Anda di halaman 1dari 8

KLIPING SENI BUDAYA

PROPINSI SULAWESI TENGGARA

O
L
E
H

HANIFAH KHAIRUNNISA
KELAS IV

SD NEGERI 6 PADANG PANJANG BARAT


TAHUN AJARAN 2022/2023
1. Suku bangsa Sulawesi tenggara

• Suku Wolio.

• Suku Muna.

• Suku Moronene.

• Suku Kabaena.

• Suku Wawonii.

• Suku Bajau.

• Suku Bugis

2. Bahasa Sulawesi tenggara

Bahassa Tolaki merupakan Bahasa mayoritas di Sulawesi tenggara

3. Pakaian adat Sulawesi tenggara

No Macam Macam Pakaian Adat Sulawesi Tenggara

1 Pakaian Adat Suku Tolaki

2 Pakaian Adat Suku Muna

3 Pakaian Adat Suku Buton

Suku Tolaki merupakan


suku yang paling banyak atau
mayoritas menghuni Sulawesi
Tenggara, maka tidak heran jika
budaya dan tentunya pakaian
adat wanita atau pria suku Tolaki
menjadi ikon pakaian adat
Sulawesi Tenggara. Pakaian
tradisional khas suku Tolaki yang
paling populer adalah busana Babu Nggawi.
4. Rumah adat sulawesi tenggara

No Nama Rumah Adat Sulawesi Tenggara

1 Rumah Adat Mekongga

2 Rumah Adat Buton

3 Rumah Adat Laikas

4 Rumah Adat Benoa Tada


Rumah Adat Mekongga Rumah adat Laika Rumah adat banua
Tada

5. Pakaian adat sulawesi tenggara


Suku Tolaki merupakan suku yang paling banyak atau mayoritas menghuni Sulawesi
Tenggara, maka tidak heran jika budaya dan tentunya pakaian adat wanita atau pria
suku Tolaki menjadi ikon pakaian adat Sulawesi Tenggara. Pakaian tradisional khas
suku Tolaki yang paling populer adalah busana Babu Nggawi.
No Macam Macam Pakaian Adat Sulawesi Tenggara
1. Pakaian Adat Suku Tolaki
2. Pakaian Adat Suku Muna
3. Pakaian Adat Suku Buton

6. Lagu daerah sulawesi tenggara


Lagu Daerah Buton Wandiu-Ndiu.
Lagu Wandiu-Ndiu adalah salah satu lagu daerah Buton yang menarik.
Lagu Ini bercerita tentang seorang ibu yang berubah menjadi ikan duyung
sebab terlalu lama berenang di lautan mencari makan untuk anak-anaknya.
Lagu ini dinyanyikan oleh salah seorang anaknya yang memanggil-manggil
ibunya pulang untuk menyusui sang adik. Saat ibunya belum bersisik
seutuhnya, ia bisa mendengarkan dan datang menemui anaknya.

Lagu Daerah Buton Batu Poara.


Batu Poara adalah lagu daerah Buton yang bercerita tentang
keindahan dan misteri Batu Poara. Ini adalah salah satu objek wisata yang
terletak di kelurahan Wameo, Kecamatan Murhum. Legenda Batu Poara
merupakan pertanda hilangnya salah seorang penyiar agama islam di Buton
yang bernama Syech Abdul Wahid secara tiba-tiba. Oleh masyarakat
setempat beliau disebut "Apoaromo te Opuna" yang artinya beliau
menghadap kepada Tuhannya.

7. Tarian daerah sulawesi tenggara

Tari Lula atau Malulo.
Tarian ini pada awalnya merupakan tarian sakral dan penuh filosofis.
Akan tetapi, dalam perkembangannya Malulo sekarang menjadi tarian
pergaulan atau tarian rakyat yang biasanya dilakukan secara spontan pada
setiap acara baik itu acara pesta ataupun acara-acara yang dilaksanakan oleh
instansi-instansi atau organisasi.
Tari Umoara.
Tari Umoara merupakan salah satu tarian tradisional Sulawesi
Tenggara berupa tari perang yang ditarikan untuk menyambut tamu agung
pada saat perkawinan para bangsawan dan mengantar jenazah bangsawan.
Tarian ini juga dipertunjukkan dalam upacara pelantikan seorang raja. Tarian
ini mempertontonkan ketangkasan, kewaspadaan dalam menyerang musuh,
dan membela diri dalam pertempuran.
Tari Lariangi
Tari Lariangi merupakan tarian yang dipertunjukkan sebagai tari
pembukaan suatu acara pesta pertemuan sebagai penghormatan terhadap
tamu yang hadir. Tarian ini ditarikan oleh para penari wanita dan satu laki-laki.
Tarian ini biasanya dilakukan oleh para gadis keturunan bangsawan.

8. Senjata tradisional sulawesi tenggara


Badik Raja

Senjata tradisional Badik Raja adalah jenis


badik dari daerah Kajuara, di Kabupaten
Bone. Masyarakat sekitar percaya bahwa
badik yang bernama lain Gencong Raja ini
dibuat oleh mahluk halus, maka tak heran ada
kekuatan magis di senjata ini sangat tinggi.
Badik Raja berukuran agak besar dengan panjang antara 20 – 25 cm. Badik Raja
bentuknya mirip seperti Badik Lampo Battang dengan bilah membungkuk dan perut
bilah yang membesar.
Badik Lagecong

Senjata tradisional selanjutnya


yaitu Badik Lagecong yang pada zaman
dahulu dipakai sebagai senjata untuk
perang atau digunakan apabila keadaan
sedang terdesak. Badik ini memiliki
keunikan yaitu memiliki racun pada
bilahnya. Sehingga hal ini dapat menambah efek yang mematikan bagi lawan apabila
terkena senjata ini.

9. Makanan khas sulawesi tenggara


Kasuami

Kasuami atau kasoami adalah


olahan singkong yang terkenal dari
Sulawesi Tenggara. Bentuknya kerucut
menyerupai tumpeng. Cara membuat
kasuami, singkong diparut, dikeringkan,
disaring, dan dikukus. Kasuami disantap
seperti layaknya makanan pokok.
Biasanya dengan lauk ikan dan sayuran. Namun, kasuami juga bisa disantap
langsung tanpa lauk, layaknya kudapan.

Lapa-lapa

Lapa-lapa adalah makanan khas Kendari yang


berbahan dasar beras dan dimasak
bersama santan kelapa. Cara mengolahnya
direbus dan setelah matang dibungkus
menggunakan daun kelapa muda atau janur.
Lapa-lapa biasa disantap dengan ikan asin.
Teksturnya yang lembut menambah kegurihan.

Abon Ikan

Hidangan ini bisa disantap dengan berbagai lauk pauk, yakni abon
ikan. Seringnya, ditemukan di daerah pesisir pantai dekat daerah wisatawan.
Abon ikan rasanya gurih dan nikmat bagaikan bintang lima. Bisa bertahan
dalam waktu lama, sehingga cocok untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung
ke Sulawesi Tenggara.

Sinonggi

Makanan khas Suku Tolaki ini sangat mirip dengan


papeda khas Papua. Tradisi makan sinonggi bersama-
sama disebut mosonggi. Sama seperti papeda, sinonggi
jadi makanan pokok yang disantap dengan kuahikan asam
dan aneka sayuran lain.

10. upacara adat Sulawesi tenggara

Upacara Adat Kelahiran

Di daerah Muna sebelum


kelahiran dilakukan upacara yang
disebut kasambu. Upacara ini
dihadiri oleh kaum ibu. Upacara
tersebut bertujuan agar bayi yang akan lahir diberi kelancaran rezeki. Setelah
kelahiran bayi, dilakukan upacara kampua. Upacara tersebut dilakukan
setelah bayi berumur 44 hari dengan perlengkapan 44 ketupat untuk bayi laki-
laki dan 44 pisang untuk bayi perempuan. Pada upacara ini dibacakan doa
selamatan dan pada saat itu dilakukan pemotongan rambut untuk pertama
kalinya. Kemudian, upacara turun tanah disebut upacara kaghabui. Dalam
upacara ini anak digendong dengan diikuti oleh seseorang yang membawa
abu dapur. Setiap persimpangan yang dilewati abu dapur ditebarkan. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar si bayi tidak mudah terkena penyakit dan
terhindar dari roh-roh jahat. 

Upacara Menjelang Dewasa

Bagi seorang gadis yang menginjak masa dewasa diadakan suatu


pesta dengan suatu upacara pemotongan rambut. Upacara ini merupakan
pengaruh masuknya agama Islam. Selain itu ada upacara pemingitan yang
disebut karia (Muna), manggilo (Tolaki), yang merupakan upacara penyucian
bagi seorang gadis menjelang dewasa. Mereka yang menjalani upacara ini
dikurung empat hari empat malam serta dilarang menginjakkan kaki di tanah. 

Monahu Ndau

Upacara ini
merupakan upacara yang
dilakukan setelah panen
padi yang mengambil
tempat di lapangan
terbuka dengan
mendirikan rumah-rumah
kecil untuk
menggantungkan
kendang (okanda). Upacara ini dipimpin oleh seorang dukun yang disebut
dengan mbusehe (Tolaki) yang dihadiri oleh semua lapisan masyarakat.
Upacara ini dilangsungkan selama tiga hari berturut-turut. Upacara ini sebagai
pemberkatan bibit padi yang akan ditanam pada tahun berikutnya. Dalam
upacara ini para pengunjung menarikan tari lulo ngganda yang diiringi oleh
tetabuhan okanda (gendang), yang dipukul pertama kali oleh orang yang
merupakan keturunan pemelihara okanda tadi.

Anda mungkin juga menyukai