a. Apa Arti dan Makna Sakramen Pengurapan Orang Sakit? Sakramen Pengurapan Orang Sakit atau Minyak Suci adalah tanda dan sarana bahwa orang beriman Katolik diperbolehkan untuk dipersatukan dalam penderitaan dan wafat Kristus sehingga boleh ikut serta dalam karya keselamatanNya. Ini adalah salah satu sakramen penyembuhan (selain sakramen tobat). Oleh sebab itu, sakramen ini dapat diterimakan beberapa kali (KGK 1514). Jika si sakit, setelah sembuh, jatuh sakit berat lagi atau jika dalam keadaan sakit yang sama, sakitnya menjadi semakin bertambah gawat. Makna pengurapan: orang yang sedang sakit berat diperkenankan dengan rahmat Allah mengalami kesembuhan raga dan keselamatan jiwanya termasuk mengalami pengampunan atas dosa-dosanya. b. Untuk siapa saja sakramen ini bisa diterima? Menurut Kitab Hukum Kanonik, Sakramen ini tidak hanya diterimakan bagi orang yang dalam bahaya maut, tetapi pertama-tama sakramen ini dapat diterima oleh orang yang sudah dibaptis yang menderita sakit besar, yang akan menjalani operasi besar, ataupun bisa yang lanjut usia. (bdk KHK 1004) Maka dari itu, yang mendapat sakramen perminyakan suci tidak hanya orang yang sedang sakit berat tetapi juga bagi lansia yang telah dibaptis Katolik. c. Siapa yang menjadi pelayan sakramen ini? KHK 1003 mengungkapkan bahwa Yang menjadi pelayan dalam sakramen ini hanyalah imam. Pelayanan ini menjadi tanggung jawab pastor paroki, namun dalam kondisi darurat siapa pun imam boleh melayani, seiizin pastor paroki. d. Apa Materia dan Forma dari Sakramen ini? Tanda dan Sarana lahiriah (Materia): Pengurapan dengan minyak pada dahi dan kedua telapak tangan. Dalam kondisi terpaksa karena kondisi si sakit, bisa hanya dahi saja atau bagian tubuh yang mungkin. Minyak yang digunakan adalah minyak yang sudah diberkati oleh Uskup saat misa krisma, yang disebut OI (Oleum Infirmorum). Kata-Kata (Forma) saat imam melakukan pengurapan: (Pada dahi) “Semoga dengan pengurapan suci ini Allah yang maharahim menolong saudara dengan rahmat Roh Kudus… “ (Pada telapak tangan) “Semoga Ia membebaskan saudara dari dosa, menganugerahkan keselamatan dan berkenan menabahkan hati saudara.” e. Apakah penerimaan sakramen pengurapan orang sakit dapat dilengkapi dengan penerimaan komuni? Sejauh memungkinkan, penerimaan sakramen pengurapan orang sakit hendaknya didahului oleh penerimaan sakramen tobat dan dilengkapi dengan komuni. Tetapi bila memang kondisi tidak memungkinkan, cukup dengan pengurapan orang sakit.