Anda di halaman 1dari 16

MINIPROJECT

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM GIZI

Oleh:
dr. Anissa Resprita Wicaksani

Pembimbing:
dr. Farida Indriawati
NIP: 197010242002122001

PUSKESMAS LEUWISADENG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat dan bimbingan-Nya laporan yang berjudul “Laporan Audit Internal Program
Gizi ” dapat selesai tepat waktu. Laporan ini disusun sebagai bagian dari proses
pembelajaran dalam rangka Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) di RSUD
Leuwiliang-Puskesmas Leuwisadeng
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak selama penyusunan laporan ini. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.
2. dr. Farida Indriawati sebagai dokter pembimbing PIDI Stase Puskesmas.
3. dr. Widya dan dr. Ricky sebagai dokter umum dan pembimbing di Puskesmas
Leuwiliang
6. Pasien beserta keluarga.
7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
selama penyusunan laporan ini

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna mengingat
terbatasnya kemampuan dan waktu yang ada. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun, sehingga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pihak lainnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila
terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan laporan audit internal ini.

Leuwisadeng, Oktober 2020

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum...................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................2
1.3 Manfaat.......................................................................................3
1.3.1 Manfaat Bagi UPT Puskesmas Leuwisadeng....................3
1.3.2 Manfaat Bagi Penulis........................................................3
1.3.1 Manfaat Bagi Masyarakat.................................................4
BAB II. PENETAPAN MASALAH
2.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data..........................................5

BAB III. PENETAPAN PEMECAHAN MASALAH


3.1 Alternatif Pemecahan Masalah...................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
LAMPIRAN

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat


kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental.
Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.
Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat
gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).
Masalah gizi adalah masalah yang ada pada setiap negara baik negara
berkembang maupun negara maju. Negara berkembang cenderung untuk memiliki
masalah gizi kurang yang terkadang berkaitan dengan penyakit infeksi, sedangkan
negara maju memiliki masalah gizi lebih yang berkaitan dengan masalah penyakit
degeneratif. Sementara Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki
masalah gizi ganda, yaitu perpaduan antara masalah gizi lebih dan gizi kurang
(Depkes RI, 2014).
Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan
makan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatar belakangi kedua faktor
tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga, produktivitas dan pengetahuan
tentang gizi anak tersebut (Suhardjo, 2003 ). Berbagai penelitian mengungkapkan
bahwa masalah gizi terutama pada usia dini akan berdampak pada gangguan
tumbuh kembang anak, penurunan produktivitas, dan peningkatan angka kematian
dan angka kesakitan. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan
oleh status gizi. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai interaksi antara asupan
energi dan protein serta zat- zat gizi esensial dengan keadaan kesehatan tubuh.
Menurut Kemenkes (2011), status gizi diklasifikasikan menjadi gizi kurang dan
gizi buruk, pendek dan sangat pendek, serta kurus dan sangat kurus. Status gizi
baik atau optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien, sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal serta
mencegah penyakit-penyakit yang dapat mengganggu kelangsungan hidup anak
(Soekirman, 2006; Gibson, 2005; Almatsier, 2009).

Pada tahun 2013, 17% atau 98 juta anak di bawah lima tahun di negara
berkembang mengalami gizi kurang. Prevalensi tertinggi berada di wilayah Asia
1
Selatan sebesar 30%, diikuti Afrika Barat 21%, Osceania dan Afrika Timur 19%,
Asia Tenggara dan Afrika Tengah 16%, dan Afrika Selatan 12%. Indonesia
termasuk dalam lima besar negara dengan angka stunting tertinggi di dunia,
dimana prevalensinya terdapat pada satu dari setiap tiga anak yaitu sebesar 37%.
Selain itu, terdapat sebanyak 9,5 juta anak balita Indonesia yang mengalami
kekurangan gizi dan lebih dari tiga juta atau 12% dari anak-anak di bawah usia
lima tahun juga menderita wasting. (WHO, 2014 )
`Di Indonesia, prevalensi balita gizi kurang (underweight) secara nasional
memberikan gambaran yang fluktuatif dari 18,4 % pada tahun 2007 menurun
menjadi 17,9 % pada tahun 2010 kemudian meningkat lagi menjadi 19,6 % pada
tahun 2013. Sementara itu, prevalensi balita pendek (stunting) secara nasional
pada tahun 2013 adalah 37,2% yang menunjukkan peningkatan dari 35,6% pada
tahun 2010 dan 36,8% pada tahun 2007. Prevalensi balita kurus (wasting) secara
nasional pada tahun 2013 adalah sebesar 12,1%, angka ini menurun dari 13,3%
pada tahun 2010 (Riskesdas, 2013).
Masalah gizi kurang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
disebabkan oleh berbagai faktor, sehingga upaya penanggulangannya tidak cukup
dengan pendekatan medis maupun pelayanan kesehatan saja. Asupan makanan
dan penyakit infeksi merupakan penyebab langsung, sedangkan penyebab tidak
langsung yaitu perilaku, ketersediaan pangan rumah tangga, dan pelayanan
kesehatan. Faktor- faktor lain penyebab gizi buruk adalah kemiskinan, rendahnya
pendidikan, dan kesempatan kerja.
Stunting pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat
dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun.
Stunting pada anak-anak mencerminkan efek yang luas dari kekurangan gizi yang
kronis selain itu beresiko lebih besar menderita penyakit menular dan tidak
menular pada usia dewasa. Anak pendek ini merupakan gambaran kekurangan
gizi kronis yang dimulai sejak janin hingga masa pertumbuhan sampai usia 2
tahun. Jika pada periode tersebut kurang gizi dampaknya akan sangat signifikan
pada kejadian anak pendek.

2
ASI mengandung zat gizi yang cukup untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
No. 450 Tahun 2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia
yaitu “Pemberian ASI eksklusif, diwajibkan bagi bayi baru lahir sampai bayi
berumur 6 bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun dengan
pemberian makanan tambahan yang sesuai”. ASI tidak memberatkan kerja organ
pencernaan dan ginjal. Kandungan gizi ASI diantaranya adalah karbohidrat
berupa laktosa, asam lemak tak jenuh ganda, protein laktalbumin, vitamin,
mineral, kalsium, serta zat-zat untuk pencegahan infeksi dan alergi (Adriani,
2012).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan angka cakupan Upaya Promosi Kesehatan di Puskesmas
Leuwisadeng
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan angka cakupan Upaya Promosi Kesehatan Dalam
Gedung di Puskesmas Leuwisadeng
2. Menambah wawasan/pengetahuan dari hasil pemaparan materi-
materi penyuluhan untuk petugas kesehatan maupun masyarakat
3. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta petugas
Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan Promosi Kesehatan

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi UPT Puskesmas Leuwisadeng
Puskesmas dapat melanjutkan program ini sebagai langkah
meningkatkan angka cakupan Upaya Promosi Kesehatan
1.3.2 Bagi Penulis
Penulis mendapatkan pengalaman yang berharga mengenai fakta
lapangan sehingga dapat mengaplikasikan pengalaman di kehidupan
sehari-hari maupun saat pelayanan kepada masyarakat.

3
1.3.3 Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan dan wawasan dari pemaparan materi-materi
penyeluhan yang dapat diaplikasikan ilmunya untuk kehidupan sehari-
hari

BAB II
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4
Angka cakupan penilaian upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan di Puskesmas Leuwisadeng hingga bulan September pada tahun
2020 tersaji di bawah ini. Data-data tersebut menggambarkan cakupan pelayanan
yang sudah berjalan hingga bulan September tahun 2020 dan digunakan sebagai
prioritas masalah yang akan ditetapkan. Berdasarkan data laporan tahunan PKP
Puskesmas Leuwisadeng pada tahun 2020 cakupan kegiatan gizi diperoleh
cakupan yang belum memenuhi target sasaran. Terutama cakupan laporan PKP
puskesmas tahun 2020 , dipilih 3 masalah yaitu : Balita Stunting, Balita gizi buruk
yang mendapat perawatan, Balita usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI
dipilih sebagai prioritas ini dipilih berdasarkan indikator kerja utama dan diskusi
dengan kepala Puskesmas Leuwisadeng.

No Indikator Target Capaian

1 Balita stunting 29.55 % 0.050 %

2 Balita gizi buruk yang mendapat 100 % 100 %


perawatan

3 Balita usia kurang < 6 bulan yang 43 % 35.30 %


mendapat ASI ekslusif ( proses )

Analisis penyebab Masalah

Setelah menentukan masalah di Puskesmas Leuwisadeng, perlu dilakukan


peninjauan penyebab masalah tersebut Setelah menganalisis penyebab masalah
utama langkah selanjutnya adalah menyusun jalan keluar dari setiap penyebab
masalah yang ada.

Indikator Masalah Analisis masalah

Stunting - Kurangnya pendeteksian gizi

5
buruk oleh petugas kesehatan
- Kurangnya kemampuan
petugas kesehatan dalam
menggunakan antropometri
- Kurangnya kesadaran
orangtua untuk
memeriksakan anaknya ke
posyandu
- Anggapan bahwa semua
makanan memiliki komposisi
yang sama

Indikator Masalah Analisa masalah

ASI - Kurangnya sosialisasi oleh petugas


ekslusif kesehatan mengenai ASI ekslusif
- Dana yang kurang maksimal
untuk penyuluhan
- Kurangnya
pengawasan pada
ibu yang menyusui
- Anggapan bahwa
anak yang diberikan
makanan ( air putih,
pisang ) akan lebih
sehat

6
7
BAB III
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan data standar pelayanan minimal di Puskesmas Leuwisadeng ,


didapatkan beberapa program dengan pencapaian rendah atau belum
memenuhi target. Setelah melakukan analisa program berikut tampilan data
terhadap indikator keadaan gizi di wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng.

Berdasarkan analisis prioritas pemecahan masalah yang sudah dilakukan,


didapatkan beberapa alternative pemecahan masalah untuk program gizi di wilayah
kerja Puskesmas Leuwisadeng. Oleh karena itu, diusulkan beberapa perencanaan
kegiatan yang dapat menunjang alternatif pemecahan masalah tersebut.
Masalah Penyebab Alternatif jalan keluar

Stunting - Kurangnya - Pelatihan kepada


pendeteksian gizi petugas kesehatan
stunting oleh petugas dalam menggunakan alat
kesehatan ukur ( TB/ PB )
- Kurangnya - Penyuluhan
kemampuan petugas
kesehatan dalam
menggunakan
antropometri
- Kurangnya kesadaran
orangtua untuk
memeriksakan
anaknya ke posyandu
- Anggapan bahwa
semua makanan
memiliki komposisi
yang sama

11
Masalah Penyebab Alternatif jalan keluar

ASI ekslusif - Kurangnya sosialisasi - Penyuluhan


oleh petugas - Membuat anggaran dana
kesehatan mengenai desa
pentingnya ASI - Pembuatan KP ASI ekslusif
ekslusif
- Dana yang digunakan
untuk penyuluhan
kurang maksimal
- Kurangnya
pengawasan pada ibu
yang sedang
menyusui
- Anggapan bahwa
anak yang diberikan
makanan ( air putih,
pisang ) akan lebih
sehat

GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN


Laporan Kronologi Temuan Gizi Buruk
1. IDENTITAS
Nama anak : An. D
Tanggal lahir/ umur : 30 – 07 – 2019 ( 1.3 tahun )
Jenis kelamin :L

12
Anak ke II
BB/ TB lahir : 3.0 kg/cm
KEADAAN KASUS
Keadaan sekarang : Hidup
BB/ TB ( sekarang ) : 6,9 kg 72 cm
Status imunisasi : Lengkap
Status Gizi : Anak sangat kurus
Upaya yang telah dilakukan : Penyuluhan, pemberian PMT

Laporan Kronologi Temuan Gizi Buruk


1. IDENTITAS
Nama anak : An. F
Tanggal lahir/ umur : 19 – 06 – 2015m( 3.5 tahun )
Jenis kelamin :L
Anak ke II
BB/ TB lahir : 2.9 kg/ 42 cm
KEADAAN KASUS
Keadaan sekarang : Hidup
BB/ TB ( sekarang ) : 9.5 kg 89 cm
Status imunisasi : Lengkap
Status Gizi : Anak sangat kurus
Upaya yang telah dilakukan : Penyuluhan, pemberian PMT, kontrol 1x/minggu
ke puskesmas

Pre Test Post Test


Penyuluhan ASI ekslusif
- Memiliki 62,5 50 %
pengetahuan
cukup 25 % 75 %
- Memiliki
pengetahuan baik

13
Penyuluhan ASI ekslusif diadakan tanggal 25 Oktober 2020 dipuskesmas
leuwisadeng dan ada 10 orang participant. Dari hasil tabel diatas, didapatkan
hasil pre test ibu yang menyusui memiliki pengetahuan cukup mengenai ASI
ekslusif sebanyak 62,5 %, sedangkan ibu yang menyusui memiliki pengetahuan
baik sebanyak 37,5%. Dan dari hasil post test didapatkan peningkatan
pengetahuan mengenai ASI ekslusif.
Intervensi yang dilakukan pada balita stunting tidak mengalami
peningkatan, dikarenakan para orang tua kurang kooperatif dan kuatnya
anggapan dilingkungan sosial terkait dengan pemberian makanan bayi dan anak.

14
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari hasil kegiatan mini project ini, didapatkan peningkatan angka pada
intervensi mengenai ASI ekslusif. Dari data tersebut dapat memperlihatkan
bahwa penyuluhan ASI ekslusif cukup efektif untuk meningkatkan capaian
program gizi.

B. Saran
Menurut penulis, masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dalam
program gizi. Penyuluhan ASI ekslusif harus dilakukan berkelanjutan dan
merata. Peningkatan program ini pun harus tetap dikembangkan, Penulis
memberikan beberapa saran yang sekiranya dapat membantu meningkatkan
capaian angka stunting dan ASI ekslusif.
1. Perlunya pelatihan tentang teknik pengukuran TB/ BB berkelanjutan untuk
petugas dan kader terkait dalam mendeteksi dan menangani stunting.
2. Perlunya pembentukan kelompok pengawas ASI untuk mengawasi ibu yang
menyusui
3. Pelaksanaan diharapkan dilakukan berkelanjutan

15
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M. & Wirjatmadi, B. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:


Kencana Prenadamedia Group.;2012

Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Budiyanto. 2002. Gizi dan Kesehatan. Bayu Media, Malang.

Depkes RI, 2002. Program Gizi Makro. Jakarta.

Gibson , R. 2005. Principles of nutrional assesment. Oxford university. New york.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan


Tambahan Pemulihan bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Operasional Kesehatan).
Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI;1-40.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya, Untuk Keluarga dan Masyarakat.
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Suhardjo. 2002. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai