Eritroderma
Eritroderma
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nekrolisis Epidermal Toksik ( sindrom Lyell, toxic epidermal necrolysis ,
epidermolisis nekrotikan kombustiformis) adalah penyakit kulit akut dan berat
dengan gejala khas berupa epidermolisis yang menyeluruh, disertai kelainan pada
selaput lendir di orifsium dan mata. Meskipun etiologi NET sampai saat ini belum
jelas, diduga reaksi alergi terhadap obat merupakan penyebab utama terjadinya NET
seperti halnya sindrom Steven Johnson, eritema multiforme maupun penyakit
akibat erupsi obat lainya. NET merupakan penyakit yang jarang, tetapi diduga
insidennya makin meningkat karena penyebab utamanya alergi obat dan sekarang
hampir semua obat dapat dijual bebas. Di bagian kulit RSCM Jakarta, penyakit ini
dijumpai hanya 2-3 kasus setiap tahun. Sedangkan kelainan yang hampir serupa,
sindrom Steven Johnson, setiap tahunnya kira-kira dijumpai 10 kasus.
B. TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan agar dokter umum mampu mengenali kasus
kegawatdaruratan kulit seperti NET, mendiagnosis dan dapat melakukan
penatalaksanaan sebaik-baiknya. Dengan demikian dapat menurunkan mortalitas
dan menaikkan harapan hidup pasien secara umum. Diharapkan juga para dokter
dapat mengetahui serta menghindari faktor-faktor pencetus terjadinya NET maupun
keadaan yang diakibatkan reaksi obat lainnya.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
ETIOLOGI
Etiologi pasti NET belum diketahui. Salah satu penyebabnya ialah alergi
obat secara sistemik di antaranya penisilin dan semisintetiknya, streptomisin,
sulfonamida, tetrasiklin, antipiretik/analgetik (misalnya : derivat salisil/pirazolon,
metamizol, metampiron dan parasetamol), klorpromazin, carbamazepin, fenitoin,
kinin, antipirin dan jamu. Elain itu juga dapat juga disebabkan oleh infeksi (bakteri,
virus, jamur, parasit),neoplasma, pasca vaksinasi, radiasi dan makanan. NET juga
dapat disebabkan oleh reaksi graft versus host .
PATOGENESIS
Petogenesisnya belum jelas, disangka disebabkan oleh reaksi alergi tipe III
IV terjadi akibat terrbentuknya kompleks antigen dan antibodi yang membentuk
mikro-presipitasi sehingga terjadi aktivasi sistem komplemen. Akibatnya terjadi
aktivasi sistem komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian
melepaskan lizosim dan menyebabkan kerusakan jaringan pada organ sasaran
(target organ). Reaksi tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersensitisasi berkontak
kembali denagan antigen yang sama, kemudian limfokin dilepaskan sehingga terjadi
reaksi radang.
2
SSJ penyakitnya berkembang menjadi NET. Kaduanya dapat disebabkan oleh alergi
obat dengan spektrum yang hampir sama. Berbeda dengan SSJ dan eritema
multiforme , pada NET, tidak didapati kompleks imun yang beredar.
MANIFESTASI KLINIS
Penyakit mulai secara akut dengan gejala prodromal. Penderita tampak sakit
berat dengan demam tinggi, kesadaran menurun (soporokomatosa). Kelainan kulit
mulai dengan eritema generalisata kemudian timbul banyak vesikel kemudian
timbul banyak vesikel dan bula, dapat pula disertai purpura. Kelainan pada bibir dan
dan selaput lendir mulut berupa erosi, ekskoriasi dan perdarahan sehingga terbentuk
krusta berwarna merah hitam. Kelainan semacam itu dapat pula terjadi di orifisium
genitalia eksterna. Juga dapat disertai kelainan pada mata seperti pada SSJ.
KOMPLIKASI
3
berupa nekrosis tubular akut akibat terjadnya ketidakseimbangan cairan bersama-
sama dengan glomerulonefritis.
DIAGNOSIS BANDING
PENGOBATAN
Cara pengobatan berbeda-beda, dengan atau tanpa kortikosteroid. Cara lain ialah
xenograf dan plasmafaresis. Pasien sebaiknya diisolasi dan dirawat secara steril.
Kortikosteroid
ACTH (synachen depot) dengan dosis 1mg setiap minggu yang hanya
diberikan bila pemakaian kortikosteroid jangka panjang misalnya pada
penyakit vesikobulosa kronik.
Topikal
Jika penyebabnya infeksi, maka prognosisnya lebih baik daripada jika disebabkan
alergi terhadap obat. Kalau kelainan 50-70% permukaan kulit, prognosisnya buruk.
4
Jadi luas kulityang terkena mempengaruhi prognosisnya. Angka kematian di bagian
kulit RSCM selama ( tahun 1962-1999) 21,7%, lebh tinggi dari SSJ yang yang
hanya 1 %
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. K
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
No CM :
Masuk RS : 08-06-2005
DAFTAR MASALAH
5
ANAMNESIS (anamnesis dengan penderita dan keluarga penderita pada
tanggal 10-06-2005)
Keluhan utama : Kulit mengelupas
Kurang lebih 5 hari sebelum masuk rumah sakit penderita mengeluh badannya
meriang, panas nglemeng sepanjang hari , sakit kepala, tidak batuk ,tidak pilek ,
ada mual, tidak muntah, seluruh badan terasa pegal-pegal dan mudah capek.
Buang air besar maupun buang air kecil tidak ada keluhan. Pada kulit tidak
dijumpai adanya kelainan . Penderita kemudian berobat ke dokter, dikatakan
sakit masuk angin dan rematik . Oleh dokter penderita diberikan obat 5 jenis
(penderita lupa nama obat) untuk diminum. Oleh penderita obat sudah diminum
selama 3 hari
Kurang lebih satu hari sebelum masuk rumah sakit penderita mengeluh
badannya demam tinggi, terus-menerus, badan terasa panas seperti terbakar
kemudian kulit mulai kemerahan di seluruh tubuh, terbentuk kantong-kantong
berisi cairan, mula-mula berukuran kecil kemudian makin lama makin lebar,
tidak gatal, kemudian kulit mudah mengelupas seperti lembaran, hingga
terlihat dasar kulit, terasa nyeri, tidak gatal, sekitar mata dan mulut bengkak
dan mengelupas, kemerahan, rongga mulut bengkak , sakit dan mudah
berdarah. Karena keadaan penderita yang memburuk oleh keluarga penderita
langsung dibawa ke RS Dr Soeselo.
6
* Riwayat sakit kuning disangkal.
Riwayat penyakit keluarga
Status generalis
Keadaan Umum : Tampak lemah, kesadaran kompos mentis
Tanda Vital : T :130/80 mmHg
N : 88x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 20x/menit, reguler
t : 36,5 oC axiller
BB : + 50 kg
Kepala : mesosefal
Mata : conjungtiva palpebra anemis -/-, pupil isokor 3 mm/3mm
conjungtiva bleeding -/-, Reflex cahaya +/+
Telinga : discharge -/-
Hidung : nafas cuping hidung -/-
discharge -/-
Mulut : sianosis - ,bibir kering (–)
Leher : simetris , deviasi trakea (-)
pembesaran nnll (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor I : ictus cordis tidak tampak
Pa : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS
tidak melebar tidak kuat angkat.
7
Pe : batas atas : SIC II linea parasternalis kiri
kanan : linea parasternalis kanan
kiri : 2 cm medial linea midclavicularis kiri
Au : suara jantung I-II murni bising (-) gallop (-)
Pulmo I : simetris, statis, dinamis
Pa : stem fremitus ka = ki
Pe : sonor seluruh lapangan paru
Au : suara dasar vesikuler , suara tambahan (-)
Abdomen I : datar, venektasi (-)
A : bising usus (+) normal
Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : supel, nyeri tekan (-) , hepar dan lien tidak teraba
Status Dermatologis :
I. UKK : makula eritematosa, vesikel, bula, epidermolisis, erosi, ekskoriasi
Lokasi : punggung, bokong, dada
II. UKK : makula eritem, vesikel, bula berdinding kendur,
Lokai : kaki, tangan
III. UKK : erosi, ekskoriasi,,
Lokai : sekitar mulut , sekitar mata , sekitar alat kelamin
Laboratorium
Pemeriksaan darah (09-06-2004)
Hb : 10,6 gr/dl
Ht : 32,1 %
8
Leukosit : 3620/mm3
Eritrosit : 4,0 juta /mm3
Trombosit : 316.000/mm3
LED : 95 mm/jam
Diff.count : Lim : 12,9 %
Mon : 4,4 %
Gra : 82,7 %
Pemeriksaan kimia darah
GDS : 153 mg/dl
Ureum : 45,9 mg/dl
Creatinin : 0,91 mg/dl
Cholesterol : 147 mg/dl
Bilirubin total : 0,4 mg/dl
Total Protein : 6,5 mg/dl
Albumin : 3,8 mg/dl
SGPT : 26 U/L
SGOT : 30 U/L
DIAGNOSIS
Nekrolisis Epidermal Toksik
DIAGNOSIS BANDING
Sindrom Steven Johnson
Dermatitis Kontak Iritan
Staphylococcal Scalded Skin Syndrom (SSSS)
9
INITIAL PLAN
IP Dx :S :-
O : -.
10
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang laki-laki umur 30 tahun datang setelah kecelakaan lalu lintas. Dari
ananmnesis didapatkan adanya riwayat trauma yaitu jatuh akibat tertabrak sepeda
motor dengan kecepatan cukup tinggi, kaki kanan terkena “gir” sepeda motor, nyeri
dengan luka terbuka, bengkak. Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya luka
robek, oedema, hematom, deformitas, perabaan hangat dan krepitasi. Sedangkan
dari hasil X-foto pedis dextra terdapat gambaran fraktur metatarsal II-V. Dari hasi
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
penunjang maka diagnosis fraktur terbuka metatarsal II-V dapat ditegakkan dan
menurut klasifikasi derajat patah tulang terbuka termasuk dalam grade II.
11
latihan yang bebannya disesuaikan dengan tingkatan peyembuhan fraktur itu
sendiri.
BAB V
A. Kesimpulan
12
B. Saran
Rumah Sakit
PERJALANAN PENYAKIT
T Su Obyektif As Terapi
gl byktf sest
25/06/04 N Keadaan Umum : sadar Fraktur - WT, HT
yeri kaki Tanda Vital : terbuka - Inf RL
kanan - Tensi : 110/ 80 metatarsa 20tts/mnt
dengan mmHg l II-V - Inj
luka - Nadi : 88 x/ mnt reguler, dextra gr ceftriaxon 1gr
terbuka, isi dan tegangan cukup. II - Inj
nyeri - Pernafasan : 20 x/ mnt VL regio ketoprofen 100 mg
kepala. - Suhu : 370 C (axiler) manus - Inj as.
PF: Tanda-tanda dextra Tranexamat 500
fraktur terbuka metatarsal mg
(+) dextra, luka robek regio - Inj ATS
13
manus dextra 1500 U
X-foto: fraktur Program :
metatarsal II-V -
Pengawasan
keadaan umum
dan tanda vital
-
debridement, fixasi
interna dg K-wire
14
2 teta tetap tetap Tetap
9/06/04 p
3 teta tetap tetap Tetap
0/06/04 p
0 teta tetap tetap Tetap
1/06/04 p
0 Tet Tetap tetap tetap
2/06/04 ap pulang
paksa
DAFTAR PUSTAKA
15
4. Bloch B. Fraktur dan dislokasi. Edisi I, cetakan III. Yayasan Essentia
Medica. Yogyakarta. 1978; 19-28
5. Silbergleit R. Fractures, foot.
http://www.emedicine.com/emerg/topic195.htm
6. Metatarsal fractures.
http://www.emedx.com/emedx/diagnosis_information/foot-angkle_disorder/
metatarsal_fractures_outline.htm
16