Anda di halaman 1dari 6

KOREOGRAFI II

“ TABANGU”

OLEH :

WA ODE FITRA AZALI

1882140008

SENI TARI 2018

FAKULTAS SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2020


A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya membutuhkan istrahat untuk mengembalikan
energi yang terkuras saat beraktifitas sehari-hari. Ketika malam hari
mengembalikan energi tentunya dengan tidur yang cukup. Tidur adalah
aktifitas yang dilakukan setiap orang saat malam maupun siang hari dimana
ketika sedang tertidur kesadaran akan hilang secara normal. setiap orang
memiliki waktu yang berbeda-beda ketika tidur maupun terbangun, saat
sedang tertidur secara otomatis manusia tidak akan mengetahui apa saja yang
terjadi disekitarnya.

Tari menceritakan i pengalaman pribadi koreografer yang jika tidur


dimalam hari harus dengan keadaan lampu menyala, sulit untuk tertidur ketika
tidak ada lampu ataupun cahaya. Beberapa kali pengalaman yang tidak
mengenakan terjadi ketika sedang tertidur lelap dimalam hari. Pemadaman
listrik terjadi tiba-tiba dan tidak menentu waktunya. Otomatis keadaan
menjadi gelap dan hal inilah yang membuat koreografer langsung terbangun.
Hal ini terus terjadi berulang-ulang kali ketika lampu tiba-tiba padam ditengah
malam. Ketika terbangun ditengah malam dalam keadaan gelap tanpa cahaya
perasaan panik dan takut menguasai diri hingga keringat dingin bercucuran.
Berbagai bayangan aneh dipikiran muncul seketika sehingga sulit untuk
tertidur kembali,

Perlu diketahui dibalik kejadian seperti ini bahwa yang bisa


mengendalikan pikiran dan perasaan adalah diri kita sendiri, pikiran negatif
muncul karena sugesti diri yang berlebihan padahal kita hanya perlu
menenangkan diri sendiri, meyakinkam diri untuk tetap tenang saat
menghadapi setiap situasi yang sewaktu-waktu menghampiri sehingga pikiran
pun ikut rileks. Jangan pernah takut pada siapapun selain takut kepada Tuhan.
Setelah hal itu terjadi kita pasti akan tetap bangun dengan tenang dan nyaman
pagi hari seakan-akan tidak terjadi apa-apa semalam. Hal inilah yang
menginspirasi koreografer untuk mengangkat pengalaman ini menjadi sebuah
karya tari yang akan dituangkan dalam gerakan seolah-olah sedang terjadi
dimana penari penari akan melakukan gerakan-gerakan yang lahir ketika
sedang panik dan ketakutan membayangkan sesuatu yang menakutkan hingga
tanpa sadar dapat tertidur kembali dan bangun dengan keadaan aman dan
tentram seperti semula sebelum tidur.

B. Ide Garapan
1. Rangsang Tari
Rangsang tari pada karya tari ini adalah idesional karena diangkat
dari pengalaman pribadi yang membuat penari seakan-akan tenggelam
dalam ketakutan yang ada dipikiranya sendiri. Berbagai bayangan aneh
muncul bersamaan dikepala dan sulit untuk dikendalikan karena sugesti
takut yang berlebihan sehingga sangat sulit untuk dapat tidur kembali saat
tiba-tiba terbangun dimalam hari dalam keadaan gelap akibat lampu
padam.

2. Tema
Tema pada karya tari ini adalah nyctophobia yang berarti takut gelap
karena tarian ini menceritakan seseorang yang memang tidak bisa tidur
jika lampu dimatikan dan dalam keadaan gelap tanpa cahaya harus
mengalami kejadian yang cukup membuatnya panik dan cemas secara
berlebihan ketika tiba-tiba terbangun di tengah malam saat lampu padam
yang membuatnya sangat sulit untuk dapat tidur kembali.
3. Judul
Karya tari ini memiliki judul "Tabangu" diambil dari bahasa
suku cia-cia yang merupakan salah satu suku di Pulau Buton,
Sulawesi Tenggara yang terdiri dari 2 kata yaitu "Ta" berarti ter dan
"bangu" berarti bangun, jika disatukan menjadi "Tabangu" yang
memiliki arti terbangun. Kata "Tabangu" berhubungan dengan isi
tarian ini yaitu menceritakan tentang seseorang yang takut akan
gelap dan harus selalu tidur dengan keadaan lampu menyala, tetapi
tiba-tiba saja ia terbangun dimalam hari yang bersamaan saat lampu
dirumah sedang padam, hal itu membuatnya sangat ketakutan dan
cemas berlebihan, pikiranya melalang buana membayangkan sesuatu
yang menakutinya sehingga membuatnya sulit untuk tertidur
kembali.

4. Tipe Tari
Tipe tari pada karya tari ini adalah representatif yaitu dimana tari ini
digarap mewakili perasaan yang dialami sendiri oeh koreografer
yang dituakan menjadi sebuah karya tari.

5. Mode Penyajian
Mode penyajian karya tari ini yaitu representative yakni ide gerak tari den
bentuk penyajianya sesuai dengan tema tarian.

C. Konsep Penciptaan
1. Gerak
Dalam karya tari ini adalah gerak kontemporer yang berasal dari
ekspersi pribadi dan tidak terikat oleh kaidah-kaidah gerak tententu.
Garapan gerak diambim dari gerak-gerak yang mengambarkan kecemasan
yang terjadi akibat ketakutan berlebih terhadap gelap. Penari akan menari
dengan perasaan cemas dan ketakutan kemudian tertidur kemudian
terbangun lagi seterusnya akibat perasaan takut yang tidak bisa
dikendalikan.

2. Iringan
Musik yang digunakan dalam karya tari "Tabanggu" adalah
musik eksternal yaitu lagu yang dibuat sesuai dengan suasana hening
hingga sedikit mencekam mengiringi gerakan yang tiba-tiba saja
merasa panik dan cemas secara berlebihan hingga memikirkan hal-
hal yang aneh yang muncul bergantian didalam pikiranya sendiri
hingga ia seperti merasakan sensasi halusinasi tehadap benda-benda
yang ada disekitarnya berubah bentuk. Ia tenggelam oleh ketakutan
yang ia ciptakan sendiri.

3. Kostum
Kostum yang digunakan yaitu baju tidur yang sudah di
modifikasi sehingga memiliki bentuk yang agag berbeda dengan
baju tidu pada umumnya, Dilengkapi dengan sarung sebagai
pendukung kostum.

4. Rias
Penari tari "tabanggu" menggunakan riasan yang tipis dan tidak
terlalu ditonjolkan agar kesan wajah sederhana yang tanpa riasan ketika
dimalam hari dan saat tidur lebih nampak alami.

5. Properti
Kain kotak berwarna putih dan juga sarung,

6. Set Dekorasi
Setting dekorasi yang digunakan di 2 lokasi yaitu kamar yang
digunakan diawal tarian saat sebelum terlelap dan tiba-tiba
terbangun lalu setelah itu ruangan kosong sebagai tempat gambaran
gerak yang mewakili bayangan yang muncul tiba-tiba saat ia
terbangun ditengah malam dalam keadaan lampu padam.

Anda mungkin juga menyukai