Anda di halaman 1dari 2

NAMA : PUTRI WULANDARI

NIM : 202110110311145
KELAS : 3A
MATA KULIAH : HUKUM INTERNASIONAL
DOSEN PENGAMPU : CEKLI SETYA PRATIWI, S.H., LL.M.,M.CL.

UAS HUKUM INTERNASIONAL


PERSPEKTIF HUKUM HAM

Hak Asasi Manusia merupakan sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan
bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia.
Hak Asasi Manusia berarti kebebasan setiap orang dibatasi oleh hak asasi orang lain, hal ini
berarti bahwa setiap orang mengemban kewajiban mengakui dan menghormati hak asasi orang
lain. Hak Asasi Manusia sendiri dapat dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat tertentu,
biasanya ditentukan oleh hukum, yang memiliki tujuan sah dan diperlukan dalam suatu
masyarakat demokratis. Sementara untuk pengurangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan
darurat yang mengancam kehidupan bangsa. Perlindungan Hak Asasi Manusia bagi setiap
warga merupakan wujud negara hukum (the rule of law). Salah satu ciri dari negara hukum
atau the rule of law adalah adanya jaminan perlindungan HAM oleh negara kepada warga
negara. Namun perbuatan kumpul kebo dilarang oleh Undang-Undang, yang dimana setiap
orang mempunyai hak atas perbuatan dan pilihannya. Sedangkan dalam RKUHP perbuatan
kumpul kebo sendiri dilarang dan dapat dipidana, dari hal tersebut bisa kita lihat bahwa Hak
Asasi Manusia tidak berlaku untuk perbuatan kumpul kebo yang dimana harusnya negara
memberikan jaminan perlindungan HAM kepada warganya.
Dalam RKUHP mengenai zina atau perbuatan kumpul kebo menjadi perhatian publik, yang
dimana aturan tersebut dimuat dalam Pasal 418 Ayat (1) yang berbunyi “Setiap orang yang
melakukan hidup bersama sebagai suami istri di luar perkawinan dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) bulan atau dengan pidana denda paling banyak kategori II.
Besaran denda kategori II sebagaimana tercantum dalam Pasal 79 sebesar Rp 10 juta. Seperti
yang sudah dijelaskan dalam pendahuluan diatas yang dimana harusnya negara melindungi dan
memberikan jaminan HAM kepada warga negaranya bukan malah ikut campur terlalu jauh
terhadap keputusan yang diambil setiap warganya. Dimana dalam pengertian yang paling
umum, Hak Asasi Manusia merupakan hak yang dimiliki untuk setiap individu sebagai
konsekuensi menjadi manusia, terlepas dari tindakan hukum. Bahwa adanya Hak Asasi
Manusia ada karena dia adalah manusia.
Dari permasalahan diatas bisa dilihat bahwa sebenarnya perbuatan kumpul kebo sah-sah
saja karena setiap orang mempunyai hak atas setiap perbuatan yang dilakukannya. Karena
perbuatan kumpul kebo dulunya tidak ada larangan dan baru ada larangannya dalam kitab
undang-undang hukum pidana baru-baru ini. Perbuatan kumpul kebo tidak salah dan tidak
merugikan orang lain asalkan lelaki atau perempuannya tidak mempunyai pasangan atau sudah
menikah. Karena mereka pasti mempunyai alasan kenapa melakukan perbuatan kumpul kebo
tersebut. Seperti kasus yang pernah terjadi di Indonesia dimana perbuatan kumpul kebo
tersebut terjadi karena ada perbedaan dari keduanya yang dimana sang wanita beragama katolik
dan pacarnya (laki-laki) beragama islam. Kalau kita melihat dari segi agama, masyarakat
Indonesia terhadap perbuatan keduanya melarang karena dianggap dosa dan tidak
memperbolehkan menikah bagi mereka yang berbeda agama, maka dari itu keduanya
memutuskan untuk melakukan kohabitasi. Kalau kita melihat unsur rule of the law bagian
ketiga yang dimana terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh Undang-Undang serta keputusan-
keputusan pengadilan, yang memiliki pengertian bahwa setiap negara wajib menghormati,
menjamin, dan melindungi hak-hak asasi setiap warga negaranya dan jaminan terhadap
perlindungan HAM warga negara yang harus diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Dari unsur tersebut negara harus menghormati nilai-nilai HAM warga negaranya dan tidak
semua pelanggar agama harus dikriminalisasi oleh pemerintah. Dengan cara memidanakan
dengan tujuan mendidik orang karena perbuatan kumpul kebo tersebut berarti negara
mengabaikan pentingnya penghormatan nilai-nilai HAM warga negaranya dan negara berarti
gagal melaksanakan kewajiban untuk menghormati (obligation to respect). Dengan
memidanakan perbuatan kumpul kebo maka negara dapat dikatakan tidak menjalankan
kewajibannya untuk melindungi HAM yang dimana dalam KUHP yang baru tersebut negara
tidak menjamin HAM dan justru peraturan yang dibuat malah membas-batasi atau meniadakan
HAM warga negaranya. Negara yang dibebani kewajiban berdasarkan Hukum Internasional
untuk menghormati (to respect), melindungi (to protect) dan memenuhi (to fulfil) HAM setiap
warga negaranya. Kewajiban menghormati berarti negara harus menahan diri dari mengganggu
atau membatasi penikmatan hak asasi manusia. Seperti yang dijelaskan oleh ibu Cekli Setya
Pratiwi dalam seminar “Pros and cons of new criminal code ratification related to adultery and
cohabitation” yang dimana beliau mengatakan bahwa “Sebenarnya negara tidak penting
mencampuri terlalu jauh urusan warga negaranya karena ini juga dijamin dalam konstitusi hak
privasi, kalau negara membentuk UU untuk membatasi hak privasi seseorang, negara harus
melihat karena pembatasan melalui UU harus berdasarkan beberapa pokok, artinya normalnya
tidak boleh multi tafsir. Oleh karena itu ketika kita membatasi hak privasi seseorang karena
dianggap membahayakan maka membahayakannya itu dimana dan harus jelas negara
meluruskan tidak boleh serampangan karena kalau regulasi yang dibuat secara serampangan
itu akan sangat mudah ditafsirkan dan akan sangat mudah di selewengkan”. Indonesia sendiri
merupakan negara dengan kultur yang sangat ketimuran dan religius, sehingga keberadaan
norma itu normal. Namun secara universal pandangan mengenai Hak Asasi Manusia bersifat
liberal sehingga hal-hal terkait perzinahan dan kohabitasi adalah hak personal dan tidak perlu
di intervensi oleh negara karena kalau dilihat dari segi religi untuk perbuatan dosa ditanggung
oleh masing-masing dan tidak merugikan orang lain. Dengan adanya aduan absolut menjadi
jalan tengah dari kelompok religi atau dari kelompok liberal karena perbuatan kohabitasi hanya
bisa diadukan oleh pihak yang berhak, misal suami atau istri dalam perkawinan atau anak dan
orang tua jila pelaku tidak dalam perkawinan. Dengan adanya delik ini maka pemerintah daerah
tidak boleh membuat peraturan daerah (perda) yang membuka ruang adanya razia praktik
perzinahan atau kohabitasi karena itu bukan lagi wilayah delik biasa. Demikian juga organisasi-
organisasi keagamaan tidak bisa melakukan operasi di hotel atau penginapan dengan alasan
memberantas zina jika tidak ada aduan dari mereka yang berhak.
Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa Hak Asasi Manusia ada untuk melindungi
dan menjamin HAM oleh negara kepada warganya. Dalam perbuatan kumpul kebo yang
merupakan permasalahan pribadi dan perbuatannya tersebut mempunyai hak privasi jadi
negara tidak dapat mengkriminalkannya. Karena tidak semua pelanggar agama harus di
kriminalisasikan oleh pemerintah karena setiap orang berhak atas perbuatan yang dilakukannya
asalkan tidak merugikan orang lain. Setiap warga negara berhak atas hak privasinya yaitu (hak
untuk hidup, hak untuk merasa aman, hak untuk berkeluarga, melindungi kehormatan dan
reputasi). Penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak privasi seseorang dan hak lainnya
merupakan kewajiban negara.

Anda mungkin juga menyukai