Anda di halaman 1dari 25

HARKAT, MARTABAT, DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam yang diampu oleh :
Bapak Rudy Irawan, M.Pd.I

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


ADINDA RULAN JULIANTI (231447233)
DWIKA AUDINA (231447239)
GINA ROSALINA (231447245)
NABILAH SAUSAN (231447251)
ROHMAN HAKIM (231447257)
ZAHRA MUHARRARAN (231447263)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BELITUNG


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas


segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Terima kasih juga kepada Bapak Rudy
Irawan, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu Agama Islam yang telah
membimbing dan memfasilitasi kami untuk memahami materi makalah
yang akan kami paparkan dalam makalah ini.

Makalah ini mengambil topik mengenai Hakikat, Martabat, dan


Tanggung Jawab Manusia. Dalam makalah ini kami menjelaskan secara
lebih mendalam mengenai pengertian Hakikat, Martabat, dan Tanggung
Jawab Manusia dalam ajaran agama Islam. Kami juga memaparkan
penjelasan beberapa Ayat- ayat Al-Qur'an mengenai materi ini.

Demikian penulis menyadari bahwa proses penyusunan makalah ini


merupakan pekerjaan yang tidak ringan sehingga memungkinkan adanya
kekurangan maupun kesalahan baik dalam hal teknis penulisan, tata bahasa
maupun isinya. Oleh karena itu guna penyempurnaan makalah ini penulis
sangat mengharapkan saran, masukan maupun kritikan yang membangun
dari pembaca makalah ini. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat dan memberi inspirasi bagi siapapun yang membacanya.

Tanjungpandan, Agustus 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2
A. Hakikat dan Martabat Manusia Menurut Ajaran Islam ............................................................... 2
a. Hakikat Manusia ..................................................................................................................... 2
b. Martabat Manusia ................................................................................................................... 9
B. Tanggung Jawab Manusia ......................................................................................................... 15
a. Sebutan Manusia dalam Al-Qur’an....................................................................................... 15
b. Hak dan Kewajiban Manusia ................................................................................................ 16
c. Beberapa Tinjauan Tentang Status dan Peran Manusia ......................................................... 17
d. Manusia Sebagai Khalifah .................................................................................................... 19
BAB III ................................................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................................................ 20
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 20
B. Saran ……………………………………………………………………………………………………………………………………20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang pagar
sempurna Diciptakan dari sari pati tanah yang kemudian menjadi kacang
alaqah dan mudah hingga akhirnya menjadi wujud yang sekarang ini. Salah
satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain adalah
adanya akal dan bernafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat
berpikir bertanggung jawab jawab, serta memilih jalan hidup, kelebihan-
kelebihan ini seperti yang jelas pada (Q.S AI-Isra: 70).

Selain itu, ada kelebihan lain yang dimiliki oleh manusia sehingga
membuat manusia berbeda dari sesama manusia, yaitu hati. Jika hati
manusia itu kotor, derajatnya tentu akan sangat rendah di mata Allah SWT
Namun sebaliknya jika dia bersih dari segala perbuatanyang kotor tentu
derajatnya akan ditinggikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk Allah SWT
tentu manusia selain memiliki hak juga memiliki kewajiban. Kewajiban
yang utama adalah beribadah pada Allah SWT yang merupakan tugas
pokok dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan manusia
harus sesuai dengan perintah Allah SWT. Adapun tanggung jawab manusia
diciptakan oleh Allah SWT di dunia Sayani adalah sebagai khalifatullah
dan sebagai abdi/ hamba Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sebetulnya hakikat manusia menurut ajaran islam ?
2. Bagaimana martabat manusia menurut ajaran islam ?
3. Bagaimana tanggung jawab manusia menurut ajaran islam ?

C. Tujuan
1. Mengetahui hakikat manusia menurut ajaran islam
2. Mengetahui martabat manusia menurut ajaran islam
3. Mengetahui tanggung jawab manusia menurut agama islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat dan Martabat Manusia Menurut Ajaran Islam


a. Hakikat Manusia
Pada hakikatnya manusia adalah salah satu dari makhluk yang diciptakan
Allah. Namun manusia memiliki kedudukan yang paling mulia
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Untuk mengetahui bagaimana
pandangan ajaran islam terhadap hakikat manusia, tentu kita harus kembali
kepada Al-qur‟an. Berikut ini ayat-ayat Al-qur‟an yang berkaitan dengan
hakikat manusia.
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang bersifat lahir (syahadah) dan
ghaib (non fisik). Q.S. Al-Mu'minuun (23): 12-14 menyatakan:

2
Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191, menjelaskan:

Q.S. As-Sajdah (32) : 7, Allah berfirman:

Q.S. Qaaf (50) : 16, dikatakan:

Q.S. At-Tiin (95) : 4, dijelaskan:

3
Zat yang bersifat lahir dan gaib itu menentukan postur manusia sebagai
makhluk yang paling sempurna. Manusia mempunyai anggota badan, khususnya
otak dan jantung yang berfungsi sebagai khususnya otak dan jantung yang berfungsi
sebagai mekanisme biologi, yaitu seperangkat subsistem di dalam sistem tubuh
manusia untuk menunjukkan keberadaannya (eksistensinya).

Susunan anggota badan manusia (fisik) sebenarnya sangat kompleks, tidak


hanya terdiri dari otak dan jantung saja, yang masing-masing anggota badan satu
sama lain dihubungkan melalui susunan syaraf yang sangat kompleks pula.
Keadaan itu pun masih menggambarkan manusia yang kurang lengkap, karena
kelengkapan manusia tidak hanya dari wujud fisiknya saja, akan tetapi juga dari
kenyataan non fisik yang justru tidak dimiliki oleh makhluk lain. Seperti ruh dan
jiwa yang memerankan adanya proses berpikir, merasa, bersikap dan berserah diri
serta mengabdi yang merupakan mekanisme, kejiwaan manusia
sebagai makhluk Allah.

Dalam kaitan ini kita dapat memahami firman Allah surat Al-Mu'min
(40) : 35 di bawah ini.

Kedua mekanisme yang terdapat pada manusia, yaitu mekanisme biologi yang
berpusat pada jantung (sebagai pusat hidup) mekanisme kejiwaan yang berpusat
pada otak (otak sebagai lembaga pikir, rasa, dan sikap sebagai pusat kehidupan).

4
Gambaran bahwa manusia merupakan makhluk yang sempurna,mungkin dapat
dilihat dari kemampuannya untuk menentukan tujuan hidup. Tujuan hidup itu
berdasarkan satu tata nilai yang memberikan corak pada seluruh kehidupan manusia
yang terdiri dari proses mengetahui, mengalami, memikirkan, merasakan, dan
membentuk sikap tertentu yang akhirnya tersusun pada suatu pola perilaku yang
dapat menghasilkan karya manusia, baik yang bersifat fisik maupun bersifat non
fisik. Tinggi rendahnya derajat kemampuan, sempit luasnya cakupan tergantung
pada kapasitas otak (Q.S. Al-Mu'min. (40) : 35), melalui pusat susunan syaraf
(terletak pada sumsum tulang belakang) sehingga memungkinkan seluruh anggota
badan berfungsi dalam rangka pencapaian cita-cita. Cita-cita tersebut sering kali
diistilahkan dengan akhlakul karimah atau perilaku yang baik.

Perhatikan firman Tuhan dalam Q:S. Ath-Thaariq (86) : 7 berikut ini.

Q.S. Al-Mujaadilah (58) : 11; Allah berfirman:

Perkembangan kematangan wawasan kognitif itu adalah kemampuan untuk


mengenal, mengetahui, menganalisis, menyusun, menyimpulkan, dan merumuskan.
Wawasan afektif atau kemampuan untuk mempertajam kepekaan rasa keindahan,
kekaguman, keterharuan, penghalusan budi, kecenderungan pada yang baik,

5
keengganan pada yang negatif tergantung pada masukan berupa informasi sebagai
perbendaharaan yang dapat diolah di dalam kedua wawasan tersebut di atas.

Proses penyampaian informasi merupakan proses pendidikan dari tingkat yang


paling rendah sampai ke tingkat yang paling tinggi, yang pada hakikatnya
merupakan esensi dari risalah yang membuahkan hidayah kepada
seseorang. Ini sebenarnya adalah pembentukan kondisi seseorang yang dimulai
dengan peningkatan kekuatan daya otak sebagai sarana untuk peningkatan 'amal'
(kemampuan dan peningkatan mutu berpikir, merasa, bersikap, dan berbuat) atau
dengan istilah yang lebih luas kemampuan berakhlak baik.

Informasi merupakan perbendaharaan yang dapat diproses oleh otak manusia


yang terdiri dari ilmu yang diciptakan oleh Allah SWT., baik yang berupa ayat Allah
(nash Al-quran) maupun hukum alam ( sunnatullah) (al-Kauni). Dengan perkataan
lain, ayat Allah SWT, baik tertulis maupun yang tidak tertulis, merupakan
penemuan, pembaruan, dan perumusan manusia yang disebut "ilmu" meskipun
sering terjadi rumusan ilmu tersebut berubah atau baru merupakan ''zhan'' atau
“hipotesis”, yaitu praduga yang masih membutuhkan pembuktian kebenarannya.

Ilmu adalah seperangkat rumusan, pengembangan pengetahuan yang dilakukan


secara objektif, sistematis, baik dengan pendekatan deduktif maupun
induktif yang dimanfaatkan untuk keselamatan, kebahagiaan, manusia, yang
berasal dari Allah dan disampaikan kepada manusia melalui penemuan hasil
pemikiran para ahli (ilmuwan atau scientis).

Dengan rumusan seperti tersebut di atas, tergambar bahwa alam semesta betul-
betul merupakan sumber dan alat bantu demi berlangsungnya kehidupan manusia
yang tidak menyesatkan. Dengan perkataan lain, ilmu merupakan pedoman untuk
meningkatkan kualitas hidup atau secara umum untuk meningkatkan kualitas
budaya manusia.

Agama adalah seperangkat itikad, keyakinan, undang-undang, peraturan,


bimbingan dan pelayanan yang digunakan untuk keselamatan dan kebahagiaan
manusia di dunia dan akhirat, yang diwahyukan Allah melalui para rasul-Nya.
6
Agama secara intrinsik merupakan pedoman yang bersumber pada nilai-nilai
universal yang bebas dari kekeliruan, bersifat mutlak. Sedangkan ilmu yang
dirumuskan manusia tidak sepi dari kemungkinan adanya kekeliruan dan sebab itu
terbuka untuk diteliti ulang.

Sekarang kita melihat adanya dua macam ilmu. Pertama, ilmu yangdirumuskan
oleh para ahli yang mempunyai kemungkinan perubahan (tidak mutlak).
Kedua, ilmu Tuhan yang bersifat mutlak seperti halnya ad-Diin. Hakikatnya “ilmu”
dan ''agama'' merupakan pedoman hidup bagi manusia, seperti dua muka dari satu
mata uang. Bahwa kedua-keduanya merupakan pranata nilai dan norma yang harus
dilaksanakan oleh manusia.

Kesimpulan lain yang dapat ditarik dari uraian di atas, bahwa pola pikir, pola
perilaku serta hasilnya bersumber pada sistem nilai dan hukum Allah (baik tertulis
maupun tidak), seperti Agama dan Al-Kauni yang membentuk budaya manusia
semestinya yang disebut akhlakul karimah.

Proses pembentukan pola perilaku dan pelaksanaannya mencakup unsur


pertanggungjawaban manusia kepada Allah, yang mengatur hubungan atau
tanggung jawab terhadap diri sendiri sebagai makhluk dan hamba Allah
terhadap manusia lain atau masyarakat dan tanggung jawab terhadap alam
semesta, semua ini termasuk ibadah dalam arti luas.

Meskipun demikian karena pemahaman dan sikap terhadap agama


sekarang ini tidak menyeluruh (dichotomis) sering kali dipisahkan dari ayatayat
Tuhan yang khusus berbicara tentang ritual dan kemasyarakatan
(perdagangan, pendidikan, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain). Akibat
pandangan yang bersifat dikhotomis ini akan melahirkan sikap ekstrem,
yaitu adanya agama di satu pihak dan bukan agama di lain pihak. Atau sering
diperlambangkan sebagai akhirat di satu pihak, dunia di lain pihak.
Pandangan semacam ini barangkali pengaruh paham materialisme yang
bersifat protektis (sekulerisme). Sebaliknya, bahwa sikap utuh dalam
memandang terhadap keseluruhan ayat Allah yang tertulis ataupun tidak
7
tertulis merupakan suatu sikap dasar sebagai landasan untuk melaksanakan
ibadah dalam arti luas, yaitu mencakup ritual dan muamalah.

Ibadah dalam arti luas (muammalah) merupakan proses interaksi alam


semesta dengan seluruh isinya. Sedangkan pemenuhan kewajiban dan
interaksi dengan Tuhan Penciptanya disebut ibadah dalam arti khusus (ritual)
yang berpedoman pada syari'ah. Itu sebabnya jika tadi dikatakan, bahwa
manusia dengan segala aspek kehidupannya berkaitan dengan agama, maka
agama itu adalah Islam.

Dalam konteks inilah penjelasan Allah dalam surat Ali-Imran (3), ayat
19 di muka dapat kita pahami sebagai sebuah penegasan yang pasti tentang
penciptaan Allah terhadap makhluk-Nya. Jadi; jangan mencari pedoman
hidup yang lain selain Islam.

Firman Allah dalam surat Ali-Imran (3) : 83, di bawah ini :

Sikap hidup seperti ini merupakan pola perilaku yang mencerminkan


sistem nilai dan norma agama Islam yang dapat dirumuskan kembali ke
dalam postulat dasar sebagai berikut.

1. Bahwa kita sebagai Kaum Muslim meyakini sepenuhnya, bahwa tidak


ada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa yang tidak beranak dan tidak
diperanakkan dan tidak pula ada sekutu bagi-Nya.
2. Bahwa manusia sebagai hamba Allah untuk menjadi “Khalifah fil-Ardl”
diberi kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk dengan

8
merujuk kepada ajaran agamanya sehingga dapat melakukan penyerahan
diri sepenuhnya mencapai keridlaan Allah''.
3. Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah (khalifah)
seperti tersebut di atas, Allah memberikan manusia suatu pedoman hidup
yang terdiri dari sistem nilai dan norma, baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis, yang disebut Syari'ah.
4. Meskipun manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna
(makhluk yang diperlengkapi dengan bagian-bagian fisiologis yang
memungkinkan untuk bisa berpikir, merasa, bersikap, dan berbuat),
ternyata mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang disebabkan tidak
adanya keseimbangan antara wawasan. Dalam proses membedakan yang
baik dan yang buruk manusia dibimbing oleh petunjuk Allah melalui
para rasul dengan menjelaskan pedoman tersebut dan mengajarkan
umatnya untuk melaksanakannya.
5. Dengan demikian dipandang dari proses kerasulan dan misinya sebagai
pembawa risalah Allah di muka bumi, maka misi ajaran yang dibawa
para rasul merupakan pedoman hidup, disebut Diinul Islam.
6. Akhirnya diutus contoh, dan melaksanakan Islam bagi umatnya dalam s
diutus Nabi Muhammad SAW. untuk membimbing, memberi atu masyarakat
memberi yang terorganisasikan di bawah suatu imamah yang berpusat pada
diri Nabi Muhammad SAW.

Hakikat atau esensi manusia dilihat dari aspek psikologis (kejiwaan)


mungkin belum dapat tergambar dengan jelas jika tidak dihubungkan dengan
fungsi atau peran manusia itu sendiri.

b. Martabat Manusia
Manusia dalam pandangan paham materialisme adalah kumpulan daging, urat,
tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Mereka hanya mempercayai adanya
benda-benda yang dapat diraba. Oleh karena itu, dalam anggapan mereka, tidak ada
keistimewaan manusia dibanding dengan makhluk lain yang hidup di muka bumi
ini. Bahkan paham ini memasukkan manusia ke dalam bangsa kera, yang setelah
melalui masa panjang, berevolusi menjadi manusia sebagaimana kita lihat sekarang

9
ini. Inilah teori evolusi atau teori kondensasi, bahwa hayat berasal dari jenis hewan
dan sepertiga juta jenis tanaman.

Pandangan ini menimbulkan anggapan, bahwa manusia adalah makhluk


yang rendah dan hina, sama dengan hewan, yang hidupnya hanya untuk memenuhi
keperluan dan kepuasan kebendaan semata. Pandangan hidup semacam ini sangat
sesat dan menyesatkan.

Dalam Q.S. Al-Jaatsiyah (45) : 24; Allah SWT mengecam/mengkritik dengan keras
paham materialisme ini.

Untuk menambah pemahaman yang lebih luas dan mendalam pembahasan


selanjutnya kita mencoba melihat manusia dari berbagai aspek:

1. Manusia Makhluk Berakal


Dalam diri manusia terdapat sesuatu yang tidak ternilai harganya sebagai
anugerah Tuhan yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya, yaitu akal. Dengan
adanya akal, manusia berarti dan berharga. Akal itu dapat digunakan untuk berpikir
dan memperhatikan segala benda dan barang yang ada di alam ini, sehingga benda-
benda dan barang-barang yang halus serta tersembunyi dapat dipikirkan
manfaatnya. Mengenai pemberian akal terhadap manusia, Allah telah berfirman
dalam Surat An-Nahl (16), ayat 78:

10
2. Timbulnya Ilmu Pengetahuan
Lahirnya ilmu pengetahuan disebabkan kebutuhan-kebutuhan manusia yang
berkemauan hidup berbahagia. Dalam hal ini memang telah menjadi Qudrat dan
Iradah Tuhan, bahwa manusia dapat memikirkan sesuatu kebutuhan hidup untuk
mempertahankan dan mengembangkan generasinya.
Adapun ayat-ayat al-Quran yang menyuruh berpikir, antara lain Q.S.Yunus
(10):101:

Dari hasil pemikiran manusia itu, maka lahirlah beberapa ilmu pengetahuan antara
lain: Ilmu Pertanian, Perikanan, Humaniora, Kesehatan, Hukum, Sosial, Bahasa,
Matematika, Alam, Teknologi.

Herbert Spencer (1820 – 1903 M) dalam tulisannya tentang pendidikan,


menerangkan sebagai berikut.

"Pengetahuan itu berlawanan dengan khurafat, tetapi tidak berlawanan dengan


agama. Dalam kebanyakan ilmu alam sering terjadi paham tidak bertuhan
(atheisme), tetapi pengetahuan yang sehat dan mendalami kenyataan, bebas dari
paham yang demikian itu. Ilmu alam tidak bertentangan dengan agama.
Mempelajari ilmu itu merupakan ibadat secara diam, dan pengakuan yang membisu
tentang keindahan sesuatu yang kita selidiki dan pelajari, serta pengakuan tentang

11
kekuasaan Penciptanya. Mempelajari ilmu alam itu tasbih (memuji Tuhan) tapi
bukan ucapan, melainkan tasbih berupa alam dan menolong bekerja. Pengetahuan
ini bukan mengatakan mustahil akan memperoleh sebab yang pertama, yaitu Allah.
Seorang ahli pengetahuan yang melihat setitik air, lalu dia mengetahuinya bahwa
air itu tersusun dari oksigen dan hidrogen dengan perbandingan tertentu, dan kalau
sekiranya perbandingan itu berubah, niscaya air itu akan berubah pula menjadi
sesuatu yang bukan air. Maka dengan itu dia akan meyakini kebesaran Pencipta,
kekuasaan dan kebijaksanaannya. Sebaliknya orang yang bukan ahli dalam ilmu
alam, akan melihatnya tidak lebih dari setitik air".

3. Hak dan Kewajiban Manusia


Hak adalah imbalan dari kewajiban-kewajiban yang telah ditunaikan. Yang
dimaksud dengan kewajiban di sini ialah kewajiban seseorang untuk melakukan
perbuatan yang di dalamnya terdapat hak orang lain.

Hukum Islam memberi 4 empat macam hak terhadap manusia yaitu:


a. hak Tuhan;
b. hak diri sendiri;
c. hak orang lain;
d. hak atas harta.

a. Hak Tuhan
• Petama, yang penting ialah mengimani dan tidak menyekutukan-Nya.
• Kedua, kita harus menerima petunjuk-Nya.
• Ketiga, kita harus menaati-Nya yang dinyatakan dengan ketundukkan
pada hukum-Nya.
• Keempat, kita harus menyembah-Nya sebagaimana dijelaskan dalam al-
Quran surat Adz-Dzaariyaat (51) : 56:

12
b. Hak terhadap diri sendiri
Hak terhadap diri sendiri ialah hak pribadi seseorang yang meliputi hak
jasmani dan rohani. Hak jasmani ialah suatu kebutuhan dari jasmani, seperti
makan dan minum. Islam mengajarkan, bahwa dalam makan dan minum
hendaknya yang halal dan baik (halaalan thaiba). Hak rohani ialah suatu
kebutuhan rohani seperti perasaan aman, dan ketenangan batin. Islam
mengajarkan untuk memperoleh ketenangan (batin) dengan cara beriman dan
bertakwa serta berserah diri kepada Allah.

c. Hak orang lain


Hak orang lain adalah hak untuk memenuhi kebutuhan pribadi tanpa
mengganggu hak orang lain. Hak terhadap orang lain dapat terlihat dalam
bentuk adanya larangan mencuri, merampas, menyogok, menipu, khianat,
mengijon, bergunjing, memfitnah, menyebarkan berita bohong, berjudi dan
riba, karena rezeki yang diperoleh dengan jalan tersebut akan merugikan orang
lain.

d. Hak atas harta


Hak atas harta adalah hak untuk memelihara dan memanfaatkan harta
yang diberikan Allah sesuai dengan ketentuan-Nya.

4. Manusia sebagai Khalifah di Dunia


Tidak ada keraguan bahwa Allah menjadikan manusia sebagai khalifah
di bumi dengan maksud agar mereka menjadi penguasa untuk mengatur dan
mengendalikan bumi beserta segala isinya dengan mengindahkan semua
ketentuan yang sudah ditetapkan-Nya. Mengenai manusia dijadikan sebagai
khalifah di bumi, dinyatakan dalam al-Quran, surat Al-Baqarah (2) : 30:

13
Kemudian dijelaskan pula dalam: Q.S. Al-An'aam (6) : 165; berbunyi:

Manusia ialah makhluk yang utama dan terutama di antara semua


makhluk yang ada. Keutamaan manusia dapat dilihat dengan adanya potensi-
potensi yang dimiliki oleh manusia, yang tidak terdapat pada makhluk lain.
Dengan kelebihan itu manusia dijadikan sebagai khalifah Allah di bumi.
Kedudukan manusia sebagai khalifah Allah inilah, yang menjadikan mereka
mempunyai sejumlah hak dan kewajiban.

14
B. Tanggung Jawab Manusia
a. Sebutan Manusia dalam Al-Qur’an
Ada tiga kata dalam al-Quran yang biasa diartikan sebagai manusia, yaitu al-basyar,
an-nas, al-insan, Istilah yang dipergunakan berbeda-beda itu mengandung arti yang
berbeda-beda pula.

1. Basyar
Basyar adalah gambaran manusia secara materi, yang dapat dilihat, memakan
sesuatu, berjalan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dalam
pengertian ini terdapat dalam Al-Quran sebanyak 35 kali di berbagai surat. Dari
pengertian-pengertian tersebut, 25 kali di antaranya berbicara tentang "kemanusiaan"
para rasul dan nabi, 13 ayat diantaranya menggambarkan polemik para rasul dan nabi
dengan orang-orang kafir. Sejumlah ayat yang mengandung pengakuan bahwa memang
rasul-rasul itu adalah manusia yang sama seperti manusia-manusia lainnya.

QS Al-Anbiyaa‟ (21) : 2-3:

2. A n-Naas
Sebutan an-Nas di dalam al-Quran terdapat sebanyak 240 kali dengan
keterangan yang jelas menunjukkan pada korps atau kumpulan, yaitu seluruh umat
manusia sebagai keturunan Nabi Adam AS. Misalnya, yang terdapat dalam Surat Al-
Hujuraat (49): 13.

15
3. Insan dan Al-Ins
Manusia juga sering disebut al-ins atau al-insan. Kedua kata tersebut dalam
pengertian bahasa merupakan lawan dari binatang liar. Kata al-ins senantiasa
dipertentangkan dengan kata al-jinn, yakni sejenis makhluk yang hidup di luar alam
manusia. Sedangkan kata al-insan mengandung pengertian makhluk mukallaf (ciptaan
Tuhan yang dibebani tanggung jawab), pengemban amanah dan khalifah Allah di atas
bumi. Dalam ayat pertama yang diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW, yaitu
surat Al-Alaq, terdapat tiga kali menyebutkan al-insan, yaitu:
(1) Yang menceritakan bahwa manusia itu diciptakan dari (segumpal darah).
(2) Manusia dikatakan memiliki keistimewaan, yaitu ilmu.
(3) Allah SWT menggambarkan bahwa manusia dengan segala keistimewaannya telah
melampaui batas karena telah merasa puas dengan yang ia punyai.

b. Hak dan Kewajiban Manusia


Setiap makhluk selain manusia hidup dan menjalani hidupnya berdasarkan
hukum alam, tanpa diberi dan diminta tanggung jawab akan apa yang ia lakukan. Dalam
pandangan Islam, manusia terdiri dari dua unsur, yaitu materi dan immateri. Tubuh
manusia bersifat materi berasal dari tanah, sedang ruhnya berasal dari substansi
immateri di alam gaib. Al-Quran menjelaskan asal-usul manusia pertama dari tanah,

16
kadang- kadang dengan istilah turab (tanah gemuk atau soil) thin (lempung) atau
saripati lempung (minsulalatin min thin).
QS Al-Mu‟minuun (23):12-16.

Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa:


1. Manusia pertama diciptakan langsung dari segumpal tanah.
2. Keturunannya diciptakan melalui proses dari saripati tanah (air mani).
3. Setelah sempurna kemudian hidup di dunia, mati, dan dibangkitkan kembali
(dari alam kubur) hidup di akhirat.

c. Beberapa Tinjauan Tentang Status dan Peran Manusia


1. Tinjauan Sosiologis dan Psikologis
Sosiologis menurut Kamanto Sunarto merupakan studi tentang bentuk dan proses
kehidupan manusia. Margaret M. Poloma dan kawan-kawan mengartikan sosiologi
sebagai suatu studi tentang interaksi kemanusiaan dan interaksi sosial. Faktor-faktor
yang ada pada individu sangat mempengaruhi eksistensinya.

Faktor-faktor yang dimaksud yaitu sebagai berikut.


a. Struktur individu yaitu segala ciri dan sifat kepribadian yang tetap.
b. Temporer (keadaan sementara) yakni suatu kondisi yang dialami oleh setiap
individu pada waktu tertentu.

17
c. Aktivitas yang sedang berlangsung yaitu aktivitas individu yang sedang dalam
keadaan mencapai tujuan.
d. Respons atau reaksi.

2. Tinjauan dari Sudut Pandang Al-Qur’an


Berpedoman pada surat Al-Baqarah (2) : 30, status dasar manusia yang
dipelopori Adam adalah sebagai khalifah. Allah berfirman:

Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan


ajaran Allah, seseorang dituntut untuk memulai dari diri dan keluarganya. Setelah diri
dan keluarganya tahu dan mau dengan ajaran Allah, barulah menyampaikannya kepada
orang lain.

Dalam merealisasikan peran yang hendak dilakukan oleh seorang khalifah, ada
beberapa hal yang perlu ditempuh yaitu:
a. Memahami nilai
b. Pengembangan nilai
c. Membudayakan nilai-nilai Ilahiah
Sebagai penyempurnaan nikmat Tuhan kepada makhluknya, dianugerahkanlah kepada
manusia petunjuk-petunjuk yang disesuaikan dengan hakikat itu, serta disesuaikan pula
dengan fungsinya selaku khalifah di dunia ini. Petunjuk tersebut pada pokoknya terbagi
dua bagian:
(1) Petunjuk yang bersifat permanen dan terperinci yang tidak membutuhkan campur
tangan pemikiran manusia untuk pengaturannya dan tidak mengalami perubahan
dalam kondisi dan situasi apa pun.

18
(2) Petunjuk yang bersifat global atau umum dan dalam hal ini manusia berwewenang
untuk memikirkannya sesuai dengan kondisi masyarakat dan sesuai pula dengan
jiwa dari petunjuk yang bersifat umum tersebut.

d. Manusia Sebagai Khalifah


Khalifah berarti pengganti, penguasa, pengelola atau pemakmur. Selaku
khalifah, manusia tidak boleh mengabaikan keserasian hidupnya berdampingan dengan
alam semesta sebagai ekosistem. Demikian al-Quran menyatakan dalam QS. Al-
Jaatsiyah (45)12:13.

Kekhalifahan mempunyai tiga unsur yang saling berkaitan. Arti kekhalifahan dalam
pandangan al-Quran adalah sebagai berikut :
1. Manusia yang dalam hal ini dinamai khalifah.
2. Alam raya, yang ditunjuk oleh-Nya sebagai ardl.
3. Hubungan antara manusia dengan alam dan segala isinya, termasuk dengan manusia.

Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk yang paling mulia. Sesuai dengan
namanya manusia adalah makhluk yang mempunyai naluri berperasaan, berkelompok,
dan berpribadi. Selain itu manusia memiliki sifat pelupa atau cenderung memilih
berbuat kesalahan. Dari sifat-sifatnya itu posisi manusia akan berbalik menjadi
makhluk yang paling hina, bahkan lebih hina dari binatang.

Manusia diciptakan untuk mengelola dan memanfaatkan alam untuk mencapai


kehidupan materi yang sejahtera dan bahagia di dunia, sekaligus dengan demikian ia
dapat melaksanakan tugas beribadah kepada Pencipta untuk mencapai kebahagiaan
immateri di akhirat kelak. Fungsi ganda manusia itu dikenal dalam istilah agama
sebagai fungsi kekhalifahan dan kehambaan (untuk mengabdi dan beribadah

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai
dengan makalah “Hakikat, Martabat, dan Tanggung jawab manusia” bisa di simpulkan
bahwa Hakikat atau esensi manusia dilihat dari aspek psikologis (kejiwaan). Martabat
manusia dapat dilihat dari kelebihan manusia yang dijadikan sebagai khalifah Allah di
bumi menjadikan mereka mempunyai sejumlah hak dan kewajiban. Adapun tanggung
jawab manusia dapat dilihat dari manusia yang diciptakan untuk mengelola dan
memanfaatkan alam untuk mencapai kehidupan materi yang sejahtera dan bahagia di
dunia, sekaligus dengan demikian ia dapat melaksanakan tugas beribadah kepada
Pencipta untuk mencapai kebahagiaan immateri di akhirat kelak.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentu nya dapat di pertanggung jawabkan.Untuk saran
bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari
makalah adalah daftar pustaka.

20
DAFTAR PUSTAKA

A. B Shah. (1986). Metodologi Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

A. Yazid dan Qasim Lho. (1977). Himpunan Hadits-Hadits Lemah dan Palsu. Bandung: Bina
Ilmu.

Abudin Nata. (1994). Alquran dan Hadits. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
_____________.(1999). Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ali Abdul Adzim. (1989). Epistemologis dan Aksiologi Ilmu PerspektifAlquran. Bandung:
Rosda.

Al-Quran dan Terjemahannya (Depag RI, 1986).

Andi Hakim Nasution. (1988). Pengantar ke Filsafat Ilmu. Jakarta: Litera Antar Nusa.

C. A. Qadir, (Ed.). (1989). Ilmu Pengetahuan dan Metodenya. Jakarta Yayasan Obor
Indonesia.

Daniel W. Brown. (1991). Relevansi Sunnah dalam Islam Modern. Bandung: Mizan.

Dawud Al-Aththar. (1994). Ilmu Alquran. Bandung: Pustaka Hidayah.

Dedy Mulyana, (Ed.). (1996). Berpaling Kepada Islam. Bandung: Rosda

Departemen Agama RI. (2001). Kapita Selekta Pengetahuan Agama Islam. Jakarta: Dirjen
Binboga Islam.

E. Hasan Saleh. (2000). Studi Agama Islam di Perguruan Tinggi. Cetakan Kedua.
Jakarta : ISTN.

Endang Saifuddin Anshari. (1983). Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran tentang Islam dan
Umatnya. Bandung: Pustaka.

Fazlur Rahman. (1984). Islam. Bandung: Pustaka.

Hasan Langgulung. (1986). Manusia dan Pendidikan: Studi Analisis Psikologis dan
Pendidikan. Jakarta: Pustaka Alhusna.

Husein Bahreisy. (t.th.). Studi Hadits Nabi. Surabaya: Amin

Iwan Kusuman Hamdan, dkk. (Eds.). (1995). Mukjizat Alquran dan AsSunnah tentang
IPTEK. Jakarta: GIP.

Jujun S. Suriasumanteri. (1985). Filsafat Ilmu:Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.


_____________. (1978). Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Gramedia.

Karen Armstrong. (2001). Muhammad Sebagai Nabi. Jakarta: Risalah Gusti.

21
M. Ali Usman, dkk. (1993). Hadits Qudsi:Firman Allah Tidak Dicantumkan dalam Alquran.
Bandung: Diponegoro.

Moh. Syafaat. (1965). Mengapa Anda Beragama Islam. Jakarta: Wijaya.

Moh. Thahir Hakim. (1984). Sunah dalam Tantangan Pengingkarnya. Jakarta: Granada.

Muh. Al-Ghazali. (1991). Keprihatinan Seorang Juru Dakwah. Bandung: Mizan.

Muh. Husain Haekal. (1980). Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Pustaka


Jaya.

Muh. Sa‟id Ramadlan Al-Buthy. (1992). Sirah Nabawiyah. 3 Jilid. Jakarta: Robbani Pres.

Muh. Zulkarnain. (t. th.). Mengapa Saya Masuk Agama Islam. Semarang: Ramadahani.

Muhammad Quraish Shihab. (1992). Membumikan Alquran. Bandung: Mizan.


______________. (1996). Wawasan Alquran. Bandung: Mizan.
Murtadla Mutahhari. (1984). Manusia dan Agama. Bandung: Mizan.

Nico Syukur. (1992). Pengalaman dan Motivasi Beragama. Jakarta: Leppenas.

Nurcholis Madjid. (2000). Pesan-pesan Takwa. Jakarta: Paramadina.

Rabithal Alam Islamy. (1979). Mengapa Kami Memilih Islam. Bandung: Almaarif.

Roger Graudy. (1982). Janji-janji Islam. Jakarta: Bulan Bintang.


______________. (1986). Mencari Agama pada Abad XX. Jakarta: Bulan Bintang.

______________. (1987). Krisis Global Dunia Barat:Di mana Islam. Surabaya: Amarpres.

Rus‟an. (1981). Lintasan Sejarah Islam Zaman Rasululah. Semarang: Wicaksana.

Shaifurrahman Al-Mubarakfury. (1997). Sirah Nabawiyah. Jakarta: AlKautsar.

Syamsudin Abdullah. (1977). Agama dan Masyarakat. Jakarta: Logos.

yamsul Rijal Hamid. (1997). Buku Pintar Agama Islam. Edisi Senior. Jakarta: Penebar
Salam.

T.M. Hasbi Ash-Shiddiqy. (1977). Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta: Bulan
Bintang.

Thomas W. Arnold. (1981). The Preaching of Islam. Jakarta: Widjaya.

Zakiah Derajat, dkk. (1986). Dasar-dasar Agama Islam: Buku Dasar Pendidikan Agama
Islam di Perguruan Tinggi Universitas Terbuka.

22

Anda mungkin juga menyukai