Anda di halaman 1dari 46

UPDATE STRATEGI DAN KEBIJAKAN DIREKTORAT PRODUKSI

DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN

4 APRIL 2023

DIREKTORAT PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
◼ Struktrur Organisasi
◼ Rencana Pemenuhan Produksi Obat Dalam Negeri
untuk Pasien JKN oleh Industri Farmasi
OUTLINE
◼ Pengaturan Nilai Klaim Harga Obat PRB, Obat Kronis,
Kemoterapi dan Altaplase
◼ Pengelolaan Komponen Darah Berupa Plasma untuk
Kemandirian Sediaan PODP
◼ Rencana Kebutuhan Obat Fitofarmaka Tahun 2024
◼ Penilaian Farmakoekonomi dan Pengukuran Cost
Effectiveness Threshold
◼ Pengelolaan NPP di Sarana Pelayanan Kesehatan
◼ Penutup
Tugas Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian
PMK No. 5 Tahun 2022

Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian


mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis
dan supervisi, evaluasi, dan pelaporan di bidang
produksi dan distribusi kefarmasian.

4/3/2023 3
TIM KERJA DI DIT. PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN

SATUAN KERJA NAMA TIM KERJA NAMA KETUA TIM

Tim Kerja Sertifikasi dan Pembinaan Sarana Produksi


dan Distribusi Farmasi Martin Sirait, S.Si, Apt, M.Kes

Tim Kerja Pengendalian Harga & Pemantauan Pasar


Obat Elza Gustanti, S.Si,Apt, MH

Tim Kerja Penilaian Farmakoekonomi


Erie Gusnellyanti, S.Si, Apt, MKM

DIREKTORAT PRODUKSI DAN DISTRIBUSI Tim Kerja Narkotika, Psikotropika, Prekursor Farmasi
KEFARMASIAN dan Special Access Scheme Liza Fitrisiani, S.Si,Apt, M.K.M.

Tim Kerja Seleksi Fitofarmaka & Pembinaan Industri


dan Usaha Obat Tradisional
Dra. Ninik Hariyati, Apt

Tim Kerja Peningkatan Produksi Produk Biologi Dalam


Negeri dan Halal Eduward Gunawan, S.Si., Apt

4/3/2023 4
TUPOKSI TIM KERJA SERTIFIKASI DAN PEMBINAAN SARANA
PRODUKSI DAN DISTRIBUSI FARMASI
1. fasilitasi sertifikasi perizinan dan pengawasan penilaian kesesuaian kegiatan berusaha;
2. Meningkatkan kepatuhan dan optimalisasi sarana produksi kefarmasian dalam memproduksi
obat JKN sesuai RKO;
3. peningkatan kapasitas dan pembinaan industri farmasi dan PBF;
4. fasilitasi peningkatan penggunaan bahan baku obat produksi dalam negeri;
5. Meningkatkan jumlah vaksin program yang mendapat PQ WHO;

TUPOKSI TIM KERJA PENGENDALIAN HARGA & PEMANTAUAN PASAR OBAT


1. perumusan kebijakan terkait harga obat;
2. pemantauan ketersediaan dan harga obat di Sarana Produksi Distribusi Farmasi;
3. mengawal 10 item obat terbesar di FORNAS yang melebihi TKDN di atas 50%;
4. pemantauan penerapan kebijakan TKDN Farmasi;
5. fasilitasi peningkatan penggunaan bahan baku obat produksi dalam negeri;

4/3/2023 5
TUPOKSI TIM KERJA PENILAIAN FARMAKOEKONOMI
1. penilaian farmakoekonomi terhadap usulan obat yang masuk ke dalam Formularium
(Fornas/Fitofarmaka dll);
2. meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang menggunakan obat dengan
TKDN di atas 50%;
3. evaluasi cost effectiveness obat JKN;

TUPOKSI TIM KERJA NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, PREKURSOR FARMASI DAN SPECIAL


ACCESS SCHEME
1. perumusan kebijakan terkait Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi;
2. koordinasi ABGC untuk penggolongan NPS dan prekursor;
3. fasilitasi perizinan ekspor impor NPP dan surat keterangan non Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi;
4. koordinasi dan perencanaan kebutuhan tahunan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi;
5. koordinasi dan analisa pengembangan narkotika dan psikotropika untuk Iptek;

4/3/2023 6
TUPOKSI TIM KERJA SELEKSI FITOFARMAKA & PEMBINAAN INDUSTRI DAN USAHA OBAT
TRADISIONAL
1. perumusan kebijakan dibidang obat tradisional, kosmetika dan pangan;
2. seleksi fitofarmaka ke dalam formularium fitofarmaka;
3. fasilitasi peningkatan jumlah fitofarmaka terbesar di formularium dengan TKDN diatas
50% dan penggunaannya;
4. penyusunan dan optimalisasi penerapan Farmakope Herbal Indonesia dan suplemennya,
Kodeks Makanan Indonesia, Kodeks Kosmetika Indonesia, Materia Kosmetika Bahan Alam
Indonesia;

TUPOKSI TIM KERJA PENINGKATAN PRODUKSI PRODUK BIOLOGI DALAM NEGERI DAN HALAL
1. pengawalan Peta Jalan Pengembangan Vaksin Halal;
2. fasilitasi penerapan kebijakan sertifikasi halal obat dan produk biologi (Perpres);
3. fasilitasi peningkatan produksi produk biolologi dalam negeri;
4. koordinasi ABGC dalam peningkatan produksi produk biologi dalam negeri yang halal;
5. meningkatkan jumlah vaksin program dengan TKDN diatas 70%;

4/3/2023 7
RENCANA PEMENUHAN PRODUKSI OBAT DALAM NEGERI
UNTUK PASIEN JKN OLEH INDUSTRI FARMASI
Rencana Pemenuhan Produksi Obat Dalam Negeri untuk JKN
Tahun 2023

Pemenuhan obat
dibawah 50% RKO per
item obat = 201 item
obat.
Diantara 201 itu terdapat
pemenuhan obatnya
dibawah 20% RKO yaitu
147 item

Direktorat Prodisfar telah


melakukan afirmasi
industri farmasi untuk
meningkatkan rencana
produksi dan melakukan
monev secara berkala
dan insidentil terkait
pesanan obat

9
Upaya Percepatan dalam Pesanan Obat secara e-Purchasing

1. Dinkes dan RS menyiapkan anggaran yang cukup untuk penyediaan


obat dan segera melakukan pemesanan obat melalui e-purchasing
sehingga industri farmasi dapat cepat mengetahui jumlah pemesanan
obat.
2. Untuk meningkatkan komitmen dan kepatuhan industri farmasi terkait
pesanan obat secara e-purchasing, akan diberlakukan reward and
punishment bagi industri farmasi yang memberikan respon (respond
time) terhadap pesanan obat secara e-purchasing melebihi batas
waktu respon.
3. Dinkes dan RS mempercepat penyusunan dan penandatangan surat
perjanjian (kontrak) dengan PBF yang ditunjuk industri farmasi.
4. Rumah sakit agar memperbaiki prosedur (administratif) pembayaran
obat dan sesuai ketentuan perundang-undangan sehingga industri
farmasi dan distributor dapat melayani dan mengirimkan obat yang
dibutuhkan.
5. industri farmasi segera menayangkan produk obat dengan NIE Generik
sehingga Dinkes dan RS bisa melakukan pembelian obat generik.
PENGATURAN NILAI KLAIM HARGA OBAT PRB, OBAT KRONIS,
KEMOTERAPI, DAN ALTEPLASE
PERUBAHAN REGULASI PENCANTUMAN OBAT PADA KATALOG
TERDAPAT PERBEDAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 16 TAHUN 2018 DENGAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN,
PADA PASAL 72 AYAT (4) SEBAGAI BERIKUT:
Peraturan Presiden Nomor 16 Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2018 Tahun 2021
Pemilihan produk katalog elektronik dilakukan dengan metode Dihapus
tender atau negosiasi

TERDAPAT PERBEDAAN PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH (LKPP) PADA TAHUN
2018 DAN 2022 SEBAGAI BERIKUT:
Peraturan LKPP Nomor 11 Tahun 2018 tentang Katalog Keputusan Kepala LKPP Nomor 122 Tahun 2022 tentang Tata Cara
Elektronik Penyelenggaraan Katalog Elektronik
a. Usulan dari Sekretaris Jenderal ditujukan ditujukan kepada LKPP a. Pelaku usaha yang berminat dan memiliki kriteria kualifikasi yang sesuai dengan
cq. Deputi Bidang Monitoring-Evaluasi dan Pengembangan dokumen Pengumuman Pendaftaran dapat mendaftar sebaga Peserta
Sistem Informasi dengan dilengkapi: Pendaftaran Penyedia Katalog Elektronik, dengan tahapan antara lain pembuatan
1) jenis; Akun Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE), pengisian Isian Kualifikasi Pelaku
2) perkiraan waktu penggunaan; Usaha pada aplikasi Sistem Informasi Kinerja Penyedia (SIKAP) dan pendaftaran
3) referensi harga atau HPS; pada aplikasi katalog obat.
4) informasi produksi (dalam negeri dan/atau luar negeri); dan b. Pelaku usaha yang memenuhi kriteria kualifikasi akan diberikan akses secara
5) persyaratan Penyedia. otomatis oleh Aplikasi Katalog Elektronik untuk melakukan Pengisian Data Produk
dalam rangka mencantumkan produknya pada Aplikasi Katalog Elektronik.
b. Pemilihan Penyedia dilakukan oleh Kelompok Kerja Pemilihan c. Harga satuan yang ditayangkan pada Katalog Elektronik merupakan harga satuan
dengan metode: tertinggi yang dapat dilakukan pembelian melalui e-Purchasing.
1) Tender; atau d. E-Purchasing Katalog dapat dilaksanakan dengan metode negosiasi harga dan
2) Negosiasi
mini kompetisi
DAMPAK PERUBAHAN REGULASI PENCANTUMAN OBAT PADA KATALOG ELEKTRONIK

REGULASI SEBELUMNYA REGULASI BARU

- Satu pemenang (single winner);


Dapat tayang dengan multi penyedia
- Multi winner untuk produk inj Sitotoksik, Penyedia Katalog
(lebih dari 1 (satu) industri farmasi)
produk biologi, larutan nutrisi parenteral

- Dapat tayang lebih dari 1 (satu) harga


pada provinsi yang sama;
- Harga obat dari 1 (satu) penyedia dapat
- 1 (satu) harga pada provinsi yang sama;
berubah sewaktu-waktu;
- Harga tetap (fixed price) dan tidak ada Harga Tayang Katalog - Harga tayang katalog merupakan harga
negosiasi pada saat e-Purchasing
tertinggi dan faskes dapat melakukan
negosiasi atau mini kompetisi pada saat
e-Purchasing.

Obat tayang setelah melalui proses tender


atau negosiasi selama masa kontrak Obat dapat tayang dan turun tayang dari
katalog atau sampai komitmen penyedia
Masa Tayang Katalog katalog elektronik sewaktu-waktu
terpenuhi
Seluruh obat nilai klaim (obat PRB, obat penyakit kronis, obat kemoterapi,
dan obat Alteplase) akan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Perpres Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan:
Dalam hal obat, alat kesehatan, dan/ atau bahan medis habis
Pasal 60 pakai diklaim tersendiri oleh Fasilitas Kesehatan kepada BPJS
Kesehatan maka harga berpedoman pada katalog elektronik
PENETAPAN Ayat (5)
atau harga yang ditetapkan oleh Menteri.
NILAI KLAIM Permenkes Nomor 3 Tahun 2023 tentang Standar Tarif Pelayanaan Kesehatan
OBAT PRB, OBAT dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan:
Harga obat program rujuk balik yang ditagihkan kepada BPJS
PENYAKIT KRONIS, Kesehatan mengacu pada harga obat yang ditetapkan oleh
Pasal 13
OBAT KEMOTERAPI Menteri ditambah biaya pelayanan kefarmasian.
DAN OBAT Tarif Non INA-CBG merupakan tarif untuk beberapa
pelayanan tertentu meliputi:
ALTEPLASE Pasal 36 d. obat penyakit kronis;
f. obat kemoterapi;
g. obat alteplase

Harga obat penyakit kronis yang ditagihkan oleh instalasi farmasi


Pasal 41 di FKRTL atau apotek mengacu pada harga obat sesuai
Keputusan Menteri ditambah biaya pelayanan kefarmasian.

Harga obat kemoterapi mengacu pada harga obat yang


Pasal 43 ditetapkan oleh Menteri.
1. Harga obat yang tayang pada e-Katalog tahun 2022.
2. Harga obat yang tayang pada e-Katalog tahun 2023.
3. Informasi Inhealth tahun 2022 dan 2023.
4. Harga pada KMK Nilai Klaim Tahun 2022.

SUMBER DATA YANG 5. Harga pada Berita Acara (BA) pembahasan Fornas.

DIPERTIMBANGKAN 6. Inflasi 2022 TW IV sebesar 5,55%.

DALAM PENENTUAN 7. Data perolehan rumah sakit tahun 2022 dari Direktorat Tata
Kelola Pelayanan Kesehatan dan dari rumah sakit.
NILAI KLAIM 8. Harga penjualan Bahan Baku Obat oleh PBF tahun 2020-2023.
9. Harga impor Bahan Baku Obat dari Bea Cukai tahun 2020-
2022.
10. Informasi e-Purchasing rumah sakit tahun 2023 (data LKPP).
11. Informasi harga SAS dari Dit. Prodisfar dan rumah sakit.
PENETAPAN NILAI KLAIM HARGA OBAT
Setelah dilakukan perhitungan harga mempertimbangkan survey harga dan struktur harga, terdapat 89 item obat dari 481
item obat klaim yang belum dapat ditentukan nilai klaim-nya sehingga obat tersebut diusulkan kepada Biro Pengadaan
Barang dan Jasa untuk dilakukan konsolidasi melaui negosiasi atau mini kompetisi

± 392 item obat Saat ini SK Nilai Klaim 2023


telah dapat ditetapkan nilai klaimnya sedang proses verbal

Obat Klaim Tersendiri


± 481 item obat ± 89 item obat
- masih belum dapat ditentukan harga klaimnya karena
perhitungan harga untuk nilai klaim di bawah median perolehan
rumah sakit tahun 2023; Akan ditetapkan pada
- direncanakan dilakukan negosiasi atau mini kompetisi dengan addendum SK Nilai Klaim
industri farmasi melalui konsolidasi yang akan dilakukan oleh Biro 2023
Pengadaan Barang dana Jasa.
PENGELOLAAN KOMPONEN DARAH BERUPA PLASMA UNTUK
KEMANDIRIAN SEDIAAN PODP
Indonesia memiliki kebutuhan produk obat
derivat plasma (PODP) yang cukup tinggi

Darah yang diolah menjadi komponen


darah, digunakan untuk pelayanan
transfusi darah dan hanya sebagian
kecil plasma yang digunakan (10%).
Setiap tahunnya, sekitar 100 ribu
liter plasma dimusnahkan dan
menghabiskan biaya ± 2,5 miliar.2
Pada tahun 2020, kebutuhan PODP didominasi kebutuhan human albumin
(46,9%) dengan total nilai Rp 1,1 triliun.
Untuk memenuhi kebutuhan PODP tersebut, Indonesia masih bergantung 100%
dari produk impor.1
1. Data impor PODP. BPOM 18
2. https://nasional.sindonews.com/read/1010747/15/pmi-dukung-kemandirian-fraksinasi-plasma-1675173712
Pemenuhan kebutuhan PODP merupakan ketahanan sektor farmasi,
termasuk dalam masa pandemi
Data importasi produk derivat plasma tahun 2019-2021
(dalam ribuan vial)

Pada tahun 2021 terdapat peningkatan


kebutuhan Immunoglobulin (IVIg)
sampai 14,5 kali untuk penanganan
COVID-19

19
Produk Obat Derivat Plasma merupakan salah satu target kemandirian
farmasi dan Alkes
2022 2023 2024 2025
Vaksin 1. Measles 3. Hep B
2. Rubella 4. Rotavirus
5. HPV 7. IPV
3. Rotavirus 6. PCV 8. JE
Produksi 7 dari 14 jenis antigen vaksin program dan TB 4. TBC

m-RNA vaccine Viral vector vaccine


Penguasaan teknologi viral-vector dan nucleic acid
based Transfer teknologi dari B2B, organisasi internasional, dan kooperasi multilateral

Obat
Insulin
1. Candesartan 3. Bisoprolol 5. Cefixime
2. Amlodipine 4. Lansoprazole 6. Ceftriaxone
Produksi 6 dari 10 bahan baku obat konsumsi terbesar
EPO, Insulin glargine, Derivat Plasma
Trastuzumab, HyFC-
Produksi produk biologi dan derivat plasma Enoxaparin,
EPO
(Albumin, IVIg, F- Adalimumab
Rituximab VIII),

Fitofarmaka 1. Lagerstroemia 12.Andrographis 23.Saoropus


speciosa paniculata androgynus
Pengembangan jamu dan OHT menjadi fitofarmaka 2. Cinnamomum 13.Uncaria gambiris 24.Trigonella foenum-
burmanii 14.Guazumae ulmifolia graecum
berdasarkan terapeutik area & ketersediaan bahan alam 3. Apii graveolens 15.Camellia sinensis 25.Moringa oleifera
4. Ortosiphon stamineus 16.Momordica charantia 26.Centella asiatica
5. Lumbricus rubellus 17.Kaempferia galanga 27.Curcuma mangga
6. Phyllantus niruri 18.Zingiberis officinalis
7. Ophiocepholus 19.Psidii guajava
striatus 20.Terminalia chebula
8. Citrus sinensis 21.Punica granati
9. Curcuma longa 22.Curcuma xanthorriza
10.Eurycoma longifolia
11.Piper retrofractum

20
Penahapan dalam rangka meningkatkan pasokan
Produk Obat Derivat Plasma (PODP)
Phasing Description Action
WHO telah menerbitkan
Phase 1 There is insufficient quality and • Estimate need for Plasma-Derived
volume of recovered plasma for Medicinal Products (PDMPs) guideline untuk produksi lokal
fractionation available at national • Import of PDMPs PODP. Indonesia saat ini
level • Prepare pathogen-reduced plasma protein
fractions using validated technologies tengah berupaya untuk
preserving product efficacy
memproduksi lokal PODP
Phase 2 • Recovered plasma meeting • Initiate a programme for fractionation of
quality and quantity recovered plasma (e.g. contract dengan tahapan contract
requirements for fractionation is fractionation) fractionation yang didukung
available • Produce more plasma for fractionation
• Establishment has an auditable by apheresis, including concurrent dengan pemenuhan bahan
quality system based on plasma and source plasma to meet baku plasma yang memenuhi
current GMP stepwise clinical demand for PDMPs
• Blood and blood component • Decrease the quantity of imported PDMPs syarat (GMP). Tahap ini akan
demand is being fully satisfied dilanjutkan dengan
Phase 3 Volume of plasma for • Consider a national or regional facility
pembangunan fasilitas
fractionation produced at national for fractionation
level is sufficient • Import PDMPs that are not produced fraksionasi plasma dan
domestically
produksi lokal PODP
Sumber: WHO Guideline 21
Percepatan penyelenggaraan fraksionasi plasma melalui produksi lokal Produk
Obat Derivat Plasma di Indonesia dengan penerbitan Permenkes No. 4 Tahun
2023 dan penetapan industri farmasi sebagai fasilitas fraksionasi plasma

Produksi lokal PODP di


2026 fasilitas dalam negeri

Produksi PODP secara


2024 kontrak/toll
manufacturing

Penetapan industri farmasi


2023 sebagai fasilitas
fraksionasi plasma

22
RENCANA KEBUTUHAN OBAT FITOFARMAKA TAHUN 2024
PENGEMBANGAN FITOFARMAKA MENJADI FOKUS UTAMA DALAM PRODUK
NATURAL
Penggolongan Obat Bahan Alam Pengembangan Obat Bahan Alam harus
mempertimbangkan sejumlah aspek agar
Jamu memiliki keunggulan dalam aspek
Keamanan dan khasiat dibuktikan secara empiris
Jumlah: >14.000
keamanan, biaya, dan efektivitas klinis.

Obat Herbal Terstandar (OHT) Pengembangan Obat Bahan Alam memiliki


Keamanan dan khasiat dibuktikan secara ilmiah melalui uji arti perting karena :
praklinik. Bahan baku telah distandarisasi.
Jumlah: 81
❑ Sudah digunakan turun-temurun di
Indonesia
Fitofarmaka ❑ Keanekaragaman hayati Indonesia amat
Keamanan dan khasiat dibuktikan secara ilmiah melalui uji bervariasi
❑ Sudah ada fitofarmaka di Indonesia
praklinik dan uji klinik. Bahan baku dan produknya telah
distandarisasi.
Jumlah: 22 ❑ Harganya diharapkan bisa lebih
Sumber: Kep KaBPOM HK.00.05.4.2411 - Ketentuan Pokok Pengelompokan murah/terjangkau
❑ Mengurangi ketergantungan obat impor
& Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia.
*Data BPOM hingga Januari 2023
Telah terbit Formularium Fitofarmaka
sebagai acuan dalam melakukan perencanaan dan pengadaan fitofarmaka agar tersedia di
fasilitas pelayanan kesehatan, serta sebagai acuan penggunaan fitofarmaka yang aman,
bermutu, berkhasiat, dan terjangkau.

Memuat 5 terapeutik area

✔ antihipertensi
✔ Antidiabetes
✔ gangguan lambung
✔ Immunomodulator
✔ hipoalbuminemia
Kebijakan penyediaan obat bahan alam dalam pelayanan kesehatan

Permenkes No. 6 Tahun 2022 tentang


Penggunaan Jasa Pelayanan Kesehatan Permenkes No. 42 tahun 2022 tentang
dan Dukungan Biaya Operasional Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Pelayanan Kesehatan dalam Alokasi Khusus Nonfisik Bidang
Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN pada Kesehatan Tahun Anggaran 2023
FKTP Milik Pemda

Dalam hal obat yang dibutuhkan tidak tercantum pada DOEN dan FORNAS, dapat
digunakan obat lain termasuk obat tradisional (fitofarmaka dan Obat Herbal Terstandar)
secara terbatas sesuai indikasi medis dan pelayanan kesehatan dengan persetujuan
KaDinkes Kota/Kab.
ETALASE OBAT DAN VAKSIN 2023
KATALOG SEKTORAL KEMENTERIAN KESEHATAN

Etalase Etalase
Etalase Obat Program Etalase Etalase
Obat Program Jaminan Fitofarmaka dan OHT Obat Non Jaminan
Kesehatan Lainnya Vaksin Tahun Kesehatan
Kesehatan Tahun 2023 Tahun 2023
Tahun 2023 2023
Obat dengan golongan
Obat pada Formularium Obat Program Semua vaksin baik “bebas”, “bebas terbatas”,
Nasional (Fornas) Kesehatan yang tidak yang tercantum dalam Obat Fitofarmaka dan Obat dan suplemen kesehatan
tercantum pada Fornas maupun yang Herbal Terstandar (OHT) yang tidak termasuk dalam
Fornas tidak tercantum dalam Etalase Obat Program
Fornas Jaminan Kesehatan dan
Etalase Obat Program
Kesehatan Lainnya

27
Produk fitofarmaka dan obat herbal terstandar dalam e-katalog sektoral
kementerian kesehatan
▪ Untuk mempercepat dan memfasilitasi pengadaan fitofarmaka dan obat herbal terstandar (OHT)
▪ Daftar fitofarmaka berdasarkan FORMULARIUM FITOFARMAKA
▪ OHT yang berbahan baku lokal, memiliki izin edar, dan produk dalam negeri

ETALASE FITOFARMAKA DAN OHT TAHUN 2023


PENAMBAHAN RENCANA KEBUTUHAN OBAT (RKO) FITOFARMAKA PADA E-MONEV
No Kelas Terapi Nama Produk Komposisi Satuan

1 Sistem Kombinasi ekstrak Herba seledri (Apii graveolentis Tiap kapsul mengandung: Kapsul
Kardiovaskular herba) dan ekstrak Daun kumis kucing - 92 mg ekstrak Apii graveolentis herba
(Orthosiphonis staminei folium) - 28 mg ekstrak Orthosiphonis staminei folium
2 Sistem Metabolik Fraksi dari ekstrak campuran Daun bungur Tiap kapsul mengandung 100 mg fraksi dari ekstrak campuran Kapsul
(Lagerstroemiae speciosae folium) dan Kulit kayu Lagerstroemiae speciosae folium dan Cinnamomi burmannii cortex (1:3)
manis (Cinnamomi burmannii cortex)
3 Sistem Fraksi dari ekstrak Kulit kayu manis (Cinnamomi Tiap kaplet mengandung 250 mg fraksi dari ekstrak Cinnamom burmannii Kaplet
Pencernaan burmannii cortex) cortex
4 Sistem Imun Ekstrak Herba meniran (Phyllanthi niruri herba) Tiap kapsul mengandung 50 mg ekstrak Phyllanti niruri herba Kapsul

Tiap 5 ml sirup mengandung 25 mg ekstrak Phyllanthi niruri herba Botol

5 Nutrisi Kombinasi ekstrak Ikan gabus (Ophiocephali striati), Bentuk sediaan serbuk dalam kemasan saset. Tiap saset mengandung: Sachet
ekstrak Buah jeruk (Citri sinensidis fructus), dan - 5 g ekstrak Ophiocephali striati
ekstrak Rimpang kunyit (Curcumae longae rhizome) - 4,5 g ekstrak Citri sinensidis fructus
- 0,05 g ekstrak Curcumae longae rhizome

RKO Fitofarmaka pada e-Monev tahun 2023


Belanja fitofarmaka tahun 2023 melalui e-katalog sektoral

Belanja fitofarmaka oleh 12 Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota dengan nilai
Rumah Dinas Rp 1.329.158.744
Sakit Kesehatan
47% 53%
Belanja fitofarmaka oleh 43 Rumah Sakit
dengan nilai Rp 1.193.229.380

Belanja fitofarmaka hingga 31 Maret 2023 =


Rp 2,5 M
*Data e-katalog hingga 31 Maret 2023
PENILAIAN FARMAKOEKONOMI DAN PENGUKURAN COST
EFFECTIVENESS THRESHOLD
a. Di Indonesia, Penilaian Farmakoekonomi dalam proses
seleksi obat di Formularium Nasional telah dilakukan
sejak 2021.
b. Penilaian Farmakoekonomi dapat digunakan untuk
Penilaian Aspek menilai cost effectiveness dan value for money dalam
Manfaat Biaya proses seleksi obat ke dalam Formularium Nasional
dalam Proses (FORNAS).
Seleksi Obat c. Penilaian farmakoekonomi membantu stakeholder
Formularium dalam memutuskan pengobatan yang cost effective
Nasional dengan luaran klinis terbaik (best clinical outcome)
(FORNAS) d. Kriteria pemilihan obat yang harus melampirkan studi
farmakoekonomi dalam proses pengusulan obat ke
Formularium Nasional (Fornas):
❑ Obat yang high cost (harga obat yang relatif mahal).
❑ Obat yang high volume (tingkat penggunaan tinggi).
Sumber: Petunjuk Teknis penilaian
Farmakoekonomi dalam Seleksi Obat ❑ Obat yang high cost dan high volume (obat untuk 9
(Kemenkes, 2020) penyakit kronis).
Tujuan Penerapan Farmakoekonomi
Meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan
dengan tetap mempertahankan kualitas
Memperluas akses terhadap obat dan pelayanan kesehatan
pada umumnya di tengah keterbatasan sumber daya

Melindungi masyarakat dari penggunaan obat


yang murah dan tidak berkualitas

Memberikan pedoman untuk meningkatkan


Penggunaan Obat secara Rasional (POR)
PENGUKURAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DAN COST EFFECTIVENESS
THRESHOLD (CET) DI INDONESIA DARI SISI DEMAND DAN SUPPLY
LATAR BELAKANG

Cost Effectiveness Analysis (CEA)


Indonesia belum mempunyai nilai threshold
01 merupakan salah satu elemen dalam
implementasi HTA. CEA merupakan 02 yang secara spesifik dapat diaplikasikan
metode untuk memprioritaskan alokasi untuk kondisi di dalam negeri
sumber daya dan intervensi kesehatan.

Mengingat nilai GDP per capita Beberapa negara yang mengalami


Indonesia yang selalu berubah, kondisi yang sama, seperti Malaysia
03 penggunaan threshold dari WHO 04 dan Thailand, telah menetapkan
tersebut nampak menjadi tidak threshold sendiri yang dijadikan
relevan lagi. sebagai acuan dalam pengambilan
keputusan.

Willingness to Pay (WTP) juga merupakan alat universal dalam


05 pengambilan keputusan intervensi kesehatan. Keunikan metode ini
adalah memberikan hasil penggunaan teknologi medis tertentu
secara moneter
34
TUJUAN
1. Untuk menentukan nilai cost effectiveness threshold dari perspektif masyarakat yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk menilai intervensi kesehatan.

2. Untuk mengetahui nilai Willingness to Pay (WTP) masyarakat di Indonesia untuk berbagai
program intervensi kesehatan, termasuk upaya promotif, preventif dan pengobatan.

Manfaat
Sebagai upaya dalam mendukung dan menjaga keberlanjutan sistem Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)

35
Tim Kontributor pada pengukuran CET sisi
demand:
1. Dinas Kesehatan Provinsi
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
3. Puskesmas
4. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Peran Dinas Kesehatan dan Poltekkes
pada Pengukuran CET sisi demand:
1. Dinkes Kab/Kota menyiapkan dan
memilih responden sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan dan
mengkoordinasikan pelaksanaan
SK Dirjen Farmalkes No.
HK.02.02/E/21474/2022 tentang Tim
pengumpulan data oleh enumerator
Pelaksana Studi Pengukuran Cost 2. Politeknik Kesehatan menyiapkan dan
Effectiveness Threshold di Indonesia 2022 - memilih enumerator sesuai dengan
2023 kriteria
Dinkes Provinsi/Kab/Kota, 3. Dinkes Prov mengkoordinasikan seluruh
Puskesmas dan Poltekkes masuk tim kegiatan di Provinsi masing-masing 36

sebagai Kontributor
Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota dan Politeknik Kesehatan yang
Terlibat di Lokus Pengambilan Data Pengukuran Cet Sisi Demand
NO DINKES PROVINSI DINKES KAB DINKES KOTA POLTEKKES
1 Jawa Tengah Banyumas Semarang Surakarta
2 DKI Jakarta Kep. Seribu Jakarta Pusat Jakarta II
3 Nusa Tenggara Barat Bima Mataram Mataram
4 Sumatera Selatan Banyuasin Palembang Palembang
5 Sulawesi Selatan Gowa Makassar Makassar
6 Sumatera Utara Asahan Medan Medan
7 Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur Palangkaraya Palangkaraya
8 Kalimantan Timur Kutai Kartanegara Samarinda Kalimantan Timur
9 Maluku Maluku Tengah Ambon Ambon
10 Papua Keerom Jayapura Jayapura 37
PENGELOLAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
PENGELOLAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, dan PREKURSOR FARMASI

IMPORTASI
sesuai Kebutuhan PRODUK PENYALURA PENGGUNAA
(EPHARM) SI N N
(EPHARM (E-REPORT)) (SIPNAP)
)
Industri Farmasi PBF dan PBF Apotek
Importir Rumah Sakit
Produsen dan Khusus
IFP
Terdaftar Puskesmas

TUJUAN
Menjamin ketersediaan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan Iptek,
Mencegah terjadinya penyalahgunaan dan diversi NPP.

Sumber: Permenkes No. 5 Tahun 2023


Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang diedarkan harus memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.

Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi hanya dapat diserahkan oleh Fasilitas
Pelayanan Kesehatan meliputi : a. Apotek; b. Puskesmas; c. Instalasi Farmasi Rumah
Sakit; d. Instalasi Farmasi Klinik; dan e. tempat praktik mandiri dokter/dokter gigi.

Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat


berupa gudang khusus, ruangan khusus, atau lemari khusus.

Penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib memenuhi cara


pembuatan obat yang baik, cara distribusi obat yang baik, dan/atau standar pelayanan
kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Sumber: Permenkes No. 5 Tahun 2023


4/3/2023 40
PENGGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

Anestesi
Pelayanan
IPTEK
kesehatan

• Antiansietas, • Reference Standard /


• OBAT untuk ADHD Baku Pembanding Cancer
Narkotika Antitusive
Pain Killer
• Anastetik, • Reagensia
• Anestesi Laboratorium
• Cancer Pain Killer • Reagensia Diagnostik
Anti
• Antitusive Ansietas
• Non Cancer Pain Non
Killer Cancer
Pain Killer

Psikotropika

Anastetik ADHD
PRESENTASE TERDAFTAR DAN MELAPOR WILAYAH BARAT TAHUN 2019-2022

Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. DI Prov. Prov. Prov.
Aceh Sumater Sumater Riau Jambi Sumater Bengkul Lampun Kep. Kepulau DKI Jawa Jawa Yogyak Jawa Banten Bali
a Utara a Barat a u g Bangka an Riau Jakarta Barat Tengah arta Timur
Selatan Belitung
Tahun 2019 81% 83% 91% 86% 98% 90% 97% 92% 94% 95% 91% 89% 88% 92% 94% 88% 90%
Tahun 2020 84% 84% 93% 88% 98% 91% 95% 92% 95% 93% 91% 91% 92% 94% 94% 90% 90%
Tahun 2021 75% 78% 84% 82% 92% 85% 86% 84% 86% 88% 86% 83% 86% 89% 89% 82% 85%
Tahun 2022 79% 77% 83% 80% 96% 83% 85% 83% 88% 84% 84% 84% 86% 86% 88% 83% 84%

PRESENTASE TERDAFTAR DAN MELAPOR WILAYAH TIMUR TAHUN 2019-2022


100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov. Prov.
Nusa Nusa Kalimant Kalimant Kalimant Kalimant Kalimant Sulawes Sulawes Sulawes Sulawes Gorontal Sulawes Maluku Maluku Papua Papua
Tenggar Tenggar an Barat an an an Timur an Utara i Utara i Tengah i Selatan i o i Barat Utara Barat
a Barat a Timur Tengah Selatan Tenggar
a
Tahun 2019 86% 81% 100% 90% 92% 88% 88% 90% 89% 80% 83% 94% 88% 79% 83% 85% 85%
Tahun 2020 86% 84% 100% 94% 92% 92% 89% 89% 89% 85% 87% 97% 85% 79% 87% 91% 85%
Tahun 2021 78% 78% 99% 89% 86% 87% 82% 83% 82% 75% 78% 90% 85% 76% 82% 81% 82%
Tahun 2022 80% 74% 98% 89% 83% 86% 86% 84% 84% 79% 79% 84% 80% 88% 84% 85% 84%
10 BESAR PENGGUNAAN NARKOTIKA NASIONAL TAHUN 2019-2022

28.332.219
CODEINE 10 MG TABLET 20.017.255
20.543.538
22.979.723
15.829.759
CODEINE 20 MG TABLET 10.853.261
11.042.646
14.473.268
5.551.304
METHADONE SYRUP 50 MG/5 ML SIRUP 5.527.061
4.130.843
3.427.384
5.511.384
CODIKAF 20 MG TABLET 3.632.469
3.755.951
6.010.046
5.079.219
CODEINE 15 MG TABLET 3.307.955
3.322.237
4.910.774
3.985.012
CODIKAF 10 MG TABLET 2.732.128
2.877.836
4.446.750
3.064.278
FENTANYL 0.05 MG/ML 2 ML INJEKSI 2.312.179
2.764.225
3.684.247
2.420.680
MST CONTINUS 10 MG TABLET 2.310.393
2.314.632
2.952.175
2.457.499
CODIPRONT KAPSUL 1.626.628
1.827.727
2.531.010
2.327.896
CODIKAF 15 MG TABLET 1.435.065
1.605.959
2.163.434

0 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000


TAHUN 2019 TAHUN 2020 TAHUN 2021 TAHUN 2022
43
10 BESAR PENGGUNAAN PSIKOTROPIKA NASIONAL TAHUN 2019-2022
20.118.706
ALPRAZOLAM 1 MG TABLET 23.559.430
27.748.108
19.542.105
ALPRAZOLAM 0.5 MG TABLET 20.915.076
23.407.019
20.410.535
BRAXIDIN TABLET 18.584.055
22.356.407
24.577.881
DIAZEPAM 2 MG TABLET 22.674.332
20.068.566
23.769.116
ANALSIK TABLET 19.637.042
18.400.455
14.985.900
CLOBAZAM 10 MG TABLET 15.475.880
17.104.156
20.324.345
PHENOBARBITAL 30 MG TABLET 18.414.624
16.479.472
8.843.803
RIKLONA 2 MG TABLET 8.615.772
13.747.017
12.962.344
VALISANBE 5 MG TABLET 10.868.134
10.615.213
9.772.520
SANMAG TABLET 9.240.184
7.525.137

0 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000


TAHUN 2019 TAHUN 2020 TAHUN 2021
44
1. Rencana Pemenuhan Produksi Obat Dalam Negeri
oleh Industri Farmasi sangat dibutuhkan untuk
menjamin ketersediaan obat untuk Pasien JKN
2. Pengaturan seluruh Nilai Klaim Harga Obat PRB, Obat
Kronis, Kemoterapi dan Altaplase sebagai kepastian
hukum dan menjadi acuan dalam pelayanan obat JKN
3. Pengelolaan Komponen Darah Berupa Plasma untuk
Kemandirian Sediaan PODP merupakan salah satu
PENUTUP kebijakan terbaru dalam mendukung pelayanan darah
4. Rencana Kebutuhan Obat Fitofarmaka Tahun 2024
dibutuhkan dalam meningkatkan pemanfaatan
Fitofarmaka dalam pelayanan Kesehatan
5. Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit dapat berperan
penting dalam proses Penilaian Farmakoekonomi dan
Pengukuran CET untuk mendukung kendali mutu dan
kendali biaya dalam JKN
6. Pengelolaan NPP di Sarana Pelayanan Kesehatan
perlu ditingkatkan sesuai peraturan-perundang
undangan

4/3/2023 45
46

Anda mungkin juga menyukai