BRSbrsInd 20201223113811
BRSbrsInd 20201223113811
BERITA
RESMI BADAN PUSAT STATISTIK
KABUPATEN KLATEN
STATISTIK
Profil Kemiskinan Klaten 2020
• Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah
Persentase Garis Kemiskinan) di Klaten tahun 2020 mencapai 151,83
ribu jiwa atau persentase penduduk miskinnya sebesar
penduduk 12,89 persen.
miskin di • Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi
penambahan jumlah penduduk miskin dari 144,14 ribu jiwa
Klaten
di tahun 2019 menjadi 151,83 ribu jiwa di tahun 2020 atau
mengalami meningkat sekitar 5,34 persen.
kenaikan • Garis kemiskinan di Klaten pada tahun 2020 tercatat
sebesar Rp. 419.510,- per kapita per bulan, lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp.
tahun 405.537,- per kapita per bulan.
sebelumnya • Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami kenaikan
dari 1,46 di tahun 2019 menjadi 1,66 di tahun 2020. Hal ini
berarti bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di
Klaten semakin menjahui dari garis kemiskinan.
• Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami
kenaikan dari 0,27 di tahun 2019 menjadi 0,31 di tahun
2020 yang berarti bahwa ketimpangan pengeluaran di
antara penduduk miskin di Klaten semakin tinggi.
Jumlah dan persentase penduduk miskin di Klaten periode 2016-2020 terus mengalami
penurunan, tetapi tahun 2020 mengalami kenaikan (Gambar 1). Pada periode 2016-2020
jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 168,01 ribu orang di tahun 2016 menjadi
164,99 ribu orang di tahun 2017. Persentase penduduk miskin juga mengalami penurunan
dari 14,46 persen di tahun 2016 menjadi 14,15 persen di tahun 2017.
Pada tahun 2017 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan menjadi 164,99 ribu
orang atau turun 0,31 persen dari tahun 2016. Pada tahun 2018 jumlah penduduk miskin
turun lagi menjadi 151,73 orang, persentase penduduk miskin juga turun menjadi 12,96
persen. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2019 adalah 144,14 ribu orang atau sebesar
12,28 persen dari total penduduk Klaten. Jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk
miskin pada tahun 2019 merupakan nilai yang terendah selama 5 tahun terakhir. Tetapi untuk
tahun 2020 terjadi kenaikan sebesar 5,34 persen atau sekitar 151,83 ribu jiwa.
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Klaten di tahun 2020 naik 7,69 ribu jiwa
dibandingkan tahun 2019 atau mengalami penambahan penduduk miskin sebesar 5,34
persen. Penambahan penduduk miskin Kabupaten Klaten yang sebesar 5,34 persen adalah
lebih kecil jika dibandingkan penambahan penduduk miskin Provinsi Jawa Tengah yang
sebesar 6,35 persen. Penambahan penduduk miskin Kabupaten Klaten di tahun 2020
menduduki peringkat 12 teratas se Provinsi Jawa Tengah bersama Kabupaten Brebes,
Banyumas, Cilacap, Grobogan, Kebumen, Purbalingga, Demak, Magelang, Banjarnegara,
Pati dan Pemalang.
Jika dilihat se Eks Karisidenan Surakarta, Kabupaten Karanganyar mengalami
penambahan penduduk miskin terbesar (8,60 persen). Disusul Kabupaten Sukoharjo naik
sebesar 8,40 persen, Kabupaten Boyolali yang naik sebesar 7,30 persen, Kabupaten
Wonogiri naik sebesar 6,20 persen, Kabupaten Klaten naik sebesar 5,34 persen, Kabupaten
Sragen naik sebesar 4,88 persen,. Sedangkan diurutan terakhir adalah Kota Surakarta naik
sebesar 4,09 persen.
Sumber : BPS
2. Garis Kemiskinan
Garis Kemiskinan digunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau
tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Gambar 2.
Garis Kemiskinan Klaten, 2016-2020 (rupiah)
419.510
405.537
397.447
376.305
364.240
Sumber : BPS
Garis kemiskinan Klaten periode tahun 2016-2020 terus mengalami kenaikan. Garis
kemiskinan naik dari Rp. 364.240,- per kapita per bulan di tahun 2016 menjadi Rp. 419.510,-
per kapita per bulan di tahun 2020. Kenaikan garis kemiskinan setiap tahunnya berkisar
antara 2 sampai 6 persen. Kenaikan tertinggi sebesar 5,62 persen yang terjadi pada tahun
2018. Sedangkan kenaikan terendah terjadi pada tahun 2019 yaitu sebesar 2,04 persen.
Garis Kemiskinan Kabuapten Klaten tahun 2020 merupakan garis kemiskinan terendah
ketiga bila dibandingkan dengan kabupaten/kota se Eks Karisidenan Surakarta. Bila
dibandingkan dengan tahun 2019, garis kemiskinan Kabupaten Klaten mengalami kenaikan
sebesar Rp. 13.973,-. Kenaikan ini merupakan kenaikan terendah ketiga bila dibandingkan
dengan Kabupaten/Kota se Eks Karisidenan Surakarta. Kabupaten Sragen naik sebesar Rp.
13.556,-. Kota Surakarta naik sebesar Rp. 13.929,-. Kabupaten Karanganyar naik tertinggi
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk
miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan
kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan
kemiskinan juga sekaligus harus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan
kemiskinan.
Gambar 3.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Klaten,
2016-2020
2,70 2,46
1,72
1,66
1,46
P1 P2
Sumber : BPS
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada
periode tahun 2016-2020 terus mengalami penurunan. Penurunan P1 dan P2 paling dalam
terjadi pada tahun 2019, yaitu Indeks Kedalaman Kemiskinan sebesar 1,46 dan Indeks
Keparahan Kemiskinan sebesar 0,27. Dari tahun 2016 ke tahun 2019 mengalami penurunan,
Tetapi untuk tahun 2020 terjadi kenaikan baik P1 maupun P2. Kenaikan P1 tahun 2020
menjadi 1,66 dan kenaikan P2 menjadi 0,31. Kenaikan kedua nilai indeks ini
mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin
menjahui garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin
besar.
Nilai P1 dan P2 Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2020 adalah 1,72 dan 0,34. Nilai P1
dan P2 Kabupaten Klaten lebih rendah dibandingkan nilai provinsi. Hal ini menunjukkan
bahwa ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di Kabupaten Klaten lebih kecil
Tabel 1.
Perkembangan Garis Kemiskinan dan Persentase Penduduk Miskin
se Eks Karisidenan Surakarta tahun 2019-2020
Jawa Tengah 369.385 395.407 26.022 7,04 10,8 11,41 0.61 5.65
Sumber : BPS
Tabel 2.
Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin
Jawa Tengah 1,53 1,72 0,19 12,42 0,3 0,34 0,04 13,33
Sumber : BPS
b. Garis kemiskinan adalah rupiah yang diperlukan agar penduduk dapat hidup layak
secara minimun yang mencakup pemenuhan kebutuhan minimum pangan dan non
pangan essential. Garis kemiskinan adalah harga yang dibayar oleh kelompok
acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kilokalori/kapita/hari dan
kebutuhan non pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan,
pendidikan, transportasi dan lainnya. Hidup layak secara minimum diwakili oleh
20% kelompok terbawah penduduk tidak miskin yang disebut dengan kelompok
acuan.
c. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita
per bulan di bawah garis kemiskinan.
f. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan adalah
Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional). Sebagai informasi tambahan, juga
digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar) yang
dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi
pokok bukan makanan.