Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

BUDAYA HUKUM MASYARAKAT SUKU DANI (PAPUA)

Disusun Oleh:

Putri Wulandari – 202110110311145

Kelas: C

Mata Kuliah: Antropologi Hukum

Dosen Pengampu: Endah Lestari, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN 2022
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah penduduk yang sangat
banyak dengan berbagai macam suku didalamnya. Berbagai macam suku bangsa ini bisa
menghasilkan bermacam-macam peradaban yang berbeda, yang kemudian menjadikan
Indonesia sebagai salah satu negara paling beragam di dunia. Indonesia kaya akan budaya dan
suku yang berbeda. Salah satu suku yang ada di Indonesia ialah Suku Dani dari Papua.

Dalam masyarakat terdiri dari tujuh unsur kebudayaan yang saling berkaitan.
Koentjaraningrat menyebutkan bahwa tujuh unsur kebudayaan universal terdiri dari bahasa,
sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan atau bisa disebut dengan organisasi sosial, sistem
peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, serta kesenian.

Dalam Suku Dani bahasa dibagi menjadi 3 jenis bahasa, yaitu bahasa keluarga wano yang
berdomisili di wilayah bokondini, lalu ada bahasa Dani pusat dengan dua logat yaitu logat
lembah besar dugawa dan juga Dani barat. Salah satu pengetahuan dari Suku Dani adalah
dengan cara mereka membuat tempat tinggal yang biasa disebut Honai, biasanya memiliki
bentuk yang bundar, berdinding kayu, atap jerami, serta memiliki pintu yang kecil. Sistem
kemasyarakatan Suku Dani bersifat patrilineal, serta pernikahan yang bersifat poligami,
kelompok kekerabatan dari Suku Dani yang terkecil adalah keluarga luas, yang terdiri dari dua
sampai tiga keluarga inti yang tinggal bersama dalam satu rumah besar . Sistem peralatan hidup
Suku Dani terdiri dari senjata tradisional seperti tombak, kapak, parang, serta busur anak panah.
Makanan pokok Suku Dani ialah berasal dari umbi-umbian seperti ubi jalar. Pakaian Suku Dani
menggunakan koteka dan salli. Sistem pencaharian hidup dalam Suku Dani sendiri ada 3, yaitu
berkebun, berternak babi, dan berburu. Kepercayaan Suku Dani berupa penghormatan kepada
roh nenek moyang yang dilakukan dalam bentuk upacara adat dan dilakukan dengan adanya
pesta babi. Kesenian dari Suku Dani banyak terlihat sebagai bentuk seni rupa seperti Hanoi,
Suku Dani juga sangat pandai dalam membuat alat-alat yang berbahan dasar batu bata seperti
Moliage, Valuk, Sege, selain itu Suku Dani juga pandai dalam membuat kerajinan dari
anyaman.

Suku Dani juga sangat erat kaitannya dengan adat istiadat, seperti pernikahan, pendidikan,
sistem kekerabatan, pernikahan, politik, dan perekonomiannya. Suku Dani juga memiliki
tradisi turun temurun yang dilakukan dari jaman leluhur sampai sekarang. Tradisi yang
dimaksud seperti potong jari, bakar batu, dan kaneka hasagir.

Potong jari yang dilakukan oleh masyarakat Suku Dani ketika kehilangan orang yang
sangat dicintainya, misalnya seperti kehilangan anggota keluarga. jadi, Suku Dani wajib
memotong jarinya sebagai ungkapan rasa sedih sekaligus untuk mencegah terulang kembalinya
malapetaka yang telah merenggut nyawa seseorang yang dicintainya. Bakar batu dilakukan
ketika salah satu dari warga Suku Dani melangsungkan pernikahan, baru melahirkan, jadi
semua warga Suku Dani akan menyambut dengan suka cita melalui bakar batu. Dan yang
terakhir yaitu kaneka hasagir, salah satu upacara penghormatan roh leluhur suku yang
merupakan jiwa terhormat dan yang mereka puja.

Suku Dani memiliki keunikan, seperti mumi yang diletakkan di depan rumah warga, serta
perang antar suku yang dilakukan setiap tahunnya. Warga Suku Dani memang identik sekali
dengan mumi leluhur, biasanya mumi ini mempunyai warna kulit yang hitam dengan posisi
duduk dan mulut terbuka, mumi ini biasanya diletakkan di depan rumah warga laki-laki. Perang
antar suku yang dilakukan di Suku Dani terjadi akibat dari salah paham antar suku, biasanya
Suku Dani menggunakan bambu, kayu, serta tulang. Perang ini biasanya dilakukan hingga tiga
hari setiap tahunnya dan biasa disebut dengan festival lembah baliem. Biasanya Suku Dani
melakukan tarian perang di festival lembah baliem, tarian ini biasanya dilakukan untuk
menyambut tamu dan melaksanakan upacara adat. Tarian ini menggunakan 6 alat musik
tradisional Papua barat, dan menggunakan senjata tombak hingga panah. Kini tarian perang
menjadi sebuah pertunjukan budaya bagi tamu yang datang ke Suku Dani.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara Suku Dani memilih pemimpin? (ascribed, achieved, dan assigned
status)
2. Bagaimana cara Suku Dani menyelesaikan sengketa pada masalah pidana dan perdata?

2. PEMBAHASAN

2.1 Cara Suku Dani Memilih Pemimpin

Kepala dari Suku Dani sangat banyak sekali, kepala suku dalam Suku Dani memiliki
batas wilayah kekuasaan dari sejak dahulu bahkan sampai sekarang. Meskipun wilayah yang
didiami oleh masyarakat luas sekali di daerah pegunungan Papua, tidak semua masyarakat
Suku Dani memiliki kepala suku yang sama atau satu orang. Seorang kepala suku memiliki
batas kekuasaan, dulu sebelum gereja masuk batas kekuasaan kepala Suku Dani itu ada, tetapi
setelah gereja masuk di wilayah pegunungan khususnya di Suku Dani, gereja menjadi patokan
atau batas wilayah kekuasaan, maksudnya satu gereja memiliki satu kepala suku. Jadi, kalau di
suatu wilayah atau satu kabupaten di Suku Dani ada 20 gereja, maka akan ada 20 kepala suku.

Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menentukan kepala dari Suku Dani. Kepala Suku
Dani tidak melalui proses pemilihan, kepala dari Suku Dani biasanya ditunjuk secara langsung
oleh masyarakat atau yang bisa disebut dengan assigned status, yang dimana masyarakat
sepakat untuk menunjuk seseorang dalam sukunya menjadi pemimpin atau yang biasa disebut
dengan kepala suku. Ada beberapa kriteria orang yang pantas untuk diangkat menjadi kepala
suku dalam Suku Dani secara umum, yaitu:

1. Mengerti dan memahami, serta mampu menerapkan adat istiadat dan budaya Suku Dani
dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Orang harus cakap, maksudnya dia mampu dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang terjadi dalam lingkungan kekuasaannya dengan baik. Dan keputusan-keputusan
itu dapat memuaskan pihak-pihak yang bertikai.
3. Orangnya harus berwibawa.
4. Punya jiwa sosial yang tinggi, suka membantu sesama masyarakat, dan suka
memberikan makan banyak orang, maksudnya dia sering mengadakan pesta dan
mengundang banyak orang untuk makan di rumahnya.
5. Menguasai banyak bahasa, maksudnya mampu menguasai bahasa-bahasa dari luar
bahasa Dani, seperti bahasa dari suku lain.
6. Punya kemampuan memimpin pasukan, baik mengatur strategi perang maupun dalam
medan peperangan jago dalam memanah.

Setelah memenuhi semua kriteria itu, maka secara otomatis akan diangkat menjadi kepala
suku dalam Suku Dani.

Kepala Suku Dani juga bisa datang dari faktor keturunan atau yang biasa disebut
dengan ascribed status, maksudnya jika kepala suku sudah tua, dia akan mempersiapkan
anak dari keturunannya untuk diangkat menjadi kepala suku, tentunya harus memenuhi
kriteria-kriteria yang dimiliki oleh ayahnya. Seperti dalam kehidupan sehari-hari harus
menyenangkan hati ayahnya.
2.2 Cara Suku Dani Menyelesaikan Sengketa Pidana dan Perdata
2.1.1 kasus pidana

konflik yang pernah terjadi di kampung Wulukubun Arso, di Provinsi Papua. Ini
merupakan salah satu konflik yang terjadi pada pertengahan tahun 2012, salah satu putri dari
Suku Dani di perkosa oleh anggota masyarakat dari Suku Mee. Masyarakat Dani sangat tidak
terima akan hal ini, secara spontan Suku Dani langsung menyerang masyarakat Suku Mee.
Sehingga, terjadilah konflik antara kedua suku tersebut. Dalam penyelesaiannya, kasus ini
ditangani langsung oleh kepala Suku Dani. Kepala Suku Dani dalam menyelesaikan konflik
langsung memanggil kedua belah pihak yang berkonflik untuk datang ke rumah kepala Suku
Dani. Pemanggilan ini bertujuan untuk mendengarkan nasehat serta putusan yang akan
diberikan langsung oleh kepala Suku Dani. Dalam proses penyelesaian konflik yang sedang
terjadi ini, kepala Suku Dani menyelesaikannya dengan aturan adat. Dalam memberikan sanksi
kepada pihak yang berkonflik, jika salah satu pihak terbukti bersalah dan telah melakukan
pelanggaran, maka sanksi yang diberikan oleh kepala Suku Dani masih menggunakan cara adat
masyarakat Dani. Yaitu dengan cara memberikan denda berupa uang dalam bentuk tunai, serta
denda hewan ternak. Dalam penjatuhan sanksi ini, tidak ditetapkan dari leluhur, melainkan
jumlah denda yang diberikan tergantung dari keputusan penyelesaian konflik. Besar denda
yang diminta dan disanggupi oleh pelaku konflik, merupakan salah satu cara untuk
memecahkan konflik yang sering terjadi. Masyarakat Suku Dani dalam menyelesaikan konflik
biasa menggunakan cara yang dikemukakan oleh David Lockwood, maksudnya disini yang
dimana kedua belah pihak yang terjadi sengketa bersama-sama harus bersepakat dalam
menunjukkan pihak ketiga yang akan memberikan nasehat, tentang bagaimana baiknya dalam
menyelesaikan konflik. Dan juga dengan cara kedua belah pihak yang berkonflik bersepakat
untuk menerima pihak ketiga yang akan memberikan putusan dalam menyelesaikan konflik
yang terjadi diantara mereka.

2.1.2 Kasus perdata

Perang antar Suku Dani dan Suku Moni yang terjadi di kampung Timika Gunung, pertikaian
antara kedua suku ini terjadi akibat dari perebutan sengketa lahan antara Suku Dani dan Suku
Moni. Ratusan warga yang terlibat bentrok saling serang menggunakan anak panah. Sejak
pertikaian dimulai, sudah ratusan orang mengalami luka-luka bahkan puluhan rumah dan lahan
perkebunan dibakar serta dirusak saat bentrok berlangsung. Penyebab perang ini terjadi
lantaran perebutan hak tanah ulayat lahan irigasi yang ada di jalan trans Mimika. Sampai
tanggal 12 Juni 2014 kedua suku melakukan perdamaian dengan menjalani serangkaian ritual
yang disaksikan oleh pemerintah setempat. Sebelum berdamai, Suku Dani dan Suku Moni
sepakat menjalani ritual pemasangan bambu yang berasal dari masing-masing suku, lalu kedua
suku tersebut saling berjabat tangan. Sebagai tanda bahwa kedua suku yang sedang bertikai
selama ini di Kabupaten Mimika telah sepakat berdamai. Mereka juga melakukan ritual yang
sakral yaitu upacara memanah babi, masing-masing dari kepala suku harus memanah seekor
babi yang sudah diikat di bambu. Ritual ini disaksikan oleh kedua suku. Setelah melakukan
ritual memanah babi, masing-masing kepala suku menyerahkan busur mereka.

3. PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

3.1.1 Kesimpulan Pemilihan Pemimpin Suku Dani

kepala dari Suku Dani sangat banyak sekali, dan kepala Suku Dani memiliki batas
wilayah kekuasaan. Salah satu cara yang dilakukan masyarakat Suku Dani dalam memilih
pemimpin, biasanya dengan ditunjuk langsung oleh masyarakat Suku Dani atau biasa disebut
dengan assigned status. Seseorang yang ditunjuk sebagai Suku Dani harus memiliki beberapa
kriteria, seperti harus mengerti, dan memahami, serta mampu menerapkan adat istiadat dalam
kehidupan bermasyarakat, orangnya harus cakap dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di
lingkungan kekuasaannya, harus berwibawa, harus mempunyai jiwa sosial yang tinggi dalam
membantu sesama masyarakat, menguasai banyak bahasa dari suku lain, serta harus mampu
dalam memimpin pasukan ketika sedang terjadi perang. Setelah itu akan otomatis diangkat
menjadi kepala dari Suku Dani. Kepala Suku Dani juga datang dari faktor keturunan atau biasa
disebut dengan ascribed status.

3.1.2 Kesimpulan Penyelesaian Sengketa Pidana dan Perdata

konflik yang terjadi di kampung Wulukubun, ketika salah satu anggota Suku Mee
melakukan tindak pidana perkosaan kepada Suku Dani. Akibat dari kejadian ini menimbulkan
konflik yang berlanjut ke peperangan. Kepala Suku Dani dalam menyikapi hal ini, dengan
melakukan pemanggilan kepada kedua belah pihak agar datang ke rumah kepala Suku Dani.
Selanjutnya kepala Suku Dani menggunakan aturan adat dalam memberikan sanksi kepada
pihak yang berkonflik. Pihak yang terbukti bersalah harus memberikan denda berupa uang dan
juga denda hewan. Besar denda yang diminta serta besar jumlah yang disanggupi merupakan
salah satu cara dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.
Konflik yang terjadi antara Suku Dani dan Suku Moni yang diakibatkan oleh perebutan
hak tanah ulayat lahan irigasi yang ada di jalan trans Mimika. Konflik ini memakan korban
jiwa dan ratusan orang luka-luka. Sampai 12 Juni 2014 kedua suku ini sepakat untuk berdamai
dan melakukan beberapa ritual yang disaksikan oleh kedua suku dan pemerintah setempat.
Sebelum resmi berdamai, kedua suku ini melakukan ritual pemasangan bambu yang berasal
dari masing-masing suku. Setelah itu kedua suku ini melakukan ritual memanah seekor babi,
dan yang terakhir masing-masing kepala suku menyerahkan busur mereka.

3.2 SARAN

3.2.1 Saran Pemilihan Pemimpin Suku Dani

Dalam pemilihan kepala Suku Dani memang memiliki caranya sendiri dalam
menentukan pemimpinnya, seperti ditetapkannya kepala suku berdasarkan garis keturunan.
Kepala Suku Dani tersebut sebaiknya harus benar-benar layak menjadi kepala suku, bukan
hanya mengikuti dari garis keturunan.

3.2.2 Saran Penyelesaian Sengketa Pidana dan Perdata

Perlunya jalinan silaturahmi dan hubungan yang baik sesama suku, agar konflik yang
biasanya terjadi dapat tercegah dengan baik tanpa adanya peperangan yang dapat memakan
korban jiwa.

Dalam kasus ini seharusnya konflik tidak terjadi, masing-masing suku seharusnya tidak
merebut lahan tanah yang memang bukan haknya. Dan seharusnya jika terjadi konflik, masing-
masing kepala suku harus melakukan penyelesaian secara baik tanpa adanya perang, agar tidak
menimbulkan banyak korban jiwa akibat dari perang ini.

4. DAFTAR PUSTAKA

Agil Antono, 2018. Kebudayaan Suku Dani Yang Wajib Diketahui, (https://ilmuseni.com,
diakses pada tanggal 11 Januari 2022).

Batavusqu, 2009. Pernikahan Adat Suku Dani Di Papua, (https://zipoer7.wordpress.com,


diakses pada tanggal 11 Januari 2022).

Dewi Kunthi, Adat Dan Budaya Suku Dani Di Tanah Papua, (https://www.academia, diakses
pada tanggal 11 Januari 2022).
Ilham Setyawan, 2020. Suku Dani, Penguasa Lembah Papua Yang Abadi,
(https://umbelen.com, diakses pada tanggal 11 Januari 2022).

Nusen Wenda, Johannis Kaawoan, Neni Kumayas, Peran Kepala Suku Dani Dalam
Menyelesaikan Konflik Di Kampung Wulukubun Arso 14 Distrik Skanto Kabupaten Keerom
Provinsi Papua, (E-Journal Universitas Sam Ratulangi (unsrat.ac.id), diakses pada tanggal 11
Januari 2022).

Purnomo Edogawa, Religi Dan Budaya Suku Dani Di Papua, (https://www.academia, diakses
pada tanggal 11 Januari 2022).

Winny Destria Putia, 2018. Perang Antara Suku Moni Dan Suku Dani Di Tiika Papua,
(https://id.scribd.com, diakses pada tanggal 12 Januari 2022).

Yosin Kogoya, Suku Dani Di Papua Memiliki Banyak Kepala Suku,


(https://www.youtube.com, dilihat pada tanggal 12 Januari 2022).

Anda mungkin juga menyukai