A2.20033010029 - SYAMSIYATUL FARIHA - PENGETAHUAN BAHAN PANGAN DAGING Dan IKAN
A2.20033010029 - SYAMSIYATUL FARIHA - PENGETAHUAN BAHAN PANGAN DAGING Dan IKAN
DASAR TEORI :
Ikan dikenal sebagai suatu komoditi yang mempunyai nilai gizi tinggi namun mudah
busuk karena mengandung kadar protein yang tinggi dengan kandungan asam amino bebas yang
digunakan untuk metabolisme mikroorganisme, produksi amonia, biogenik amine, asam
organik, ketone dan komponen sulfur (Lu et al., 2010; Delgaard et al., 2006).
Penentuan tingkat kesegaran ikan dapat dilakukan dengan metode sensorik atau
organoleptik. Pengujian organoleptik merupakan cara atau teknik pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama dalam menilai mutu ikan hidup dan produk
perikanan yang masih dalam keadaan segar utuh. Sedangkan pengujian terhadap kesegaran ikan
olahan disebut dengan istilah pengujian sensoris (BSN, 2006). Pada ikan segar ada 7 (tujuh)
paremeter secara fisik yang merupakan ciri kesegaran ikan antara lain kenampakan mata,
insang, lendir permukaan, warna, penampakan daging, bau dan tekstur (BSN, 2006)
Daging merupakan salah satu bahan pangan yang lazimnya dikonsumsi di wilayah
Indonesia dan dijadikan sebagai salah satu sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani.
Daging sangat mudah rusak atau mengalami pembusukan (Olaoye dan Onilude, 2010). Selain
itu, dengan pemotongan karkas ini untuk mengetahui bagian-bagian mana saja yang siap untuk
dimaakan dan tidak, dan juga pembagian awalkarkas yaitu pemotongan antara kepala, kaki, dan
bagian dalam ayam.
TUJUAN :
1. Untuk mengetahui komposisi karkas daging yang utuh dan dapat dimakan
2. Untuk mengetahui uji H2S terhadap daging busuk dan daging segar
3. Untuk mengetahui struktur fisik daging segar dan busuk.
MANFAAT :
1. Agar praktikan mengetahui komposisi karkas daging yang utuh dan dapat dimakan
2. Agar praktikan mengetahui uji H2S terhadap daging busuk dan daging segar
3. Agar praktikan mengetahui struktur fisik daging segar dan busuk.
ALAT BAHAN
1. Pisau 1. Ayam
2. Neraca 2. Ikan
3. Piring 3. Larutan H2S
memisahkan bagian-bagian ayam paha, dada, kepala, kaki, sayap dan jeroan dan
menimbang setiap bagian
memisahkan bagian tulang lalu menimbang Kembali bagain yang sudah dipisahkan/
bagain yang bisa dimakan
menghitung hasil antara berat daging utuh dengan berat daging yang bisa dimakan
menimbang ikan yang sudah dipisahkan antara daging dan tulang/ daging yang bisa
dikonsumsi
menghitung hasil antara berat daging utuh dengan berat daging yang bisa dimakan
Menutup daging dengan kain kasa. Kemudian meneteskan dengan larutan H2S
Menutup cwan petri. Menunggu hasil pengamatan dengan ditandai dengan perubahan
warna
KESIMPULAN :
1. Perubahan mata pada ikan vusuk disebabkan oleh adanya perubahan biokimia
sehingga metabolism didalam tubuh ikan terjadi
2. Pada ikan yang mengalami kebusukan disebabkan oleh mengakibatkan peredarah
darah terhenti, bahkan sebaliknya dapat terjadi oksidasi sehingga warna berubah
menjadi coklat
3. Kehilangan tekstur kekenyalan disebebkan oleh jaringan pengikatnya banyak
mengalami kerusakan sehingga ikan kehialangn kekenyalan.
4. Pada ikan busuk terdapat banyak lendir dan juga lendir bewarna kecoklatan hal
ini terjadi karena masih berlangsungnya proses biokimiawi lanjut dan juga
terdapat berkembangnya mikroba
5. Uji H2S digunakan untuk menilai kebusukan pada ikan dengan ditandai warna
kecoklatan pada daging ikan
6. Warna merah pada ayam disebabkan oleh adanya mioglobin dan juga hemolobin
7. Pemotongan karkas dibagi berdasarkan pada potongan yang dapat dikonsumsi,
dimana kepala, kaki danjuga jeroan dihilangkan
DAFTAR PUSTAKA :
Asep Dedy Sutrisno, Willy Pranata Widjaja, Wildan Qoharisma Salam. 2020.
Pendugaan umur simpan ikan asap menggunakan jenis asap tempurung
kelapa dan jenis ikan air tawar. Pasundan Food Technology Journal, Volume
7, No.2
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2006. Petunjuk Pengujian Organoleptik dan
atau Sensori SNI 01-2346-2006. Jakarta: BSN
Delgaard, P., H.L Madson, N. Samieua, & M. Emborg. 2006. Biogenic amine
formation and microbial spoilage in chilled garfish (Belone belone belone) –
effect of modified atmosphere pacaging and previous frozen storage. J. Appl.
Microbiol. 101: 80-95.
Hajrawati, Fadliah M, Wahyuni, I. I. Arief. Kualitas Fisik, Mikrobiologis, dan
Organoleptik Daging Ayam Broiler pada Pasar Tradisional di Bogor. Jurnal
Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan, vol. 04 No. 3
Lu, F., Y. Din, D. Ye & D. Liu. 2010. Cinamon and nisin in alginate-calcium coating
maintain quality of fresh northern snakehead fish fillet. LWT-Food Sci. Tech.
43, 1331-1335
Nurjanah, S., Sukarno, dan M. Muldani. 2004. Teknik Penanganaan Ikan Basah di
Kapal, PPI, dan Tempat Pengolahan. Buletin THP. VII( 1).
Olaoye OA dan Onilude AA. 2010. Investigation on the Potential Application of
Biological Agents in the Extension of Shelf Life of Fresh Beef in Nigeria.
World J Microbiol Biotechnol, 26:1445– 1454.
Widiastuti, I.M. 2007.Sanitasi dan Mutu Kesegaran Ikan Konsumsi pada Pasar
Tradisional di Kota Palu. Jurnal Agroland 14(1): 77-81
APPENDIX
➢ Ayam
o Edible portion
berat daging perbagian 125,52
Paha : × 100%= 585,82 × 100%= 21,43%
berat karkas utuh
o Berat perbagian
➢ Ikan