Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR TENTANG PROSEDUR

KEPERAWATAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN RASA AMAN


NYERI DAN MENGHINDARI BAHAYA

Dosen Pembimbing: Tulus Puji H., S.Kep., Ns., M.Kes

Kelas: ARIMBI 1

Rita Octaviani P1337420522001


Khasna Adhwa Zaviera P1337420522002
Dona Isma Noviya Sari P1337420522003
Dina Kartika Sari P1337420522004
Lina Khanifa Multakhada P1337420522005
Gallih Setyaning Tias P1337420522006
Fadilla Navisha Izha P1337420522007
Elfa Soviana P1337420522008
Rifqi Haqi Al Ghifari P1337420522009
Arum Vindy Meica N P1337420522010
Rahmadani Melati Novita S P1337420522011
Tarisa Tria Agustin P1337420522012
Dian Nur Hakiki P1337420522013
Putri Fina Damayanti P1337420522014
Hatfina Nisa Yusfia P1337420522015

PROGRAM KEPERAWATAN MAGELANG PROGRAM DIPLOMA III


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas ahmat dan hidayah-
Nya, dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah Keperawatan
Dasar Tentang Prosedur Keperawatan dalam Memenuhi Kebutuhan Rasa Aman
Nyeri dan Menghindari Bahaya” dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan dasar. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang “Makalah Keperawatan Dasar Tentang Prosedur
Keperawatan dalam Memenuhi Kebutuhan Rasa Aman Nyeri dan Menghindari
Bahaya” bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Makalah ini disadari masih
jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Magelang, April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................i

Daftar isi..........................................................................................................ii

BAB I................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................2
D. Manfaat.....................................................................................2

BAB II..............................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3

A. Pengertian.................................................................................3
B. Konsep kebutuhan rasa nyaman akibat nyeri............................3
C. Definisi gangguan rasa nyaman................................................4
D. Penyebab gangguan rasa nyaman.............................................4
E. Gejala dan tanda gangguan rasa nyaman..................................5
F. Jenis gangguan rasa nyaman.....................................................5
G. Anatomi fisiologi nyeri.............................................................5
H. Klasifikasi nyeri........................................................................6
I. Respon terhadap nyeri...............................................................7
J. Faktor yang mempengaruhi nyeri.............................................8
K. Efek yang disebabkan nyeri......................................................9
L. Penanganan nyeri......................................................................10
M. Penilaian respon intesitas nyeri.................................................11

BAB III............................................................................................................12

PENUTUP.......................................................................................................12

ii
A. Kesimpulan...............................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang
dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar
manusia pada saat memberikan perawatan. Hirarki kebutuhan manusia mengatur
kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas. Kebutuhan akan keselamatan dan
kenyamanan, yang melibatkan fisik dan psikologis menjadi tingkatan yang kedua.
Salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi setelah kebutuhan
fisiologi yaitu rasa aman, terhindar, dari macam bahaya. Dasar dari adanya
keselamatan dan keamanan berkaitan dengan kemampuan seseorang saat
menghindari bahaya yang dipengaruhi oleh pengetahuan serta kesadaran pada
motivasi orang tersebut untuk melakukan tindakan pencegahan.
Ada tiga faktor penting yang terkait dengan keamanan dan keselamatan yaitu:
tingkat pengetahuan dan kesadaran individu, kemampuan fisik dan mental dalam
mempraktikan upaya pencegahan, serta lingkungan fisik yang membahayakan
atau berpotensi menimbulkan bahaya. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
dibagi kedalam perlindungan fisik dan psikologis. Perlindungan fisik dapat
berupa perlindungan atas ancaman terhadap hidup atau tubuh berupa
penyakit, kecelakaan, dan bahaya yang datang dari lingkungan. Sedangkan
perlindungan psikologis yaitu perlindungan atas ancaman daripengalaman baru
dan asing, misalnya kekhawatiran yang dialami seseorang ketika berada di
daerah yang baru didatangi dan mengharuskan dirinya untuk berinteraksi
dengan orang baru.
Kebutuhan dasar manusia mencakup kebutuhan fisiologis seperti udara, air,
makanan, rumah, eliminasi, seks, istirahat serta tidur serta rasa nyaman dan harus
dipenuhi untuk menaikkan derajat kesehatan. Kebutuhan rasa nyaman apabila
tidak ditangani secara serius mampu mengakibatkan tergangguanya aktivtas
seorang individu, gangguan pola tidur, cemas, isolasi sosial, depresi, perubahan

1
konsep diri bahkan kematian. Sampai waktu ini nyeri tercatat menjadi keluhan
yang paling besar membawa pasien keluar masuk buat berobat ke rumah Sakit,
diperkirakan di Indonesia tercatat prevalensi nyeri kronis adalah 20% berasal
populasi global, jumlah pasien nyeri sebesar 55%. Hal tersebut mendasari bahwa
kwbutuhan rasa aman nyeri dan terhindar dari bahaya merupakan sesuatu yang
sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia menurut Maslow.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian dari gangguan rasa aman, nyaman dan nyeri.


2. Konsep kebutuhan rasa nyaman akibat nyeri.
3. Definisi gangguan rasa nyaman.
4. Penyebab gangguan rasa nyaman.
5. Gejala dan tanda gangguan rasa nyaman.
6. Jenisa gangguan rasa nyaman.
7. Anatomi fisiologi nyeri.
8. Klasifikasi nyeri.
9. Respon terhadap nyeri.
10. Faktor yang mempengaruhi nyeri.
11. Efek yang disebabkan nyeri.
12. Penanganan nyeri.
13. Penilaian respon intesitas nyeri.

C. Tujuan

Memberikan gambaran mengenai apa saja gangguan rasa aman, nyaman, nyeri,
dan terhindar dari bahaya.

D. Manfaat

Sebagai bahan bacaan dan masukan untuk meningkatkan pemahaman serta


menambah wawasan bagi mahasiswa.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna
dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan emosional (SDKI PPNI,
2018).

Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya


kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasanyang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri)
(Abd.Wahid, 2018).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan pengalaman emosional yang tidak


menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang actual atau potensial
yang dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakan jaringan tubuh
(Wahyudi, 2019).

Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan


kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
(SDKI PPNI, 2017).

B. Konsep kebutuhan rasa nyaman akibat nyeri

Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau


nyaman baik secara mntal, fisik maupun sosial. Kenyamanan dapat dibagi
menjadi tiga yaitu:

a. Kenyamanan fisik merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.

3
b. Kenyamanan lingkungan merupakan rasa sejahtera atau nyaman yang
dirasakan didalam atau dengan lingkungannya.
c. Kenyamanan sosial merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman
dengan situasi sosialnya.

Kenyamanan harus dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek,


yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.


b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi (harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, tempratur, warna, dan unsur alamiah
lainnya.

C. Definisi Gangguan Rasa Nyaman

Gangguan rasa nyaman adalah perasaan seseorang merasa kurang nyaman


dan sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan budaya dan
sosialnya. Menurut SDKI (2016) gangguan rasa nyaman merupakan perasaan
kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan
dan sosial.

D. Penyebab Gangguan Rasa Nyaman

Dalam buku SDKI (2016) penyebab gangguan rasa aman nyaman adalah:

a. Gejala penyakit
b. Kurang pengendalian situasional/lingkungan
c. Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya: dukungan finansial, sosial
dan pengetahuan)
d. Kurangnya privasi
e. Gangguan stimulus lingkungan

4
f. Efek samping terapi (misalnya: medikasi, radiasi, kemoterapi)
g. Gangguan adaptasi kehamilan

E. Gejala Dan Tanda Gangguan Rasa Nyaman

Dalam buku PPNI (2016) gejala dan tanda gangguan rasa nyaman adalah:
a. Mengeluh tidak nyaman
b. Mengeluh mual
c. Mengeluh ingin muntah

F. Jenis Gangguan Rasa Nyaman

Menurut (Mardella, Ester, Riskiyah & Mulyaningrum, 2013) gangguan rasa


nyaman dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Nyeri akut
Nyeri akut merupakan keadaan seseorang mengeluh ketidaknyamanan dan
merasakan sensasi yang tidak nyaman selama kurang dari 6 bulan.
b. Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah keadaan individu mengeluh tidak nyaman dengan
adanya sensai nyeri yang dirasakan dalam kurung waktu lebih dari 6
bulan.
c. Mual
Mual merupakan keadaan pada saat individu mengalami sesnsai yang tidak
nyaman pada bagian belakang tenggorokan, area epigastrium atau pada
seluruh bagian perut yang bisa menimbulkan muntah.

G. Anatomi Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri (nosireceptor) adalah organ tubuh yang berfungsi untuk


menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan adalah ujung saraf bebas

5
dalam kulit yang berespon hanya terdapat pada stimulus kuat yang secara
potensial merusak.

1) Mekanik (mekano sensitif) : Kerusakan ujung saraf bebas akibat trauma


karena benturan atau gerakan.
2) Thermis (thermo sensitif) : Rangsangan panas atau dingin yang berlebihan.
3) Kimia (khemo sensitif) : Rangsangan zat kimia berupa bradikinin,
serotinin, ion kalium, asam, prostaglandin, asetilkolon, dan enzim
proteolitik.

Mekanisme Penghantaran Impuls Nyeri

1) Serabut delta A (menusuk dan tajam) : Pada kulit dan otot bermieli halus,
garis tengah 2-5 mm, kecepatan 6-30 m/detik.
2) Serabut delta C (panas & terbakar) : Dalam otot, tidak bermielin, garis
tengah 0,4-1,2 mm, kecepatan 0,5-2,0 m/detik (Gustin,2018).

H. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan
kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi enam bulan dan ditandai adanya peningkatan
tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Hal
yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri
kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat 10 terjadinya, nyeri dapat dibagi
ke dalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.

1) Klasifikasi nyeri berdasarkan durasi


Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut
dan nyeri kronis. Klasifikasi ini berdasarkan pada waktu atau durasi
terjadinya nyeri.
a) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit
atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan

6
intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk
waktu singkat. Nyeri akut akan berenti dengan sendirinya dan akhirnya
menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada
area yang terjadi kerusakan.
b) Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung berkepanjangan,
berulang atau menetap selama lebih dari enam bulan. Sumber nyeri
dapat diketahui atau tidak. Umumnya nyeri ini tidak dapat
disembuhkan. Nyeri kronis dapat dibagi menjadi beberapa kategori,
antara lain nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikoso, etis
(Haswita & Sulistyowati 2017).
2) Klasifikasi nyeri berdasarkan asal
a) Nyeri Nosiseptif
Nyeri Nosiseptif adalah nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau
sensititasi nosiseftor perifer yang merupakan reseptor khusus yang
mengantar stimulus noxious. Nyeri nosiseptif perifer dapat terjadi
karena adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot,
jarimgan ikat dan lain-lain. Hal ini dapat terjadi pada nyeri post
operatif dan kanker. Dilihat dari sifat nyerinya maka nyeri nosiseptif
merupakan nyeri akut yang mengenai daerah perifer dan letaknya lebih
terlokalisasi..
b) Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas
yang didapat pada struktur saraf perifer maupun sentral. Berbeda
dengan myeri nosiseptif, nyeri neuropatik bertahan lebih lama dan
merupakan proses input saraf sensorik yang abnormal oleh sistem saraf
perifer. Nyeri ini lebih sulit diobati. Pasien akan mengalami nyeri
seperti terbakar, tingling, shoting, shock like, hipergesia, atau
allodynia. Nyeri neuropatik dari sifat nyerinya merupakan nyeri kronis.

I. Respon terhadap nyeri

7
1) Respon fisiologis

Pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke batang otak dan
thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon
stress. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang, dan nyeri yang superfisual
menimbulkan reaksi (flight atau fight), yang merupakan sindrom adaptasi umum.
Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan respon
fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terusmenerus secara tipikal akan
melibatatkan organ-organ visceral, sistem saraf parasimpatis menghasilkan suatu
suatau aksi. Respon fisiologis terhadap nyeri sangat membahayakan individu.
Kecuali pada kasus-kasus nyeri berat yang menyebabkan individu mengalami
syok, kebanyakam individu mencapai tingkat adaptasi yaitu tanda-tanda fisik
kembali normal. Dengan demikian klien yang mengalami nyeri tidak akan selalu
memperlihatkan tanda-tanda fisik (Andri Stiya Wahyudi & Abd, Wahid).

2) Respon prilaku

Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh yang khas dan
ekspresi wajah yang mengindikasikan nyri dapat ditunjukkan oleh pasien sebagai
respon prilaku terhadap nyeri. Respon tersebut seperti mengkerutkan dehi,
gelisah, memalingkan wajah ketika diajak bicara.

J. Faktor yang mempengaruhi nyeri

Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di


antaranya sebagai berikut:

1. Arti nyeri
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,
merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan, dan
pengalaman.
2. Persepsi nyeri

8
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persep memicu
stimulasi nociceptor ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu
stimulasi nociceptor.
3. Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
memengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan,
hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang
kuat, dan sebagainya. Sementara itu faktor yang menurunkan toleransi
antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak yang
kunjung hilang, sakit, dan lainlain.
4. Reaksi terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang
terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit.
Semua ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa
lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut,
cemas, usia, dan lain-lain.

K. Efek yang disebabkan oleh nyeri

1) Tanda dan gejala fisik

Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada pasien yang berupaya


untuk tidak mengeluh atau mengakui kedidaknyamanan. Sangat penting untuk
mengkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik termasuk mengobservasi
keterlibatan saraf otonom. Saat awutan nyeri akut, denyut jantung, telanan darah,
dan frekuensi pernafasan meningkat.

2) Efek perilaku

Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan


tubuh yang khas dan berespon secara vokal serta mengalami kerusakan dalam

9
interaksi social. Pasien seringkali meringis, mengenyitkan dahi, menggigit bibir,
gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, melakukan gerakan melindungi
bagian tubuh sampai dengan menghindari percakapan, menghindari kontak sosial
dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.

L. Penanganan nyeri

1) Farmakologi

a) Analgesik narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbgai derivate opium seperti
morfin dan kofein. Narkotika dapat memberikan efek penurunan nyeri dan
kegembiraan karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan
mengaktifkan penekan nyeri endogen pada susunan sraf pusat. Namun,
penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat pernafsan di
medula batang otak sehingga perlu pengkajian secara teratur terhadap
perubahan dalam status pernafasan jika menggunakan analgesik jenik ini
(Andri & Wahid, 2016).
b) Analgesik non narkotik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan
Ibuprofen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek antiflamasi
dan anti piretik. Obat golongan ini menyebabkan penurunan nyeri dengan
menghambat produksi prostaglandin dari jaringan yang mengalami trauma
atau inflamasi. Efek samping yang paling umum terjadi adalah gangguan
pencernaan seperti adanya ulkus dan pendarahan (Andri & Wahid, 2016).

2) Non farmakologi

a) Relaksasi progresif
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik drai ketegangan
stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol dari ketika terjadi
rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik, dan emosi pada nyeri (Andri &
Wahid, 2016).
b) Stimulasi kutaneus placebo

10
Placebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologi dalam bentuk
yang dikenal oleh klien sebagai obat seperti kapsul, cairan unjeksi, dan
sebagainya. Plasebo umumnya terdiri darilarutan gula, larutan salin
normal, atau air biasa (Adri & Wahid,2016).
c) Teknik distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkann nyeri dengan
cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal yang lain sehingga pasien
akan lupa terhadap nyeri yang dialami (Andri& Wahid, 2016).

M. Penilaian Respon Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambar tentang seberapa parah nyeri yang


dirasakan oleh individu. Pengkajian keperawatan pada individu yang mengalami
nyeri dapat menggunakan alat-alat pengkajian nyeri untuk mengkaji persepsi nyeri
seseorang. Alat tersebut dapat digunakan untuk mendokumentasikan kebutuhan
intervensi, untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan untuk mengindentifikasi
kebutuhan akan intervensi tambahan jika intervensi tidak efektif dalam meredakan
nyeri individu (Smeltzer & Bare, 2002). Alat ukur skala nyeri yang dapat
digunakan anatara lain:

a. Visual Analog Scale (VAS) dan Numeric Rating Scale (NRS)


Penggunaan skala ini dengan cara pasien diminta untuk
memberikan tanda pada garis angka yang menunjukkan intensitas
nyeri yang dirasakan. Pada VAS, pemberian tanda semakin ke kiri
berarti semakin tidak nyeri dan sebaliknya.
Sementara pada NRS angka 0 menyatakan tidak nyeri dan angka
10 menandakan nyeri yang sangat berat.
b. Face Rating Scale
Skala ini digunakan untuk evaluasi nyeri pada pasien pediatrik.
Skala ini menggambarkan sketsa wajah masing- masing dengan nilai
angka, dimulai dengan ekspresi senang, senyum sampai dengan sedih
dan menangis dengan tidak nyeri sampai nyeri yang sangat parah.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rasa nyaman, aman, nyeri dan terhindar dari bahaya merupakan salah satu
hal kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Pengertian dari beberapa
sumber yang mengatakan adanya seperti faktor-faktor yang mempengaruhi, jenis-
jenis rasa aman dan nyeri, klasifikasi sampai cara penanganan, membuktikan
bahwa betapa penttingnya salah satu hirarki kebutuhan dasar manusia menurut
Maslow tersebut.

Perawat dalam hal ini juga diberikan tanggungjawab dalam membantu


memenuhi kebutuhan dasar para pasien. Adanya koneksi dalam hubungan perawat
dan pasien dapat meningkatkan kondisi pasien serta lingkungan pasien yang lebih
positif untuk kesembuhan pasien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Andri & Wahid (2016) Buku Ajar: Ilmu Keperawatan Dasar: Mitra Wacana
Media.

Andri Stiya & Wahid, Abd (2016). Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta Mitra
Wacana Media.

Permata, D. (2022). ASUHANKEPERAWATANGANGGUANKEBUTUHAN
AMAN NYAMAN (NYERI) PADAPASIENDISPEPSIA DIRUMAH SAKIT
BHAYANGKARA POLDALAMPUNG TAHUN2022 (Doctoral dissertation,
Poltekkes Tanjungkarang).

13

Anda mungkin juga menyukai