Anda di halaman 1dari 34

“ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI”

Tanggung jawab Ilmuwan & Seniman


Agama dan Kesehatan
Agama dan Keperawatan

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
ADELIA 231447231
DEVA ARTIKA 231447237
FARHANAH 231447243
MEIDY PRATAMA 231447249
RAMEYZA ALYA 231447255
YONAVIA CHANIA SELAN 231447261

Dosen Pengampu : Rudi Irawan, M.Pd.I


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BELITUNG
POLTEKKES KEMENES RI PANGKALPINANG
TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillah segala puji bagi


Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya dan tak lupa kita
panjatkan puji dan syukur kepada berkat dan karunia-Nya lah kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Tanggung jawab Ilmuwan &
Seniman Agama dan kesehatan, Agama dan keperawatan” dengan lancar. Penyusunan
makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Agama oleh Bapak Rudi Irawan,
M.Pd.I. Dalam proses penyusunan tak lepas dari bantuan dan arahan serta masukan dari
berbagai macam pihak untuk itu kami ucapkan terimakasih banyak atas bantuan yang
kami terima. Meski demikian kami menyadari masih banyak kekurangan serta kesalahan
didalam penulisan makalah ini, sehingga kami meminta saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak.

Tanjungpandan, 6Agustus 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ........................................................ 3
2.2. Pandangan Islam Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi .............................. 5
2.3. Tanggung Jawab Ilmuan dan Seniman ................................................................... 8
2.3.1. Pengertian Tanggung Jawab ................................................................................ 8
2.3.2. Prinsip Tanggung Jawab ...................................................................................... 9
2.3.3. Bentuk Tanggung Jawab .................................................................................... 12
2.3.4. Tanggung Jawab Ilmuwan ................................................................................. 14
2.3.5. Tanggung Jawab Seniman ................................................................................. 18
2.4. Agama dan Kesehatan ............................................................................................ 22
2.4.1. Pola Hubungan Agama dan Kesehatan .............................................................. 22
2.4.2. Aspek Agama dalam Kesehatan ........................................................................ 23
2.4.3. Aspek Kesehatan dalam Agama ........................................................................ 23
2.4.4. Fungsi Agama bagi Kesehatan........................................................................... 24
2.5. Agama dan Keperawatan ....................................................................................... 25
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 29
3.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 29
3.2. Saran......................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia merupakan mahluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna,
yang membedakan kesempurnaan manusia dengan mahluk-mahluk lainnya adalah
akal, Allah SWT membekali akal bagi manusia untuk keberlangsungan hidupnya,
agar tercipta suasana yang kondusif, sehingga sesuai dengan tujuan diciptakannya
manusia yaitu sebagai Khalifah fil-ard ( wakil Tuhan di bumi), yang membawa
misi Rahmatan lil‟alamin (kasih sayang bagi seluruh alam).

Dengan akal pikiran yang telah diberikan oleh Allah SWT, manusia
dituntut untuk mengembangkannya, yaitu dengan jalan mencari ilmu pengetahuan.
Sebagaimana yang terdapat dalam sabda-sabda RasulNya, yaitu Muhammad
SAW, yang megumandangkan kewajiban mencari ilmu bagi umat Muslim.
Rasulullah SWA memprioritaskan umatnya untuk mencari ilmu syar‟i, yaitu demi
pembentukan sikap dan prilaku yang mengandung unsur Akhlakul Karimah.

Dewasa ini banyak perkembangan-perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi, semisal dalam bidang elektronika ada televisi, radio, komputer. Bidang
otomotif ada mobil, pesawat terbang, kapal. Bidang kedokteran ada bayi tabung,
cangkok ginjal, cloning, dan lain sebagainya. Yang semakin lama semakin
berkembang.

Berkenaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, maka umat


Islam yang notabennya memprioritaskan pendidikannya dalam lingkup syar‟i akan
jauh ketinggalan dibandingkan dengan orang-orang barat yang mayoritas non
Muslim. Dengan pendalaman ilmu-ilmu syar‟i saja, umut Muslim akan terpuruk,
dan selalu di jajah dengan adanya kebutuhan-kubutuhan yang harus dipenuhi dari
hasil ciptaan dan karya orang-orang barat. Maka dari itu, kita akan mencoba
mengkaji pandangan Islam tentang ilmu pengetahuan dan teknologi demi
meningkatkan pemahaman Islam yang secara totalitas dan tidak parsial, dan juga
demi kemajuan umat Islam dalam segala bidang ilmu.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam islam?
2. Apa yang menjadi tanggung jawab para ilmuan dan seminal menurut
pandangan islam ?
3. Apa hubungan agama dan kesehatan menurut pandangan islam ?
4. Apa hubungan agama dan keperawatan menurut pandangan islam ?

1.3. Tujuan
Agar mampu memahami dan mengamalkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalan syariat islam, mengetahui tanggung jawab yang disandang oleh
ilmuan dan seniman dari sudut pandang agama islam, serta memahami hubungan
atara kesehatan dan keperawatan yang sesuai dengan tuntunan agama islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Ilmu pengetahuan jika dimaknai secara terpisah, dapat diartikan dari kata
dasar ilmu. Ilmu serapan bahasa arab „alama yang memiliki makna pengetahuan.
Menurut Oxford Dictionary, ilmu adalah aktivitas berfikir yang meliputi tentang
sistematika, perilaku dan struktur.

Sementara ilmu dalam perspektif bahasa Indonesia, ilmu adalah


pengetahuan tentang bidang tertentu yang dibuat secara sistematis. Jika dipandang
secara holistik, maka ilmu adalah kumpulan pengetahuan berdasarkan sumber dan
teori yang telah disepakati secara bersama.

Jika ilmu dan pengetahuan digabung, maka secara sederhana dapat


disimpulkan sebagai ilmu yang menyelidiki, meningkatkan, menemukan demi
tujuan memberikan pengertian kepada para pembacanya. Dimana manusia itu
sendiri memiliki rasa penasaran sebagai bentuk kebutuhan.

Maka, lahirlah ilmu pengetahuan dari berbagai pandangan yang sifatnya


memberikan informasi, memberi pengetahuan dan memberi pengalaman bagi
yang mau menerima ilmu itu sendiri.

Dalam kehidupan manusia banyak menedapat pengalaman, dari


pengalaman itu didapatkan sejumlah pengetahuan atau knowledge yang memiliki
sifat keajegan tertentu tanpa kemampuan untuk menjelaskan sebab-sebabnya
secara terinci dan rasional. Pengetahuan demikian banyak macamnya dalam
kehidupan ini. Tiap manusia berbeda jumlah dan macamnya pengalaman yang
dimiliki tersebut, tanpa ada kemampuan untuk menjelaskannya.

Kalau ingin mampu memberikan penjelasan maka masih diperlukan


kegiatan yang lebih intens untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih utuh
daripada umumnya pengetahuan yang ada. Untuk itu perlu didukung oleh
sejumlah kegiatan berikutnya yang lebih serius guna mendapatkan intisari

3
pengetahuan tersebut hingga dapat dipedomani untuk perencanaan, prediksi-
prediksi maupun kontrol atas kebenarannya.

Kombinasi usaha mencari pendekatan rasional dan mengumpulkan fakta-


fakta empiris inilah yang bias disebut dengan pendekatan mendapatkan
pengetahuan dengan metode keilmuan. Melalui metode keilmuan akan didapatka
“ilmu” dari sejumlah “pengetahuan”, yang memiliki cirri-ciri tertentu, sebagai
pembeda dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang belum teruji.
(pengetahuan = knowledge, sedang ilmu = science atau sains). Jadi ilmu adalah
pengetahuan yang memenuhi cirri-ciri tertentu dan disinilah dibakukan menjadi
“ilmu pengetahuan”, yang kedua terminology tersebut digabung menjadi satu kata.
Dapat juga dirumuskan bahwa ilmu ialah sebagai “pengetahuan yang ilmiah”.

Jadi Ilmu pengetahuan secara global, dapat diartikan sebagai kumpulan


ilmu pengetahuan yang disusun secara metodologi dan sistem. Tujuannya untuk
mencapai ilmu secara universal dan dari segi kebenarannya dapat diverifikasi.
Ilmu pengetahuan itu sendiri sebenarnya bersifat terbuka, dapat dijadikan sebagai
problem solving terhadap masalah dan bersifat plural.

Sedangkan teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk


memecahkan masalah guna mencapai suatu tujuan tertentu. Adapun tujuan
manusia dalam kehidupan ini dapat menjadi banyak sekali, yang kesemuanya itu
ditentukan oleh niatnya, sebagaimana yang disebut dengan “semua amal itu
tergantung pada niatnya”.

Kedudukan ilmu pengetahuan sendiri sebagai ilmu dasar jelas netral.


Setelah digunakan manusia untuk diterapkan guna mencapai suatau tujuan,
barulah dapat dinilai apakah penerapan itu dapat dibenarkan oleh agama atau
tidak.

Adapun hubungan antara ilmu pengetahuan dan teknologi yang biasa kita
singkat dengan IPTEK yang merupakan cabang ilmu yang harus dikuasai dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah menunjukkan bahwa
kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

4
Mengutip buku Perubahan Pengetahuan Teknologi Mendukung Kualitas
Sumber Daya Manusia di Era New Normal, teknologi menggunakan ilmu
pengetahuan untuk memecahkan masalah. Sebaliknya, ilmu pengetahuan
menggunakan teknologi untuk membuat penemuan baru.

Tujuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menemukan solusi


untuk sebuah masalah. Dengan tujuan tersebut, ilmu pengetahuan dan teknologi
berjalan beriringan. Masing-masing saling membantu untuk sebuah kemajuan.

Contohnya, ilmu pengetahuan ilmiah digunakan untuk menciptakan


teknologi seperti teleskop luar angkasa. Sementara teknologi memungkinkan para
ilmuwan mengeksplorasi dan menjelajah galaksi serta seisinya.

2.2. Pandangan Islam Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dengan uraian secara deskriptif di atas, maka judul makalah ini dapat
didekati agak menjadi lebih jelas yang menghubungkan antara ajaran agama Islam
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agama Islam banyak memberikan
penegasan mengenai ilmu pengetahuan baik secara nyata maupun secara tersamar,
seperti yang disebut dalam surat Al-Mujadalah ayat 11.

ّٰ ‫ح‬
‫ّللاُ لَ ُك ْۚ ْن َّاِ َذا قِ ْي َل‬ ِ ‫ط فَا ْف َعحُْْ ا يَ ْف َع‬ ِ ِ‫ٰيٰٓاَيَُِّا الَّ ِر ْييَ ٰا َهٌُ ْْٰٓا اِ َذا قِ ْي َل لَ ُك ْن دَفَ َّعحُْْ ا فِى ْال َو ٰجل‬
ّ ٰ َّ ‫خ‬
‫ّللاُ ةِ َوا‬ ّ ٰ ‫ا ًْ ُش ُصّْ ا فَا ًْ ُش ُصّْ ا يَسْ فَ ِغ‬
ٍ ٍۗ ‫ّللاُ الَّ ِر ْييَ ٰا َهٌُْْ ا ِه ٌْ ُك ْۙ ْن َّالَّ ِر ْييَ اُّْ دُْا ْال ِؼ ْل َن َد َز ٰج‬
َ‫دَ ْؼ َولُْْ ى‬

" Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah


kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Mahateliti apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Mujadalah ayat 11)

Maksudnya sebagai berikut : sama-sama dari kelompok yang beriman,


maka Allah SWT akan masih meninggikan derat bagi mereka, ialah mereka yang
berilmu pengetahuan.

5
Orang berilmu pengetahuan berarti menguasai ilmu dan memilki
kemampuan untuk mendapatkan dan menjelaskannya. Untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan diperlukan antara lain adanya sarana tertentu, yakni yang disebut
“berpikir”. Jelasnya berpikir pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, apabila di dalam Al-Qur‟an sering-sering disebut dengan


kata-kata “berpikir” atau “berpikirlah” dan sebagainya. Dalam arti langsung
maupun dalam arti sindiran dapat kita artikan juga sebagai perintah untuk mencari
atau menguasai ilmu pengetahuan.

Dalam Al-qur‟an dan Hadist sangat banyak ayat-ayat yang menerangkan


hubungan tentang ajaran Islam dengan ilmu pengetahuan serta pemanfaatannya
yang kita sebut Iptek. Hubungan tersebut dapat berbentuk semacam perintah yang
mewajibkan, menyurum mempelajari, pernyataan-pernyataan, bahkan ada yang
berbentuk sindiran. Kesemuanya itu tidak lain adalah menggambarkan betapa
eratnya hubungan antara Islam dan Iptek sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lainnya. Tegasnya hubungan antara Islam dan Iptek adalah
sangat erat dan menyatu.

Dalam pandangan Islam, Iptek juga di gambarkan sebagai cara mengubah


suatu sumber daya menjadi sumber daya lain yang lebih tinggi nilainya, hal ini
tercover dalam surat Ar-Ra‟d ayat 11.

‫ّللاَ ََل يُ َغيِّ ُس َها‬ ّ ٰ ‫ّللاِ ٍۗاِ َّى‬


ّ ٰ ‫خ ِّه ْۢ ْي ةَ ْي ِي يَ َد ْي َِ َّ ِه ْي َخ ْلفِ َٖ يَحْ فَظُْْ ًََٗ ِه ْي اَ ْه ِس‬ ٌ ‫لََٗ ُه َؼقِّ ٰت‬
ّ ٰ ‫ةِقَْْ ٍم َح ٰذّى يُ َغيِّسُّْ ا َها ةِا َ ًْفُ ِع ِِ ٍۗ ْن َّاِ َذآٰ اَ َزا َد‬
َٖ ًِ ّْ‫ّللاُ ةِقَْْ ٍم ظ ُْْْۤ ًءا فَ ََل َه َس َّد لََٗ ْۚ َّ َها لَُِ ْن ِّه ْي ُد‬
‫ِه ْي َّّا ٍا‬

Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran,


dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak
ada pelindung bagi mereka selain Dia.(QS Ar-Ra‟d ayat 11)

6
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya Al-Qur‟an
telah mendorong manusia untuk berteknologi supaya kehidupan mereka
meningkat. Upaya ini harus merupakan rasa syukur atas keberhasilannya dalam
merubah nasibnya. Dengan perkataan lain, rasa syukur atas keberhasilannya
dimanifestasikan dengan mengembangkan terus keberhasilan itu, sehingga dari
waktu kewaktu keberhasilan itu akan selalu maningkat terus.

Pada masa Nabi sudah ada penemuan-penemuan yang bisa dinamakan


dengan Iptek, sepertihalnya Iptek dalam dunia pertanian. Para sahabat Nabi
pernah melalukan pembuahan buatan (penyilangan atau perkawinan) pada pohon
kurma. Lalu Nabi menyarankan agar tidak usah melakukannya. Kemudian
ternyata buahnya banyak yang rusak dan setelah itu dilaporkan kepada Nabi, maka
Nabi berpesan “ Abirruu antum a’lamu biumuuri dunyaakum” (lakukanlah
pembuahan buatan! Kalian lebih mengetahui tentang urusan dunia kalian).

Di dalam Al-Qur‟an disebutkan juga secara garis besar, tentang teknologi.


Yaitu tentang kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman lainnya,
tentang penciptaan mahluk hidup, termasuk manusia yang didorong hasrat ingin
tahunya, dipacu akalnya untuk menyelidiki segala apa yang ada di sekelilingnya,
meskipun Al-Qur‟an bukan buku kosmologi, atau biologi, atau sains pada
umumnya, namun Al-Qur‟an jauh sekali dalam membicarakan teknologi.

Dari beragam uraian di atas bahwasanya kita dapat melihat sendiri


bagaimana pandangan Islam terhadap Iptek. Dalam pedoman utamanya (Al-
Qur‟an), banyak disebutkan sesuatu hal yang berkaitan dengan Iptek, hal ini
menunjukkan bahwa Islam sangat erat sekali dengan Iptek. Jadi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi ini merupakan wujud dari implikasi Al-Qur‟an
yang sebenarnya. Banyak seruan-seruan di dalamnya yang menganjurkan manusia
untuk berfikir dan mengembangkan potensinya dalam pengetahuan. Namun satu
hal yang sangat disayangkan, umat muslim sangat rendah dalam bidang Iptek,
sehingga ketinggalan perkembangan dengan orang-orang non muslim. Semoga
dengan ini umat Islam sadar dan mau mengembangkan pengetahuannya dalam
berbagia hal, sehingga menjadi umat yang berkualitas dengan adanya ketakwaan
dan pengetahuan yang ditinggi.

7
Nah, dengan demikian dapatlah kita tarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) adalah keilmuan yang tinggi yang
dimiliki oleh seseorang dan mampu menjadi alat untuk menyelesaikan
masalah.

b. Pandangan Islam terhadap Iptek adalah Iptek merupakan suatu hal yang tidak
bisa ditinggalkan oleh seseorang, karena sangat pentingnya Iptek, maka hal
tersebut sering disebut dalam Al-Qur‟an. dalam arti Islam sangat
menganjurkan pengembangan Iptek.

2.3. Tanggung Jawab Ilmuan dan Seniman

2.3.1. Pengertian Tanggung Jawab

Dalam pandangan agama islam setiap kegiatan manusia mesti


dipertanggungjawabkan, baik terhadap Allah maupun terhadap sesama
manusia, tanggung jawab tersebut harus sesuai dengan nilai-nilai yang
berasal dari Tuhan maupun yang dibuat oleh manusia.

Sehubungan dengan itu pada bagian ini akan dijelaskan tentang pengertian
tanggung jawab. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata tanggung jawab
diartikan sebagai perbuatan (hal dan sebagainya) bertanggung jawab atau
sesuatu yang dipertanggungjawabkan. Istilah tanggung jawab dalam bahasa
Inggris disebut responsibility atau dikenal dengan istilah populer
accountability, dalam bahasa agama disebut hisab (perhitungan).

Dalam bahasa Indonesia disebut responsibilitas dan akuntabilitas artinya


pertanggungjawaban. Dalam kata lain tanggung jawab adalah suatu
perbuatan yang harus memenuhi ketentuan dari yang melakukan sesuai
dengan yang dituntut oleh yang memberi perintah. Atau tanggung jawab
berarti siap menerima dan melaksanakan kewajiban atau tugas.

Kata tanggung jawab belum berarti apa-apa jika tidak dihubungkan dengan
aktivitas yang dipertanggungjawabkan, misalnya kita sebagai seorang
ilmuwan, menjadi tanggung jawab ilmuwan, artinya bagaimana tanggung
jawab seorang ilmuwan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan

8
keilmuan. Jika dihubungkan dengan seniman, menjadi tanggung jawab
seniman artinya bagaimana tanggung jawab seorang seniman terhadap
berbagai hal yang berkaitan dengan kesenian.

Sering kita mendengar istilah tanggung jawab moral, artinya suatu sikap diri
dalam melakukan sesuatu aktivitas selalu mempertimbangkan masalah
moral. Ia tidak mau melakukan sesuatu aktivitas sekalipun membawa
keberuntungan jika hasil perbuatannya dapat merusak moral masyarakat.

2.3.2. Prinsip Tanggung Jawab

Prinsip tanggung jawab menurut pandangan agama islam adalah: prinsip


amanah, prinsip iman dan prinsip prestasi.

Prinsip amanah, dalam ajaran agama islam bahwa keahlian apapun bentuk
dan macamnya pada dasarnya adalah merupakan realisasi dari pelaksanaan
fungsi kekhalifahannya di muka bumi, setidaknya ada 4 unsur:

 Unsur pertama; Allah SWT pemberi tugas.

 Unsur kedua; bentuk tugas manusia mengolah alam.

 Unsur ketiga; yang melaksanakan fungsi kekhalifahan adalah


manusia.

 Unsur keempat; etika dan moral yang harus ditegakkan dalam rangka
melaksanakan kekhalifahannya.

Berkaitan dengan unsur yang pertama kita harus melaksanakan sesuai


dengan yang member tugas yaitu Allah SWT. Perhatikan penjelasan Al-
qur‟an pada surat Hud pada bagian ayat 61 (QS. 11: 61)

َْ ٍُُۗ ٍُٗ ‫ّللاَ َها لَ ُك ْن ِّه ْي اِ ٰل ٍَ َغ ْيس‬ ّ ٰ ‫صلِحًا ۘ قَا َا ٰيقَْْ ِم ا ْػتُ ُدّا‬ ٰ ‫۞ َّاِ ٰلى ثَ ُوْْ َد اَ َخاُُ ْن‬
ٌ‫ض َّا ْظذَ ْؼ َو َس ُك ْن فِ ْيَِا فَا ْظذَ ْغفِسُّْ ٍُ ثُ َّن دُْْ ة ُْْٰٓا اِلَ ْي َِ ٍۗاِ َّى َزة ِّْي قَ ِسيْب‬
ِ ْ‫اَ ًْ َشا َ ُك ْن ِّهيَ ْاَلَز‬
ٌ‫ُّه ِجيْب‬

dan kepada kaum samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata,
“Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia

9
telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-
Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan
memperkenankan (doa hamba-Nya).”(QS Hud : 61)

Penjelasan di atas bahwa tugas manusia di bumi ini untuk menciptakan


kemakmuran dengan bekerja keras. Namun ayat ini mengingatkan bahwa
yang menugaskan pekerjaan tersebut adalah Allah. Dengan adanya prinsip
bahwa tugas yang ada pada kita sebagai anugerah dari Allah, maka segala
apa yang disandangnya selalu diabdikan untuk ibadah kepada Allah. Hal ini
merupakan penegakan dari amanah yang harus dijunjung tinggi. Sesuai
dengan penjelasan Al-qur‟an, surat Al-Anfaal ayat 27 (QS 8: 27);

ّ ٰ ‫ٰيٰٓاَيَُِّا الَّ ِر ْييَ ٰا َهٌُْْ ا ََل دَ ُ ْْ ًُْا‬


َ‫ّللاَ َّال َّسظُْْ َا َّدَ ُ ْْ ًُ ْْٰٓا اَهٰ ٌٰذِ ُك ْن َّاَ ًْذُ ْن دَ ْؼلَ ُوْْ ى‬
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui.(QS Al-Anfaal : 27)

Prinsip Iman, tanggung jawab dalam pandangan agama tidak terlepas dari
pelaksanaan iman. Iman bukan hanya keyakinan yang kuat dalam hati, tetapi
perlu diwujudkan dalam pernyataan lisan dan diamalkan dalam tindakan.
Maka iman menuntut adanya pembuktian. Pembuktian yang paling kokoh
dan meyakinkan adalah perbuatan dalam wujud kerja yang sesuai dengan
keahlian. Dengan demikian maka tanggung jawab dapat muncul dari
tanggung jawab iman, dan harus berdampak kepada tanggung jawab
perbuatan yang saleh. Al-qur‟an menjelaskan dalam Surat Al-Fath bagian
terakhir ayat 29 (QS 48: 29).

‫خ ِه ٌُِْ ْن َّه ْغفِ َسثً َّّاَجْ سًا َػ ِظ ْي ًوا‬


ِ ‫صلِ ٰح‬ ّ ٰ ‫َّ َػ َد‬
ّ ٰ ‫ّللاُ الَّ ِر ْييَ ٰا َهٌُْْ ا َّ َػ ِولُْا ال‬

Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan


kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar. (QS Al-Fath
bagian terakhir ayat 29)

10
Kemudian dalam Surat Al-Ashr ayat 1-3 (QS. 102: 1-3).

‫َّ ْال َؼصْ ْۙ ِس‬

Demi masa,

ِ ْ ‫اِ َّى‬
ٍ ْۙ ‫اَل ًْ َعاىَ لَفِ ْي ُخع‬
‫ْس‬

sungguh, manusia berada dalam kerugian,

َ ‫صْْ ا ةِ ْال َح ِّ ْۙ َّدَ َْا‬


َّ ‫صْْ ا ةِال‬
‫صت ِْس‬ َ ‫خ َّدَ َْا‬ ّ ٰ ‫اِ ََّل الَّ ِر ْييَ ٰا َهٌُْْ ا َّ َػ ِولُْا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling
menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Prinsip Prestasi, sejalan dengan prinsip iman, maka muncul pula prinsip
kerja yaitu agama melihat bekerja sebagai bagian kehidupan manusia yang
paling mendasar. Perbedaan antara orientasi prestasi dan prestise itu salah
satu titik perbedaan antara paham islam dan jahiliyah. Ibnu Taimiyah
menjelaskan: “Al-I‟tibar fil-jahiliyah al-anshab, wal-i‟tibar fil-islam
bilamal”. Pertimbangan dalam jahiliyah berdasarkan keturunan, dan
pertimbangan dalam islam berdasarkan amal perbuatan. Al-qur‟an Surat Al-
Hujurat ayat 13 (QS 49: 13).

‫ٰيٰٓاَيَُِّا الٌَّاضُ اًَِّا َخلَ ْق ٌٰ ُك ْن ِّه ْي َذ َك ٍس َّّا ُ ًْ ٰثى َّ َج َؼ ْل ٌٰ ُك ْن ُشؼُْْ ةًا َّّقَتَ ْۤا ِى َل لِذَ َؼا َزفُْْ ا ْۚ اِ َّى‬
ّ ٰ ‫ّللاِ اَ ْد ٰقى ُك ْن ٍۗاِ َّى‬
‫ّللاَ َػلِ ْي ٌن َختِ ْي ٌس‬ ّ ٰ ‫اَ ْك َس َه ُك ْن ِػ ٌْ َد‬

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS Al-Hujurat ayat 13)

Karena itulah titik berat penilaian seorang manusia kepada manusia lain
tidak mungkin berdasarkan takwanya semata, melainkan berdasarkan
manifestasi dan pantulan takwa itu dalam amal lahiriah yang shalih, berbudi
dan berakhlak mulia. Justru itulah prestasi (bukan prestise) yang paling

11
cocok. Dengan dipadukannya antara prinsip amanah, iman dan prestasi
itulah, seseorang memiliki landasan yang kuat dalam dirinya untuk
mewujudkan tanggung jawab.

2.3.3. Bentuk Tanggung Jawab

Dalam ajaran agama islam masalah tanggung jawab amat ditekankan. Bentuk
tanggung jawab secara umum adalah terletak pada pelaksanaan aktivitas
sesuai dengan prosedur, tujuan dan target yang diharapkan. Dalam Alqur‟an
kita jumpai uraian bahwa apa yang dilakukan manusia dalam berbagai
bentuk kegiatan haruslah dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini didasarkan
pada keyakinan yang mendalam bahwa pada hari kiamat manusia akan
dinilai dan dihitung amal perbuatannya secara akurat dan objektif tanpa ada
pengurangan atau penambahan sedikit pun. Penilaian tersebut didasarkan
pula pada keyakinan bahwa selama hidup di dunia ini tidak lepas dari catatan
malaikat yang berada di samping kiri dan kanan yaitu malaikat Raqib sebagai
pencatat amal baik, dan malaikat Atid sebagai pencatat amal yang buruk.
Dalam melakukan pencacatan tersebut malaikat melakukannya dengan penuh
kejujuran, ketelitian dan tidak mendurhakai Tuhan. Catatan tersebut kelak
akan diperlihatkan kepada manusia di hari pembalasan. Keyakinan ini dapat
dilihat dari penjelasan Al-qur‟an Surat Al-Israa‟ ayat 13-14 (QS. 17: 13-14).
ْۤ
‫َّ ُك َّل اِ ًْ َعا ٍى اَ ْل َص ْه ٌَُٰ ٰغ ِى َس ٍٗ فِ ْي ُػٌُقِ ٖ ٍَۗ ًَُّ ْ ِس ُج لََٗ يَْْ َم ْالقِ ٰي َو ِج ِك ٰذتًا ي َّْل ٰقىَُ َه ٌْ ُشْْ زًا‬

Dan setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di


lehernya. Dan pada hari Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab
dalam keadaan terbuka.

‫اِ ْق َس ْ ِك ٰذتَ ٍۗ َ َك ٰفى ةٌَِ ْف ِع َ ْاليَْْ َم َػلَ ْي َ َح ِع ْيت ًٍۗا‬

“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai


penghitung atas dirimu.”

Jika manusia meyakini segala perbuatannya akan diminta


pertanggungjawaban di akhirat, maka manusia tidak akan berani melalaikan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Pada hari kiamat manusia

12
mendapatkan balasan dari apa yang diperbuatnya. Alqur‟an menjelaskan
pada surat Al-Baqarah ayat 202 (QS 2: 202);

ّ ٰ َّ ٍۗ ‫صيْبٌ ِّه َّوا َك َعتُْْ ا‬ ْٰۤ ُ


ِ ‫ّللاُ َظ ِس ْي ُغ ْال ِح َعا‬
‫ا‬ ِ ًَ ‫ّل ِى َ لَُِ ْن‬ ‫ا‬

Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka
kerjakan, dan Allah Mahacepat perhitungan-Nya.(QS Al-Baqarah ayat 202)

Pertanggungjawaban amal di akhirat serta pembalasan pahalanya berlaku


bagi setiap manusia secara merata tanpa membedakan jenis kelamin.
Alqur‟an menjelaskan pada surat An-Nisaa‟ ayat 32 (QS 4: 32);

ٍۗ ‫صيْبٌ ِّه َّوا ا ْكذَ َعتُْْ ا‬


ِ ًَ ‫ْط ٍۗ لِل ِّس َجا ِا‬ ٰ
ٍ ‫ع ُك ْن ػَلى ةَؼ‬ َ ‫ّللاُ ةِ َٖ ةَ ْؼ‬ّ ٰ ‫ع َل‬ َّ َ‫َّ ََل دَذَ َوٌَّْْ ا َها ف‬
ّ ٰ ‫ّللاَ ِه ْي فَعْ لِ َٖ ٍۗ اِ َّى‬
‫ّللاَ َكاىَ ةِ ُك ِّل َش ْي ٍء‬ ّ ٰ ‫صيْبٌ ِّه َّوا ا ْكذَ َع ْتيَ ٍۗ َّظْـَلُْا‬ ِ ًَ ‫َّلِلٌِّ َع ْۤا ِء‬
‫َػلِ ْي ًوا‬

Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah
kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada
bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada
bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian
dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS
An-Nisa‟ ayat 32)

Jika seseorang menyalahgunakan tanggung jawab bukan untuk tujuan baik,


maka ia pun akan merasakan akibatnya Alqur‟an menjelaskan pada surat An-
Nisaa‟ ayat 111-112 (QS. 4: 111-112);

ّ ٰ َ‫َّ َه ْي يَّ ْك ِعبْ اِ ْث ًوا فَاًَِّ َوا يَ ْك ِعتَُٗ ػ َٰلى ًَ ْف ِع َٖ ٍۗ َّ َكاى‬


‫ّللاُ َػلِ ْي ًوا َح ِك ْي ًوا‬
Dan barangsiapa berbuat dosa, maka sesungguhnya dia mengerjakannya untuk
(kesulitan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijak-sana.

‫َّ َه ْي يَّ ْك ِعبْ َخ ِط ْۤ ْيـَجً اَّْ اِ ْث ًوا ثُ َّن يَسْ ِم ةِ َٖ ةَ ِس ْۤ ْيـ ًا فَقَ ِد احْ ذَ َو َل ةُ ِْذَاًًا َّّاِ ْث ًوا ُّهتِ ْيًٌا‬
Dan barangsiapa berbuat kesalahan atau dosa, kemudian dia tuduhkan kepada
orang yang tidak bersalah, maka sungguh, dia telah memikul suatu kebohongan
dan dosa yang nyata.

13
Alqur‟an memberi isyarat bahwa setiap yang dilakukan manusia tidak
terlepas dari penglihatan Allah SWT. Ia tidak dapat menghindar dari
penilaian Allah dan selanjutnya akan dimintakan pertanggungjawaban di
akhirat nanti. Alqur‟an menjelaskan pada surat Yaa siin ayat 65 (QS 36: 65);

َ‫اَ ْليَْْ َم ًَ ْ ذِ ُن ػ َٰلٰٓى اَ ْف َْا ُِ ِِ ْن َّدُ َكلِّ ُوٌَآٰ اَ ْي ِد ْي ِِ ْن َّدَ ْشَِ ُد اَزْ ُجلُُِ ْن ةِ َوا َكاًُْْ ا يَ ْك ِعتُْْ ى‬
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada
Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu
mereka kerjakan.(QS Yaasiin ayat 65)

Setelah kita memperhatikan ayat-ayat tersebut di atas maka bentuk tanggung


jawab dalam pandangan islam adalah:

(1) menjaga kualitas amal,

(2) bekerja tepat waktu, dan

(3) tidak merugikan orang lain.

2.3.4. Tanggung Jawab Ilmuwan

Keterangan Alquran mengisyaratkan, bahwa ilmu Allah itu melingkupi ilmu


manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi, bila diikuti jalan
pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu merupakan
sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge and
science). Dengan membaca dan memahami Alquran, manusia pada
hakikatnya akan memahami ilmu Allah serta logika atau proses berpikir yang
terkandung dalam kalam Allah. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan
memikul amanah sebagai khalifah Allah di bumi yang pada dasarnya
ditugaskan untuk mengurus, memelihara, mengembangkan, mengambil
manfaat bagi kesejahteraan umat manusia.

Untuk melihat bagaimana ajaran islam menjelaskan tentang tanggung jawab,


mari kita perhatikan tanggung jawab tentang penciptaan manusia. Dalam
Alquran surat Adz-dzaariyaat, yaitu surat 51 ayat 56 (QS 51: 56);

‫ط اِ ََّل لِيَ ْؼتُ ُدّْ ِى‬ ِ ْ َّ ‫خ ْال ِج َّي‬


َ ًْ ‫اَل‬ ُ ‫َّ َها َخلَ ْق‬

14
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku. (QS Adz-dzaariyaat ayat 56)

Pertama, tanggung jawab manusia harus melaksanakan pengabdian (ibadah).


Ibadah dapat diartikan sebuah perbuatan berdasarkan perintah (ibadah
mahdlah), dan perbuatan yang bernilai kebajikan (ibadah ghair mahdlah).
Jika melihat pengertian ibadah seperti di atas bahwa setiap perbuatan
manusia menurut ajaran islam memiliki nilai ibadah. Penjelasan Alquran
yang berkaitan dengan tuntutan tanggung jawab yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan bahwa semua anggota badan yang meliputi indra pendengaran,
penglihatan dan hati, dalam Alquran, surat Al-Israa‟ (QS. 17: 36).
ْٰۤ ُ
ٌَُْ ‫ّل ِى َ َكاىَ َػ‬ ‫ص َس َّ ْالفُ َؤا َد ُكلُّ ا‬
َ َ‫ْط لَ َ ةِ َٖ ِػ ْل ٌن ٍۗاِ َّى ال َّع ْو َغ َّ ْالت‬ ُ ‫َّ ََل دَ ْق‬
َ ‫ف َها لَي‬
‫َهعْـُْْ ًَل‬

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.(QS Al-Israa‟ ayat 36)

Kemajuan bidang rekayasa genetika misalnya telah berhasil membuat bayi


tabung dan pencangkokan manusia melalui proses kloning. Tindakan ini
banyak ditentang oleh agamawan, sebab tidak dapat dipertanggungjawabkan
karena dapat mengakibatkan derajat manusia jatuh seperti binatang, sehingga
manusia bisa diproduksi sesuai pesanan. Demikian pula bayi tabung jika
dilakukan bukan pada suami istri dapat membawa kepada terjadinya
kelahiran manusia yang secara hukum tidak dibenarkan.

Jika kita mendengar istilah tanggung jawab sosial, artinya sesuatu perbuatan
yang dilakukan selalu memperhatikan kepentingan masyarakat. Demi
kepentingan ini seseorang berani mengambil tindakan yang mengandung
risiko sepanjang hal masih dibenarkan oleh masyarakat. Kemudian dalam
istilah tanggung jawab akademik. Artinya perbuatan yang selalu
memperhitungkan aspek kebenaran ilmiah. Misalnya seorang dokter tidak
akan mau melakukan sesuatu hanya untuk menguntungkan dirinya, Misalnya

15
jika ada wabah penyakit tentu akan mencari jalan pemecahannya karena
merupakan tanggung jawab keahliannya.

Masih berkaitan dengan indra hati, penglihatan dan pendengaran Alqur‟an


menjelaskan kecaman terhadap orang yang tidak bertanggung jawab
terhadap potensi manusia, dijelaskan pada Surat Al-A‟raaf (QS. 7: 179).

‫ط لَُِ ْن قُلُْْ اٌ ََّل يَ ْفقَُِْْ ىَ ةَِِ ِۖا َّلَُِ ْن اَ ْػي ٌُي‬ ِ ْ َّ ِّ‫َّلَقَ ْد َذ َز ًَْا لِ َجٌََِّ َن َكثِ ْيسًا ِّهيَ ْال ِجي‬
ِ ِۖ ًْ ‫اَل‬
ْٰۤ ُ ْٰۤ ُ ٍۗ
َ ‫ّل ِى‬ َ َ‫ّل ِى َ َك ْاَلَ ًْ َؼ ِام ةَلْ ُُ ْن ا‬
‫ظلُّ ٍۗ ا‬ ٌ ‫صسُّْ ىَ ةَِِ ِۖا َّلَُِ ْن ٰا َذ‬
‫اى ََّل يَ ْع َوؼُْْ ىَ ةَِِا ا‬ ِ ‫ََّل يُ ْت‬
َ‫ُُ ُن ْال ٰغفِلُْْ ى‬
Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan
manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan
(ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lengah. (QS Al-A‟raaf ayat 179)

Untuk melaksanakan tugas ini, maka Allah SWT membekali manusia dengan
potensi-potensi seperti pendengaran, penglihatan, perasaan (qalbu),
pengertian (akal), keyakinan (iman), dan keinginan.

Untuk memenuhi keinginan fitrah manusia dalam hidupnya maka manusia


mencari jalan keluar mengatasi permasalahannya dan atau memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan menggunakan segala potensi yang dimilikinya.
Dengan akal (logika) manusia menumbuhkan ide dan tata-cara
pencapaiannya sehingga berkembanglah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada hakikatnya perkembangan ini didorong oleh Allah melalui keinginan.

Selain manusia didorong untuk mencari dan menggunakan ilmu, juga dia
diwajibkan untuk menyebarluaskan ilmu, Q.S. At-Taubah (9): 122,
Ancaman, Al-Baqarah (2): 159, Al-Baqarah (2): 174.

Dengan demikian Islam mendorong para pemeluknya untuk mencari,


menggali, mengembangkan, menggunakan, dan menyebarluaskan ilmu

16
pengetahuan. Jelas sudah bahwa Alquran dan As-Sunnah adalah sumber
nilai-nilai kaum muslim untuk berpikir, merasa, dan bertindak.

Dari perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat sehingga muncullah


teknologi, hal ini mengundang kita menengok sekian banyak ayat Al-quran
yang berbicara tentang alam raya. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar
750 ayat Al-quran yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan
yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini.
Secara tegas dan berulang-ulang Al-quran menyatakan bahwa alam raya
diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia.

Dari hari ke hari tercipta mesin-mesin semakin canggih. Mesin-mesin


tersebut melalui daya akan manusia digabung-gabungkan dengan yang
lainnya, sehingga semakin kompleks serta tidak bisa lagi dikendalikan oleh
seorang. Tetapi akhirnya mesin dapat mengerjakan tugas yang dulu mesti
dilakukan oleh banyak orang.

Pada tahap ini mesin telah menjadi semacam seteru manusia, atau lawan
yang harus disiasati agar mau mengikuti kehendak manusia. Dewasa ini telah
lahir- khususnya di bidang rekayasa genetika yang dikhawatirkan dapat
menjadikan alat sebagai majikan. Bahkan mampu menciptakan bakal-bakal
majikan yang akan diperbudak dan ditundukkan oleh alat. Jika begitu, ini
jelas bertentangan dengan kedua catatan yang disebutkan terdahulu.

Sesuai ajaran islam, seorang muslim dapat menerima hasil-hasil teknologi


yang sumbernya netral dan tidak menyebabkan maksiat, serta bermanfaat
bagi manusia baik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsure “debu
tanah” manusia maupun unsur “ruh Ilahi” manusia.

Seandainya penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi telah melalaikan


seseorang dari zikir dan tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan
nilai-nilai kemanusiaan maka ketika itu bukan ilmu pengetahuan dan
teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan dan
mengarahkan manusia yang menggunakan ipteks itu. Jika hasil teknologi
sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan
penciptaan sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu

17
menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara
memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi dengan
pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.

Setelah kita membahas ayat-ayat Al-qur‟an, tanggung jawab ilmuwan


meliputi:

(1) memiliki nilai ibadah,

(2) berdasarkan kebenaran ilmiah,

(3) ilmu amaliah, dan

(4) menyebarluaskan ilmunya.

2.3.5. Tanggung Jawab Seniman

Seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang
mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam
manusia didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apa pun
jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah
yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.

Di sisi lain, Al-quran memperkenalkan agama yang lurus sebagai agama


yang sesuai dengan fitrah manusia, Alqur‟an surat Ar -Ruum ayat 30 (QS.
30: 30).

ٍۗ
ِ ‫اض َػلَ ْيَِا ََل دَ ْت ِد ْي َل لِ َ ْل‬ ّٰ ‫ح‬
َ ٌَّ‫ّللاِ الَّذِ ْي فَطَ َس ال‬ َ ‫ط َس‬ ْ ِ‫فَاَقِ ْن َّجْ َِ َ لِل ِّد ْي ِي َحٌِ ْيفً ٍۗا ف‬
ّٰ
ِ ٌَّ‫ّللاِ ٍٰۗذلِ َ ال ِّدي ُْي ْالقَيِّ ْۙ ُن َّ ٰل ِك َّي اَ ْكثَ َس ال‬
َ‫اض ََل يَ ْؼلَ ُوْْ ْۙى‬
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai)
fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.
Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS Ar-Ruum ayat 30)

18
Fitrah Allah maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah
mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak
beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid
itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.

Satu hal yang mustahil, bila Allah yang menganugerahkan manusia potensi
untuk menikmati dan mengekspresikan keindahan, kemudian Dia
melarangnya. Bukanlah islam adalah agama fitrah? Segala yang bertentangan
dengan fitrah ditolaknya dan yang mendukung kesuciannya ditopangnya.
Kemampuan berseni merupakan salah satu perbedaan manusia dengan
makhluk lain. Jika demikian, islam pasti mendukung kesenian selama
penampilannya lahir dan mendukung fitrah manusia yang suci itu, dan
karena itu pula islam bertemu degan seni dalam jiwa manusia, sebagaimana
seni ditemukan oleh jiwa manusia di dalam islam.

Tetapi mengapa selama ini ada kesan bahwa islam menghambat


perkembangan seni dan memusuhinya? Jawabannya boleh jadi tersirat dari
informasi berikut. Diriwayatkan bahwa Umar Ibnul Khaththab –Khalifah
kedua- pernah berkata umat islam meninggalkan dua pertiga dari transaksi
ekonomi karena khawatir terjerumus ke dalam haram (riba). Ucapan ini
benar adanya, dan agaknya ia juga dapat menjadi benar jika kalimat transaksi
ekonomi diganti dengan kesenian.

Boleh jadi problem yang paling menonjol dalam hubungan dengan seni
budaya islam, sekaligus kendala utama kemajuannya adalah kekhawatiran
tersebut.

Kalau memang seperti itu, mengapa warna kesenian islami tidak tampak
dengan jelas pada masa nabi dan para sahabatnya. Bahkan mengapa terasa
atau terdengar adanya semacam pembatasan-pembatasan yang menghambat
perkembangan kesenian? Boleh jadi, Sayid Quthb yang berbicara tentang
masa Nabi dan para sahabatnya. Seniman baru berhasil dalam karyanya jika
ia dapat berinteraksi dengan gagasan, menghayatinya secara sempurna
sampai menyatu dengan jiwanya, kemudian mencetuskannya dalam bentuk
karya seni. Nah pada masa Nabi dan sahabatnya, proses penghayatan nilai -

19
nilai islami baru dimulai, bahkan sebagian mereka baru dalam tahap upaya
membersihkan gagasan-gagasan jahiliyah yang telah meresap selama ini
dalam benak dan jiwa masyarakat sehingga kehati-hatian amat diperlukan
baik dari Nabi sendiri sebagai pembimbing maupun dari kaum muslimin
lainnya. Atas dasar inilah kita harus memahami larangan-larangan yang ada,
kalau kita menerima adanya larangan penampilan karya seni tertentu.
Apalagi seperti dikemukakan di atas bahwa apresiasi Al-quran terhadap seni
sedemikian besar. Apakah seni suara (nyanyian) harus dalam bahasa Arab?
Ataukah harus berbicara tentang ajaran islam? Dengan tegas jawabannya
adalah tidak. Dalam konteks ini Muhammad Quthb menulis, Kesenian islam
tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat langsung,
atau anjuran berbuat kebajikan, bukan juga penampilan abstrak tentang
akidah. Seni yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini
dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam
adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang
alam, hidup, dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna
antara kebenaran dan keindahan ( Manhaj Al-Tarbiyah Al-islamiyah, 119).

Bagaimana dengan seni budaya asing? Islam dapat menerima semua hasil
karya manusia selama sejalan dengan pandangan islam menyangkut wujud
alam raya ini. Namun demikian, wajar dipertanyakan bagaimana sikap suatu
masyarakat dengan kreasi seninya yang tidak sejalan dengan budaya
masyarakatnya ? dalam konteks ini perlu di garisbawahi bahwa Al-quran
memerintahkan kaum muslimin untuk menegakkan kebajikan,
memerintahkan perbuatan ma‟ruf dan mencegah perbuatan yang munkar.

Seandainya penggunaan seni telah melalaikan seseorang dari zikir dan


tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan
maka ketika itu bukan seninya yang mesti ditolak, melainkan kita harus
memperingatkan dan mengarahkan manusia yang menggunakan seni itu. Jika
hasil seni sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan
tujuan penciptaan sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu
menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara
memadukan kemampuan seni dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.

20
Untuk melaksanakan tugas ini, maka Allah SWT membekali manusia dengan
potensi-potensi seperti pendengaran, penglihatan, perasaan (qalbu),
pengertian (akal), keyakinan (iman), dan keinginan. Q.S. Ali Imran (3): 14;

‫ب‬
ِ َُ‫الر‬َّ َ‫ح ِهيَ الٌِّ َع ْۤا ِء َّ ْالتٌَِ ْييَ َّ ْالقٌََا ِغي ِْس ْال ُوقَ ٌْطَ َس ِث ِهي‬ ِ ْٰ َِ‫اض حُبُّ ال َّش‬ ِ ٌَّ‫ُشيِّيَ لِل‬
ّ ٰ َّ ٍۗ ‫ع ْال َح ٰيْ ِث ال ُّد ًْيَا‬
ٍَٗ ‫ّللاُ ِػ ٌْد‬ ُ ‫ر ٍۗ ٰذلِ َ َهذَا‬
ِ ْ‫ع ِج َّ ْال َ ْي ِل ْال ُو َع َّْ َه ِج َّ ْاَلَ ًْ َؼ ِام َّ ْال َحس‬ َّ ِ‫َّ ْالف‬
ِ ‫ُحع ُْي ْال َو ٰا‬
‫ا‬

Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang
bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik. (QS Al-Imran ayat 14)

Untuk memenuhi keinginan fitrah manusia dalam hidupnya maka manusia


mencari jalan keluar mengatasi permasalahannya dan atau memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan menggunakan segala potensi yang dimilikinya.
Dengan akal (logika) manusia menumbuhkan ide dan tata-cara
pencapaiannya sehingga berkembanglah budaya yang memiliki nilai
keindahan. Pada hakikatnya perkembangan ini didorong oleh Allah melalui
keinginan.

Jadi pada dasarnya tanggung jawab seniman dalam perspektif ajaran islam
meliputi:

(1) memiliki nilai ibadah,

(2) memperkokoh keimanan dan

(3) tidak memicu kemaksiatan.

21
2.4. Agama dan Kesehatan

Konsep agama mempunyai dua makna, yaitu makna statis dan dinamis.
Makna statis lebih berorientasi untuk menunjuk religi sebagai sistem sosial agama
secara formal, misalnya Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha. Sedangkan
makna dinamis adalah suatu sifat atau semangat keagamaan. Aspek dinamis ini
selain bersifat subjektif sesuai dengan pengalaman keagamaan dan penghayatan
masing-masing, juga tidak selamanya terkait dengan agamanya secara formal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama adalah sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
Sedangkan kesehatan menurut WHO adalah keadaan sempurna baik fisik,
mental, sosial bukan hanya bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
2.4.1. Pola Hubungan Agama dan Kesehatan

a) Saling berlawanan
Agama dan kesehatan muncul sebagai dua bidang yang saling berlawanan.
Dalam batasan tertentu, hal ini menunjukkan bahwa apa yang dianjurkan
dalam bidang kesehatan, tidak selaras dengan apa yang dianjurkan dalam
agama. Misalnya mengenai terapi dengan urine (khusus islam),
pengobatan dengan hal yang memabukkan atau pencegahan HIV/AIDS
melalui kondom.
b) Saling mendukung
Agama dan ilmu pengetahuan kesehatan memiliki potensi saling
mendukung. Contoh adalah orang yang hendak melaksanakan ibadah haji
(islam) membutuhkan peran tenaga medis untuk melakukan general
checkup kesehatan supaya kegiatan ibadah haji dapat berjalan dengan baik.
c) Saling melengkapi
Saling melengkapi yang dimaksudkan disini adalah adanya peran dari
agama untuk mengoreksi praktik kesehatan atau ilmu kesehatan yang
mengoreksi praktik keagamaan. Dengan adanya saling koreksi ini,
menyebabkan praktik kesehatan dapat dibangun lebih baik lagi.

22
d) Saling terpisah dan bergerak dalam kewenangannya masing – masing
Sesungguhnya antara agama dan kesehatan itu memiliki peluang untuk
berkembang masing-masing. Tradisi agama Hindu di India, memiliki
paradigma dan sekaligus teknologi kesehatan yang berbeda dengan apa
yang berkembang di dunia kesehatan, yang dikenal dengan paradigma
kesehatan Ayurveda.
Pengobatan cara India berpangkal pada falsafah Ajurveda dan Samkya
Darsana. Menurut falsafah ini, penyebab penyakit di bagi 3 golongan yaitu
(1) adhyatmika, penyebab penyakit yang berasal dari tubuh dan pikiran si
penderita.
(2) ahibhantika, penyakit berasal dari luar tubuh, seperti kecelakaan,
digigit ular, atau penyebab natural lainnya.
(3) adhidarvika, penyebab penyakit yang berasal dari kekuatan
supranatural.

2.4.2. Aspek Agama dalam Kesehatan

Bila mengingat kode etik yang berlaku dalan bidang kedokteran atau
keperawatan, untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan tidak boleh
membeda-bedakan ras, suku, agama, dan adat istiadat. Artinya tenaga medis
tidak boleh bertindak diskriminasi terhadap pasien.
Prinsip kode etik ini sudah tidak ada perbedaan pendapat. Tampaknya sudah
dapat dengan mudah unruk memahami tuntutan profesionalitas tenaga medis
tersebut. Namun disisi lain jika dilihat dari sisi kewajiban, seorang tenaga
medis adalah menghargai hak pesien. Dengan kata lain, tenaga medis harus
menjunjung tinggi hak-hak pasien, termasuk menghargai pemahaman
agamanya.

2.4.3. Aspek Kesehatan dalam Agama

Dalam mengkaji aspek-aspek kesehatan dalam agama, ada dua hal yang
perlu diperhatiakan. Pertama, ajaran agam secara normative (das sein).
Kedua, ada perilaku keagamaan yang riil atau tampak dan dilakukan oleh
masyarakat. Berdasarkan penilaian pemikiran ini, maka dapat dikemukakan
bahwa pada sisi normatif, agama memberikan ajaran atau panduan tentang

23
pentingnya menjagakesehatan, sedangkan dari sisi perilaku nyata ada
penganut yang tidak memerhatikan aspek kesehatan.
Kemudian dalam pemahaman yang ekstrem tekstual ada yang berpendapat
bahwa masalah kesehatan berbeda dengan masalah agama. Dan masalah
keagamaan tidak perlu dikaji dari kesehatan. Kegiatan keagamaan harus tetap
dilandasi dengan iman. Sejatinya didalam aspek kehidupan manusia
mengandung aspek –aspek kesehatan, termasuk dalam kegiatan keagamaan.

2.4.4. Fungsi Agama bagi Kesehatan

a) Sumber Moral
Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan
moral baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga
kesehatan. Bagi orang beragama, mereka memegang keyakinan bahwa
perlakuan Tuhan sesuai dengan persangkaan manusia kepada-Nya. Agama
menjadi sumber motivasi yang kuat dalam diri pasien untuk hidup secara
positif. Selain menjadi motivasi, agama pun menjadi sumber etika bagi
penyelenggara layanan kesehatan.
b) Sumber Keilmuan
Sejalan dengan agama sebagai sumber moral, agama pun dapat berperan
sebagai sumber keilmuan bagi bidang kesehatan. Konseptualitasi dan
pengembangan ilmu kesehatan atau kedokteran yang bersumber dari
agama, dapat kita sebut kesehatan profetik, dalam konteks islam disebut
dengan ilmu kesehatan islami atau kedokteran islami.
Praktik-praktik keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam
mengembangkan terapi kesehatan. Tidak bisa dipungkiri, yoga, meditasi,
dan tenaga prana adalah beberapa ilmu agama yang dikonversikan menjadi
bagian dari terapi kesehatan.
c) Amal Agama Sebagai Amal Kesehatan
Seiring dengan pemikiran yang dikemukakan sebelumnya, bahwa pola
pikir yang dianut dalam wacana ini adalah allforhealth, yaitu sebuah
pemikiran bahwa berbagai hal yang dilakukan individu mulai dari bangun
tidur, mandi pagi, makan, kerja, rehat sore hari, sampai tidur lagi, bahkan

24
selama tidur pun memiliki implikasi dan kontribusi nyata terhadap
kesehatan.
Seiring dengan pandangan ini, maka agama atau ritual keagamaan perlu
dipahami sebagai bagian dari aktivitas manusia yang harus mendukung
pada kesehatan. Oleh karena itu selaras dengan uraian sebelumnya, dapat
dikemukakan bahwa praktik agama memiliki kaitan dengan masalah
kesehatan pikiran, asupan makanan, maupun jiwa.

2.5. Agama dan Keperawatan


Perawat sudah terdengar tidak asing di telinga khalayak ramai. Perawat
mengemban tugas yang penting dalam rantai kesehatan. Perawat juga serta merta
dituntut untuk terus mengembangkan sikap, etika dan moral yang baik ketika
bertemu dengan klien. Karena dalam praktiknya, perawat akan mengasuh klien
dalam segi bio-psiko-sosiokultural dan spiritual. Dalam hal ini, kita perlu
mengusahakan dengan ilmu dan praktik untuk mampu mencapai profesionalisme
yang tinggi. Tak hanya itu, perawat pun perlu meningkatkan sisi spiritual yang
mereka yakini sebagai syarat dari salah satu pembentukkan karater diri yang
dibentuk sejak lahir. Terdapat beberapa agama yang diyakini di Indonesia antara
lain kristen protestan dan katholik, islam, hindu, buddha dan kong hu cu. Agama
menjadi suatu hal yang penting untuk dimiliki bagi Warga Negara Indonesia
(WNI).

Perawat tidak bisa dipisahkan dari asuhan keperawatan. Hal ini tidak dapat
dilepaskan dari kaca mata spiritual sebagai bagian yang terstruktur dari hubungan
perawat dengan klien. Bagi perawat sendiri, perbedaan spiritual, keyakinan dan
agama merupakan satu dari sekian hal penting yang wajib untuk dipahami yang
mana bertujuan agar mampu terhindar dari kesalahpahaman dan juga menjadi
pendekatan bagi perawat dengan klien.

Konsep spiritualitas adalah salah satu konsep ekslusif yang dipercayai


pada setiap individu. Manusia menjadi makhluk yang memiliki aspek spiritual
yang disebut sebagai kecerdasan spiritual.

Hal ini sangat menentukan kebahagiaan hidup suatu individu, sebab agama
adalah suatu hal yang semestinya bisa kita pilih sesuai dengan hati nurani tanpa

25
paksaan dari siapapun. Sehingga kita mampu menjalaninya dengan ikhlas dan
bahagia. Vardey mengatakan bahwa agama dapat disebut beraturan apabila dapat
memberi beberapa hal, diantaranya:

 Terdapat rasa terikat antar individu yang berkeyakinan sama

 Melaksanakan kajian dengan membahas kitab suci yang dipercaya oleh


masing-masing agama seperti kitab suci yaitu al- quran, taurat, injil dan zabur

 Melakukan ritual keagaaman, seperti penggunaan vak dan praktik, firman dan
sakramen. Adapun menjaga jiwa individu dari hawa nafsu contohnya puasa,
berdoa serta meditasi

Di Indonesia umumnya penerapan ritual agama zaman dahulu dikaitkan


dengan realitas kehidupan, seperti berlangsungnya kelahiran, pernikahan,
penyakit, dan kematian.

Pedoman dalam beragama sangat mampu mempengaruhi budaya yang


diterapkan di aktivitas sehari-hari, seperti cara berpakaian, jenis makanan, cara
berinteraksi sosial, menstruasi dan hubungan seksual.

Kepercayaan spiritual menjadi kepentingan manusia dengan menyeluruh


yang dapat terbentuk ketika seorang perawat telah memiliki kemampuan
memenuhi asuhan keperawatan dengan mengedepankan sudut pandang spiritual
klien yang menjadi bagian dari kebutuhan menyeluruh pasien yaitu mahluk yang
unik dan utuh.

Adapun penerapan dari praktik spiritual yang dapat memengaruhi asuhan


keperawatan, diantaranya yaitu:

 Kitab Suci

Salah satu syarat berdirinya suatu agama adalah memiliki kitab suci
sebagai pedoman dari keyakinan dan perilaku yang mempercayainya. Umumnya,
kitab dipercaya sebagai firman Sang Pencipta dan umumnya ditulis oleh Nabi atau
Khalifah. Umat yahudi mempercayai kitab suci tamud dan taurat , umat kristiani
memiliki kitab suci Injil, umat muslim mempunyai al-quran sebagai kitab suci dan

26
umat hindu mempunyai kitab suci atau weda serta buddha mempercayai ajaran
yang tertera di tripitaka. Umumnya, apa yang ditetapkan dalam kitab suci
menetapkan hukum suatu agama dalam bentuk peringatan maupun peraturan
dalam menjalani kehidupan. Hukum keagamaan ini kemudian dapat diinterpretasi
dalam beberapa cara serta dapat menjadi pengaruh bagi keinginan klien untuk
menerima anjuran penanganan. Contohnya adalah larangan melakukan transfusi
darah di ajaran saksi Jahovah.

Individu umumnya mendapat keteguhan serta asa yang lebih setelah


membaca buku yang membahas agama atau kitab suci dalam kondisi sakit atau
saat krisis. Pada contoh terdapat beberapa kisah keagamaan yang kenyataannya
mampu memberikan ketenangan bagi pasien adalah kepedihan Nabi dan Rasul.
Disamping itu, kitab suci yang dipercayai umat yahudi dan kristiani tertera pada
perjanjian baru ketika Yesus melakukan penyembuhan kepada masyarakat yang
berjuang menghadapi penyakit fisik maupun mental.

 Berdoa dan Meditasi

Seseorang mampu memasang atau menggunakan tanda maupun patung


keagamaan sebagai penasihat diri terhadap kepercayaan mereka maupun sebagai
area personal dalam meditasi dan sembahyang. Pada contoh bagi pasien yang
direncanakan akan dirawat inap atau menjalani terapi pengobatan dalam jangka
panjang diberikan izin untuk membawa, memakai atau memajang simbol yang
mengisyaratkan tentang keyakinan spiritual mereka (Gill, 1987). Beberapa orang
zan dengan arti tersebut. Sementara, doa dan beribadah menjadi hal yang
mewajibkan individu untuk berkeyakinan kepada Tuhan ataupun entitas spiritual.
Hal ini tidak dapat dimiliki setiap individu ketika memanjatkan doa. Sementara
itu, segelintir individu menganggap doa adalah suatu fenomena semesta yang
tidak menajadikan suatu hal wajib untuk mempercayai keyakinan. Tidak semua
agama mempunyai kumpulan doa-doa yang dicetak menjadi suatu buku doa,
contohnya yaitu Buku Doa Umum gereja Anglikan dan juga Missal yang berada
di gereja katolik. Beberapa doa keagamaan berkaitan dengan kausa kepercayaan.
Seperti yang dilakukan oleh umat kristiani, mereka meyakini bahwa doanya akan
sampai kepada Yesus, dan menurut umat islam manusia paling mulia adalah

27
Muhammad SAW. Bagi beberapa agama ibadah adalah suatu kegiatan yang
menjadi kewajiban untuk dilakukan setiap harinya, namun ada juga yang
menetapkan waktu spesifik untuk beribadah dan berdoa.

Meditasi merupakan sebuah kegiatan memusatkan pikiran individu atau


ikut serta dalam merefleksikan diri. Beberapa orang berkeyakinan dengan
meditasi yang khusyuk, seorang individu mampu memengaruhi serta menjadi
kontrol fungsi jasmani dan psikologis juga awal mula terjadinya sebuah penyakit.

Dengan ini, dapat disimpulkan selain agama dalah suatu kepercayaan


spiritual yang wajib diyakini bagi WNI penting bagi seorang perawat untuk
mendalami dam memahaminya. Dalam kasus ini, sikap individu, etik dan moral
dapat dipengaruhi salah satunya dari agama. Dalam hal lain, perawat perlu
mendalami sebab nantinya perawat akan bertemu dengan klien yang tentunya
memiliki perbedaan agama. Agama adalah suatu hal yang melekat bagi beberapa
orang sehingga menjadi pedoman yang sangat dikedepankan.

28
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa islam sangat mendukung umatnya untuk
menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
pengembangannya umat islam bisa merujuk dari mana saja sumber pengetahuan dan
teknologi untuk dikaji dan dipelajari dahulu sebelum digunakan. Allah telah
berfirman dalam kitabnya yang diturunkan kepada umat islam yang kita kenal dengan
Al-Quran. Bahwasanya Allah memuliakan orang yang beiman dan berilmu lebih
tinggi derajatnya daripada orang yang hanya beriman saja.

Ilmuwan dan seniman juga memiliki peran penting dalam pengetahuan dan
teknologi, islam mengatur itu semua agar para ilmuwan dan seniman memiliki rasa
tanggung jawab terhadap keilmuannya. Dan dengan jelas, selain Allah memuliakan
mereka, allah juga memperingati mereka dalam berbagai hal, agar tidak menyimpang
dari apa – apa yang Allah tetapkan.

Agama juga telah mengatu hampir semua aspek kehidupan, salah satu aspek
yang diatur agama adalah bidang kesehatan. Ada empat pola yang harus diperhatikan
dalam tindakan kesehatan, dimana ada tindakan yang secara keras dilarang oleh
agama islam, adapun juga tindakan yang memang dianjurkan olah agama islam. Ada
juga hubungan saling melengkapi antara agama dan kesehatan. Agama juga memiliki
tiga fungsi umum yaitu sebagi sumber moral, sumber keilmuan dan sebagai ladang
amal bagi pelakunya.

Perawat merupakan bagian pentig dalam kesehatan, perawat akan mengasuh


klien dalam segi bio-psiko-sosiokultural dan spiritual. Perawat yang profesional
dibidangnya akan memahami keadaan pasien, dan salah satu pendekatan tebaik adalah
yang telah agama ajarkan. Sikap individu, etik dan moral dapat dipengaruhi salah
satunya dari agama. Dalam hal lain, perawat perlu mendalami, sebab nantinya
perawat akan bertemu dengan klien yang tentunya memiliki perbedaan agama. Agama
adalah suatu hal yang melekat bagi beberapa orang sehingga menjadi pedoman yang
sangat dikedepankan.

29
3.2. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati
dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca, pembaca lebih banyak mengerti dan dapat
mengembangkannya dan memanfaatkan ilmu tentang “keterkaitan ilmu pengetahuan
dan teknologi, agama bagi ilmuan dan seniman, serta hubungan antara agama dan
kesehatan dan keperawatan” dalam kehidupan sehari-hari serta bagi calon pendidik
ataupun mahasiswa dapat memudahkan dalam proses pembelajaran baik
menampilkan dalam bentuk diskusi maupun sebagai bahan ajar.

30
DAFTAR PUSTAKA

https://ldk.stmik-dci.ac.id/?post=pandangan-islam-terhadap-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi
(6 Agustus 2023)
https://deepublishstore.com/blog/materi/ilmu-pengetahuan/ (3 Agustus 2023)
Buku Pendidikan Agama Islam Edisi Kesatu, Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, Wawan
Suharmawan.
https://www.academia.edu/40537218/Peran_Agama_Dalam_Praktek_Keperawatan (3
Agustus 2023)
https://www.kompasiana.com/namiraindira1723/61bcbc7962a70446a2099812/pentingnya-
agama-dalam-profesi-keperawatan (3 Agustus 2023)

31

Anda mungkin juga menyukai