Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI

KRONIS DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI PADA PASIEN Tn. M DI RUANG MEDIKAL LAKI-
LAKI RSUD KOTA PRABUMULIH

DISUSUN OLEH :
MARLINA, S.KEP

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN

2
PENYAKIT BROUNKITIS DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI

1. Definisi bronkitis
Bronkitis berasal dari bronchus (saluran napas) dan itis artinya menunjukkan adanya
suatu peradangan.“Bisa disimpulkan bronkitis merupakan suatu gejala penyakit
pernapasan.”
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi pada
pembuluh bronkus, trakea dan bronkioli.Inflamasi menyebabkan bengkak pada
permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan
inflamasi (Ngastiyah, 2005).
Bronkitis berarti infeksi bronkus.Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri,
tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan
dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis,
Bronkitis pada asma dan sebagainya (Santoso, 2004).
Bronkitis pada anak berbeda dengan bronkitis yang terdapat pada orang dewasa.
Pada anak bronkitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran napas lain, namun ia
dapat juga merupakan penyakit tersendiri (Ngastisyah, 2005).

2. Anatomi dan Fisiologi

Organ-Organ Pernafasan
1. Organ-organ pernapasan atas
a. Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang, dipisahkan
oleh sekat hidung (septum oil) di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung. Hidung terdiri
dari hidung luar dan nasi di belakang hidung luar.

b. Faring

3
Merupakan tempat persimpangan antara jalan napas dan jalan makanan. Terdapat di
bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher.
Faring dibagi atas tiga bagian:
1. Bagian atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nasofaring.
Terletak tepat di belakang cavum nasi, di bawah basis cranii dan di depan
vertebrae cervicalis I dan II.
2. Bagian tengah yag sama tingginya dengan ismus fausium disebut orofaring.
Orofaring berhubungan ke bawah dengan laringofaring, merupakan bagian
dari faring yang terletak tepat di belakang laring, dan dengan ujung atas
esophagus.
3. Bagian abawah sekat, dinamakan langiofaring
c. Laring
Merupakan saluran pendek yang menghubungkan faring dan trakea dan bertindak
sebagai pembentuk suara.

2. Organ saluran pernapasan bawah


a. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Panjang trakea 9-11 cm dan di
belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh oto polos.
b. Bronkhial dan alveoli
Ujung distal trakea membagi menjadi bronki primer kanan dan kiri yang terletak di
dalam rongga dada. Fungsi percabangan bronkial untuk memberikan saluran bagi udara
antara trakea dan alveoli. Alveoli berjumlah 300-500 juta di dalam paru-paru, fungsinya
adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan aliran
darah.
c. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung (gelembung hawa alveoli). Gelembung-gelembung alveolir ini terdiri dari sel-
sel epitel dan endotel.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru kanan
dan kiri. Kapasitas paru-paru:
1. Kapasitas total
Jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-dalamnya.
2. Kapasitas vital
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal

Bagian-bagian paru:

4
1. Pleura adalah bagian terluar dri paru-paru dikelilingi oleh membran halus, licin atau
pleura
2. Mediastinum adalah bagian dinding yang membagi rongga toraks menjadi 2 bagian
3. Lobus adalah bagian paru-paru dibagi menjadi lobus kiri terdiri atas lobus bawah dan
atas tengah dan bawah
4. Bronkus dan bronkiolus terdapat beberapa divisi bronkus di dalam setiap lobus paru.
Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus
5. Alveoli paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli yang tersusun dalam kloster antara
15-20 alveoli
d. Toraks
Rongga toraks terdiri dari rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang
disebut mediastinum. Toraks mempunyai peranan penting dalam pernapasan,
karena bentuk elips dari tulang rusuk dan sudut perlekatannya tulang belakang.
Perubahan dalam ukuran toraks inilah yang memungkinkan terjadinya proses
inspirasi dan ekspirasi.

Fisiologi pernapasan
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen
ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi.
Pernapsan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna oksigen
diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernapas dimana oksigen masuk melalui
trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli
memisahkan oksigen dari darah, O2 menembus membran, diambil oleh sel darah merah
dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.
Guna pernapasan:
1. Mengambil O2 yang kemudian di bawa oleh darah ke seluruh tubuh (sel-selnya)
untuk mengadakan pembakaran
2. Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian dibawa
oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh).
3. Menghangatkan dan melembabkan udara
Pernapasan dalam keadaan normal
Orang dewasa : 16-24 kali/menit
Anak-anak kira-kira : 24 kali/menit
Bayi kira-kira : 30 kali/menit
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yangmerupakan
suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Efek dari gerakan ini
adalah secara bergantian meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada. Inspirasi adalah

5
ketika kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk melalui trakea. Ekspirasi adalah
ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukuran semula

3. Klasifikasi Bronkitis
Bronkitis dapat diklasifikasikan sebagai bronkitis akut dan bronkitis kronik.
1. Bronkitis Akut
Bronkitis akut adalah radang membran bronki yang penyebab utamanya adalah
infeksi virus, namun juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau akibat iritasi benda –
benda asing (Soedarto, 2010).
Bronkitis akut adalah kondisi umum yang disebabkan oleh infeksi dan inhalasi yang
mengakibatkan inflamasi lapisan mukosa percabangan trakeobronkial.Penyebab infeksi
paling umum dari bronkitis akut mencakup virus influenza, adenovirus, rinovirus, dan
organisme Mycoplasma pneumoniae.Bronkitis menyebabkan sekret mukus berlebihan,
bronki membengkak, disfungsi silia yang menghambat aliran udara ekspirasi.Gejala
bronkitis akut adalah batuk, dengan banyak mukus purulen.Mungkin ada rongki kering
(mengi) (Jan Tambayong, 2000).
Bronkitis akut pada bayi dan anak yang biasanya bersama juga dengan trakeitis,
merupakan penyakit infeksi saluran napas akut (ISNA) bawah yang sering
dijumpai.Penyebab utama penyakit ini adalah virus.Batuk merupakan gejala yang menonjol
dan karena batuk berhubungan dengan ISNA atas, berarti bahwa peradangan tersebut
meliputi laring, trakea dan bronkus. Gangguan ini sering juga disebut
laringotrakeobronkitis akut atau croup dan sering mengenai anak sampai umur 3 tahun
dengan gejala suara serak, stridor dan napas berbunyi (Ngastisyah, 2005).
2. Bronkitis Kronik
Bronkitis kronik didefinisikan sebagai adanya mukus yang berlebihan pada saluran
pernapasan (bronchial tree) secara terus – menerus (kronik) dengan disertai
batuk.Pengertian terus – menerus (kronik) adalah terjadi sepanjang hari selama tidak
kurang dari tiga bulan dalam setahun dan telah berlangsung selama dua tahun berturut –
turut. Batasan ini tidak mencakup sekresi mukus berlebihan yang disebabkan oleh kanker
paru, tuberkulosis dan penyakit gagal jantung kongestif.Batasan yang digunakan adalah tiga
bulan dalam setahun karena yang menyusun batasan ini adalah para ahli yang menangani
pasien di daerah empat musim.Diagnosis bronkitis kronik merupakan diagnosis klinis
(Darmanto, 2009).
Bronkitis kronik di definisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3
bulan dalam satu satu selama 2 tahun berturut – turut.Sekresi yang menumpuk dalam
bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif.Merokok atau pemajanan terhadap polusi
adalah penyebab utama bronkitis kronik.Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan
terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah.Kisaran infeksi virus, bakteri, dan
mikoplasma yang luas dapat menyebabkab episode bronkitis akut. Eksaserbasi bronkitis

6
kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin dapat menyebabkan bronkospasme bagi
mereka yang rentan (Brunner &Suddarth, 2002).
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronkitis kronik, yang ada ialah
mengenai batuk kronik dan atau berulang yang disingkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis
yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang –
kurangnya 2 minggu berturut – turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan,
dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non – repiratorik lainnya. Dengan
memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa bronkitis kronik pada anak adalah batuk
kronik dan atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan penyebab – penyebab BKB itu
misalnya asam atau infeksi kronik saluran napas dan sebagainya, walaupun belum ada
keseragaman mengenai patologi dan patofisiologis bronkitis kronik, tetapi kesimpulan
akibat jangka panjang umumnya sama. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bayi
sampai anak umur 5 tahun yang menderita bronkitis kronik akan mempunyai resiko lebih
besar untuk menderita gangguan pada saluran napas kronik setelah umur 20 tahun, terutama
jika pasien tersebut merokok akan mempercepat menurunnya fungsi paru (Ngastisyah,
2005).
Bronkitis kronis dewasa didefinisikan sebagai batuk produktif selama 3 bulan atau
lebih dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut atau lebih dalam satu tahun selama 2
tahun berturut-turut atau lebih, namun tidak ada standardemikian yang dapat diterima pada
anak-anak. Keberadaannya sebagai wujud penyakit yang tersendiri telah dipertanyakan,
yang menekankan pentingnya mencari kelainan imunologis atau mukosa yang
mendasarinya. Batuk produktif kronis atau sering kumat biasanya menunjukkan penyakit
paru atau sistemik yang mendasari :penderita yang terkena harus dievaluasi untuk defisiensi
imun, kelainan anatomi, asma, penyakit lingkungan, infeksi saluran pernapasan pernapasan
atas dengan cairan postnassal, kistik fibrosis, diskinesis silia, dan bronkiektasia. Batuk dan
mengi lazim ditemukan, dan pada sebuah penelitian, 22 penderita yang dilaporkan
menderita bronkitis kronis semuanya mempunyai bukti adanya penyakit alergi. Kadang-
kadang, iritasi bronkus dapat terjadi akibat inhalasi kronis debu atau asap beracun.
Merokok tembakau atau marijuana dengan jelas berhubungan dengan informasi anamnesis.
Anak belasan tahun harus ditanyai juga tentang pemajanan terhadap asap industri atau gas
mobil disekolah atau di tempat kerja (Ngastisyah, 2005).

4. Etiologi Bronkitis
Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara, alergi,
aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur.Virus merupakan penyebab
tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh bakteri.Virus penyebab yang
sering yaitu yaitu virus Influenza A dan B, Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus
(RSV), Rinovirus, adenovirus dan corona virus.

7
Menurut Davey, Patrick (2002) dan Soeria&Anna(2003), berikut merupakan
beberapa etiologi dari bronkitis akut dan kronis yang menyebabkan Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK) :
1. Faktor Usia : Dan angka kejadian akan terus meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Usia juga dapat sebagai faktor resiko timbulnya
PPOK. Adanya peningkatan usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun
1960-an menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an dapat menjadi penyebab
peningkatan pasien Bronkitis Akut.
2. Faktor Rokok : Anak yang terlalu sering menghirup asap rokok dari orang
dewasa atau anak tersebut menjadi perokok pasif juga mempunyai resiko besar
timbulnya gangguan pada sistem pernapasan berupa bronkitis. Menurut buku
Report of the WHO expert Commite on smoking control, rokok adalah
penyebab utama timbulnya bronkitis kronik dan emfisema. Terdapat hubungan
yang erat antara merokok dan penurunan VEP (Volume Ekspirasi Paksa) 1
detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus
bronkus dan metaphlasia epitel skuamus saluran pernapasan. Juga dapat
menyebabkan bronkokontruksi akut. Menurut Crofton dan Douglas merokok
menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofag alveolar dan
surfaktan.
3. Faktor lingkungan : Resiko tambahan akibat polutan udara di tempat kerja atau
di dalam kota merupakan salah satu faktor penyebab Bronkitis Keonis.
Bronkitis kronik lebih sering terjadi pada pekerja yang terpajan zat inorganic,
debu organic, atau gas yang berbahaya. Pekerja yang terpajan zat tersebut
mempunyai kemungkinan bronkitis kronik 2-4 kali daripada pekerja yang tidak
terpajan.
4. Faktor Genetik : Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit paru kronik,
terbukti pada survey terakhir didapatkan bahwa anak – anak dari orang tua
merokok mempunyai kecenderungan mengalami penyakit paru kronik lebih
sering dan lebih berat, serta insidensi penyakit paru kronik pada grup tersebut
lebih tinggi. Faktor genetik tersebut diantaranya adalah atopi yang ditandai
dengan adanya eosinifilia atau peningkatan kadar imunoglibulin E (IgE) serum,
adanya hiperresponsif bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada keluarga,
dan defisiensi protein α-1 antitrypsin.
5. Faktor Sosial Ekonomi : Bronkitis kronik lebih banyak terdapat pada golongan
social ekonomi rendah, mungkin karena perbedaan pola merokok, dan lebih
banyak terpajan faktor resiko lain. Kematian pada pasien bronkitis kronik
ternyata lebih banyak pada golongan social ekonomi rendah. Mungkin
disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

8
5. Patofisiologi
Menurut Wong (2003), masuknya mikroorganisme atau gen fisik seperti debu atau
inhalasi zat kimia pada trakhea atau bronkus dapat menyebabkan reaksi radang berupa
oedema mukosa dan sekresi mukus yang berlebihan. Bersamaan dengan itu akan di jumpai
peningkatan rangsang batuk sebagai akibat dari akumulasi sekret di jalan nafas. Bila
oedema mukosa berat dan sekresi mukus berlebihan akan menyebabkan obstrukisi jalan
nafas yang akan menimbulkan kesulitan bernafas. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
maka saluran nafas oilcan lebih meregang reseptor mukosa yang ada di permukaan bronkus
untuk selanjutnya ke pons dan medulla oblongata.Selanjutnya terjadi peningkatan frekuensi
nafas, yaitu nafas jadi cepat tapi dangkal.Selain itu juga pernafasan memakai otot
pernafasan tambahan untuk memberi dorongan yang lebih kuat untuk mendapatkan
oksigen.
Virus dan bakteri biasa masuk melalui port d'entree mulut dan hidung "dropplet
infection" yang selanjutnya akan menimbulkan virernia/bakterenia dan gejala atau reaksi
tubuh unuk melakukan perlawanan. Patofisiologi bronkitis yang mengarah pada terjadinya
masalah keperawatan (Muttaqin, 2008).
Virus merupakan penyebab utama dari infeksi kemudian virus masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pernapasan. Virus yang masuk saluran pernapasan melalui udara
yang kita hirup terlalu banyak akan menginfeksi saluran pernapasan. Akibat terinfeksinnya
saluran pernapasan terjadilah bronkitis. Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir ,
pilek 3 – 4 hari dan batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) riak jernih, purulent,
encer, batuk mulai hilang. Suara ronchi basah atau suara napas kasar, nyeri subsernal ,
sesak napas. Jika tidak hilang setelah tiga minggu tejadi kolaps paru segmental atau infeksi
paru sekunder (pertahanan utama).
Patogenesis pada kebanyakan bronkitis yang didapat melalui dua mekanisme dasar:
a. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronkitis. Infeksi pada
bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan
kemudian timbul bronkitis.
b. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronkitis, pada bagian distal obstruksi dan
terjadi infeksi juga destruksi bronkus.
Temuan patologis utama pada bronkitis kronik adalah hipertrofi kelenjar mukosa
bronkus dan peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel goblet, dengan infiltrasi sel-sel radang
dan edema mukosa bronkus.Pembentukan mukus yang meningkat mengakibatkan gejala
khas yaitu batuk produktif.Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus
nampaknya mempengaruhi bronkiolus kecil sehingga bronkiolus tersebut rusak dan
dindingnya melebar.Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara yang lazim
terjadi di daerah industri.Polusi udara yang terus-menerus juga merupakan predisposisi
infeksi rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis, sehingga
timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah
(Wilson dkk, 2002).

9
PATHWAY

Bakteremia/viremia
Virus, usia, rokok, lingkungan,
genetik, sosial ekonomi.
Metabolisme

Iritasi jalan napas


Malaise

Inflamasi
Nafsu makan

Hipertorfi kelenjar BRONKITIS


mucus & peningkatan MK : gangguan pemenuhan
sel goblet, fungsi silia kebutuhan nutrisi
menurun

Ekskresi mediator inflamasi


Hipersekresi lendir (prostaglandin, bradikinin,
Batuk produktif
histamin

MK : Bersihan Bronkiolus rusak  dindingnya melebar


Merangsang hipotalamus
jalan napas tidak
efektif

Alveolus rusak fibrosis


Peningkatan suhu

Fungsi makrofag
menurun MK :
Penurunan difusi gas Hipertermia

Kadar oksigen dalam darah menurun

Dispnea
Hipoksia

MK: Pola Nafas Tidak


Perubahan paru
yang irreversibel Efektif

MK : Kerusakan
Pertukaran Gas

10
6. Manifestasi Klinis
Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang
mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Batuk terus –menerus yang
disertai dahak dalam jumlah banyak, dan batuk terbanyak terjadi pada pada pagi hari.
Sebagian besar penderita bronkitis kronik tidak mengalami obstruksi aliran pernapasan,
namun 10 – 15 % perokok merupakan golongan yang mengalami penurunan aliran napas
normal disebut penderita bronkitis kronik simpleks (simplex chronic bronkitis), sedangkan
yang disertai dengan penurunan akiran napas yang ringan sampai sedang, tetapi pada
penderita yang mengalami obstruksi napas, gejalanya telah tampak pada saat inspeksi ,
yaitu digunakannya otot pernapasan tambahan (accessory respiratory muscle) (Darmanto,
2009).
Biasanya penyakit dimulai dengan tanda – tanda infeksi saluran napas (ISNA) atas
yang disebabkan oleh virus.Batuk mula – mula kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai
berdahak dan menimbulkan suara lendir. Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah
ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak
selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder.anak besar sering mengeluh rasa sakit
retrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi sesak napas.Pada beberapa hari pertama tidak
terjadi kelainan pada pemeriksaan dada tetapi kemudian dapat timbul ronki basah kasar dan
suara napas kasar. Baatuk biasanya akan menghilang setelah 2 – 3 minggu. Bila setelah 2
minggu batuk masih tetap ada mungkin telah terjadi kolpas paru segmental atau terjadi
infeksiparu sekunder.Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien bronkitis.Mengi
dapat murni merupakan tanda bronkitis akut, tetapi juga kemungkinan merupakan
manifestasi asma pada anak tersebut, lebih – lebih bila keadaan ini sudah terjadi berulang
kali.Istilah bronktis asmatika sebaiknya tidak digunakan (Ngastisyah, 2005).
Menurut Ngastiyah (2005), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama,
yaitu:
a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan
seseorang kurang istirahat.
b. Daya tahan tubuh yang menurun.
c. Anoreksia sehingga berat badan sukar naik.
d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu dan Konsentrasi belajar anak
menurun.

7. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien mempunyai
gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa adanya bukti pasien
menderita pneumonia, common cold, asma akut, eksaserbasi akut bronkitis kronik dan
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal
biasanya tidak khas. Dapat ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi
pengiring, atau faring hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk,

11
pada auskultasi dada dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda
obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia
pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai menderita
bronkitis akut, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:
1. Denyut jantung > 100 kali per menit
2. Frekuensi napas > 24 kali per menit
3. Suhu > 38°C
4. Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan
suara napas
5. Keadaan tersebut tidak ditemukan, kemungkinan pneumonia dapat
disingkirkan dan dapat mengurangi kebutuhan untuk foto thorax.
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untuk diagnosis
bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus ditemukan
untuk kepentingan terapi. Hal ini biasanya diperlukan pada bronkitis kronis. Pada bronkitis
akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena sebagian besar penyebabnya adalah virus.
Pemeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak corakan bronkial meningkat. Pada
beberapa penderita menunjukkan penurunan ringan uji fungsi paru. Akan tetapi uji ini tidak
diperlukan pada penderita yang sebelumnya sehat.
Menurut Soemantri dan Anna (2003),ada beberapa cara pemeriksaan diagnostic
untuk penderit bronkitis, yakni :

8. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam menegakkan atau menyokong
diagnosis dan menyingkirkan penyakit – penyakit lain. Bronkitis kronik bukan suatu
diagnosis radiologis. Menurut Fraser dan Pare lebih dari 50% pasien bronkitis kronik
mempunyai foto dada yang normal, sedangkan Hadiarto mendapatkan data 26% pasien.
Tetapi secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a) Tubular shadows atau tram lines terlihat bayangan garis – garis yang parallel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan
bronkus yang menebal. Dari 300 pasien yang diperiksa Fraser dan Pare,
ternyata 80% mempunyai kelainan tersebut.
b) Corak paru yang bertambah

12
Terlihat pada foto thorax diatas pada bagian bronkus terlihat berwarna lebih putih
dibandingkan foto thorax normal dikarenakan adanya penumpukan sekret dan edema pada
penderita bronkitis.

9. Pemeriksaan Faal Paru


Pemeriksaan faal paru adalah mengukur berapa banyak udara yang dapat masuk
kedalam paru – paru dan seberapa cepat udara dapat keluar dari paru – paru. Pada pasien
bronkitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yang
normal.Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arus
ekspirasi maksimal), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal.
Kelainan di atas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya
pada saluran nafas kecil yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan KAEM, closing
volume, flow volume curve dengan O2 dan gas helium N2 wash out curve.
10. Analisis Gas Darah
Pada umumnya pasien bronkitis tidak dapat mempertahankan ventilasi dengan baik,
sehingga PaCO2 naik.Saturasi hemoglobin menurun, dan timbul sianosis.Terjadi juga
vasokonstriksi pembuluh darah paru dan penambahan eritropoeisis.
11. Pemeriksaan EKG
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P-pulmonal pada hantaran
II,III dan aVF. Voltase QRS rendah.Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 rasi R/S
kurang dari 1.Seiring terdapat RBBB inkomplet.

12. Penatalaksanaan Symptom Bronkitis


Pasien dengan bronkitis tidak dirawat di rumah sakit kecuali ada komplikasi yang
menurut dokter perlu perawatan di rumah sakit, oleh karenanya perawatan lebih ditujukan
sebagai petunjuk kepada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk
yang lama dan risiko terjadi komplikasi.
Pada bronkitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering terjadi siang dan malam
terutama pagi-pagi sekali yang menyebabkan pasien kurang istirahat atau tidur; pasien akan
terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya daya tahan tubuh pasien
yang menurun, anoreksia, sehingga berat badannya sukar naik. Pada anak yang lebih besar
batuk-batuk yang terus-menerus akan mengganggu kesenangannya bermain, dan bagi anak
yang sudah sekolah batuk mengganggu konsentrasi belajar bagi dirinya sendiri, saudara,
maupun teman-temannya. Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar
batuk tidak bertambah banyak dengan memberikan obat secara benar dan membatasi
aktivitas anak untuk mencegah keluar banyak keringat, karena jika baju basah juga akan
menyebabkan batuk-batuk (karena dingin). Untuk mengurangi batuk pada malam hari
berikan obat batuk yang terakhir sebelum tidur. Anak yang batuk apalagi yang bronkitis
lebih baik tidak tidur di kamar yang ber-AC atau memakai kipas angin. Jika suhu udara

13
dingin pakaikan baju yang hangat, bila ada yang tertutup lehernya. Obat gosok membuat
anak merasa hangat dan dapat tidur tenang. Bila batuk tidak segera berhenti berikan minum
hangat tidak manis.
Pada anak yang sudah lebih besar jika ada dahak di dalam tenggoroknya beritahu
supaya dibuang karena adanya dahak tersebut juga merangsang batuk. Usahakan
mengurangi batuk dengan menghindari makanan yang merangsang seperti goreng-
gorengan, permen, atau minum es. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore,
dan mandikan dengan air hangat (Ngastiyah, 2005).

13. Komplikasi Bronkitis


Ada beberapa komplikasi bronkitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
1) Bronkitis kronik
2) Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronkitis sering mengalami infeksi
berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini
sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.
3) Pleuritis.
Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya
pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
4) Efusi pleura atau empisema
5) Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif
pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian.
6) Haemaptoe terjadi karena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri
pulmonalis), cabang arteri (arteri bronchialis) atau anastomisis pembuluh darah.
Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat
darurat.
7) Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronkitis pada saluran nafas.
8) Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri
dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi
gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia.
Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,.
Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
9) Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi paling akhir pada bronkitis yang berat
da luas.
10) Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi
klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat
ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea.

14. Prognosis Bronkitis

14
Bila tidak ada komplikasi prognosis bronkitis akut pada anak umumnya baik. Pada
bronkitis akut yang berulang dan bila anak merokok (aktif atau pasif) maka dapat terjadi
kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia dewasa (Ngastiyah, 2005).

15. Pencegahan Bronkitis


Menurut Ngastiyah (2005), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar
batuk tidak bertambah parah.
a. Membatasi aktivitas anak
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang
tertutup lehernya.
c. Hindari makanan yang merangsang
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak
dengan air hangat
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
g. Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa menambah
produksi lendirnya. Begitu juga minuman bersoda bisa jadi pencetus karena
saat diminum maka sodanya akan naik ke hidung dan merangsang daerah
saluran pernapasan.
BAB 4
PROSES KEPERAWATAN BRONKITIS
4.1. Pengkajian
4.1.1. Riwayat Keperawatan
1. Biodata pasien (nama; tempat, tanggal lahir; usia; jenis kelamin;
nama ayah/ibu; pendidikan ayah/ibu; agama; suku bangsa; alamat;
nomor register; tanggal MRS; tanggal pengkajian; sumber informasi;
diagnosa medis).
2. Keluhan utama.
Keluhan utama yang biasa klien rasakan adalah batuk dan
mengeluarkan dahak.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Infeksi saluran pernapasan sebelumnya/batuk, pilek, takipnea,
demam.
4. Riwayat tumbuh kembang.
5. Orang tua menceritakan tentang bagaimana dia bersekolah, tentang
prestasinya.
6. Lingkungan, kopping stress.
Yang klien lakukan untuk mengatasi tuntutan – tuntutan yang penuh
tekanan atau yang membangkitkan emosi.

15
7. Orang tua menceritakan tentang bagaimana lingkungan sekitar anak
tersebut tinggal. Dan orang tua juga menjelaskan bagaimana anak
tersebut dapat mengatasi permasalahan.

4.1.2. Pemeriksaan Fisik


A. B1 – B6
1. B1 (Breathing)
Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane
mukosa pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak yang
menderita bronchitis biasanya disertai dengan demam ringan, secara bertahap
mengalami peningkatan distress pernapasan, dispnea, batuk non produktif
paroksimal, takipnea dengan pernapasan cuping hidung dan retraksi, emfisema.
Gejala:
1. Takipnea (berat saat aktivitas)
2. Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
3. Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali.
4. Riwayat infeksi saluran nafas berulang
5. Riwayat terpajan polusi (rokok dll)
Tanda:
1. Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
2. Penggunaan otot bantu nafas
3. Cuping hidung
4. Bunyi nafas krekel (kasar)
5. Perkusi redup (pekak)
6.Kesulitan bicara kalimat (umumnya hanya kata-kata yang terputus-putus)
7. Warna kulit pucat,normal atau sianosis

2. B2 (Blood)
Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung redup
(karena cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau sianosis.

3. B3 (Brain)
Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri dada.

4. B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan.

16
5. B5 (Bowel)
Gejala:
1. Mual/muntah
2. Nafsu makan menurun
3. Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan
4. Penurunan berat badan.
5. Nyeri abdomen
Tanda:
1. Turgor kulit buruk
2. Edema
3. Berkeringat
4. Palpitasi abdomial dapat menunjukkan hepatomegaly

6. B6 (Bone)
Gejala:
1. Keletihan, kelelahan
2. Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit bernafas
3. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi
4. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda:
1. Keletihan
2. Gelisah
3. Insomnia

B. Head to toe
1. Inspeksi
a. Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
b. Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
c. Penggunaan otot bantu napas
d. Hipertropi otot bantu napas
e. Pelebaran sela iga
f. Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis leher dan
edema tungkai
g. Penampilan pink puffer (Gambaran yang khas pada emfisema,penderita kurus,
kulit kemerahan dan pernapasan pursed - lipsbreathing) atau blue bloater
(Gambaran khas pada bronkitis kronik,penderita gemuk sianosis, terdapat
edema tungkai dan ronki basah dibasal paru, sianosis sentral dan perifer)

2. Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar 

17
3. Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah,
hepar terdorong ke bawah
4. Auskultasi
1) Suara napas vesikuler normal, atau melemah
2) terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau padaekspirasi
paksa
3) ekspirasi memanjang
4) bunyi jantung terdengar jauh

4.1.3. Pemeriksaan Penunjang


1. Roentgen dada abnormal (bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua
paru).
2. Sputum
Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi pathogen.
3. GDA
Memperkirakan progresi penyakit(Pa O2 menurun dan PaCO2 meningkat
atau normal).

4.2. Diagnosis Keperawatan


a. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik.
b. Bersihan jalan tidak efektif yang berhubungan dengan inflamasi.
c. Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
cairan, akibat hipertermia atau hiperpnea.
d. Hipertermia yang berhubungan dengan proses inflamasi.

4.3. Intervensi Keperawatan


a. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik.
Tujuan:Asupan nutrisi pada anak akan meningkat
Kriteria Hasil :
Makan sedikitnya 80 % porsimakan saat hari terakhir rawat inap
rumah sakit.
1. Atopometri :
a. Tidak terjadi penurunan berat badan atau berat badan tetap
b. Lingkar lengan tangan atas meningkat atau normal
2. Biokimia : pemeriksaan laboratorium normal meliputi :

18
a. BUN : normal
b. ALBUMIN : normal
3. Klinis :
Klien tampak tidak terlihat kurus atau klien terliat lebih
gemuk.
4. Diit :
Klien menghindari makanan :
a. Susu dan produk susu
b. Gorengan dan makanan berminyak
c. Karbohidrat sederhana
d. Produk tinggi sodium
e. Alkohol atau minuman beralkohol
f. Asap rokok.
Klien makan minal 3 kali sehari
Intervensi Rasional
Anak membutuhkan diet
Pertahankan diet tinggi tinggi kalori dan protein,
protein, tinggi kalori pada untuk memenuhi
anak. peningkatan kebutuhan
energi,
Berikan makanan dalam Makan sedikit dan porsi
jumlah sedikit dengan porsi sering akan mengurangi
sering dari makanan yang upaya ekspirasi.
disukai. Memberikan makanan
yang disenangi
membantu agaranak
makan dalam jumlah
lebih banyak, setiap kali
makan.

Hindari susu cair dan yang Susu cair dan yang


sangat kental. sangat kental akan
mengentalkan lendir.

a. Bersihan jalan tidak efektif yang berhubungan dengan inflamasi.


Tujuan : kesulitan bernafas pada anak akan berkurang
Kriteria Hasil : periode istirahat yang cukup, dan frekuensi
pernapasan dan jantung, dalam batas normal sesuai usia.

Intervensi Rasional
Auskultasi paru terhadap Lebih awal mengenal tanda
tanda peningkatan ini sangat perlu, sebab
pembengkakan jalan napas, pembengkakan biasanya
dan kemungkinan obstruksi, berkembang dengan cepat
termasuk dispnea, takipnea, dan apat membawa
dan mengi, dan kaji kefatalan.
pengeluaramn air liur.

Hindari stimulasi langsung Berbagai manipulasi yang

19
pada saluran napas karenaditujukan pada jaringan
pemakaian tonguenapas, dapat menyebabkan
depressor, apusan kultur,spasme laring dan
kateter pengisapan, atau pembengkakan,
laringoskop. memungkinkan peningkatan
terjadinya obstruksi
komplet.
Beri kebebasan pada anak Posisi horizontal dapat
untuk mengambil posisi menyebabkan jaringan
yang menyenangkan, namun memburuk secara cepat,
bukan posisi horizontal kemungkinan akan
meningkatkan obstruksi
komplet.

b. Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan


kehilangan cairan, akibat hipertermia atau hiperpnea.
Tujuan : anak akan mempertahankan keseimbangan cairan
Kriteria hasil : haluaran urin 1-2 mL/kg/jam, turgor kulit baik, dan
waktu pengisian kapiler kembali 3 sampai 5 detik.
Intervensi rasional
Pantau asupan dan haluan secara Pemantauan secara hai-hati akan
teliti. mendeteksi penurunan haluaran
urin, yang dapat berindikasi
dehidrasi.
Kaji peningkatan frekuensi Peningkatan frekuensi napas dan
pernapasan anak dan demam suhu tubuh, khususnya dapat
setian 1-2 jam. mengakibatkan peningkatan
kehilangan cairan secara khas.

Kaji tanda dehidrasi pada anak, Tanda tersebut mengindikasikan


termasuk oliguria, turgor kulit peningkatan kebutuhan asupan
jelek, membrane mukosa kering, cairan.
dan cekungan pada ubun-ubun
serta bola mata.

Berikan cairan perinfus, sesuai Pemberian cairan perinfus


dengan petunjuk. diperlukan, dengan tujuan
mempertahankan hidrasi yang
adekuat ada anak.
Anjurkan asupan cairan per oral Peningkatan asupan cairan
setiap 1-2 jam, jika tidak ada membantu untuk mencegah
kontraindikasi. dehidrasi dan mengencerkan
lendir.

c. Hipertermia yang berhubungan dengan inflamasi.


Tujuan : anak akan mempertahan kan suhu tubuh kurang dari 37,8o C
Kriteria Hasil : suhu anak dibawah 37,80 C.
Intervensi Rasional
Pertahankan lingkungan yang Lingkungan dingin akan
dingin menghilangkan suhu tubuh
melalui panas pancaran.
Berikan antipiretik Pemberian obat anripiretik
( asetaminofen, atau ibuprofen, biasanya mengurangi deam secara
jangan aspirin), sesuai petunjuk. efektif.
Pantau suhu tubuh anak setiap 1- Peningkatan suhu tubh secara

20
2 jam, waspadai bila ada tiba-tiba dapat mengakibatkan
kenaikan suhu secara tiba-tiba.
kejang.
Ambil seidaan sputum untuk Sediaan sputum dapat membanti
dilakukan kultur. mengidentifikasi penyebab.
Berikan obat antimikrobiat
Daya obat antimicrobial dengan
sesuai petunjuk. cara menyerang organism
penyebab.
Berikan kompres basah dengan Kompres hangat basah akan
suhu 37o C, bila perlu, untuk mendinginkan permukaan tubuh
mengurangi demam. dengan cara konduksi.

21
BAB 5
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN BRONKITIS

An.R usia 4 tahun diantar orang tuanya datang ke IGD RS dengan keluhan batuk
sejak 5 hari yang lalu dan terus menerus, batuk berdahak dengan warna lendir putih
kekuningan disertai dengan sesak nafas. Ibu An.R mengatakan anaknya juga demam sejak
4 hari yang lalu. Awalnya tidak begitu panas, tapi setelah beberapa hari panasnya semakin
tinggi. Ayah An.R merupakan seorang perokok aktif bila dirumah. Setelah dilakukan
pemeriksaan didapatkan data suhu 38,30 C nadi 112x/ menit RR : 45 kali dari aukultasi
suara nafas ditemukan ronkhi di kedua lapang paru. An.R didagnosa dengan bronkitis.

5.1. Pengkajian
5.1.1. Riwayat Keperawatan
1. Biodata pasien
Nama : An.R
Usia : 4 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Masuk rumah sakit : 3 Juni 2015
Tanggal pengkajian : 3 Juni 2015
2. Keluhan utama.
Batuk terus – menerus disertai dahak.
3. Riwayat penyakit sekarang.
An.R mengalami batuk sejak 5 hari yang lalu dan terus menerus, batuk
berdahak dengan warna lendir putih kekuningan disertai dengan sesak nafas
dan panas tinggi sejak 4 hari yang lalu
4. Riwayat penyakit dahulu.
Tidak ditemukan

5. Riwayat penyakit keluarga.


tidak ditemukan.
6. Pemeriksaan Fisik
TD: 110/86 S: 38,3 ºC N:112x/menit RR:45x/menit
Diagnosis Keperawatan
√ Hipertermi
A. B1 – B6
1. B1 (Breathing)
a. Pola Napas :

22
Irama Teratur √ Tidak Teratur
Jenis √ Dispnea Kusmaul Ceyne Stokes
Lain – lain ...
b. Bunyi Napas :
Vesikuler kanan kiri
Wheezing kanan kiri
√ Ronchi √ kanan √
kiri
Melemah kanan kiri
Menghilang kanan kiri
c. Sesak Napas :
Ya Tidak

d. Otot Bantu Napas :
Ya, sebutkan ... √ Tidak
e. Batuk :
Ya Tidak

f. Produksi Sputum :

√ Ya, warna Putih kekuningan Konsistensi Kental


Tidak
g. Pergerakan Dada :
Simetris Asimetris

Tidak
h. Alat Bantu Napas :
Ya, Jenis :... Flow : ...Lpm

√ Tidak
Lain – lain : ...
Diagnosis Keperawatan :

√ Ketidakefektifan pembersihan jalan napas


√ Ketidakefektifan Pola Napas
Gangguan Pertukaran Gas
Lain – lain : ...
1. B2 (Blood)
a. Irama jantung :
√ Reguler Irreguler
b. Nyeri Dada :
Ya √ Tidak
c. CRT :

√ < 2 detik >2 detik


d. Distensi Vena Jugular :
Ya √ Tidak
e. Cyanosis :

23
Ya √ Tidak
f. Lain – lain : ...
Diagnosis Keperawatan :
Penurunan curah jantung
Ketidakefektifan perfusi jaringan : kardiopulmonal
Ketidakefektifan perfusi jaringan : perifer
Nyeri akut
Lain – lain : ...
2. B3 (Brain)
a. Reflek fisiologi :

√Patella √ triceps √ biceps lain – lain :...


b. Reflek patologis :
Babinsky brudzinky kernig lain – lain :...
c. Keluhan pusing :
Ya tidak

d. Lain – lain :...
e. Penglihatan (mata)
1. Sclera
Anemis Ikterus lain – lain : ...
2. Penglihatan

√ Normal Kabur Kacamata


Lensa Kontak Lain – lain : ...
f. Gangguan pendengaran :
Ya Tidak Jelaskan : ...

g. Penciuman (hidung) :
Tidak Bermasalah tersumbat sekret epistaksis

Gangguan Penciuman :
Ya, jelaskan : ...
h. Pola Tidur :
Normal √ sulit tidur sering bangun
i. Istirahat / tidur : 8 jam / hari
j. Insomnia :
Ya √ Tidak
k. Somnambulisme :
Ya √ Tidak
l. Lain – lain : ...
Pengkajian Nyeri
Pencetus Kualitas Lokasi / Skala waktu Penyebab
radiasi (1-10) nyeri hilang
/ berkurang

24
Nyeri mempengaruhi :
Dapat diabaikan tugas
Konsentrasi tidur
Aktivitas fisik nafsu makan
Lain – lain : ...
Diagnosis Keperawatan :
Gangguan sensori / persepsi : penglihatan
Gangguan sensori / persepsi : pendengaran
Gangguan sensori / persepsi : penciuman
Insomnia
Deprivasi tidur
Nyeri akut
Nyeri kronik
Resiko jatuh
Resiko disfungsi nerovaskuler perifer
Lain – lain :...
3. B4 (Bladder)
a. Kebersihan :

√ Bersih Kotor
b. Urin : Jumlah : - cc/ hr warna : ...
c. Kateter : Jenis: - Mulai : ...
d. Kendung kencing
Membesar : ya √ tidak
Nyeri tekan : ya √ tidak
e. Gangguan :

√ Normal anuria oliguri


Retensi nokturia inkontinensia
Hematuri lain – lain : ...
f. Intake cairan total : 450 cc/hr
g. IWL : - cc/ hr
h. Lain – lain : ...

Diagnosis Keperawatan :

25
Gangguan eliminasi urine retensi urin
Inkontinensia urine total inkontensia urne fungsional
Inkontensia urine overflow resiko infeksi
Lain – lain : ...
4. B5 (Bowel)
a. Nafsu makan :
Baik √ menurun frekuensi : ... x/hari
Mual muntah
b. Porsi makan :
Habis √ tidak Ket : ...
c. Diet saat ini : Diet bebas
d. Makanan kesukaan : -
e. Perubahan BB:

√ Tidak ya, kira – kira ... kg/bulan/minggu


f. Alat bantu makan

√ Tidak ada NGT, mulai ...


g. Minum : 450 cc/hari jenis : Air putuh dan susu
Mulut dan tenggorokan
Mulut :
Bersih
√ kotor berbau
Mukosa :
Lembab
√ kering stomatitis
Tenggorokan
Nyeri telan kesulitan menelan
Pembesaran tonsil lain – lain :..
Abdomen

√ Normal tegang kembung ascites


Nyeri tekan, lokasi ...
Peristaltik : 11 x/menit
Pembesaran hepar :
Ya √ Tidak
Pembesaran lien :
Ya √ tidak
BAB : 1 x/ hari teratur : Ya√ Tidak
Terakhir tanggal : Pagi ini
Hemoroid menela
Konsistensi : ... Bau : ... Warna : ...
Lain – lain :....
Diagnosis Keperawatan :
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

26
Ketidakseimbangan nutrisi : labuh dari kebutuhan tubuh
Gangguan menelan
Inkontenensia alvi
Diare
Konstipasi
Resiko konstipasi
Lain – lain : ...
5. B6 (Bone)
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Fraktur :
Ya √ tidak
Dikubitus :

√Tidak ada ada, lokasi : ..., derajat


Luka

√Tidak ya, lokasi ... plus : ya tidak


Kulit
Normal
√ luka memar
Kering gatal – gatal bersisik
Warna kulit
Ikterus sianotik kemerahan
Pucat hiperpigmentasi ptechie
Akral

√Hangat dingin √ merah

√Kering lembab/ basah pucat


Turgor :
Baik √ sedang jelek
Odema :

√Tidak ada ada, lokasi ...


Pemakaian alat bantu :
Traksi gips lokasi : ...
Lokasi : ...
Lain – lain : ...
Diagnosis Keperawatan :
Kekurangan volume cairan kelebihan volume cairan
Hambatan mobilitas fisik keletihan
hambatan mobilitas fisik di tempat tidur
kelambatan pemulihan pasca bedah intoleransi aktivitas
kerusakan integritas kulit
kerusakan integritas jaringan

27
resiko kekurangan volume cairan resiko infeksi
resiko ketidakseimbangan volume cairan
resiko cidera
lain – lain : ...
7. Analisa data
Masalah
NO Data Etiologi
Keperawatan
1 Perokok pasif

Iritasi jalan
napas

Inflamasi

Bronkitis
DS : orangtua pasien

mengatakan anaknya
Hipertorfi
batuk berdahak sejak 5
kelenjar mucus Ketidakefektifan
hari yang lalu disertai
& peningkatan
dengan sesak napas. bersihan jalan
sel goblet,
DO :
fungsi silia napas
RR : 26 kali/ menit
menurun
Nadi : 112kali/ menit

Ada suara napas ronkhi
Hipersekresi
tambahan
lendir

Batuk
produktif

Bersihan jalan
napas tidak
efektif
2 Perokok Pasif Hipertermia

Iritasi jalan
napas

Inflamasi

Bronkitis

Proses
DS : orangtua pasien
makrofag
mengatakan anaknya

panas sejak 4 hari yang
Eksresi
lalu.
mediator
DO :
inflamasi
Suhu : 38,3o C
(prostaglandin,
bradikinin,
histamin )

Merangsang
hipotalamus

Peningkatan
suhu

28
5.2. Diagnosa Keperawatan :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sputum
berlebih.
b. Hipertermia berhubungan dengan Proses inflamasi.

5.3. Intervensi Keperawatan


Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
Diagnosa
sputum berlebih.
keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
Tujuan kesulitan bernafas pada anak akan berkurang

a. periode istirahat yang cukup,tidur sekitar 11 – 13


Kriteria jam.
Hasil b. frekuensi pernapasan19 – 23 kali/ menit
c. frekuensi nadi 105 kali/ menit.

Intervensi Rasional
1. Auskultasi paru terhadap tanda Lebih awal mengenal tanda ini
peningkatan pembengkakan sangat perlu, sebab pembengkakan
jalan napas, dan kemungkinan biasanya berkembang dengan cepat
obstruksi, termasuk dispnea, dan apat membawa kefatalan.
takipnea, dan mengi, dan kaji
pengeluaramn air liur.
2. Hindari stimulasi langsung Berbagai manipulasi yang ditujukan
pada saluran napas karena pada jaringan napas, dapat
pemakaian tongue depressor, menyebabkan spasme laring dan
apusan kultur, kateter pembengkakan, memungkinkan
pengisapan, atau laringoskop. peningkatan terjadinya obstruksi
komplet.
3. Beri kebebasan pada anak Posisi horizontal dapat
untuk mengambil posisi yang menyebabkan jaringan memburuk
menyenangkan, namun bukan secara cepat, kemungkinan akan
posisi horizontal. meningkatkan obstruksi komplet.
4. Pantau tanda – tanda vital Untuk mengetahui keefektifan
klien. tindakan dilihat dari TTV klien yang
meliputi TD, RR, HR dan suhu.

Hipertermia yang berhubungan dengan inflamasi.


Diagnosa
keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
Tujuan anak akan mempertahan kan suhu tubuh kurang dari
37,8o C
suhu anak dibawah 37,80 C.
Kriteria Hasil

Intervensi Rasional
1. Pertahankan lingkungan yang Lingkungan dingin akan
dingin. menghilangkan suhu tubuh melalui
panas pancaran.

29
2. Berikan antipiretik Pemberian obat anripiretik biasanya
( asetaminofen, atau ibuprofen, mengurangi deam secara efektif.
jangan aspirin), sesuai
petunjuk..
3. Pantau suhu tubuh anak setiap Peningkatan suhu tubh secara tiba-
1-2 jam, waspadai bila ada tiba dapat mengakibatkan kejang..
kenaikan suhu secara tiba-tiba.
4. Ambil seidaan sputum untuk Sediaan sputum dapat membanti
dilakukan kultur. mengidentifikasi penyebab.
5. Berikan obat antimikrobiat Daya obat antimicrobial dengan cara
sesuai petunjuk. menyerang organism penyebab.
6. Berikan kompres basah dengan Kompres hangat basah akan
suhu 37o C, bila perlu, untuk mendinginkan permukaan tubuh
mengurangi demam. dengan cara konduksi.
7. Pantau tanda – tanda vital Untuk mengetahui keefektifan
klien. tindakan dilihat dari TTV klien yang
meliputi TD, RR, HR dan suhu.

5.4. Evaluasi
Memastikan kriteria hasil yang diinginkan dapat tercapai seperti :
a. Klien tidak mengalami kesulitan bernapas
b. Klien akan mempertahankan suhu dibawah 37,8o C

30
BAB 6
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Organ pernapasan dalam tubuh dibedakan menjadi organ pernapasan atas dan organ
pernapasan bawah. Organ pernapasan atas terdiri atas hidung, faling, laring. Sedangkan
untuk organ pernapasan bawah terdiri dari trakea, bronkial, paru – paru, toraks.
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya inflamasi bronkus.Secara
klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik
dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan.
Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara, alergi,
aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur.Virus merupakan penyebab
tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh bakteri.Virus penyebab yang
sering yaitu yaitu virus Influenza A dan B, Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus
(RSV), Rinovirus, adenovirus dan corona virus.
Menurut Wong (2003), masuknya mikroorganisme atau gen fisik seperti debu atau
inhalasi zat kimia pada trakhea atau bronkus dapat menyebabkan reaksi radang berupa
oedema mukosa dan sekresi mukus yang berlebihan. Bersamaan dengan itu akan di jumpai
peningkatan rangsang batuk sebagai akibat dari akumulasi sekret di jalan nafas. Bila
oedema mukosa berat dan sekresi mukus berlebihan akan menyebabkan obstrukisi jalan
nafas yang akan menimbulkan kesulitan bernafas. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
maka saluran nafas oilcan lebih meregang reseptor mukosa yang ada di permukaan bronkus
untuk selanjutnya ke pons dan medulla oblongata.Selanjutnya terjadi peningkatan frekuensi
nafas, yaitu nafas jadi cepat tapi dangkal.Selain itu juga pernafasan memakai otot
pernafasan tambahan untuk memberi dorongan yang lebih kuat untuk mendapatkan
oksigen.
Biasanya penyakit dimulai dengan tanda – tanda infeksi saluran napas (ISNA) atas yang
disebabkan oleh virus.Batuk mula – mula kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai berdahak
dan menimbulkan suara lendir. Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah ditemukan
karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak selalu berarti
telah terjadi infeksi bakteri sekunder.anak besar sering mengeluh rasa sakit retrosternal dan
pada anak kecil dapat terjadi sesak napas.Pada beberapa hari pertama tidak terjadi kelainan
pada pemeriksaan dada tetapi kemudian dapat timbul ronki basah kasar dan suara napas
kasar. Batuk biasanya akan menghilang setelah 2 – 3 minggu. Bila setelah 2 minggu batuk
masih tetap ada mungkin telah terjadi kolpas paru segmental atau terjadi infeksiparu
sekunder.Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien bronkitis.Mengi dapat
murni merupakan tanda bronkitis akut, tetapi juga kemungkinan merupakan manifestasi
asma pada anak tersebut, lebih – lebih bila keadaan ini sudah terjadi berulang kali.Istilah
bronktis asmatika sebaiknya tidak digunakan (Ngastisyah, 2005).
Ada beberapa komplikasi bronkitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
bronkitis kronik, pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, pleuritis, efusi pleura atau

31
empisema, abses metastasis diotak, haemaptoe sinusitis, kor pulmonal kronik, kegagalan
pernafasan, amyloidosis.
Bila tidak ada komplikasi prognosis bronkitis akut pada anak umumnya baik. Pada
bronkitis akut yang berulang dan bila anak merokok (aktif atau pasif) maka dapat terjadi
kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia dewasa (Ngastiyah, 2005).
Menurut Ngastiyah (2005), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar
batuk tidak bertambah parah : membatasi aktivitas anak, tidak tidur di kamar yang ber AC
atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya, hindari makanan yang
merangsang, jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak
dengan air hangat, jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan,
menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi, jangan mengkonsumsi makanan seperti
telur ayam.

6.2. Saran
Sebagai seorang perawat diharapkan mampu memahami dan mengetahui masalah yang
berhubungan dengan gangguan sistem pernapasan pada pasien terutama bronkitis, agar
perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan bronkitis. Sebagai salah
satu tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien, perawat harus mampu
memenuhi kebutuhan pasien, salah satunya adalah kebutuhan yang berhubungan dengan
sistem pernapasan terutama bronkitis. Penyusunan makalah ini belum sempurna, untuk itu
diperlukan peninjauan ulang terhadap isi dari makalah ini.

32
WOC ( Web Of Caution ) kasus Perokok pasif

Iritasi jalan
napas

Inflamasi

BRONKITIS

Hipertorfi kelenjar Proses makrofag


mucus & peningkatan
sel goblet, fungsi silia Ekskresi mediator
menurun inflamasi
(prostaglandin,
Hipersekresi lendir bradikinin, histamin)

Batuk produktif Merangsang


hipotalamus

MK : Bersihan jalan
Peningkatan suhu
napas tidak efektif

MK : Hipertermi

33
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 2 Ed. 15.Jakarta:
EGC.

Brunner & Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1 Ed.8.Jakarta:


EGC.

Djojodibroto, Darmanto.2009.Respirologi (respiratory medicine).Jakarta: EGC.


Doenges, Marilynn E, 2003, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made
Kariasa; editor, Monica Ester, Edisi 3, Jakarta : EGC

Hockenberry & Wilson.X. Wong’s Nursing Care of Infants and Children.Canada: Elsevier
Mosby

Ngastisyah.2005.Perawatan Anak Sakit edisi Kedua.Jakarta: EGC.

Soedarto.2010.Virologi Klinik.Jakarta:Sagung Seto.

Williams, Lippincott & Wilkins.2008.Kapita selekta penyakit : dengan implikasi


keperawtan ed2.Jakarta: EGC.

34

Anda mungkin juga menyukai