Anda di halaman 1dari 4

Nama : Much.

Irvan Fahrurrozi
NIM : 044622062
Mata Kuliah : Manajemen Risiko dan Asuransi (ADBI4211)

Kerjakan Tugas 3 berikut ini:


1. Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat
secara hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang
bersangkutan.
a. Jelaskan jenis kontrak asuransi.
Dalam konteks asuransi, terdapat dua jenis kontrak yang perlu dipahami: kontrak
asuransi bersyarat (conditional contract/voidable contract) dan kontrak asuransi yang
cacat hukum (illegal contract/void contract).

(1) Kontrak Asuransi Bersyarat (Conditional Contract/Voidable Contract)


Kontrak asuransi bersyarat adalah kontrak yang dapat dibatalkan atau
dinyatakan tidak berlaku jika terdapat pelanggaran atau ketidakpatuhan terhadap
salah satu ketentuan yang disepakati. Dalam hal ini, salah satu pihak atau kedua
belah pihak memiliki hak untuk membatalkan kontrak asuransi.

Contoh situasi di mana kontrak asuransi bersyarat dapat diterapkan adalah


ketika pihak tertanggung memberikan informasi yang tidak akurat atau menutup-
nutupi fakta penting pada saat mengajukan permohonan asuransi. Jika pihak
asuransi mengetahui adanya pelanggaran tersebut, mereka dapat membatalkan
atau mengubah ketentuan kontrak.

Namun, dalam banyak kasus, kontrak asuransi bersyarat masih dapat berlaku
jika kesalahan atau ketidakpatuhan yang terjadi bukan merupakan pelanggaran
yang signifikan atau tidak mempengaruhi risiko yang diasuransikan. Dalam
situasi tersebut, kontrak tetap berlaku dengan ketentuan yang telah disepakati.

(2) Kontrak Asuransi yang Cacat Hukum (Illegal Contract/Void Contract)


Kontrak asuransi yang cacat hukum adalah kontrak yang tidak sah atau tidak
berlaku karena melanggar hukum atau norma hukum yang berlaku. Kontrak jenis
ini tidak dapat ditegakkan di pengadilan dan pihak yang terlibat tidak memiliki
hak atau kewajiban hukum yang timbul dari kontrak tersebut.

Contoh kontrak asuransi yang cacat hukum adalah ketika suatu negara melarang
jenis asuransi tertentu atau ada peraturan yang melarang praktik tertentu dalam
industri asuransi. Misalnya, jika suatu negara melarang asuransi judi atau
asuransi yang melibatkan aktivitas ilegal, kontrak asuransi yang melibatkan
praktik-praktik tersebut akan dianggap cacat hukum dan tidak berlaku.

Dalam kedua jenis kontrak ini, penting untuk memahami bahwa kontrak asuransi
adalah perjanjian yang mengikat secara hukum dan harus mematuhi persyaratan
hukum yang berlaku.
Sumber:
Buku Materi Pokok – ADBI4211 – Manajemen Risiko dan Asuransi – Modul 7 –
Halaman 7.4

b. Jelaskan syarat-syarat kontrak asuransi.

Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terikat dalam kontrak asuransi pada dasarya
diatur oleh UU No. 40/2014 tentang Perasuransian. Karena kontrak asuransi pada
umumnya merupakan suatu ikatan maka Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan
Hukum Dagang mash tetap mengatur perasuransian, sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-undang No. 40/2014.
Suatu kontrak merupakan perjanjian yang didasarkan pada hukum. Kitab Undang-
undang Hukum Perdata Pasal 1320 menentukan, untuk sahnya sebuah kontrak
maka harus dipenuhi ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh hukum.
Ketentuan-ketentuan umum yang harus dipenuhi menurut Pasal 1320 adalah
yang berikut ini.

(1) Harus Ada Persetujuan dari Pihak-Pihak yang Mengikatkan Diri


Kontrak dimulai bila sescorang mengajukan usulan untuk mempertukarkan
sesuatu yang berharga dengan orang lain. Itu berarti bahwa salah satu pihak
menawarkan dan tawaran diterima baik oleh pihak lain. Penawaran tersebut
harus cukup terinci dan dikomunikasikan secara jelas. Penerimaan penawaran
hars tapa syarat, dan dikomunikasikan secara jelas.

Semua pihak dalam suatu kontrak harus sepakat atas syarat-syarat yang tepat
sama. Harus terjadi kesamaan pikiran (meeting of the minds). Untuk membuat
suatu kontrak, satu pihak member penawaran kepada pihak lainuntuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Pihak kedua dapat menerima, menolak atau
membuat konter penawaran. Jika terjadi kesepakatan, maka kedua belah pihak
terikat untuk melaksanakan kontrak tersebut.

Dalam asuransi, tawaran biasanya dilakukan melalui permohonan


pertanggungan oleh calon nasabah. Metode yang paling sederhana yang biasa
dipergunakan dalam asuransi kerugian adalah permohonan lisan kepada agen.
Dalam asuransi jiwa atau keschatan penawaran mesti dilakukan dengan
permohonan tertulis. Sebelum suatu kontrak efektif, penerimaan permohonan itu
adalah penting. Dalam asuransi kerugian, agen biasanya mempunyai wewenang
untuk mengikat atau menerima permohonan itu bahkan tampa menerima
pembayaran dari pemohon. jika diperlukan perlindungan bisa dimulai segera,
walau baru dengan permohonan lisan dan dengan persetujuan lisan oleh agen.
"Binder tertulis" atau kontrak sementara bisa diterbitkan oleh agen dengan
ketentuan bahwa kontrak tertulis akan disiapkan biasanya dalam 15 sampai 30
hari, tetapi hal in tidak esensial untuk menjadi efektifnya perjanjian itu.

Dalam asuransi jiwa, metode dan waktu penerimaan persetujuan berbeda


dengan asuransi kerugian. Lamaran tertulis dan pembayaran premi pertama
biasanya disampaikan sekaligus kepada agen. Agen lalu memberikan “kuitansi
bersyarat”. Pencrimaan (acceptance) in merupakan saatnya ketika pelamar
memenuhi standar underwriting, yang meliputi pemeriksaan keschatan jika
diperlukan. Kemudian coverage yang diminta menjadi efektif pada waktu
penyerahan lamaran beserta pembayaran premi. Andai kata premi pada waktu
itu belum dibayar maka asuransi itu belum efektif. Sekiranya pelamar tidak dapat
memenuhi standar underwriting dari penanggung, pihak penanggung boleh
membuat suatu counter offer dengan kontrak lain yang mungkin diterima atau
ditolak atas penyampaiannya oleh agen.

(2) Tujuannya Harus Legal (Lawful Objective)


Pengadilan tidak akan mendukung jika maksud perjanjian tidak legal atau
bertentangan dengan politik pemerintah. Misalnya perjanjian meniadi tidak sah
jika yang diasuransikan adalah mobil curian. Contoh lain, perjanjian ilegal jika
misalnya orang mengasuransikan rumahnya dengan niat ia akan membakar
rumah itu dengan sengaja dengan harapan akan mendapat santunan asuransi.

(3) Kedua Belah Pihak Haru Kompeten (Capacity)


Tidak semua orang secara hukum memiliki kemampuan untuk melakukan
kontrak. Misalnya anak di bawah umur, orang sakit jiwa, dan pemabuk atau
pecandu tidak kompeten untuk melakukan perjanjian yang mengikat.
Perusahaan asuransi yang belum mempunyai izin usaha merupakan pihak yang
tidak kompeten.

(4) Harus Ada Imbalan yang Dipertukarkan (Compensation)


Persvaratan terakhir untuk sahnya sebuah kontrak adalah imbalan yang
dipertukarkan oleh kedua belah pihak untuk persetujuan itu, misalnya, adanya
hak atau kewajiban. Dalam kontrak asuransi, penanggung memberikan
kompensasi berupa janji bersyarat (contingent promise) untuk membayar
tertanggung. Artinya, penanggung sepakat membayar hanya jika peristiwa
tertentu terjadi. Jika peristiwa tersebut tidak terjadi, penanggung tidak perlu
melakukan pembayaran. Sebagai ganti untuk janji penanggung, tertanggung
memberikan dua hal yaitu: uang dan janji untuk menepati ketentuan dalam
kontrak asuransi.

Sebagian besar kontrak asuransi berupa kontrak unilateral yaitu bahwa hanya
penanggung yang membuat janji yang dapat ditegakkan. Tertanggung tidak
berjanji untuk membayar premi, dan tidak dapat dituntut atas kegagalannya
membayar. Hanya saja, tertanggung tidak dapat mendapatkan klaim yang
dijanjikan. jika premi tidak membayar (pada waktunya).

Sumber:
Buku Materi Pokok – ADBI4211 – Manajemen Risiko dan Asuransi – Modul 7 –
Halaman 7.4 s.d. 7.7

2. Jelaskan tentang usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari unsur kepemilikan.


Di Indonesia, usaha perasuransian dapat dilihat dari unsur kepemilikannya, yang dapat
dibagi menjadi tiga kategori: perusahaan asuransi swasta nasional, perusahaan
asuransi milik negara, dan perusahaan asuransi asing.

a. Perusahaan Asuransi Swasta Nasional


Perusahaan asuransi swasta nasional adalah perusahaan asuransi yang didirikan
dan dimiliki oleh investor swasta dari Indonesia. Mereka beroperasi sebagai entitas
hukum yang terpisah dan secara mandiri mengelola bisnis asuransi. Contoh
perusahaan asuransi swasta nasional di Indonesia termasuk PT Asuransi Jiwa
Manulife Indonesia, PT Asuransi Astra, dan PT Asuransi Allianz Life Indonesia.

b. Perusahaan Asuransi Milik Negara


Perusahaan asuransi milik negara adalah perusahaan asuransi yang dimiliki oleh
pemerintah Indonesia. Perusahaan ini berperan dalam memberikan jaminan
asuransi kepada masyarakat dan mendukung program-program pemerintah. Salah
satu contoh perusahaan asuransi milik negara di Indonesia adalah PT Asuransi
Jiwasraya, yang berfokus pada asuransi jiwa dan pensiun.

c. Perusahaan Asuransi Asing


Perusahaan asuransi asing adalah perusahaan asuransi yang berasal dari negara
lain dan beroperasi di Indonesia. Mereka dapat berbentuk kantor perwakilan,
cabang, atau entitas hukum terpisah yang dimiliki sepenuhnya oleh perusahaan
asuransi asing. Beberapa perusahaan asuransi asing terkemuka yang beroperasi di
Indonesia meliputi AXA Mandiri, Prudential Indonesia, dan Allianz Indonesia.

Unsur kepemilikan ini mencerminkan struktur kepemilikan perusahaan asuransi di


Indonesia dan memberikan beragam pilihan kepada masyarakat dalam memilih layanan
asuransi. Pemerintah Indonesia juga memiliki peran dalam mengatur dan mengawasi
industri asuransi untuk memastikan perlindungan dan keamanan konsumen.

Sumber:
Buku Materi Pokok – ADBI4211 – Manajemen Risiko dan Asuransi

Anda mungkin juga menyukai