimbangan-pertimbangan yang
dibuat sebelum melaksanakan sesuatu. Pertimbangan itu menyangkut tujuan dan
alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Weber melihat bahwa birokrasi
merupakan contoh produk rasionalisasi. Dalam birokrasi orang selalu mencari
cara-cara yang rasional untuk mencapai tujuan. Weber memperluas
pemikirannya tentang birokrasi itu ke dalam institusi-institusi politik. Weber
membedakan 3 macam otoritas di dalam institusi politik yaitu, otoritas
tradisional, otoritas karismatik, dan otoritas rasional legal. Menurut Weber
otoritas rasionallegal memacu pertumbuhan birokrasi, sedangkan otoritas
tradisional dan karismatik sebaliknya yaitu menghambat pertumbuhan
birokrasiHasil studi perbandingan yang dilakukan di Eropa, India, dan Cina dia
menemukan bahwa otoritas tradisional dan karismatik dominan berlaku di India
dan Cina, sedangkan otoritas rasional legal dominan di Eropa sehingga birokrasi
tumbuh subur di Eropa. Selain berbicara tentang rasional dan birokrasi Weber
juga tertarik masalah agama dan hubungannya dengan kapitalisme. Dalam
studinya ia menemukan bahwa sistem kapitalisme yang rasional itu mempunyai
hubungan dengan kepercayaan calvinisme dalam agama protestanGeorge
Simmel (1858-1918) sangat terkenal karena analisisnya berpusat pada masalah-
masalah mikro seperti aksi dan interaksi Tigas utama seorang sosiolog adalah
memahami interaksi di antara manusia. Dalam karyanya yang terkenal dyad dan
triad. Menurut Simmel perkembangan penting dalam sosiologi terjadi ketika
kelompok dyad (dua orang) diubah ke dalam kelompok triad (tiga orang) dengan
menambahkan orang yang ketiga: Kemungkinan-kemungkinan sosial sulit
terjadi dalam kelompok yang terdiri dari dua orang. Dalam kelompok tigaan
beberapa kemungkinan bisa terjadi seperti salah seorang di antara bertiga
menjadi penengah untuk dua orang yang bertikal, dan bisa juga dua orang

6
bersatu untuk menguasai orang yang satu. Jadi interaksi dalam kelompok tigaan
lebih kaya dibanding kelompok duaan.Perkembangan Sosiologi di Inggris

3. Herber Spencer (1820-1902) juga seorang evolusionis dan tidak setuju cara-cara
revolusi. Dia memandang masyarakat sebagai suatu organisme yang begitu
kompleks dan memiliki hubungan saling bergantung satu sama lain dalam suatu
sistem. Spencer melihat bahwa evolusi masyarakat bergerak dalam suatu sosial
secara terarah menuju ke keadaan ideal. Masyarakat berkembang ke arah
diferensiasi struktur untuk memenuhi fungsi-fungsi yang dituntut masyarakat.
Siapa yang kuat akan bertahan dan yang lemah akan musnah

4. Perkembangan Teori Sosiologi Modern-Perkembangan Sosiologi di Amerika


Amat sulit menentukan kapan sosiologi mulai didirikan di Amerika.Kuliah
pertama tentang masalah-masalah sosial dimulai pada tahun 1858 di Universitas
Oberlin, Istilah sosiologi dari Comte pertama ka digunakan tahun 1858.
Kemudian William Graham Summer, Georg Fitzhugh mengajar ilmu sosial di
Universitas Yale tahun 1873. Tahun 1880 an kuliah sosiologi sudah mulai
muncul. Tahun 1892 Albion Small pindah ke Universitas Chicagodan
mendirikan Departemen Sesiologi. Inilah tahap awal perkembangan sosiologi di
Amerika. Di kemudian hari, berkembang menjadi aliran dengan nama The
Chicago School. Beberapa sosiolog yang merupakan pendukung utama The
Chicago School adalah WI. Thomas(1863-1947), Florian Znaniecki, Robert Park
(1864-1944), C.H. Cooley (1864-1929) dan George Herbert Mead.Chicago
School mencapai puncaknya pada tahun 1920-an dan pelan- pelan memudar
sejak tahun 1930-an ketika G.H. Mead meninggal dan Rober Park meninggalkan
Universitas Chicago. Beberapa alasan juga menjadi penyebab pudarnya
pengaruh Chicago School yaitu berkembangnya analisis kuantitatif dalam
penelitian sosial yang mengandalkan statistik padahal Chicago School sangat
menekankan studi deskriptif kualititatif. Orang-orang di luar Universitas
Chicago cemburu terhadap peran Universitas Chicago yang begitu dominan
dalam American Journal of Sociology dan American Sociological Society
Ketidakpuasan itu tampak dalam protes yang mereka dengan mendirikan
American Journal Review yang dipelopori oleh Universitas Harvard.

5. Teori Sosiologi Hingga Pertengahan Abad ke-20Perkembangan teori sosiologi


hingga pertengahan abad ke-20 tidak bisa dipisahkan dari peran Universitas
Harvard. Adalah Pitirim Sorokin (1889-1968) yang pertama kali mendirikan
Departemen Sosiologi di Universitas Harvard tahun 1930. Beberapa tokoh yang
berjasa dalam mengembangkan Universitas Harvard menjadi pusat studi
sosiologi adalah Talcott Parsons, Robert K. Merton, Kinsley Davis, George

7
Homans. Ketika Harvard berkembang dengan teori-teori sosiologi, maka di
Universitas Chicago muncul lagi ahli teori seperti Anselm Strauss, Herbert
Blumer, dan Thomas Kunt.Di tengah gegap gempita perkembangan teori
sosiologi di Universitas Chicago (interaksionis simbolik) dan Universitas
Harvard (struktural fungsional), secara perlahan teori kritis yang dipelopori olch
Frankfurt School memasuki Amerika. Sekalipun aliran ini telah ada.

2.konsep positvisme teori august comte


yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktual-fisikal Pengetahuan
demikian hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori teori melalui metode saintifik
yang ketat, yang karenanya spekulasi metafisis harus dihindari. Ajaran positivisme
timbul pada abad ke-19 dan termasuk jenis filsafat abad modern. Kelahirannya hampir
bersamaan dengan empirisme. Kesamaan di antara keduanya antara lain bahwa
keduanya mengutamakan pengalaman. Perbedaannya, positivisme hanya membatasi diri
pada pengalaman-pengalaman yang objektif, sedangkan empirisme menerima juga
pengalaman-pengalaman batiniah atau pengalaman yang subjektif (Hadiwijono, 1980).
Auguste Comte adalah tokoh aliran positivisme yang paling terkenal. Kaum positivis
percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam di mana metode-metode
penelitian empiris dapat digunakan untuk menemukan hukum-hukum sosial. Aliran ini
tentunya mendapat pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan
kemajuan dari revolusi Prancis.

Pendiri filsafat positivis yang sesungguhnya adalah Henry de Saint Simon yang menjadi
guru sekaligus teman diskusi Comte. Menurut Simon untuk memahami sejarah orang
harus mencari hubungan sebab akibat, hukum-hukum yang menguasai proses
perubahan. Comte menuangkan gagasan positivisnya dalam bukunya The Course of
Positivie Philosoph, yang merupakan sebuah ensiklopedia mengenai evolusi filosofis
dari semua ilmu dan merupakan suatu pernyataan yang sistematis yang semuanya itu
terwujud dalam tahap akhir perkembangan. Perkembangan ini diletakkan dalam
hubungan statika dan dinamika, di mana statika yang dimaksud adalah kaitan organis
antara gejala-gejala sedangkan dinamika adalah urutan gejala-gejala Bagi Comte untuk
menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan metode positif yang kepastiannya tidak
dapat digugat. Metode positif mempunyai 4 ciri, yaitu:
1. Mengarah pada fakta-fakta
2. Mengarah pada perbaikan terus-menerus dari syarat-syarat hidup
3. Berusaha ke arah kepastian

8
4. Berusaha ke arah kecermatan

Metode positif juga mempunyai sarana-sarana bantu yaitu pengamatan, perbandingan,


eksperimen dan metode historis. Tiga: yang pertama itu biasa dilakukan dalam ilmu-
ilmu alam, tetapi metode historis khusus berlaku bagi masyarakat yaitu untuk
mengungkapkan hukum-hukum yang menguasai perkembangan gagasan-gagasan.
Tokoh terpenting dari aliran positivisme adalah Auguste Comte (1798-1857). John
Stuart Mill (1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903).Dalam masyarakat terdapat
dua fase filsafat positivistik yaitu social static (statika sosial) dan social dynamic
(dinamika sosial). Statika Sosial adalah masyarakat sebagai kenyataan dengan kaidah-
kaidah yang menyusun tatanan sosial. Ini adalah saat di mana masyarakat mulai
tersusun atau terbangun. Dengan statika sosial dimaksudkan semua unsur struktural
yang melandasi dan menunjang orde, tertib dan kestabilan masyarakat. Antara lain
disebut: sistem perundangan, struktur organisasi, dan nilai-nilai seperti keyakinan,
kaidah dan kewajiban yang semuanya memberi bentuk yang konkret dan mantap kepada
kehidupan bersama. Statika sosial itu disepakati oleh anggota dan karena itu disebut
dengan volonte general (kemauan umum). Mereka mengungkapkan hasrat kodrati
manusia akan persatuan, perdamaian, dan kestabilan atau keseimbangan. Tanpa unsur-
unsur struktural ini kehidupan bersama tidak dapat berjalan. Pertengkaran dan
perpecahan mengenai hal-hal yang dasar, sehingga suatu kesesuaian paham tidak
tercapai, menghancurkan masyarakat. Fase selanjutnya adalah dinamika sosial yang
artinya masyarakat pada saat itu berada dalam penciptaan sejarahnya dan mulai
menanjak dalam kemajuannya dan fase ini adalah fase terakhir menurut filsafat
positivistik. Dinamika sosial dimaksudkan semua proses pergolakan yang menuju
perubahan sosial. Dinamika sosial adalah daya gerak sejarah tersebut tadi, yang pada
setiap tahap evolusi mendorong ke arah tercapainya keseimbangan baru yang setinggi
dengan kondisi dan keadaan zaman. Dalam abad ke-18 dinamika sosial paling menonjol
dalam perjuangan dan usaha untuk mengganti gagasan- gagasan agama yang lama dan
konsep-konsep positif dan ilmiah yang baru. Comte telah belajar dari sejarah dunia,
bahwa tiap-tiap perubahan di bidang politik, hukum, tata pemerintahan, kesenian,
agama, ilmu pengetahuan dan filsafat langsung berkaitan dengan hukum evolusi akal
budi Tiap-tiap tahap baru dalam cara manusia berpikir menghasilkan bentuk masyarakat
yang baru juga. Pada tahap religius masyarakat dihayati sebagai kehendak dewa atau
Allah. Pemerintahannya berstruktur feodal dan paternalistis Penghormatan kepada
pemimpin dan pembesar menjadi wajib.Ekonominya bercorak "militeristis" dalam arti
bahwa orangnya tidak memproduksi sendiri barang kebutuhan mereka, tetapi memetik
hasil bumi arau meramu saja. Tahap metafisika mengakibatkan kemunduran agama,
yang terlihat dari adanya perombakan atas kehidupan bersama yang tradisional. Tahap
positivisme sekarang membangun kembalibsuatu orde baru yang kokoh-kuat, di mana
peranan agama dan filsafat diambil alih oleh ilmu pengetahuan positif yang tangguh dan
universalSarjana mengganti ulama, dan industriawan mengganti serdadu (StorgHJ,
dalam Veeger, 1982).Auguste Comte merupakan sosok filsuf besar dan cukup

9
berpengaruh bagi perkembangan technoscience, di mana dia merupakan penggagas dari
aliran Positivisme, yaitu sebuah aliran filsafat Barat yang timbul pada abad XIX dan
merupakan kelanjutan dari empirisme.Aliran positivisme merupakan aliran produk
pemikiran Auguste Comte yang cukup berpengaruh bagi peradaban manusia. Aliran
Positivismeini kemudian di abad XX dikembangkan oleh filsuf kelompok Winadengan
aliran Neopositivisme (Kuntowijayo, 2005:91).Dasar-dasar filsafat ini dibangun oleh
Saint Simon dan dikembangkan oleh Auguste Comte. Adapun yang menjadi titik tolak
dari pemikiran positivis ini adalah apa yang telah diketahui adalah yang faktual dan
positif, sehingga metafisika ditolaknya. Di sini, yang dimaksud dengan "positif" adalah
segala gejala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman objektif.
Jadi, setelah fakta diperoleh, fakta-fakta tersebut diatur sedemikian rupa agar dapat
memberikan semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan. Menurut Comte dan juga para
penganut aliran positivisme, ilmu pengetahuan tidak boleh melebihi fakta-fakta karena
positivisme menolak metafisisme. Bagi Comte, menanyakan hakikat benda-benda atau
penyebab yang sebenarnya tidaklah mempunyai arti apa pun. Oleh karenanya, ilmu
pengetahuan dan juga filsafat hanya menyelidiki fakta- fakta dan hubungan yang
terdapat antara fakta-fakta. Dengan demikian, kaum positivis membatasi dunia pada hal-
hal yang bisa dilihat, diukur, dianalisis dan yang dapat dibuktikan
kebenarannyabDengan model pemikiran seperti ini, kemudian Comte mencoba
mengembangkan positivisme ke dalam agama atau sebagai pengganti agama. Hal ini
terbukti dengan didirikannya Positive Societies di berbagaisempat yang memuja
kemanusiaan sebagai ganti memuja Tuhan.Perkembangan selanjutnya dari aliran ini
melahirkan aliran yang bertumpu kepada isi dan fakta-fakta yang bersifat materi, yang
dikenal dengan Materialisme.Selanjutnya, karena agama (Tuhan) tidak bisa dilihat,
diukurdan dianalisis serta dibuktikan, maka agama tidak mempunyai arti dan faedah.
Comte berpendapat bahwa suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu
sesuai dengan fakta. Sebaliknya, sebuah pernyataan akan dianggap salah apabila tidak
sesuai dengan data empiris. Contoh, misalnya pernyataan bahwa api tidak membakar
Model pemikiran ini dalam epistemologi disebut dengan teori korespondensi
Keberadaan (existence) sebagai masalah sentral bagi perolehan pengetahuan, mendapat
bentuk khusus bagi positivisme Comte yakni sebagai suatu yang jelas dan pasti sesuai
dengan makna yang terkandung di dalam kata "positif". Kata nyata(riil) dalam
kaitannya dengan positif bagi suatu objek pengetahuan, menunjuk kepada hal yang
dapat dijangkau atau tidak dapat dijangkau oleh akal. Adapun yang dapat dijangkau
oleh akal dapat dijadikan sebagai objek ilmiah. sedangkan sebaliknya yang tidak dapat
dijangkau oleh akal, maka tidak dapat dijadikan sebagai objek ilmiah. Kebenaran bagi
Positivisme Comte selalu bersifat riil dan pragmatik artinya nyata dan dikaitkan dengan
kemanfaatan dan nantinya berujung kepada penataan atau penertiban Oleh karenanya,
selanjutnya Comte beranggapan bahwa pengetahuan yang demikian itu tidak bersumber
dari otoritas misalnya bersumber dari kitab suci, atau penalaran metafisik (sumber tidak
langsung). melainkan bersumber dari pengetahuan langsung terhadap suatu objek secara
indrawi Model pemikiran tersebut, membuat akhirnya Comte menganggap bahwa garis
demarkasi antara sesuatu yang ilmiah dan tidak ilmiah (pseudo science) adalah variabel,

10
di mana Comte untuk mengklarifikasi suatu pernyataan itu bermakna atau tidak
(meaningful dan meaningless), ia melakukan verifikasi terhadap suatu gejala dengan
gejala-gejala yang lain untuk sampai kepada kebenaran yang dimaksud. Sebagai
konsekuensinya, Comte menggunakan metode ilmiah Induktif- Verifikatif, yakni
sebuah metode menarik kesimpulan dari sesuatu yang bersifat khusus ke umum,
kemudian melakukan verifikasi. Selanjutnya Comte juga menggunakan pola operasional
metodologis dalam bentuk observasi, eksperimentasi, komparasi, dan generalisasi-
induktif.Singkatnya, filsafat Comte merupakan filsafat yang anti-metafisis, di mana dia
hanya menerima fakta-fakta yang ditemukan secara positif- ilmiah dan menjauhkan diri
dari semua pertanyaan yang mengatasi bidang ilmu-ilmu positif Semboyan Comte yang
terkenal adalah savoir pour prevoir (mengetahui supaya siap untuk bertindak), artinya
manusia harus menyelidiki gejala-gejala dan hubungan-hubungan antara gejala- gejala,
agar dia dapat meramalkan apa yang akan terjadi. Filsafat positivisme Comte juga
disebut sebagai paham empirisme kritis, di mana pengamatan dan teori berjalan seiring.
Bagi Comte pengamatan tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan penafsiran atas
dasar sebuah teori dan pengamatan juga tidak mungkin dilakukan secara "perisolasi",
dalam arti harus dikaitkan dengan suatu teori.Positivisme yang diperkenalkan Comte
berpengaruh pada kehidupan intelektual abad sembilan belas. Di Inggris, Jhon Stuart
Mill dengan antusias memperkenalkan pemikiran Comte sehingga banyak tokoh di
Inggris yang mengapresiasi karya besar Comte yang di antaranya G.H. Lewes, penulis
The Biographical History of Philosophy dan Comte's Philosophy of Sciences, Henry
Sidgwick, filsuf Cambridge yang kemudian mengkritisi pandangan-pandangan Comte;
John Austin, salah sara ahli paling berpengaruh pada abad kesembilan belas; dan John
Marley, seorang politisi sukses, Namun, dari orang-orang itu hanya Mill dan Lewes
yang secara intelektual terpengaruh oleh Comte.Di Prancis, pengaruh Comte tampak
dalam pengakuan sejarawan mu. Paul Tannery, yang meyakini bahwa pengaruh Comte
terhadapnya lebih dari siapa pun. Ilmuwan lain yang dipengaruhi Comte adalah Emile
Meyerson, seorang filsuf ilmu, yang mengkritisi dengan hormat ide-ide Comte tentang
sebab, hukum-hukum saintifik, psikologi dan fisika Dua orang ini adalah salah satu dari
pembaca pemikiran Comte yang serius selama setengah abad pasca kematiannya. Karya
besar Comte bagi banyak filsuf, ilmuwan dan sejarawan masa itu adalah bacaan wajib
Namun, Comte baru benar-benar berpengaruh melalui Emile Dürkheim yang pada 1887
merupakan orang pertama yang ditunjuk untuk mengajar sosiologi, ilmu yang
diwariskan Comte, di universitas Prancis. Dia merekomendasikan karya Comte untuk
dibaca oleh mahasiswa sosiologi dan mendeskripsikannya sebagai "the best possible
initiation into the study of sociology". Dari sinilah kemudian Comte dikenal sebagai
Bapak Sosiologi dan pemikirannya berpengaruh pa perkembangan filsafat secara umum
dan sosiologiSejarah mencatat bahwa, positivisme dari Comte banyak dikriti karena
generalisasi yang dilakukannya terhadap segala sesuatu denga menyatakan bahwa
semua "Proses dapat direduksi menjadi peristiwa peristiwa fisiologis, fisika, atau
kimia", dan bahwa "proses-proses sosia dapat direduksi ke dalam hubungan
antartindakan-tindakan individu dan bahwa "organisme biologis dapat direduksi ke
dalam sistem fisika".Kritik juga dilancarkan oleh Max Horkheimer dan reoretisi kritis

11
lain. Kritik ini didasarkan atas dua hal, ketidaktepatan positivisme memahami aksi
sosial dan realitas sosial yang digambarkan positivisme terlalu konservatif dan
mendukung status quo. Kritik pertama berargumen bahwa positivisme secara sistematis
gagal memahami bahwa apa yang mereka sebut sebagai "fakta-fakta sosial" tidak benar-
benar ada dalam realitas objektif, tetapi lebih merupakan produk dari kesadaran manusia
yang dimediasi secara sosial. Positivisme mengabaikan pengaruh peneliti dalam
memahami realitas sosial dan secara salah menggambarkan objek studinya dengan
menjadikan realitas sosial sebagai objek yang eksis secara objektif dan tidak
dipengaruhi oleh orang-orang yang tindakannya berpengaruh pada kondisi yang diteliti.
Kritik kedua menunjuk positivisme tidak memiliki elemen refleksif yang mendorongnya
berkarakter konservatif. Karakter konservatif ini membuatnya populer di lingkaran
politik tertentu.

KESIMPULAN
Setelah melihat penjelasan diatas kita tau ada kekuatan besar yang menyebabkan
lahirnya teori sosiologi, yakni kekuatan sosial dan kekuatan intelektual yang terjadi
selama beberapa kurun waktu tertentu. Setidaknya ada tujuh kekuatan sosial yang
menjadi penyebab lahirnya teori sosiologi, yakni:
1. Revolusi politik yang berawal dari Revolusi Perancis
2. Revolusi Industri dan kapitalisme
3. Bangkitnya gerakan feminisme
4. Bangkitnya Sosialisme
5. Urbanisasi
6. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan
Positivisme adalah: bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-
fakta sejarah yang mungkin dapat menjadi obyek pengetahuan. Dengan demikian
positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek di belakang fakta,
menolak segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah fakta.

DAFTAR PUSTAKA

Ritzer, George. "Teori sosiologi modern." (2004).

12
Ritzer, G. (2004). Teori sosiologi modern.
RITZER, George. Teori sosiologi modern. 2004.
Syukur, Muhammad. "Dasar-Dasar Teori Sosiologi." (2018).
Syukur, M. (2018). Dasar-Dasar Teori Sosiologi.
SYUKUR, Muhammad. Dasar-Dasar Teori Sosiologi. 2018.
Kinloch, Graham C. "Perkembangan dan Paradigma Utama Teori Sosiologi." (2005).
Kinloch, G. C. (2005). Perkembangan dan Paradigma Utama Teori Sosiologi.
KINLOCH, Graham C. Perkembangan dan Paradigma Utama Teori Sosiologi. 2005.

13

Anda mungkin juga menyukai