Anda di halaman 1dari 21

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 0

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA


Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

ISI PEMBAHASAN

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis i


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

I. Sejarah dan Tujuan Awal RKUHP diperburuk dengan ditemukannya pasal-pasal


KUHP adalah sebuah produk kodifikasi yang sarat dengan sifat-sifat kolonialisme
dari hukum pidana. Kodifikasi sendiri pada draf RKUHP yang disosialisasikan pada
merupakan sebuah proses penghimpunan tahun 2019, seperti pasal 218 dan Pasal 219
berbagai peraturan menjadi undang-undang, RKUHP terkait penyerangan terhadap harkat
adapun tujuan dari kodifikasi menurut dan martabat presiden atau wakil presiden,
Satjipto adalah untuk mengakumulasikan Pasal 240 dan Pasal 241 RKUHP yang
peraturan perundang-undangan agar lebih mengatur penghinaan terhadap pemerintah,
tersistematis dan terstruktur dengan tujuan serta Pasal 353 dan Pasal 354 RKUHP yang
memudahkan dan menyederhanakan proses mengatur penghinaan terhadap kekuasaan
pemahaman. umum atau lembaga negara. Mengapa pasal-
pasal ini pada akhirnya dianggap
Berbicara perihal cikal bakal dari
mengandung sifat kolonial, bila kita tinjau
terciptanya RKUHP maka pembahasan kita
berdasarkan WvS, hal serupa diatur di
sarat dengan era kolonial Belanda. Rancangan
dalamnya pada masa kolonial dengan tujuan
kitab undang-undang hukum pidana
melindungi kelembagaan pemerintah dengan
(RKUHP) pertama kali dinamakan sebagai
konsekuensi pemidanaan kepada orang-orang
“peraturan hukum pidana” yang disahkan
yang bertindak menghina, sehingga pada
melalui undang-undang nomor 1 tahun 1946,
pelaksanaan pranata negara pada masa ini
dimana undang-undang ini merupakan
sistematis pengaturan dan hukuman semacam
pengapdosian dari hukum Belanda yaitu
ini sudah tidak lagi dianggap relevan dan
Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-
pantas kita laksanakan di era negara
Indie (WvS). Maka dapat kita simpulkan
Indonesia yang sudah menerapkan
bahwa misi dari pembentukan KUHP adalah
demokerasi.
untuk mendekolonisasi peraturan hukum
pidana warisan Belanda di tanah Indonesia. II. Kalut Maut Polemik RKHUP
Kontroversialnya bermula sejak
Meninjau dari segi historis nya yang sarat
September 2019, dimana hal ini dilandaskan
dengan kolonialisme, maka tak heran
pada terdapatnya pasal-pasal yang sarat
bertimbulan asumsi-asumsi adaptasi tangan
terhadap kolonial dalam draft yang
besi pemerintahan kolonial oleh pemerintahan
disosialisasikan. Gelombang penolakan pun
demokerasi saat ini. Hal ini semakin

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 1


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

terjadi pada September 2019 dari golongan terbaru dari RKUHP ke masyarakat. Padahal
mahasiswa maupun masyarakat, unjuk rasa bila kita meninjau kembali pada Undang-
penolakan ini pun menuai keberhasilan yang Undang Nomor 13 Tahun 2022 yang
ditandai dengan respon Presiden Joko mengatur sistematis dan asas dari
Widodo yang memutuskan menunda pembentukan perundang-undangan yang
pengesahan RKUHP serta menarik draft ideal, dimana salah satu asasnya adalah
RKHUP dari DPR RI untuk dipertimbangkan keterbukaan, yang artinya publik berhak
kembali perihal apa yang menjadi muatan mendapatkan informasi dan/atau memberikan
pengaturannya. masukan pada tiap-tiap tahapan pembentukan
peraturan perundang-undangan. Tingkat
Kendati demikian, baru baru ini kita
kewaspadaan pun perlu kembali tingkatkan
dihebohkan kembali dengan tindak lanjutan
perihal RKUHP ini sebab menurut keterangan
dari RKUHP yang tidak kalah kontroversial
pemerintah bahwasannya pasal-pasal di luar
seperti pada tahun 2019. Tepatnya pada 25
dari empat belas isu kontroversial, tidak akan
Mei 2022 memutuskan akan melanjutkan
dibahas kembali ataupun mengalami
pengesahan RKUHP, hal ini dibahas dalam
perubahan.
Rapat Dengan Pendapat (RDP) pada hari
tersebut. Namun yang masih menjadi Sehingga dapat kita asumsikan bahwa
kekecewaan dari lanjutan pembahasan ini, dengan tidak dibukanya kembali draft terbaru
hanya empat belas isu kontroversial RKUHP dari RKUHP, proses pembahasan RKUHP
saja yang dibahas, dimana hal ini berkurang tindak lanjutan ini berarti akan
jauh dari dua puluh empat masalah mengesampingkan asas keterbukaan dan
kontroversial seperti yang tertulis dalam mengabaikan hak masyarakat untuk
inventaris malasah milih Aliansi Nasional memberikan masukan. Sehingga dapat
Reformasi KUHP pada September 2019. diindikasikan bahwa pemerintah dan DPR RI
sudah tidak lagi mengedepankan transparansi
Hal ini semakin diperburuk dengan
serta keterlibatan publik dalam proses
kesepakatan pemerintah dengan DPR RI
pembentukan peraturan perundang-undangan.
melanjutkan pembahasan RKUHP ke tingkat
dua yang hingga saat ini belum menciptakan
keterbukaan serta partisipasi masyarakat, hal
ini dibuktikan dengan belum dibukanya draft

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 2


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

III. Pasal-Pasal Kontroversial RKUHP satu bentuk perwujudan kebebasan


A. Pasal Penyelenggaraan Pawai, Unjuk berpendapat ialah kemerdekaan
Rasa atau Demonstrasi Tanpa menyampaikan pendapat di muka umum, di
Pemberitahuan. mana hal tersebut dapat diartikan sebagai hak
Salah satu permasalahan yang terdapat setiap warga negara untuk menyampaikan
dalam draf RKUHP versi September 2019 pikiran secara bebas dan bertanggung jawab
adalah adanya pasal yang berpotensi sesuai dengan ketentuan peraturan
mengekang kebebasan berpendapat dan perundang-undangan yang berlaku di hadapan
berekspresi warga negara. Pada dasarnya, orang banyak.24 Kemerdekaan
kebebasan berpendapat dan berekspresi menyampaikan pendapat di muka umum
merupakan hak yang mendasar bagi setiap penting untuk dijamin keberlangsungannya
manusia. Hal ini pun ditegaskan dalam Pasal sebagai upaya mewujudkan iklim yang
19 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia kondusif bagi warga negara untuk
(DUHAM) yang menyatakan bahwa: Setiap menggunakan hak dan melaksanakan
orang berhak atas kebebasan mempunyai dan tanggung jawabnya dalam kehidupan
mengeluarkan pendapat; dalam hal ini berdemokrasi.25 Maka dari itu, diterbitkanlah
termasuk kebebasan menganut pendapat Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998
tanpa mendapat gangguan, dan untuk tentang Kemerdekaan Menyampaikan
mencari, menerima dan menyampaikan Pendapat di Muka Umum (UU 9/1998) yang
keterangan-keterangan dan pendapat dengan diharapkan dapat menjadi salah satu
cara apa pun dan dengan tidak memandang instrumen hukum untuk menegakkan hak
batas-batas. tersebut.

Kebebasan berpendapat dan berekspresi Mengacu pada UU 9/1998, penyampaian


juga merupakan hak konstitusional yang pendapat di muka umum, baik yang
dijamin oleh negara sebagaimana diatur berbentuk unjuk rasa atau demonstrasi, pawai,
dalam Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang rapat umum, maupun mimbar bebas, dapat
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD dilakukan dengan adanya pemberitahuan
NRI 1945) bahwa “Setiap orang berhak atas secara tertulis kepada Kepolisian Negara
kebebasan berserikat, berkumpul, dan Republik Indonesia (Polri) selambat-
mengeluarkan pendapat.” Sejatinya, salah lambatnya 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat)

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 3


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

jam sebelum kegiatan tersebut dimulai.26 mengadakan pawai, unjuk rasa, atau
Setelah surat pemberitahuan diterima, Polri demonstrasi di jalan umum atau tempat
berkewajiban untuk segera memberikan surat umum yang mengakibatkan terganggunya
tanda terima pemberitahuan; berkoordinasi kepentingan umum, menimbulkan keonaran,
dengan penanggung jawab penyampaian atau huru-hara dalam masyarakat dipidana
pendapat di muka umum; berkoordinasi dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
dengan pimpinan instansi/lembaga yang akan tahun atau pidana denda paling banyak
menjadi tujuan penyampaian pendapat; serta kategori II.
mempersiapkan pengamanan tempat, lokasi,
Pada dasarnya, ketentuan serupa telah
dan rute.27 Lebih lanjut, Pasal 15 UU 9/1998
diatur dalam UU 9/1998 sebagaimana telah
mengatur bahwa pelaksanaan penyampaian
dipaparkan di atas. Namun, terdapat
pendapat di muka umum yang tidak
perbedaan signifikan terkait penyampaian
memenuhi ketentuan akan dijatuhkan sanksi
pendapat di muka umum yang diatur dalam
administratif berupa pembubaran.28
UU 9/1998 dan juga RKUHP.
Ketentuan-ketentuan tersebut menunjukkan
bahwa UU 9/1998 memandang penyampaian Jika pemberitahuan yang dilakukan
pendapat di muka umum sebagai suatu hak dalam UU 9/1998 hanya bersifat administratif
yang tidak terlepaskan dari tiap-tiap individu karena sanksi yang dijatuhkan hanya berupa
sehingga cukup dilakukan dengan pembubaran, Pasal 273 RKUHP justru
pemberitahuan semata. menjatuhkan sanksi pidana ketika tidak
terdapat pemberitahuan atas penyelenggaraan
Akan tetapi, muncul suatu ketentuan
pawai, unjuk rasa, atau demonstrasi yang
dalam draf RKUHP versi September 2019
dinilai mengakibatkan terganggunya
yang berpotensi mengancam kebebasan
kepentingan umum, menimbulkan keonaran,
berpendapat dan berekspresi, khususnya
atau huru-hara dalam masyarakat. Hal
kemerdekaan menyampaikan pendapat di
tersebut memperlihatkan adanya mekanisme
muka umum, serta mencederai iklim
perizinan yang harus dilakukan masyarakat
berdemokrasi di Indonesia, yakni Pasal 273
dalam menyampaikan ekspresinya, di mana
RKUHP. Pasal tersebut merumuskan bahwa:
masyarakat seakan-akan harus memohon izin
Setiap Orang yang tanpa pemberitahuan
kepada pihak berwenang dalam
terlebih dahulu kepada yang berwenang
menyampaikan pendapat di muka umum

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 4


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

untuk terhindar dari ancaman pidana.30 Tak pemberitahuan tersebut telah memenuhi
hanya itu, mekanisme tersebut juga ketentuan yang berlaku mengingat surat yang
memperlihatkan watak birokrasi pemerintah diberikan merupakan pemberitahuan, bukan
yang penerapannya cenderung berorientasi permohonan izin.35
pada keamanan dan ketertiban umum (rust en
Tak hanya itu, tindakan penyampaian
orde), di mana hal ini kerap digunakan oleh
pendapat di muka umum pun tidak selalu
pemerintah kolonial dan pemerintah Orde
dapat direncanakan terlebih dahulu. Artinya,
Lama untuk memantau gerak-gerik
tidak semua kegiatan penyampaian pendapat
masyarakat.31 Lebih lanjut, pada rezim Orde
di muka umum memungkinkan untuk
Baru, ketentuan semacam ini juga digunakan
diberitahukan sebelumnya karena kegiatan
oleh penguasa untuk membatasi kegiatan
tersebut dapat berupa respons terhadap situasi
masyarakat yang hendak berdemonstrasi
yang muncul secara spontan. Hal ini sering
karena berbeda pendapat dengan penguasa.32
kali terjadi dalam kasus penggusuran paksa
Dengan demikian, Pasal 273 RKUHP jelas
seperti yang dialami oleh warga Bukit Duri,
merupakan cerminan politik perizinan
Jakarta. Dalam kasus ini, warga menggelar
peninggalan kolonial, Orde Lama, dan Orde
demonstrasi karena tempat tinggal mereka
Baru yang memang dipertahankan untuk
terancam digusur akibat proyek normalisasi
mengontrol dan mengawasi kegiatan
Sungai Ciliwung.36 Demonstrasi tersebut
rakyatnya sendiri.33
terjadi sesaat sebelum penggusuran dilakukan
Sejatinya, unsur-unsur yang terkandung sehingga warga Bukit Duri tentu tidak dapat
dalam Pasal 273 RKUHP juga memiliki mengurus surat pemberitahuan untuk
sejumlah permasalahan yang berpotensi mengadakan demonstrasi sementara tempat
menjadikan Pasal 273 RKUHP sebagai pasal tinggal mereka terancam digusur. Dengan
karet. Salah satunya adalah terkait keberadaan keberadaan Pasal 273 RKUHP, warga Bukit
frasa “tanpa pemberitahuan terlebih dahulu”. Duri bisa saja dipidana hanya karena
Pada realitas di lapangan, surat memperjuangkan tempat tinggalnya dari
pemberitahuan kerap dipersulit dengan tidak ancaman penggusuran.
diberi tanda terima ataupun ditolak oleh pihak
Permasalahan berikutnya dalam Pasal
kepolisian.34 Padahal, pada prinsipnya, surat
273 RKUHP ialah penggunaan frasa
pemberitahuan tidak dapat ditolak ketika
“kepentingan umum” yang berpotensi

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 5


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

disalahgunakan oleh pihak kepolisian sebagai parameter yang jelas mengenai pengertian
alasan untuk melarang penyelenggaraan frasa tersebut menjadikan Pasal 273 RKUHP
pawai, unjuk rasa, atau demonstrasi. Frasa sebagai pasal yang multitafsir dan rentan
“kepentingan umum” dalam pasal ini tidak disalahgunakan oleh pihak kepolisian.
didefinisikan secara konkret. Padahal, sebagai Padahal, terdapat pasal lain yang sejatinya
pasal dalam RKUHP yang memuat ancaman dapat digunakan untuk menyikapi masyarakat
pidana, Pasal 273 RKUHP sudah sepatutnya yang “menimbulkan keonaran” dan “huru-
didasarkan pada asas legalitas yang dikenal hara dalam masyarakat” dengan parameter
dalam doktrin hukum pidana. Dalam yang lebih rinci, yakni Pasal 261 RKUHP
penerjemahan asas legalitas, dikenal istilah yang mengatur mengenai kekerasan terhadap
lex scripta, lex certa, dan lex praevia.37 orang atau barang secara bersama-sama di
Namun, Pasal 273 RKUHP justru tidak muka umum ataupun Pasal 361 RKUHP yang
memenuhi asas tersebut, terutama lex certa, di berlaku bagi setiap orang yang melakukan
mana perumusan undang-undang harus kekacauan dan tidak pergi sesudah
dilakukan secara jelas, terperinci, dan diperintahkan sampai tiga kali oleh pejabat
cermat.38 Hal ini disebabkan oleh yang berwenang.42 Dengan demikian, Pasal
ketidakjelasan batasan dan parameter 273 RKUHP perlu ditinjau kembali
mengenai apa yang dimaksud dengan keberadaannya mengingat Pasal 261 dan
“kepentingan umum” pada Pasal 273 Pasal 361 RKUHP sudah cukup mengatur
RKUHP.39 Dengan demikian, ketidakjelasan mengenai “ketertiban umum” secara spesifik.
parameter tersebut dapat menimbulkan
Selain itu, ancaman pidana dalam Pasal
ketidakpastian hukum yang dapat
273 RKUHP juga menjadi permasalahan
disalahgunakan untuk mengekang kebebasan
tersendiri. Ancaman pidana dalam rumusan
masyarakat dalam menyampaikan pendapat di
pasal ini adalah satu tahun pidana penjara
muka umum.40
atau pidana denda paling banyak kategori II.
Sama halnya dengan frasa “kepentingan Pada dasarnya, dalam KUHP saat ini, terdapat
umum”, Pasal 273 RKUHP pun tidak pasal yang serupa dengan Pasal 273 RKUHP,
mengatur parameter yang konkret mengenai yaitu Pasal 510 KUHP. Meski demikian,
frasa “menimbulkan keonaran” dan “huru- terdapat perbedaan ancaman pidana yang
hara dalam masyarakat”.41 Tidak adanya diatur, di mana Pasal 510 KUHP hanya

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 6


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

menjatuhkan pidana denda atau pidana diatur dalam UU 9/1998. Penggunaan sanksi
kurungan paling lama dua minggu, sedangkan pidana dalam Pasal 273 RKUHP pun
Pasal 273 RKUHP memperberat ancaman berimplikasi pada overcriminalization atau
pidana menjadi paling lama satu tahun pidana kriminalisasi berlebihan, yakni penggunaan
penjara atau pidana denda paling banyak hukum pidana secara terus-menerus untuk
kategori II.43 Tak hanya itu, ancaman pidana mewujudkan tujuan-tujuan kebijakan publik
yang terdapat dalam rumusan Pasal 273 yang sejatinya tidak layak untuk dilarang.47
RKUHP juga bertentangan dengan UU
Mengingat bahwa menyelenggarakan
9/1998, di mana sanksi yang diberikan
pawai, unjuk rasa, ataupun demonstrasi
hanyalah sanksi administratif berupa
merupakan hak warga negara dalam
pembubaran kegiatan.
kehidupan berdemokrasi, ancaman pidana
Sejatinya, dalam pelaksanaan perundang- dalam Pasal 273 RKUHP berpotensi memiliki
undangan, pemilihan antara penggunaan berbagai implikasi negatif. Ketika warga
sanksi pidana atau sanksi administratif dapat negara yang ingin mengemukakan
dilandasi oleh beberapa faktor. Salah satunya pendapatnya di muka umum justru terancam
ialah sifat dari sanksi yang ingin untuk dipidana, tidak menutup kemungkinan
dijatuhkan.44 Apabila sanksi tersebut bahwa hal tersebut dapat mengurungkan niat
dimaksudkan untuk memulihkan (reparatoir), warga negara untuk menyuarakan
sanksi administratif ialah pilihan yang lebih pemikirannya.48 Oleh karena itu, timbul
ideal.45 Tak hanya itu, mengingat bahwa sikap apatis di antara masyarakat yang tak
hukum pidana bersifat sebagai sebagai lagi antusias untuk menjalankan prinsip
ultimum remedium atau “obat terakhir”, demokrasi.49 Alih-alih menegakkan
hukum pidana sudah sepatutnya menjadi “kepentingan umum”, ancaman pidana dalam
upaya terakhir setelah penerapan sanksi lain Pasal 273 RKUHP justru dapat menjadi
(administratif, perdata, dan lainnya) dianggap faktor yang melemahkan demokrasi di
tidak efektif untuk menegakkan hukum yang Indonesia dan menurunkan kepercayaan
bersangkutan.46 Maka dari itu, sanksi pidana warga negara terhadap pemerintah.50 Dengan
dalam Pasal 273 RKUHP sejatinya patut demikian, rumusan ancaman pidana dalam
dipertanyakan mengingat masih terdapat opsi Pasal 273 RKUHP patut ditinjau kembali
berupa sanksi administratif sebagaimana karena tidak ada urgensi yang jelas serta

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 7


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

merupakan ancaman nyata bagi tiap warga kebebasan berpendapat setiap warga negara
negara yang ingin mengemukakan yang sudah dijamin oleh konstitusi.
pendapatnya.
B. Pasal Penyerangan Harkat dan
Pasal 273 RKUHP sejatinya dapat Martabat Presiden atau Wakil
mengancam kebebasan berpendapat setiap Presiden: Sarat Akan Ketidakjelasan,
warga negara mengingat terdapat sejumlah Penyelewengan, serta Ancaman
permasalahan di dalamnya, mulai dari adanya Selain permasalahan yang terdapat dalam
rezim perizinan ketika hendak melakukan Pasal 273 RKUHP, pasal penghinaan
penyelenggaraan pawai, unjuk rasa, atau presiden atau wakil presiden juga masih
demonstrasi; frasa “kepentingan umum”, menjadi titik masalah dalam draf RKUHP
“menimbulkan keonaran” serta “huru-hara versi September 2019. Pada dasarnya,
dalam masyarakat“ yang tidak memiliki ketentuan yang mengatur mengenai
parameter konkret; hingga adanya pidana penghinaan presiden atau wakil presiden
penjara yang diancam dalam pasal ini. Tak sudah ada di dalam KUHP saat ini. Ketentuan
hanya itu, keberadaan Pasal 273 RKUHP juga tersebut telah dimuat dalam Pasal 134, Pasal
berkaitan erat dengan realitas 136 bis, dan Pasal 137 KUHP yang sejatinya
penyelenggaraan pawai, unjuk rasa, atau merupakan warisan pemerintah kolonial dan
demonstrasi. Dengan rezim pemberitahuan ditujukan untuk menjaga harkat serta
yang berlaku saat ini, penyelenggaraan pawai, martabat raja atau ratu sebagai simbol
unjuk rasa, atau demonstrasi kerap dipersulit ataupun lambang negara.51 Namun, ketika
dengan berbagai tindakan represif dari aparat KUHP diterjemahkan ke dalam bahasa
dan penangkapan massa tanpa landasan Indonesia, subjek hukum ketentuan terkait
hukum yang jelas. Terlebih lagi, dengan penghinaan terhadap raja atau ratu tersebut
keberadaan Pasal 273 RKUHP yang diganti menjadi presiden atau wakil presiden.
menyiratkan rezim perizinan, tindakan-
Selanjutnya, dalam pembentukan
tindakan tersebut berpotensi melanggengkan
RKUHP, pengaturan terkait penghinaan
dan melegitimasi mengingat pasal ini memuat
terhadap presiden atau wakil presiden
ancaman pidana di dalam rumusannya. Maka
terdapat dalam Pasal 218 dan Pasal 220
dari itu, Pasal 273 RKUHP harus dihapuskan
RKUHP.
dari draf RKUHP sebagai upaya melindungi

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 8


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

Dalam Pasal 218 RKUHP menyatakan Namun, perubahan frasa tersebut tidak
bahwa: menjadikan pasal ini bebas dari
permasalahan. Sebab, pasal terkait
1) Setiap Orang yang di muka umum
penyerangan harkat dan martabat presiden
menyerang kehormatan atau harkat
atau wakil presiden tetap membawa semangat
dan martabat diri Presiden atau Wakil
yang sama dengan Pasal 134, Pasal 136 bis,
Presiden dipidana dengan pidana
dan Pasal 137 KUHP, di mana ketiga pasal
penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6
tersebut telah diputus tidak memiliki kekuatan
(enam) bulan atau pidana denda
hukum yang mengikat oleh Putusan
paling banyak kategori IV.
Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 013-
2) Tidak merupakan penyerangan
022/PUU-IV/2006.
kehormatan atau harkat dan martabat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Terdapat beberapa alasan yang mendasari
jika perbuatan dilakukan untuk putusan MK tersebut.54 Pertama, pasal
kepentingan umum atau pembelaan penghinaan presiden atau wakil presiden
diri. dinilai bertentangan dengan asas persamaan
di hadapan hukum. Pada prinsipnya,
Di sisi lain, Pasal 220 RKUHP mengatur
persamaan di hadapan hukum merupakan
bahwa:
suatu asas yang bertujuan untuk menjamin
1) Tindak Pidana sebagaimana kesetaraan dalam hukum terhadap setiap
dimaksud dalam Pasal 218 dan Pasal individu tanpa adanya keistimewaan atau
219 hanya dapat dituntut berdasarkan pengecualian.55 Berangkat dari definisi
aduan. tersebut, pasal penghinaan terhadap presiden
2) Pengaduan sebagaimana dimaksud atau wakil presiden dalam KUHP dinilai
pada ayat (1) dapat dilakukan secara memberikan kedudukan hukum yang lebih
tertulis oleh Presiden atau Wakil tinggi kepada suatu individu ataupun
Presiden. memberikan perlakuan istimewa kepada
individu apabila ia mempunyai kedudukan
Pasal-pasal dalam RKUHP tersebut
tertentu.56
mengubah kata “penghinaan” yang digunakan
dalam KUHP menjadi “penyerangan Kedua, MK menilai bahwa pasal
kehormatan atau harkat dan martabat”. penghinaan presiden atau wakil presiden

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 9


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

dalam KUHP menimbulkan ketidakpastian gratifikasi yang diterima Presiden Susilo


hukum. Hal ini disebabkan oleh sifat subjektif Bambang Yudhoyono dinilai sebagai suatu
yang terkandung dalam pasal tersebut, di penghinaan terhadap kepala negara.59 Potensi
mana tidak terdapat parameter konkret terkait dibatasinya kebebasan berekspresi serta
apakah suatu pernyataan pendapat atau protes kebebasan untuk berkomunikasi dan
ialah kritik atau penghinaan.57 Parameter memperoleh informasi pun kembali muncul
yang kabur tersebut kembali ditemukan dalam dengan dimuatnya pasal penyerangan harkat
RKUHP, di mana frasa “menyerang dan martabat presiden atau wakil presiden
kehormatan atau harkat dan martabat diri” dalam RKUHP. Melihat berbagai implikasi
dalam Pasal 218 RKUHP juga dapat yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat
menimbulkan interpretasi yang beragam. disimpulkan bahwa pasal penyerangan harkat
Oleh karena itu, pasal penyerangan harkat dan dan martabat presiden atau wakil presiden
martabat presiden atau wakil presiden dapat dalam RKUHP menghadirkan permasalahan
dikatakan sebagai pasal karet yang tidak yang serupa dengan Pasal 134, Pasal 136 bis,
menjamin kepastian hukum. dan Pasal 137 KUHP. Berdasarkan hal
tersebut, RKUHP dinilai telah mengabaikan
Ketiga, pasal penghinaan presiden atau
Putusan MK Nomor 013-022/PUU-IV/2006
wakil presiden dinilai dapat membatasi
yang mengamanatkan pasal-pasal serupa
kebebasan berekspresi melalui pikiran dan
untuk tidak dimuat kembali.60
pendapat yang sejatinya telah dijamin oleh
Pasal 28E ayat (2) dan ayat (3) UUD NRI Selain mengalami perubahan frasa, pasal
1945 serta membatasi kebebasan untuk penyerangan harkat dan martabat presiden
berkomunikasi dan memperoleh informasi atau wakil presiden juga mengalami
sebagaimana diatur dalam Pasal 28F UUD perubahan jenis delik, yakni berubahnya delik
NRI 1945.58 Hal ini dapat dilihat dari kasus biasa menjadi delik aduan sebagaimana diatur
yang pernah menimpa Eggi Sudjana pada dalam Pasal 220 RKUHP. Dengan demikian,
tahun 2011. Ia dijatuhi hukuman tiga bulan pasal ini hanya dapat digunakan apabila
penjara dengan masa percobaan enam bulan terdapat aduan dari pihak yang merasa
oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas dirugikan, yakni presiden atau wakil
dasar Pasal 134 KUHP juncto Pasal 136 bis presiden.61 Meski telah diganti menjadi delik
KUHP karena pernyataannya terkait dugaan aduan, pasal tersebut pada hakikatnya tetap

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 10


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

memiliki inti permasalahan sebagaimana ketidakpastian hukum, serta mengekang


pasal-pasal yang telah dicabut oleh MK.62 kebebasan berpendapat dan berekspresi
Pasal penyerangan harkat dan martabat yang masyarakat.
seharusnya dipergunakan untuk melindungi
C. Pasal Penghinaan terhadap
pribadi kodrati justru digunakan untuk
Pemerintah: Menghadirkan Kembali
melindungi suatu jabatan tertentu dalam
Rezim Antikritik?
RKUHP, yakni presiden dan wakil presiden.
Senada dengan rumusan pasal terkait
Pada dasarnya, Report of the Special penyerangan harkat dan martabat presiden
Rapporteur on the promotion and protection atau wakil presiden, Pasal 240 dan Pasal 241
of the right to freedom of opinion and RKUHP pun mengatur sanksi pidana terhadap
expression yang dikeluarkan oleh setiap orang yang melakukan penghinaan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 20 terhadap pemerintah yang sah. Pasal 240
April 2010 menegaskan bahwa hukum pidana RKUHP berbunyi, “Setiap Orang yang di
terkait penghinaan hanya dapat digunakan muka umum melakukan penghinaan terhadap
untuk melindungi pribadi kodrati dan pemerintah yang sah yang berakibat
kelompok orang semata, bukan untuk terjadinya kerusuhan dalam masyarakat
melindungi hal yang sifatnya abstrak serta dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
subjektif seperti negara atau institusi.63 (tiga) tahun atau pidana denda paling banyak
Mengingat bahwa pasal penyerangan harkat kategori IV.”65 Tak hanya itu, Pasal 241
dan martabat presiden atau wakil presiden RKUHP lebih lanjut menyatakan bahwa:
merujuk pada jabatan, bukan individu, dapat Setiap orang yang menyiarkan,
disimpulkan bahwa pasal tersebut mempertunjukkan, atau menempelkan tulisan
berseberangan dengan amanat dokumen hak atau gambar sehingga terlihat oleh umum,
asasi manusia (HAM) internasional yang memperdengarkan rekaman sehingga
bersangkutan. Dengan demikian, Pasal 218 terdengar oleh umum, atau menyebarluaskan
dan Pasal 220 RKUHP sudah sepatutnya dengan sarana teknologi informasi yang berisi
dihapuskan karena keberadaannya penghinaan terhadap pemerintah yang sah
menegaskan adanya perbedaan kedudukan dengan maksud agar isi penghinaan diketahui
hukum antara presiden atau wakil presiden umum yang berakibat terjadinya kerusuhan
dengan warga negaranya, menimbulkan dalam masyarakat dipidana dengan pidana

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 11


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

penjara paling lama 4 (empat) tahun atau artikelen sendiri berasal dari British Indian
pidana denda paling banyak kategori V. Penal Code, di mana ketentuan tersebut
dianggap tepat untuk diberlakukan terhadap
Pada dasarnya, KUHP yang berlaku saat
bangsa Indonesia mengingat pada waktu itu
ini sudah memuat ketentuan mengenai
Indonesia masih terjajah oleh Belanda.70
penghinaan terhadap pemerintah sebagaimana
Seiring dengan perkembangan zaman, Pasal
diatur dalam Pasal 154 dan Pasal 155 KUHP.
154 dan Pasal 155 KUHP telah ditetapkan
Pasal 154 KUHP berbunyi, “Barangsiapa di
inkonstitusional oleh MK dalam Putusan MK
muka umum menyatakan perasaan
Nomor 6/PUU-V/2007. Putusan tersebut
permusuhan, kebencian atau penghinaan
menyatakan pasal ini tidak berdasar kepada
terhadap Pemerintah Indonesia, diancam
asas kepastian hukum dan menghalang-
dengan pidana penjara paling lama tujuh
halangi hak kebebasan berpendapat.71 Pasal
tahun atau denda paling banyak tiga ratus
terkait penghinaan pemerintah pun sudah
rupiah”.67 Kemudian, Pasal 155 ayat (1)
dinyatakan tidak memiliki kekuatan hukum
KUHP berbunyi:
mengikat dan bertentangan dengan UUD NRI
Barangsiapa menyiarkan, 1945. Melihat pertimbangan tersebut, pasal-
mempertunjukkan atau menempelkan di pasal yang mengandung semangat yang sama
muka umum, tulisan atau lukisan yang sejatinya tidak perlu diatur kembali dalam
mengandung pernyataan perasaan RKUHP. Akan tetapi, rumusan serupa yang
permusuhan, kebencian atau penghinaan mengatur penghinaan terhadap pemerintah
terhadap Pemerintah Indonesia, dengan kembali dimunculkan dalam Pasal 240 dan
maksud supaya isinya diketahui oleh umum, Pasal 241 RKUHP.
diancam dengan pidana penjara paling lama
Pasal 240 dan Pasal 241 RKUHP
empat tahun enam bulan atau denda paling
berpotensi menimbulkan kriminalisasi
banyak tiga ratus rupiah.
terhadap warga negara yang sedang
Pasal 154 dan Pasal 155 KUHP sejatinya menyampaikan aspirasinya terhadap
termasuk ke dalam pasal haatzaai artikelen, pemerintah karena pasal tersebut memberikan
yaitu pasal-pasal yang membatasi individu kekuasaan kepada penguasa untuk
dalam menyampaikan kritik atau rasa tidak mengekang aspirasi dan pikiran individu yang
senang terhadap penguasa.69 Haatzaai berseberangan dengannya. Padahal, konstitusi

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 12


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

telah menjamin hak warga negara untuk (1) UUD NRI 1945 yang menyatakan bahwa,
menyampaikan pendapatnya sebagaimana “Segala warga negara bersamaan
termaktub dalam Pasal 28 UUD NRI 1945.72 kedudukannya di dalam hukum dan
Tak hanya itu, General Comment No. 34 on pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
Article 19 of the International Covenant for dan pemerintahan itu dengan tidak ada
Civil and Political Rights (ICCPR) juga kecualinya”.75 Oleh karena itu, Pasal 240 dan
menegaskan bahwa pemerintah tidak berhak Pasal 241 RKUHP belum bisa dikatakan
melarang pembatasan kebebasan berpendapat menganut asas persamaan di hadapan hukum
terhadap institusi seperti lembaga kemiliteran karena kedudukan warga negara dan
dan administrasi negara sebab pihak-pihak pemerintahan dibedakan di hadapan hukum.
tersebut merupakan subjek yang dapat Selain itu, sebagaimana telah dipaparkan
dikritik.73 Maka dari itu, dapat disimpulkan sebelumnya, hukum pidana terkait
bahwa Pasal 240 dan Pasal 241 RKUHP penghinaan hanya dapat dijatuhkan kepada
merupakan pelanggaran terhadap prinsip pribadi kodrati dan kelompok orang, bukan
kebebasan berpendapat serta pembangkangan terhadap hal yang sifatnya abstrak dan
terhadap konstitusi. subjektif seperti institusi.76

Pasal 240 dan Pasal 241 RKUHP juga Masalah lain yang terumus pada Pasal
terkesan memosisikan pemerintah sebagai 240 dan Pasal 241 RKUHP adalah
subjek hukum yang memiliki kedudukan ketidakjelasan mengenai rumusan unsur pasal
lebih tinggi dibandingkan warga negara pada tersebut. Pada dasarnya, Pasal 154 dan Pasal
umumnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan 155 KUHP yang merupakan padanan dari
adanya pasal yang secara khusus ditujukan Pasal 240 dan Pasal 241 RKUHP merupakan
untuk melindungi pemerintah apabila delik formil, di mana pasal-pasal tersebut
pemerintah tersebut mendapatkan hinaan. hanya mensyaratkan terpenuhinya unsur
Seharusnya, pembentukan peraturan adanya perbuatan yang dilarang tanpa
perundang-undangan berdasarkan pada asas mempertimbangkan terlebih dahulu akibat
persamaan di hadapan hukum, yaitu semua dari perbuatan tersebut.77 Berdasarkan
orang diperlakukan sama di mata hukum.74 Putusan MK Nomor 6/PUU-V/2007, rumusan
Lebih lanjut, asas persamaan di hadapan kedua pasal tersebut menimbulkan
hukum pun termaktub di dalam Pasal 27 ayat kecenderungan penyalahgunaan kekuasaan

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 13


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

karena dapat ditafsirkan dengan subjektif oleh kerusuhan dalam masyarakat” dalam Pasal
penguasa.78 Hal tersebut pun menjadi salah 240 dan Pasal 241 RKUHP.
satu faktor yang mengakibatkan Pasal 154
Berangkat dari pemaparan di atas, dapat
dan Pasal 155 KUHP dinyatakan
disimpulkan bahwa masih terdapat banyak
inkonstitusional.
permasalahan dalam Pasal 240 dan Pasal 241
RKUHP pun merumuskan pasal RKUHP, di antaranya ialah mengurangi hak
penghinaan terhadap pemerintah menjadi kebebasan berpendapat dan tidak
delik materiil, di mana delik materiil dapat mengindahkan asas persamaan di hadapan
diartikan sebagai tindakan kejahatan yang hukum. Di samping itu, Pasal 240 dan Pasal
menitikberatkan kepada akibat.79 Artinya, 241 RKUHP juga bertentangan dengan nilai-
suatu tindakan baru dapat dikatakan nilai yang terkandung di dalam konstitusi.
memenuhi unsur pasal apabila akibat dari Kemudian, meski Pasal 240 dan Pasal 241
tindakan tersebut telah terpenuhi.80 Dengan RKUHP merupakan delik materiil, tidak
demikian, seseorang baru dapat dikatakan terdapat ketentuan lebih lanjut terkait frasa
memenuhi unsur Pasal 240 atau Pasal 241 “terjadinya kerusuhan dalam masyarakat”
RKUHP apabila telah memenuhi akibat dari yang berpotensi menimbulkan ketidakpastian
rumusan pasal tersebut, yaitu “terjadinya hukum dalam pelaksanaannya. Berbagai
kerusuhan dalam masyarakat”. Namun, permasalahan tersebut berpotensi menjadikan
perubahan delik tersebut sejatinya tidak Pasal 240 dan Pasal 241 RKUHP sebagai
menjadi solusi yang ideal mengingat tidak pasal karet yang rawan digunakan untuk
adanya parameter jelas mengenai frasa mengkriminalisasi warga negara. Oleh karena
“terjadinya kerusuhan dalam masyarakat”. itu, sudah sepatutnya Pasal 240 dan Pasal 241
Padahal, seiring dengan perkembangan RKUHP dihapuskan dari rumusan RKUHP.
zaman, definisi kerusuhan dapat meluas
D. Pasal Penghinaan terhadap Kekuasaan
menjadi kerusuhan elektronik apabila konten
Umum dan Lembaga Negara:
elektronik menjadi viral dan banyak
Ancaman Besar terhadap Kebebasan
diperbincangkan. Dengan demikian, sebagai
Berpendapat
upaya menghindari disalahgunakannya pasal
Mengingat bahwa Indonesia merupakan
tersebut, dibutuhkan parameter dan definisi
negara hukum yang menjunjung tinggi
yang konkret terkait frasa “terjadinya
demokrasi, hukum memegang peran penting

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 14


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

dalam menjamin kebebasan warga negara dan Pada praktiknya, pasal ini kerap digunakan
pemenuhan HAM, tak terkecuali RKUHP.81 sebagai alat kriminalisasi masyarakat.85
Hal ini juga didasari dengan keberadaan UUD Salah satu contoh kasus terkait Pasal 207
NRI 1945 yang menjunjung tinggi KUHP adalah kasus Asma Dewi yang
penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan dipidana karena mengunggah kritik mengenai
HAM bagi warga negara Indonesia, termasuk harga daging di media sosial dengan kata
hak atas kebebasan berpendapat.82 Apabila “koplak” dan “edun”.86 Namun, menurut
hukum yang berlaku tidak mengakomodasi Choky Risda Ramadhan, dosen hukum pidana
hal tersebut, perlindungan HAM pun tak dari Universitas Indonesia, vonis kasus
dapat berjalan dengan baik. Namun, terlihat janggal karena Pasal 207 KUHP
ketentuan dalam RKUHP justru tidak dibuat hanya dapat digunakan jika terdapat aduan
berdasarkan semangat demokrasi yang telah dari pejabat terkait.87 Pada kasus Asma
termaktub dalam konstitusi. Hal tersebut Dewi, penggunaan pasal ini tidak didahului
tecermin dari diakomodasinya pasal dengan aduan pihak tersebut. Wahyu Djafar
penghinaan terhadap kekuasaan umum dan selaku Deputi Direktur Riset Lembaga Studi
lembaga negara dalam Pasal 353 dan Pasal dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) juga
354 RKUHP. Pada dasarnya, pasal serupa menyoroti kejanggalan ini dengan
juga diakomodasi dalam KUHP saat ini, mengatakan bahwa penegak hukum tidak bisa
yakni Pasal 207 KUHP. Pasal tersebut membedakan delik penghinaan dan ujaran
berbunyi: Barangsiapa dengan sengaja di kebencian.88
muka umum dengan lisan atau tulisan
Meski kedua pasal tersebut tidak dapat
menghina suatu penguasa atau badan umum
dijalankan secara efektif dalam masyarakat
yang ada di Indonesia, diancam dengan
dan kehilangan relevansinya, RKUHP justru
pidana penjara paling lama satu tahun enam
kembali memuat pasal dengan substansi yang
bulan atau denda paling banyak tiga ratus
serupa, yakni Pasal 353 dan Pasal 354
rupiah. Pasal 207 KUHP sejatinya merupakan
RKUHP. Pasal 353 ayat (1) RKUHP
warisan kolonial yang sudah tidak relevan
menyatakan, “Setiap Orang yang di muka
saat ini. Pasal 207 KUHP merupakan salah
umum dengan lisan atau tulisan menghina
satu pasal haatzaai artikelen, yakni pasal yang
kekuasaan umum atau lembaga negara
ditujukan untuk mengekang individu dalam
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
menyampaikan kritik kepada penguasa.84

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 15


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

(satu) tahun 6 (enam) bulan atau pidana denda Permasalahan lainnya yang ditimbulkan
paling banyak kategori II.” Lebih lanjut, Pasal oleh Pasal 353 dan Pasal 354 RKUHP adalah
354 RKUHP merumuskan: Setiap Orang yang terancamnya keberadaan asas persamaan di
menyiarkan, mempertunjukkan, atau hadapan hukum. Berdasarkan Pasal 27 ayat
menempelkan tulisan atau gambar atau (1) UUD NRI 1945, asas persamaan di
memperdengarkan rekaman, atau hadapan hukum berlaku bagi setiap warga
menyebarluaskan melalui sarana teknologi negara tanpa terkecuali. Jika mengacu pada
informasi yang berisi penghinaan terhadap pasal tersebut, penghinaan seharusnya cukup
kekuasaan umum atau lembaga negara, hanya mengatur perlindungan reputasi
dengan maksud agar isi penghinaan tersebut seseorang secara individu sebagai warga
diketahui atau lebih diketahui oleh umum negara, bukan merujuk pada institusinya.91
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 Selain itu, Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang
(dua) tahun atau pidana denda paling banyak Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
kategori III. Keberadaan Pasal 353 dan Pasal Kehakiman menyebutkan bahwa, “Pengadilan
354 RKUHP yang masih mengacu pada Pasal harus mengadili sesuai hukum tanpa
207 KUHP menunjukkan kurangnya membeda-bedakan orang.”92 Pasal ini
signifikansi perkembangan hukum pidana. menekankan bahwa hukum semestinya
Berdasarkan rumusan di atas, dapat dilihat diimplementasikan tanpa melihat jabatan
bahwa Pasal 353 dan Pasal 354 RKUHP seseorang. Dengan demikian, keberadaan
menunjukkan sifat antikritik pemerintah pasal penghinaan yang secara khusus
Indonesia sebagaimana sikap pemerintah ditujukan untuk melindungi kekuasaan umum
kolonial Belanda yang ingin menaklukkan atau lembaga negara sejatinya tidak perlu
rakyat saat KUHP dibuat.89 Padahal, jika diakomodasi dalam RKUHP mengingat pasal
pembahasan RKUHP benar-benar bertujuan tersebut menegasikan asas persamaan di
untuk menggantikan KUHP saat ini yang hadapan hukum.
dibentuk pada masa pemerintahan Hindia
Selain mengancam asas persamaan di
Belanda, ketentuan di dalamnya semestinya
hadapan hukum, Pasal 353 dan Pasal 354
tidak mengandung pasal-pasal warisan
RKUHP juga membahayakan hak atas
kolonial.90
kebebasan berpendapat. Pasal 28E ayat (3)
UUD NRI 1945 menjamin hak setiap orang

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 16


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

untuk mengeluarkan pendapat. Selain itu, melindungi individu dan kelompok, bukan
Pasal 28E ayat (2) UUD NRI 1945 juga gagasan abstrak.96
memperjelas hak setiap orang untuk
Lebih lanjut, Pasal 353 ayat (3) RKUHP
menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati
memang menunjukkan bahwa Pasal 353 ayat
nuraninya. Pasal 353 dan Pasal 354 RKUHP
(1) RKUHP merupakan delik aduan, tetapi
yang berpotensi membatasi kebebasan
fakta ini tidak serta-merta menjadikan pasal
berpendapat demi menghindari terjadinya
ini tak bermasalah. Pada dasarnya, delik
penghinaan terhadap kekuasaan umum dan
aduan merupakan delik yang hanya dapat
lembaga negara tentunya tidak sejalan dengan
diproses jika ada pengaduan atau laporan dari
konstitusi. Padahal, General Comment No. 34
korban tindak pidana.97 Beranjak dari hal
on Article 19 of the ICCPR telah menyatakan
tersebut, mengingat penghinaan terhadap
dengan jelas bahwa bentuk ekspresi yang
kekuasaan umum dan lembaga negara dalam
dianggap menghina kekuasaan atau lembaga
Pasal 353 RKUHP termasuk delik aduan,
negara tidak cukup untuk membenarkan
laporan ini hanya dapat dilakukan oleh
pemidanaan atas perbuatan tersebut.93
pejabat terkait. Sekilas, jenis delik ini
Tak hanya itu, Pasal 353 dan Pasal 354 meminimalisasi usaha pihak di luar pejabat
RKUHP berpotensi menimbulkan tersebut untuk melaporkan kritik yang
ketidakpastian hukum. Hal ini karena definisi dianggap sebagai penghinaan. Namun,
penghinaan bersifat subjektif sehingga kemungkinan pejabat itu untuk membuat
pembuktian mengenai apakah seseorang laporan penghinaan tetap ada jika ia
dianggap menghina atau mengkritik menjadi menginginkannya. Maka dari itu, ketentuan
kurang jelas dan tidak memenuhi prinsip lex terkait delik aduan sejatinya tetap menjadi
certa dalam perumusan delik pidana.94 permasalahan tersendiri mengingat terdapat
Ketidakpastian ini tampak dari keabstrakan perlindungan khusus yang diberikan kepada
dan subjektivitas kekuasaan umum dan pejabat dalam kekuasaan umum atau lembaga
lembaga negara itu sendiri yang tidak bisa negara.
dilindungi oleh hukum penghinaan95 Dengan
Selanjutnya, Pasal 354 RKUHP yang
begitu, pemidanaan tentang penghinaan
mengatur pidana penyebaran penghinaan baik
sesungguhnya hanya dapat ditujukan untuk
melalui teknologi informasi juga tak luput
dari masalah. Pada dasarnya, Putusan

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 17


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

Mahkamah Konstitusi Nomor 013-022/PUU- Berdasarkan paparan di atas, jika Pasal


IV/2006 telah mengamanatkan pasal terkait 353 dan 354 RKUHP berhasil disahkan,
penghinaan terhadap penguasa atau badan Indonesia akan menjadi negara yang
publik untuk dijadikan delik aduan.98 antikritik. Pasal 353 dan 354 RKUHP
Namun, Pasal 354 RKUHP tidak membatasi kritik warga negara dengan
mengindahkan hal tersebut mengingat Pasal berlindung pada ketakutan kekuasaan dan
354 RKUHP ialah delik biasa yang dapat lembaga negara atas penghinaan yang
diproses langsung tanpa pengaduan atau dianggap dapat menurunkan martabat
laporan dari korban tindak pidana.99 Dari institusi. Hal ini tidak sesuai dengan jaminan
pengertian tersebut, laporan atas penghinaan perlindungan hak kebebasan berpendapat
kekuasaan umum dan lembaga negara melalui dalam konstitusi dan berbagai dokumen
media elektronik pada Pasal 354 RKUHP internasional. Tanpa parameter yang jelas
dapat disampaikan oleh siapa pun meski terkait penghinaan dan dinegasikannya
pelapor tidak berasal dari instansi terkait.100 persamaan di hadapan hukum, kedua pasal ini
Fakta ini diperparah dengan ancaman pidana tidak memenuhi pemidanaan kasus ini yang
Pasal 354 RKUHP sebagai delik biasa yang hanya ditujukan untuk menjamin hak pribadi
lebih berat daripada Pasal 353 ayat (3) kodrati, bukan konsep abstrak seperti
RKUHP sebagai delik aduan. Penghinaan kekuasaan umum dan lembaga negara.101
pada Pasal 354 RKUHP diancam dengan Oleh karena itu, Pasal 353 dan Pasal 354
pidana penjara paling lama dua tahun atau RKUHP sudah seharusnya dihapuskan dari
pidana denda. Sementara itu, Pasal 353 ayat draf RKUHP karena berpotensi mengekang
(1) RKUHP yang dirujuk oleh Pasal 353 ayat kebebasan berpendapat warga negara.
(3) RKUHP diancam dengan pidana penjara
paling lama satu tahun enam bulan. Hal ini
tentunya dapat mengancam hak kebebasan
berpendapat masyarakat, khususnya dalam
ranah media sosial, mengingat bahwa
cakupannya pun lebih luas daripada Pasal 353
RKUHP.

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 18


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229

IV. Tuntutan yang Dilayangkan


Mendasar pada pembahhasan dan asumsi
yang kami sampaikan dalam kajian ini,
adapun beberapa tuntutan yang akan kami
suarakan terkait pengesahan RKUHP pada
bulan Juli 2022 adalah :

1) Tetap diadakannya revisi atau bahkan


penghapusan terhadap pasal-pasal
yang yang berasalah dalam RKUHP
sebelum disahkannya.
2) Pembukaan draft terbaru RKUHP
kepada masyrakat.
3) Tetap melibatkan suara atau masukan
publik terkait pembentukan RKUHP.

SOSIAL POLITIK : Kajian Isu Strategis 19

Anda mungkin juga menyukai