Anda di halaman 1dari 13

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PEMASANGAN KAWAT GIGI YANG

DILAKUKAN OLEH TUKANG GIGI DARING

Della Atrasina Joesinda


(SI Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya)
dellajoesinda@mhs.unesa.ac.id

Eny Sulistyowati
(S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Univeritas Negeri Surabaya)
enysulistyowati@unesa.ac.id

Abstrak

Banyak ditemui di media daring iklan pemasang kawat gigi yang menjual serta
memberikan penawaran dengan harga murah untuk memasangkan kawat gigi kepada
konsumen tanpa memiliki wewenang, keahlian dan tidak memiliki surat izin praktik dari
pemerintah. Kesalahan yang dilakukan oleh pemasang kawat gigi daring termasuk dalam
suatu perbuatan melawan hukum, karena para konsumen mengalami kerugian materil dan
inmateril. Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis pemasangan kawat gigi yang tidak
dilakukan oleh dokter gigi yang di iklankan melalui media daring dapat dianggap sebagai
bentuk perbuatan melawan hukum dan 2) mengetahui dan memahami bentuk
pertanggungjawaban jika konsumen mengalami kerugian setelah melakukan pemasangan
kawat gigi yang tidak dilakukan oleh dokter gigi. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian yurdisi normatif dengan pendekatan statute approach dan conceptual approach.
Hasil penelitian ini adalah Pemasangan kawat gigi yang dilakukan bukan oleh dokter gigi
yang diiklankan melalui media daring telah memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan
hukum. Dikaitkan dalam Pasal 1365 KUHPer maka pertanggungjawaban pelaku usaha
pemasangan kawat gigi yang telah memenuhi unsur perbuatan melawan hukum dapat
dituntut untuk mengganti kerugian dengan melihat biaya yang dikeluarkan, kerugian yang
sesungguhnya, dan keuntungan yang diharapkan (bunga). UU Perlindungan Konsumen
juga memberikan pengaturan mengenai pertanggungjawaban produk (product liability)
dimana hal tersebut dapat dikualifikasikan secara perdata dan pidana. Diperlukan
pengawasan secara berkala dan berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat
berkoordinasi dengan pemerintah daerah terhadap iklan yang menyesatkan yaitu penawaran
jasa pemasangan kawat gigi melalui media daring.
Kata Kunci : Iklan, Kawat Gigi, PMH, Perlindungan Konsumen.

Abstract
There are many online advertisements for online braces online that sell and offer cheap
prices to pair braces with consumers without authority, expertise and do not have a
practice license from the government. Mistakes committed by online braces are included in
an unlawful act, because consumers suffer material and material losses. The purpose of
this study is 1) analyzing the installation of braces that are not done by dentists advertised
through online media can be considered as a form of unlawful acts and 2) knowing and
understanding the forms of liability if consumers experience losses after installing braces
that are not done by dentist. This study uses a type of normative jurisdiction research with
a statute approach and conceptual approach. The results of this study are that the
installation of braces which is not done by doctors advertised through online media has
fulfilled the elements of unlawful acts. Attributed in Article 1365 of the Indonesian
Criminal Code, the liability of dental braces businesses that have fulfilled the elements of
unlawful acts can be sued for compensation by looking at costs incurred, actual losses and

1
expected profits (interest). The Consumer Protection Act also provides regulations on
product liability where it can be qualified both civil and criminal. Periodic and ongoing
supervision is needed by the central government in coordination with the local government
on misleading advertisements, namely offering dental braces through online media.
Keywords: Braces, Consumer Protection, Online Advertising, Unlawful Actions.

PENDAHULUAN 4) Gigi tiruan (Prosthodonsi)


Kesehatan merupakan modal utama dalam 5) Kedokteran gigi dan anak
pembangunan yang membawa dampak terhadap (Periodensi)
pembangunan nasional, karena dengan keadaan 6) Penyangga gigi
masyarakat yang sehat akan memaksimalkan 7) Penyakit mulut
pembangunan Indonesia. Pasal 1 ayat (1) Undang- Perawatan dan pemasangan kawat gigi hanya
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bisa dilakukan oleh dokter gigi spesialis. Dokter
menyatakan “Kesehatan adalah keadaan sehat, gigi spesialis adalah dokter gigi yang menjalani
baik secara fisik, mental, maupun sosial yang program pendidikan spesialis setelah
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif menyelesaikan pendidikan dokter gigi umum.
secara sosial dan ekonomis”. Program pendidikan spesialis dijalankan minimal
Kesehatan adalah masalah penting dalam secara 3 tahun di Perguruan Tinggi Negeri
rangka penunjang pembangunan masyarakat. maupun Perguruan Tinggi Swasta,bukan hanya
Pemerintah sebagai penyelenggara kepentingan mengikuti kursus singkat baik didalam maupun di
umum dalam pelaksanaannya berusaha untuk luar negeri (Antonia 2017).
meningkatkan derajat kesehatan bagi seluruh Kawat gigi merupakan teknologi di bidang
rakyat dengan mengikut sertakan seluruh lapisan kedokteran gigi untuk membantu orang yang
masyarakat dalam setiap usaha kesehatan, karena memiliki susunan gigi tidak teratur, atau istilah
disadari bahwa setiap Warga Negara Indonesia kedokterannya disebut dengan maloklusi. Pada
berhak memperoleh derajat kesehatan setinggi- umumnya maloklusi terjadi akibat faktor bawaan
tingginya (Tedjapermana 1988). antara lain termasuk gigi berjejal, adanya ruang
Kesehatan yang perlu dijaga salah satunya atau celah antar gigi, kelebihan atau kekurangan
adalah kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi gigi serta kelainan pada rahang dan muka. Selain
dan mulut berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. itu, maloklusi juga dapat ditimbulkan oleh
Sakit gigi dapat mengganggu kemampuan untuk kebiasaan buruk maupun faktor lain, menopang
makan dan minum. Bila asupan makan dan minum dagu dan, kebiasaan menghisap jari dalam jangka
terganggu, kesehatan tubuh pun akan terganggu waktu lama lebih dari lima tahun atau kebiasaan
pula.Tenaga kesehatan yang memiliki mengempeng saat balita terutama jika dotnya tak
kewenangan dalam melakukan perawatan orthodonti (tak sesuai dengan anatomi rongga
mengenai gigi dan mulut adalah dokter gigi. mulut dan geligi) bisa menyebabkan penampilan
Dokter gigi dapat merawat berbagai permasalahan gigi buruk (Ramadhan 2010).
gigi dan mulut seperti penambalan atau perawatan Perbaikan maloklusi selain kawat gigi cekat
gigi berlubang, perawatan gusi/gingivitis dan juga dikenal kawat gigi lepasan. Kawat gigi
jaringan penyangga gigi, pembersihan karang gigi, lepasan pada umumnya digunakan pada anak-anak
perawatan memutihkan gigi, perawatan saluran yang gigi tetapnya belum tumbuh semua namun
akar ataupun pembuatan gigi tiruan. perlu dilakukan perawatan. Sementara untuk
Dalam Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri kawat gigi cekat terdapat dua macam yang dapat
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1173 Tahun digunakan, yaitu dipasang di bagian luar gigi dan
2004 Tentang Rumah Sakit Gigi dan Mulut dipasang di bagian dalam gigi. Kawat gigi cekat
menjelaskan bahwa tenaga medis kedokteran gigi yang dipasang di bagian luar gigi tersebut ada
(Suryanegara 2000) : yang terbuat dari metal dan ada yang transparant.
a. Dokter gigi; Dengan berkembangnya zaman, membuat
b. Dokter gigi spesialis : pemasangan kawat gigi populer di kalangan
1) Bedah mulut masyarakat. Keinginan untuk tampil lebih cantik
2) Meratakan gigi (orthodonsi) dan pentingnya sebuah penampilan dengan
3) Penguat gigi (Konservasi) senyum yang indah, penggunaan kawat gigi tidak

2
lagi untuk memperbaiki fungsi dari gigi, namun Jadi pada dasarnya kewenangan tukang gigi
kawat gigi sudah menjadi aksesoris bagi hanya sebagimana diatur Pasal 6 ayat (2)
masyarakat. Bentuk dan model yang unik Permenkes No 39 Tahun 2014 (Nurfaizah 2017).
menjadikan kawat perata gigi dialih fungsikan Dalam Pasal 9 Permenkes No 39 Tahun 2014 juga
sebagai penghias. Sebenarnya, tidak semua orang sudah diatur dengan tegas bahwa tukang gigi
membutuhkan kawat gigi. dilarang melakukan pekerjaan selain
Bahan yang digunakan untuk kawat gigi dapat kewenangannya tersebut. Pasal 9 Permenkes No
terbuat dari bahan metal/stainless steel, porselain, 39 Tahun 2014, menyebutkan bahwa tukang gigi
komposit atau kombinasi stainless steel porcelain. dilarang :
Untuk terlihat lebih elegan, kawat gigi juga ada a. Melakukan pekerjaan selain kewenangan
yang terbuat dari porselen transparan serupa yang diatur dalam Pasal 6 ayat (2);
warna gigi sehingga pemakaian kawat gigi b. Mewakilkan pekerjaannya kepada orang
tersamarkan. Selain bahan, kawat gigi juga lain;
memiliki karet yang beragam warna yang c. Melakukan promosi yang mencantumkan
berfungsi untuk mengencangkan bracket dan dapat pekerjaan selain yang diatur dalam Pasal
memberi kesan modis bagi para pemakai. 6a
Melonjaknya peminat pemasangan kawat gigi yat (2);
di kalangan masyarakat untuk tujuan memperbaiki d. Melakukan pekerjaan secara berpindah-
penampilan maupun dengan tujuan kesehatan pindah.
mengakibatkan banyak orang mengambil resiko Namun praktik yang dilakukan oleh
untuk memakainya. Tingginya harga pemasangan pemasang kawat gigi daring tidak memiliki surat
kawat gigi yang ditawarkan oleh dokter gigi izin praktik (SIP) maupun surat tanda register
berkisar Rp. 5.000.000,00 untuk behel logam (STR) dari pemerintah setempat. Praktik
biasa, dan kualitas impor bisa mencapai Rp. kedokteran diatur dalam peraturan perundang-
7.500.000,00 hingga Rp.12.000.000 (Patricia undangan, yaitu Undang-Undang Nomor 29 tahun
2017). Dengan tingginya harga yang diberikan 2004 tentang Praktik Kedokteran. Pada Pasal 73
oleh dokter gigi, masyarakat rela mengambil jalur ayat (2) menjelaskan bahwa :
alternatif dengan menggunakan kawat gigi lepas “Setiap orang dilarang menggunakan alat,
pasang atau behel fashion untuk mengikuti tren. metode atau cara lain dalam memberikan
Apalagi di zaman yang serba modern seperti ini, pelayanan kepada masyarakat yang
masyarakat bisa mendapatkan berbagai macam menimbulkan kesan seolah-olah yang
penawaran untuk pemasangan kawat gigi melalui bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi
media daring . yang telah memiliki surat tanda registrasi
Banyak ditemui dimedia daring iklan dan/atau surat izin praktik”.
pemasang kawat gigi daring menjual serta Pemasang kawat gigi daring yang tidak
memberikan penawaran dengan harga murah pernah mendapatkan pendidikan kedokteran gigi
untuk memasangkan kawat gigi kepada konsumen bisa membawa efek samping yang lebih parah
tanpa memiliki wewenang, keahlian dan tidak pada konsumen jika praktiknya tidak dihentikan.
memiliki surat izin praktik dari pemerintah. Efek itu mulai dari infeksi ringan pada gusi
Berbeda dengan tukang gigi yang telah memiliki sampai ke jaringan yang lebih dalam pada tulang
izin dalam menjalankan praktiknya. Pekerjaan yang dapat menyebabkan pembengkakan. Selain
tukang gigi tersebut dijelaskan dalam Pasal 6 ayat itu, resiko jaringan yang tumbuh tidak normal,
(2) Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 39 Tahun arahnya dapat berakibat pada keganasan (Candra
2014 hanya berupa : 2011).
a. Membuat gigi tiruan lepasan sebagian Pemasang kawat gigi daring hanya belajar
dan/atau penuh yang terbuat dari bahan dan bekerja pada model gigi tanpa pernah
heat curing acrylic yang memenuhi mempelajari langsung pada gigi yang terdapat
ketentuan persyaratan kesehatan; pada tengkorak manusia dan tidak belajar
b. Memasang gigi tiruan lepasan sebagian mengenai aspek medis terkait dengan alat-alat
dan/atau penuh yang terbuat dari bahan yang digunakan. Pemasang kawat gigi daring
heat curing acrylic dengan tidak hanya bermodalkan aspek keturunan, otodidak
menutupi sisa akar gigi. atau alih keterampilan misalnya karena sudah
lama menjadi asisten tukang gigi atau Dokter gigi

3
tanpa ada Pendidikan formal opnum inipu nekat METODE
melakukan praktek pemasangan kawat gigi Penelitian ini adalah jenis penelitian normatif.
(Marsela 2015). Penelitian normatif yaitu proses untuk
Alat yang digunakan dalam pemasangan menemukan suatu aturan hukum, prinsip hukum,
kawat gigi pun diperoleh secara daring yang maupun doktrin hukum guna menjawab isu
dijual secara bebas, dan dapat diperoleh dengan hukum yang diteliti (Marzuki 2013). Penelitian ini
mudah. Bahan yang digunakan juga belum lulus menganalisis pemasangan kawat gigi yang tidak
uji laboratorium. Tidak hanya itu, pemasangan dilakukan oleh dokter gigi yang di iklankan
kawat gigi yang banyak beredar melalui media melalui media daring dapat dianggap sebagai
daring juga memberikan fasilitas home care / bentuk perbuatan melawan hukum dan
home service atau bisa melakukan pemasangan mengetahui dan memahami bentuk
kawat gigi dirumah (Sularji 2008). Dalam hal ini pertanggungjawaban jika konsumen mengalami
para calon konsumen tidak perlu datang ketempat kerugian setelah melakukan pemasangan kawat
praktik yang disediakan, tetapi para konsumen gigi yang tidak dilakukan oleh dokter gigi.
yang didatangi untuk memasangkan kawat gigi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
Padahal hal itu dilarang, mengingat untuk normatif ini adalah pendekatan perundang-
memasangkan kawat gigi membutuhkan alat-alat undangan (statute approach) dan pendekatan
yang hanya bisa dilakukan menggunakan kursi konseptual (conceptual approach) (Asikin 2003).
dental unit. Pendekatan perundang-undangan (statute
Pemasangan kawat gigi pada saat ini, approach) diperlukan guna mengkaji lebih lanjut
merupakan bisnis yang berpotensi. Namun banyak mengenai pemasangan kawat gigi yang dilakukan
konsumen yang tidak memperhatikan keselamatan bukan oleh dokter gigi yang diiklankan di media
dan kesehatan saat melakukan pemasangan kawat daring. Pendekatan konseptual (conseptual
gigi yang tidak dilakukan oleh dokter gigi. Hal ini approach) digunakan untuk mengkaji mengenai
akan membahayakan bagi konsumen dikemudian konsep dan pengertian perbuatan melawan hukum
hari jika tidak adanya perlindungan. dan pertanggungjawabannya.
Kasus yang terjadi kepada Tasya, warga di Pengumpulan bahan hukum dalam
kampung Ciwalen, kelurahan Ciwalen, Kecamatan Penelitian Hukum Normatif adalah metode
Garut Kota, mengalami pembengkakan di bagian
penelitian hukum yang dilakukan dengan
gusi usai memasang kawat gigi di salah satu
tempat pemasangan kawat gigi daring yang berada meneliti bahan pustaka atau data sekunder
di Garut. Tempat praktik pemasang kawat gigi (Achmad 2010). Teknik pada pengumpulan
tersebut tidak mau bertanggungjawab atas apa bahan hukum yang digunakan oleh peneliti
yang telah dilakukannya (SN 2018). dalam melakukan penelitian hukum ini ialah
Perbuatan melawan hukum adalah suatu dengan cara studi kepustakaan yang berkaitan
bentuk perikatan yang lahir dari undang-undang dengan konsep perbuatan melawan hukum dan
sebagai akibat perbuatan manusia yang melanggar
pertanggungjawabannya pemasangan kawat gigi
hukum yang diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPer) (Garner 2004). Dalam (Soekanto 2003).
Pasal 1365 KUHPerdata menjelaskan bahwa : Dalam penelitian ini digunakan metode
“Tiap perbuatan melanggar hukum dan analisis bahan hukum yang bersifat preskriptif
membawa kerugian kepada orang lain, yang artinya ilmu hukum mempelajari tujuan
mewajibkan orang yang menimbulkan hukum, konsep serta nilai-nilai keadilan dalam
kerugian itu karena kesalahanya untuk suatu norma hukum. (Marzuki 2013) Dengan
mengganti kerugian tersebut.”
penggunaan metode ini diharapkan terdapat
Kajian teoritik yang berkaitan dengan
permasalahan pemasangan kawat gigi yang suatu argumentasi dan konsep yang mengandung
dilakukan bukan oleh dokter gigi yang diiklankan nilai dan dapat dijadikan suatu pertimbangan
di media daring adalah kajian teoritik mengenai dalam menyelesaikan permasalahan yang
perlindungan konsumen, kajian pemasangan berhubungan dengan penelitian ini
kawat gigi, kajian teori perbuatan melawan hukum
dan pertanggungjawabannya. PEMBAHASAN

4
1. Bentuk Pertanggungjawaban atas ahli dalam menguraikan unsur-unsur perbuatan
Perbuatan Melawan Hukum Dalam melawan hukum memiliki perbedaan tipis dalam
Pemasangan Kawat Gigi Yang Dilakukan berpandangan menafsirkan Pasal 1365 BW.
Oleh Tukang Gigi Daring Hoffman menerangkan bahwa untuk adanya suatu
Sebagaimana diketahui bahwa UU perbuatan melawan hukum harus dipenuhi empat
Perlindungan Konsumen telah memberikan unsur, yaitu (Gautama 1973) :
perlindungan kepada konsumen yang dirugikan 1) Ada yang melakukan perbuatan
dengan melakukan gugatan. Hal tersebut 2) Perbuatan itu harus melawan hukum
dituangkan dalam Pasal 45 ayat (1) UU 3) Perbuatan itu menimbulkan kerugian terhadap
Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa orang lain
(Az 2006) : 4) Perbuatan tu dapat dicelakakan kepadanya.
“Setiap konsumen yang dirugikan bisa Adapun unsur-unsur perbuatan melawan
menggugat pelaku usaha melalui lembaga hukum ini bersifat kumulatif yang artinya semua
yang bertugas menyelesaikan sengketa antara unsur tersebut harus dipenuhi secara
konsumen dengan pelaku usaha atau melalui keseluruhan, artinya apabila salah satu unsur
peradilan yang berada dilingkungan peradilan tidak terpenuhi maka tidaklah suatu perbuatan
umum” dikatakan merupakan perbuatan melawan
Pasal tersebut menjelaskan adanya kesempatan hukum. Melalui unsur-unsur tersebut, penulis
bagi konsumen melakukan gugatan baik melalui mencoba menguraikan fakta pemasangan kawat
lembaga penyelesaian sengketa antara konsumen gigi yang dilakukan bukan oleh dokter gigi
dan pelaku usaha atau melalui peradilan umum. dengan merujuk pengertian dan konsep masing-
Dalam hal melalui peradilan umum perlu masing unsur tersebut.
ditentukan pula kualifikasi pelanggaran karena Unsur Pertama yakni suatu perbuatan, yang
seperti yang diketahui dalam lingkup peradilan dalam perbuatan melawan hukum merupakan
perdata terdapat 2 (dua) kualifikasi gugatan yakni unsur utama yang harus terpenuhi. Perbuatan
gugatan wanprestasi maupun gugatan perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan dalam bentuk
melawan hukum (Nugroho 2009). aktif maupun dalam bentuk pasif, dimana si
Pada kasus pemasangan kawat gigi yang pelaku mempunyai kewajiban hukum untuk
dilakukan bukan oleh dokter gigi dikaitkan dengan melakukan suatu perbuatan tertentu, dengan
fakta yang terjadi maka dapat dianalisis dengan tidak dilakukannya perbuatan yang menjadi
konsep perbuatan melawan hukum seperti yang kewajibannya maka itu sebagai pemenuh
dijelaskan dalam Pasal 1365 BW yang menyatakan perbuatan dalam unsur perbuatan melawan
bahwa : hukum.
“Tiap perbuatan melanggar hukum dan Pembahasan mengenai perbuatan
membawa kerugian kepada orang lain, pemasangan kawat gigi yang bukan dilakukan
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian oleh dokter gigi spesialis dapat dibahsa dengan
itu karena kesalahanya untuk mengganti melihat istilah “perbuatan” dalam Pasal 1365
kerugian tersebut.” KUHPerdata mencakup dua pengertian yakni :
Sudargo Gautama menjelaskan pada dasarnya 1) sebagai perbuatan dengan segi positif
perbuatan melawan hukum adalah kumpulan dari artinya perbuatan itu merupakan
prinsip- prinip hukum yang bertujuan untuk perwujudan dari ”berbuat semua”
mengontrol atau mengatur perilaku berbahaya 2) sebagai perbuatan dengan segi negatif
untuk hukum yang bertujuan untuk mengontrol artinya perbuatan yang berupa
atau mengatur perilaku berbahaya untuk ”mengabaikan suatu keharusan”.
memberikan tanggung jawab atas suatu kerugian Sebagaimana diuraikan sebelumnya, sejak
yang terbit dari interaksi sosial dan untuk putusan Hooge Raad tanggal 31 januari 1919
menyediakan ganti rugi terhadap korban dengan dalam perkara Cohen v Lindenbaum, konsep
suatu gugatan yang tepat (Gautama 1973). perbuatan melawan hukum telah berkembang.
Unsur-unsur dalam hal perbuatan melawan Dimana sejak saat itu peradilan selalu
hukum adalah syarat-syarat materiil yang harus menafsirkan “melawan hukum” dalam arti luas.
dipenuhi agar suatu perbuatan dapat dikategorikan Suatu perbuatan dapat dikatakan melawan
sebagai perbuatan melawan hukum sehingga hukum, apabila:
menjadi dasar untuk menuntut ganti-kerugian. Para 1) Melanggar hak orang lain

5
2) Bertentangan dengan kewajiban ahli hukum, menjelaskan hukum mencakup
hukumnya sendiri keseluruhan norma-norma baik tertulis maupun
3) Bertentangan dengan kesusilaan yang tidak tertulis. Jadi bertentangan dengan
baik kewajiban hukum si pelaku adalah perbuatan
4) Bertentangan dengan keharusan dan yang selain bertentangan dengan hukum si
kepatutan yang harus diindahkan dalan pelaku adalah perbuatan yang selain
pergaulan masyarakat mengenai orang bertentangan dengan hukum tertulis
lain atau benda (wettelijkplicht), juga bertentangan dengan hak
Kriteria pertama dan kedua berhubungan orang lain menurut Undang-Undang
dengan hukum tertulis, sedangkan kriteria ketiga (wettelijkrecht), karena itu juga istilah yang
keempat berhubungan dengan hukum tidak dipakai adalah onrechtmatigedaad, bukan
tertulis. Kriteria pertama dalam unsur perbuatan onwetmatigedaad.
melawan hukum adalah Perbuatan yang Dilihat dengan kasus pemasangan kawat gigi
bertentangan dengan hak orang lain maksudnya yang terjadi maka terdapat perbuatan hukum yang
bertentangan dengan hak subjektif orang lain bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku
atau bertentangan dengan subjektiefrecht, dimana usaha pemasangan kawat gigi yakni seperti yang
arti dari subjektiefrecht adalah kewenangan yang dijelaskan dalam UU Perlindungan Konsumen
berasal dari suatu kaedah hukum. Menurut mengenai kewajiban pelaku usaha. Dalam hal ini
Meyers, hak subjektif menunjuk kepada suatu para tukang gigi sebagai pelaku usaha
hak yang diberikan oleh hukum kepada pemasangan kawat gigi tidak mengindahkan
seseorang secara khusus untuk melindungi ketentuan Pasal 7 UU Perlindungan Konsumen
kepentingannya (Gautama 1973) khususnya mengenai beritikad baik dalam
(Sudargo,1973:52).. Melanggar hak subyektif melakukan kegiatan usahanya serta menjamin
orang lain, berarti melanggar wewenang khusus mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi
yang diberikan oleh hukum kepada seseorang. dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan
Menurut pandangan dewasa ini diisyaratkan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.
adanya pelanggaran terhadap tingkah laku Seperti yang disebutkan dalam pekerjaan tukang
berdasarkan hukum tertulis maupun tidak tertulis gigi tersebut dijelaskan dalam Pasal 6 ayat (2)
yang seharusnya tidak dilanggar oleh pelaku dan Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 39 Tahun
tidak ada alasan pembenar menurut hukum 2014 yang menyebutkan pekerjaan tukang gigi
(Rahardjo 2000). Dikaitkan dengan kasus yang memiliki izin hanya berupa:
pemasangan kawat gigi yang dilakukan bukan a. membuat gigi tiruan lepasan sebagian
oleh dokter gigi dan diiklankan dengan media dan/atau penuh yang terbuat dari bahan
daring maka dapat dikatakan bahwa terdapat heat curing acrylic yang memenuhi
pelanggaran hak subyektif dari konsumen yang ketentuan persyaratan kesehatan;
diatur dalam Pasal 4 UU Perlindungan b. memasang gigi tiruan lepasan sebagian
Konsumen tentang hak atas kenyamanan, dan/atau penuh yang terbuat dari bahan
keamanan, dan keselamatan dalam heat curing acrylic dengan tidak
mengkonsumsi barang dan/atau jasa dalam menutupi sisa akar gigi
perbuatan memasang kawat gigi disebabkan Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa
timbulnya pelanggaran atas kenyamanan, unsur pertama perbuatan melawan hukum telah
keamanan dan keselamatan dalam pemasangan terpenuhi karena adanya hak yang dilanggar dari
gigi (S2016) seseorang serta perbuatan tersebut bertentangan
Kriteria selanjutnya dalam unsur perbuatan dengan kewajiban hukum pelaku. Unsur perbuatan
melawan hukum adalah bertentangan dengan tersebut tidak bisa berjalan sendiri dan harus
kewajiban hukum dari pelakunya. Kewajiban dibuktikan dengan unsur-unsur lain seperti
hukum (rechtslicht) adalah suatu kewajiban yang kesalahan, kerugian serta hubungan sebab akibat.
diberikan oleh hukum terhadap seseorang. Unsur berikutnya dalam perbuatan melawan
Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku hukum adalah unsur kesalahan yang mana
berarti perbuatan tersebut bertentangan dengan terletak pada suatu perhubungan kerohanian
ketentuan Undang-Undang baik berupa suatu (psychisch verband) antara alam pikiran dan
keharusan atau larangan. Menurut pendapat perasaan sisubjek, dan perkosaan terhadap suatu
umum dewasa ini yang dikemukakan oleh para kepentingan tertentu (Gautama 1973). Istilah

6
kesalahan juga digunakan dalam arti kealpaan Unsur perbuatan melawan hukum
sebagai lawan dari kesengajaan (Gautama 1973). selanjutnya adalah unsur kerugian. Akibat dari
Kesalahan mencakup dua pengertian, yaitu: adanya perbuatan melawan hukum adalah
1) kesalahan dalam arti luas bila terdapat timbulnya kerugian bagi korban. Kerugian yang
unsur kealpaan dan kesengajaan disebabkan oleh perbuatan melawan hukum
2) kesalahan dalam arti sempit bila berupa dapat berupa (Sidharta 2000):
kesengajaan saja. 1) Kerugian materiil
Unsur kengajaan akan terpenuhi jika pada 2) terdiri dari kerugian yang nyata diderita
waktu seseorang melakukan perbuatan atau pada dan keuntungan yang seharusnya
waktu melalaikan kewajibannya, ia sudah diperoleh, dan
mengetahui bahwa akibat yang merugikan itu 3) Kerugian moril atau immaterial yang
akan timbul tapi ia tetap melakukan bersifat idiil
perbuatannya atau melalaikan kewajibannya atau 4) berupa ketakutan, penghinaan, rasa
dapat dikatakan bahwa kesalahan dalam arti sakit, tekanan jiwa, jatuh nama baik dan
sempit hanya berupa kesengajaan. kehilangan kesenangan hidup.
Pendapat umum yang juga sering Pada kerugian moril, ganti rugi yang
digunakan dalam kualifikasi perbuatan melawan berhubungan dengan tekanan mental (mental
hukum adalah mengenai kesalahan menurut disturbance) (Harahap 2008). Merupakan ganti
Voolmar yang dapat diartikan dalam arti objektif rugi yang biasanya berupa pemberian sejumlah
dan subyektif (Harahap 2008) . uang, yang diberikan kepada korban dari
1) Dalam arti subjektif (konkrit) perbuatan melawan hukum disebabkan korban
Harus dibuktikan bahwa dalam keadaan telah menderita tekanan mental atau yang lebih
sperti itu manusia yang normal dapat dikenal dengan ganti rugi immateriil. Ganti rugi
menduga timbulnya kemungkinan immateriil merupakan pemberian sejumlah uang
timbulnya akibat, dan kemungkinan ini yang tidak dapat diperhitungkan secara
akan mencegah manusia yang baik matematis, namun biasaya ditetapkan pada
untuk berbuat atau tidak berbuat, kebijaksanaan hakim yang diisyaratkan pada
sehingga apakah pelaku dapat jumlah ganti rugi sewajarnya.
mencegah timbulnya akibat dari Berdasarkan hal tersebut maka unsur
perbuatannya. kerugian dalam perbuatan melawan hukum pada
2) Dalam arti subyektif (abstrak) pemasangan kawat gigi yang dilakukan bukan
Harus diteliti, apakah si pelaku oleh dokter gigi telah terpenuhi. Melihat hasil
berdasarkan keahlian yang dimilikinya penelitian pada sub bab sebelumnya menjelaskan
akan menduga akibat dari perbuatannya bahwa kerugian materiilnya adalah seminggu
dan apakah perbuatannya dapat setelah pemasangan kawat gigi, bibirnya mulai
dipersalahkan kepadanya. Apakah bengkak dan dipenuhi dengan nanah. Kerugian
keadaan jiwanya adalah sedemikian lebih parahnya adalah Azila juga mengalami
rupa sehingga dia dapat menyadari sakit demam tinggi dan terbaring di tempat tidur
maksud dan arti perbuatannya. Selain setidaknya selama 3 hari. Sementara kerugian
itu, orang yang melakukan perbuatan immateril yang dialami oleh Azila adalah
melawan hukum harus dapat munculnya depresi dan rasa tidak percaya diri.
mempertanggungjwabakan Unsur yang terakhir dalam perbuatan
perbuatannya. melawan hukum adalah adanya hubungan kausal
Berdasarkan kasus pemasangan kawat gigi antara perbuatan dan kerugian (oorzakelijk
yang dilakukan bukan oleh dokter gigi spesialis verband). Dari perumusan Pasal 1365
maka dapat disimpulkan adanya kesalahan dari KUHPerdata dapat diktahui bahwa suatu
pelaku usaha yang bersifat subjektif dengan perbuatan tertentu dapat disebut sebagai sebab
pertimbangan bahwa pelaku menduga akibat dari (causa efficiens) dari suatu peristiwa tertentu.
perbuatannya dan apakah perbuatannya dapat Maksud dari sebab adalah sesuatu yang dengan
dipersalahkan kepadanya. Selain itu keadaan bekerjanya menimbulkan perubahan, yang telah
jiwanya adalah sedemikian rupa sehingga dia menimbulka akibat. Hubungan kausal atau
dapat menyadari maksud dan arti perbuatannya. hubungan sebab akibat menjadi persyaratan
penting karena untuk membuktikan antara

7
perbuatan melawan hukum yang dilakukan telah terbukti bahwa pelaku pelaku usaha dapat
dengan kerugian yang dialami harus terhubung menduga akibat dari akibat dari perbuatannya
dalam suatu kerangka kausalitas (Harahap 2008). dan apakah perbuatannya dapat dipersalahkan
Dalam hukum perdata ajaran kausalitas kepadanya. Unsur kerugian terpenuh karena
terutama mengenai persoalan apakah terdapat korban pemasangan kawat gigi mengalami
hubungan kausal antara perbuatan yang kerugian materiil dengan rusaknya bibir serta
dilakukan dan kerugian terdapat beberapa teori, kesehatan korban dan kerugian immateriilnya
salah satunya yaitu teori adequate (adequate adalah munculnya tekanan dan rasa tidak percaya
veroorzaking) dari Von Kries. Adequate adalah diri. Selanjutnya unsur hubungan sebab akibat
seimbang, pada teori ini bahwa perbuatan yang terpenuhi karena menurut teori conditio sine qua
harus dianggap sebagai sebab daripada akibat non bahwa penyebab kerugian yang dialami
yang timbul adalah perbuatan yang seimbang azalia merupakan akibat dari praktik pemasangan
dengan akibat. Dasar untuk menentukan kawat gigi yang tidak sesuai prosedur.
perbuatan yang seimbang tersebut adalah Pada pembahasan sebelumnya dijelaskan
perhitungan yang layak, sehingga menurut teori bahwa pemasang kawat gigi yang bukan dokter
ini digunakan kriterium ”kemungkinan terbesar” gigi yang diiklankan melalui media daring telah
(Sarwono 2011). memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan
Berdasarkan fakta yang terjadi dalam hukum. Hak-hak tertentu, baik mengenai hak-hak
pemasangan kawat gigi yang dilakukan bukan pribadi maupun mengenai hak-hak kebendaan dan
oleh dokter gigi dan dikaitkan dengan kerugian hukum akan melindungi dengan sanksi tegas baik
sebagai akibat yang dialami maka dapat ditinjau bagi pihak yang melanggar hak tersebut, yaitu
dari teori condition sine qua non bahwa penyebab tanggungjawab membayar ganti rugi kepada pihak
kerugian yang dialami azalia merupakan akibat yang dilanggar haknya (Setiono 2004). Dengan
dari praktik pemasangan kawat gigi yang tidak demikian setiap perbuatan yang menimbulkan
sesuai prosedur sesuai dalam Pasal 8 ayat (1) kerugian pada orang lain menimbulkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun pertanggungjawaban. Dalam Pasal 1365
2014 yakni : KUHPerdata menjelaskan bahwa “Tiap perbuatan
(1). Standar Pekerjaan Tukang Gigi sebagaimana melanggar hukum dan membawa kerugian kepada
dimaksud dalam Pasal 7 huruf a meliputi : orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan
a.pekerjaan Tukang Gigi kerugian itu karena kesalahanya untuk mengganti
b.pelaksanaan pekerjaan kerugian tersebut”. Dengan kata lain, mengikuti
c.tempat aturan pokoknya mengenai perbuatan melawan
d.peralatan hukum maka pertanggungjawaban dalam Pasal
e.hal-hal lain sebagai pedoman pelaksanaan 1365 KUHPer adalah dengan diberikannya ganti
tukang gigi kerugian atas perbuatan tersebut.
Dengan demikian maka unsur adanya Penghitungan ganti kerugian dalam
hubungan sebab akibat telah terpenuhi dalam perbuatan melawan hukum didasarkan pada
kasus pemasangan kawat gigi yang dilakukan kemungkinan adanya tiga unsur yaitu biaya,
bukan oleh dokter gigi. kerugian yang sesungguhnya, dan keuntungan
Merangkum dari penjelasan unsur-unsur yang diharapkan (bunga). Kerugian itu dihitung
perbuatan melawan hukum diatas sebelumnya, dengan sejumlah uang. Kitab Undang-Undang
maka dapat disimpulkan bahwa pemasangan Hukum Perdata membagi masalah
kawat gigi yang dilakukan bukan oleh dokter pertanggungjawaban terhadap perbuatan melawan
gigi yang diiklankan melalui media daring telah hukum menjadi 2 golongan, yaitu :
memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan 1) Tanggung jawab langsung Hal ini diatur
hukum. Unsur perbuatan dipenuhi dikarenakan dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Dengan
adanya hak yang dilanggar dari konsumen adanya interprestasi yang luas sejak tahun
pemasangan kawat gigi yakni ha katas 1919 (Arest Lindenbaun vs Cohen) dari
keamanan, kenyamanan serta keselamatan sesuai Pasal 1365 KUHPerdata ini, maka banyak
dalam Pasal 4 UU Perlindungan Konsumen serta hal-hal yang dulunya tidak dapat dituntut
perbuatan tersebut bertentangan dengan atau dikenak kan sanksi atau hukuman,
kewajiban hukum pelaku usaha pemasangan kini terhadap pelaku dapat dimintakan
kawat gigi. Unsur kesalahan terpenuhi karena

8
pertanggung jawaban untuk membayar masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
ganti rugi. kesehatan gigi yang terjangkau.
2) Tanggung jawab tidak langsung Menurut Berdasarkan hal tersebut maka pemasangan
Pasal 1367 KUHPerdata, seorang subjek kawat gigi yang dilakukan oleh tukang gigi
hukum tidak hanya bertanggung jawab memiliki Kedudukan Hukum sebagai alternative
atas perbuatan melawan hukum yang dari dokter gigi spesialis dalam melakukan
dilakukannya saja, tetapi juga untuk pemasangan kawat gigi. Kedudukan Hukum
perbuatan yang dilakukan oleh orang lain tukang gigi juga didukung dalam konsideran
yang menjadi tanggungan dan Peraturan Mentri Kesehatan Nomor
barangbarang yang berada di bawah 40/PUU-X/2012, tukang gigi dinyatakan tidak
pengawasannya. Tanggung jawab atas melanggar Undang-Undang Nomor 29 Tahun
akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan 2004 Tentang Praktik Kedokteran apabila
melawan hukum dalam hukum perdata, mendapatkan izin dari Pemerintah.
pertanggung jawabannya selain terletak Demikian bentukpertanggungjawaban
pada pelakunya sendiri juga dapat tukang gigi yang melakukan pemasangan kawat
dialihkan pada pihak lain atau kepada gigi yang telah memenuhi unsur perbuatan
negara, tergantung siapa yang melawan hukum dapat dituntut untuk mengganti
melakukannya. kerugian dengan melihat biaya yang dikeluarkan,
Dengan demikian maka dikaitkan dalam kerugian yang sesungguhnya, dan keuntungan
Pasal 1365 KUHPerdata maka yang diharapkan (bunga).
pertanggungjawaban tukang pemasangan kawat 2. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen
gigi yang telah memenuhi unsur perbuatan Pemasangan Kawat Gigi yang Dilakukan
melawan hukum dapat dituntut untuk mengganti Oleh Tukang Gigi Daring
kerugian dengan melihat biaya yang dikeluarkan, UU Perlindungan Konsumen juga melihat
kerugian yang sesungguhnya, dan keuntungan persoalaan tentang tanggung jawab produsen atas
yang diharapkan (bunga). kerugian sebagai akibat ditimbulkan oleh
Kedudukan hukum tukang gigi dijelaskan produknya. Persoalan ini lazim disebut dengan
dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri tanggung jawab produk. Sementara pada aspek
Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 yang pertama disebut dengan product liability, dalam
menyebutkan bahwa Tukang Gigi adalah setiap Bahasa Indonesia istilah product liability itu
orang yang mempunyai kemampuan membuat diterjemahkan menjadi tanggung jawab produk.
dan memasang gigi tiruan lepasan. Dikutip pula Agnes M. Toar mendefisinikan tanggung jawab
berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi ialah tanggung jawab para produsen untuk produk
Nomor 40/PUU-X/2012 disebutkan bahwa yang telah dibawanya ke dalam peredaran, yang
pekerjaan tukang gigi merupakan pekerjaan yang menimbulkan dan menyebabkan karena cacat
diperoleh secara turun temurun sebelum adanya yang melekat pada produk (Dewi 2015).
kedokteran gigi Indonesia, bahkan pekerjaan Dalam hal terjadinya resiko-resiko terhadap
tukang gigi tersebut menjadi inspirasi berdirinya Azalia maka pertanggungjawaban pelaku usaha
Lembaga Pendidikan Kedokteran Gigi di dapat dilihat dalam Pasal 19 UU Perlindungan
Indonesia Stovit di Surabaya tahun 1928. Konsumen (Suryanegara 2000), dimana hal
Secara tegas pun Putusan Mahkamah tersebut dapat dikualifikasikan secara perdata dan
Konstitusi Nomor 40/PUU-X/2012 juga bahwa pidana. Tanggung jawab pelaku usaha online shop
penghapusan pekerjaan tukang gigi dengan yang telah memasangkan kawat gigi melakukan
alasan pekerjaan tersebut berisiko sehingga kelalaian dalam praktik usahanya hanya sebatas
hanya dapat dilakukan oleh tenaga yang apa yang telah di tetapkan dalam Pasal 19 UU
berkompeten sebagaimana keterangan Perlindungan Konsumen, yaitu berupa tanggung
Pemerintah. Menurut Mahkamah hal tersebut jawab secara perdata dan secara pidana dimana
bukan merupakan penyelesaian yang tepat, konsumen yang merasa dirugikan yaitu Azalia
karena selain keberadaan pekerjaan tukang gigi dapat meminta ganti rugi dalam bentuk,
telah lebih dahulu ada sebelum adanya pengembalian uang atau penggantian barang
kedokteran gigi di Indonesia. Keberadaan tukang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya,
gigi dapat menjadi alternative lain bagi atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian
santunan.

9
Terhadap tanggung jawab pidananya, karena pelanggaran itu mala sanksi yang dapat
pemberian sejumlah ganti rugi tersebut ternyata diterima sesuai ketetuan Pasal 78 Undang-Undang
tidak menghapuskan kemungkinan adanya Praktik Kedokteran dapat dipidana dengan pidana
tuntutan pidana yang berdasarkan pada penjara paling lam 5 (lima) tahun atau denda
pembuktian mengenai unsur kesalahannya. paling banyak Rp. 150.000.000,00 (serratus lima
Sehingga Azalia masih dapat menuntut secara puluh juta rupiah).
pidana ke pelaku usaha, walaupun ia sudah Terhadap pertanggungjawaban pidana dapat
menerima ganti rugi berupa pengembalian uang mengacu pada ketentuan Pasal 62 ayat (1) UU
jasa yang setara nilainya. Dalam kasus ini Perlindungan Konsumen, antara lain pidana
pertanggungjawaban yang dapat dimintakan penjara maksimal 5 (lima) tahun atau denda
kepada pemasang kawat gigi yang di iklanlan di maksimum Rp. 2000.000,- (dua milyar rupiah).
media daring adalah sebagai berikut : Apabila melanggara ketentuan termuat dalam
1) Ganti rugi dalam hal terjadinya kerugian Pasal 8, 9, 10, 13, 15, 17, ayat (1) huruf a, b, c, e,
berdasarkan Pasal 58 Undang-Undang dan ayat (2), dan Pasal 18. Begitu pula dalam
Kesehatan yang mengatur bahwa setiap Pasal 62 ayat (2), menetapkan pelanggaran yang
orang berhak menuntut ganti rugi dilakukan pelaku usaha dan/atau pengurus yang
terhadap seseorang, tenaga kesehatan, mengakibatkan konsumen luka berat, sakit berat,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang cacat tetap, atau meninggal maka diberlakukan
menimbulkan kerugian akibat kesalahan ketentuan pidana yang berlaku sesuai ketentuan
atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan Pasal 62 ayat (3) (Jonathan 2019).
yang diterimanya. Pelaku usaha dan atau pengurusnya masi
2) Pertanggungjawaban secara perdata dapat dapat dijatuhi hukuman tambahan atas tindak
dimintakan kepada pelaku usaha online pidana sebagai disebut di atas berdasarkan Pasal
shop yang telah memasangkan kawat gigi 63 UU Perlindungan Konsumen, yang terdiri dari :
kepada Azalia apabila Azalia sebagai 1) Perampasan barang tertentu;
konsumen mengajukan tuntutan ganti 2) Pengumuman keputusan hakim;
kerugian berdasarkan wanprestasi atau 3) Pembayaran ganti rugi;
tuntutan ganti kerugian yang berdasarkan 4) Perintah penghentian kegiatan tertentu
perbuatan melawan hukum (Miru 2011). yang menyebabkan timbulnya kerugian
Dalam kasus ini, tuntutan ganti rugi yang konsumen;
didasarkan perbuatan melawan hukum 5) Kewajiban penarikan barang dari
lebih tepat digunakan daripada tuntutan peredaran; atau
berdasarkan wanprestasi. Hal ini 6) Pencabutan izin usaha.
dikarenakan bentuk prestasi yang Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
diperjanjikan oleh kedua pihak tidaklah bahwa meskipun pelaku usaha memberikan
jelas, dimana tidak memuat syarat sahnya gantirugi, akan tetapi hal tersebut tidak
perjanjian yang sesuai dengan Pasal 1320 menghapus tanggung jawab pidana. Dalam kasus
KUHperdata mengenai objek apa yang ini, pelaku usaha online shop yang memasangkan
diperjanjikan diantara kedua pihak karena kawat gigi dapat dikenai ancaman pidana
di dalam jasa ortodonto yang berdasarkan pasal 62 ayat (1) angka, yakni penjara
diperjanjikan umumnya hanyalah maksimal lima tahun denda maksimum Rp.
pemberian upaya maksimal dari tenaga 2.000.000.000,-(dua milyar rupiah) karena telah
kesehatan. melanggar ketentuan pasal 10 dan pasal 9 huru i
Pertanggungjawaban pidana juga dapat UU Perlindungan Konsumen.
dituntut kepada pelaku usaha online shop yang Mekanisme ganti kerugian dalam UU
memasangkan kawat gigi karena telah melanggar Perlindungan Konsumen dapat dilakukan dengan
Pasal 73 ayat (2) Undang-Undang Praktik 2 (dua) cara, yaitu :
Kedokteran yaitu larangan menggunakan alat, 1) Penyelesaian sengketa diluar pengadilan.
metode atau cara lain dalam memberikan 2) Penyelesaian sengketa melalui jalur
pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan pengadilan.
kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah Dengan penyelesaian sengketa di luar pengadilan,
dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat maka pihak dengan atau tanpa didampingi kuasa
tanda registrasi dan/atau surat izin praktik. Oleh hukum melakukan penyelesaian dengan cara

10
damai, salah satunya adalah dengan mediasi. untuk mengganti kerugian dengan melihat biaya
Dalam kasus pelayanan medis seperti ini, yang dikeluarkan, kerugian yang sesungguhnya,
Lembaga yang dapat melakukan mediasi adalah dan keuntungan yang diharapkan dalam
Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia pemasangan kawat gigi.
(YLKI) sebagai mediator. Dengan cara Undang-Undang Perlindungan Konsumen
penyelesaian yang mudah, murah, cepat dam juga memberikan pengaturan mengeai
rahasia (Hadjon 1987). pertanggungjawaban produk (product liability)
Dalam kasus ini, Azila juga dapat melakukan
dimana hal tersebut dapat dikualifikasikan secara
penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan.
Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan Pasal 45 jo perdata dan pidana. Mekanisme ganti kerugian
Pasal 48 UU Perlindungan Konsumen. Pada jalur dalam UU Perlindungan Konsumen dapat
ini, Azila dapat menggugat pelaku usaha online dilakukan dengan penyelesaian sengketa diluar
shop yang memasangkan kawat gigi untuk pengadilan maupun penyelesaian sengketa
mengganti kerugian yang diderita oleh Azila, yaitu melalui jalur pengadilan. Secara praktis,
rasa sakit yang disebabkan penanganan yang salah penyelesaian sengketa diluar pengadilan atau
terhadap pemasangan kawat gigi. Penyelesaian
jalur non litigasi dirasa lebih memiliki kelebihan
melalui jalur pengadilan ini mengikuti standar
hukum acara yang berlaku. kecepatan dan kemudahan.
Secara praktis, penyelesaian sengketa Dikaitkan dengan kasus pemasangan kawat gigi
melalui jalur non litogasi dirasakan lebih memiliki yang dilakukan oleh tukang gigi yang
kelebihan kecepatan dan kemudahan jika menimbulkan kerugian.
dikaitkan dengan kasus pemasangan kawat gigi
yang dilakukan oleh tukang gigi yang
menimbulkan kerugian. Kelebihan lahinnya
Saran
adalah Alternatif penyelesaian sengketa lebih luas,
tidak hanya terbatas pada sengketa-semgketa Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
keperdataan sehingga dirasa kurang dalam yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti
pembuktian unsur keperdataannya maka memiliki saran yang diperlukan yaitu:
penggugat tetap dapat melanjutkan penyelesaian 1) Kepada Pemerintah, diperlukan peraturan
sengketa yang dijalani. terbaru mengenai pemasangan kawat gigi
Kelebihan pada penyelesaian sengketa diluar melalui tukang gigi daring sehingga
pengadilan adalah proses yang dijalani. menjadi bentuk perlindungan kepada
Pendekatan consensus atau mufakat dalam proses konsumen yang akan melakukan
mediasi mengandung pengertian bahwa segala pemasangan kawat gigi. Peraturan
sesuatu yang dihasilkan dalam proses mediasi tersebut dapat merujuk dengan analisis
harus merupakan hasil kesepakatan atau dari pihak spesialis dokter gigi mengenai
persetujuan para pihak. Mediasi dapat ditempuh batasan yang dapat dilakukan oleh tukang
oleh para pihak yang terdiri atas dua pihak yang gigi dalam melakukan pemasangan kawat
bersengketa maupun lebih dari dua pihak gigi
(multiparties). 2) Kepada pihak Ikatan Dokter Indonesia
(IDI), diperlukan suatu aturan mengenai
PENUTUP izin pemasangan gigi yang dilakukan
Kesimpulan oleh tukang gigi daring. Aturan tersebut
Pemasangan kawat gigi yang dilakukan menjadi batasan kepada tukang gigi
oleg tukang gigi memiliki kedudukan hukum dalam memasang iklan serta menjadi
sebagai alternative dari dokter gigi spesialis aturan pertanggungjawaban jika ada
dalam melakukan pemasangan kawat gigi sesuai kerugian dan kesalahan dalam
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 pemasangan kawat gigi.
Tahun 2014 dan Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 40/PUU-X/2012 DAFTAR PUSTAKA
Bentuk pertanggungjawaban pelaku usaha
pemasangan kawat gigi yang telah memenuhi Buku
unsur perbuatan melawan hukum dapat dituntut

11
Achmad, Mukti Fajar dan Yulianto. 2010. Tinjauan Singkat. Jakarta: PT. Raja
Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan Grafindo Persada.
Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sularji. 2008. Heryumani Buku Ajar Ortodonsia I
Asikin, Amiruddin dan Zainal. 2003. Pengantar KGO I. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja Gigi Universitas Gajah Mada.
Grafindo Persada.
Suryanegara, Rina J. 2000. Memperbaiki Dan
Az, Nasution. 2006. Hukum Perlindungan Memperindah Posisi Gigi Anak. Jakarta:
Konsumen Suatu Pengantar. Jakarta: Diadit Tribus Agriwidya.
Media.
Tedjapermana, Abdoel Djamali R. dan Lenawati.
Dewi, Eli Wuria. 2015. Hukum Perlindungan 1988. Tanggung Jawab Hukum Seorang
Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Dokter Dalam Menangani Pasien. Jakarta:
A.Bardin.
Garner, Bryan A. 2004. Black’s Law Dictionary.
Eight Edit. St.Paul Minnesota: West
Publishing.
Jurnal/Artikel Ilmiah/Makalah
Gautama, Sudargo. 1973. Pengertian Tentang
Jonathan, Devi Dharmawan dan Ivonne. 2019.
Negara Hukum. Bandung: Alumni.
“Pertanggungjawaban Hukum Partik
Hadjon, Philipus M. 1987. Perlindungan Hukum Tukang Gigi Yang Melebihi Wewenagnya.”
Bagi Rakyat Di Indonesia. Sebuah Studi Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan 8(1):15.
Tentang Prinsip-Prinsipnya.
Marsela, Annisa. 2015. “Aktivitas Jasa
Penanganannya Oleh Pengadilan Dalam
Pemasangan Kawat Gigi (Studi Kasus
Lingkungan Peradilan Umum Dan
Terhadap Penyedia Jasa Pemasangan Kawat
Pembentukan Peradilan Administrasi
Gigi Di Kelurahan Simpang Tiga
Negara. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Kecamatan Bukit Raya).” Jurnal FISIP
Harahap, Yahya. 2008. Hukum Acara Perdata. 2(2):2.
Cetakan ke. Jakarta: Sinar Grafika.
Nurfaizah, Andi. 2017. “Perlindungan Hukum
Marzuki, Peter Mahmud. 2013. Penelitian Hukum. Terhadap Konsumen Atas Pelayanan Dan
Edisi Revi. Jakarta: Kencana Prenanda Jasa Praktek Tukang Gigi.” Jurnal Yustika
Media Group. 3(2):12.
Miru, Ahmadi. 2011. Pinsip-Prinsip S, Ramadhan. 2016. “Perlindungan Hukum Pasien
Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Pengguna Kawat Gigi Melalui Jasa Tukang
Indonesia. Jakarta: Rajawali Press. Gigi Secara Daring Dihubungkan Dengan
Undang-Undnag Nomor 8 Tahun 1999
Nugroho, Susanti Adi. 2009. Hukum Persaingan
Tentang Perlindungan Konsumen Junctis
Usaha Di Indonesia. Jakarta: Prenada Media
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Group.
Tentang Kesehatan, Dan Undang-Undang
Rahardjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: Nomor 11 .” Universitas Pasundan.
Citra Aditya Bakti.
Setiono. 2004. “Rule of Law (Supermasi
Ramadhan, Ardyan Gilang. 2010. Serba – Serbi : Hukum).” Universitas Sebelas Maret
Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jakarta: Surakarta.
Bukune.
Sarwono. 2011. Hukum Acara Perdata Teori Dan Jurnal
Praktik. Jakarta: Sinar Grafika. AT, Andi Nurfaizah, 2014,”Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen Atas pelayanan dan
Sidharta. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen
Jasa Praktek Tukang Gigi”, Fakultas
Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Hukum, Universitas Hasanuddin.
Soekanto, Sri Mamudji dan Soerjono. 2003. Ramadhan S, 2016, “Perlindungan Hukum Pasien
Penelitian Hukum Normatif : Suatu Pengguna Kawat Gigi Melalui Jasa

12
Tukang Gigi Secara Daring Dihubungkan Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik
Dengan Undang-Undnag Nomor 8 Tahun Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
1999 Tentang Perlindungan Konsumen Kesehatan Lembaran Negara nomor 144
Junctis Undang-Undang Nomor 36 Tahun Tahun 2009, Tambahan Lembaga Negara
2009 Tentang Kesehatan, dan Undang- Nomor 5063.
Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Indonesia, 2001. Peraturan Pemerintah Republik
Informasi dan Transaksi Elektronik”,
Indonesia, PP Nomor 58 Tahun 2001
Fakultas Hukum, Universitas Pasundan.
Tentang Pembinaan dan Pengawasan
Setiono, 2004, Rule of Law (Supermasi Hukum),
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen,
Surakart: Magister Ilmu Hukum Program
Lembaran Negara Nomor 103 Tahun 2001,
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Tambahan Lembaga Negara Nomor 4216
Surakarta.
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Website/Majalah/Surat kabar
Antonia, Melissa. 2017. “Teliti Sebelum Pasang
Kawat Gigi.” Kidzdental.Co.Id 1. Retrieved
April 20, 2018
(http://kidzdental.co.id/2011/04/teliti-
sebelum-pasang-kawat-gigi/).
Candra, Asep. 2011. “Tukang Gigi Dan Risiko
Infeksi.” Kompas.Com 1. Retrieved April
28, 2018
(https://lifestyle.kompas.com/read/2011/04/
04/14572541/Tukang.Gigi.dan.Risiko.Infeks
i).
Patricia. 2017. “Harga Pasang Behel Gigi
Bervariasi.” Klinikdoktergigi 1. Retrieved
April 28, 2018
(http://www.klinikdrg.com/harga-pasang-
behel-gigi-bervariasi/).
SN, Farhan. 2018. “Duh , Kawat Gigi Ini Merusak
Masa Depan Tasya , Diakses.” Garut-
Express.Com. Retrieved April 27, 2018
(http://garut-express.com/duh-kawat-gigi-
ini-merusak-masa-depan-tasya/).

Sumber Bahan Hukum


Indonesia, 1999. Undang-undang 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen,
Lembaran Negara Nomor. 42 Tahun 1999,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 381.
Indonesia, 2004. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran, Lembaran Negara
Nomor 116 Tahun 2004, Tambahan
Lembaga Negara Nomor 431

13

Anda mungkin juga menyukai