Anda di halaman 1dari 121

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN VULVA HYGIENE

TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN FLOUR


ALBUS PATOLOGIS PADA SISWI MA BPD IHA-KULUR

SKRIPSI

Disusun oleh :

JAHRA F. ASAWALA

1420118276

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN VULVA HYGIENE


TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN FLOUR
ALBUS PATOLOGIS PADA SISWI MA BPD IHA-KULUR

SKRIPSI

Disusun Oleh :

JAHRA F. ASAWALA
NPM : 1420118276

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

(Trysna Ayu Sukardi,S.Kep.,M.KM) (Ns. Jahra Warda Sopaliuw, S.Kep)

Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

(Ira Sandi Tunny, S.Si., M,Kes)


NIDN : 1208098501

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENLITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Jahra F. Asawal

NIM : 1420118276

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Vulva Hygiene terhadap

Pengetahuan dan Sikap Pencegahan Flour Albus Patologis

Pada Siswi MA BPD Iha-Kulur Tahun 2022

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang

lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sandiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Ambon, Juli 2022


Yang membuat pernyataan,

Jahra F. Asawal
NIM : 1420118276

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Alhamdulillah berkat karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Vulva Hygiene Terhadap pengetahuan dan sikap
Pencegahan Flour Albus Patologis Pada Siswa MA BPD Iha-Kulur”. Penulisan
proposal ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu keperawatan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.

Dengan selesainya proposal ini penulis menyampaikan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada :

1. Hamdan Tunny, S.Kep.,M.Kes selaku ketua Yayasan Maluku Husada


yang telah menyediakan sarana dan prasarana selama penulis mengikut
pendidikan.
2. Dr. Sahrir Sillehu, S.KM.,M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Maluku Husada.
3. Ira Sandi Tunny, S.Si.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada yang telah
banyak melayani kami.
4. Trysna Ayu Sukardi, S.Kep., M.KM selaku Pembimbing I dan Ns. Jahra
Warda Sopaliuw, S.Kep selaku Pembimbing II yang dengan tulus hati dan
tanpa mengenal lelah, meluangkan waktunya untuk kesempatan
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan proposal.
5. Danicell P Tetelepta S.Kep, Ns, M.kes selaku penguji 1 dan Ns. Syafitra
Umamity, S.Kep, M,Kep selaku penguji 2 telah meluangkan waktu untuk
membimbing penulis.
6. Kedua Orang Tuaku tercinta Amina Kaliky dan Mohcin Asawala yang
selalu mendo’akan, memberi kasih sayang, harapan, serta semangat yang
sangat sangat luar biasa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan proposal ini dengan baik.

iv
7. Ketiga adik-adikku Misna Asawala,Aqda asawala, dan feby asawala telah
memberikan semangat yang luar biasa pada penulis dalam penyusunan
proposal ini.
8. Teman - Teman seperjuangan keperawatan, cksquad Ayu fahira vanat,
Patima kaisupy, Farda wael, Fitrany Salampessy, dan Masita Toisuta yang
memberikan semangat serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan
proposal ini.
9. Teman - Temanku yang tersayang Fidayana umagap, Mirnawati
Tuany,Hatmi kaisupy dan angkatan Garsel 2018 yang memberikan
dorongan dan semangat kepada penulis dalam penyusunan proposal ini.
10. Achmad Najmul Huda Kaisupy yang telah membantu serta memberikan
semangat dan dukungan yang luar biasa kepada penulis selama menyusun
proposal ini.

Penulis menyadari proposal ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga
akhirnya proposal ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan
penerapan di lapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.

Ambon, Mei 2022


Peniliti

Jahra Fadila Asawala


1420118276

v
ABSTRACT

THE EFFECT OF VULVA HYGIENE HEALTH EDUCATION ON


KNOWLEDGE AND ATTITUDE TO PREVENT PATHOLOGICAL
FLOUR ALBUS IN MA BPD IHA-KULUR STUDENTS

Flour Albus is discharge or secretions from the vagina sometimes


accompanied by itching which is not a menstrual period. Vaginal discharge is one
of the reproductive health problems experienced by young women. The
emergence of problems in the reproductive organs is due to inappropriate Vulva
Hygiene behavior. The purpose of the study was to determine the Effect of Vulva
Hygiene Health Education on Students' Knowledge and Attitudes at MA BPD Iha-
Kulur in 2022. The research design used a quantitative type of research. This
research method is a quasi-experimental research design using a pre-test and post-
test group design. sampling technique using purposive sampling. Data analysis
using Mann Whitney Test. The results obtained that the significance value of p
value = 0.000 where this value is <0.05. So that H1 is accepted, it means that there
is a significant influence between the influence of Vulva Hygiene Health
Education on Knowledge and Attitudes of Students at MA BPD Iha-Kulur in
2022.

Key Words : Vulva Hygiene, Knowledge, Attitude, Flour Albus

vi
INTISARI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN VULVA HYGIENE


TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN FLOUR
ALBUS PATOLOGIS PADA SISWI MA BPD IHA-KULUR

Keputihan adalah keluarnya cairan atau sekret yang berasal dari vagina
kadang disertai gatal yang bukan merupakan menstruasi. Keputihan ini salah satu
masalah kesehatan reproduksi yang dialami remaja wanita. Timbulnya masalah
pada organ reproduksi ini akibat perilaku Vulva Hygiene yang kurang tepat.
Tujuan penelitian unutk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Vulva
Hygiene terhadap Pengetahua dan Sikap Siswi Pada MA BPD Iha-Kulur pada
tahun 2022. Desain penelitian menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode
penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan menggunakan desain penelitian
pre-test dan post-test group design. tehnik pengambilan sample menggunakan
Purposive sampling. Analisis data menggunakan Mann Whitney Test. Hasil yang
didapatkan nilai signifikansi p value = 0,000 dimana nilai ini α< 0,05. Sehingga
H1 diterima, berarti ada pengaruh signifikan antara Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Vulva Hygiene terhadap Pengetahua dan Sikap Siswi Pada MA BPD
Iha-Kulur pada tahun 2022.

Kata Kunci : Vulva Hygiene, Pengetahuan, Sikap, Keputihan

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENLITIAN .................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
INTISARI ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................... 6
1.3.2. Tujuan khusus ................................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
1.4.1. Manfaat Teoritis ................................................................................ 7
1.4.2. Manfaat Praktis ................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUTAKA ............................................................................. 9
2.1. Tinjauan Umum Konsep .......................................................................... 9
2.1.1 Konsep Keputihan (Fluor Albus) ...................................................... 9
2.1.2 Pendidikan Kesehatan ..................................................................... 16
2.1.3 Vulva Hygiene ................................................................................. 25
2.2. Teori Umum. .......................................................................................... 30
2.2.1 Pengetahuan .................................................................................... 30
2.2.2 Sikap................................................................................................ 34
2.3. Keaslian Penelitian ................................................................................. 38

viii
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ............................................................ 41
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...................... 41
3.1. Kerangka Konseptual ............................................................................. 41
3.2. Hipotesis ................................................................................................. 41
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 42
4.1. Desain penelitian .................................................................................... 42
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 43
4.3. Populasi, Sample dan Sampling ............................................................. 43
4.3.1. Populasi ........................................................................................... 43
4.3.2. Sample ............................................................................................. 44
4.3.3. Teknik Pengambilan Sampling ....................................................... 45
4.4. Variabel Penelitian ................................................................................. 45
4.5. Definisi Operasional ............................................................................... 46
4.6. Instrumen penelitian ............................................................................... 48
4.7. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 50
4.8. Pengolahan Data ..................................................................................... 51
4.9. Analisis Data .......................................................................................... 52
4.10. Etika Penelitian ................................................................................... 53
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 55
5.1. Hasil Penelitian ....................................................................................... 55
5.1.1 Letak Geografis dan Data Demografis ............................................ 55
5.1.2 Analisis Univariat ........................................................................... 55
5.1.3 Analisis Bivariat .............................................................................. 58
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 60
5.2.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Para Siswi dalam Pencegahan
Flour Albus Patalogis Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Vulva Hygiene ................................................................ 60
5.2.2 Distribusi Frekuensi Sikap Para Siswi dalam Pencegahan Flour
Albus Patalogis Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Vulva Hygiene ................................................................ 62

ix
5.2.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Vulva Hygiene terhadap
Pengetahuan Pencegahan Flour Albus Patalogis Siswi MA BPD Iha-
Kulur ................................................................................................ 63
5.2.4 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Vulva Hygiene terhadap Sikap
Pencegahan Flour Albus Patalogis Siswi MA BPD Iha-Kulur........ 65
5.3. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 66
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 67
6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 67
6.2. Saran ....................................................................................................... 68
6.2.1. Saran Teoritis .................................................................................. 68
6.2.2. Saran Praktis ................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Keaslian Penelitian ............................................................................... 38


Tabel 4. 1 Skema Penelitian .................................................................................. 42
Tabel 4. 2 Definisi Operasional ............................................................................ 47
Tabel 4. 4 Reliabilitas ........................................................................................... 50
Tabel 5. 1 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik ..................................... 56
Tabel 5. 2 Distribusi frekuensi pengetahuan sebelum dan sesudah ...................... 56
Tabel 5. 3 Distribusi frekuensi sikap sebelum dan sesudah .................................. 57
Tabel 5. 4 Statistik Deskriptif Sebelum dan Sesudah ........................................... 58
Tabel 5. 5 Uji Normalitas (Shapiro Wilk) ............................................................. 58
Tabel 5. 6 Uji Mann Whitney Pengetahuan .......................................................... 59
Tabel 5. 7 Uji Mann Whitney Sikao ...................................................................... 60

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Kerangka Konseptual ....................................................................... 41

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Bantuan Fasilitas Pengumpulan Data Awal


Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 SAP
Lampiran 4 Media Cetak (Leaflet)
Lampiran 5 Master Tabel
Lampiran 6 Hasil Uji Statistik
Lampiran 7 Dokumentas

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Salah satu indikator penting dalam pembangunan nasional adalah

tercapainya kehidupan yang sehat, dimana didalamnya adalah termasuk

kesehatan wanita. Kesehatan wanita yang harus diperhatikan salah satunya

adalah kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah kesejahtraan secara

lengkap baik fisk, mental dan sosial, tidak hanya terbatas dari penyakit dan

ketidakmampuan atau cacat terkait dengan sistem reproduksi baik fungsi

maupun proses reproduksi (Pertiwi, 2018).

Wanita sepanjang hidupnya mengalami beberapa fase perubahan dari

massa bayi, anak - anak, remaja, dewasa, dan masa senium. Masa remaja

merupakan tahapan yang penting dalam perkembangan seksualitasnya, yang

ditandai dengan tumbuhnya payudara, bulu di daerah kemaluan, dan

menstruasi pertama kali (menarche). rata - rata wanita mengalami Flour Albus

atau keputihan sebelum dan sesuda menstruasi (Menarche, 2017)

Keputihan ( Flour Albus ) adalah keluarnya cairan atau sekret yang berasal

dari vagina kadang disertai gatal yang bukan merupakan menstruasi.

Keputihan ini salah satu masalah kesehatan reproduksi yang dialami remaja

wanita. Ironisnya kebanyakan wanita tidak mengetahui tentang keputihan,

penyebab dan pencegahan keputihan yang jika tidak ditangani dengan baik

bisa berakibat fatal seperti gejala awal kanker rahim, kemandulan, kehamilan

ektopik dan penyakit menular lainnya. (Purwoastuti, 2021).


2

Penyebab terjadinya Flour Albus dibedakan secara fisiologis dan

patologis. Flour Albus fisiologis (normal) desebabkan oleh kelenjar serviks

yang menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri,

sel - sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolini, ciri - cirinya

adalah berwarna kuning kadang - kadang putih kental, tidak berbau, tanpa

disertai nyeri, gatal rasa terbakar keluar pada saat menjelang menstruasi,serta

keluar pada pada saat stress dan kelelahan (Nikmah, 2018)

Flour Albus patologis (Abnormal) dapat timbul karena radang yang

diebabkan oleh, Trikomoniasis, Kandidasis, Gonore, Vaginitis senelis,

endoservits akut atau kronis, vaginitis hemofilus vaginalis, oleh iritasi zat

kimia atau iritasi vagina akibat penggunaan jelly vagina, adanya benda - benda

asing seperti tampon, IUD dan tumor yang dapat berupa tumor jinak, seperti

polip, kista atau dapat berupa tumor ganas atau kanker serviks. Flour Albu

patologis ini juga mempunyai ciri -ciri yaitu, jumlah keputihan banyak, timbul

terus menerus, warnanya berubah (misalnya kuning,hijau,abu-abu menyerupai

susu atau yoghurt), adanya keluhan seperti gatal, panas, nyeri dan berbau apek

dan amis (Astria, 2021)..

World Health Organization (2018) juga menyebutkan bahwa hampir

seluruh wanita dan remaja putri di dunia pernah mengalami keputihan, 60%

pada remaja (15-22 tahun) dan 40% pada wanita (23-45 tahun). Jumlah remaja

yang ada di dunia lebih dari 85% di antaranya berada di negara berkembang

yaitu sekitar 1 dan 6 manusia di bumi ini adalah remaja (Dyah Fitri Suryandari,

2018). Sedangkan WHO (2020) juga menyebutkan bahwa wanita termasuk


3

remaja putri di dunia pernah menderita keputihan 79% pada remaja (15-22

tahun) dan 21% pada wanita (23-45 tahun). pada tahun 2019 Di ASEAN

angka keputihan sebesar 25% dan pada tahun 2020 angka keputihan menjadi

27% (NCBI, 2018).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

indonesia adalah daerah yang beriiklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. (Ali, 2011).

pada tahun 2017 sebanyak 50% wanita indonesia pernah mengalami

keputihan, kemudian pada tahun 2018 meningkat menjadi 60% pada tahun

2019 sebanyak 70% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali

dalam seumur hidupnya dengan kejadian 50% pada remaja (15-22 tahun) dan

25% pada wanita usia subur (23-45 tahun) (Qumariyah, 2021). Depertemen

kesehatan indonesia menyatakan kejadian keputihan banyak di alami oleh para

remaja putri usia produktif, angka kejadian keputihan di indonesia memiliki

angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. (Depkes RI, 2020).

Hasil sensus penduduk di Maluku sebanyak 1,88 juta jiwa pada juni 2021.

Dari jumlah tersebut, ada 11,28 juta jiwa (68,04%) penduduk di provinsi

maluku tersebut yang merupakan kelompok usia (15-64 tahun), berdasarkan

data Dinkes (dinas kesehatan) provinsi Maluku hasil dari remaja wanita yang

mengalami Flour Albus sebanyak 50%.

Timbulnya masalah pada organ reproduksi ini akibat perilaku Vulva

Hygiene yang kurang tepat. Wanita seringkali membersihkan area kewanitaan

dengan cara yang salah ataupun membersihkan dengan bahan kimia ecara
4

berlebihan. Hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan mikroflora dan pH

vagina, sehingga menjadi rentan terhadap infeksi (Manuaba,2017).

Kebersihan pribadi dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, keluarga,

pendidikan, presepsi dan sikap seseorang terhadap kesehatan. Didapatkan

pengaruh antara pengetahuan dan sikap siswi terhadap pencegahan keputihan

(Handayani,2017). pengetahuan dan sikap tersebut mencakup perilaku buang

air besar(BAB) dan buang air kecil (BAK) yang buruk seperti membersihkan,

memakai pembersih sabun, pewangi atau pembilas secara berlebihan,

memakai celanah dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat, jarang

mengganti celana dalam serta jarang mengganti pembalut (Ratna, 2018).

Berdasarkan Hasil dari wawancara dengan guru uks MA BPD Iha - Kulur

pada tanggal 25 mei 2022, data uks tentang keputihan pada tahun 2020 ada 7

siswi mengalami keputihan (Flour Albus) pada tahun 2021, 11 siswi

mengalami keputihan dan pada tahun 2022 ada 15 siswi mengalami keputihan,

dari 15, tiga siswi di antaranya ini mereka pernah mengeluh terjadinya

keputihan, bau yang berlebihan, gatal” pada area vagina disertai nyeri,

sehingga siswi tidak nyaman berada di dalam kelas dan meminta ijin pulang.

Peneliti melakukan studi pendahuluan di dapatkan data dari wawancara

pada tanggal 25 mei 2022 dengan 10 orang siswi kelas XI MA BPD Iha-Kulur

Seram bagian Barat, didapatkan 10 orang siswi yang pernah mengalami Flour

Albus lebih dari 2 kali, 2 diantaranya mengatakan hampir setiap hari

mengalami keputihan, 6 orang mengatakan keputihan sebelum dan sesuda

menstruasi. 2 orang mengatakan keputihannya berwarnah putih susu dan


5

terkadang rasa gatal. Dalam pengetahuan siswi tentang Vulva Hygiene

didapatkan hasil responden kurang paham tentang praktik Hygiene yang

benar,3 orang tidak mengetahui araah membersihkan Vulva Hygiene dengan

benar, 2 orang tidak mengetahui frekuensi mengganti celanah dalam, 3 orang

mengatakan pernah menggunakan cairan pembersih vagina, 3 orang

mengatakan tidak mengeringkan vagina setelah membasuh organ genetalia.

Sebelumnya 10 siswi juga mengatakan mereka sering memakai celana jeans

atau celana Leajing ketat baik dirumah maupun di sekolah dan 3 siswi dari

mereka mengatakan sering malas tau dengan mengganti pembalut, padahal

memakai celanah dalam yang ketat kondisi ini bisa membuat bakteri dan

jamur berkembang biak pada akhirnya menyebabkan keputihan tersebut dan

akibat dari malas mengganti pembalut akan terjadi keputihan juga karena saat

sedang menstruasi, organ intim akan lembap dan sering bergesekan dengan

permukaan pembalut dan bisah menyebabkan iritasi dan memicu keputihan.

Siswi juga mengatakan belum pernah mendapatkan informasi tentang vulva

hyiene baik dari guru maupun tenaga kesehatan lainnya sehingga mereka

belum mengetahui bagaimana cara pencegahan dan penangannya..

Berdasarkan uraian masalah di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Vulva Hygiene Terhadap Peningkatan

Pengetahuan dan sikap Pencegahan Flour Albus Patologis Pada Siswi MA

BPD Iha-Kulur Kelas XI.


6

1.2. Rumusan Masalah

Pendidikan kesehatan Vulva Hygiene tentang Flour Albus patologis pada

siswi di pengaruhi oleh perilaku kesehatan, maka dari itu peneliti mengangkat

rumusan masalah adalah : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Vulva SHygiene

Terhadap pengetahuan dan sikap Pencegahan Flour Albus Patologisi Pada

Siswi SMA Kelas XI MA BPD Iha-Kulur?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan

kesehatan Vulva Hygiene terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan

Flour Albus pada siswi SMA Kelas XI MA BPD Iha-Kulur

1.3.2. Tujuan khusus

1. Menilai pengetahuan pencegahan Flour Albus pada siswi MA BPD

Iha-Kulur Kelas XI sebelum dilakukan pendidikan kesehatan Vulva

hygiene.

2. Mengidentifikasi pengetahuan pencegahan Flour Albus pada siswi

MA BPD Iha-Kulur Kelas XI sesudah dilakukan pendidikan

kesehatan Vulva hygiene.

3. Menganalisis pengetahuan pencegahan Flour Albus Patalogis pada

siswi MA BPD Iha - Kulur Kelas X1 esuda dilakukan pendidikan

kesehatan Vulva hygiene.


7

4. Menilai sikap pencegahan Flour Albus pada siswi MA BPD Iha-

Kulur Kelas XI sebelum dilakukan pendidikan kesehatan Vulva

hygiene.

5. Mengidentifikasi sikap pencegahan Flour Albus pada siswi MA BPD

Iha-Kulur Kelas XI sesudah dilakukan pendidikan kesehatan Vulva

hygiene.

6. Menganalisis sikap pencegahan Flour Albus Patalogis pada siswi

MA BPD Iha - Kulur Kelas X1 esuda dilakukan pendidikan

kesehatan Vulva hygiene.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai

pihak. Adapun hasil dari penelitian ini bermanfaat terhadap berbagai aspek

yaitu :

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan khususnya tentang

kesehatan Vulva Hygiene terhadap terhadap pengetahuan dan sikap

pencegahan Flour Albus yang baik dan benar.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan refrensi yang

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pendidikan keperawatan

khususnya pendidikan kesehatan reproduksi remaja


8

2. Petugas pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini di harapkan berguna untuk memberikan

alternatif cara sebagai edukasi kesehatan reproduksi remaja

terhadap perilaku Flour Albus yang baik dan benar untuk

mencegah keputihan

3. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini di harapkan berguna sebagai data dasar

untuk penelitian selanjutnya dan menambah literatur tentang

pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terhadap peningkatan

perilaku pencegahan Flour Albus patologis pada remaja.

4. Responden

Diharapkan remaja putri mengetahui informasi tentang

pendidikan kesehatan khususnya membersihkan area genetalia

untuk mencegah Flour Albus (keputihan).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Konsep

2.1.1 Konsep Keputihan (Fluor Albus)

a. Pengertian Keputihan (Flour Albus)

Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat

mengeluarkan cairan atau lendir yang menyerupai nanah (Manuamba,

2019). Selain itu, keputihan merupakan keluarnya cairan yang tidak

normal gak kental dan berbau tidak sedap melalui vagina. Cairan ini

terkadang menyebabkan rasa gatal.

b. Etiologi Keputihan (Flour Albus)

Keputihan terdiri dari keputihan normal (fisiologis) dan

keputihan abnormal (patologis) (Kusmiran, 2021)

1) .Keputihan Normal (Fisiologi)

Keputihan normal biasanya terjadi menjelang dan sesudah

menstruasi, mendapatkan rangsangan seksual, mengalami stress berat

sedang hamil, atau mengalami kelelahan. Adapun cairan yang keluar

berwarna jernih atau kekuningan dan tidak berbau . selain itu, keputihan

jenis ini juga tidak disertai rasa gatal dan perubahan warna. Keputihan

semacam ini merupakan sesuatu yang wajar, sehingga tidak diperlukan

tindakan medis tertentu (Manuamba, 2019)


10

2) Keputihan Abnormal (Patologis)

Keputihan patologis disebabkan oleh bebrapa hal meliputih

bakteri, jamur, benda asing, luka pada vagina, kotoran dari lingkungan,

air yang tidak bersih, pemakaian tampon atau Panty liner. Berikut adalah

penyebab umum dari keputihan pada wanita usia reproduksi :

1) Infektif (non-menular sekual)

a) Bacterialvaginosis

Bacterialvaginosis merupakan penyebab terbanyak penderita

keputihan abnormal pada wanita usia produktif. Telah dilaporkan

prevalensi jenis kemungkinan dapat dipengaruhi oleh faktor

perilaku dan/atau sosiademografi. Hal ini dapat terjadi

secaralamgsung yang ditandai oleh tergantinya lactobacili mormal

sehigga menyebabkan peningkatan ph vagina (> 4,5). Tanda- tanda

dan gejala khas adalah keputihan sedikit, berbau amis, tidak gatal,

keputihan pada daerah vagina dan vestibula, tidak ada peradangan

pada vulva (BASSH, 2019)

b) Candida albicans

Penyebabnya berasal dari jamur candida albicans. Gejalanya

adalah keputihan berwarna putih usu, bergumpul seperti susu basi,

disertai rasa gatal dan kemerahan pada kelamin dan sekitarnya. Ph

pada vagina < 4,5. Pada keadaan normal, jamur ini terdapat di kulit

maupun dalam liang makanan wanita. Namun pada keadaan

tertentu jamur ini meluas sehingga menimbulkan keputihan yang


11

disebabkan oleh candida albicans berwarna putih, tidak berbau

atau berbau asam, terkadang disertai demgan rasa panas atau

terbakar, disuria dan dispereun (Monalisa, 2021).

c) Gardnerellavaginalis

Keputihan yang disebabkan oleh gardnerella vaginalis, encer,

homogen, berwarna putih hingga abu-abu terkadang kekuningan

dengan bau busuk atau bau amis dan melekat pada dinsing vagina,

ering muncul di daerah labia (Monalisa, 2021).

2) Infektif (menular seksual)

a) Trichomoniasi

Berasal dari parasit yang disebut trichomonas vaginalis. Gejalanya

keputihan berwarna kuning atau kehijauan, berbau dan berbusa,

kecoklatan. Ph pada vagina >4,5. Biasanya disertai dengan gejala gatal

di bagian labia mayora (bibir kemaluan), nyeri aat kencing, dan

terkadang sakit pinggang. Keputihan yang di sebabkan oleh

trichomonas vaginalis biasanya tanpa gejala atau muncul keputihan

yang kental, berbau tidak sedap, warna kuning kehijauan, dan di sertai

dengan pruritus pada vulva. Selain ada infeksi juga terjadi peradangan

vagina dan leher rahim, terkadang juga di temukan perdarahan minor

dengan ulserasi serviks (Monalisa, 2021).

b) Chlaydia trachomatis

Chlaydia trachomatis merupakan bakteri yang paling umum

ditemukan di negara inggris, biasanya tanpa gejala sekitar (70%). Akan


12

tetapi, wanita dapat memiliki gejala keputihan karena serviitis,

perdarahan abnormal (postcoital atau intermenstrual) karena serviti

atau endometri, nyeri perut bagian bawah, dispereunia atau dysuria

(BASSH, 2019).

c) Neiseria gonorhoee

Keputihan yang disebabkan oleh Neiseria gonorhoee memiliki ciri

kepuyihan berwarna putih susu, tipi dan agakberbau. Selaian keluhan

keputihan, infeksi diertai dengan keluhan disuria, dyspereunia dan

nyeri perut bagian bawah, demam, mual dan muntah (Monalisa, 2021).

d) Virus herpes simpleks


Wanita dengan servistis yang disebabkan karena infeksi herps

simpekx virus mungkin sesekali akan timbul mungkin sesekali akan

timbul keputihan (BASSH, 2019).

3) Non Inektif

Penyebab lain darikeputihan meliputih benda asing (kondom),

ektopik serviks atau polip, keganasan saluran genital, fistula dan reaksi

alergi. Pengecualian dari infeksi dan penyebab lain akan menyebabkan

keputihan fisiologis (BASSH, 2019).

c. Patogenesis

Keputihan adalah keadaan yang terjadi secara fisiologis dan menjadi

patologis. Karna terinfeksi kuman penyakit. Sekrei vagina fisiologis terdiri

atas lendir serviks (transudat dari epitelskuamos vagina) dan sel skuamos

vagina yang terkelupas. Suasana area vagina normal ditandai dengan


13

adanya hubungan dinamis antara lactobacilus acidophilus (flora normal)

dengan flora endogen proksida yang bersifat toksik terhadap bakteri

pathogen. Adanya pengaruh estrogen pada epitel vagina, produksi

glikogen, laktobalisus (doderlain) dan produksi asam laktat mengatur ph

vagina sekitar 3,8-4,5 yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

lainnya. Pada kondisi tertentu ph vagina bisah lebih tinggi renda dari

normal jika ph vagina naik (lebih bas) mengakibatkan kuman penyakit

mudah berkembang dan hidup subur serta menginfeksi vagina.

d. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :

1) Pemeriksaan specimen basah yaitu fdengan melakukan

pemeriksaan swab vagina dan ditetesi dengan NaCl 0,9% dan atau

KOH 10% kemudian dilihat di bawah mikroskop

2) Pemeriksaan sampel urin

3) Sitolofi atau kultur secret vagina

4) Pewarnaan gram

5) Test amin/whift test

6) Penilaian ph cairan vagina

7) PCR (polymeruse chain reaction)dan ligase chain reaction

8) Pap smear

e. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan keputihan sebaiknya dilakukan sedini mungkin

untuk menghindari komplikasi sekaligus untuk menyingkirkan adanya


14

penyebab lain seperti kanker leher rahim yang memiliki gejala keputihan

berupa secret encer, berwarna merah muda, coklat, mengandung darah

atau hitam serta berbau busuk.

Penatalaksanaan keputihan dilakukan tergantung pada

penyebabnya. Umumnya obat-obatan untuk mengatasi penyebab dan

mengurangi keluhan-keluhan. Misalnya diberikan obat golongan

flukanazol untuk mengatasi infeksi jamur dan golongan metronidazol

untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat yang diberikan

dapat berupa sediaan oral, sediaa vagina. Pada penderita yang sudah

memiliki pasangan, sebaiknya pasangannya juga diberi pengobatan, serta

diberi anjuran untuk tidak berhubungan seksual selama dalam

pengobatan.

f. Pencegahan Keputihan

Menjaga kebersihan organ genitylia dan sekitarnya merupakan slah

satu upaya pencegahan keputihan, yaitu dengan :

1) Pola hidup sehat meluputi diet seimbang, waktu istirahat yang cukup,

tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok, mengendalikan stress dan

menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang.

2) Setia pada pasangan

3) Selalu menjaga kebersihan daerah genitalia agar tidak lembab dan

tetap kering, misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan

yang menyerap keringan dan tidak ketat. Biasakan mengganti

pembalut pada waktunya untuk mencegah perkembangan bakteri.


15

4) Memperhatikan pakian diantaranya dengan mengganti celana dalam

yang dipakai bila sudah terasa lembab dengan yang kering dan bersih,

menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karna katun menyerap

kelembapan dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.

5) Membasuh vagina dengan cara yang benar yaitu dari depan

kebelakang tiap kali selesai buang air kecil maupun buang air besar.

6) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karna

dapat mengganggu keimbangan Flora normal vagina.

7) Hindari bedak talcum,tisu atau sabun dengan pewangi pada daerah

genetalia karena dapat mengakibatkan iritasi.

8) Jangan perbiasakan meminjam barang - barang yang mudah penularan

misalnya pinjaman alat mandi

g. Komplikasi

Keputihan dapat menimbulkan beberapakomplikasi seperti :

1) Terjadinya infeksi pada saluran berkemih dan abses kelenjar

bertolin

2) Jika ibu hamil mengalami keputihan akibat infeksi trikomonas

dapat mengakibatkan kelahiran premature

3) Infeksi yang menyebar ke atas atau ke organ reproduksi seperti

endometrium, tuba falopi, dan seriks menyebabkan terjadinya

penyakit inflamasi pada panggul (PID) yang sering menimbulkan

infertilitas dan perlengkapan saluran tuba yang memicu terjadinya

kehamilan ektopik.
16

2.1.2 Pendidikan Kesehatan

a. Definisi Pendidkan kesehatan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang di

rencanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok

atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan

oleh perilaku pendidikan, yang tersirat dalam pendidikan adalah :

input adalah sarana pendidikan ( individu, kelompok dan masyarakat),

pendidikan adalah (pelaku pendidikan), proes adalah ( upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), output adalah

(melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2018).

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan itu

proes untuk meningkatkan kesehatannya tidak hanya mengkaitkan

kemampuan masyarakat dalam memelihara dan mengkatkan

kesehatannya dan tidak hanya mengkaitkan diri pada peningkatan

kemampuan, ikap dan praktek kesehatan saja. Tetapi juga

meningkatkan atau memperbaiki lingkungan ( baik fisik maupun non

fisik dalam angka memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka

(Notoatmodjo, 2017).

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan (Nursalam, 2017) yaitu : Terjadi

perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok

khusus dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku

hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat


17

kesehatan yang optimal.

c. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Menurut (Notoatmodjo, 2017) sasaran pendidikan kesehatan

dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :

a. Sasaran Primer (Primary Target)

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala

upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan

permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan

menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu

hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan

Anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan juga sebagainya

b. Sasaran Sekunder (Secondary Target)

Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para tokoh

masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut

sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan

kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk nantinya

kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada

masyarakat di sekitarnya.

c. Sasaran Tersier (Teritary Target)

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat

pusat, maupun daerah. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan

yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak

langsung terhadap perilaku tokoh masyarakat dan kepada


18

masyarakat umum.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan

dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi

(Nursalam, 2017) mengelompokkan faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan yaitu:

a. Faktor materi atau hal yang dipelajari yang meliputi kurangnya

persiapan, kurangnya penguasaan materi yang akan dijelaskan

oleh pemberi materi, penampilan yang kurang meyakinkan

sasaran, bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh

sasaran, suara pemberi materi yang terlalu kecil, dan penampilan

materi yang monoton sehingga membosankan.

b. Faktor lingkungan, dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1) Lingkungan fisik yang terdiri atas suhu,kelembaban udara,dan

kondisi tempat belajar.

2) Lingkungan sosial yaitu manusia dengan segala interaksinya

serta representasinya seperti keramaian atau kegaduhan,

lalulintas, pasar dan sebagainya

c. Faktor instrument yang terdiri atas perangkat keras (hardware)

seperti perlengkapan belajar alat - alat peraga dan perangkat lunak

(software) seperti kurikulum (dalam pendidikan formal), pengajar

atau fasilitator belajar, serta metode belajar mengajar.

d. Faktor kondisi individu subjek belajar, yang meliputi kondisi

fisiologis seperti kondisi panca indra (terutama pendengaran dan


19

penglihatan) dan kondisi psikologis, misalnya intelegensi,

pengamatan,daya tangkap, ingatan, motivasi, dan sebaginya.

e. Promosi Pendidikan Kesehatan Reproduksi Di sekolah

Sekolah adalah perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan

dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku

kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, promosi atau pendidikan

kesehatan reproduksi di sekolah sangatlah penting. Pendidikan

kesehatan reproduksi, khususnya bagi murid utamanya untuk

menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab

terhadap kesehatan reproduksi diri dan lingkungan serta aktif di dalam

usaha-usaha kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan

tahap-tahap:

a. Memberi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

b. Menimbulkan sikap dan perilaku menjaga kesehatan reproduksi

c. Membentuk kebiasaan hidup menjaga kesehatan reproduksi

Penyelenggaraan promosi kesehatan di sekolah bukan semata-mata

dilakukan oleh masyarakat sekolah itu sendiri, namun merupakan

perwujudan kemitraan dari berbagai pihak. Pilar utama promosi

kesehatan di sekolah terdiri dari pihak guru, petugas kesehatan, orang

tua murid, dan badan atau organisasi lain yang ada di lingkungan

sekolah (Notoatmodjo, 2017).


20

f. Metode Pendidikan kesehatan

Menurut (Notoatmodjo, 2018), metode pendidikan kesehatan

dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Metode pendidikan individu.

Metode ini bersifat individual digunakan untuk membina

perilaku atau membina seseorang yang mulai tertarik untuk

melakukan sesuatu perubahan perilaku. Bentuk pendekatan ini

antara lain:

a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance dan councellin)

Dengan cara ini kontak antara keluarga dengan petugas

lebih intensif. Klien dengan kesadaran dan penuh

pengertian menerima perilaku tersebut.

b) Wawancara (interview)

Wawancara petugas dengan klien untuk menggali

informasi, berminat atau tidak terhadap perubahan untuk

mengetahui apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi

itu mempunyai dasar pengertian atau dasar yang kuat.

2) Metode Pendidikan Kelompok

Metode tergantung dari besar sasaran kelompok serta

pendidikan formal dari sasaran.

a) Kelompok Besar

Kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan

lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar


21

adalah:

1. Ceramah, yaitu metode yang baik untuk sasaran yang

berpendidikan tinggi atau rendah,

2. Seminar yaitu metode yang baik untuk sasaran dengan

pendidikan menengah keatas berupa presentasi dari satu atau

beberapa ahli tentang topik yang menarik dan aktual.

b) Kelompok Kecil

Jumlah sasaran kurang dari 15 orang, metode yang cocok untuk

kelompok ini adalah:

1. Diskusi kelompok, kelompok bisa bebas berpartisipasi dalam

diskusi sehingga formasi duduk peserta diatur saling

berhadapan.

2. Curah pendapat (brain storming) merupakan modifikasi

metode diskusi kelompok. Usulan atau komentar yang

diberikan peserta terhadap tanggapan-tanggapannya, tidak

dapat diberikan sebelum pendapat semuanya terkumpul.

3. Bola salju, kelompok dibagi dalam pasangan kemudian

dilontarkan masalah atau pertanyaan untuk diskusi mencari

kesimpulan.

4. Memainkan peran yaitu metode dengan anggota kelompok

ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan

peranan.

5. Simulasi merupakan gabungan antara role play dan diskusi


22

kelompok.

3) Metode Pendidikan Masa

Metode ini menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang

ditujukan untuk masyarakat umum (tidak membedakan umur, jenis

kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi dan sebagainya). Pada

umumnya pendekatan ini tidak langsung, biasanya menggunakan

media massa, beberapa contoh metode ini antara lain:

a) Ceramah umum, metode ini baik untuk sasaran yang

berpendidikan tinggi maupun rendah.

b) Pidato atau diskusi melalui media elektronik.

c) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter/petugas

kesehatan tentang suatu penyakit.

d) Artikel/tulisan yang terdapat dalam majalah atau Koran

tentang kesehatan.

e) Bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster

dan sebagainya.

Salah satu program promosi kesehatan adalah kegiatan

promosi dengan memberikan penyuluhan, adapun penyuluhan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ceramah.

1) Pengertian Metode Ceramah

Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang

pembicara di depan sekelompok pengunjung. Ceramah pada

hakikatnya adalah proses transfer informasi dari pengajar kepada


23

sasaran belajar. Dalam proses tranfer informasi ada tiga elemen

penting, yaitu pengajar, materi dan sasaran belajar. Metode

ceramah efektif digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

seseorang.

2) Penggunaan Metode Ceramah

Ceramah digunakan pada sifat sasaran sebagai berikut, yaitu:

a) sasaran belajar mempunyai perhatian yang selektif

b) sasaran belajar mempunyai lingkup perhatian yang terbatas

c) sasaran belajar memerlukan informasi yang kategoris dan

sistematis

d) sasaran belajar perlu menyimpan informasi

e) sasaran belajar perlu menggunakan informasi yang diterima.

3) Kelebihan Metode Ceramah

Kelebihan metode ceramah yaitu dapat digunakan ke orang

dewasa, penggunaan waktu efisien, kelompoknya besar, tidak

memerlukan alat yang banyak dan dapat dipakai untuk memberi

pengantar pada suatu pelajaran atau kegiatan.

4) Kekurangan Metode Ceramah

Adapun kekurangan dalam metode cermah yaitu respon dari

pelajar lambat, tidak semua pembicara baik dalam menyampaikan,

dapat menjadi kurang menarik dan membatasi daya ingat.


24

g. Media dalam Pendidikan Kesehatan

1) Media Cetak

a) Booklet : digunakan untuk menyampaikan pesan dalam

bentuk buku, baikt tulisan maupun gambar.

b) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa

gambar/tulisan atau pun keduanya.

c) Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk

lipatan.

d) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam

bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana

tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan di

baliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan

dengan gambar tersebut.

e) Rubrik/tulisan-tulisan : pada surat kabar atau majalah,

mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal

yang berkaitan dengan kesehatan.

f) Poster : merupakan suatu bentuk media cetak berisi

pesanpesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di

temboktembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan

umum.

g) Foto : digunakan untuk mengungkapkan informasi –

informasi kesehatan.

2) Media Elektronik
25

a) Televisi : dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum

diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, quiz, atau cerdas

cermat.

b) Radio : bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, ceramah.

c) Video atau filem : digunakan untuk memberikan pengalaman

yang tak terduga kepada peserta didik dan memperlihatkan

secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin bisa

dilihat.

d) Slide : digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi

kesehatan.

e) Film strip : digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.

3) Media Papan

Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat

dipakai diisi dengan pesan - pesan atau informasi – informasi

kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang

ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum

(bus/taksi).

2.1.3 Vulva Hygiene

a. Pengertian

Vulva hygiene merupakan tindakan memelihara kebersihan dan

kesehatan organ eksternal genitalia wanita. Vulva Hygiene juga

merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh klien yang

tidak mampu secara mandiri dalam membersihkan vulva serta


26

merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan dalam prosedur

asuhan kebidanan seperti, pemeriksaan dalam pada masa inpartu,

pengambilan secret vagina (Pertiwi, 2018).

b. Tujuan Vulva Hygiene

Permasalahan yang terjadi pada remaja ini dapat diantisipasi

dengan perawatan kebersihan diri salah satu merupakan pendukung

kebersihan diri adalah Vulva Hygiene ini bertujuan untuk mencegah

terjadinya infeksi pada Vulva dan menjaga kebersihan Vulva (Pertiwi,

2018).

c. Dampak Vulva Hygiene yang buruk

Beberapa dampak tidak melakukan perawatan Vulva Hygene

menurut (Pertiwi, 2018) antara lain :

1) Pruritus Vulva

Pruritus Vulva merupakan keadaan gatal yang dirasakan pada

alat genetalia perempuan. Pruritus vulvae merupakan salah satu tanda

awal terjadinya vaginitis. Keadaan gatal ini biasanya terjadi pada

malam hari yang memungkinkan seseorang menggaruknya tanpa

disadari dan menimbulkan luka di daerah genitalia.

2) Keputihan (Flour Albus)

Keputihan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi

yang sering dialami oleh wanita. Keputihan adalah cairan yang keluar
27

dari vagina yang berlebihan yang bukan merupakan darah. Keputihan

ada fisiologi dan patologis.

d. Cara melakukan Vulva Hygiene

(Pertiwi, 2018) Cara melakukan Vulva Hygiene dengan cara :

1) Menggunakan celana dalam yang bersih dan kering serta

mengganti pakian dalam 2-3 kali sehari. Pakian dalam yang

digunakan juga yang berbahan katun agar menyerap keringat.

Hindari penggunaan celana dalam yang ketat untuk menghindari

organ genitalia dalam keadaan lembab yang berlebihan.

2) Menggunakan pantyliner yang terlalu sering juga dihindari.

3) Membersihkan dan mengeringkan vagina dengan cara yang

benar setelah buang air, yaitu dengan arah depan ke belakang dan

bukan arah sebaliknya, karena hal itu dapat meningkatkan resiko

terjadinya pemindahan bakteri dari anus ke vagina dan

menyebabkan peningkatan resiko infeksi.

4) Sebelum menyentuh vagina, sebaiknya mencuci tangan terlebih

dauhulu karena tangan merupakan tempat yang paling sering

ditempeli kotoran dan bakteri.

5) Setelah membasuh organ genitalia, perlu dikeringkan dengan

tisu toilet agar kondii vagina tidak lembab.

6) Perlu juga dipotong bulu kemaluan secara rutinuntuk

mengurangi kelembapan di vagina, karena bakteri akan

berkembang biak dengan cepat keadaan lembab. Jangan mencabut


28

rambut kemaluan, karena dengan mencabut akan meninggalkan

lubang yamg dapat menjadi lubang jalan masuk bakteri, jamur

ataupun kuman.

7) Menghindari penggunaan cairan vagina karena penggunaan yang

berlebihan dapat menumbuh flora baik yang ada di vagina dan

diusahakan menghindari penggunaan parfum,sabun antiseptic yang

keras maupun penggunacairan pembersih yang terus

meneruskarena dapat merusak keseimbangan normal vagina.

8) Ketika menggunakan kamar mandi umum dengan kolset

jongkok, perlu diperhatikan kebersihan bibir kolset.

9) Apabilah membersihkan daerah kewanitaan dengan sabun

sebaiknya bagian luarnya saja dan dibilas sampai bersih agar tidak

ada sisa sabun yang tersisa, karena bila masih terdapat sisa sabun

kurang baik untuk kesehatan organ genitalia karena dapat

menimbulkan penyakit.

10) Jika ingin menggunakan bedak sebaiknya adalah diusapkan

ditelapak tangan setelah itu baru usapkan ke daerah lipatan paha

yang biasanya lembab dan mudah iritasi. Hindari bedak masuk di

vagina.

e. Faktor yang mempengaruhi praktik Vulva Hygiene

(Pertiwi, 2018) Menyebutkan terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi praktik Hygiene yaitu :


29

1) Praktik sosial : manusia merupakan mahkluk sosial dan

karenanya berada dalam kelompok sosial. Kondisi ini akan

memungkinkan seseorang untuk berhubungn, berinteraksi dan

bersosialisasi atau dengan yang lainnya. Kebersihan diri

seseorang sangat mempengaruhi praktik sosial seseorang

2) Pilihan pribadi : setiap klien memiliki keinginan dan pilihan

tersendiri dalam praktik hygienennya termasuk memilih produk

yang digunakan dalam praktik hygienenya menurut pilihan dan

kebutuhan pribadinya

3) Citra tubuh : cara pandang seseprang terhadap bentuk tubuhnya,

citra tubuh sangat mempengaruhi dalam praktik hygiene

seseorang.

4) Status sosial ekonomi : status ekonomi seseorang mempengaruhi

jenis dan tingkat praktik hygiene seseorang, sosial ekonomi

yang rendah memungkinkan hygiene perorangan yang rendah

pula.

5) Pengetahuan dan motivasi pengetahuan tentang hygiene akan

mempengaruhi praktik hygiene seseorang, namun hal ini saja

tidak cukup, karena motivasi merupakan kunci penting dalam

pelaksanaan hygiene tersebut.

6) Variabel budaya : keperrcayaan budaya dan nilai pibadi klien

akan mempengaruhi perawatan hygiene seseorang, berbagai

budaya memiliki praktik hygiene yang berbeda.


30

7) Kondisi fisik : klien dengan keterbatasan fisik biasanya tidak

memiliki energy dan ketangjkasan untuk melakukan hygiene.

2.2. Teori Umum.

2.2.1 Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia

yakni penglihatan, pendengaran penciuman, rasa dan raba dengan

sendiri. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkatan yaitu : Tingkat Pengetahuan Menurut

(Notoatmodjo, 2017) pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai recall memori yang pernah ada

sebelumnya setelah mengamati suatu hal.

b) Memahami (comprehension)

Memahami berarti kemampuan untuk menjelaskan dengan

benar tentang objek yang diketahui, serta dapat

menginterpretasikan objek tersebut dengan benar.

c) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya.


31

d) Analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk

menjabarkan, lalu mencari hubungan diantara komponen-

komponen yang ada di dalam suatu masalah atau objek yang

telah diketahui.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian ke dalam bentuk keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian suatu objek tertentu.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengethuan

Menurut (Wawan, 2019), terbentuknya pengetahuan

dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

a) Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan berarti suatu bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap orang lain tentang sesuatu hal agar mereka dapat

memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin

mudah pula mereka menerima informasi, dan semakin

banyak memperoleh pengetahuan.


32

b. Pekerjaan

Pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun

tidak langsung.

c. Umur

Bertambahnya umur seseorang dapat merubah aspek fisik dan

psikologis seseorang.

d. Pengalaman

Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya.

b) Faktor Eksternal

a. Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat memengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok

b. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

memengaruhi dari sikap dalam menerima pengetahuan.

c. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan

yang baru.
33

1) Proses Menerima Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behavior). (Notoatmodjo, 2017) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru),

didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,

yakni :

a) Awareness (Kesadaran), yakni orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c) Evaluation (menimbang–nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi

d) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e) Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

c. Krtireia tingkat pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinprestasikan

dengan kala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1) Baik : hasil presentase 76%-100%

2) Cukup : hasil presentase 56%-75%

3) Kurang : hasil presentase >56%


34

2.2.2 Sikap

a. Pengertian sikap

Sikap atau yang disebut dengan attitude merupakan suatu

reaksi dari seseorang untuk merespon rangsangan dengan cara

tertentu sehingga rangsangan tersebut masih tertutup dan tidak dapat

dilihat secara langsung (Notoatmodjo, 2018).

1) Struktur Sikap

Menurut (Nursalam, 2017), dilihat dri strukturnya, sikap

terdiri atas 3 komponen yakni komponen kognitif, komponen

afektif, dan komponen konatif.

a) Komponen Kognifif

Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan yang

dimiliki oleh individu mengenai sesuatu. Persepsi dan

keyakinan seseorng ini dapatdituangkan dalam bentuk opini

(pandangan) yang telah terpola dalam pikirannya. Namun,

kepercayaan justru timbu tanpa adanya informasi yang tepat

mengenai suatu objek sehinggalebih mengedepankan aspek

emosional.

b) Komponen Afektif

Komponen afektif biasanya lebih melibatkan perasaan

atau reaksi emosional. Reaksi emosional dapat membentuk

sikap positif atau negtif terhadap suatu objek.


35

c) Komponen Konatif

Komponen konatif atau kecenderungan untuk bertindak

atau melkukan sesuatu dalam diri seseorang berkaitan dengan

sikap. Kecenderungan untuk bertidak secara konsisten,

selaras denga kepercayaan dan perasaan yang membentuk

sikap.

2) Faktor Pembentukan Sikap

Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi sikap

seseorang antara lain yaitu: pengalaman pribadi, kebudayaan,

orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga

pendidikan atau lembaga agama, dan faktor emosi dalam diri

individu.

a) Pengalaman Pribadi

Pengalaman menimbulkan adanya tanggapan dan juga

penghayatan yang dapat membantu membentuk sikap

seseorang, baik sikap positif maupun sikap negatif.

b) Orang Lain yang Dianggap Penting

Pengaruh dari orang lain yang dianggap penting (significant

other) dalam hidup kita merupakan faktor terbentuknya sikap.

Kita akan cenderung bersikap sama dengan orang-orang yang

dianggap penting karena adanya motivasi.

c) Pengaruh Kebudayaan

Apabila kita hidup dalam budaya yang menjunjung tinggi niai


36

religius, maka kita sikap positif terhadap nilai-nilai religius

kemungkinan besar juga akan terbentuk.

d) Media Masa

Informasi yang disampaikan melalui berbagai sarana informasi

seperti televisi, radio, surat kabar, dan lain-lain memberika

andasan kognitif bagi terbentuknya sikap. Apabila informasi

yang disampaikan oleh media massa cukup sugestif, makan

akan memberikan dasar afektif dalam pembentukan sikap

seseorang.

e) Lembaga Pendidikan dan Agama

Lembaga Pendidikan dan lembaga agama berfungsi untuk

menanamkan konsep moral dalam diri individu yang enjadi

determinan tuggal dalam pembentukan sikap. Apabila

menghubungkan nilai-nilai yng dikembangankan leat jalur

pendidikan dengan agama, maka akan mempermudah

terjadinya pembentukan sikap positif yang diharapkan akan

terwujud dalam tindakan sehari-hari.

3) Tingkatan sikap

Menurut (Notoatmodjo, 2017), sikap memiliki 4 tingkatan

yakni:

1. Menerima (receiving)

Menerima didefinisikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).


37

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban saat diberi pertanyaan, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan salah satu

indikasi sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

megenai suatu masalah merupakan indikasi sikap pada

tingkatan ketiga yaitu valuing.

4. Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilih

dengan segala resiko yang akan didapatkan.

4) Tindakan

Sikap dapat berpengaruh pada tindakan seseorang.

Diperlukan faktor pendukung untuk mewujudkan sikap menjadi

tindakan nyata. Tindakan terdiri dari empat tingkatan

(Notoatmodjo, 2018), yaitu:

1) Presepsi (perseption)

Dapat melakukan suatu tindakan Mengenal dan memilih

objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil

merupakan tindakan atau praktek pada tingkat pertama.

2) Respon Terpimpin (guided response)

sesuai dengan urutan yang benar seperti yang telah

dicontohkan.
38

3) Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah melakukan suatu usaha dengan

benar, atau tindakan tersebut telah menjadi kebiasaan, maka

hal itu sudah mencapai tindakan pada tingkat ketiga.

4) Adopsi (adaption)

Adaptasi merupakan tindakan yang telah berkembang dengan

baik. Artinya, tindakan itu telah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenarannya.

2.3. Keaslian Penelitian

Peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai bahan

perbandingan guna memperlihatkan perbandingan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya. Selain itu juga guna mempermudah penulis dalam

mendapatkan informasi seputar perilaku pencegahan Flour Albus patologis.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah pada

penelitian ini peneliti mengunalkan metode ceramah dan media leaflet, dan

sample yang digunakan yaitu siswi MA BPD Iha-Kulur kelas XI.

Tabel 2. 1 Keaslian Penelitian


No Judul /Pengarang Desain Sample Variabel Instrumen Analisis Hasil
1 Laily Bestari quasi 36 Santri Independen: Kuesioner Sebelum • Pendidikan
Putri (2019) / eksperimen Pendidikan (pre-test dan kesehatan metode
Pendidikan Kesehatan dan post- sesudah Jigsaw dapat
Kesehatan Metode Jigsaw test group diberikan meningkatkan
Metode Jigsaw Dan Make A design) edukasi tindakan
Dan Make A Match pencegahan Flour
Match Dalam Dependen: Albus
Meningkatkan Perilaku • Pendidikan
Perilaku Pencegahan kesehatan metode
Pencegahan Flour Albus Make a Match
Fluor Albus Pada dapat meningkatkan
Remaja Pondok tindakan
Pesantren pencegahan Flour
Albus
• Pendidikan
39

No Judul /Pengarang Desain Sample Variabel Instrumen Analisis Hasil


kesehatan metode
Jigsaw lebih efektif
dalm peningkatan
pencegahan Flour
Albus
2 Yessi Andriani quasi 22 Siswi Independen: Kuesioner Sebelum signifikan antara
(2020) eksperimen Pendidikan (one group dan pemberian
Pemberian Kesehatan pre-post sesudah pendidikan
Pendidikan Mempengaruhi test design) diberikan kesehatan melalui
Kesehatan Perilaku edukasi telenursing terhadap
Melalui Remaja peningkatan
Telenursing Dependen: pengetahuan
Terhadap Pencegahan dan ada pengaruh
Peningkatan Keputihan yang signifikan
Pengetahuan Dan Patologis antara
Pencegahan pemberian
Keputihan pendidikan melalui
Patologis Pada telenursing
Remaja terhadap pencegahan
keputihan patologis
pada remaja di SMK
Negeri 2 Bukittingi
tahun 2020.
3 Fauziah Yulfitria Semi 50 Independen: Kuesioner Sebelum • Pendidikan
(2021) / eksperimen Mahasiswi Pendidikan (pre-test dan Kesehatan yang
Pendidikan Kesehatan dan post- sesudah menggunakan
Kesehatan Mempengaruhi test) diberikan media Leaflet dan
Mempengaruhi Perilaku edukasi slide power point
Perilaku Remaja Remaja dapat
Terhadap Dependen: mempengaruhi
Pencegahan Pencegahan perubahan perilaku
Keputihan Keputihan terhadap
Patologis Patologis pencegahan
keputihan
patologis.
• Penkes Slide Power
Point lebih efektif
dalam memberikan
perubahan terhadap
perilaku
pencegahan
keputihan patologis
dibandingkan
menggunakan
media leaflet
4 Niki Astria Analitik 38 Siswi Independen: Kuesioner Sebelum Tidak Adanya
(2021) kuantitatif Hubungan (cross dan Hubungan
Hubungan Pengetahuan sectional) sesudah Pengetahuan Dengan
Pengetahuan Dan Dan Sikap diberikan Perilaku Pencegahan
Sikap Remaja Remaja Putri edukasi Kejadian Keputihan
Putri Tentang Dependen: (Flour Albus) Pada
Perilaku Pencegahan Remaja Putri Di SMK
Pencegahan Kejadian PGRI 2 Kota Jambi
Kejadian Keputihan Tahun 2021. Data
Keputihan (Flour (Flour Albus) yang saya dapatkan
Albus) pengetahuan dan
perilaku remaja masih
kurang tinggi tentang
keputihan dengan p-
value 0.026. Dan
Tidak Adanya
40

No Judul /Pengarang Desain Sample Variabel Instrumen Analisis Hasil


Hubungan Sikap
Dengan Perilaku
Pencegahan Kejadian
Keputihan (Flour
Albus) Pada Remaja
Putri Di SMK PGRI 2
Kota Jambi Tahun
2021, Data yang saya
dapatkan pengetahuan
dan perilaku remaja
masih kurang tinggi
tentang keputihan
dengan p-value 0.026.
Dan Tidak Adanya
Hubungan Sikap
Dengan Perilaku
Pencegahan Kejadian
Keputihan (Flour
Albus) Pada Remaja
Putri Di SMK PGRI 2
Kota Jambi Tahun
2021, Data yang saya
dapatkan sikap dan
perilaku remaja masih
kurang tinggi dengan
p-value 0.054.
5 Jahra F. Asawala quasi 40 Siswi Independen: Kueioner Sebelum _
(2022) eksperimen Pendidikan (pre-test dan
Pengaruh Kesehatan dan post- sesudah
Pendidikan Vulva Hygiene test group diberikan
Kesehatan Vulva Dependen: design) edukasi
Hygiene Peningkatan
Terhadap Pengetahuan
Peningkatan Dan Sikap
Pengetahuan Dan Pencegahan
Sikap Flour Albus
Pencegahan Patologis
Flour Albus
Patologis
Pada Siswi Ma
Bpd Iha-Kulur
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Pendidikan Kesehatan Pengetahuan dan sikap


Vulva Hygine pencegahan Flour
Albus Patologis

Keterangan :

Variabel Independen (bebas)

Variabel Dependen (terikat)

Pengaruh

Gambar 3. 1 Kerangka Konseptual


3.2. Hipotesis

Hipotesis yang diambil dalam penelitian ini adalah : Ada pengaruh

pendidikan kesehatan Vulva Hygiene terhadap pengetahuan dan sikap

Flour Albus pada siswi MA BPD Iha-Kulur sebelum dan sesuda diberikan

intervensi.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain penelitian

Desain penelitian menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode

penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan menggunakan desain

penelitian pre-test dan post-test group design. Penelitian ini mengunakan

satu kelompok design. Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel

bebas (pendidikan kesehatan vulva hygiene) terhadap variabel teriakat

(terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan flour albus patologis).

Pendidikan kesehatan vulva hygnie pada penelitian ini berfokus pada

pemberian materi kepada siswi dengan metode ceramah dengan metode

pengukuran menggunakan metode pre test - post test design yaitu mengukur

pengetahuan dan sikap sebelum dan sesuda diberikan pendidikan kesehatan

vulva hygnie dengn rancangannya sebagai berikut :

Tabel 4. 1 Skema Penelitian


Pre test perlakuan Post tet

Kelompok Pa X Pb

intervensi

Keterangan :

Pa : Pre test pengaruh pendidikan kesehatan Vulva Hygiene

terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan Four Albus


43

paologis pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah

diberikan intervensi.

Pb : Post test pengaruh pendidikan kesehatan Vulva Hygiene

terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan flour albus

patologis pada kelompok intervensi setelah diberikan

pendidikan kesehatan vulva hygiene (perlakuan).

X : Pendidikan kesehatan tentang vulva hygiene terhadap

flour albus patologis dengan metode ceramah dan

memberi media cetak berupa leaflet (perlakuan).

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MA BPD Iha-Kulur yang berada di

Kecamatan Huamual Kabupaten Seram Bagian Barat. Dan waktu

penelitiannya pada bulan juni.

4.3. Populasi, Sample dan Sampling

4.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang memiki

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti agar

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (sugiono, 2017).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi MA BPD Iha-kulur

yang berjumlah total 92 siswi yang terdaftar aktif mengikuti pelajaran

sekolah.
44

4.3.2. Sample

Sample adalah bagian dari populasi terjangkau yang digunakan

sebagai subjek penelitian yang didapatkan melalui tehnik pengambilan

sample atau yang disebut dengan sampling (Nursalam, 2020).

jumlah sample dalam penelitian ini adalah 40 responden.

a. Kriteria Inklusi

1. Siswi MA BPD Iha-Kulur

2. Siswi yang bersedia menjadi responden

3. Siswi yang mengkuti penelitian sampai selesai(pre-test,intervensi

dan post-test group design)

b. Kriteria Eksklusi

1. Siswi yang sakit dan tidak hadir pada waktu penelitian

2. Tidak tuntas sampai menyelesaikan penelitian

Adapun cara penarikan sampel menggunakan rumus slovin yang

merujuk pada penelitian serupa oleh (Astria, 2021).

𝑁
𝑛=
1 + N(𝑑)2

Keterangan:

n = Sample

N = Populasi

d = Tingkat kepercayaan menggunakan 0,05


45

4.3.3. Teknik Pengambilan Sampling

Sampling merupakan suatu proses pengambilan sampel agar

peniliti dapat memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian.

Penelitian ini menggunakan tehnik sample Purposive sampling

yaitu mengambil sample yang sesuai dengan kriteria inklusi dari seluruh

total anggota sample MA BPD Iha-Kulur yang berjumlah 40 siswi,

Purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sample dengan cara

memilih sample diantara populasi sesuai dengan yang dikhendaki peneliti,

sehingga sample tersebut dapat diwakili karakteristik populasi yang telah

dikenal sebelumnya

4.4. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel sebagai berikut :

a. Variabel Independen (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2020).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pendidikan Kesehatan

vulva hygnie.

b. Variabel Dependen (terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas

(Nursalam, 2020).
46

Varibel dependen dalam penelitian ini adalah Peningkatan Pencegahan

Pengetahuan dan sikap Flour Albus Patologis.

4.5. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah suatu defenisi yang diberikan kepada

suatu variable atau kontra dengan cara memberikan pengetahuan,

pengetahuan atau lebih menspesifkan kepada kegiatan, ataupun memberi

suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur kontrak atau variable

tersebut (Nursalam, 2020).


47

Tabel 4. 2 Definisi Operasional


NO Variabel Definisi Operasional Paramete Alat ukur Skala Skor
Data
1 Pendidikan Kegiatan menyebarkan Siswi - Ceramah Nominal 1. Umur
Kesehatan pesan atau pengetahuan mengetahu - SAP 2. Kelas
Vulva hynie sehi.ngga remaja jadi pentingnya - Leaflet
lebih mengerti serta bisa pegetahuan
melakukan anjuran yang tentang
ada hubungannya dengan kesehatan
keehatan reproduksi reproduksi
remaja melalui
edukasi
ceramah dan
media cetak
berupa leaflet
2 Perngetahuan Segala Memelihara Kuesioner Interval Skor Jawaban
pencegahan dan benar = 1
Flour Albus meningkatkan salah= 0
Patologis sesuatu yang kesehatan
serta Kriteria
mencegah Baik : 76-
diketahui terjadinya 100%
Flour Albus Cukup : 56-
siswi tentang patologis. 75%
Kurang : ≤ 56%
(Arikunto, 2017)
perngetahuan

yang dapat

mencegah

Fluor albus

Patologis.

3 Sikap Sikap Sikap siswi Kuesioner Ordinal Jika


tentang dalam pertanyaan
pencegahan menanggapi Negatif (skor
Flour Albus adalah suatu peenyataan 20-60)
Patologis tentang sangat tidak
segala aspek setuju : 1
bentuk yang Tidak setuju :
mencakup 2
evaluasi atau pencegahan Setuju : 3
Flour Albus Sangat etuju :
Patologis 4
reaksi
Jika
pertanyaan
perasaan. positif (skor
60-100)
48

Sikap dalam sangat tidak


setuju : 4
Tidak setuju :
penelitian ini 3
Setuju : 2
Sangat setuju :
adalah 1
(Arikunto,
respon 2017)

penerimaan

atau

penolakan

mendukung

atau tidak

terhadap

vulva

hygiene

dalam upaya

pencegahan

Flour Albus

patologis.

4.6. Instrumen penelitian

Alat atau instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

berupa kuesioner, yang di ambil dari peneliti sebelumnya (Nurhumairah,

2020). kuesioner ini digunakan untuk mengetahui data atau karakretistik

sample penelitian (nama, umur, kelas, sosial ekonomi, atau pekerjaan orang

tua.
49

A. 21 pertanyaan pengetahuan pencegahan Flour Albus patologis

instrumen ini menggunakan skala guttman dalam bentuk pilihan ganda,

dengan skor jawaban benar = 1 dan salah = 0, dengan kriteria penilaian

yaitu : baik = 76% - 100%, cukup = 56% - 75%, dan kurang = >-56%

(Astria,2021).

B. 15 pertanyaan sikap tentang pencegahan Flour Albus instrumen ini

menggunakan skala likert terdapat 4 alternatif jawaban dengan sistem

penilaian yaitu :

a. Pernyataan positif : sangat setuju (SS) = 4, setuju (S) : 3, tidak setuju

(TS) = 2, dan sangat tidak setuju ( STS) = 1

b. Pernyataan negatif : sangat setuju (SS) = 1, setuju (S) = 2, tidak setuju

(TS) = 3, sangat tidak setuju (STS) = 5 (Astria, 2021)

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menentuka derajat ketepatan dari

instrument penelitian berbentuk kuesioner atau angket. Uji validitas

penelitian ini dilakukan dengan 22 siswi SMA yang bukan merupakan

responden penelitian, dan menggunak uji “Pearson Product Moment”

dengan taraf signifikansi 5%. Darianalisa tersebut didapatka r tabel 0,444

dengan nilai Df=20.

Hasil dari uji validitas meninjukan tidak ada pernyataan yang tidak

valid, dan untuk mengetahui apakah pernyataan tersebut reliebel dan

dapat digunakan maka semua pernyataan yang valid dilanjutkan

dilakukan uji reliabilitasnya.


50

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau diandalkan, dimana hasil pengukuran

tetap kuesioner bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Kriteria

dari reliabilitas instrument penelitian yaitu nilia Cronbach’s Alpha yang

diperoleh kemudian dibandingkan dengan r product moment pada tabel,

dengan ketentuan jika rhitung > rtabel maka butir instrument dinyatakan

reliabel dan layak digunakan. Jika rhitung < rtabel maka butir instrument

dinyatakan tidak reliabel.

Tabel 4. 4
Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Variabel Cronbach’s Alpha N.of items r Tabel Keterangan


Pengetahuan 0.502 20 0.444 Reliabel
Sikap 0.549 20 0.444 Reliabel

4.7. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

1. Setelah menuntukan judul penelitian disetujui oleh pembimbing 1,

pembimbing 2 dan kemudian dilaporkan kebagian perpustakaan

untuk memasukan judul proposal.

4. Mengajukan surat studi pendahuluan kebagian STIKes Maluku

Husada.
51

5. Setelah mendapat surat studi pendahuluan dari STIKes Maluku

Husada, peneliti mengajukan surat studi pendahuluan ke sekolah MA

BPD Iha - Kulur, sebelumnya peniliti akan memperkenalkan diri

terlebih dahulu, kemudian peniliti memberi tau maksud dan tujuan

pengumpulan data.

b. Tahap Pelaksanaan

1. Identifikasi subjek peneliti “siswi MA BPD Iha-Kulur” yang akan

dijadikan sampel.

2. Peniliti melakukan pertemuan dengan responden, memperkenalkan

diri terlebih dahulu kemudian peneliti memberi tau maksud dari

penelitian, memberi lembar persetujuan responden kepada siswi MA

BPD Iha-Kulur, bagaimana mengisi koesioner dan kesepakan waktu

untuk pengambilan koesioner.

3. Memberikan penyuluhan.

4. Memberikan kuesioner post test untuk di isi oleh responden.

5. pengambilan hasil data koesioner yang telah diisi oleh siswi MA

BPD Iha-Kulur dan data di olah sesuai tahapannya.

4.8. Pengolahan Data

1. Editing

Memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan

pada tahap pengumpulan data. Editing sapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding
52

Coding merupakan kegiatan pem,berian kode numeric (angka) terhadap

data yang diberi dari beberapa kategori.

3. Entri Data

Entri data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat

distribusi frekuensi atau bisa juga dengan membuat table konfigensi.

4. Analiting

Data yang telah dikumpulkan pada saat penelitian kemudian dilakukan

analisis univariate dan bivariate.

5. Cleaning

Cleaning merupakan pengecekan kembali data yang sudah di entri apakah

ada kesalahan atau tidak.

6. Tabulating

Tabulasi merupakan sebuah bentuk dari kegiatan yang dimana akan

menggambarkan jawaban dari sebuah responden dengan cara tertentu.

Sebuah tabulasi juga akan dapat digunakan untuk menciptakan sebuah

statistic deskriptif dengan berbagai macam variabel yang diteliti.

4.9. Analisis Data

a. Analisa univariat

Analisa univariate adalah anilisa secara deskrptif yang bertujuan

untuk menjelaskan atau mendeskrisipkan karekteristik setiap variabel yang

diteliti meliputih usia, jenis kelamin, pendidikan, penyakit kronis yang

dialami dan hubungan siswi yang tinggal bersama keluarga serta masing –
53

masing variabel dependen (pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi)

variabel independen (perilaku pencegahan flour albus patologis).

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariate adalah analisa yang dilakukan apabila telah

dilakukan analisis univariat diatas, akan diketahui karakteristik atau

distribusi setap variabel. Analisa bivariat yang dilakukan untuk mengetahui

pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. (Notoatmodjo, 2017).

Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap siswi

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi menggunakan uji independent T

test. Digunakan uji Mann Whitney sebagai uji alternatif bila data tidak

terdistribusi normal.

4.10. Etika Penelitian

Etika penelitian dalam suatu penelitian keperawatan merupakan hal

yang sangat penting, karena mengingat penelitian keperawatan merupakan

hal yang dilakukan berhubungan langsung dengan individu, keluarga dan

masyarakat (manusia). Sehingga peneliti harus menjaga etika penelitian

sebagai bentuk dari rasa menghargai reponden atau subyek yang diteliti.

Masalah etika dalam keperawatan yang perlu di perhatikan adalah

sebagai berikut:

1. Inform consent (lembar persetujuan responden) merupakan bentuk

persetujuan secara tertulis yang diberikan kepada responden atau

subyek yang diteliti


54

2. Anonymity (kerahasiaan identitas) dimana untuk menjaga kerahasian

responden atau subyek yang diteliti, peneliti tidak mencantumkan nama

tetapi hanya inisial

3. Convidentiality (kerahasiaan informasi) hanya kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian


55

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Letak Geografis dan Data Demografis

MA BPD Iha-Kulur berada di desa IHA kecamatan Huamual

Kabupaten Seram Barat Provinsi Maluku, dengan luas tanah sebesar 2,000

m2 dan memiliki murid yang berjumlah 116 siswa siswi dan jumlah guru 23

orang. Yang berbatatasan wilayah dengan :

1. Sebelah utara dengan desa Luhu

2. Sebelah barat dengan Gunung malintang

3. Sebelah selatan dengan Luhu lama (dusun Iha)

4. Sebelah timur dengan Laut

5.1.2 Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan suatu anilisa yang digunakan untuk

tiap–tiap variabel dari hasil penelitian yang menghasilkan suatu distribusi

frekuensi dan presentase dari masing – masing variabel. Baik variabel bebas

maupun variabel terikat (Notoatmodjo, 2018).


56

1. Karatkteritik Responden

Tabel 5. 1
Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik
responden di MA BPD Iha-Kulur
No Karakteristik Responden Jumlah Siswi N
1 Umur F % F %
15 Tahun 14 44
16 Tahun 10 31 32 100
17 Tahun 8 25
2 Kelas F % F %
X 15 47
32 100
XI 17 53
3 Pekerjaan Orang Tua F % F %
Petani 20 62
PNS 7 22 32 100
Wiraswasta 5 15

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 responden, 14

responden (44%) berumur 15 tahun, 10 responden (31%) berumur 16 tahun, 8

responden (25%) berumur 17 tahun yang terdiri dari 15 responden (47%)

kelas X (sepuluh) dan 17 responden (53%) kelas XI (sebelas). Adapun

pekerjaan orang tua dari responden yaitu 7 responden (22%) bekerja sebagai

PNS, 5 respoden (15%) bekerja sebagai Wiraswasta dan 20 responden (62)

bekerja sebagai Petani.

2. Pengetahuan Para Siswi

Tabel 5. 2
Distribusi frekuensi pengetahuan para siswi dalam pencegahan Flour Albus
patalogis sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan Vulva
Hygiene

Kategori Pengetahuan
Baik Cukup Kurang Total
No F % F % F % F %
1 Pre-Test 0 0 13 41 19 59 32 100
100
2 Post-Test 30 94 2 6 0 0 32
57

Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi

pengetahuan para siswi sebelum diberikan pendidikan kesehatan terdapat 19

responden (59%) memiliki pengetahuan yang kurang, 13 responden (41%)

memiliki pengetahuan cukup, dan tidak ada (0 responden) yang memiliki

pengetahuan baik. Hasil berbeda didapatkan ketika para siswi telah diberikan

pengetahuan seputar pendidikan kesehatan, yang dimana terdapat 30

responden (94%) memiliki pengetahuan baik, 2 responden (6%) memiliki

pengetahuan cukup, dan tidak ada 0 responden yang memiliki pengetahuan

kurang.

3. Sikap Para Siswi

Tabel 5. 3
Distribusi frekuensi sikap para siswi dalam pencegahan Flour Albus
patalogis sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan Vulva
Hygiene

Kategori Sikap
Positif Negatif Total
No f % F % f %
1 Pre-Test 8 25 24 75 32 100
2 Post-Test 30 94 2 6 32 100

Berdasarkan tebel diatas, dapat diketahui bahwa sikap para siswi

sebelum diberikan pendidikan kesehatan dari 32 respoden (100%) terdapat 8

responden (25%) memiliki sikap positif dan 24 responden (75%) memiliki

sikap negative, sedangkan sikap para siswi setelah diberika pendidikan

kesehatan dari 32 responden (100%) terdapat 30 responden (94%) memiliki

sikap positif dan 2 responden (6%) memiliki sikap negatif.


58

5.1.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel

independen (pendidikan kesehatan Vuvla Hygiene) dengan variabel

dependen (pengetahuan dan sikap pencegahan Flour Albus Patalogis).

Tabel 5. 4
Statistik Deskriptif Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Vulva Hygiene Para Siswa MA BPD Iha-Kulur

95% Nilai Total


N Min Mean Max SD Median
CI Kuesioner
Pengetahuan
48.26
Pre_Test 32 38 51.69 71 9.502 50.00
55.11
20
80.95
Post_Test 32 71 83.25 95 6.391 83.50
85.55
Sikap
52.52
32 33 55.50 72 8.270 57.00
Pre_Test 58.48
16
78.40
32 53 82.41 98 11.118 83.00
Post_Test 86.41

Tabel 5. 5
Uji Norrmalitas (Shapiro Wilk)

Sig.
Pengetahuan
Pre_Test .045
Post_Test .088
Sikap
Pre_Test .097
Post_Test .031

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa data berdistribusi

tidak normal, diketahui dari nilai signifikansi yang diperoleh < 0.05. untuk

uji normalitas ini menggunakan uji shapiro wilk diebabkan uji ini lebih

tepat jika digunakan untuk melakukan uji normalitas pada sampel yang
59

kurang dari 50. Berdasarkan dari hasil uji normalitas yang dilakukan maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa data setelah diberikan intervensi

berdistribusi tidak normal dengan nilai pengetahuan 0,88 dan sikap 0,031.

Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikansi dari 0,05

(sig. > 0,05).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini tidak dapat

menggunakan uji T test berpasangan melainkan menggunakan uji tak

berpasangan yaitu uji Mann Whetney.

Tabel 5. 6
Hasil uji Mann Whetney
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Vulva Hygiene terhadap pengetahuan
pencegahan Flour Albus patalogis para siswi MA BPD Iha-Kulur

Asymp. Sig.
N Mean
(2-tailed)

Pre-Test 32 16.53
0.000
Post_Test 32 48.47

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui rata-rata pengetahuan

sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 16,53 dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan adalah 48,47. Terlihat nilai perbedaan antara nilai

pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah

31,94. Maka hasil uji statistik didaptakan nilai sig. 0,000 (<0,05) dapat

disimpulkan bahwa “hipoteis diterima” ada perbedaan yang signifikan antara

nilai pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.


60

Tabel 5. 7
Hasil uji Mann whetney
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Vulva Hygiene terhadap Sikap Pencegahan
Flour Albus patalogis para siswi MA BPD Iha-Kulur

Asymp. Sig.
N Mean
(2-tailed)

Pre_Test 32 17.97
0.000
Post_Test 32 47.03

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui rata-rata nilai sikap sebelum

diberikan pendidikan kesehatan adalah 17,97 dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan adalah 47,03. Terlihat nilai perbedaan antara nilai

pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah

29,06. Maka hasil uji statistik didaptakan nilai sig. 0,000 (<0,05) dapat

disimpulkan bahwa “hipotesis diterima” ada perbedaan yang signifikan antara

nilai sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, tentang pengaruh

pendidikan kesehatan Vulva Hygiene terhadap pengetahuan dan sikap

pencegahan Flour Albus patalogis pada siswi MA BPD Iha-Kulur.

5.2.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Para Siswi dalam Pencegahan

Flour Albus Patalogis Sebelum dan Sesudah Diberikan

Pendidikan Kesehatan Vulva Hygiene

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi pengetahuan para

siswi tentang pengetahuan pencegahan Flour Albus patalogis sebelum dan


61

sesudah diberikan pendidikan kesehatan Vulva Hygiene dapat diketahui

bahwa dari 32 responden (100%) terdapat 19 responden (59%) memiliki

pengetahuan yang kurang, 13 responden (41%) memiliki pengetahuan cukup,

dan tidak ada (0 responden) yang memiliki pengetahuan baik. Hasil berbeda

didapatkan ketika para siswi telah diberikan pengetahuan seputar pendidikan

kesehatan, yang dimana terdapat 30 responden (94%) memiliki pengetahuan

baik, 2 responden (6%) memiliki pengetahuan cukup, dan tidak ada (0

responden) yang memiliki pengetahuan kurang.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini yang terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman rasa dan raba yang artinya pengetahuan dapat diperoleh dari mana

saja. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dn telinga

seperti poster, koran dan sumber informasi yang berbentuk tulisan dan

informasi yang berbentuk suara seperti seminar, penyuluhan dan lain-lain

(Pertiwi, 2018).

Banyak faktor yang dapat meningkatkan pengetahuan seseorang,

seperti pengalaman yang dapat dijadikan cara untuk menambah pengetahuan

seseorang tentag sutu hal. Selain itu umur juga mempengaruhi daya tangkap

dan pola pikir seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik

(Adawiyah, 2017).

Penelitian yang dilakukan (Hanipah, 2020) pada siswi SMKN 2

Godean menunjukan bahwa siswi SMKN 2 Godean terseut memilik


62

pengetahuan yang cukup mengenai keputihan. Hal ini dikarenakan para siswi

kurang mendapatkan informasi mengenai keputihan.

Menurut asumsi peneliti terdapat peningkatan pengetahuan yang

signifikan, disebabkan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses

pemberian pendidikan kesehatan, sehingga informasi yang disampaikan

mudah diterimaoleh responden. Selain menggunak metode ceramah

penelitian ini juga menggunakan metode alat bantu leaflet, karena dengan

membaca responden akan dapat mengingat 10% dari yang dibacanya,

responde juga dapat mengingat 30% dari apa yang dilihat, dan responden

dapat mengingat 50% dari apa yang didengar.

5.2.2 Distribusi Frekuensi Sikap Para Siswi dalam Pencegahan Flour

Albus Patalogis Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan

Kesehatan Vulva Hygiene

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi pengetahuan para

siswi tentang sikap pencegahan Flour Albus patalogis sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan Vulva Hygiene dapat diketahui bahwa dari 32

responden (100%) terdapat 8 responden (25%) memiliki sikap positif dan 24

responden (75%) memiliki sikap negative, sedangkan sikap para siswi setelah

diberika pendidikan kesehatan dari 32 responden (100%) terdapat 30

responden (94%) memiliki sikap positif dan 2 responden (6%) memiliki sikap

negatif.

Sikap merupakan penilaian atau pendapat seseorang terhadap stimulus

atau objek, banyak faktor yang mempengaruhi sikap seseorang seperti


63

pengalaman pribadi, pengaruh orang lainyang dianggap penting, faktor

emosional, pengaruh kebudayaan, media masa dan lembaga pendidikan

(Pertiwi, 2018).

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh (Astria, 2021) pada siswi

SMK PGRI 2 Kota Jambi menunjukan bahwa siswi SMK PGRI 2 Kota Jambi

tersebut memiliki nilai sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan jauh

lebih rendah dari setelah diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini dikarenakan

para siswi kurang mendapatkan informasi mengenai keputihan sehingga

mempengaruhi sikap mereka dalam pencegahan keputihan.

Menurut asumsi peneliti, adanya perbedaan sikap para siswi dalam

pencegahan Flour Albus patalogis sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan dikarenkan responden yang telah diberi stimulus/objek tentang

pendidikan kesehatan Vulva Hygiene terjadi peningkatan pengethuan,

sehingga responden mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

diketahui, dan diproses selanjutnya responden melaksanakan atau

mempraktikan apa yang diketahui dan disikapi dengan baik.

5.2.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Vulva Hygiene terhadap

Pengetahuan Pencegahan Flour Albus Patalogis Siswi MA BPD

Iha-Kulur

Hasil yang diperoleh pada penelitian dapat diketahui rata-rata

pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 51,69 dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah 83,25. Terlihat nilai

perbedaan antara nilai pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan


64

pendidikan kesehatan adalah 31,56. Penelitia ini juga menggunakan uji

Wilcoxon signed ranks test yang didaptkan hasil nilai p= 0,000 (<0,05).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian (Pertiwi, 2018) dengan

judul pengaruh Helath Education tentang Vulva Hygiene terhadap

pengethuan dan sikap remaja putri dalam pencegahan keputihan (Flour

Albus) di SMP Negeri 1 Labuhan Deli, didapatkan hasil dengan

menggunakan uji Wilcoxon signed ranks test yaitu p= 0,000 yang artinya

ada pengaruh pendidkan kesehatan Vulva Hygiene terhadap pengetahuan

dan sikap para siswi.

Penelitian yang sama juga dilakukan (Hanipah, 2020) pada siswi

SMKN 2 Godean menunjukan bahwa siswi SMKN 2 Godean terseut memilik

pengetahuan yang cukup mengenai keputihan. Hal ini dikarenakan para siswi

kurang mendapatkan informasi mengenai keputihan.

Menurut asumsi peneliti terdapat peningkatan pengetahuan yang

signifikan, disebabkan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses

pemberian pendidikan kesehatan, sehingga informasi yang disampaikan

mudah diterimaoleh responden. Selain menggunak metode ceramah

penelitian ini juga menggunakan metode alat bantu leaflet, karena dengan

membaca responden akan dapat mengingat 10% dari yang dibacanya,

responde juga dapat mengingat 30% dari apa yang dilihat, dan responden

dapat mengingat 50% dari apa yang didengar.


65

5.2.4 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Vulva Hygiene terhadap Sikap

Pencegahan Flour Albus Patalogis Siswi MA BPD Iha-Kulur

Hasil yang diperoleh pada penelitian dapat diketahui rata-rata nilai

sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 55,50 dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan adalah 82,41. Terlihat nilai perbedaan

antara nilai pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan adalah 26,91. Penelitia ini juga menggunakan uji Wilcoxon signed

ranks test yang didaptkan hasil nilai p= 0,000 (<0,05).

Pendidikan kesehatan juga merupakan suatu proses belajar untuk

mengembangkan pengetahuan yang benar dan sikap yang positif dari

individu atau kelompok terhadap kesehatan yang bersangkutan mempunyai

cara hidup sehat sebagai bagian dari hidupnya sehari-hari atas kesadaran

dan kemauannya sendiri. Tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah

sikap dan perilaku individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang

poitif secara terencana melalui proses belajar (Yulfitria, 2017).

Secara keseluruhan hasil penelitian menunjuka bahwa pendidikan

kesehatan sangat efektif terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap para

siswi atau remaja putri dalam melakukan tentang Vulva Hygiene yang benar

dalam upaya pencegahan keputihan. Hal ini didukung oleh penelitian

(Pertiwi, 2018) yang menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan

tentang Vulva Hygiene terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri yang

mengalami keputihan di SMP Negeri 1 Labuhan Deli dengan value= 0,000,


66

dan (Astria, 2021) yang dilakukan di SMK PGRI 2 kota jambi, dimana

dalam penelitiannya juga mendapatkan hasil yang serupa.

Menurut asumsi peneliti pendidikan kesehatan yang diberikan kepada

responden tentang Vulva Hygiene merupakan salah satu bentuk tindakan

atau kegiatan yang dapat dilakukan untuk merubah pengetahuan dalam

upaya pencegahan keputihan. Responden juga akan mengubah sikapnya

dengan beberapa cara, salah satunya yang disebut dengan cognitive

dissonance yaitu adanya suatu keseimbangan tentang kemantapan

pengertian yang sudah dimiliki responden. Cognitive dissonance akan

timbul pada responden jika melengkapi hal-hal yang baru, dimana

responden akan mengembalikan keseimbangan melalui suatu proses

rasionalisasi dengan mengubah pengertian atau sikapnya.

5.3. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang dimiliki peneliti dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pada kuesioner (sikap) tidak ada pernyataan negatif, sehingga

kurang maksimal untuk melihat sikap dari pada responden, dimana

seharusnya ada setidaknya 1 pernyataan negatif.

2. Waktu pemberian pendidikan kesehatan, dikarenakan waktu yang

diberikan cukup terbatas peneliti merasa pemberian pendidikan

kesehatan masih kurang maksimal.


67

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan

yang telah diuraikan sebelumnya mengenai “pengaruh pendidikan kesehatan

Vulva Hygiene terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan Flour Albus

patologis pada siswi MA BPD Iha – Kulur” maka diperoleh suatu

kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata pengetahuan siswi sebelum

diberikan pendidikan kesehatan adalah 51,69 dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan adalah 83,25. Terlihat nilai perbedaan antara nilai

pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah

31,56.

2. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata nilai sikap siswi sebelum diberikan

pendidikan kesehatan adalah 55,50 dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan adalah 82,41. Terlihat nilai perbedaan antara nilai pengetahuan

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah 26,91.

3. Berdasarkan hasil uji statistik Mann Whitney test angtara variabel

pendidikan kesehatan vulva hygiene dengan tingkat pengetahun dan sikap

menunjukan nilai p value =0,000, dimana nilai p value <a = 0.5 maka ada

pengaruh antara pendidikan kesehatan vulva hygiene terhadap pengetahuan

dan sikap pencegahan Flour Albus patologis pada siswi MA BPD Iha –

Kulur.
68

6.2. Saran

6.2.1. Saran Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah

wawasan dan pengetahuan serta menjadi sumber informasi khususnya

untuk kesehatan reproduksi.

6.2.2. Saran Praktis

1. Bagi responden.

Diharapkan bekerja sama dengan orang tua,guru maupun petugas

kesehatan jika memiliki masalah terkait dengan kesehatan

reproduksi khususnya praktik Hygiene dalam pencegahan Flour

Albus / keputihan.

2. Bagi MA BPD Iha – Kulur.

Diharapkan dapat membuat suatu program penyuluhan kesehatan

di sekolah yang berkerja sama dengan puskesmas setempat.

Penyuluhan ini akan membantu remaja memperoleh informasi dan

menambah wawasan mereka tentang kesehatan reproduksi. Pihak

sekolah juga disarankan untuk menjalankan egiatan UKS dengan

sebaik – baiknya untuk memelihara kesehatan para siswi – siswi.

3. Bagi institut kesehatan.

Diharapkan lebih menambah sumber perpustakaan mengenai Vulva

Hygiene dan keputihan sehingga peserta didik lulusan mahir

memberikan konseling yang baik bagi semua orang khususnya

pada remaja putri erta memberi tahu mengenai hal – hal apa saja
69

yang perlu diperhatikan dalam praktik Hygiene sehingga dapat

mencegah terjadinya Flour Albus patologis.

4. Bagi peneliti selanjutnya.

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui variabel lain, yang

diduga berpengaruh dengan pengetahuan dan sikap dalam

pencegahan Flour Albus / keputihan dengan jumlah sampel yang

lebih banyak sehingga representative.


Daftar Pustaka

Adawiyah, K. D. (2017). Hubungan Pegetahuan, Sikap Dan Perilaku Kesehatan


Reproduksi Dengan Kejadian Keputihan (Flour Albus) Pada Siswi Sma
Se-Derajat Di Wilayah Tanggerang Selatan. Uin Syarif Hidayatullah;
Jakarta, 1-78.

Ahmad Ali Eslami, F. G. (2020). Evaluation Of A School-Based Educational


Program To Prevent Adolescents’ Problem Behaviors. Journal Of
Education And Health Promotion | Vol. 4 | March 2015, 1-7.

Arikunto, S. (2017). Pengembangan Instrumen Penelitian Dan Penilaian


Program. Pustakapelajar.Co.Id: Pustaka Pelajar.

Astria, N. (2021). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang


Perilaku Pencegahan Kejadian Keputihan (Flour Albus). Scientia
Journalvol 10 No 2, 347-354.

Bassh. (2019). Management Of Vaginal Discharge In No Genituory Medicine


Setting. England: Clinical Effectiveness Unit.

Bkkbn. (2018). Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kesehatan


Reproduki Remaja. Bkkbn.

Dinkes. (2021). Dinas Kesehatan Dukcapil Maluku. Maluku:


Https://Databoks.Katadata.Co.Id.

Dyah Fitri Suryandari, Z. R. (2018). Hubungan Pemakaian Sab Un Pembersih


Kewanitaan Dengan Terjadin Yakeputihan Pada Wanita Usia Subur (Wus)
Di Desa Karang Jeruk Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto. Hospital
Majapahit Vol 5no. 1 Pebruari 2013, 32-47.

Green, L. (1980). Health Education : A Diagnosis Approach. The John Hopkins :


Mayfield Publishing Co.

Hanipah, N. (2020). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Vulva Hygiene Dalam


Menangani Keputihan (Fluor Albus) Pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan
Mesencephalon, Vol.6 No.2, Hlm 132-136.

Iskandar, H. S. (2019). Pengaruh Modeling Media Video Cuci Tangan Terhadap


Kemampuan Cuci Tangan Pada Siswa Kelas 4 Di Sd Wonosari 02
Mangkang Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Ilmu Kebidanan, Hal
7.
Kemendesa. (2022). Ini Daerah Tertingggal Menurut Perpres.
Www.Kemendesa.Co.Id, Diakse Tangal 15 April 2022.

Kusmiran, E. (2021). Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta:


Salemba Medika 21.

Manuamba. (2019). Penyakit Kandungan. Jakarta: Egc: Ilmu Kebidanna.

Menarche, A. P. (2017). Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Monalisa, B. A. (2021). Clinical Aspects Fluor Albus Of Female And Treatment.


Journal Of Dermatology And Venereology. Ijdv, 1 (1), 19-29.

Ncbi. (2018). Digilib.Esaunggul.Ac.Id/Public/Ueuundergraduate. P. 5790.: Pdf.

Nikmah, U. S. (2018). Personal Hygiene Habits Dan Kejadian Flour Albus


Patologis Pada Santriwati Pp Al-Munawwir, Yogyakarta . Jurnal Mkmi,
Vol. 14 No. 1,, 36-43.

Noor, N. (2018). Epidemiologi Penyakit Menular. In N. N. Noor, Pengantar


Epidemiologi Penyakit Menular (P. 96 Hlm ; 21 Cm). Jakarta: Rineka
Cipta.

Notoatmodjo, S. (2017). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2017). Manajemen Keperawatan. In A. D. Nursalam, Edisi 2 (P. 526


Hlm. : Ilus. ; 26 Cm.). Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. In P. P. Nursalam,


Edisi 5 (Pp. Xii, 504 Halaman: Ilustrasi ; 26 Cm). Jakarta: Salemba Empat.

Pertiwi, D. (2018). Pengaruh Health Education Tentang Vulva Hygiene Terhadap


Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Pencegahan Keputihan
(Flour Albus) Di Smp Negeri 1 Labuhan Deli. Institut Kesehatan Helvetia,
1-158.

Purwoastuti, E. D. (2021). Perilaku & Sofskills Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press.

Wawan, A. &. (2019). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan Sikap Dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Http://Www.Perpus.Poltekkestasikmalaya.Ac.Id//Index.Php?P=Show_Det
ail&Id=2329.

Who. (2018). Adolescent Health. Diakses Tanggal 12 April (22.05):


Http://Www.Who.Int/Topics/Adolescent_Health/En/.

Yulfitria, F. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dalam Meningkatkan


Pengetahuan Tentang Pencegahan Keputihan Patologis. Jurnal Bidan
³0lgzlih-Rxuqdo¥ Volume 3 No. 02, Juli 2017, 82-92.

Zubier. (2019). Keputihan Kenali Penyebabnya. Http://Www.Kliniknet.Com:


Diakses Tanggal 15 April 2022.
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Jahra f. Asawala
NPM : 1420118276
adalah mahasiswa program studi ilmu keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Maluku Husada, akan melakukan penelitian dengan judul :
“Pengaruh pendidikan kesehatan Vulva Hygiene terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap pencegahan Flour Albus patologis pada
siswi MA BPD Iha - Kulur
Untuk maksud diatas, maka saya mohon dengan hormat kepada Saudara/i untuk
menjadi responden dalam penelitian ini :
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifiksi pengaruh pendidikan
kesehatan Vulva Hygiene terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap Flour
Albus patologis pada siswi MA BPD Iha - Kulur.
2. Kesediaan Saudara untuk menandatangani informed consent.
3. Identitas Saudari akan dirahasiakan sepenuhnya oleh peneliti.
4. Kerahasiaan informasi yang diberikan Saudari dijamin oleh peneliti karena
hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap pada siswi MA BPD Iha - Kulur dalam
pencegahan Flour Albus patologis.
Atas perhatian dan partisipasi Saudari sekalian saya ucapkan terima kasih.

…………..…………… 2022
Hormat Saya,

Jahra F.Asawala
Lampiran 02

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi
peserta/responden penelitian yang dilakukan oleh jahra f. asawala mahasiswai
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Maluku Husada yang berjudul :
“Pengaruh pendidikan kesehatan Vulva Hygiene terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap pencegahan Flour Albus patologis pada
siswi MA BPD Iha - Kulur
Pada penelitian ini saat proses wawancara berlangsung dilaksanakan di
tempat yang telah disepakati sebelumnya dan kerahasiaan identitas pasien terjaga
sehingga terjadinya resiko sangat minimal. Responden yang terlibat pada
penelitian ini akan mendapatkan intensif berupa souvenir dari peneliti. Apabila
terjadi permasalahan selama dan setelah penelitian ini berlangsung dapat
menghubungi nomor peneliti (082217286953)
Persetujuan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kairatu, …………… 2022

Responden
Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG VULVA HYGIENE


TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN FLUOR
ALBUS PATOLOGIS PADA SISWI MA BPD Iha - Kulur

Karakteristik Responden
Inisial :
Kelas :
Umur :

KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN FLUOR


ALBUS PATOLOGIS
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER :

Pada lembar pernyataan dibawah ini, ada 21 pernyataan, menggunakan skala


gutman dengan cara penilaian, jawablah jika di anggap benar nilainya : 1 dan
salah nilainya : 2. di mohon agar pengisian kuesioner penelitian ini dilakukan
secara teliti agara tidak ada pernyataan yang terlewat dan diisi dengan sejujur-
jujurnya karena tidak ada dampak dari hasil penelitian ini.

NO. PERNYATAAN BENAR SALAH

1. Keputihan merupakan cairan/secret yang keluar dari


alat kelamin wanita yang berwarna putih dan bukan
merupakan darah.

2. Keputihan tidak normal adalah keputihan yang


berwarna putih jernih,, tidak berbau dan tidak gatal.

3. Keputihan normal adalah keluarnya cairan yang


berlebihan, kekuning-kuningan,berbauh dan gatal.

4. Cara membasuh daerah kewanitaan adalah dari depan


(vagina) ke belakang (anus)

5. Membasuh/membersihkan daerah kewanitaan harus


menggunakan sabun ber PH tinggi

6. Untuk mengeringkan daerah kewanitaan setelah buang


air kecil atau buang air besar dengan menggunakan
tissue yang berparfum
7. Jenis pakaian dalam (celana dalam) yang baik adalah
terbuat dari bahan nylon

8. Pakaian dalam yang terbuat dari bahan nylon


membuat daerah kewanitaan menjadi lembab

9. Pakaian dalam yang terbuat dari bahan nylon lebih


baik dari pada pakaian dalam yang terbuat dari bahan
katun

10. Mengganti pakaian dalam 1 kali dalam sehari sudah


cukup

11. Memakai pakaian dalam selama 2 hari berturut – turut


adalah kebiasaan baik

12. Cairan pembersih khusus vagina baik digunakan


setiap hari

13. Membersihkan daerah Vulva Hygiene lebih baik selalu


menggunakan larutan antiseptic khusus vagina

14. Memakai sembarang sabun untuk membersihkan


Vulva Hygiene tidak menimbulkan keputihan.

15. Pemakaian cairan antiseptic pada vagina dapat


mengganggu keseimbangan bakteri normal pada
vagina

16. Pakaian dalam berbahan katun dapat menyerap


keringat dengan baik

17. Pembalut yang baik adalah yang lembut dan menyerap


dengan baik

18. Mengganti celana dalam 2 kali dalam sehari dapat


mencegah terjadinya infeksi jamur, keputihan dan bau
tidak sedap pada alat kelamin

19. Menggunakan pantyliners/pembalut lebih dari 6 jam


dapat meningkatkan resiko keputihan

20. Pemakaian pembalut 2 kali dalam sehari sudah cukup


baik.

21. Stress dan kelelahan bisah menimbulkan keputihan.


KUESIONER SIKAP PENCEGAHAN FLUOR ALBUS PATOLOGIS

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER :

Pada lembar pernyataan dibawah ini, jawablah pada bagian kolom yang tersedia
dibagian kanan pernyataan dengan mengisi centang/ceklis (√). Dimohon agar
pengisian kuesioner penelitian ini dilakukan secara teliti agara tidak ada
pernyataan yang terlewat dan diisi dengan sejujur-jujurnya karena tidak ada
dampak dari hasil penelitian ini.

STS : Sangat Tidak Setuju


TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
NO. PERNYATAAN STS TS S SS

1. Kebersihan daerah kewanitaan adalah hal yang sangat


penting untuk mencegah terjadinya gangguan pada alat
kelamin seperti, keputihan, iritasi, infeksi, gatal – gatal
gatal dan lainnya

2. Sebelum menyentuh daerah kewanitaaan harus


mencuci tangan terlebih dahulu agar kuman yang dari
tangan tidak masuk kedalam vagina.

3. Cara benar untuk membasuh daerah kewanitaan adalah


dari arah depan (vagina) ke belakang (anus)

4. Membasuh daerah kewanitaan dari arah depan ke


belakang untuk mencegah bakteri dari anus masuk ke
vagina

5. Untuk membasuh daerah kewanitaan harus


menggunakan air dari kran langsung karena merupakan
air yang bersih dan belum terkontaminasi oleh bakteri

6. Untuk menghindari kelembapan di daerah kewanitaan,


seharusnya alat kelamin dikeringkan dengan tissue non
parfum setelah buang air besar dan buang air kecil

7. Pemakaian cairan antiseptic khusus daerah kewanitaan


dapat mengganggu keseimbangan bakteri normal pada
vagina

8. Saat menstruasi sebaiknya mengganti pembalut 3 – 4


kali dalam sehari

9. Celana dalam yang terbuat dari bahan katun dapat


menyerap keringat dengan baik

10. Mengganti celana dalam 2 kali sehari adalah salah satu


contoh menjaga kebersihan daerah kewanitaan

11. Celana dalam yang lembab dapat menyebabkan


gangguan pada alat kelamin seperti, keputihan, iritasi,
infeksi, gatal – gatal gatal dan lainnya

12. Pantyliners yang digunakan lebih dari 6 jam dapat


meningkatkan resiko terjadinya keputihan

13. Celana dalam ketat dan berbahan karet tidak dapat


menyerap keringat dengan baik

14. Rambut kemaluan harus dicukur atau dirapikan agar


tidak lembab di daerah kewanitaan

15. Sebaiknya mengganti celana dalam saat basah adalah


salah satu cara mencegah alat kelamin agar tidak
lembab.
Lampiran 3

SAP

(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Pokok Bahasan : Kesehatan Organ Reproduksi Wanita


Sub pokok bahasan : Fluor Albus ( Keputihan ) dan Praktik Hygiene
Sasaran : Siswi MA BPD Iha - Kulur kelas
Waktu : 45 menit
Tempat : Ruang Kelas MA BPD Iha - Kulur
Penyuluhan : Jahra f. asawala

A. TUJUAN
1. Tujuan umum
Agar siswi mengetahui lebih luas tentang vulva hygiene dalam
mencegah keputihan

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit diharapkan siswi dapat
mengertitentang:
a. Memahami tentang pengertian keputihan
b. Jenis jenis keputihan
c. Dapat mengetahui penyebab keputihan
d. Dapat mengerti tanda dangejala keputihan
e. Memahami akibat keputihan
f. Memahami penanganan keputihan
g. Memahami cara mencegah keputihan dengan vulva hygiene yang benar

B. MEDIA
1) Leaflet
C. MATERI

Terlampir
D. KEGIATAN PENYULUHAN

No Kegiatan Penyuluhan

Pembicara Peserta Waktu


Pembukaan
1 • Memberi Salam • Menjawab salam
• Memperkenalkan diri • Mendengarkan
• Menyampaikan topik • Mendengarkan 10 Menit
• Menjelaskan • Mendengarkan
tujuanpenyuluhan

2. Isi
• Memberikan kuesioner • Mendengarkan dan
pre test untuk diisi oleh memperhatikan serta
responden mengisi kuesioner 30 Menit
• Memaparkan materi
penyuluhan
• Memberikan kuesioner
post test untuk diisi
oleh responden

3. Penutup
• Menyimpulkan hasil • Mendengarkan
penyuluhan • Menjawab salam 5 menit
• Memberi salam

E. Evaluasi
• Siswi mengisi kuesioner pre test dengan baik
• Siswi memperhatikan materi penyuluhan yang dipaparkan oleh
penyuluh
• Siswi memahami apa yang disampaikan penyuluh
• Siswi mampu kembali mengisi kuesioner post test dengan benar
Materi Penyuluhan

Fluor Albus (Keputihan) dan


Pencegahan Keputihan dengan Vulva Hygiene yang benar

A. Pengertian Keputihan (Fluor Albus)


Keputihan (fluor albus) adalah cairan yang keluar berlebihan dari
vagina bukan merupakan darah. Keputihan terbagi atas dua macam, yaitu
keputihan fisiologis dan keputihan patologis.
1. Keputihan Fisiologis

Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa


muskus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang,
sedangkan keputihanpatologis banyak mengandung leukosit.
Keputihan fisiologis atau disebut juga dengan keputihan normal
memiliki ciri-ciri:
1) Cairan keputihannya encer
2) Cairan yang keluar berwarna krem atau bening
3) Cairan yang keluar tidak berbau
4) Tidak menyebabkan gatal
5) Jumlah cairan yng keluar terbilang sedikit

2. Keputihan Patologis

Keputihan patologis merupakan cairan eksudat dan cairan ini


mengandung banyak leukosit.Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh
terhadap adanya jejas (luka).Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi
mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker dan
neoplasma ganas. Kuman penyakit yang menginfeksi vagina seperti
jamur candida albican, parasit trikomonas, Ecoli,staphylococcus,
treponema palidum, kondiloma akuminata dan herpes serta luka di
daerah vagina, benda asing yang tidak disengaja, atau sengaja masuk ke
vaginadan kelainan serviks.
Keputihan patologis memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Cairannya bersifat kental


2) Cairan yang keluar memiliki warna putih seperti susu, atau
berwarna kuning atau juga hijau.
3) Keputihan patologis menyebabkan rasa gatal
4) Cairan yang keluar memiliki bau yang tidak sedap.
5) Biasanya menyisakan bercak-bercak yang terlihat pada celana
dalam wanita.
6) Jumlah cairan yang keluar sangat banyak.
B. Penyebab Keputihan

Keputihan (fluor albus) yang fisiologis dapat ditemukan pada: Bayi


baru lahir sampai umur kira-kira sepuluh hari. Hal ini dikarenakan adanya
pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin
1) Saat menarche karena pengaruh estrogen yang meningkat
2) Rangsangan saat koitus terjadi pengeluaran transudasi dari dinding
vagina
3) Saat masa ovulasi adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada
mulut rahim
4) Kehamilan menyebabkan peningkatan mucus servik yang padat
sehingga menutupi lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman
masuk ke rongga uterus
5) Penggunaan kontrasepsi hormonal atau mengubah metode kontrasepsi

Keputihan patologis dapat disebabkan beberapa hal berikut ini, yaitu:


1) Infeksi Jamur
2) Bakteri
a) Gardnerella Vaginalis
b) Gonokokus
c) Klamidia Trakomatis
d) Parasit
e) Virus
f) Kelainan Alat Kelamin Didapat atau Bawaan
g) Benda Asing
h) Neoplasma Jinak dan Kanker
i) Menopause
j) Fisik
k) Iritasi
a. Sperma, pelican, kondom
b. Sabun cuci dan pelembut pakaian
c. Deodorant dan sabun
d. Cairan antiseptik untuk mandi
e. Pembersih vagina
f. Kertas tisu toilet yang tidak berwarna
g. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keputihan sebaiknya dilakukan sedini mungkin untuk
menghindari komplikasi sekaligus untuk menyingkirkan adanya penyebab
lainseperti kanker leher rahim yang memiliki gejala keputihan berupa secret
encer, berwarna merah muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta
berbau busuk.
Penatalaksanaan keputihan dilakukan tergantunng pada
penyebabnya.Umumnya obat-obatan untuk mengatasi penyebab dan
mengurangi keluhan.Misalnya diberikan obat golongan flukonazol untuk
mengatasi infeksi jamur dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi
bakteri dan parasit.Sediaan obat yang diberikan dapat berupa sediaan oral,
sediaan vagina.Pada penderita yang sudah memiliki pasangan, sebaiknya
pasangannya juga diberi pengobatan, serta diberi anjuran untuk tidak
berhubungan seksualselama dalam pengobatan.
D. Cara Pencegahan Keputihan dengan Vulva Hygiene yang Benar

Menjaga kebersihan organ genityalia dan sekitarnya merupakan


salah satu upaya pencegahan keputihan, yaitu dengan:
a) Menggunakan pakaian dalam yang bersihdan kering serta mengganti
pakaian dalam 2-3 kali sehari. Pakaian dalam yang digunakan juga yang
berbahan dasar katun agar menyerap keringat. Hindari penggunaan
celana dalam yang ketat untuk menghindari organ genitalia dalam
keadaan lembab yang berlebihan.
b) Menggunakan pantyliner yang terlalu sering juga dihindari.
c) Membersihkan dan mengeringkan vagina dengan cara yang benar
setelah buang air,yaitu dengan arah depan ke belakang dan bukan arah
sebaliknya, karna hal itu dapat meningkatkan resiko terjadinya
pemindahan bakteri dari anus ke vagina dan menyebabkan peningkatan
resiko infeksi.
d) Sebelum menyentuh vagina, sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu
karena tangan merupakan tempat yang paling sering ditempeli kotoran
dan bakteri sehingga jika menempel di vagina akan meningkatkan
rresikoterjadinyainfeksi.
e) Setelah membasuh organ genitalia, perlu dikeringkan dengan tisu toilet
agar kondisi vagina tidak lembab.
f) Perlu juga memotong bulu kemaluan secara rutin untuk mengurangi
kelembapan di vagina, karena bakteri akan berkembang biak dengan
cepat keadaan lembab. Jangan mencabut rambut kemaluan, karena
dengan mencabutnya akan meninggalkan lubang yang dapat menjadi
lubang jalan masuk bakteri, jamur ataupun kuman.
g) Menghindari penggunaan cairan vagina karena penggunaan yang
berlebihan dapat menumbuh flora baik yang ada di vagina dan
diusahakan menghindari penggunaan parfum, sabun antiseptic yang
keras maupun penggunaan cairan pembersih yang terus menerus karena
dapat merusak keseimbangan normal pada vagina.
h) Ketika menggunakan kamar mandi umum dengan kloset jongkok, perlu
diperhatikan kebersihan bibir kloset. Sebaiknya sebelum menggunakan
bibir kloset diguyur dan dikeringkan dengan tisu toilet.
i) Apabila membersihkan daerah kewanitaan dengan sabun sebaiknya
bagian luarnya saja dan dibilas sampai bersih agar tidak ada sisa sabun
yang tersisa, karna bila masih terdapat sisa sabun kurang baik untuk
kesehatan organ genitalia karena dapat menimbulkan penyakit.
j) Jika ingin menggunakan bedak sebaiknya adalah diusapkan di telapak
tangan setelah itu baru usapkan ke daerah luputan paha yang biasanya
lembab dan mudah iritasi. Hindari bedak masuk ke vagina.
E. Komplikasi
Keputihan dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti :
a) Terjadinya infeksi pada saluran berkemih dan abses kelenjar bartolin
b) Jika ibu hamil mengalami keputihan akibat infeksi trikomonas dapat
mengakibatkan kelahiran premature
c) Infeksi yangmenyebar ke atas atau ke organ reproduksi seperti
endometrium, tuba falopii, dan serviks menyebabkan terjadinya
penyakit inflamasi pada panggul (PID) yang sering menimbulkan
infertilitas dan perlengketan saluran tuba yang memicu terjadinya
kehamilan ektopik.
Lampiran 4
Lampiran 5
MASTER TABEL
PENGETAHUAN PARA SISWI SEBELUM DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN VULVA HYGIENE
MA BPD Iha-Kulur

NO Pengetahuan tentang pencegahan Flour Albus Patalogis


Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Jumlah % Kategori
1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 10 48 Kurang
2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 13 62 Cukup
3 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 62 Cukup
4 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 11 52 Kurang
5 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 13 62 Cukup
6 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 10 48 Kurang
7 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 12 57 Cukup
8 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15 71 Cukup
9 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 8 38 Kurang
10 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 8 38 Kurang
11 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 10 48 Kurang
12 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 12 57 Cukup
13 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 8 38 Kurang
14 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 8 38 Kurang
15 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10 48 Kurang
16 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 13 62 Cukup
17 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 12 57 Cukup
18 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10 48 Kurang
19 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 11 52 Kurang
20 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 14 67 Cukup
21 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 13 62 Cukup
22 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 13 62 Cukup
23 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 11 52 Kurang
24 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 10 48 Kurang
25 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 9 43 Kurang
26 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 9 43 Kurang
27 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9 43 Kurang
28 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 13 62 Cukup
29 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 8 38 Kurang
30 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 9 43 Kurang
31 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10 48 Kurang
32 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 12 57 Cukup
32 14 9 22 11 7 18 15 11 1 4 26 24 9 14 25 28 21 20 17 19
% 100% 44% 28% 69% 34% 22% 56% 47% 34% 3% 13% 81% 75% 28% 44% 78% 88% 66% 63% 53% 59%
MASTER TABEL
SIKAP PARA SISWI SEBELUM DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN VULVA HYGIENE
MA BPD Iha-Kulur

NO Sikap tentang pencegahan Flour Albus Patalogis


Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah skor Kategori
1 1 3 1 4 2 1 4 1 2 4 1 2 1 3 2 32 53 Negatif
2 2 3 3 3 1 3 2 1 1 1 3 1 4 2 2 32 53 Negatif
3 2 4 3 4 4 3 2 3 1 1 3 2 2 3 4 41 68 Positif
4 1 3 1 1 4 1 1 1 3 2 2 1 2 1 4 28 47 Negatif
5 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 36 60 Positif
6 2 2 3 2 2 4 3 1 2 2 1 3 2 3 1 33 55 Negatif
7 1 2 4 2 2 2 2 2 4 1 2 4 2 4 4 38 63 Positif
8 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 22 37 Negatif
9 2 2 2 2 1 2 2 1 3 1 2 2 2 2 2 28 47 Negatif
10 2 2 2 2 2 3 4 2 2 2 1 4 2 2 2 34 57 Negatif
11 1 1 2 2 2 1 4 2 2 1 1 2 2 1 2 26 43 Negatif
12 4 1 2 2 1 2 4 2 2 2 1 2 1 4 2 32 53 Negatif
13 3 2 1 3 1 1 3 2 2 2 3 3 2 4 2 34 57 Negatif
14 2 1 2 3 2 2 3 2 2 1 3 2 2 3 1 31 52 Negatif
15 4 1 1 4 1 2 2 2 4 1 2 3 2 3 2 34 57 Negatif
16 4 2 2 4 3 2 4 2 3 4 1 4 2 4 2 43 72 Positif
17 3 2 2 3 3 2 3 2 1 3 3 1 2 3 2 35 58 Negatif
18 4 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 37 62 Positif
19 1 2 1 1 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 20 33 Negatif
20 3 3 1 3 2 3 1 2 3 3 1 1 3 2 3 34 57 Negatif
21 2 4 2 2 2 3 3 4 3 3 2 3 4 3 2 42 70 Positif
22 2 2 2 2 2 2 3 4 3 1 3 3 2 1 2 34 57 Negatif
23 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 1 2 2 2 30 50 Negatif
24 2 1 2 2 2 2 4 1 4 2 3 3 2 3 1 34 57 Negatif
25 2 2 2 2 2 2 2 4 3 4 2 2 2 2 2 35 58 Negatif
26 2 1 2 2 2 3 1 3 2 3 1 4 1 4 2 33 55 Negatif
27 1 2 3 2 1 1 4 4 4 4 1 2 2 1 2 34 57 Negatif
28 1 2 4 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 32 53 Negatif
29 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 2 37 62 Positif
30 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 3 1 3 3 2 31 52 Negatif
31 4 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 3 2 35 58 Negatif
32 4 3 3 2 3 3 1 4 3 4 1 1 3 1 2 38 63 Positif

sangatt tidak setuju 7 7 8 2 8 6 7 6 5 11 11 9 4 7 5


tidak setuju 15 18 14 20 18 17 11 18 14 12 10 10 20 6 22
Setuju 4 5 8 6 4 7 7 3 9 4 11 9 5 12 2
sangat setuju 6 2 2 4 2 2 7 5 4 5 0 4 3 7 3
32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
sangatt tidak setuju
(%) 22% 22% 25% 6% 25% 19% 22% 19% 16% 34% 34% 28% 13% 22% 16%
tidak setuju (%) 47% 56% 44% 63% 56% 53% 34% 56% 44% 38% 31% 31% 63% 19% 69%
setuju (%) 13% 16% 25% 19% 13% 22% 22% 9% 28% 13% 34% 28% 16% 38% 6%
sangat setuju (%) 19% 6% 6% 13% 6% 6% 22% 16% 13% 16% 0% 13% 9% 22% 9%
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
MASTER TABEL
PENGETAHUAN PARA SISWI SESUDAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN VULVA HYGIENE
MA BPD Iha-Kulur
NO Pengrtahuan tentang pencegahan Flour Albus Patalogis
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Jumlah % Kategori
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 71 Cukup
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 81 Baik
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 81 Baik
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 86 Baik
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 81 Baik
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 76 Baik
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 81 Baik
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 76 Baik
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 90 Baik
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 81 Baik
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 86 Baik
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 81 Baik
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 86 Baik
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 76 Baik
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 76 Baik
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 86 Baik
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 81 Baik
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 86 Baik
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 86 Baik
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 71 Cukup
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 76 Baik
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 81 Baik
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 76 Baik
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 95 Baik
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 86 Baik
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 90 Baik
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 90 Baik
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 86 Baik
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 90 Baik
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 95 Baik
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 90 Baik
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 90 Baik
32 18 31 27 15 29 31 19 31 31 15 30 27 29 31 29 32 27 32 22 22
% 100% 56% 97% 84% 47% 91% 97% 59% 97% 97% 47% 94% 84% 91% 97% 91% 100% 84% 100% 69% 69%
MASTER TABEL
SIKAP PARA SISWI SESUDAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN VULVA HYGIENE
MA BPD Iha-Kulur
NO Sikap tentang pencegahan Flour Albus Patalogis
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah skor Kategori
1 3 3 3 3 3 3 1 4 4 4 3 3 4 3 3 47 78 Positif
2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 49 82 Positif
3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 4 2 4 48 80 Positif
4 3 1 3 3 1 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 40 67 Positif
5 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 51 85 Positif
6 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 55 92 Positif
7 4 4 4 3 3 3 4 4 3 1 2 4 2 3 4 48 80 Positif
8 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 2 2 3 4 3 50 83 Positif
9 4 4 4 3 3 4 2 4 4 2 2 3 4 3 4 50 83 Positif
10 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 56 93 Positif
11 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 54 90 Positif
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 59 98 Positif
13 4 4 3 3 4 3 4 3 1 2 2 3 4 3 2 45 75 Positif
14 3 3 3 1 1 1 2 1 3 3 1 4 3 1 3 33 55 Negatif
15 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 44 73 Positif
16 3 3 3 4 1 3 4 3 4 4 1 3 4 1 4 45 75 Positif
17 4 3 4 3 3 4 2 4 4 3 3 3 2 3 1 46 77 Positif
18 1 3 1 3 1 3 1 1 1 3 1 3 3 3 4 32 53 Negatif
19 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 49 82 Positif
20 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 47 78 Positif
21 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 53 88 Positif
22 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 1 4 50 83 Positif
23 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 55 92 Positif
24 1 1 1 1 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 40 67 Positif
25 4 4 4 3 3 4 2 4 4 2 2 3 4 3 4 50 83 Positif
26 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 56 93 Positif
27 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 54 90 Positif
28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 59 98 Positif
29 4 4 4 3 3 4 2 4 4 2 2 3 4 3 4 50 83 Positif
30 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 56 93 Positif
31 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 54 90 Positif
32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 59 98 Positif

sangat tidak setuju 2 2 2 2 4 1 2 2 2 1 3 0 0 3 1


tidak setuju 0 0 0 3 4 2 5 0 1 5 6 1 5 1 1
Setuju 9 10 11 15 15 16 14 9 7 13 12 20 9 16 7
sangat setuju 21 20 19 12 9 13 11 21 22 12 11 11 18 12 23
32 32 32 32 32 32 32 32 32 31 32 32 32 32 32
sangatt tidak setuju
(%) 6% 6% 6% 6% 13% 3% 6% 6% 6% 3% 9% 0% 0% 9% 3%
tidak setuju (%) 0% 0% 0% 9% 13% 6% 16% 0% 3% 16% 19% 3% 16% 3% 3%
setuju (%) 28% 31% 34% 47% 47% 50% 44% 28% 22% 41% 38% 63% 28% 50% 22%
sangat setuju (%) 66% 63% 59% 38% 28% 41% 34% 66% 69% 38% 34% 34% 56% 38% 72%
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 97% 100% 100% 100% 100% 100%
Lampiran 6
OUTPUT HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Pengetahuan
Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 SKOR

Pearson 1 -.069 .095 .092 -.322 -.048 .371 -.069 .013 -.149 -.069 .297 .027 -.199 .092 -.069 .020 .092 .162 -.098 .478

Correlation
P1
Sig. (2-tailed) .760 .673 .683 .144 .833 .089 .760 .954 .508 .760 .179 .905 .374 .683 .760 .930 .683 .472 .666 .000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson -.069 1 .026 -.356 .083 -.069 .184 .389 -.187 -.103 -.222 .156 -.153 -.024 -.111 -.222 -.024 .134 -.069 .000 .468

Correlation
P2
Sig. (2-tailed) .760 .910 .104 .712 .760 .412 .074 .404 .649 .320 .488 .498 .915 .622 .320 .915 .553 .760 1.000 .001

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson .095 .026 1 .041 -.256 -.370 -.138 .026 .417 -.118 -.256 .101 -.231 .155 -.184 .026 -.089 .041 -.370 -.108 .494

Correlation
P3
Sig. (2-tailed) .673 .910 .856 .251 .090 .541 .910 .054 .600 .251 .656 .302 .491 .411 .910 .695 .856 .090 .631 .000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson .092 -.356 .041 1 -.111 -.111 -.111 -.111 -.025 -.165 -.111 -.025 .140 .174 .018 .379 .174 -.375 -.314 .000 .509

Correlation
P4
Sig. (2-tailed) .683 .104 .85s6 .622 .624 .624 .622 .912 .463 .622 .912 .535 .440 .937 .082 .440 .085 .155 1.000 .000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
*
Pearson -.322 .083 -.256 -.111 1 -.069 -.322 .083 -.187 .463 -.222 -.187 -.153 -.024 -.111 .389 -.289 .379 .184 .000 .507

P5 Correlation

Sig. (2-tailed) .144 .712 .251 .622 .760 .144 .712 .404 .030 .320 .404 .498 .915 .622 .074 .193 .082 .412 1.000 .001
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson -.048 -.069 -.370 -.111 -.069 1 -.048 -.322 .013 -.149 -.069 .013 .226 .020 .295 .184 -.199 .092 .371 .098 .516

Correlation
P6
Sig. (2-tailed) .833 .760 .090 .624 .760 .833 .144 .954 .508 .760 .954 .313 .930 .182 .412 .374 .683 .089 .666 .000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson .371 .184 -.138 -.111 -.322 -.048 1 -.069 -.271 -.149 -.069 .013 .226 -.418 .092 -.069 .239 .295 -.048 .488* -.540*

Correlation
P7
Sig. (2-tailed) .089 .412 .541 .624 .144 .833 .760 .222 .508 .760 .954 .313 .053 .683 .760 .284 .182 .833 .021 .000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson -.069 .389 .026 -.111 .083 -.322 -.069 1 -.187 -.103 -.222 -.187 -.392 -.024 -.111 -.222 -.289 .134 -.322 .000 .507

Correlation
P8
Sig. (2-tailed) .760 .074 .910 .622 .712 .144 .760 .404 .649 .320 .404 .071 .915 .622 .320 .193 .553 .144 1.000 .000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson .013 -.187 .417 -.025 -.187 .013 -.271 -.187 1 -.087 -.187 .228 .208 -.243 .250 -.187 .351 -.025 -.271 .132 .484

Correlation
P9
Sig. (2-tailed) .954 .404 .054 .912 .404 .954 .222 .404 .701 .404 .307 .353 .275 .261 .404 .109 .912 .222 .557 .000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson -.149 -.103 -.118 -.165 .463* -.149 -.149 -.103 -.087 1 -.103 -.087 .262 -.134 -.165 -.103 -.134 .289 .319 .218 .501

Correlation
P10
Sig. (2-tailed) .508 .649 .600 .463 .030 .508 .508 .649 .701 .649 .701 .238 .553 .463 .649 .553 .193 .147 .329 .001

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson -.069 -.222 -.256 -.111 -.222 -.069 -.069 -.222 -.187 -.103 1 -.187 -.153 .241 -.111 -.222 .241 -.356 .184 -.236 .507

P11 Correlation

Sig. (2-tailed) .760 .320 .251 .622 .320 .760 .760 .320 .404 .649 .404 .498 .281 .622 .320 .281 .104 .412 .291 .001
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson .297 .156 .101 -.025 -.187 .013 .013 -.187 .228 -.087 -.187 1 .208 -.243 -.025 .156 .054 -.025 .013 -.132 .568

Correlation
P12
Sig. (2-tailed) .179 .488 .656 .912 .404 .954 .954 .404 .307 .701 .404 .353 .275 .912 .488 .811 .912 .954 .557 .000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson .027 -.153 -.231 .140 -.153 .226 .226 -.392 .208 .262 -.153 .208 1 -.302 .524* -.153 .528* -.245 .226 .462* .679**

Correlation
P13
Sig. (2-tailed) .905 .498 .302 .535 .498 .313 .313 .071 .353 .238 .498 .353 .172 .012 .498 .011 .273 .313 .030 .001

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson -.199 -.024 .155 .174 -.024 .020 -.418 -.024 -.243 -.134 .241 -.243 -.302 1 -.251 -.024 -.146 -.463* .020 -.612** .451*

Correlation
P14
Sig. (2-tailed) .374 .915 .491 .440 .915 .930 .053 .915 .275 .553 .281 .275 .172 .260 .915 .517 .030 .930 .002 .000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson .092 -.111 -.184 .018 -.111 .295 .092 -.111 .250 -.165 -.111 -.025 .524* -.251 1 -.111 .386 -.179 .295 .000 .530*

Correlation
P15
Sig. (2-tailed) .683 .622 .411 .937 .622 .182 .683 .622 .261 .463 .622 .912 .012 .260 .622 .076 .427 .182 1.000 .000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson -.069 -.222 .026 .379 .389 .184 -.069 -.222 -.187 -.103 -.222 .156 -.153 -.024 -.111 1 -.289 .134 -.069 .000 .543

Correlation
P16
Sig. (2-tailed) .760 .320 .910 .082 .074 .412 .760 .320 .404 .649 .320 .488 .498 .915 .622 .193 .553 .760 1.000 .000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Pearson .020 -.024 -.089 .174 -.289 -.199 .239 -.289 .351 -.134 .241 .054 .528* -.146 .386 -.289 1 -.463* -.199 .204 .548

P17 Correlation

Sig. (2-tailed) .930 .915 .695 .440 .193 .374 .284 .193 .109 .553 .281 .811 .011 .517 .076 .193 .030 .374 .362 .001
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson .092 .134 .041 -.375 .379 .092 .295 .134 -.025 .289 -.356 -.025 -.245 -.463* -.179 .134 -.463* 1 .092 .378 .530

Correlation
P18
Sig. (2-tailed) .683 .553 .856 .085 .082 .683 .182 .553 .912 .193 .104 .912 .273 .030 .427 .553 .030 .683 .083 .000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson .162 -.069 -.370 -.314 .184 .371 -.048 -.322 -.271 .319 .184 .013 .226 .020 .295 -.069 -.199 .092 1 -.293 .554

Correlation
P19
Sig. (2-tailed) .472 .760 .090 .155 .412 .089 .833 .144 .222 .147 .412 .954 .313 .930 .182 .760 .374 .683 .186 .001

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson -.098 .000 -.108 .000 .000 .098 .488* .000 .132 .218 -.236 -.132 .462* - .000 .000 .204 .378 -.293 1 .463*

Correlation .612**
P20
Sig. (2-tailed) .666 1.000 .631 1.000 1.000 .666 .021 1.000 .557 .329 .291 .557 .030 .002 1.000 1.000 .362 .083 .186 .000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pearson .378 .068 -.094 .109 -.007 .316 .440* -.307 .184 .101 -.307 .268 .679** -.431* .530* .143 .348 .230 .254 .463* 1

Correlation
SKOR
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .001 .000 .000 .001 .000 .000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alphaa

.502 20
Sikap
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 SKOR

Pearson Correlation 1 .230 -.058 -.238 .293 .215 -.027 .150 -.113 .281 -.154 .360 .007 -.307 -.076 .278

P1 Sig. (2-tailed) .304 .796 .286 .186 .336 .904 .505 .616 .205 .494 .100 .975 .165 .737 .210

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Pearson Correlation .230 1 -.347 -.732** .168 .392 .157 .366 .054 .050 -.061 .050 .107 -.283 .169 .195
P2 Sig. (2-tailed) .304 .114 .000 .455 .071 .485 .094 .811 .824 .787 .823 .635 .202 .451 .385
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Pearson Correlation -.058 -.347 1 .643** .079 -.157 -.104 .183 .095 .122 -.203 .285 .345 .297 -.077 .513*
P3 Sig. (2-tailed) .796 .114 .001 .727 .487 .645 .416 .673 .590 .364 .198 .116 .180 .734 .015
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Pearson Correlation -.238 -.732** .643** 1 -.071 -.383 -.298 -.179 -.085 .082 .026 -.021 .089 .390 -.127 .112
P4 Sig. (2-tailed) .286 .000 .001 .755 .079 .177 .427 .706 .716 .909 .925 .693 .073 .573 .621
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Pearson Correlation .293 .168 .079 -.071 1 .410 .017 .244 -.121 .182 -.078 -.077 .137 .324 .046 .474*
P5 Sig. (2-tailed) .186 .455 .727 .755 .058 .941 .274 .592 .417 .730 .732 .544 .141 .838 .026
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Pearson Correlation .215 .392 -.157 -.383 .410 1 .252 .242 -.050 .022 -.067 .096 -.152 -.193 -.009 .324
P6 Sig. (2-tailed) .336 .071 .487 .079 .058 .258 .278 .827 .924 .766 .670 .500 .389 .969 .141
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
P7 Pearson Correlation -.027 .157 -.104 -.298 .017 .252 1 .627** .242 .053 -.224 .143 .260 .015 -.036 .449*
Sig. (2-tailed) .904 .485 .645 .177 .941 .258 .002 .277 .814 .316 .525 .243 .949 .873 .036
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Pearson Correlation .150 .366 .183 -.179 .244 .242 .627** 1 .025 .232 -.394 .376 .316 .213 .197 .739**
P8 Sig. (2-tailed) .505 .094 .416 .427 .274 .278 .002 .914 .298 .069 .085 .152 .342 .378 .000
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Pearson Correlation -.113 .054 .095 -.085 -.121 -.050 .242 .025 1 -.492* -.094 .249 .165 .060 -.149 .109
P9 Sig. (2-tailed) .616 .811 .673 .706 .592 .827 .277 .914 .020 .676 .264 .463 .790 .508 .629
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Pearson Correlation .281 .050 .122 .082 .182 .022 .053 .232 -.492* 1 -.217 .019 -.198 -.150 .243 .271
P10 Sig. (2-tailed) .205 .824 .590 .716 .417 .924 .814 .298 .020 .333 .932 .376 .507 .276 .223
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Pearson Correlation -.154 -.061 -.203 .026 -.078 -.067 -.224 -.394 -.094 -.217 1 -.592** .121 .232 -.017 -.198
P11 Sig. (2-tailed) .494 .787 .364 .909 .730 .766 .316 .069 .676 .333 .004 .590 .299 .941 .378
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Pearson Correlation .360 .050 .285 -.021 -.077 .096 .143 .376 .249 .019 -.592** 1 .323 -.067 .014 .448*
P12 Sig. (2-tailed) .100 .823 .198 .925 .732 .670 .525 .085 .264 .932 .004 .142 .766 .951 .036
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Pearson Correlation .007 .107 .345 .089 .137 -.152 .260 .316 .165 -.198 .121 .323 1 .447* .111 .621**
P13 Sig. (2-tailed) .975 .635 .116 .693 .544 .500 .243 .152 .463 .376 .590 .142 .037 .624 .002
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Pearson Correlation -.307 -.283 .297 .390 .324 -.193 .015 .213 .060 -.150 .232 -.067 .447* 1 -.108 .374
P14 Sig. (2-tailed) .165 .202 .180 .073 .141 .389 .949 .342 .790 .507 .299 .766 .037 .633 .086
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
P15 Pearson Correlation -.076 .169 -.077 -.127 .046 -.009 -.036 .197 -.149 .243 -.017 .014 .111 -.108 1 .171
Sig. (2-tailed) .737 .451 .734 .573 .838 .969 .873 .378 .508 .276 .941 .951 .624 .633 .447
N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Pearson Correlation .278 .195 .513* .112 .474* .324 .449* .739** .109 .271 -.198 .448* .621** .374 .171 1

SKOR Sig. (2-tailed) .210 .385 .015 .621 .026 .141 .036 .000 .629 .223 .378 .036 .002 .086 .447

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.549 15
OUTPUT HASIL PENELTIAN PENGETAHUAN

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pre_Test 32 38 71 51.69 9.502

Post_Test 32 71 95 83.25 6.391

Valid N (listwise) 32

Statistics

Pre_Test Post_Test

N Valid 32 32

Missing 0 0

Median 50.00 83.50

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference

T df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

Pre_Test 30.772 31 .000 51.688 48.26 55.11

Post_Test 73.692 31 .000 83.250 80.95 85.55

Uji Normalitas
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Pre_Test .151 32 .061 .932 32 .045

Post_Test .167 32 .024 .942 32 .088

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance
Mann Whitney Test

Ranks

Test N Mean Rank Sum of Ranks

Pengetahuan Pre_Test 32 16.53 529.00

Post_Test 32 48.47 1551.00

Total 64

Test Statisticsa

Pengetahuan

Mann-Whitney U 1.000

Wilcoxon W 529.000

Z -6.893

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: Test


OUTPUT HASIL PENELTIAN SIKAP

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pre_Test 32 33 72 55.50 8.270

Post_Test 32 53 98 82.41 11.118

Valid N (listwise) 32

Statistics

Pre_Test Post_Test

N Valid 32 32

Missing 0 0

Median 57.00 83.00

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference

T df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

Pre_Test 37.965 31 .000 55.500 52.52 58.48

Post_Test 41.929 31 .000 82.406 78.40 86.41

Uji Normalitas
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre_Test .149 32 .070 .944 32 .097

Post_Test .110 32 .200* .926 32 .031

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Mann Whitney Test


Ranks

Test N Mean Rank Sum of Ranks

Sikap Pre_Test 32 17.97 575.00

Post_Test 32 47.03 1505.00

Total 64

Test Statisticsa

Sikap

Mann-Whitney U 47.000

Wilcoxon W 575.000

Z -6.253

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: Test


Lampiran 7

DOKUMENTASI PENELITIAN

Pre_Test
Ceramah (Pendidikan Kesehata

n)
Post_Test

Anda mungkin juga menyukai