Anda di halaman 1dari 28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Pra Siklus


Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas
dilakukan. Untuk mengetahui kondisi awal, maka peneliti melakukan observasi di
kelas IV SD Negeri Lebak 02. Observasi dilakukan pada minggu 2 bulan april
hingga minggu ke 3 bulan Mei tahun 2017 selama 4 jam pertemuan pada pelajaran
IPA. Observasi dilakukan selama dua kali, hal ini bertujuan untuk menemukan
permasalahan yang dialami siswa dalam pelajaran IPA. Hasil observasi
menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan kurang membuat siswa aktif,
bahkan beberapa siswa terlihat bosan dan mulai tidak memperhatikan apa yang
guru terangkan. Setelah dilakukan wawancara dengan guru, guru menyatakan
bahwa hampir seluruh siswa kelas IV setelah pulang dari sekolah, siswa belajar
mengaji diluar sekolah. Hal itu dikarenakan faktor lingkungan dan keluarga yang
masih menekankan aspek keagamaan, jadi siswa sering lupa apa yang telah
diajarkan oleh guru, sehingga membuat guru harus bekerja keras, agar siswa tidak
mudah lupa dan mengerti tentang apa yang telah dipelajari khususnya pada mata
pelajaran IPA.
Berdasarkan hasil tes ulangan terakhir yang dilakukan siswa pada kelas IV
SDN Lebak 02 yang berjumlah 27 siswa pada mata pelajaran IPA, terlihat bahwa
hasil belajar siswa masih cukup rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil ulangan
siswa pada mata pelajaran IPA yang dapat dilihat pada lampiran 1. Sejumlah
peserta didik memperoleh nilai di bawah KKM, yakni siswa yang tidak tuntas ada
13 siswa dan siswa yang tuntas sebanyak 14 siswa. Ini menunjukkan bahwa
pembelajaran belum mencapai indikator ketuntasan yang ditentukan oleh sekolah
yakni 85% dari keseluruhan siswa harus mendapat nilai di atas KKM karena
ketuntasan hanya mencapai 51,85%. Data hasil belajar siswa sebelum dilakukan
tindakan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

38
39

Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV
SDN Lebak 02 Grobogan Sebelum Tindakan
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 85 – 90 5 18.53 Tuntas
2 80 – 84 4 14.81 Tuntas
3 75 – 79 3 11.11 Tuntas
4 70 – 74 2 7.41 Tuntas
5 65 – 69 3 11.11 Belum tuntas
6 60 – 64 3 11.11 Belum tuntas
7 55 – 59 2 7.41 Belum tuntas
8 50 – 54 1 3.7 Belum tuntas
9 45 - 49 1 3.7 Belum tuntas
10 < 45 3 11.11 Belum tuntas
Jumlah Siswa Tuntas 14 51.85
Jumlah Siswa Tidak Tuntas 13 48.15
Jumlah 27 100
Rata-rata 67.2
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 40

Persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas IV SDN 02 Lebak Grobogan


sebelum dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai
kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) sebanyak 13 siswa atau
48,15% dari total keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal sebanyak 14 siswa atau 51,85% dari total seluruh siswa.
Memperhatikan kondisi tersebut, maka ketuntasan belajar masih dibawah
indikator yang ditetapkan yakni 85%, oleh karena itu diperlukan upaya untuk
mengatasi kondisi tersebut. Berdasarkan data hasil belajar kondisi awal atau data
hasil belajar sebelum dilakukan tindakan, serta hasil observasi di kelas maka perlu
adanya upaya tindak lanjut, salah satunya dengan melakukan PTK.

4.2 Deskripsi Siklus I


Penelitian pada siklus 1 dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yaitu pada
tanggal 29 April 2017 hingga tanggal 6 Mei 2017. Siklus 1 dilaksanakan pada
Standar Kompetensi “Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan
benda langit”dengan Kompetensi Dasar yang digunakan “Mendeskripsikan
perubahan kenampakan bumi”. Pelaksanaan siklus I dilakukan melalui empat
tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan
refleksi yang
40

sesuai dengan tahap penelitian dari Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto
(2007:16). Berikut uraian dari masing-masing tahap.
4.2.1 Perencanaan Tindakan
Perencanaan sangatlah penting dilakukan sebelum melakukan proses
pembelajaran. Pada tahap perencanaan siklus 1 kegiatan yang dilakukan peneliti
antara lain sebagai berikut.
a. Berdiskusi dengan guru untuk menentukan waktu dan materi yang akan
digunakan pada siklus 1. Diskusi tersebut mendapatkan hasil bahwa materi
yang akan dipakai adalah materi kenampakan bumi.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model
pembelajaran yang dipilih yakni model cooperative learning tipe TGT.
Menyusun materi untuk tahap tim, menyusun prosedur dan soal untuk tahap
games dan menyusun soal untuk tahap turnamen.
c. Menyusun lembar observasi kegiatan guru untuk mengukur keterlaksanaan
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah didesain berdasarkan model
cooperative learning tipe TGT dengan memperhatikan kurikulum KTSP dan
lembar observasi aktifitas siswa untuk mengukur keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran.
d. Menyusun kisi-kisi dan instrument tes.
e. Melakukan validitas instrumen siklus 1 kepada guru kelas IV SDN 02 Lebak
Grobogan.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari perencanaan
yang telah dirancang sebelumnya. Peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan guru
kelas IV bertindak sebagai observer. Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 terbagi
menjadi 2 pertemuan, yaitu sebagai berikut.
4.2.2.1 Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan pada siklus satu pertemuan pertama dilaksanakan
pada minggu ke empat bulan April yakni pada tanggal 29 April 2017. Siswa yang
mengikuti pembelajaran berjumlah 27 siswa. Selain itu juga diikuti oleh guru
kelas IV yang bertindak sebagai observer, adapun yang bertindak sebagai guru
dalam penelitian ini adalah peneliti.
41

a. Kegiatan Awal
Pelaksanaan tindakan pada siklus satu pertemuan pertama diawali dengan
guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Selanjutnya guru melakukan
apersepsi dengan mengajak menyebutkan apa saja yang dapat mereka temukan di
wilayah mereka. Siswa menyebutkan bahwa mereka melihat rumah, sawah,
kebun, pohon dan lain sebagainya. Dari kegiatan tersebut, guru menjelaskan
bahwa sawah, desa merupakan salah saru kenampakan bumi. Dari apersepsi
tersebut, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari yakni kenampakan bumi
dan benda langit.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru melakukan tahap presentasi kelas yakni dengan
meminta siswa untuk mengamati video pembelajaran tentang hal-hal yang
mempengaruhi kenampakan daratan. Dari video pembelajaran tersebut, guru
memberi penjelasan menganai hal-hal yang mempengaruhi kenampakan daratan.
Untuk memperdalam pemahaman siswa, guru menunjukkan beberapa gambar
mengenai penanggulangan perubahan daratan yang ditampilkan melalui
powerpoint. Setelah guru menyampaikan materi, siswa diarahkan untuk
berkelompok. Guru membagi kelompok siswa berdasarkan peringkat atau dengan
memperhatikan kemampuan kognitif siswa sehingga masing-masing kelompok
memiliki kemapuan kognitif yang berbeda-beda. Berikut ditunjukkan pembagian
kelompok siswa untuk setiap timnya.
Tabel 4.2 Pembagian Kelompok Kegiatan TGT
TIM 1 TIM 2 TIM 3 TIM 4 TIM 5 TIM 6 Turnament
E1 = F1 =
A1 = Peringkat B1 = C1 = Peringkat D1 =
Peringkat Peringkat 1
1 Peringkat 2 3 Peringkat 4
5 6
B2 = E2 = F2 =
A2 = Peringkat C2 = Peringkat D2 =
Peringkat Peringkat Peringkat 2
12 10 Peringkat 9
11 8 7
B3 = D3 = E3 = F3 =
A3 = C3 = Peringkat
Peringkat Peringkat Peringkat Peringkat
Peringkat13 15
14 16 17 18
3
B3=
A3 = Peringkat
Peringkat - - - -
21
20
B4= D4 = E4 = F4=
A4= Peringkat C4 = Peringkat
Peringkat Peringkat Peringkat Peringkat
26 24
19 22 23 25 4
C4= Peringkat
- - 27 - - -
42

Pada tahap tim dan games setelah siswa berkumpul bersama anggota
kelompoknya, maka guru membagikan amplop. Amplop berisi gambar berbagai
bentuk posisi bulan. Setiap kelompok diminta memahami materi sesuai gambar
yang diperoleh. Guru membimbing siswa dalam mempelajari materi yakni
kenampakan bulan. Setelah selesai, guru meminta siswa menempalkan berbagai
bentuk posisi bulan pada lembar kerja yang sudah disiapkan guru secara runtut
dan benar. Siswa diberi batasan waktu dalam menyelsaikan tugasnya. Setelah
waktu yang ditentukan habis, guru meminta perwakilan setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil kelompok. Guru membimbing siswa dalam
mempresentasikan hasilnya.
c. Kegiatan Penutup
Sebagai kegiatan penutup, guru memberikan quiz mandiri pada siswa.
Selanjutnya, siswa diminta mengerjakan quiz secara mandiri. Guru membimbing
siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Selanjutnya guru
mengakhiri pembelajaran dengan salam dan mempersilakan siswa untuk istirahat.
4.2.2.2 Pertemuan Kedua
Siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2017. Setelah
memperhatikan kendala yang dialami pada pertemuan sebelumnya, guru berupaya
lebih maksimal dalam menerapkan pembelajaran dengan TGT pada permuan ke 2
siklus I.
a. Kegiatan Awal
Pelaksanaan pada pertemuan ke 2 siklus I diawali dengan pengucapan
salam. Selanjutnya guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa, setelah
itu guru mengabsen siswa. Pada pertemuan ke 2 siklus I semua siswa hadir.
Sebelum guru menjelaskan materi, guru melakukan apersepsi guna menarik
perhatian siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Guru melakukan apersepsi
dengan menanyakan pernakah kalian melihat langit di malam hari? Apa yang bisa
kalian temukan di langit pada malam hari?. Dari pertanyaan guru tersebut, siswa
memberikan berrbagai jawaban yakni mereka dapat melihat bintang, bulan dan
terkadang tidak melihat apapun di malam hari.
43

b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi dengan menggunakan media
powerpoint. Pada kegiatan ini, siswa diminta mengamati beberapa gambar yang
berkaitan dengan kenampakan benda langit berupa bintang. Selanjutnya guru
menjelaskan tentang macam-macam rasi bintang dengan menggunakan video
pembelajaran. Untuk memperrdalam wawasan siswa, guru menunjukkan berbagai
macam gambar rasi bintang dengan menggunakan powerpoint. Pada kegiatan ini,
guru menunjuk siswa secara bergantian menyebutkan nama-nama rasi bintang
berdasarkan gambar. Setelah penyampaian materi, guru meminta siswa untuk
berkelompok dengan anggota kelompok sama seperti pertemuan sebelumnya.
Guru mengelompokan siswa berdasarkan peringkat atau kemampuan kognitif
siswa. Setelah siswa berkelompok, guru menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan yakni siswa akan melakukan kegiatan turnamen. Guru menjelaskan
aturan dan hal-hal apa saja yang dilakukan siswa, yakni siswa akan saling
bersaing dengan kelompok lain di meja turnamen.
Pada kegiatan turnamen, guru meminta siswa untuk menempati meja
turmamen sesuai arahan guru. Setelah siswa berada di meja turnamen, guru
memberikan soal pada setiap meja. Setelah setiap meja mendapat soal, guru
meminta siswa saling bersaing mengerjakan soal yang diberikan. Masing-masing
siswa berada di meja turnamen sesuai dengan kemampuannya. Meja 1 berisi siswa
dengan kemampuan tinggi, meja 2 berisi siswa dengan kemampuan sedang, dan
seterusnya. Pada kegiatan ini, siswa tidak boleh bekerja sama. Setelah kegiatan
turnamen selesai dilakukan, bersama dengan guru siswa membahas soal yang
telah diikerjakan. Guru meminta siswa menukarkan jawabannya kemudian guru
dan siswa mengoreksi jawaban di setiap meja. Guru meminta masing-masing
siswa membacakan soal dan jawabannya. Apabila siswa menjawab benar, guru
memberikan poin pada siswa tersebut. Setelah selesai, guru meminta siswa
bergabung dengan anggota kelompoknya. Bersama dengan guru, siswa
menghitung perolehan poin yang mereka dapatkan pada kegiatan turnamen. Guru
memberikan penghargaan kepada kelompok dengan perolehan poin tertinggi.
Setelah pemberian penghargaan, guru memotivasi siswa supaya semakin giat
belajar.
44

c. Kegiatan Penutup
Guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing,
selanjutnya guru memberikan soal evaluasi dan meminta siswa untuk mngerjakan
soal evaluasi secara mandiri. Guru memberi tindak lanjut berupa tugas individu
untuk dikerjakan di rumah. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
yang telah dipelajari. Selanjutnya guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan mempersilahkan siswa untuk beristirahat.
4.2.3 Hasil Pengamatan/Observasi
Tahap pengamatan dilaksanakan secara bersamaan dengan tahap
pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh observer yakni Guru kelas IV
SDN Lebak 02 Grobogan terhadap guru (peneliti) dalam melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe TGT di kelas.
Pengamatan dilakukan mulai dari awal pembelajaran sampai pada akhir
pembelajaran. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah guru dapat
menerapkan model cooperative learning tipe TGT dengan baik atau tidak,
sehingga hasil observasi dapat mendukung hasil belajar siswa. Hasil pengamatan
terhadap aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 dapat dilihat pada lampiran,
sedangkan rekapitulasi hasilnya disajikan dalam Tabel 4.3. Perhitungan pada
lembar observasi menggunakan rumus yang telah dijelaskan pada bab 3.
Tabel 4.3
Hasil Rekapitulasi Lembar Observasi
Aktifitas Guru Siklus 1
Pertemuan 1 Pertemuan 2
No. Aspek yang diamati Presentase Kategori Presentase Kategori
Sangat Sangat
1. Penilaian RPP 85% 100%
Baik Baik
Cukup
2. Pelaksanaan pembelajaran 60.2% 70.45% Baik
Baik
Keterampilan penguasaan
3. 75% Baik 75% Baik
kelas dan alokasi waktu
Sangat
Rata-rata 73.4% Baik 81.81%
Baik

Hasil observasi yang dijabarkan pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa RPP
sudah dirancang dengan sangat baik (hasil observasi dapat dilihat pada lampiran).
RPP sudah sesuai dengan model sintaks cooperative learning tipe TGT & sesuai
dengan KTSP. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, secara garis besar guru
telah
45

dapat menerapakan model TGT dengan baik hasil tersebut dapat dilihat dalam
penilaian lembar observasi yang telah dijabarkan dalam Tabel 4.3.
Meskipun pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah
tergolong baik, namun masih terdapat beberapa kendala diantaranya penguasaan
kelas yang belum maksimal, selain itu belum semua kegiatan dalam RPP dapat
terlaksana. Pada awal pembagian kelompok siswa terlihat gaduh. Guru masih
terlihat kaku dalam menerangkan materi. Adapun kegiatan-kegiatan yang
terlewati pada pertemuan 1 siklus I diantaranya guru tidak mengucapkan salam
untuk membuka pelajaran, guru tidak mengabsen kehadiran siswa, guru tidak
memberikan motivasi kepada siswa, guru tidak menyampaikan tujuan
pembelajaran. Pada kegiatan inti guru tidak memberikan kesempatan pada setiap
kelompok untuk memberikan tanggapan atau komentar terhadap hasil presentasi
masing-masing kelompok, guru juga tidak memberikan kesempatan pada siswa
untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami, guru tidak melakukan
tanya jawab untuk mengecek pemahaman siswa, dan yang terakhir guru tidak
memotivasi pada siswa.
Pada pertemuan 2, masih terdapat kegiatan yang terlewatkan, namun
pembagian kelompok sudah terkendali. Kegiatan-kegiatan yang terlewatkan
antara lain guru tidak memotivasi siswa, guru tidak memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami. Guru juga tidak
melakukan tanya jawab pada siswa mengenai materi yang telah diajarkan, guru
tidak melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan.
Selain observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran olehguru, juga
dilakukan observasi terhadap aktifitas siswa, tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan TGT atau tidak, sehingga
hasilnya dapat mendukung hasil belajar. Pengamatan terhadap siswa juga
dilakukan oleh guru kelas IV. Hasil penilaian pada lembar observasi siswa dapat
dilihat pada lampiran, sedangkan rekapitulasi hasil pengisian lembar observasi siswa
dapat dilihat pada Tabel 4.4. Sama halnya pada lembar observasi guru, lembar
observasi siswa dihitung dengan rumus yang sama. Adapun rumus perhitungan yang
digunakan dapat dilihat pada bab 3.
46

Tabel 4.4
Hasil Rekapitulasi Lembar Observasi Siswa
Pertemuan Kegiatan Pembelajran Total skor Nilai Aktivitas Kriteria
Kegiatan Klasikal 20 62.5% Cukup
1 Kegiatan Kelompok 18 56.25% Cukup
Kegiatan Klasikal 24 75% Baik
2
Kegiatan Kelompok 22 68.75% Baik

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada siklus 1 pertemuan 1, siswa dapat


mengikuti pembelajaran dengan cukup baik. Data pada tabel 4.4 menunjukkan
bahwa pada kegiatan klasikal, nilai aktivitas siswa sebesar 62.5% dengan kategori
cukup baik. Adapun pada kegiatan kelompok, nilai aktivitas sebesar 56.25%
dengan kategori cukup baik. Pada kegiatan kelompok dipertemuan 1 siklus I,
siswa masih mengalami kesulitan mengenai tugas yang harus dikerjakan dalam
kegiatan kelompok. Hal ini dikarenakan model pembelajaran TGT adalah model
pembelajaran yang benar-benar baru bagi siswa, oleh karena itu siswa belum
terbiasa.
Selanjutnya pada pertemuan kedua nilai aktivitas klasikal meningkat
menjadi 75% dimana sebelumnya nilai aktivitas siswa hanya sebesar 62.5%,
sedangkan nilai aktivitas kelompok meningkat menjadi 68.75% di mana
sebelumnya nilai aktivitas siswa hanya mencapai 56.25%. Peningkatan tersebut
menunjukkan bahwa, siswa mulai dapat mengikuti pembelajaran dengan model
cooperative learning tipe TGT. Pada awalnya, siswa bingung karena kegiatan
pembelajaran berbeda dari biasanya, namun perlahan siswa mulai dapat
mengikuti. Meskipun pada pertemuan 1, banyak kendala yang dihadapi namun
kendala tersebut dapat diatasi pada pertemuan ke 2. Adapun kendala-kendala yang
masih terjadi pada pertemuan ke 2 adalah, siswa tidak mengajukan pertanyaan
atau menanggapi penjelasan yang dilakukan oleh guru, hal ini disebabkan karena
guru tidak memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya. Pada kegiatan
kelompok, masih banyak siswa yang mengalami kebingungan dalam mengerjakan
tugasnya. Kendala-kendala tersebut selanjutnya akan menjadi bahan refleksi untuk
dievaluasi sehingga dapat dirancang solusi.
Setelah pembelajaran dalam siklus I selesai dilakukan, maka diberikan tes
evaluasi. Tes evaluasi diberikan di akhir setiap siklus. Hasil dari pembelajaran
47

siklus 1 dengan menggunakan model cooperative learning tipe TGT secara lengkap
dapat dilihat pada dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV
SDN 02 Lebak Grobogan Siklus I
Nilai Siklus I Keterangan
No Jumlah Siswa (%)
1 ≥90 2 7.40 Tuntas
2 85 – 89 1 3.70 Tuntas
2 80 – 84 4 18.81 Tuntas
3 75 – 79 6 22.22 Tuntas
4 70 – 74 6 22.22 Tuntas
5 65 – 69 2 7.40 Belum tuntas
6 60 – 64 2 7.40 Belum tuntas
7 55 - 59 4 14.81 Belum tuntas
Jumlah Siswa Tuntas 19 70.37
Jumlah Siswa Tidak Tuntas 8 29.63
Jumlah 27 100
Rata-rata 71.1
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 55

Persentase ketuntasan hasil belajar siswa SD Negeri 02 Lebak Grobogan,


setelah dilakukan tindakan pada siklus I diketahui bahwa siswa yang tidak tuntas
ada 8 siswa atau 29,63% dan siswa yang tuntas ada 19 siswa atau 70,37%.
Kondisi ini jika dibandingkan dengan kondisi awal maka dapat dikatakan ada
peningkatan, karena pada kondisi pra siklus siwa yang tidak tuntas ada 13, setelah
dilakukan tindakan pada siklus I berkurang menjadi 8 siswa, dan siswa yang
tuntas pada kondisi pra siklus ada 14 siswa meningkat menjadi 19 siswa.
Persentase ketuntasan hasil belajar siklus I disajikan pada gambar 4.1.
48

Ketuntasan Belajar siswa Siklus I


Tidak Tuntas 29.63%

Tuntas
70.37%

TuntasTidak Tuntas

Gambar 4.1
Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I

Berdasarkan hasil belajar siswa, setelah diadakan tindakan pada siklus I,


terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar
sebanyak 5 siswa atau secara persentase peninkatannya sebesar 18,52% yakni dari
14 siswa (51,85%) menjadi 19 siswa (70,37%), kemudian terjadi penurunan bagi
siswa yang belum tuntas atau mencapai KKM yaitu sebanyak 5 siswa atau secara
prosentase sebesar 18,52%, yakni dari 13 siswa (48,15%) yang tidak tuntas
berkurang menjadi 8 siswa (29,63%). Kedelapan siswa yang tidak tuntas tersebut
termasuk siswa yang tergolong lamban dalam memahami materi, selain itu siswa
tersebut termasuk siswa yang pasif, tidak berani bertanya maupun mengemukakan
pendapat. Untuk mengatasi kondisi tersebut, guru menunjuk siswa yang terlihat
pasif dan membimbing siswa yang terlihat kesulitan. Meskipun terjadi
peningkatan, penelitian ini belum dapat dikatakan berhasil, karena belum
mencapai indikator kinerja yang ditentukan yakni 85% dari seluruh siswa
diharuskan mendapat nilai di atas KKM, namun pada siklus I ketuntasan belajar
siswa hanya mencapai 70,37%. Kondisi demikian menunjukkan bahwa diperlukan
tindakan pada siklus berikutnya.
4.2.4 Refleksi
Setelah selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 1 beserta
pengamatan atas tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, peneliti
49

mendapatkan beberapa kelebihan serta kekurangan yang perlu diperbaiki pada


siklus 2 adalah sebagai berikut.
Kelebihan siklus 1 sebagai berikut.
1. Penyusunan RPP sesuai dengan sintaks dari model cooperative learning tipe
TGT dan sesuai KTSP sudah baik.
2. Pelaksanaan pada siklus 1 sudah terlaksana sesuai dengan rencana.
3. Guru menyampaikan materi dengan menarik yakni dengan menggunakan
video dan gambar melalui media powerpoint
Kekurangan siklus 1 sebagai berikut.
1. Ada beberapa langkah pembelajaran yang terlewatkan seperti penyampaian
tujuan pembelajaran, pemberian motivasi pada siswa.
2. Pada saat pembagian kelompok, kelas masih ramai dan gaduh
3. Alokasi waktu yang kurang, sehingga banyak kegiatan pembelajaran yang
terlewatkan
4. Guru tidak memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan,
sehingga siswa kurang aktif bertanya dan mengemukakan pendapat.
Tindak lanjut
1. Guru harus menguasai langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun di
RPP.
2. Guru selalu memantau kegiatan games dan turnamen, untuk mengontrol suasa
kelas, guru menegur dan menasehati siswa yang ramai.
3. Guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya, guru perlu
menunjuk siswa yang terlihat pasif untuk bertanya atau menjawab
pertanyaan.
4. Guru perlu memperhatikan alokasi waktu yang telah dibuat, guru dapat
memberi batasan waktu pada siswa ketika menyelesaikan tugas yang
diberikan.

4.3 Deskripsi Siklus II


Penelitian pada siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yaitu pada
minggu terakhir bulan Mei. Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasaryang digunakan pada siklus II adalah Memahami perubahan lingkungan
fisik dan pengaruhnya terhadap daratan sedangkan Kompetensi Dasarnya adalah
Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan,
50

cahaya, matahari, dan gelombang air laut). Tahapan penelitian pada siklus II juga
sama seperti siklus I yang terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Berikut uraian dari 4 tahap tersebut.
4.3.1 Perencanaan Tindakan
Seperti pada siklus I, pada siklus II juga dilakukan perencanaan sebelum
melakukan pelaksanaan tindakan. Perencanaan tindakanpada siklus II yang
dilakukan peneliti yaitu sebagai berikut.
a. Menyusun skenario pembelajaran dengan memperhatikan kekurangan pada
siklus 1, diantaranya:
1. Memberikan motivasi kepada siswa berupa pujian atau nasihat.
2. Memaksimalkan bimbingan terhadap kegiatan kelompok dan pengerjaan
tugas.
3. Guru perlu memahami langkah-langkah pembelajaran, sehingga tidak ada
langkah pembelajaran yang terlewatkan.
4. Guru perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya, sehingga
siswa dapat turut aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
5. Guru perlu memperhatikan alokasi waktu yang ditentukan.
b. Menyiapkan materi pembelajaran yakni operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.
c. Menyusun RPP sesuai rancangan pembelajaran dan memperhatikan standar
proses KTSP.
d. Menyiapkan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa yang telah
disusun pada siklus 1.
e. Menyiapkansoal evaluasi dan soal kegiatan kelompok.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan
Seperti pada siklus I, tahap pelaksanaan tindakan pada siklus IImerupakan
implementasi dari perencanaan yang telah dirancang sebelumnya. Pelaksanaan
tindakan pada siklus II terbagi menjadi 2 pertemuan, yaitu sebagai berikut.
4.3.2.1 Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada
tanggal 23 Mei 2017. Siswa yang mengikuti pembelajaran berjumlah 27 siswa.
51

Selain itu juga diikuti oleh guru kelas IV yang bertindak sebagai observer, adapun
yang bertindak sebagai guru dalam penelitian ini adalah peneliti.
a. Kegiatan Awal
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan pertama diawali dengan
guru mengucapkan salam pembuka selanjutnya guru meminta ketua kelas untuk
memimpin doa. Setelah berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa dilanjutkan
dengan pemberian motivasi pada siswa. Pada kegiatan apersepsi, guru meminta
siswa untuk megamati halaman sekolah. Setelah itu siswa diminta duduk kembali
ke kursi masing-masing dan guru menanyakan apa yang dapat kalian lihat. Dari
pertanyaan tersebut terdapat beberapa jawaban dari siswa, diantaranya ada
berbagai macam tumbuhan, ada lapangan tempat bermain dan upacara, ada tempat
parkir. Dari jawaban tersebut guru mengenalkan materi yang akan dipelajari yakni
siswa akan mempelajari materi tentang perubahan fisik dan pengaruhnya terhadap
daratan. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yakni supaya siswa
memahami pengaruh perubahan yang terjadi di lingkungan.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru melakukan presentasi kelas dalam memberikan
penjelasan mengenai materi yang diajarkan melalui media powerpoint. Pada
kegiatan ini siswa diminta mempperhatikan penjelasan yang diberikan guru.
Selanjutnya untuk memperdalam materi guru menjalaskan materi dengan
menggunakan video pembelajaran tentang perubahan fisik dan pengaruhnya
terhadap daratan. Pada kegiatan TIM siswa diminta untuk berkelompok dengan
anggota kelompok sama seperti pertemuan sebelumnya. Kemudian, guru
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan tim. Selanjutnya guru
membagikan beberapa soal pada masing-masing kelompok. Pada kegiatan TIM,
siswa diminta untuk berdiskusi dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh
guru. Guru memberi waktu pada siswa dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan. Selanjutnya, guru meminta perwakilan setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberikan poin atau nilai pada
kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar. Guru menyiapkan siswa
dalam kegiatan game.
Pada kegiatan game, guru memberikan amplop pada masing-masing
kelompok. Amplop tersebut berisis tentang contoh perubahan lingkungan fisik dan
52

penyebab perubahan lingkungan fisik beserta gambar contoh perubahan


lingkungan fisik dan penyebabnya yang sebelumnya telah disiapkan oleh guru.
Setiap kelompok diminta untuk menempelkan gambar contoh perubahan
lingkungan fisik yang sesuai dengan gambarnya. Setelah kegiatan tersebut selesai
dilakukan, guru meminta perwakilan kelompok diminta untuk mempresentasikan
hasilnya. Setelah itu guru memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk
menanggapi. Pada kelompok yang mampu menempelkan gambar dengan benar
diberi poin. Selanjutnya bagi kelompok dengan poin tertinggi diberi pengahargaan
oleh guru.
Setelah kegiatan TIM dan game selesai dilakukan, siswa diberi
kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dipahami. Untuk mengecek
pemahaman siswa, guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang dipelajari.
Guru memberikan motivasi pada siswa dengan memberi nasihat supaya siswa
lebih giat dalam belajar.
c. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru memberikan quiz mandiri pada siswa,
kemudian siswa dibimbing untuk mengerjakan quiz tersebut. Guru memberikan
waktu pada siswa dalam mengerjakan quiz. Setelah selesai, guru meminta siswa
untuk menngumpulkan quiz yang telah dikerjakan. Guru memberikan tugas tindak
lanjut beruba tugas individu untuk dikerjakan di rumah. Selanjutnya, guru
membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam dan mempersilakan
siswa untuk beristirahat.
4.3.2.2 Pertemuan Kedua
Siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada 24 Mei 2017. Siswa yang
mengikuti pembelajaran berjumlah 27 siswa.
a. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal guru mengawali pembelajaran dengan salam, setelah
itu guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa. Untuk mengecek kehadiran
siswa, guru melakukan absensi. Selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan
menanyakan “Apakah udara itu penting? Mengapa?”, guru menunggu respon
siswa, beberapa siswa memberikan jawaban udara sangat penting untuk bernafas.
Guru mengaitkan jawaban siswa dengan materi yang akan dipelajari yakni
udara
53

merupakan salah satu sumber daya alam, kemudian guru menginformasikan


bahwa hari materi yang akan dipelajari adalah sumber daya alam. Guru
memberikan motivasi kepada siswa, setelah memotivasi siswa guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan yakni siswa akan melakukan kegiatan turnamen.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi pembelajaran dengan
menggunakan media powerpoint. Setelah itu guru memutarkan video tentang
sumber daya alam. Pada kegiatan yang ini, siswa diminta untuk memperhatikan
video yang diputar. Setelah video selesai diputar, guru memberikan penjelasan
dan menanyakan beberapa hal terkait video yang telah diputar. Setelah materi
disampaikan, guru menyiapkan siswa ke dalam kegiatan turnamen. Sebelum
kegiatan turnamen dilakukan, guru meminta siswa untuk bergabung dengan
anggota kelompoknya (kelompok sama seperti pada pertemuan sebelumnya).
Guru menjelaskan aturan dan kegiatan mengenai kegiatan turnamen. Setelah guru
menjelaskan aturan, kemudian siswa diminta menempati meja turnamen sesuai
arahan guru. Ketika siswa sudah menempati meja turnamen, guru membagikan
amplop yang berisi tabel contoh sumber daya alam berdasarkan jenisnya dan
sumber daya alam berdasarkan sifatnya. Selanjutnya siswa melakukan kegiatan
turnamen yakni dengan mengelompokkan sumber daya alam berdasarkan jenis
dan sifatnya. Setelah siswa selesai mengerjakan soal pada kegiatan turnamen, guru
meminta siswa untuk saling menukarkan jawaban yang telah dibuat. Kemudian,
bersama dengan guru siswa membahas dan mengoreksi pekerjaan temannya. Guru
memberikan pada siswa lain untuk memberikan tanggapan atau komentar. Guru
memberikan poin pada siswa yang menjawab benar. Selanjutnya, guru meminta
siswa kembali ke kelompok ke masing-masing, kemudian bersama dengan guru,
siswa menghitung poin yang diperoleh. Pada kelompok dengan poin tertinggi,
guru memberikan penghargaan. Pada kegiatan berikutnya, siswa diberi
kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui. Untuk
mengecek pemahaman siswa, guru menanyakan beberapa hal mengenai materi
yang telah dipelajari hari ini. Selanjutnya, guru memberikan motivasi pada siswa
berupa nasihat untuk lebih giat belajar.
54

c. Kegiatan Penutup
Guru memberikan soal evaluasi pada siswa. Setelah seluruh siswa
mendapat soal evaluasi, siswa dibimbing untuk mengerjakan soal evaluasi
tersebut. Guru meminta siswa mengerjakan soal evaluasi dengan waktu yang telah
ditentuan guru. Setelah selesai, siswa diminta mengumpulkan soal evaluasi yang
telah dikerjakan. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk menyimpulkan apa
yang telah dipelajari hari ini. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam
kemudian guru mengijinkan siswa untuk beristirahat.
4.3.3 Hasil Pengamatan/Observasi
Sama halnya pada siklus I, tahap pengamatan pada siklus II dilaksanakan
secara bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Pengamtan dilakukan oleh
observer yakni Guru kelas IV SDN Lebak 02 terhadap guru (peneliti) dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe
TGT di kelas. Pengamatan dilakukan mulai dari awal pembelajaran sampai pada
pemberian kegiatan penutup atau akhir. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui
apakah guru dapat menerapkan model cooperative learning tipe TGT dengan baik
atau tidak, sehingga hasil observasi dapat mendukung hasil belajar siswa.Hasil
pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat padalampiran 5
sedangkan rekapitulasi datanya disajikan dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Rekapitulasi Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2
No. Aspek yang diamati Presentase Kategori Presentase Kategori
Sangat Sangat
1. Penilaian RPP 100% 100%
Baik Baik
Sangat Sangat
2. Pelaksanaan pembelajaran 81.81% 92.1%
Baik Baik
Keterampilan penguasaan Sangat Sangat
3. 87.5% 100%
kelas dan alokasi waktu Baik Baik
Sangat Sangat
Rata-rata 89.4% 97.4%
Baik Baik

Hasil observasi yang dijabarkan pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa RPP
sudah dirancang dengan sangat baik. RPP sudah sesuai dengan model sintaks
cooperative learning tipe TGT sesuai dengan KTSP. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa, guru telah dapat menerapakan model TGT dengan baik.
Hasil tersebut dapat dilihat dalam penilaian lembar observasi yang telah
diakumulasikan
55

dalam tabel 4.6. Kendala yang dialami pada siklu I sudah teratasi. Hasil penilaian
terhadap lembar observasi guru telah menunjukkan nilai yang sangat baik, ini
menunjukkan adanya peningkatan dari siklus sebelumnya.
Seperti halnya pertemuan 1, pengamatan pada pertemuan 2 siklus I juga
dilakukan oleh guru kelas IV. Setelah peneliti selaku guru yang mengajar
melaksanakan pembelajaran, maka hasil pada lembar observasi yang telah dinilai
dihitung sehingga dapat diukur keberhasilan guru dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil pengamatan pada pertemuan 2 siklus I
menunjukkan bahwa pembelajaran yang diterapkan oleh guru sangat baik dan ada
peningkata dari pada pertemuan sebelumnya. Ini menunjukkan guru telah
menguasi langkah-langkah pembelajaran TGT dengan baik, kesesuaian
penyusunan RPP dengan KTSP juga sudah sesuai, RPP sudah menunjukkan
langkah-langkah dari TGT. Penguasaan kelas oleh guru juga dikategorikan sangat
baik.
Selain observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru, juga
dilakukan observasi terhadap aktifitas siswa, tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan TGT atau tidak, sehingga
hasilnya dapat mendukung hasil belajar. Pengamatan terhadap siswa juga
dilakukan oleh guru kelas IV. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa siklus II
dapat dilihat pada lampiran, sedangkan rekapitulasi hasil pengisian lembar observasi
siswa dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Rekapitulasi Lembar Observasi Siswa
Kegiatan
Pertemuan Total skor Nilai Aktivitas Kriteria
Pembelajran
Kegiatan Klasikal 28 87.5% Amat Baik
1 Kegiatan Kelompok 26 81.25% Amat Baik
Kegiatan Klasikal 29 90.6% Amat Baik
2
Kegiatan Kelompok 28 87.5% Amat Baik

Data pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada siklus II pertemuan 1,


siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan sangat baik ditunjukan dengan nilai
aktivitas pada kegiatan klasikal sebesar 87.5%, dan kegiatan kelompok sebesar
81.25%. Selanjutnya pada pertemuan ke dua nilai aktivitas meningkat menjadi
90.6% pada kegiatan klasikal dan 87.5% pada kegiatan kelompok dengan kriteria
amat baik. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa, siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan
56

model cooperative learning tipe TGT dengan baik. Adapun kendala yang dialami
pada siklus I, sudah dapat diatasi pada siklus II.
Setelah pembelajaran dalam siklus II selesai dilakukan, maka diberikan tes
evaluasi. Tes evaluasi diberikan di akhir setiap siklus. Hasil dari pembelajaran
siklus 1 dengan menggunakan model cooperative learning tipe TGT dapat dilihat
pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II
No Nilai Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 95 – 100 3 11.11 Tuntas
2 90 – 94 2 7.40 Tuntas
3 85 – 89 6 22.22 Tuntas
4 80 – 84 3 11.11 Tuntas
5 75 – 79 5 18.52 Tuntas
6 70 – 74 5 18.52 Tuntas
7 <70 3 11.11 Belum Tuntas
Jumlah Siswa Tuntas 24 88,89
Jumlah Siswa Tidak
Tuntas 3 11,11
Jumlah 27 100
Rata-rata 78.52
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 60
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat di ketahui bahwa kondisi perolehan hasil
belajar siswa berubah setelah diberikan tindakan pada siklus I, di mana siswa yang
mendapatkan nilai kurang dari 70 ada 3 siswa atau sebesar 11,11%, siswa yang
mendapat nilai pada rentang 70 – 74 sebanyak 5 siswa atau 18,52%, 5 siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 75 – 79 atau 18,52%, ada 3 siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 80 – 84 atau sebesar 11,11%, dan ada 6 siswa
yang mendapatkan nilai pada rentang 85 – 89 atau 22,22% dan siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang antara 90 – 94 ada 2 dengan prosentase 7,40%.,
dan siswa yang mendapat nilai pada interval 95 – 100 ada 3 siswa atau sebesar
11,11%. Nilai rata- rata siswa meningkat dari siklus I yaitu 71,1 menjadi 78,52
pada siklus II. Nilai terendah pada siklus II adalah 60 dan nilai tertinggi adalah
100. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa SD Negeri 02 Lebak Grobogan,
setelah dilakukan tindakan pada siklus II diketahui bahwa terdapat 3 siswa yang
belum tuntas, namun ketuntasan secara klasikal mencapai 88,89%. Ketuntasan
pada siklus II menunjukan
57

hasil yang telah melampai ketuntasan yang ditentukan yakni 85%, sehingga hasil
pada siklus II dapat dikatakan telah memenuhi indikator keberhasilan.

Berdasarkan hasil belajar siswa, setelah diadakan tindakan pada siklus II,
terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar
sebanyak 5 siswa atau secara persentase peningkatannya sebesar 18.52% yakni
dari 19 siswa (70,37%) menjadi 24 siswa (88,89%), kemudian terjadi penurunan
bagi siswa yang belum tuntas atau mencapai KKM yaitu sebanyak 5 siswa atau
secara persentase sebesar 18.52%, yakni dari 8 siswa (29,63%) yang tidak tuntas
berkurang menjadi 3 siswa (11,11%), peningkatan tersebut sekaligus
menunjukkan berhasilnya penelitian ini karena ketuntasan pada siklus II telah
mencapai indikator yang ditentukan. Meskipun masih terdapat siswa yang belum
tuntas namun ketuntasan pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan
sehingga penelitian dikatakan berhasil.
4.3.4 Refleksi
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaranpada materi operasi hitung
bilangan bulat, maka peneliti melakukan refleksi. Ternyata hasil perbaikan
pembelajaran memberikan hasil sesuai yang diharapkan, di mana ketuntasan
belajar pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan.
Selain itu, kegiatan pembelajaran juga telah terlaksana dengan baik, seluruh
langkah-langkah pembelajaran telah terlaksana, pada kegiatan tim, games dan
turnamen dapat terlaksana dengan baik dan berjalan sesuai dengan alokasi waktu
yang ditentukan.
4.4 Deskripsi Antar Siklus
Hasil belajar dari kedua tindakan terjadi peningkatan yang signifikan dari
siklus 1 ke siklus 2. Berdasarkan hasil analisis pada siklus 1 dan 2 dapat dibuat
perbandingan antara observasi guru, siswa dan hasil belajar. Berikut disajikan
perbandingan lembar observasisiklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9
Perbandingan Observasi Guru
Siklus Presentase Kriteria
Pertemuan 1 60.22% Cukup Baik
I Pertemuan 2 70.45% Baik
II Pertemuan 1 81.81% Sangat Baik
Pertemuan 2 92.1% Sangat Baik
58

Tabel 4.9 menunjukkan hasil penilaian terhadap aktivitas guru selama


menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran IPA.
Dari data tersebut terlihat adanya peningkatan pada setiap pertemuan di siklus I
dan siklus II. Pada pertemuan 1 siklus I nilai aktivitas sebesar 60.22% dengan
kategori cukup baik, meningkat menjadi 70.45% pada pertemuan 2 siklus I
dengan kategori baik. Ini menunjukkan bahwa adanya perbaikan yang dilakukan
oleh guru ketika menerpakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Selanjutnya setelah dilakukan refleksi terhadap siklus I, guna mengevaluasi
pembelajaran dan menyusun solusi terhadap kendala selama siklus I maka
diketahui bahwa terjadi peningkatan yang signifikan terhadap hasil penilaian guru
dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, yakni pada
pertemuan 1 siklu II nilai aktivitas sebesar 81.81% dengan kategori sangat baik,
meningkat menjadi 92.1% pada pertemuan 2 siklus II dengan kategori sangat baik.
Hasil tersebut membuktikan bahwa, guru telah dapat menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan sangat baik sehingga hasil ini dapat
mendukung adanya peningkatan hasil belajar siswa karena pembelajaran dengan
model kooperatif tipe TGT dapat berjalan dengan baik. Selain dilakukan penilaian
terhadap guru, juga diberikan penilaian terhadap tingkah laku siswa ketika
mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT. Hasilnya disajikan
pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10
Perbandingan Observasi Siswa
Siklus Kegiatan Pembelajaran Presentase Kriteria
Kegiatan Klasikal 60.5% Cukup
Pertemuan 1
Kegiatan Kelompok 56.25% Cukup
I
Kegiatan Klasikal 75% Baik
Pertemuan 2
Kegiatan Kelompok 68.75% Baik
Kegiatan Klasikal 87.5% Sangat Baik
Pertemuan 1
Kegiatan Kelompok 81.25% Sangat Baik
II
Kegiatan Klasikal 90.6% Sangat Baik
Pertemuan 2
Kegiatan Kelompok 87.5% Sangat Baik

Hasil penilaian terhadap lembar observasi siswa ditunjukkan pada tabel


4.10. Tabel tersebut menunjukkan adanya peningkatan terhadap tingkah laku
siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT. Hasil
dari siklus I pertemuan 1 pada kegitan klasikal nilai aktivitas yang diperoleh
sebesar 60.5% dengan kategori cukup baik, sedangkan nilai pada kegiatan
kelompok sebesar
59

56.25% dengan kategori cukup baik pula. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
secara garis besar, siswa mulai dapat mengikuti pembelajaran, meskipun masih
perlu pembiasaan. Pada pertemuan 1 siklus I, masih terdapat beberapa kendala
seperti siswa masih mengalami kesulitan pada kegiatan kelompok, baik kegiatan
tim, games maupun kegiatan turnamen. Namun setelah dilakukan refleksi dan
dirancang solusi kendala tersebut dapat teratasi pada pertemuan 2 meskipun belum
maksimal. Hal ini dikarenakan, siswa belum terbiasa terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Meskipun demikian, nilai aktivitas pada
pertemuan 2 siklus I mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertemuan
sebelumnya.
Penilain terhadap aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan
model kooperatif tipe TGT juka dilakukan selama siklus II. Setelah dilakukan
banyak perbaikan terhadap pembelajaran pada siklus I, maka diketahui adanya
peningkatan terhadap nilai aktivitas siswa baik pada kegiatan kelompok maupun
pada kegiatan klasikal. Nilai aktivtas pada pertemuan 1 siklus II yaitu 87.5% pada
kegiatan klasikal dan 81.25% pada kegiatan kelompok meningkat menjadi 90.6%
pada kegiatan klasikal dan 87.5% pada kegiatan kelompok dengan kriteria sangat
baik. Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa siswa telah dapat mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan amat baik, selanjutnya hasil ini dapat
mendukung adanya peningkatan terhadap hasil belajar. Berikut disajikan
perbandingan hasil belajar siswa.
Tabel 4.11
Hasil Belajar Siklus 1 dan Siklus 2
Nilai Siswa yang Siswa yang
Jumlah Nilai Nilai
Siklus Rata-Rata Tuntas Belum Tuntas
Siswa Tertinggi Terendah
Kelas Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Siklus 1 27 90 55 71.1 19 70.37% 8 29.63%
Siklus 2 27 100 60 78.52 24 88.89% 3 11.11%
Dari Tabel 4.11terlihat bahwa dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan
rata-rata kelas dari 71.1 menjadi 78.52 dengan ketuntasan yang juga meninkat dari
70.37% menjadi 88.89%. Persentase ketuntasan kelas IV yang dicapai pada siklus
I ke siklus II tersebut telah mencapai standar yang ditentukan SDN Lebak 02
yaitu minimal 85% siswa tuntas KKM, serta nilai rata-rata kelas juga telah
mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Meskipun pada siklus II masih
terdapat 3 siswa yang belum tuntas, namun secara klasikal ketuntasan pada
siklus II telah
60

melampaui indikator yang ditentukan. Adapun ke 3 sisiwa yang belum tuntas


merupakan siswa yang diakui guru kelas IV sebagai siswa-siswa yang lamban dan
sering kesulitan mengikuti pelajaran. Ketiga siswa tersebut membutuhkan
bimbingan intern, meskipun demikian penelitian ini telah dinyatakan berhasil
berdasarkan ketentuan indikator keberhasilan yang dibuat. Untuk lebih jelasnya
akan disajikan perbandingan jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas pada siklus
I dan siklus II dalam bentuk grafik pada Gambar 4.2.

Diagram Ketuntasan Siklus I dan Siklus II


88.89
90
80 70.37
70
60
50
40 29.63
30
20 11.11
10
0
Siklus I Siklus II

Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.2 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan gambar 3, persentase siswa yang tuntas yang diambil dari


nilai tes siklus I adalah 70.37% (19 siswa). Pada siklus II, persentase siswa yang
tuntas yang diambil dari tes siklus II adalah 88.89% (24 siswa). Gambar diatas
menunjukan peningkatan jumlah siswa tuntas dari siklus I ke siklus II. Kondisi
tersebut juga diiringi dengan menurunnya jumlah siswa yang tidak tuntas.
Meskipun pada siklus II masih terdapat siswa yang tidak tuntas, namun hasil
tersebut telah memenuhi indikator kinerja pada penelitian ini yaitu 85% tuntas
dengan KKM 70, sehingga pelaksanaan pembelajaran dihentikan pada siklus II.

4.5 Pembahasan
Pada kondisi awal yakni kondisi dimana pembelajaran dengan
menggunakan model TGT berbantuan video pembelajaran belum dilakukan
diketahui bahwa sebanyak 14 siswa atau sebesar 51.85% dari 27 siswa dinyatakan
61

tuntas sedangkan sisanya yakni 13 siswa (48.15%) dinyatakan tidak tuntas.


Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan siswa hanya mencapai 51.85%.
Hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian siswa dinyatakan tidak tuntas.
Diketahui pula nilai rata-rata kondisi awal hanya mencapai 67.2 dengan nilai
tertinggi 90 dan nilai terrendh 40. Nilai rata-rata tersebut juga di bawah kriteria
ketuntasan minimal yakni
70. Mencermati hal tersebut, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran TGT berbantuan video
pembelajaran pada mata pelajaran IPA.
Upaya untuk meningkatkan hasil belajar pada kondisi awal dilakukan
dengan menerapkan model TGT berbantuan media video pembelajaran pada
matapelajaran IPA. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran TGT berbantuan video pembelajaran diketahui bahwa jumlah siswa
yang tuntas menjadi 19 siswa atau sebesar 70,37% dan jumlah siswa yang tidak
tuntas menjadi 29,63%. Nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 71,1 dengan nilai
tertinggi 90 dan nilai terendah 55. Kondisi ini menunjukkan bahwa ada
peningkatan jumlah siswa yang tuntas yakni dari 14 siswa menjadi 19 siswa
sehingga diketahui peningkat jumlah siswa yang tuntas pada siklus I ini adalah
18,52%. Sedangkan ada penurunan jumlah siswa yang tidak tuntas yakni dari 13
siswa pada kondisi awal menjadi 8 siswa pada siklus I. Selain itu rata-rata nilai
siswa juga mengalami kenaikan yakni dari 67.2 pada kondisi awal menjadi 71.1
pada siklus I. Rata-rata nilai pada siklus I telah mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM =70). Meskipun ada peningkatan dari kondisi awal ke siklus I,
namun ketuntasan pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan
yakni 85% dari jumlah seluruh siswa tuntas, oleh sebab itu dilakukan tindakan
lanjutan pada siklus II.
Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II, ketuntasan siswa mengalami
peningkatan yakni menjadi 24 siswa atau 88.89% dinyatakan tuntas belajarnya
sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 11.11%. Hasil ini menunjukkan bahwa ada
peningkatan ketuntasan dari siklus I yakni dari 19 siswa menjadi 24 siswa tuntas
belajarnya sehingga diketahui ada peningkatan sebesar 18,52%. Siswa yang tidak
tuntas belajarnya juga berkurang, pada kondisi siklus I siswa yang tidak tuntas ada
8 siswa berkurang menjadi 3 siswa. Nilai rata-rata pada siklus II mencapai 78.52
dengan nilai terendah sebesar 60 dan nilai tertinggi sebesar 100. Berdasarkan hal
62

tersebut, maka dapat diketahui bahwa ketuntasan pada siklus II mencapai


indikator ketuntasan kinerja sehingga tindakan ini dihentikan pada siklus II.
Adapun ketuntasan siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II disajikan pada
Gambar 4.3.

Diagram Ketuntasan Hasil Belajar

100.00%
88.89%
90.00%
80.00% 70.37%
70.00%
60.00% 51.85%
48.15%
50.00%
40.00% 29.63%
30.00%
20.00% 11.11%
10.00%
0.00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

TuntasTidak Tuntas

Gambar 4.3
Perbandingan Ketuntasan BelajarPra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Gambar 4.3 menunjukkan perbandingan ketuntasan dari kondisi awal hingga


siklus II. Mencermari Gambar 4.3 maka dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa
mengalami peningkatan secara signifikan dari kondisi pra siklus yakni kondisi di
mana belum diterapkannya model pembelajaran TGT berbantuan media video
pembelajaran ke siklus I hingga siklus II. Berdasarkan hal tersebut maka
diketahui bahwa ketuntasan dari kondisi pra siklus ke siklus I diketahui karena

dalam pembelajaran siswa merasa senang dengan adanya kegiatan game sehingga
siswa tidak merasa tertekan. Pada tahap Tim, siswa bisa saling bekerjasama dalam
kelompok. Pada tahap games, siswa dapat belajar soal dengan cara yang
menyenangkan karena lewat pertandingan kelompok. Selanjutnya pada tahap
tournament, meski berjuang secara individu tapi tetap membuat semangat karena
persaingan yang seimbang, siswa berada dalam 1 meja dengan kemampuan yang
63

sama. Kondisi tersebut membuat siswa dapat belajar dengan lebih baik, selain itu
juga membantu siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Meskipun telah terjadi
peningkatan, namun hasil ketuntasan belajar pada siklus I belum mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditentukan yakni sebesar 85% dari seluruh siswa
mengalami ketuntasan, sedangkan ketuntasan pada siklus I hanya mencapai
70.37% saja. Oleh karena itu perlu dilakukan pembelajaran pada siklus
selanjutnya.
Setelah mempertimbangkan berbagai kekurangan-kekurangan yang
dilakukan pada siklus I, dilakukan lagi perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Pada siklus II, diketahui bahwa sebanyak 24 siswa dari 27 siswa mengalami
ketuntasan, dengan perolehan nilai rata-rata 78.52. Sehingga ketuntasan pada
siklus II mencapai 88.89%. Mengacu pada hasil ini dapat dikatakan bahwa terjadi
peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar
18.52%. Memperhatikan ketuntasan belajar pada siklus II yang mencapai 88.89%,
maka ketuntasan belajar pada siklus II telah melampaui indikator keberhasilan
yang ditentukan, dengan demikian upaya meningkatkan hasil belajar siswa telah
tercapai. Berdasarkan pada hasil ini maka dikatakan bahwa pembelajaran dengan
model kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan yang
direncanakan. Hasil tersebut juga didukung dengan keberhasilan guru dalam
menerapkan model kooperatif tipe TGT yakni ditunjukkan dengan peningkatan di
setiap pertemuan dalam menerapkan model TGT pada pembelajaran IPA. Selain
itu siswa juga dapat mengikuti pembelajaran TGT dengan baik, hal tersebut
ditunjukkan dengan penilaian pada lembar observasi. Pada saat dilaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa
dapat lebih mudah memahami materi, yakni dengan adanya kegiatan tim di mana
siswa dapat saling bertukar pikiran dan bebas menyampaikan pendapat. Selain itu
kegiatan tim menumbuhkan semangat kerja sama. Siswa yang unggul belajarnya
dapat membantu siswa yang lemah sehingga dalam kegiatan tim terjadi kerja sama
yang baik. Selain itu kegiatan games dan turnamen merupakan kegiatan yang
menyenangkan bagi siswa, siswa tidak merasa terbebani dengan adanya soal-soal
yang diberikan oleh guru, meskipun di awal pertemuan masih terdapat siswa yang
yang merasa kebingungan akan tugasnya namun kondisi demikian dapat teratasi
dipertemuan selanjutnya. Kegiatan turnamen melatih siswa untuk melakukan
64

kompetisi dengan baik, siswa saling berlomba-lomba untuk mengerjakan soal.


Secara keseluruhan kegiatan pada TGT menolong siswa untuk menguasai materi
tanpa adanya paksaan, siswa merasa perlu menguasai materi dengan keiningan
sendiri, keinginan untuk unggul dalam kegiatan turnamen. Hal tersebut memicu
meningkatnya hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini dapat memperkuat hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh beberapa pihak, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Iwan
Yuni Isetyawati (2014) dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Materi Operasi Hitung Campuran dengan Model Pembelajaran
Kooperatife Tipe TGT (Teams Games Tournament) Bagi siswa kelas II SD Negeri
Percobaan 3 Pakem. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada akhir siklus I
siswa yang sudah tuntas mencapai KKM sebanyak 16 siswa (64%), sedangkan
pada akhir siklus II siswa yang sudah tuntas mencapai KKM sebanyak 27 siswa
(96%). Ada kenaikan ketuntasan siswa atau nilai hasil belajar Matematika dari
siklus I ke siklus II sebesar 32%.
Hasil peneltian lainnya yang juga menunjukkan keberhasilan dalam
meningkatkan hasil belajar melalui model kooperatif tipe TGT adalah penelitian
yang dilakukan oleh Ari Dwi Susyanto (2015)yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Team Games Tournamen Pada Siswa Kelas V SD N 1 Jembangan Poncowarno
Kebumen”. Hasil penelitian menunjukkanadanya peningkatan hasil belajar siswa.
Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai ratarata kelas mengalami peningkatan yaitu
dari hasil pra siklus sebesar 66,72 pada siklus I rata-rata kelas naik menjadi 69,54
dan pada siklus II naik menjadi 77,72. Pada pra siklus persentase ketuntasan
keseluruhan siswa sebesar 18% atau 4 dari 22 siswa. Pada siklus I persentase
ketuntasan keseluruhan siswa meningkat menjadi 50% atau 11 dari 22 siswa,
kemudian pada siklus II meningkat kembali menjadi 86% atau 19 dari 22 siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan
prestasi belajar Matematika mulai tahap pra siklus, Siklus I dan Siklus II.
Hasil penelitian ini juga mendukung teori yang dikemukakan oleh Isjoni
(2011) yang menyatakan bahwa model kooperatif tipe TGT dapat membangkitkan
keinginan siswa untuk belajar dengan adanya kegiatan yang menyenangkan
seperti
65

permainan dan turnamen, kondisi tersebut memicu terbentuknya lingkungan


belajar yang kondusif sehingga dapat membantu siswa dalam belajar dan pada
akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut sejalan dengan
hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa model TGT dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, terbukti dengan adanya peningkatan ketuntasan siswa pada
siklus II.

Anda mungkin juga menyukai