OGEM Dan DGEM Perkerasan Jalan
OGEM Dan DGEM Perkerasan Jalan
2.1. Aspal
Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua,
pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan
sampai suatu temperatur tertentu aspal dapat menjadi lunak atau cair sehingga
dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat
masuk kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan / penyiraman pada
perkerasan macadam ataupun pelaburan (Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur
JalanRaya, 1999).
Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat
pada tempatnya (sifat termoplastis).
Sebagai salah satu material konstruksi perkerasan lentur, aspal
mempakan salah satu komponen kecil, umumnya hanya 4 - 10% berdasarkan
berat atau 10 -15% berdasarkan volume, tetapi merupakan komponen yang relatif
mahal.
Hydrocarbon adalah bahan dasar utama dari aspal yang umum disebut
bitumen, sehingga aspal sering juga disebut bitumen. Aspal yang umum
digunakan saat ini temtama berasal dari salah satu hasil proses destilasi minyak
bumi dan disamping itu mulai banyak pula dipergunakan aspal alam yang berasal
dari pulau Buton.
Aspal minyak yang digunakan untuk konsrruksi perkerasan jalan
merupakan proses hasil residu dari destilasi minyak bumi, sering disebut sebagai
aspal semen. Aspal semen bersifat mengikat agregat pada campuran aspal beton
dan memberikan lapisan kedap air, serta tahan terhadap pengaruh asam, basa, dan
garam. Ini berarti jika dibuatkan lapisan dengan mempergunakan aspal sebagai
pengikat dengan mutu yang baik dapat memberikan lapisan kedap air dan tahan
terhadap pengaruh cuaca dan reaksi kimia yang lain.
Sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku
dan rapuh sampai akhirnya daya adhesinya terhadap partikel agregat akan
1
5
berkurang. Perubahan ini dapat diatasi / dikurangi jika sifat-sifat aspal dikuasai
dan dilakukan langkah - langkah yang baik dalam proses pelaksanaan.
Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas
(Silvia Sukirman, Perkerasan LenturJalan Raya, 1999):
• Kationik disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang
bermuatan arus listrik positif.
7
• Anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang
bermuatan negatif.
• Nonionik merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak
menghantarkan listrik.
Yang umum dipergunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal
emulsi jenis anionik dan kationik, pada aspal emulsi jenis kationik ini sangat
sesuai dengan jenis batu - batuan yang ada didunia yang sebagian besar (80%)
terdiri dari batuan silika (bersifat asam) yang bermuatan listrik negatif Sedang
jenis anionik partikel - partikel aspalnya bermuatan listrik negatif dimana sesuai
hanya dengan jenis batuan alkalin, seperti batu kapur dan karang. Walaupun
demikian untuk jenis batuan alkali masih dapat menggunakan aspal emulsi jenis
kationik (P.T. Hutama Prima, Spesifikasi Aspal Emulsi).
Keterangan :
(1) Lapis perekat (lack coat).
(2) DGEM (Dense Graded Emulsion Mix) yaitu campuran dingin emulsi
bergradasi rapat.
(3) Penambahan lapis permukaan perkerasan yang berlubang.
(4) Campuran pasir.
(5) Pengisi retak pada permukaan perkerasan jalan.
(6) Slurry Seal (lapisan tipis setebal 3 - 1 2 mm yang sifatnya memberikan
lapisan kedap air terhadap lapisan aspal jalan yang sudah mulai retak -
retak).
(7) Memperbaiki stabilitas tanah.
(8) Untuk lapisan kedap air.
(9) OGEM (Open Graded Emulsion Mix) yaitu campuran dingin emulsi
bergradasi terbuka.
(10) Lapisan aus.
(11) Perawatan permukaanjalan.
(12) Perbaikanpermukaanjalan.
(13) Sebagai campuran pengisi pada lapisan makadam.
Sifat- Sifat Aspal Emulsi (Hananto BS & Cacang Iskandar, Emulsi, 1997):
Kelebihan Aspal Emulsi:
• Tidak membutuhkan proses pemanasan (coldmix).
• Mempunyai tingkat keamanan yang tinggi (tidak ada bahaya kebakaran atau
bahaya panas yang lainnya).
• Hemat bahan bakar, karena tidak memperlukan pemanasan.
1(1
Aft\0lHudO Tinggi
Tckstur Kosgr
"~J*Gtlombang dengon Menyebobkan
Fr«k*cnii Tinggi, "eivng"
Amp)irudo Ren>doh
:>Gng<guon Memarjang
T
Gongguori MeHntoni;
TabeI2.4. NilailP/PSI
Indeks Permukaan (IP) Fungsi Pelavanan
4-5 sangat baik
3-4 baik
2-3 cukup
I -2 kurang
0-1 sangat kurang
Sumber : Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1999.
Semakin tinggi nilai dari PSI, maka semakin tinggi tingkat kenyamanan jalan
tersebut.
Adapun perhitungannya sebagai berikut (Haas & Hudson, Pavement
Management Systems, 1978):
Untuk konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya.
Mantap= 1
Tidak 1Tidak 1 —
Mantap Terukur
TINGKAT PELAYANAN
Gambar 2.2. Hubungan antara IP dengan Tingkat pelayanan
Sumber: Bina Marga.
[6
Keterangan :
1 : Penunjangan, yaitu dari keadaan tak terukur menjadi keadaan tak mantap.
2 : Rehabilitasi, yaitu keadaan yang harus ditangani segera misal akibat banjir,
gempa, dll.
3 : Peningkatan (Betterment), yaitu dari keadaan tak mantap menjadi keadaan
mantap.
4 : Pemeliharaan (Maintenance), yaitu untuk tetap menjaga jalan tetap pada
daerah mantap selama umur rencana.
4,08 TON
»AN
,—•—A v
A
ii \L
i i tek*mn
•i S,S%7cm2
hdx lcm uk. 10.00x20.00
hd ie-15 em
12ply
Balok Benkelman seperti pada gambar 2.5. tediri atas 2 batang yang terbagi
menjadi 2 bagian oleh titik O. Pada balok tersebut terdapat arloji pengukur
dengan pembagian skala 0,01 mm atau 0,001 inch. Alat ini mempunyai kunci
sehingga mudah dibawa - bawa. Alat diletakkan diantara roda ganda ban
belakang. Selanjutnya pemeriksaan mengikuti prosedur sesuai dengan data apa
yang diinginkan. Dari pemeriksaan dengan alat Benkelman Beam ini dapat
diperoleh data tentang lendutan balik, lendutan balik titik belok, lendutan
maksimum dan cekung lendutan. Data yang banyak dipergunakan saat ini
adalah data lendutan balik.
ailoji pengukui
penggelai
walei pas
Tumil batang
baterai»- balang pengukui (beam toe,
Termometer
_Kerangka
PeHndung
• Pada titik tersebut dilanjutkan penggalian sampai kedalam dasar tebal lapis
permukaan (4 cm).
• Ratakan dasar lubang galian tersebut sehingga alas termometer permukaan
dapat diletakkan secara baik pada permukaan dasar galian tersebut.
• Letakkan termometer permukaan tegak lurus pada dasar lubang galian
sehingga alas termometer benar - benar bersinggungan pada permukaan
dasar lubang galian tersebut.
• Lindungi termometer tersebut terhadap sinar matahari langsung, dengan
payung atau alat pelindung lainnya.
• Pembacaan dilakukan setelah pengukuran berjalan sekitar 5 menit.
• Suhu yang terbaca dicatat sebagai temperatur bawah.
Perhitungan lendutan balik rata - rata :
d=— (2.6)
n
dimana:
d = Lendutan balik rata - rata, dalam suatu seksi jalan (mm).
^d = Jumlah lendutan balik tiap titik di dalam suatu seksi jalan (mm).
n = Jumlah titik pemeriksaan pada suatu seksi jalan.
Perhitungan standard deviasi:
„ )n (Ed')-fed)'
V n(n-l)
dimana:
S = Standard deviasi
n = Jumlah titik pemeriksaaan pada suatu seksi jalan.
d = Lendutan balik tiap titik pada suatu seksi jalan (mm).
Perhitungan besarnya lendutan balik yang mewakili suatu seksi jalan
( representative rebound deflection ) :
D = d + 2S (2.8)
dimana:
D = Lendutan balik yang mewakili suatu seksi jalan (mm).
d = Lendutan balik rata - rata, dalam suatu seksi jalan (mm).
23
S = Standard deviasi
Menentukan besarnya faktor keseragaman (FK), dengan mempergunakan rumus :
FK = = xlOO% (2.9)
d
dimana:
FK = Faktor keseragaman
S = Standard deviasi
d = Lendutan balik rata - rata, dalam suatu seksi jalan (mm).
Tabel 2.5. Nilai FK
FK (%) Standard Keseragaman Keterangan
<15 Sangat seragam Perkerasan bermutu baik
15-20 Seragam Mutu sedang
20-25 Baik Mutu sedang
25-30 Cukup Mutu sedang
30-40 Jelek Mutujelek
>40 Tidak seragam Mutujelek
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, Manual Pemeriksaan Perkerasan Jalan
Dengan Alat Benkelman Beam No. 01 'MN/B/1979,1979.
dimana:
X = Daya dukung perkerasan (AE 18 KSAL (Accumulative Equivalent 18 kip
Single Axle Load)).
Y = Lendutan balik yang diijinkan (sebelum diberi lapis tambahan) (mm).
^>
V
Ih-vmg
0 Ram 0 ^ Diy
TBME
Gambar 2.7. Hubungan antara skidnumber dan cuaca
Sumber : Haas & Hudson, Pavement Management Systems, 1978.
Metode pengukuran skid resistance (David Croney and Paul Croney, The Design
and Performance ofRoad Pavements, 1977):
a. Pengukuran secara langsung :
• ASTM E 274 "Standard Test Method for Skid Resistance of Paved
Surf'aces Using a Full-Scale Tire ".
• ASTM E 501 "Standard Specification for Standard Rih Tirefor Pavement
Skid-Resistance Tests ".
• ASTM E 670 "Standard Test Methodfor Side Force Friction on Paved
Surfaces Using the Mu - Meter".
• ASTM E 445 "Standard Test Method for Stopping Distance on Paved
Surfaces Usinga Passenger VehicleEauipped with Full-Scale Tires".
b. Pengukuran yang berhubungan dengan tekstur permukaan jalan :
Microtexture :
ASTM E 303 "Standard Method for Measuring Surface Friction
Properties Using the British Pendulum Tester". Hasilnya berupa Bristish
Pendulum Numbers (BPN).
Macrotexture :
Memakai metode Sand Patching Method (SPM) dengan menggunakan
dasar ASTM E 965 "Standard Test Method for Measuring Surface
Macrotexture Depth Using a Sand Volumetric Techniaue ".
27