MAKALAH AGAMA KELOMPOK 1 Tema No.6
MAKALAH AGAMA KELOMPOK 1 Tema No.6
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
ADELIA 231447231
DEVA ARTIKA 231447237
FARHANAH 231447243
MEIDY PRATAMA 231447249
RAMEYZA ALYA 231447255
YONAVIA CHANIA SELAN 231447261
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ........................................................ 3
2.2. Pandangan Islam Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi .............................. 5
2.3. Tanggung Jawab Ilmuan dan Seniman ................................................................... 8
2.3.1. Pengertian Tanggung Jawab ................................................................................ 8
2.3.2. Prinsip Tanggung Jawab ...................................................................................... 9
2.3.3. Bentuk Tanggung Jawab .................................................................................... 12
2.3.4. Tanggung Jawab Ilmuwan ................................................................................. 14
2.3.5. Tanggung Jawab Seniman ................................................................................. 18
2.4. Agama dan Kesehatan ............................................................................................ 22
2.4.1. Pola Hubungan Agama dan Kesehatan .............................................................. 22
2.4.2. Aspek Agama dalam Kesehatan ........................................................................ 23
2.4.3. Aspek Kesehatan dalam Agama ........................................................................ 23
2.4.4. Fungsi Agama bagi Kesehatan........................................................................... 24
2.5. Agama dan Keperawatan ....................................................................................... 25
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 29
3.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 29
3.2. Saran......................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan akal pikiran yang telah diberikan oleh Allah SWT, manusia
dituntut untuk mengembangkannya, yaitu dengan jalan mencari ilmu pengetahuan.
Sebagaimana yang terdapat dalam sabda-sabda RasulNya, yaitu Muhammad
SAW, yang megumandangkan kewajiban mencari ilmu bagi umat Muslim.
Rasulullah SWA memprioritaskan umatnya untuk mencari ilmu syar‟i, yaitu demi
pembentukan sikap dan prilaku yang mengandung unsur Akhlakul Karimah.
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam islam?
2. Apa yang menjadi tanggung jawab para ilmuan dan seminal menurut
pandangan islam ?
3. Apa hubungan agama dan kesehatan menurut pandangan islam ?
4. Apa hubungan agama dan keperawatan menurut pandangan islam ?
1.3. Tujuan
Agar mampu memahami dan mengamalkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalan syariat islam, mengetahui tanggung jawab yang disandang oleh
ilmuan dan seniman dari sudut pandang agama islam, serta memahami hubungan
atara kesehatan dan keperawatan yang sesuai dengan tuntunan agama islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pengetahuan tersebut hingga dapat dipedomani untuk perencanaan, prediksi-
prediksi maupun kontrol atas kebenarannya.
Adapun hubungan antara ilmu pengetahuan dan teknologi yang biasa kita
singkat dengan IPTEK yang merupakan cabang ilmu yang harus dikuasai dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah menunjukkan bahwa
kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
4
Mengutip buku Perubahan Pengetahuan Teknologi Mendukung Kualitas
Sumber Daya Manusia di Era New Normal, teknologi menggunakan ilmu
pengetahuan untuk memecahkan masalah. Sebaliknya, ilmu pengetahuan
menggunakan teknologi untuk membuat penemuan baru.
Dengan uraian secara deskriptif di atas, maka judul makalah ini dapat
didekati agak menjadi lebih jelas yang menghubungkan antara ajaran agama Islam
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agama Islam banyak memberikan
penegasan mengenai ilmu pengetahuan baik secara nyata maupun secara tersamar,
seperti yang disebut dalam surat Al-Mujadalah ayat 11.
ّٰ ح
ّللاُ لَ ُك ْۚ ْن َّاِ َذا قِ ْي َل ِ ط فَا ْف َعحُْْ ا يَ ْف َع ِ ِٰيٰٓاَيَُِّا الَّ ِر ْييَ ٰا َهٌُ ْْٰٓا اِ َذا قِ ْي َل لَ ُك ْن دَفَ َّعحُْْ ا فِى ْال َو ٰجل
ّ ٰ َّ خ
ّللاُ ةِ َوا ّ ٰ ا ًْ ُش ُصّْ ا فَا ًْ ُش ُصّْ ا يَسْ فَ ِغ
ٍ ٍۗ ّللاُ الَّ ِر ْييَ ٰا َهٌُْْ ا ِه ٌْ ُك ْۙ ْن َّالَّ ِر ْييَ اُّْ دُْا ْال ِؼ ْل َن َد َز ٰج
َدَ ْؼ َولُْْ ى
5
Orang berilmu pengetahuan berarti menguasai ilmu dan memilki
kemampuan untuk mendapatkan dan menjelaskannya. Untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan diperlukan antara lain adanya sarana tertentu, yakni yang disebut
“berpikir”. Jelasnya berpikir pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan.
6
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya Al-Qur‟an
telah mendorong manusia untuk berteknologi supaya kehidupan mereka
meningkat. Upaya ini harus merupakan rasa syukur atas keberhasilannya dalam
merubah nasibnya. Dengan perkataan lain, rasa syukur atas keberhasilannya
dimanifestasikan dengan mengembangkan terus keberhasilan itu, sehingga dari
waktu kewaktu keberhasilan itu akan selalu maningkat terus.
7
Nah, dengan demikian dapatlah kita tarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) adalah keilmuan yang tinggi yang
dimiliki oleh seseorang dan mampu menjadi alat untuk menyelesaikan
masalah.
b. Pandangan Islam terhadap Iptek adalah Iptek merupakan suatu hal yang tidak
bisa ditinggalkan oleh seseorang, karena sangat pentingnya Iptek, maka hal
tersebut sering disebut dalam Al-Qur‟an. dalam arti Islam sangat
menganjurkan pengembangan Iptek.
Sehubungan dengan itu pada bagian ini akan dijelaskan tentang pengertian
tanggung jawab. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata tanggung jawab
diartikan sebagai perbuatan (hal dan sebagainya) bertanggung jawab atau
sesuatu yang dipertanggungjawabkan. Istilah tanggung jawab dalam bahasa
Inggris disebut responsibility atau dikenal dengan istilah populer
accountability, dalam bahasa agama disebut hisab (perhitungan).
Kata tanggung jawab belum berarti apa-apa jika tidak dihubungkan dengan
aktivitas yang dipertanggungjawabkan, misalnya kita sebagai seorang
ilmuwan, menjadi tanggung jawab ilmuwan, artinya bagaimana tanggung
jawab seorang ilmuwan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan
8
keilmuan. Jika dihubungkan dengan seniman, menjadi tanggung jawab
seniman artinya bagaimana tanggung jawab seorang seniman terhadap
berbagai hal yang berkaitan dengan kesenian.
Sering kita mendengar istilah tanggung jawab moral, artinya suatu sikap diri
dalam melakukan sesuatu aktivitas selalu mempertimbangkan masalah
moral. Ia tidak mau melakukan sesuatu aktivitas sekalipun membawa
keberuntungan jika hasil perbuatannya dapat merusak moral masyarakat.
Prinsip amanah, dalam ajaran agama islam bahwa keahlian apapun bentuk
dan macamnya pada dasarnya adalah merupakan realisasi dari pelaksanaan
fungsi kekhalifahannya di muka bumi, setidaknya ada 4 unsur:
Unsur keempat; etika dan moral yang harus ditegakkan dalam rangka
melaksanakan kekhalifahannya.
َْ ٍُُۗ ٍُٗ ّللاَ َها لَ ُك ْن ِّه ْي اِ ٰل ٍَ َغ ْيس ّ ٰ صلِحًا ۘ قَا َا ٰيقَْْ ِم ا ْػتُ ُدّا ٰ ۞ َّاِ ٰلى ثَ ُوْْ َد اَ َخاُُ ْن
ٌض َّا ْظذَ ْؼ َو َس ُك ْن فِ ْيَِا فَا ْظذَ ْغفِسُّْ ٍُ ثُ َّن دُْْ ة ُْْٰٓا اِلَ ْي َِ ٍۗاِ َّى َزة ِّْي قَ ِسيْب
ِ ْاَ ًْ َشا َ ُك ْن ِّهيَ ْاَلَز
ٌُّه ِجيْب
dan kepada kaum samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata,
“Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia
9
telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-
Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan
memperkenankan (doa hamba-Nya).”(QS Hud : 61)
Prinsip Iman, tanggung jawab dalam pandangan agama tidak terlepas dari
pelaksanaan iman. Iman bukan hanya keyakinan yang kuat dalam hati, tetapi
perlu diwujudkan dalam pernyataan lisan dan diamalkan dalam tindakan.
Maka iman menuntut adanya pembuktian. Pembuktian yang paling kokoh
dan meyakinkan adalah perbuatan dalam wujud kerja yang sesuai dengan
keahlian. Dengan demikian maka tanggung jawab dapat muncul dari
tanggung jawab iman, dan harus berdampak kepada tanggung jawab
perbuatan yang saleh. Al-qur‟an menjelaskan dalam Surat Al-Fath bagian
terakhir ayat 29 (QS 48: 29).
10
Kemudian dalam Surat Al-Ashr ayat 1-3 (QS. 102: 1-3).
Demi masa,
ِ ْ اِ َّى
ٍ ْۙ اَل ًْ َعاىَ لَفِ ْي ُخع
ْس
Prinsip Prestasi, sejalan dengan prinsip iman, maka muncul pula prinsip
kerja yaitu agama melihat bekerja sebagai bagian kehidupan manusia yang
paling mendasar. Perbedaan antara orientasi prestasi dan prestise itu salah
satu titik perbedaan antara paham islam dan jahiliyah. Ibnu Taimiyah
menjelaskan: “Al-I‟tibar fil-jahiliyah al-anshab, wal-i‟tibar fil-islam
bilamal”. Pertimbangan dalam jahiliyah berdasarkan keturunan, dan
pertimbangan dalam islam berdasarkan amal perbuatan. Al-qur‟an Surat Al-
Hujurat ayat 13 (QS 49: 13).
ٰيٰٓاَيَُِّا الٌَّاضُ اًَِّا َخلَ ْق ٌٰ ُك ْن ِّه ْي َذ َك ٍس َّّا ُ ًْ ٰثى َّ َج َؼ ْل ٌٰ ُك ْن ُشؼُْْ ةًا َّّقَتَ ْۤا ِى َل لِذَ َؼا َزفُْْ ا ْۚ اِ َّى
ّ ٰ ّللاِ اَ ْد ٰقى ُك ْن ٍۗاِ َّى
ّللاَ َػلِ ْي ٌن َختِ ْي ٌس ّ ٰ اَ ْك َس َه ُك ْن ِػ ٌْ َد
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS Al-Hujurat ayat 13)
Karena itulah titik berat penilaian seorang manusia kepada manusia lain
tidak mungkin berdasarkan takwanya semata, melainkan berdasarkan
manifestasi dan pantulan takwa itu dalam amal lahiriah yang shalih, berbudi
dan berakhlak mulia. Justru itulah prestasi (bukan prestise) yang paling
11
cocok. Dengan dipadukannya antara prinsip amanah, iman dan prestasi
itulah, seseorang memiliki landasan yang kuat dalam dirinya untuk
mewujudkan tanggung jawab.
Dalam ajaran agama islam masalah tanggung jawab amat ditekankan. Bentuk
tanggung jawab secara umum adalah terletak pada pelaksanaan aktivitas
sesuai dengan prosedur, tujuan dan target yang diharapkan. Dalam Alqur‟an
kita jumpai uraian bahwa apa yang dilakukan manusia dalam berbagai
bentuk kegiatan haruslah dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini didasarkan
pada keyakinan yang mendalam bahwa pada hari kiamat manusia akan
dinilai dan dihitung amal perbuatannya secara akurat dan objektif tanpa ada
pengurangan atau penambahan sedikit pun. Penilaian tersebut didasarkan
pula pada keyakinan bahwa selama hidup di dunia ini tidak lepas dari catatan
malaikat yang berada di samping kiri dan kanan yaitu malaikat Raqib sebagai
pencatat amal baik, dan malaikat Atid sebagai pencatat amal yang buruk.
Dalam melakukan pencacatan tersebut malaikat melakukannya dengan penuh
kejujuran, ketelitian dan tidak mendurhakai Tuhan. Catatan tersebut kelak
akan diperlihatkan kepada manusia di hari pembalasan. Keyakinan ini dapat
dilihat dari penjelasan Al-qur‟an Surat Al-Israa‟ ayat 13-14 (QS. 17: 13-14).
ْۤ
َّ ُك َّل اِ ًْ َعا ٍى اَ ْل َص ْه ٌَُٰ ٰغ ِى َس ٍٗ فِ ْي ُػٌُقِ ٖ ٍَۗ ًَُّ ْ ِس ُج لََٗ يَْْ َم ْالقِ ٰي َو ِج ِك ٰذتًا ي َّْل ٰقىَُ َه ٌْ ُشْْ زًا
12
mendapatkan balasan dari apa yang diperbuatnya. Alqur‟an menjelaskan
pada surat Al-Baqarah ayat 202 (QS 2: 202);
Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka
kerjakan, dan Allah Mahacepat perhitungan-Nya.(QS Al-Baqarah ayat 202)
Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah
kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada
bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada
bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian
dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS
An-Nisa‟ ayat 32)
َّ َه ْي يَّ ْك ِعبْ َخ ِط ْۤ ْيـَجً اَّْ اِ ْث ًوا ثُ َّن يَسْ ِم ةِ َٖ ةَ ِس ْۤ ْيـ ًا فَقَ ِد احْ ذَ َو َل ةُ ِْذَاًًا َّّاِ ْث ًوا ُّهتِ ْيًٌا
Dan barangsiapa berbuat kesalahan atau dosa, kemudian dia tuduhkan kepada
orang yang tidak bersalah, maka sungguh, dia telah memikul suatu kebohongan
dan dosa yang nyata.
13
Alqur‟an memberi isyarat bahwa setiap yang dilakukan manusia tidak
terlepas dari penglihatan Allah SWT. Ia tidak dapat menghindar dari
penilaian Allah dan selanjutnya akan dimintakan pertanggungjawaban di
akhirat nanti. Alqur‟an menjelaskan pada surat Yaa siin ayat 65 (QS 36: 65);
َاَ ْليَْْ َم ًَ ْ ذِ ُن ػ َٰلٰٓى اَ ْف َْا ُِ ِِ ْن َّدُ َكلِّ ُوٌَآٰ اَ ْي ِد ْي ِِ ْن َّدَ ْشَِ ُد اَزْ ُجلُُِ ْن ةِ َوا َكاًُْْ ا يَ ْك ِعتُْْ ى
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada
Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu
mereka kerjakan.(QS Yaasiin ayat 65)
14
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku. (QS Adz-dzaariyaat ayat 56)
Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.(QS Al-Israa‟ ayat 36)
Jika kita mendengar istilah tanggung jawab sosial, artinya sesuatu perbuatan
yang dilakukan selalu memperhatikan kepentingan masyarakat. Demi
kepentingan ini seseorang berani mengambil tindakan yang mengandung
risiko sepanjang hal masih dibenarkan oleh masyarakat. Kemudian dalam
istilah tanggung jawab akademik. Artinya perbuatan yang selalu
memperhitungkan aspek kebenaran ilmiah. Misalnya seorang dokter tidak
akan mau melakukan sesuatu hanya untuk menguntungkan dirinya, Misalnya
15
jika ada wabah penyakit tentu akan mencari jalan pemecahannya karena
merupakan tanggung jawab keahliannya.
ط لَُِ ْن قُلُْْ اٌ ََّل يَ ْفقَُِْْ ىَ ةَِِ ِۖا َّلَُِ ْن اَ ْػي ٌُي ِ ْ َّ َِّّلَقَ ْد َذ َز ًَْا لِ َجٌََِّ َن َكثِ ْيسًا ِّهيَ ْال ِجي
ِ ِۖ ًْ اَل
ْٰۤ ُ ْٰۤ ُ ٍۗ
َ ّل ِى َ َّل ِى َ َك ْاَلَ ًْ َؼ ِام ةَلْ ُُ ْن ا
ظلُّ ٍۗ ا ٌ صسُّْ ىَ ةَِِ ِۖا َّلَُِ ْن ٰا َذ
اى ََّل يَ ْع َوؼُْْ ىَ ةَِِا ا ِ ََّل يُ ْت
َُُ ُن ْال ٰغفِلُْْ ى
Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan
manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan
(ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lengah. (QS Al-A‟raaf ayat 179)
Untuk melaksanakan tugas ini, maka Allah SWT membekali manusia dengan
potensi-potensi seperti pendengaran, penglihatan, perasaan (qalbu),
pengertian (akal), keyakinan (iman), dan keinginan.
Selain manusia didorong untuk mencari dan menggunakan ilmu, juga dia
diwajibkan untuk menyebarluaskan ilmu, Q.S. At-Taubah (9): 122,
Ancaman, Al-Baqarah (2): 159, Al-Baqarah (2): 174.
16
pengetahuan. Jelas sudah bahwa Alquran dan As-Sunnah adalah sumber
nilai-nilai kaum muslim untuk berpikir, merasa, dan bertindak.
Pada tahap ini mesin telah menjadi semacam seteru manusia, atau lawan
yang harus disiasati agar mau mengikuti kehendak manusia. Dewasa ini telah
lahir- khususnya di bidang rekayasa genetika yang dikhawatirkan dapat
menjadikan alat sebagai majikan. Bahkan mampu menciptakan bakal-bakal
majikan yang akan diperbudak dan ditundukkan oleh alat. Jika begitu, ini
jelas bertentangan dengan kedua catatan yang disebutkan terdahulu.
17
menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara
memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi dengan
pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.
Seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang
mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam
manusia didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apa pun
jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah
yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
ٍۗ
ِ اض َػلَ ْيَِا ََل دَ ْت ِد ْي َل لِ َ ْل ّٰ ح
َ ٌَّّللاِ الَّذِ ْي فَطَ َس ال َ ط َس ْ ِفَاَقِ ْن َّجْ َِ َ لِل ِّد ْي ِي َحٌِ ْيفً ٍۗا ف
ّٰ
ِ ٌَّّللاِ ٍٰۗذلِ َ ال ِّدي ُْي ْالقَيِّ ْۙ ُن َّ ٰل ِك َّي اَ ْكثَ َس ال
َاض ََل يَ ْؼلَ ُوْْ ْۙى
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai)
fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.
Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS Ar-Ruum ayat 30)
18
Fitrah Allah maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah
mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak
beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid
itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
Satu hal yang mustahil, bila Allah yang menganugerahkan manusia potensi
untuk menikmati dan mengekspresikan keindahan, kemudian Dia
melarangnya. Bukanlah islam adalah agama fitrah? Segala yang bertentangan
dengan fitrah ditolaknya dan yang mendukung kesuciannya ditopangnya.
Kemampuan berseni merupakan salah satu perbedaan manusia dengan
makhluk lain. Jika demikian, islam pasti mendukung kesenian selama
penampilannya lahir dan mendukung fitrah manusia yang suci itu, dan
karena itu pula islam bertemu degan seni dalam jiwa manusia, sebagaimana
seni ditemukan oleh jiwa manusia di dalam islam.
Boleh jadi problem yang paling menonjol dalam hubungan dengan seni
budaya islam, sekaligus kendala utama kemajuannya adalah kekhawatiran
tersebut.
Kalau memang seperti itu, mengapa warna kesenian islami tidak tampak
dengan jelas pada masa nabi dan para sahabatnya. Bahkan mengapa terasa
atau terdengar adanya semacam pembatasan-pembatasan yang menghambat
perkembangan kesenian? Boleh jadi, Sayid Quthb yang berbicara tentang
masa Nabi dan para sahabatnya. Seniman baru berhasil dalam karyanya jika
ia dapat berinteraksi dengan gagasan, menghayatinya secara sempurna
sampai menyatu dengan jiwanya, kemudian mencetuskannya dalam bentuk
karya seni. Nah pada masa Nabi dan sahabatnya, proses penghayatan nilai -
19
nilai islami baru dimulai, bahkan sebagian mereka baru dalam tahap upaya
membersihkan gagasan-gagasan jahiliyah yang telah meresap selama ini
dalam benak dan jiwa masyarakat sehingga kehati-hatian amat diperlukan
baik dari Nabi sendiri sebagai pembimbing maupun dari kaum muslimin
lainnya. Atas dasar inilah kita harus memahami larangan-larangan yang ada,
kalau kita menerima adanya larangan penampilan karya seni tertentu.
Apalagi seperti dikemukakan di atas bahwa apresiasi Al-quran terhadap seni
sedemikian besar. Apakah seni suara (nyanyian) harus dalam bahasa Arab?
Ataukah harus berbicara tentang ajaran islam? Dengan tegas jawabannya
adalah tidak. Dalam konteks ini Muhammad Quthb menulis, Kesenian islam
tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat langsung,
atau anjuran berbuat kebajikan, bukan juga penampilan abstrak tentang
akidah. Seni yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini
dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam
adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang
alam, hidup, dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna
antara kebenaran dan keindahan ( Manhaj Al-Tarbiyah Al-islamiyah, 119).
Bagaimana dengan seni budaya asing? Islam dapat menerima semua hasil
karya manusia selama sejalan dengan pandangan islam menyangkut wujud
alam raya ini. Namun demikian, wajar dipertanyakan bagaimana sikap suatu
masyarakat dengan kreasi seninya yang tidak sejalan dengan budaya
masyarakatnya ? dalam konteks ini perlu di garisbawahi bahwa Al-quran
memerintahkan kaum muslimin untuk menegakkan kebajikan,
memerintahkan perbuatan ma‟ruf dan mencegah perbuatan yang munkar.
20
Untuk melaksanakan tugas ini, maka Allah SWT membekali manusia dengan
potensi-potensi seperti pendengaran, penglihatan, perasaan (qalbu),
pengertian (akal), keyakinan (iman), dan keinginan. Q.S. Ali Imran (3): 14;
ب
ِ َُالرَّ َح ِهيَ الٌِّ َع ْۤا ِء َّ ْالتٌَِ ْييَ َّ ْالقٌََا ِغي ِْس ْال ُوقَ ٌْطَ َس ِث ِهي ِ ْٰ َِاض حُبُّ ال َّش ِ ٌَُّشيِّيَ لِل
ّ ٰ َّ ٍۗ ع ْال َح ٰيْ ِث ال ُّد ًْيَا
ٍَٗ ّللاُ ِػ ٌْد ُ ر ٍۗ ٰذلِ َ َهذَا
ِ ْع ِج َّ ْال َ ْي ِل ْال ُو َع َّْ َه ِج َّ ْاَلَ ًْ َؼ ِام َّ ْال َحس َّ َِّ ْالف
ِ ُحع ُْي ْال َو ٰا
ا
Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang
bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik. (QS Al-Imran ayat 14)
Jadi pada dasarnya tanggung jawab seniman dalam perspektif ajaran islam
meliputi:
21
2.4. Agama dan Kesehatan
Konsep agama mempunyai dua makna, yaitu makna statis dan dinamis.
Makna statis lebih berorientasi untuk menunjuk religi sebagai sistem sosial agama
secara formal, misalnya Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha. Sedangkan
makna dinamis adalah suatu sifat atau semangat keagamaan. Aspek dinamis ini
selain bersifat subjektif sesuai dengan pengalaman keagamaan dan penghayatan
masing-masing, juga tidak selamanya terkait dengan agamanya secara formal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama adalah sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
Sedangkan kesehatan menurut WHO adalah keadaan sempurna baik fisik,
mental, sosial bukan hanya bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
2.4.1. Pola Hubungan Agama dan Kesehatan
a) Saling berlawanan
Agama dan kesehatan muncul sebagai dua bidang yang saling berlawanan.
Dalam batasan tertentu, hal ini menunjukkan bahwa apa yang dianjurkan
dalam bidang kesehatan, tidak selaras dengan apa yang dianjurkan dalam
agama. Misalnya mengenai terapi dengan urine (khusus islam),
pengobatan dengan hal yang memabukkan atau pencegahan HIV/AIDS
melalui kondom.
b) Saling mendukung
Agama dan ilmu pengetahuan kesehatan memiliki potensi saling
mendukung. Contoh adalah orang yang hendak melaksanakan ibadah haji
(islam) membutuhkan peran tenaga medis untuk melakukan general
checkup kesehatan supaya kegiatan ibadah haji dapat berjalan dengan baik.
c) Saling melengkapi
Saling melengkapi yang dimaksudkan disini adalah adanya peran dari
agama untuk mengoreksi praktik kesehatan atau ilmu kesehatan yang
mengoreksi praktik keagamaan. Dengan adanya saling koreksi ini,
menyebabkan praktik kesehatan dapat dibangun lebih baik lagi.
22
d) Saling terpisah dan bergerak dalam kewenangannya masing – masing
Sesungguhnya antara agama dan kesehatan itu memiliki peluang untuk
berkembang masing-masing. Tradisi agama Hindu di India, memiliki
paradigma dan sekaligus teknologi kesehatan yang berbeda dengan apa
yang berkembang di dunia kesehatan, yang dikenal dengan paradigma
kesehatan Ayurveda.
Pengobatan cara India berpangkal pada falsafah Ajurveda dan Samkya
Darsana. Menurut falsafah ini, penyebab penyakit di bagi 3 golongan yaitu
(1) adhyatmika, penyebab penyakit yang berasal dari tubuh dan pikiran si
penderita.
(2) ahibhantika, penyakit berasal dari luar tubuh, seperti kecelakaan,
digigit ular, atau penyebab natural lainnya.
(3) adhidarvika, penyebab penyakit yang berasal dari kekuatan
supranatural.
Bila mengingat kode etik yang berlaku dalan bidang kedokteran atau
keperawatan, untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan tidak boleh
membeda-bedakan ras, suku, agama, dan adat istiadat. Artinya tenaga medis
tidak boleh bertindak diskriminasi terhadap pasien.
Prinsip kode etik ini sudah tidak ada perbedaan pendapat. Tampaknya sudah
dapat dengan mudah unruk memahami tuntutan profesionalitas tenaga medis
tersebut. Namun disisi lain jika dilihat dari sisi kewajiban, seorang tenaga
medis adalah menghargai hak pesien. Dengan kata lain, tenaga medis harus
menjunjung tinggi hak-hak pasien, termasuk menghargai pemahaman
agamanya.
Dalam mengkaji aspek-aspek kesehatan dalam agama, ada dua hal yang
perlu diperhatiakan. Pertama, ajaran agam secara normative (das sein).
Kedua, ada perilaku keagamaan yang riil atau tampak dan dilakukan oleh
masyarakat. Berdasarkan penilaian pemikiran ini, maka dapat dikemukakan
bahwa pada sisi normatif, agama memberikan ajaran atau panduan tentang
23
pentingnya menjagakesehatan, sedangkan dari sisi perilaku nyata ada
penganut yang tidak memerhatikan aspek kesehatan.
Kemudian dalam pemahaman yang ekstrem tekstual ada yang berpendapat
bahwa masalah kesehatan berbeda dengan masalah agama. Dan masalah
keagamaan tidak perlu dikaji dari kesehatan. Kegiatan keagamaan harus tetap
dilandasi dengan iman. Sejatinya didalam aspek kehidupan manusia
mengandung aspek –aspek kesehatan, termasuk dalam kegiatan keagamaan.
a) Sumber Moral
Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan
moral baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga
kesehatan. Bagi orang beragama, mereka memegang keyakinan bahwa
perlakuan Tuhan sesuai dengan persangkaan manusia kepada-Nya. Agama
menjadi sumber motivasi yang kuat dalam diri pasien untuk hidup secara
positif. Selain menjadi motivasi, agama pun menjadi sumber etika bagi
penyelenggara layanan kesehatan.
b) Sumber Keilmuan
Sejalan dengan agama sebagai sumber moral, agama pun dapat berperan
sebagai sumber keilmuan bagi bidang kesehatan. Konseptualitasi dan
pengembangan ilmu kesehatan atau kedokteran yang bersumber dari
agama, dapat kita sebut kesehatan profetik, dalam konteks islam disebut
dengan ilmu kesehatan islami atau kedokteran islami.
Praktik-praktik keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam
mengembangkan terapi kesehatan. Tidak bisa dipungkiri, yoga, meditasi,
dan tenaga prana adalah beberapa ilmu agama yang dikonversikan menjadi
bagian dari terapi kesehatan.
c) Amal Agama Sebagai Amal Kesehatan
Seiring dengan pemikiran yang dikemukakan sebelumnya, bahwa pola
pikir yang dianut dalam wacana ini adalah allforhealth, yaitu sebuah
pemikiran bahwa berbagai hal yang dilakukan individu mulai dari bangun
tidur, mandi pagi, makan, kerja, rehat sore hari, sampai tidur lagi, bahkan
24
selama tidur pun memiliki implikasi dan kontribusi nyata terhadap
kesehatan.
Seiring dengan pandangan ini, maka agama atau ritual keagamaan perlu
dipahami sebagai bagian dari aktivitas manusia yang harus mendukung
pada kesehatan. Oleh karena itu selaras dengan uraian sebelumnya, dapat
dikemukakan bahwa praktik agama memiliki kaitan dengan masalah
kesehatan pikiran, asupan makanan, maupun jiwa.
Perawat tidak bisa dipisahkan dari asuhan keperawatan. Hal ini tidak dapat
dilepaskan dari kaca mata spiritual sebagai bagian yang terstruktur dari hubungan
perawat dengan klien. Bagi perawat sendiri, perbedaan spiritual, keyakinan dan
agama merupakan satu dari sekian hal penting yang wajib untuk dipahami yang
mana bertujuan agar mampu terhindar dari kesalahpahaman dan juga menjadi
pendekatan bagi perawat dengan klien.
Hal ini sangat menentukan kebahagiaan hidup suatu individu, sebab agama
adalah suatu hal yang semestinya bisa kita pilih sesuai dengan hati nurani tanpa
25
paksaan dari siapapun. Sehingga kita mampu menjalaninya dengan ikhlas dan
bahagia. Vardey mengatakan bahwa agama dapat disebut beraturan apabila dapat
memberi beberapa hal, diantaranya:
Melakukan ritual keagaaman, seperti penggunaan vak dan praktik, firman dan
sakramen. Adapun menjaga jiwa individu dari hawa nafsu contohnya puasa,
berdoa serta meditasi
Kitab Suci
Salah satu syarat berdirinya suatu agama adalah memiliki kitab suci
sebagai pedoman dari keyakinan dan perilaku yang mempercayainya. Umumnya,
kitab dipercaya sebagai firman Sang Pencipta dan umumnya ditulis oleh Nabi atau
Khalifah. Umat yahudi mempercayai kitab suci tamud dan taurat , umat kristiani
memiliki kitab suci Injil, umat muslim mempunyai al-quran sebagai kitab suci dan
26
umat hindu mempunyai kitab suci atau weda serta buddha mempercayai ajaran
yang tertera di tripitaka. Umumnya, apa yang ditetapkan dalam kitab suci
menetapkan hukum suatu agama dalam bentuk peringatan maupun peraturan
dalam menjalani kehidupan. Hukum keagamaan ini kemudian dapat diinterpretasi
dalam beberapa cara serta dapat menjadi pengaruh bagi keinginan klien untuk
menerima anjuran penanganan. Contohnya adalah larangan melakukan transfusi
darah di ajaran saksi Jahovah.
27
Muhammad SAW. Bagi beberapa agama ibadah adalah suatu kegiatan yang
menjadi kewajiban untuk dilakukan setiap harinya, namun ada juga yang
menetapkan waktu spesifik untuk beribadah dan berdoa.
28
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa islam sangat mendukung umatnya untuk
menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
pengembangannya umat islam bisa merujuk dari mana saja sumber pengetahuan dan
teknologi untuk dikaji dan dipelajari dahulu sebelum digunakan. Allah telah
berfirman dalam kitabnya yang diturunkan kepada umat islam yang kita kenal dengan
Al-Quran. Bahwasanya Allah memuliakan orang yang beiman dan berilmu lebih
tinggi derajatnya daripada orang yang hanya beriman saja.
Ilmuwan dan seniman juga memiliki peran penting dalam pengetahuan dan
teknologi, islam mengatur itu semua agar para ilmuwan dan seniman memiliki rasa
tanggung jawab terhadap keilmuannya. Dan dengan jelas, selain Allah memuliakan
mereka, allah juga memperingati mereka dalam berbagai hal, agar tidak menyimpang
dari apa – apa yang Allah tetapkan.
Agama juga telah mengatu hampir semua aspek kehidupan, salah satu aspek
yang diatur agama adalah bidang kesehatan. Ada empat pola yang harus diperhatikan
dalam tindakan kesehatan, dimana ada tindakan yang secara keras dilarang oleh
agama islam, adapun juga tindakan yang memang dianjurkan olah agama islam. Ada
juga hubungan saling melengkapi antara agama dan kesehatan. Agama juga memiliki
tiga fungsi umum yaitu sebagi sumber moral, sumber keilmuan dan sebagai ladang
amal bagi pelakunya.
29
3.2. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati
dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca, pembaca lebih banyak mengerti dan dapat
mengembangkannya dan memanfaatkan ilmu tentang “keterkaitan ilmu pengetahuan
dan teknologi, agama bagi ilmuan dan seniman, serta hubungan antara agama dan
kesehatan dan keperawatan” dalam kehidupan sehari-hari serta bagi calon pendidik
ataupun mahasiswa dapat memudahkan dalam proses pembelajaran baik
menampilkan dalam bentuk diskusi maupun sebagai bahan ajar.
30
DAFTAR PUSTAKA
https://ldk.stmik-dci.ac.id/?post=pandangan-islam-terhadap-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi
(6 Agustus 2023)
https://deepublishstore.com/blog/materi/ilmu-pengetahuan/ (3 Agustus 2023)
Buku Pendidikan Agama Islam Edisi Kesatu, Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, Wawan
Suharmawan.
https://www.academia.edu/40537218/Peran_Agama_Dalam_Praktek_Keperawatan (3
Agustus 2023)
https://www.kompasiana.com/namiraindira1723/61bcbc7962a70446a2099812/pentingnya-
agama-dalam-profesi-keperawatan (3 Agustus 2023)
31