Perbaikan Kritik Tari Wa Ode Fitra Azali
Perbaikan Kritik Tari Wa Ode Fitra Azali
Nim : 1882140008
Sejarah baru bagi Kota Makassar yang telah mencanangkan 1 April sebagai hari
kebudayaan Kota Makassar. Tidak heran pada bulan April akan penuh dengan berbagai
pertunjukan budaya. Salah satunya adanya pagelaran Parade Budaya 1000 penari yang
berlokasi di benteng Fort Rotterdam. Benteng Fort Rotterdam adalah bangunan di pusat kota
yang kaya akan sejarah dan berfungsi sebagai museum yang menyimpan semua rekam
kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan. Pagelaran ini bukan hanya menampilkan Etnis di
Sulawesi Selatan yaitu Bugis, Makassar, dan Toraja, tetapi juga menampilkan pertunjukan
budaya dari Gorontalo, Madura, hingga Bali. Menjelang acara dimulai penonton sudah
memadati area sekitar pertunjukan. Acara ini juga tidak memungut biaya bagi siapa saja yang
ingin menyaksikan. Tontonan budaya di pusat Kota ternyata cukup mencuri banyak perhatian
masyarakat.
Dalam pencanangan hari Kebudayaan Kota Makassar ini, penampilan pembuka adalah
tarian permainan tradisional yang ditampilkan oleh anak-anak SD. Tarian ini bentuk geraknya
memiliki sedikit variatif gerak, karena tidak gampang menari sambil menari bagi anak-anak .
Penari menari sambil menyanyikan lagu daerah Makassar yang cukup membuat sebagian
penonton ikut bersorak. Sesekali penari saling merespon dan bermain bersama menggunakan
sarung khas Makassar sambil mengeksplor gerak. Pemilihan tari dan lagu masih erat
berkaitan dengan sejarah dan kesenian yang ada di Sulawesi Selatan. Tidak sulit ternyata
mengajarkan anak-anak menari. Walaupun pola gerak masih terlihat berantakan karena
belum dapat menjiwai tarian dengan baik. Jumlah penari yang cukup banyak juga membuat
merupakan tari tradisional yaitu salah satu dari lima tari klasik yang terkenal di Sulawesi
Selatan. Tari Pakarena dalam bentuk geraknya harus memiliki ketenangan, sifat, jiwa, dan
kekuatan yang seimbang. Gerak penari memiliki tempo yang lambat, diiringi hentakan musik
yang cepat dan hal itu semacam ruh dalam tari Pakarena. Tari Pakarena lebih menitik
beratkan pada kekuatan perempuan dalam kelenturan yang kaya akan makna dalam geraknya
mengggunakan kipas. Penari-penari muda menghayati tarian dengan pola lantai yang
sederhana. Kostumnya tidak banyak perbedaan dengan penampilan tari Pakarena pada
umumnya yaitu baju Bodo, dan sarung khas Makassar sebagai rok, dilengkapi dengan
perhiasan dan kipas sabagai properti. Penataan busana sesuai tradisi dengan penyesuaian
warna untuk kebutuhan pentas di area terbuka. Dengan banyaknya jumlah penari, energi yang
dihasilkan membuat penonton hening dan ikut menghayati alur tarian. Ada hal yang terasa
mengganggu pada volume gerak penari yang terlihat kurang leluasa dalam bergerak karena
pola lantai yang monoton sehingga penari tidak terlihat secara keseluruhan mungkin jika pola
lantai divariasikan, gerak tari akan serempak sehingga ruang gerak lebih leluasa dan arah
hadap, level maupun tempo gerak dapat terlihat kompak sesuai alur musik.
Turut senang mengenai langkah yang diambil oleh pemerintah yaitu penetapan hari
Kebudayaan yang juga merupakan sejarah baru bagi Kota Makassar. Hal ini tentu merupakan
langkah yang tepat agar kebudayaan tetap terjaga khususnya bagi generasi zaman sekarang,
banyak yang mulai tak memperhatikan budayaanya. Untuk itu perlu mengenalkan kembali
kepada anak-anak penerus bangsa melalui pagelaran budaya seperti ini sehingga dapat
membangkitkan kembali kecintaannya dan dapat saling bersinergi terhadap budaya yang
harus selalu di lestarikan sebagai warisan yang tak lekang oleh waktu.