Anda di halaman 1dari 75

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG

KANKER SERVIKS TERHADAP PENGETAHUAN


WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RIJALI, DESA BATUMERAH,
KECAMATAN SIRIMAU
KOTA AMBON

SKRIPSI

Oleh :

SITI SARKIA FATARUBA


NPM : 14020118091

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2022
LEMBARAN PERSETUJUAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG


KANKER SERVIKS TERHADAP PENGETAHUAN
WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RIJALI, DESA BATUMERAH,
KECAMATAN SIRIMAU KOTA AMBON

TAHUN 2022

PROPOSAL

Disusun Oleh :

Siti Sarkia Fataruba


NPM: 1420118091

Proposal ini Telah Disetujui


Pada Tanggal Mei 2022

Pembimbing I Pembimbing II

(D.p Tetelepta, S.Kep.,M.Kes) (Dr. Wiwik Widyawati, M.Pd)

Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

(Ira Sandi Tunny, S.Si.,M.Kes)


NIDN. 1208098501
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat berserta hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kanker
Serviks Terhadap Pengetahuan Wanita Usia Subur di wilayah kerja
puskesmas rijali, desa batumerah, kecamatan sirimau, kota Ambon Tahun
2022” sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di STIKes Maluku
Husada.

Dalam penyusunan proposal ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis jumpai namun syukur Alhamdulilah berkat rahmat dan hidayah-nya,
kesungguhan kerja keras disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan
sebaik-baiknya yang pada akhirnya proposal ini dapat diselesaikan.

Oleh sebab itu, sudah sepantasnya pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Hamdan Tunny, S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Yayasan STIKes Maluku Husada


yang telah menyediakan fasilitas-fasilitas kepada penulis selama menempuh
pendidikan di STIkes Maluku Husada.

2. Dr Sahrir Sillehu, S.,M.Kes selaku ketua STIkes Maluku yang telah


memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama berada di STIKes
Maluku Husada.

3. Ira Sandi Tunny, S.Si.,M.Kes selaku ketua Prodi Ilmu Keperawatan yang telah
mempelancarkan setiap pengurusan yang berkaitan dengan proposal ini.

4. D.p Tetelepta, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing I yang juga telah


memberikan saran dan masukan demi terselesainya proposal ini.
iv

5. Dr. Wiwik Widyawati, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak


meluangkan waktu bagi penulis untuk memberikan arahan serta masukan guna
penyelesaian proposal ini.

6. Seluruh Staf dan tata usaha Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Maluku
Husada yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

7. Kedua Orang Tua dan keluarga tersayang yang senantiasa memberikan


dukungan moril maupun materil serta doa yang tulus tak ternilai harganya
sejak penulis berda di dalam kandungan hingga lahir kedunia saat ini.

Semoga Allah SWT, membalasan ketulusan serta kebaikan semua pihak


yang telah membantu menyelesikan proposal ini. Namun penulis menyadari
bahwa proposal ini masih banyak kelemahan dari segi tata bahanya jauh dari
sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan proposal ini.

Kairatu, 22 Mei 2022

Penulis
v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………… i
LEMBARAN PERSETUJUAN…………………………………….. ii
KATA PENGANTAR……………………………………………….. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………. v
DAFTAR TABEL…………………………………………………… vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….. 6
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………... 7
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………. 7
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………… 7
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………… 7
1.4.1 Manfaat Teoritis…………………………………………. 7
1.4.2 Manfaat Praktis………………………………………… 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Konsep Kanker Serviks……………………. 9
2.1.1 Definisi Kanker Serviks…………………………………... 9
2.1.2 Etiologi Kanker Serviks…………………………………... 10
2.1.3 Patogenesis dan Perjalanan Kanker Serviks……………… 10
2.1.4 Menispestasi Klinis……………………………………….. 13
2.1.5 Stadium Kanker Serviks..…………………………………. 14
2.1.6 Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker………..…………… 16
2.2 Tinjauan Umum Konsep Pengetahuan……………………….. 17
2.2.1 Definisi Pengetahuan……………………………………... 17
2.2.2 Proses Pengetahuan……………………………………….. 17
2.2.3 Tingkat dalm Pengetahuan………………………………... 18
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahun………….. 19
2.5 Keaslian Penelitian…………………………………………….. 22
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.2 Kerangka Konsep…………………………………………… 25
3.2 Hipotesis Penelitian………………………………………… 26
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian……………………………………………. 27
4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian………………………………. 28
4.2.1 Tempat Penelitian………………………………………. 28
vi

4.2.2 Waktu Penelitian………………………………………… 28


4.3 Populasi Sampel Dan Sampling…………………………… 28
4.3.1 Populasi…………………………………………………… 28
4.3.2 Sampel……………………………………………………. 28
4.3.3 Sampling…………………………………………………. 29
4.4 Variabel Penelitian…………………………………………... 29
4.4.1 Variabel Independen……………………………………… 29
4.4.2 Variabel Dependen………………………………………... 29
4.5 Definisi Operasional………………………………………… 30
4.6 Instrumen Penelitian………………………………………… 30
4.7 Prosedur Pengumpulan Data………………………………… 31
4.7.1 Cara Pengumpulan Data…………………………………... 31
4.7.2 Pengolahan Data………………………………………….. 33
4.8 Analisis Data………………………………………………… 34
4.9 Etika Penelitian……………………………………………… 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.4 Keaslian Penelitian………………………………………….. 22


Tabel 4.1 Desain Penelitian……………………………………………. 27
Tabel 4.2 Definisi Operasional………………………………………… 30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan penyakit yang memiliki karakterisik pertumbuhan sel

yang abnormal sehingga menyebabkan kerusakan jaringan pada sel yang

sehat. Kanker terjadi ketika sebuah sel mulai tumbuh secara tidak terkontrol.

Pada masalah kesehatan reproduksi wanita kanker payudara dan kanker

serviks merupakan kanker yang memiliki urutan tertinggi. Kanker serviks

salah satu jenis kanker yang pertumbuhannya sangat pesat dan

mengkhawatirkan. Kanker serviks kini menjadi pembunuh pertama yang

menyerang perempuan di Indonesi (Riksani, 2019).

Kanker serviks menjadi suatu permasalahan kesehatan wanita yang perlu

mendapat perhatian serius. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh

di dalam leher rahim atau serviks yaitu kanker yang terjadi pada serviks

uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu

masuk ke rahim yang terletak antara uterus dengan liang sanggama (vagina)

(Zuliyanti, 2018).

WHO (World Health Organization) tahun 2020 di dapatkan sekitar

490.000 wanita di seluruh dunia didiagnosa menderita kanker serviks dan

240.000 kasus kematian wanita akibat kanker serviks dan 80% kasus terjadi

di negara berkembang. Dari data Globocan, Internasional Agency for

Research on Cancer (IARC) pada tahun 2020, insiden kejadian kanker

serviks 36.633 (17.2%) jumlah kematian yang disebabkan oleh kanker


2

serviks yaitu 24,3% dari data tersebut di dapati kanker serviks menempati

posisi ke-2 setelah kanker payudara.

Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa angka kejadian kanker

tertinggi tahun 2019 pada wanita Indonesia adalah kanker payudara, diikuti

oleh kanker serviks. Kanker serviks diderita oleh 23,4 per 100.000 penduduk

dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. Provinsi tertinggi

yang menderita kanker serviks di provinsi jawa tengah sebanyak 25,300

orang, sedangkan provinsi jawa timur menempati urutan kedua yakni,

sebanyak 18,515 orang. Jumlah khasus baru tahun 2020 mencapai 68.858

kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara

itu, jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus (Kemenkes

RI, 2020).

Berdasarkan data rekapitulasi laporan kasus kanker serviks Dinkes

Provinsi Maluku tahun 2018, hasil pemeriksaan kanker serviks di puskesmas

30 orang yang positif IVA dan di curigai kanker serviks ada 9 orang, dan

yang diketahui kanker serviks di rumah sakit sebanyak 2 orang.

Kanker serviks disebabkan oleh infeksi hunan papillomavirus yang pada

umumnya tidak menimbulkan gejala sampai tahap yang lebih parah. Sering

kali orang tidak menyadari kapan mereka telah terinveksi hunan

papillomavirus dan banyak orang dapat menularkan infeksi hunan

papillomavirus tanpa menyadarinya. Cara penularan kanker serviks dapat

melalui jalur seksual dan non seksual. Untuk menghindari penularan melalui

seksual penting untuk penting untuk menjaga konsistensi dalam melakukan


3

hubungan seksual pada satu pasangan sedangkan untuk mencegah penularan

melalui jalur non seksual dapat dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan

dalam menjaga kebersihan organ reproduksi wanita secara pribadi terutama

saat toilet caring di toilet kantor, pasar dan tempat umum lainnya.

Terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap yang

terjadinya kanker serviks. Beberapa faktor yang diduga meningkatkan

kejadian kanker serviks yaitu faktor status sosial ekonomi, faktor aktifitas

seksual yang meliputi usia pertama kali melakukan seks, pasangan seks yang

berganti-ganti, kurang menjaga kebersihan genital, merokok, serta

menggunakan kontrasepsi oral dalam jangka lama yaitu lebih dari 10 tahun

(Diananda,2019).

Pencegahan sekunder menurut Depkes RI (2018), berlaku dua cara

deteksi dini berupa pap smear dan juga IVA tes. Penggunaan pemeriksaan

sitologi untuk mendeteksi kanker serviks atau disebut papsmear, dan

pemeriksaan ini menjadi standar dalam pencegahan dini kanker serviks.

Tingkat sensitifitas papsmearsebesar 55% dan spesifisitasnya 90%. Berbeda

Sedangkan IVA tes merupakan pemeriksan langsung bukan pemeriksaan

sitologi seperti papsmear. Cara yang dilakukan dalam pemeriksaan ini dengan

mengoleskan asam asetat 3-5% di permukaan portio. Hasil pemeriksaan akan

mendeteksi kanker serviks jika terdapat gambaran acetowhite (bercak putih)

yang kasat mata. Dimana angka spesifisitas IVA adalah 99,8% dan

sensivitasnya adalah 90,9%. (Hanafi, 2018).


4

Upaya penanganan kanker serviks juga dapat di lakukan melalui

pemberian vaksin Human PapillomaVirus (HPV) dalam mengatasi kanker

serviks yang di sebabkan oleh HPV, menjalankan pola hidup sehat, dan

diharapkan setiap perempuan juga mampu untuk melakukan pemeriksaan

organ reproduksinya sendiri yang dalam hal ini di sebut Reproductive Organ

Self Examinaton ( ROSE). Metode ROSE akan dapat membantu untuk

mengetahui apakan seorang perempuan mengalami kondisi abnormal yang

perlu di waspadai terhadap masalah keputihan yag di alami (Radji, 2019).

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita dengan organ reproduksi dalam

keadaan baik dan berada pada rentang umur antara 15-49 tahun. Menurut data

Kemenkes tahun 2021 jumlah WUS di Provinsi Maluku yaitu 167.74 atau

terdapat 47,3% kelompok.

Pengetahuan dan atau kognetif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Informasi ataupun pengetahuan

tentang deteksi dini kanker servik bisa didapatkan dengan berbagai cara,

misalnya dari penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang diadakan oleh

tenaga kesehatan khususnya perawat.

Hasil studi pendahuluan berdasarkan wawancara dengan salah satu

petugas puskesmas rijali, desa batumerah pada tanggal 15 juli 2022

ditemukan jumlah WUS yang melakukan pendidikan kesehatantentang

kanker serviks sudah dilakukan di tahun 2020 dilaporkan sebanyak 10 orang,

2021 sebanyak 55 orang, dan 2022 sebanyak 7 orang. Berdasarkan data pada
5

bulan januari 2020-2022 bulan juni terdapat 72 WUS yang melakukan

pemeriksaan IVA tercatat bahwa 1 orang positif di tahun 2020 bulan januari.

Wilayah kerja puskesmas Rijali batumerah terdiri dari beberapa RT salah

satu RT yang dipilih peniliti adalah RT 003 Rw 003 dengan jumlah KK 70

dengan jumlah WUS 80. Dari hasil wawancara pada 5 orang WUS di RT 003

dari 5 orang tersebut terdapat 3 orang tidak mengatahui tentang apa itu kanker

serviks dan pencegahannya, dan belum pernah melakukan test IVA karna

tidak mengikuti pendidika kesehatan dari petugas puskesmas rijali, dan 2

orang sudah pernah melakukan test IVA dan sudah pernah mendapatkan

penyuluhan dari petugas puskesmas rijali batumerah tentang pencegahan

kanker serviks.

Permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

“pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengatahuan wanita usia subur

tentang kanker serviks diwilayah kerja puskesmas rijali desa batumerah,

kecamatan sirimau kota ambon”

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut: “adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang kanker serviks

terhadap pengetahuan wanita usia subur diwilayah kerja puskesmas rijali desa

batumerah, Kecamatan Sirimau Kota Ambon”.?


6

1.3 Tujuan penilitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang kanker

serviks terhadap pengetahuan wanita usia subur di wilayah kerja

puskesmas rijali, desa batumerah, kecamatan sirimau kota ambon.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi krakteristik, responden WUS di wilayah kerja

puskesmas rijali desa batumerah kecamatan sirimau kota ambon.

2. Mengidentifikasi pengetahuan wanita usia subur tentang kanker

serviks sebelum diberikan pendidikan kesehatan di wilayah

kerja puskesmas rijali desa batumerah kecematan sirimau kota

ambon.

3. Mengidentifikasi pengetahuan wanita usia subur tentang kanker

serviks sesudah diberikan pendidikan kesehatan di wilayah kerja

puskesmas rijali desa batumerah kecematan sirimau kota ambon

4. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang kanker

serviks terhadap pengetahuan wanita usia subur di wilayah kerja

puskesmas rijali desa batumerah kecamatan sirimau kota ambon

1.3.2 Manfaat penilitian

1.3.3 Manfaat teoritis

Penilitian ini dapat dijadikan referensi bagi masyarakat tentang

pentingnya pengatahuan kanker serviks pada wanita usia subur agar

tidak terjadinya kanker serviks di kalangan masyarakat.


7

1.3.3 Manfaat praktis

1. Bagi wanita usia subur

Penilitian ini dapat dijadikan masukan bagi wanita usia

subur dalam melakukan pencegahan kanker serviks

2. Bagi puskesmas

Bisa menambah pengatahuan dan informasi pelayanan

upaya pencegahan kanker serviks

3. Bagi peniltian selanjutnya

Hasil penilitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

pedoman uuntk melakukan penilitian lebih lanjut


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Konsep Kanker serviks

2.1.1 Definisi Kanker Seviks

Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization

(WHO) adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan

hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang

berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya. Salah

satu masalah kesehatan reproduksi yang menjadi perhatian dunia

khususnya kaum wanita adalah kanker serviks. Hal ini karena kanker

serviks merupakan penyebab utama kedua kematian terkait kanker pada

wanita di seluruh dunia (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

WHO (World Health Organization) tahun 2018, terdapat lebih

dari 92 ribu kasus kematian pada penduduk wanita akibat penyakit

kanker. Beban yang lebih besar infeksi kanker serviks berada di negara

berkembang dan menyumbang sekitar 83% dari semua kasus baru

(Wulandari, Bahar, & Ismail, 2018). Faktanya, di dunia setiap 2 menit

seorang wanita meninggal karena kanker serviks, di Asia-Pasifik setiap

4 menitseorang wanita meninggal karena kanker serviks, dan di

Indonesia setiap 1 jam seorang wanita meninggal karena kanker serviks

(Aprianti dkk, 2018).

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh dalam leher

Rahim atau serviks yaitu suatu daerah atau organ reproduksi wanita
9

yang merupakan pintu masuk ke Rahim yang terletak antara uterus

dengan liang senggama (vagina). Kanker leher Rahim merupakan

masalah kesehatan yang penting bagi wanita di seluruh dunia.Kanker

ini adalah jenis kanker kedua yang paling umum terjadi pada

perempuan, di seluruh dunia. Kanker ini disebabkan oleh infeksi virus

HPV (Human Papiloma Virus).Jika kekebalan tubuh berkurang maka

infeksi ini bias mengganas dan menyebabkan terjadinya kanker serviks

(Kuntari, 2018).

2.1.2 Etiologi Kanker Serviks

Kanker serviks, atau biasa disebut kanker leher rahim, disebabkan

oleh HPV (human Papilomavirus) khususnya tipe 16 dan 18 dan

ditularkan melalui hubungan seksual. Cara penularan kanker serviks

dapat melalui jalur seksual dan non seksual. Untuk menghindari

penularan melalui seksual penting untuk penting untuk menjaga

konsistensi dalam melakukan hubungan seksual pada satu pasangan

sedangkan untuk mencegah penularan melalui jalur non seksual dapat

dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga

kebersihan organ reproduksi wanita secara pribadi terutama saat toilet

caring di toilet kantor, pasar dan tempat umum lainnya (Wigati A dan

AZN, 2018).

2.1.3 Patogenesis dan Perjalanan Kanker Serviks

Menurut Depkes RI (2018), mengatakan bahwa kanker leher

rahim pertama kali dikembang dari lesi pra-kanker (secara luas dikenal
10

sebagai displasi, yang berkembang pasti dari displasi ringan, menengah

sampai parah kemudian menjadi kanker dini (CIS/Carsinma In lansitu)

sebelum menjadi kanker yang bersifat invasive. Penyebab awal

(prekusor) lansung terjadinya kanker leher rahim adalah desplasia

tingkat tinggi (CIN/Cervical Igkntraepitelial Neplasia II atau III),yang

dapat berkembang menjadi kanker leher rahim dalam waktu 10 tahun

atau lebih, sebagian besar desplasia tingkat rendah (CIN I) dapat hilang

tanpa di obati atau tidak berkembang, terutama perubahan-perubahan

yang terlibat pada perempuan remaja.

Dijelaskan dalam buku cegah dan deteksi kanker serviks, Dr.

Andrijono, SpOG, dkk menjelaskan bahwa perjalanan penyakit kanker

serviks didahului dengan infeksi HPV Onkogenik (Virus HPV ganas)

yang menyebabkan sel serviks normal menjadi sel prakanker dan

menjadi kanker serviks di butuhkan waktu yang tidak singkat,

setidaknya butuh waktu bertahun-tahun tetapi tidak menutupi

kemungkinan bias berlangsung dalam waktu kurang dari setahun

(Riksani, 2019).

Sel-sel yang telah terinfeksi akan berubah dari nrmal menjadi

prakanker dan kemudian menjadi kanker, tahap ini termasuk pada fase

prakanker. Jika perubahan pada sel tersebut ditemukan dan ditangani

lebihdini, kita dapat mencegah agar tidak terjadi kanker. Sebelm terjadi

kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau

Neoplasia Intraeithelial serviks (NIS) (Feridina, 2019). Saat virus HPV


11

bercampur dengan sistem peringatan yang memicu respon imunitas,

seharusnya ia bertugas menghancurkan sel yang tidak normal pada

epitel serviks dapat berkembang menjadi prakanker yang disebut

sebagai Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN). Fase prakanker

sering disebut dengan dysplasia merupakan perubahan premalignant

dari sel-sel rahim ada tiga pla utama pada tahap prakanker. Dimulai

dengan infeksi pada sel serta perkembangan sel abnormal yang dapat

berlanjut menjadi intraepithelial Neoplasia dan pada akhirnya berubah

menjadi kanker serviks.

Dalam Kemenkes RI (2018), menjelaskan tentang perjalanan

kanker leher rahim dan manejemennya

1. Insfeksi HPV dan dysplasia leher rahim

Infesi HPV biasanya terjadi pada perempuan usia reproduktif.

Inspeksi HPV ini dapat tetap stabil,berkembang menjadi dysplasia,

atau sembuh. Dysplasia ringan biasaya bersifat sementara dan

hilang sendiri. Pada kasus lain bias menjadi dysplasia berat.

Untuk managemen pada tahap infeksi ini belum ada terapi

yang dapat membasmi HPV. Pada dysplasia ringan montoring lesi

lebih diutamakan dari pada terapi, karna sebagian besar lesi dapat

sembuh spontan atau menetap.

2. Dysplasia Leher Rahim Sedang dan Berat

Dysplasia sedang dan berat merupakaan keadaan yang

berptensi menjadi kanker leher rahim, keadaan ini sangat jarang


12

atau lansung dari infeksi HPV dan harus segera mendapatkan

terapi, karna sangat berptensi menjadi kanker

3. Kanker Invasif

Perempuan dengan dysplasia berat beresiko untuk menjadi

kanker inpasif : yang biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun

2.1.4 Menifestasi Klinis

Menurut Riksani (2019). Fase prakanker sering tidak ada gejala

atau tanda-tanda yang khas.namun, biasa ditemukan gejala-gejala

berikut :

1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar

dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan

nekrosis jaringan.

2. Perdarahan setelah senggama (Post Coital bleeding) yang

kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.

3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.

4. Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-

kuningan,berbau dan dapat bercampur dengan darah.

5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

6. Timbul nyeri panggul (pelvia) atau diperut bagian bawah bila

adaradang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang kebawah,

kemungkinan terjadi hifronefrosis. Selain itu, bias juga timbul nyeri

tempat-tempat lainnya.
13

7. Pada stadium lanjut badan menjadi kurus kering karna kurang

gizi,adema kaki, timbul iritasi kandung kemih dan pors bagian

bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau

rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.`

2.1.5 Stadium Kanker Serviks

Sistem yang umumnya digunakan untuk pembagian stadium

kanker serviks adalah sistem yang diperkenalkan oleh International

Federation Of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Pada sistem ini,

angka romawi 0 sampai IV menggambarkan stadium kanker. Subsidi

dari setiap stadium dapat dilihat dari tabel berikut :

1. Stadium 0

Stadium terendah inidisebut juga dengan nama karsinoma in

situ karna sel-sel belum menyebar pada jaringan lain. Sel kanker ini

masih bertahan di lapisan leher rahim atau seviks. Ukurannya pun

maih sangat kecil. Kanker ini hanya dapat ditemukan pada lapisan

atas dari sel-sel di jaringan yang melapisi serviks. Jika penderita

sudah mengatahudari awal, kemungkinan utuk sembuh 100%

dalam lima tahun kedepan (Kuntari, 2018).

2. Stadium 1

Stadium 1 ini, sel kaner ini mulai ditemukan pada seviks

(leher rahim itu sendiri). Walaupun pertumbuhan kanker hanya

sebatas ada bagian seviks, akan tetapi infeksinya sudah mulai

menyerang leher rahimbagian bawah lapisan atas dari sel-sel


14

srerviks. Pada stadium ini kemungkinan untuk sembuh adalah 85%

dalam lima tahun kedepan (Kuntari, 2018).

3. Stadium II

Stadium II ini sel kanker ini telah melalui serviks dan

mengivasi bagianatas vagina. Namun, sel kanker tidak menyebar

kedinding pelvic (sepertiga bagian bawah vagina) ataupun dinding

panggul. Lokasi yang terserang kanker ada stadium ini adalah

serviks dan uterus (Kuntari, 2018).

4. Stadium III

Stadium III ini, sel kankertelah menyerang bagian pelvic atau

sepertiga bagian bawah vagina. Bisa jadi sel kanker telah

menyerang dinding panggul. Jika kanker yang ada berukuran besar,

membelok saluran urin dan ginjal sehingga menyebabkan ginjal

tidk befungsi dengan baik (Kuntari, 2018).

5. Stadium IV

Sel kanker telah menyebar ke bagian tubuhlain. Lesi telah

keluar darivagina. Kondisi ini tentu sangat parah biasjadikarsinoma

telah menyebar dan menyerang organ lain seperti kandung kemih,

rectum, paru-paru,tulang, bahkan hati (Kuntari, 2018).

1) Stadium IV A, pertumbuhan kanker telah menyerang dan

organ sekitar serviks. Keterlibatan mukosa kanduung kemih

atau mkosa rektm


15

2) Stadim IV B, pertuumbuhan kanker telah menyebar dan

menyerang organ tubuh yang lebih jah dari serviks, misalnya

paru-paru, hati dan tuulang, metastase sudah jauh.

2.1.6 Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker

Pencegahan sekunder menurut Depkes RI (2019), berlaku dua

cara deteksi dini berupa pap smear dan juga IVA tes. Penggunaan

pemerikasaan sitologi untuk mendeteksi kanker serviks atau disebut pap

smear, dan pemeriksaan ini menjadi standar dalam pencegahan dini

kanker serviks. Tingkat sensitifitas pap smear sebesar 55% dan

spesifisitasnya 90%. Berbeda Sedangkan IVA tes merupakan

pemeriksan langsung bukan pemeriksaan sitologi seperti pap smear.

Cara yang dilakukan dalam pemeriksaan ini dengan mengoleskan asam

asetat 3-5% di permukaan portio.

Hasil pemeriksaan akan mendeteksi kanker serviks jika terdapat

gambaran acetowhite (bercak putih) yang kasat mata. Dimana angka

spesifisitas IVA adalah 99,8% dan sensivitasnya adalah

90,9%.Pencegahan kanker serviks ada dua macam yaitu pencegahan

secara primer dan pencegahan secra sekunder. Pencegahan primer yaitu

mencegah terjadinya infeksi HPV merupakan pencegahan yang sangat

efektif. Infeksi virus hanya memungkinkan dicegah dengan pemerian

vaksinasi (Depkes RI, 2019).

Tes Inspeksi Visual asam asetat (IVA) adalah tes visual yang

menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan idium
16

lugol pada serviiks dan melihat erubahan warna puth yang menjadi

setelah dilakukan olesan, tujuannya untk melihat adanya sel yang

mengalam diiisplasia seb aga salah satu metode skrining aner serviiks.

Has tes IVA di interpretesikan positif bila ditemukan adanya area

berwarna putih yang disebut aceto white epithelium dan permukaannya

meninggi dengan batas yang jelas disekitar zona transformasi,

sedangkan tes IVA di interprestasikan negative jika didapatkan warna

merah hmgen pada leher Rahim (Depkes RI, 2019).

2.1.4 Komplikasi Kanker Serviks

1. Komplikasi akibat kanker serviks stadium lanjut

Menurut Kuntari (2018), seiring berkembang dan

menyebarnya sel-sel kanker, terdapat beberapa komplikasi akibat

kanker serviks pada stadium lanjut yang mungkin terjadi, antara

lain :

1) Rasa sakit akibat penyebaran kanker

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat kanker serviks

adalah rasa sakit yang parah ketika kanker sudah menyebar ke

saraf tulang, atau otot anda. Namun beberapa obat pereda neri

biasanya dapat digunakan untuk meredakan sakit

Jika pereda sakit tidak banyak membentu, cobalah

konsultasi ke dikter mengenai pelihan obat lain yang mungkin

punya efek lebih kuat. Radioterapi jangka pendek juga efektif

untuk mengendalikan rasa sakit.


17

2) Gagal ginjal

Dilansir dari NHS, salah satu kondisi yang bisa terjadi

akibat kanker serviks adalah gagal ginjal, ginjal berfungsi

membuang limbah dari dalam tubuh. Limbah dibuang melalui

urine melewati saluran yang disebut ureter, fungsi ginjal dapat

dipantau melelui tes darah sederhana disebut dengan kadar

serum kreatinin.

Pada beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, kanker

bisa menimbulkan komplikasi karena menekan ureter, ini

menyebabkan aliran urin terhalang untuk keluar dari ginjal.

Terkumpulnya urine diginjal dikenal dengan istilah

hidronefrosis. Kondisi ini bisa menyebabkan ginjal

membengkak dan meregang. Hidronefrosis parah bisa merusak

ginjal sehingga kehilangan seluruh fungsinya, kondisi inilah

yang disebut gagal ginjal.

3) Pengumpalan darah

Hampir sama dengan kanker lainnya, akibat lain dari

kanker serviks adalah pengumpalan darah. Risikonya

meningkat setelah menjalani kemoterapi dan istirahat

pascaoperasi. Selain itu, muncul tumor yang besar dapat

menekan pembuluh darah pada panggul. Hal inilah yang


18

memperlanbat aliran darah balik, dan akhirnya kanker serviks

mengakibatkan komplikasi berupa pengumpalan di kaki.

Kondisi ini bisa berdampak sangat fatal jika gumpalan

darah pada kaki bergerak ke paru-paru, kondisi ini disebut

dengan emboli paru-paru. Kondisi ini dikaki bisa ditangani

dengan kombinasi obat-obatan pengencer darah, seperti

heparin atau warparin. Membalut stocking atau kain pembalut

kaki juga dapat membantu mempelancar peredaran darah ke

seluruh tubuh.

4) Pendarahan berlebihan

Pendarahan berlebih bisa terjadi jika komplikasi akibat

kanker serviks telah menyebar hingga ke vagina, usus, atau

kandung kemih. Komplikasi akibat kanker serviks ini bisa

muncul di rektum atau di vagina. Bisa juga terjadi pendarahan

saat buang air kecil.

Pendarahan kecil bisa ditangani dengan obat bernama

asam traneksamat. Obat ini dapat membantu darah untuk

menggumpal sehingga menghentikan perdarahan. Radioterapi

juga efektif dalam menghentikan pendarahan karena kanker.

5) Fistula

Fistula termasuk komplikasi akibat kanker serviks yang

jarang terjadi. Biasanya, hanya dialami sekitar satu dari 50

kasus kanker serviks stadium lanjut. Fistula adalah


19

terbentuknya sambungan atau saluran abnormal antara dua

bagian dari tubuh. Pada kasus kanker serviks, sambungan bisa

terbentuk antara kandung kemih dan vagina.

Kondisi tersebut bisa mengakibatkan pengeluaran urine

tanpa henti dari vagina. Terkadang, fistula bisa terjadi antara

vagina dan rektum. Biasanya diperlukan operasi untuk

memperbaiki kondisi ini. Namun, prosedurnya sering kali tidak

mungkin dilakukan pada wanita dengan kanker serviks

stadium lanjut, karena kondisi pasien yang sudah sangat lemah.

6) Keputihan abnormal.

Salah satu gejala kanker serviks yang mungkin muncul

sebagai akibat dari kondisi tersebut adalah keputihan

abnormal. Keputihan abnormal akibat kanker serviks bisa

berbau tidak sedap dan berlebihan. Keputihan yang keluar bisa

muncul karena beberapa penyebab, seperti kerusakan pada

jaringan sel-sel, kerusakan pada kandung kemih atau usus

sehingga terjadi kebocoran, atau karena infeksi bakteri pada

organ vagina.

Untuk mengatasi kondisi ini, Anda dapat menggunakan

gel antibakteri yang mengandung metronidazole. Bisa juga

dengan cara memakai baju yang mengandung zat arang

(karbon). Karbon adalah senyawa kimia yang sangat efektif

untuk menyerap bau yang tidak sedap.


20

2. Komplikasi kanker serviks akibat pengobatan

Ada serangkaian pengobatan yang ditujukan untuk mengobati

kanker serviks yang Anda alami. Cara mengobati kanker serviks

yang umumnya menjadi pilihan mulai dari operasi histerektomi,

terapi radiasi, terapi target, kemoterapi, dan imunoterapi.

Meski dapat membantu meringankan keparahan kanker

serviks, metode pengobatan tersebut berisiko menimbulkan satu

atau lebih efek samping. Berikut beberapa akibat yang muncul

karena pengobatan kanker serviks:

1) Monopause dini

Salah satu akibat yang ditimbulkan dari pengobatan

kanker serviks adalah menopause dini. Menopause dini dapat

terjadi jika rahim dan ovarium diangkat melalui operasi, atau

bisa juga karena rahim dan ovarium rusak saat menjalani

perawatan dengan radioterapi (Kuntari, 2018).

2) Penyempitan vagina

Salah satu akibat yang muncul karena radioterapi kanker

serviks adalah penyempitan vagina. Kondisi ini dapat membuat

hubungan seks sulit, bahkan terasa sangat menyakitkan.

Namun, kondisi ini tidak serta membuat Anda menjadi tidak

subur (Kuntari, 2018).

Untuk mencegah rasa sakit muncul, Anda dapat

mengoleskan krim hormon pada vagina untuk meningkatkan


21

kelembapan pada vagina, sehingga hubungan seks bisa

menjadi lebih mudah. Selain itu, vaginal dilator juga dapat

digunakan untuk mengatasinya (Kuntari, 2018).

3) Munculnya limfedema

Limfedema merupakan salah satu komplikasi yang

mungkin muncul karena pengobatan kanker serviks.

Limfedema adalah pembengkakan yang umumnya muncul

pada tangan atau kaki karena sistem limfatik (getah bening)

terhalang. Sistem limfatik adalah bagian penting dari sistem

kekebalan dan sistem sirkulasi tubuh. Jika nodus limfa

diangkat dari panggul Anda, sistem limfatik mungkin tidak

berfungsi dengan normal (Kuntari, 2018).

2.2 Tinjauan Umum Konsep Pendidikan Kesehatan

2.2.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan

dalam bidang kesehatan. Secara opearasional pendidikan kesehatan

adalah semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan

pengetahuan, sikap, praktek baik individu, kelompok atau masyarakat

dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri

(Yulaelawati, 2018 ).

Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan

mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok,

maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui


22

kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat

pendidik. Pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi atau

pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan

tindakan-tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf

kesehatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan

adalah suatu bentuk kegiatan dengan menyampaikan materi tentang

kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran (Suliha,

dkk, 2018).

2.2.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan (Tank ddk, 2018) yaitu :

1. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.

2. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya,

dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan

dukungan dari luar.

3. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk

meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat

2.2.3 Sasaran Pendidikan Kesehatan

Menurut Tank dkk, 2018 sasaran pendidikan kesehatan dibagi

dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :

1. Sasaran Primer (Primary Target)

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung

segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan

permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan


23

menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu

hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan

Anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan juga

sebagainya.

2. Sasaran Sekunder (Secondary Target)

Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para tokoh

masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut

sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan

kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk nantinya

kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada

masyarakat di sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di

tingkat pusat, maupun daerah. Dengan kebijakan-kebijakan atau

keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai

dampaklangsung terhadap perilaku tokoh masyarakat dan kepada

masyarakat umum.

2.2.4 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari 3 dimensi

menurut Tank dkk, (2018) yaitu;

1. Dimensi sasaran

1) Pendidikan kesehatan individu dengan sasarannya adalah

individu.
24

2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasarannya adalah

kelompok masyarakat tertentu.

3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasarannya adalah

masyarakat luas.

2. Dimensi tempat pelaksanaan

1) Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasarannya

adalah pasien dan keluarga

2) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasarannya adalah

pelajar.

3) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja

dengan sasarannya adalah masyarakat atau pekerja.

3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan

1) Pendidikan kesehatan untuk promosi kesehatan (Health

Promotion), misalnya: peningkatan gizi, perbaikan sanitasi

lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.

2) Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific

Protection) misalnya: imunisasi

3) Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan

tepat (Early diagnostic and prompt treatment) misalnya :

dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari

dari resiko kecacatan.


25

4) Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation)

misalnya : dengan memulihkan kondisi cacat melalui

latihan-latihan tertentu.

2.2 Tinjauan Umum Konsep Pengetahuan

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah proses kegiatan mental yang dikembangkan

melalui proses belajar dan disimpan dalam ingatan, akan digali pada

saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan, pengetahuan diperoleh dari

pengalaman yang berasal dari berbagai sumber (Rataq, 2020).

2.2.2 Proses Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu akibat proses penginderaan

terhadap subyek tertentu, yang berasal dari pendengaran dan

penglihatan. Notoadmodjo (2018) mengungkapkan pendapat Rogers

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari atau

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek);

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Di

sini sikap subyek sudah mulai terbentuk;

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya

stimulus;

4. Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus;


26

5. Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.2.4 Tingkatan Dalam Pengetahuan

Menurut Rachmaniah (2018) menyimpulkan bahwa perubahan

perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Menurut

Notoadmodjo (2018), pengetahuan mempunyai enam tingkatan:

1) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah

mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikannya secara benar.

3) Aplikasi (application), aplikasi diartikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

5) Sintesis (synthesis) adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada. Sintesis menunjuk kepada


27

suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

obyek.

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

(Rachmaniah, 2018).

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang

kepada orang lain terhadap suatu hal untuk dipahami. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah mereka

paham dalam menerima berbagai sumber informasi sehingga

semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya,

semakin rendah tingkat pendidikan seseorangmaka akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan

informasi baru yang diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman serta wawasan tambahan baik secara

langsung maupun tak langsung.


28

3. Umur

Bertambahnya umur seseorang akan mengakibatkan perubahan

pada aspek psikologis dan mental taraf berpikir seseorang akan

semakin matang dan dewasa.

4. Pengalaman

Pengalaman ialah sesuatu yang terjadi sebelumnya pernah

dialami individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Pengalaman ini akan mempengaruhi gaya berpikir seseorang,

dimana pengalaman baik yang bersifat menyenangkan secara

psikologis akan menimbulkan kesan yang membekas dalam emosi

sehingga menimbulkan sikap posotif dan begitu pula sebaliknya.

5. Kebudayaan

Kebudayaan yang dimaksud ialah lingkungan sekitar. Apabila

dalam suatu wilayah mempunyai kebudayaan atau keyakinan untuk

menjagankebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat

sekitar mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan lingkungan.

6. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap suatu keinginan menjadikan seseorang untuk mencoba

dan menekuni hal baru yang pada akhirnya akan membantunya

memperoleh pengetahuan baru dan lebih dalam.


29

7. Informasi

Kemudahan mencari informasi dapat membantu seseorang

untuk lebih cepat memperoleh pengetahuan baru.


30
31

2.3 Keaslian Penilitian

Tabel 2.1
Keaslian Penelitian

No. Judul/Pengarang Desaien Sampel Variabel Intrumen Analis


1. Hubungan Penelitian Pengambilan Variabel Pengelolahan Analisis
Pengetahuan dan menggunakan sampel independen : data editing, Univariat
Sikap Wanita Usia menggunakan Pengetahuan coding, scoring, Analisis
Subur Terhadap penelitian teknik random dan Sikap dan tabulating Bivariat
Minat Melakukan kuantitatif sampling Variabel dan uji statistic
Iva Test di Wilayah dengan sebanyak dependen : menggunakan
Kerja Puskesmas pendekatan 4146 sampel. Minat uji Spearman
Wek I Kota Padang cross sectional Melakukan Iva Rho
sidimpuan Tahun study. Test
2020.
Helmy Aprilia Sari,
Yulinda Aswan
dan Sakinah Yusro
Pohan.
2. Dukungan Jenis penelitian Tehnik Variabel Menggunakan Analisis
Keluarga dan yang analitik pengambilan independen : kuesioner dan Univariat
Perilaku Deteksi dengan sampel yaitu Dukungan Analisis
Dini pendekatan Keluarga dan uji statistik chi– Bivariat
cross sectional. onsecutive Perilaku square
Kanker Serviks sampling dengan Deteksi Dini
Pada Wanita Usia jumlah sampel 100
Subur di wilayah wanita usia subur Variabel
kerja Puskesmas dependen :
Sewon I Bantul Kanker Serviks
Tahun 2021. Pada Wanita
Usia Subur
Shafiatush
Shalikhah, Sabar
Santoso dan Hesty
Widyasih

3. Hubungan Jenis penelitian Sampel dalam Variabel Menggunakan Analisis


Pengetahuan penelitian ini independen : kuesioner Univariat
menggunakan adalah wanita usia Pengetahuan Analisis
Wanita Usia Subur
analitik cross subur sebanyak Wanita Usia Bivariat
Tentang Kanker sectional 848 Subur
Serviks Dengan Iva
Variabel
Test di
dependen :
Ciumbuleuit Kanker Serviks
Kecamatan Dengan Iva
Cidadap Kota Test
Bandung Tahun
2018.
Fifi Citra Wiryadi
32

dan Fitria
Handayani
4. Pengaruh Jenis penelian Sampel dalam Variabel Menggunakan Analisis
pendidikan ini Quasi penelitian ini independen : kuesioner Univariat
kesehatan tentang experimental adalah 80 wanita Pendidikan Analisis
kanker serviks pre-post test usia subur kesehatan Bivariat
tentang kanker
terhadap
serviks
pengatahuan WUS
Variabel
diwilayah kerja dependen :
puskesmas rijali, Pengatahuan
desa batumerah, WUS
kecamatan sirimau
kota ambon Tahun
2022
Siti Sarkia
Fataruba
Perbedaan : perbedaan dari penelitian sebelum dengan penelitian saya terdapat pada desain, sampel dan hasil penelitian
33

BAB III

KARANGKA KONSEP

3.1 Karangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan fisualisasi tentang hubungan

atau kaitan antara konsep dan variable-variabel yang akan diamati atau ukur

malalui penilitian yang akan dilakukan (Notoadmojo 2018). Kerangka konsep

dalam peneliti ini bertujuan untuk mendeskriptifkan “Apakah ada pengaruh

pendidikan kesehatan tentang kanker serviks terhadap pengetahuan wanita

usia subur diwilayah kerja puskesmas rijali, desa batumerah,kecematan

sirimau kota ambon.

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan Pendidikan Pengetahuan


Sebelum Kesehatan Sesudah

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Gabungan
34

3.2 Hipotesis

1. Hipotesis alternatif (Ha) :

H0 ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang kanker serviks

terhadap pengetahuan wanita usia subur diwilayah kerja puskesmas

rijali, desa batumerah, kecamatan sirimau kota ambon.


35

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode

penelitian yang digunakan adalah quasy experimental study dengan one group

pretest-posttest design. Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel

bebas (pendidikan kesehatan) terhadap variabel terikat (pengetahuan WUS

tentang kanker serviks).

Pendidikan kesehatan pada penelitian ini berfokus pada pemberian

materi kepada remaja dengan metode ceramah dengan menggunakan metode

pretest-posttest design yaitu mengukur pengetahuan dan sikap sebelum dan

sesudah diberikan intervensi yaitu pendidikan kesehatan sadari dengan

rancangannya sebagai berikut:

Tabel 4.1 Desain Penelitian

Pre test Perlakuan Post test

Kelompok pa x pb

Intervensi

Keterangan :

Pa : Pre test pengaruh pendidikan kesehatan tentang kanker serviks

pada kelompok intervensi sebelum diberikan intervensi.


36

Pb : post test pengaruh pendidikan kesehatan tentang kanker serviks

pada kelompok intervensi setelah diberikan pendidikan kesehatan.

X : pendidikan kesehatan tentang pencegahan kanker serviks dengan

metode ceramah dan alat bantu leaflet.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di puskesmas rijali, desa batumerah,

Kecamatan Sirimau Kota Ambon.

4.2.2 Waktu Penelitian

penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2022

4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

4.3.1 Populasi

Menurut Notoadmojo (2018), Populasi adalah keseluruhan objek

penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh wanita usia subur dengan jumlah 80 orang

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki

oleh populasi tersebut. Dengan demikian sampel adalah sebagian dari

populasi yang karakteristinya hendak diselidiki, dan bisa mewakili

keseluruhan populasinya sehingga jumlah lebih sedikit dari populasi

(Sugiyono 2016). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh wanita di

usia subur yang sudah menikah dan belum berjumlah 80 orang.


37

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah anccidental sampling, yaitu metode penentuan sampel dengan

mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat

sesuai dengan konteks, dan kebutuhan penelitian (Notoadmodjo,2018

dalam (Zul Fikar,2020).

Adapun Kriteria Inklusi dan Ekslusi dalam penelitian ini ialah :

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti

(Nursalam, 2013, dalam Mahmud, 2020). Kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah :

a) Responden yang mengalami penyakit kanker serviks yang

terkafer di rekam medic puskesmas.

b) Responden yang bersedia di identifikasi dalam pengambilan

data dan terdiagnosis mengalami kanker serviks.

2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena

berbagai sebab (Nursalam, 2013, dalam Anissa,2020).

a) Responden tidak bersedia dalam pengambilan data.

b) Responden berhalangan hadir saat dilakukan identifikasi.


38

4.4 Variabel Penelitian

Menurut Notoadmojo (2018), variabel mengandung pengertian ukuran

atau ciri dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang

dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang dimiliki oleh kelompok lain.

4.4.1 Variabel Independen

Variabel Independen adalah variabel bebas yang nilainya

menentukan variabel lain. (Nursalam, 2017). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan.

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel Dependen adalah variabel terikat yang nilainya

menentukan variabel lain. (Nursalam, 2017). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah pengetahuan.

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.2
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kanker Serviks Terhadap Pengetahuan
Wanita Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecematan
Sirimau Kota Ambon
Tahun 2022

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala


Operasional Pengukuran
1. Variabel Suatu intervensi Leaflet
Pendidikan yang
Kesehatan diberikan peneliti - -

untuk
merubah pola

Pikir responden

mengenai kanker
serviks dengan
harapan
meningkatkan
pemahaman

2. Variabel Pengetahuan Kuesioner Kriteria :


39

independen merupakan 1. Baik bila skor


Pengetahuan kemampuan wanita atau nilai 76- Ordinal
subur untuk 100%
mengenal dan
memahami tentang 2. Cukup bila skor
deteksi dini kanker 56-75%.
serviks, yang 3. Kurang jika
diperoleh dari nilai dibawah
beberapa sumber. <56%.

(Notoatmodjo
2017)

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun dengan

tujuan untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif maupun data

kuantitatif (Nursalam, 2017). Kuesioner, leaflet dan SAP dalam penelitian

diartikan sebagai daftar pernyataan yang sudah tersusun dengan baik dan

responden memberikan jawaban sesuai pemahaman. Instrumen dalam

penelitan ini adalah dengan menggunakan kuesioner penelitian Nuraini

Sofianti 2018, yang sudah diuji validitas dan realibilitas.

Uji validasi di lakukan untuk mengetahui tingkat kevaliditas

instrument kuesioner yang di gunakan dalam mengumpulkan data. Uji

validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam

kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan di

teliti. Pengujian menggunakan uji tingkat signifikan <0,05.

Realibilitas adalah tingkat keandalan kuesioner. Setelah instrument-

instrumen pada variable tingkat pengetahuan dan peran tenaga kesehatan dan
40

di nyatakan valid, maka selanjutnya dilakukan uji realibilitas (keandalan) pada

masing-masing variable.

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

4.7.1 Cara Pengumpulan Data

Metode yang di gunakan dalam pengumpulan data adalah dengan

menggunakan kuesioner dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap persiapan

dan tahap pelaksanaan. Lembar kuesioner ini berisi sejumlah

pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai pengaruh pendidikan

kesehatan tentang kanker serviks terhadap pengetahuan wanita usia

subur diwilayah kerja puskesmas rijali, desa batumerah, kecamatan

sirimau kota ambon. Adapun langkah-langkah pengumpulan data

sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

1) Peneliti meminta surat pengantar dari kampus untuk

melaksanakan studi pendahuluan dengan tujuan mencari data

awal pada petugas puskesmas rijali desa batumerah.

2) Peneliti meminta izin kepada petugas puskesmas rijali untuk

melakukan penelitian.

3) Peneliti mendatangi sampel penelitian yang setuju berpatisipasi

dalam penelitian, menghitung sampel minimal yang telah di

tetapkan yang kemudian di jadikan reponden dalam penelitian


41

4) Pengumpulan data dilakukan peneliti sendiri dengan

menggukanan kuesioner terhadap responden yang telah

menyetujui untuk di jadikan sebagai sampel

5) Responden menandatangani lembar menjadi responden.

Mendistribusikan kuesioner penelitian kepada responden dan

mohon agar sampel penelitian menjawab semua pertanyaan

yang tersedia.

6) Peneliti mengakses kembali kelengkapan kuesioner yang telah

di isi responden dan akan melengkapi kekurangan dengan

memberikan penjelasan kembali pada responden yang belum

jelas

7) Kuesoner yang telah di isi oleh responden di kumpulkan oleh

peneliti dan data yang di perlukan telah di isi lengkap oleh

responden sehingga layak untuk di jadikan data dalam

penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

1) Sebelum melakukan intervensi peneliti mentukan topik tentang

kanker serviks dengan sasaran wanita usia subur

2) Pendidikan kesehatan akan dilaksanakan selama 20 menit.


42

3) Tujuan instruksional umum dari kegiatan pendidikan kesehatan

ini adalah setelah dilakukan pendidikan kesehatan wanita usia

subur diharapkan mengetahui tentang kanker serviks.

4) Materi yang akan diberikan yaitu meliputi definisi kanker

serviks, factor risiko kanker serviks dan gejala kanker seviks.

5) Pencegahan dini kanker serviks.

6) Metode yang digunakan adalah liflet

7) Peneliti membagikan kuesioner pertama sebagai pre-test,

responden diberikan waktu menjawab pertanyaan selama 5

menit

8) Penyampaian materi oleh peneliti.

9) Peneliti membagikan kuesioner kedua sebagai post-test

10) Peneliti melakukan observasi pengetahuan tentang kanker

serviks.

4.7.2 Pengolahan Data

Data yang di kumpulkan selanjutnya di olah dengan beberapa tahap

yaitu:

1. Pengeditan Data (Editing)

Memeriksa kembali data-data yang telah di kumpulkan ada

kesalahan atau tidak.


43

2. Pengkodean Data (coding)

Pemberian nomor-nomor kode atau bobot pada jawaban yang

bersifat kategori.

1) Pendidikan Kesehatan :

Leaflet

2) Pengetahuan :

Baik apa bila nilai = 76-100%

Cukup apa bila nilai = 56-75%

Kurang Baik apa bila nilai = < 65%

3. Memberikan Skor (scoring)

Setelah di lakukan koding data, maka di lakukan pemberian skore

pada masing-masing sub variabel dan di jumlahkan

4. Memproses Data (Processing)

Setelah data di kumpulkan kemudian di proses dengan computer

menggunakan program komputer untuk di analisis

5. Pembersihan Data (cleaning)

Pembersihan data di lakukan untuk mengoreksi jika ada kesalahan

pengolahan data sehingga dapat di perbaiki.

4.8 Analisis Data

Dalam penelitian ini di gunakan analisis data univariat dan analisis bivariat
44

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah seluruh variabel yang akan digunakan

dalam analisis ditampilkan dalam distribusi frekuensi, analisis univariat

untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dependen

dan independen.

2. Analisis Bivariat

Sebelum dilakukan uji bivariat dilakukan uji normalitas data, jika

sebaran data berdistribusi normal menggukan uji paried t test jika tidak

normal menggunakan uji Wilcoxon. Analisis bivariat adalah analisis yang

digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan

independen secara bersamaan dengan menggunakan uji normalitas. Uji

normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai

sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut

berdistribusi normal ataukah tidak. Uji normalitas berguna untuk

menentukan data yang telah di kumpulkan berdistribusi normal atau di

ambil dari populasi normal mengunakan uji Paired Sample Test.

4.9 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitan, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada

instansi tempat peneliti dalam hal ini di ajukan kepada kepala puskesmas

rijali, desa batumerah, kecamatan sirimau kota ambon. Setelah mendapat


45

persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menentukan masalah etika

penelitian meliputi :

1. Informent consent

Lembaran persetujuan di berikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti

menjelaskan maksut dan tujuan riset yang di lakukan serta dampak yang

mungkin terjadi selama pengumpulan data. Jika responden bersedia

diteliti, maka mereka harus menandatangani lembaran persetujuan tersebut

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden

tetapi lembar tersebut di berikan kode atau inisial.

3. Confidential (kerahasiaan)

Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu yang di laporkan hasil penelitian.


46

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian

Puskesmas rijali desa batumerah kecamatan sirimau memiliki

batas wilayah yaitu :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan teluk ambon.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Hatalai dan desa Ema

(Kecematan Leitimur Selatan).

3. Sebelah Barat berbatasan kelurahan Urimessing dan Kelurahan Silale

(Kecamatan Nusaniwe).

5.1.2 Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan suatu analisa yang digunakan

untuk tiap-tiap variable dari hasil penelitian yang menghasilkan suatu

distribusi frekuensi dan presentase dari masing-masing variable. Baik

variable bebas maupun variable terikat

1. Karakteristik Usia

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik Usia Frekuensi (n) Persentase (%)
<20 Tahun 8 22.9
21 – 30 Tahun 7 20.0
>31 Tahun 20 57.1
Total 35 100.0
Sumber : Data Primer,2022
47

Bedasarkan Tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwa dari 35 responden

yang terbanyak adalah responden dengan kelompok umur >31 tahun

dengan jumlah sebanyak 20 (57.1%) responden, dan yang paling sedikit

yaitu responden 21-30 tahun dengan jumlah sebanyak 7 (20.0%)

responden.

2. Karakteristik Pekerjaan

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Responden Frekuensi (n) Persentase (%)
Petani 9 25.7%
Pengusaha 16 45.7%
PNS 10 28.6%
Total 35 100.0
Sumber : Data Primer,2022

Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa dari 35

responden yang diteliti ditemukan, Responden terbanyak adalah responden

yang bekerja sebagai pengusaha sebanyak 16 (45,7%) responden dan yang

paling sedikit bekerja sebagai petani berjumlah 9 (25.7%) responden.

3. Karakteristik Tingkat Pendidikan

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pekerjaan Responden Frekuensi (n) Persentase (%)
SD 5 14.3
SMP 12 34.3
SMA/Sederajat 9 25.7
DIII/S1 9 25.7
Total 35 100.0
Sumber : Data Primer,2022

Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa dari 35

responden yang diteliti ditemukan, Responden terbanyak adalah responden


48

yang memiliki Tingkat pendidikan SMP sebanyak 12 (34.3%) responden

dan yang paling sedikit adalah responden dengan tingkat pendidikan SD

berjumlah 5 (14.3%) responden.

4. Pengetahuan Sebelum & sesudah

Tabel 5.4
Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks
Sebelum Dan Sesudah Sosialisasi Pendidikan Kesehatan
Frekuensi Rata-
Minimum Maximum Mean Std.Dev
(n) rata
Pre Test
35 6% 4 10 6.29 1.708
(Sebelum)
Post Test
35 4% 9 13 11.40 .812
(Sesudah)
Paired Sample Test

Berdasarkan Tabel 5.4 Diatas dapat dijelaskan Presentase

pengetahuan responden sebelum (Pre-Test) dilakukan Sosialisasi

pendidikan kesehatan tentang Kanker Serviks diperoleh rata-rata 6%

dengan nilai minimum 4 dan nilai maksimum 10, sedangkan peresentase

pengetahuan responden sesudah (Post-Test) dilakukan Sosialisasi

pendidikan kesehatan diperoleh rata-rata 4%, dengan nilai minimum 9 dan

nilai maksimum 13.


49

5.1.3 Analisis Bivariat

Tabel 5.5
Hasil Uji Statistik Paired Sampel T-Test
Variabel
Mean Std.Deviation p-sig (2-tailed)
Pengetahuan

Pre Test (Sebelum)


5.114 1.906
.000
Post Test (Sesudah)

Paired Sample Test

Tabel 5.5 menunjukkan uji statistik dengan menggunakan uji

Paired Samples Test nilai signifikansi (2-tailed) 0.000<0.05 menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah

dilakukan sosialisasi pendidikan kesehatan tentang kanker serviks wanita

usia subur, artinya ada pengaruh yang bermakna sebelum dan sesudah

dilakukan sosialisasi pendidikan kesehatan tentang kanker serviks terhadap

wanita usia subur.

5.2 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kanker Serviks Terhadap


Pengetahuan Wanita Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali,
Desa Batumerah, Kecamatan Sirimau Kota Ambon.
5.2.1 Pengetahuan Sebelum Dilakukan Sosialisasi Pendidikan Kesehatan

tentang kanker Serviks Terhadap Wanita Usia Subur (WUS).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan WUS

sebelum dilakukan sosialisasi pendidikan kesehatan tentang kanker

serviks teradap wanita usia subur (WUS) diwilayah kerja puskesmas

rijali desa batumerah kecamatan sirimau kota ambon nilai rata – rata

6% dengan nilai minimum 4, nilai maximum 10 Rendahnya


50

pengetahuan responden dapat dipengaruhi oleh informasi yang pernah

diperoleh oleh responden, sebagian pengetahuan yang memiliki

pengetahuan kurang, kata bidan desa di desa tersebut belum pernah

mendapatkan informasi tentang kanker serviks. Hal ini diperkuat oleh

pernyataan Wawan A. dan Dewi (2020) bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan dalam diri sendiri seseorang adalah

media/informasi yang pernah ia dapatkan maka pengetahuan yang

dimiliki semakin meningkat.

Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Renggalis Maulina

(2021) mengenai “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Tentang Pap

Smear Pada Wanita Usia Subur (WUS)” dengan nilai signifikan (p)

0,000 (p<0.05), dalam hal ini sangatlah pentig, karena dengan adanya

informasi maka WUS menjadi tahu tentang perkembangan masalah

kesehatan yang ada saat ini dan menambahkan pengetahuan WUS

bagaimana cara mengatasi masalah kesehatan, semakin banyak

informasi yang WUS peroleh semakin banyak yang mau melakukan

pemeriksaan kesehatannya.

5.2.2 Pengetahuan Setelah Dilakukan Sosialisasi Pendidikan Kesehatan

tentang kanker Serviks Terhadap Wanita Usia Subur (WUS).

Setelah dilakukan sosialisasi pendidikan kesehatan tentang

kanker serviks Terhadap Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Batumerah

wilayah kerja Puskesmas Rijali kecamatan sirimau kota ambon selama

± 30 menit, didapatkan hasil yaitu terdapat peningkatan pengetahuan


51

tentang kanker serviks. Sebelum dilakukan sosialisasi pendidikan

kesehatan diperoleh nilai Minimum 4 meningkat menjadi 9 dan nilai

maksimum sebelum diberikan penyuluhan yaitu 10 meningkat menjadi

13 setelah dilakukan sosialisasi pendidikan kesehatan tentang kanker

serviks Terhadap Wanita Usia Subur (WUS).

Hal ini dikarenakan ada pengaruh yang bermakna setelah

dilakukan sosialisasi pendidikan kesehatan tentang kanker serviks dan

responden dapat menerima dengan baik cara penyampaian materi serta

sebaran angket kuisioner yang diberikan kemudian penjelasan

lefleat(lembaran balik) yang mudah dimengerti dan dipahami oleh

responden, artinya penyampaian pesan kepada individu atau

masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar dan tepat. Olehnya

sosialisasi pendidikan kesehatan tentang kanker serviks Terhadap

Wanita Usia Subur (WUS). yang disampaikan ini telah membantu

memberikan informasi tentang virus kanker serviks, sehingga mereka

dapat mencegah terjadinya angka kematian ibu. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian Ni Putu L. dkk (2018) dengan judul “Pengaruh

Penkes Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Audio Visual Terhadap

Motivasi Pemeriksaan IVA” dengan hasil (p-value 0,001 <0.05) Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dengan

menggunakan audio visual sangat berpengaruh terhadap motivasi WUS

untuk melakuakan pemeriksaan IVA. Pengetahuan yang didapat saat


52

penyuluhan ada tiga indikator yang pengetahuannya rendah yaitu faktor

resiko, tanda gejala dan pencegahan.

5.2.3 Pengaruh Sebelum Dan Sesudah Dilakukan sosialisasi Pendidikan


Kesehatan Tentang Kanker Serviks Terhadap Pengetahuan
Wanita Usia Subur (WUS).
Berdasarkan hasil uji statistik dapat diketahui bahwa pengetahuan sebelum

diberikan penyuluhan nilai Minimum pengetahuan responden sebesar 4

kemudian meningkat menjadi 9 setelah dilakukan sosialisasi pendidikan

kesehatan tentang kanker serviks terhadap wanita usia subur (WUS).

Berdasarkan hasil uji statistik Paired Sample Test

didapatkan nilai p-Value sig (2-tailed) 0.000 <(0.05) ini

menunjukkan ada pengaruh yang bermakna antar pengetahuan sebelum

dan sesudah dilakukan sosialisasi pendidikan kesehatan tentang kanker

serviks terhadap wanita usia subur (WUS). Desa batumerah wilayah

kerja puskesmas rijali kecamatan sirimau kota ambon.

Penelitian ini dilakukan dengan pre test(Sebelum) dan post test

(Sesudah) dilakukan sosialisasi pendidikan kesehatan tentang kanker

serviks dilakukan dalam 1 hari karena penelitian ini hanya mengukur

sisi kognitif saja. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Chuang (2019), dimana perlakuan yang menargetkan perubahan sisi

kognitif lebik cepat perubahannya dibandingkan afektif. Perlakuan yang

menargetkan pada peningkatan kesadaran lebih cepat dibandingkan

dengan perubahan perilaku. Jeda pengukuran post test terlalu lama


53

dengan pre tes akan membuat variasi data semakin tinggi yang pada

akhirnya meningkakan varian eror data akibatnya efek murni perlakuan

sulit diestimasi.

Diharapkan ketika dilakukan sosialisasi pendidikan kesehatan

dengan metode pendekatan persuasif meningkatkan pengetahuan WUS

tentang kanker serviks. Sehingga dapat melaksanakan pemeriksaan

dengan teratur yaitu 1 tahun sekali sehingga WUS dapat mendeteksi

sedini mungkin kanker serviks dan diharapkan puskesmas berkerjasama

dengan semua bidan desa dan kader agar dilakukan lagi penyuluhan

kesehatan terkait reproduksi secara menyeluruh. Setiap polindes juga

dapat menambahkan gambar-gambar, buku bacaan terkait dengan

masalah kesehatan reproduksi.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini

antara lain :

1. Peneliti melakukan penelitian ini dalam skala kecil. Karena peneliti

hanya mengambil sampel sebanyak 40 responden.

2. Penelitian hanya membahas dua variabel dari banyaknya faktor pencetus

3. Gangguan jaringan komunikasi akibat Cuaca Ekstrem Akhir-Akhir ini

sangat menghambat peniliti.


54

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Dapat dijelaskan Presentase pengetahuan responden sebelum (Pre-Test)

dilakukan Sosialisasi pendidikan kesehatan tentang Kanker Serviks

diperoleh nilai minimum 4 dan nilai maksimum 10.

2. Presentase pengetahuan responden sesudah (Post-Test) dilakukan

Sosialisasi pendidikan kesehatan diperoleh nilai minimum 9 dan nilai

maksimum 13.

3. Uji Statistik dengan menggunakan uji Paired Samples Test nilai

signifikansi (2-tailed) 0.000<0.05 menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan sosialisasi

pendidikan kesehatan tentang kanker serviks wanita usia subur, artinya

ada pengaruh yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan sosialisasi

pendidikan kesehatan tentang kanker serviks terhadap wanita usia subur.

6.2 Saran
55

Berdasarkan hasil penilitian yang di lakukan maka dapat di sampaikan

saran sebagai berikut :

1. Bagi Akademik

Dapat memperbanyak praktek keperawatan demi meningkatkan peserta

didik yang berkualitas dan mampu bersaing pada tingkat nasional

maupun internasional.

2. Bagi Profesi Keperawatan

penelitian ini dapat menambah literatur atau bahan bacaan bagi

perpustakaan STIKes Husada dan perawat khususnya tentang pengaruh

pendidikan kesehatan tentang kanker serviks terhadap wanita usia subur

(WUS).

3. Bagi Peneliti

Diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang meniliti variabel lain yang

berkaitan dengan pengaruh pendidikan kesehatan tentang kanker serviks

terhadap wanita usia subur (WUS).


56

DAFTAR PUSTAKA

A. Wawan dan Dewi M, 2020. Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Manusia.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Andrijono, 2019. Kanker Devisi Orikologi Departemen Obstetri dan Ginekologi,


Jakarta: FKUI.

Aprianti A, Fauza M, Azrimaidalisa A. Faktor yang Berhubungan dengan Deteksi


Dini Kanker Serviks Metode IVA di Puskesmas Kota Padang. Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia. 2019;14(1):68.

Arikunto, 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.


Artiningsih N, 2019. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita
Usia Subur dengan Inspeksi Visual Asam Asetat Dalam Rangka
Deteksi Dini Kanker Serviks. Di Puskesmas Blooto Kecamatan
Prajurit Kulon Mojokerto. Tesis : Universitas Sebelas Maret.

Aynur Uysal dan Aylin Birsel (2019).“Knowledge about Cervical Cancer Risk
Factors and Pap Testing Behaviour among Turkish Women”.Asian
Pacific Journal Of Cancer Prefention,Vol:10,345-35

Diananda. 2019. Faktor-fakor yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker


Serviks di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan
Komunitas volume 2 No 2.

Dinas Kesehatan Maluku . Profil Kesehatan Maluku 2018.


57

Dr. Syska Maolana, 2019. Pencegahan Penyakit Tidak Menular & Surveilans.
Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Ferdina. 2019. Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) Tentang


Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dengan Minat dalam
Melaksanakan Pemeriksaan IVA. Karya Ilmiah. Akademi Kebidanan
Medika Wiyata Kediri.

Global Cancer Statistics. GLOBOCAN 2020 : Estimates of Incidence and


Mortality Worldwide For 36 Cancers in 185 Coutries. [Internet].
2018.Availablefrom:http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_populat
ion.aspx.

Hanafi. 2020. Asuhan Ibu dengan dengan Kanker Serviks. Jakarta : Salemba
Medika

Hidayat A, 2019. Metodedologi Penelitian Kesehatan, Bineka Cipta, Jakarta.

Hoai do H, Taylor VM, Burke N, et al (2020). Knowledge aboutcervical cancer


risk ractors, traditional health beliefs, andPap testing among
Vietnamese American women, Immigrant Health, Vol:9, 109–114.

Indrayani Triana, dkk, 2020. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia
Subur Terhadap Minat Melakukan Iva Test Di Puskesmas Kecamatan
Jatinegara. Jurnal Penelitian. Universitas Nasional Jakarta:Vol.4.No.2.

Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. Hasil Utama


Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehat Republik Indonesia
[Internet].2019;1100.Availablefrom:http://www.depkes.go.id/resource
s/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf

Kementerian Kesehatan RI. Hari Kanker Sedunia 2019 [Internet]. 2020. Available
from: https://www.kemkes.go.id/pdf.php?id=19020100003
58

Kepetusunan Nomor 796/Menkes/SK/VII/2010 tentang Pedoman Teknis


Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. Jakarta
Mubarak.I.W.(2015). Pomosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha

Kuntari. Faktor yang Berhubungan dengan PUS dalam Deteksi Dini Kanker
Serviks dengan IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Ngawen I
Kabupaten Gunung Kidul. 2019;

Lubis dan Rhina C. 2020, “Faktor Risiko yang Memengaruhi Kejadian Kanker
Serviks pada Wanita” Palembang : Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol:
14

Maharsie, L dan Indarwati. 2019. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kanker


servik dengan Keikutsertaan Ibu Melakukan IVA Test di Kelurahan
Jebres Surakarta. Jurnal Penelitian Vol 9 No. 2.

Mardjikoen P, 2019. Serviks Uterus. Dalam: Prawirohardjo S. Ilmu Kandunga.


Edisi 2. Jakarta: Bina Pustaka.

Marmi, 2020. Kesehatan Reproduks. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Menteri


Kesehatan Republik Indonesia, 2015.

Nasution D.L.dkk, 2020. Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur
Dengan Inspeksi Visual Asetat (Iva Test) Di Klinik Bersalin. Medan:
Univesitas Sumatra Utara.Vol. 2 Hal.1.

Nordianti M.E. dan Wahyono B,2020 dikutip dari Profil Provinsi Jawa Tengah,
2016. Cakupan Program Deteksi Dini Kanker Serviks. Jurnal
Penelitian. Universitas Negeri Semarang.

Notoamojo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;


2019. 18–21 p.

Notoatmodjo, S, 2014. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
59

Nugroho T, 2020. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya, Nuha


Medika, Yogyakarta.

Nursalam, 2019. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktisi


Edisi 3. Jakarta: Selemba Medika

Nurwijaya H, Andrijono, Suheimi H K, 2019. Cegah dan Deteksi Dini Kanker


serviks, Jakarta: PT: Gramedia

Rachmaniah, Nova. 2019. ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI


Dengan Tindakan ASI Eksklusif’.

Radji. 2019. Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) dengan
Pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat (IVA) di Puskesmas Buleleng.
Jurnal Magister Kedokteran Volume 1 No 1.

Renggalis M. 2020, “Factor-Faktor Yang Berhubungan Tentang Pap Smear Pada


Wanita Usia Subur (WUS)”. Banda Aceh: Jurnla Kesehatan
Masyarakat Stikes Budiyah. Riskesdes 2018, “Prevelensi Kanker
Indonesia” Jakarta.

Riksani. 2019. Hubungan karakteristik dan pengetahuan wanita usia subur


tentang kanker serviks dan IVA dengan perilaku pemeriksaan IVA di
wilayah kerja Puskesmas Krembangan Selatan Surabaya. Jurnal
Universitas Airlangga

Riskesdas, 2018. Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati fdan R&D. Bandung :


PT Alfabet.

Suhaeni, 2020. Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Iisis Press. Widiastuti, 2014.


Mengenal Tentang Penyakit Kanker Serviks. Jakarta: Jaya Pustaka

WHO 2020. Human Papillomavirus and Related Diseases Report : World 2018.
HPV Centre
60

Wigati A dan AZN. Peran Dukungan Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan


Deteksi Dini Kanker Serviks. Jurnal Kebidanan Indonesia. 2018;1:12–
7.

Zuliyanti. Pengetahuan dan Dukungan Sosial Mempengaruhi Perilaku Deteksi


Dini Kanker Servik Metode IVA. Journal Midwifery. 2018;1(1):6–

LEMBAR KUESIONER
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER
SERVIKS TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR
DI WILAH KERJA PUSKESMAS RIJALI DESA BATUMERAH
KECAMATAN SIRIMAU KOTA AMBON
TAHUN 2022

A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
B. Petunjuk
a. Bacalah terlebih dahulu kuesioner penelitian ini dengan saksama
b. Berilah tanda (X) pada salah satu pilihan jawaban yang sesuai dengan
pendapat anda

1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks ?


a. Merupakan suatu penyakit ganas pada wanita
b. Penyakit kanker dileher Rahim
c. Keganasan yang terjadi pada Rahim
2. Apakah ibu mengetahui hal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit
kanker serviks ?
a. Ekonomi yang rendah dan kebersihan yang kurang
b. Pasangan seksual yang berganti-ganti
61

c. Jarang mengganti pembalut


3. Menurut ibu apa sajakah gejalah awal dari penyakit kanker serviks ?
a. Keputihan dan menimbulkan bau, bau ini karna adanya infeksi
b. Rasa sakit perut bagian bawah
c. Rasa sakit diperut dan terasa mual
4. Menurut ibu berapa stadium tertinggi penyakit kanker leher rahim ?
a. Stadium 4
b. Stadium 3
c. Stadium 2
5. Kanker serviks dapat dilakukan dengan pemeriksaan apa ?
a. Laboratorium
b. USG
c. IVA (inspeksi visual dengan asam asetat)
6. Menurut ibu, apa itu pemeriksaan IVA ?
a. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi secara kanker serviks
b. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengobati kanker serviks
c. Pemeriksaan yang dilakukan untuk pencegahan kanker serviks pada
wanita
7. Dari mana ibu mengetahui tentang pemeriksaan IVA ?
a. Dari tetangga
b. Petugas medis
c. Dari orang yang pernah melakukan pemeriksaan IVA
8. Menurut ibu, apa keuntungan melakukan pemeriksaan IVA dibandingkan
dengan kanker serviks yang lain ?
a. Hanya dapat dilakukan dokter kandungan
b. Sama saja dengan pemerisaan lain
c. Mudah, praktis, cepat dan hemat biaya
9. Menurut ibu apakah manfaat dari pemeriksaan IVA ?
a. Dapat mengetahui kelainan pra kanker serviks secara dini
b. Untuk mengetahui secara dini keganasan pada wanita
c. Untuk mengetahui perubahan kanker serviks
62

10. Kepada siapakah sebaiknya pemeriksaan IVA ditujukan ?


a. Semua wanita yang sudah menikah
b. Semua wanita yang sudah menikah / > 30 tahun
c. Semua wanita yang sudah menstruasi
11. Apakah ibu mengetahui kapan ibu bisa menjalani pemeriksaan IVA ?
a. Kapan saja dalam siklus menstruasi, pada masa kehamilan, nifas
b. Sebaliknya tidak dalam keadaan haid
c. Saat dalam keadaan haid
12. Berapa lama sebaiknya interval/ jarak pemeriksaan IVA dilakukan ?
a. Sebulan sekali
b. 3 tahun / 5 tahun sekali
c. 6 bulan sekali
13. Siapakah yang dapat melakukan pemeriksaan IVA ?
a. Dokter/ bidan/ perawat
b. Ahli bedah
c. Dokter penyakit dalam
14. Dimana saja pemeriksaan IVA dapat dilakukan ?
a. Rumah
b. Posyandu
c. Puskesmas
15. Apabila dalam pemeriksaan IVA hasilnya negative, apakah kita tetap perlu
untuk melaksanakan pemeriksaan berikutnya ?
a. Ya
b. Ragu-ragu
c. Tidak
16. Apabila hasil pemeriksaan IVA positif, apakah yang sebaiknya ibu
lakukan ?
a. Melakukan pemeriksaan selanjutnya
b. Melakukan pengobatan
c. Membiarkan saja
63

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)
“KANKER SERVIKS DAN CARA PENCEGAHANNYA”
Waktu :
Tanggal :
Tempat : Puskesmas rijali desa batumerah
Oleh : Siti Sarkia Fataruba

I. Tujuan umum

Setelah memberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran dapat : mengetahui


tentang materi yang telah disampaikan .

II. Materi

1. Pengertian kanker serviks

2. Faktor resiko terjadinya kanker serviks

3. Cara pencegahannya.

KERANGKA PEMATERI

Waktu Kegiatan
1. Pembukaan
 Salam
10 menit  Pengenalan
 Tujuan
Agar materi yang disampaikan dapat diterima
30 menit 2. Inti/materi
64

a. Menjelaskan materi
 Pengertian kanker serviks
 Faktor resikoterjadinya kanker serviks
 Cara pencegahannya
b. Sasaran menyimak materi
3. Penutup
a. Menyumpulkan materi
20 menit
b. Melakukan post test dengan pengisian kuesioner
c. Memberi salam

III. Media dan sumber


 Media : Ceramah
 Sumber : Dari materi tesis peniliti
IV. Evaluasi
1. Prosedur : Pre-test dan Post-test
2. Jenis test : Tulis
3. Bentuk : Pertanyaan tertutup
V. Lampiran
 Materi
MATERI KANKER SERVIKS
1. Pengertian kanker serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh dalam leher Rahim
atau serviks yaitu suatu daerah atau organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke Rahim yang terletak antara uterus dengan liang
senggama (vagina). Kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang
penting bagi wanita di seluruh dunia.Kanker ini adalah jenis kanker kedua
yang paling umum terjadi pada perempuan, di seluruh dunia.
2. Faktor resiko terjadinya kanker serviks
a. Merokok
b. Berganti-ganti pasangan seks
c. Berhubungan seksual diusia pertama kali melakukan seks
d. Kurang menjaga kebersihan alat kelamin
e. Menggunakan kontrasepsi oral dalam jangka lama yaitu lebih dari 10
tahun.
3. Gejala kanker serviks
a. Perdarahan vagina yang bersifat abnormal
b. Adanya riwayat keputihan menahun
c. Perdarahan setelah berhubungan seksual
65

d. Nyeri yang menjalar ke pinggang atau tungkai


e. Nyeri saat perkemih
4. Cara Pencegahannya

 IVA

 Pap Smear
66

Apa Itu Kanker Serviks ? Gejala Kanker Serviks


Keganasan yang terjadi pada jaringan leher Pada stadium dini, seringkali tidak menunjukan
Rahim dan menonjol kepuncak liang senggama. gejala atau tanda yang khas. Namun, pada
Kanker Serviks stadium lanjut, muncul gejala-gejala yang harus
Faktor Risiko Kanker serviks
diperiksa lebih lanjut ke dokter untuk
1. Melakukan hubungan seksual diusia muda ( <
memastikan ada tidaknya kanker yaitu :
18 tahun)
2. Berganti-ganti pasangan seks 1. Haid tidak teratur
3. Melakukan hubungan seks dengan pria yang
2. Nyeri panggul
sering berganti-ganti pasangani
4. Merokok, terpapar asap rokok (perokok pasif) 3. Keputihan atau keluar cairan encer putih
5. Kurang menjaga kebersihan alat kelamin. kekuningan bercampur darah seperti nanah

4. Pendarahan spontan tidak pada masa


haid/diantara menstruasi

5. Pendarahan pada masa monopause

SITI SARKIA FATARUBA


NPM. 1420118091

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2022
67

Deteksi Kanker Serviks Melalui Pengaruh IVA Bagi wanita


Pemeriksaan IVA dan Pap Smear.
Manfaat Dilakukan Pemeriksaan
Deteksi dini kanker leher rahim dengan Pengaruh pemeriksaan IVA bagi IVA
metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat wanita, setelah melakukan
(IVA) ataupun Pap Smear. pemeriksaan IVA wanta tersebut
karena tidak hanya dokter yang bisa
Pap smear adalah sebuah tes untuk dapat mengetahui kondisi
kesehatan Organ Vitalnya. melakukannya, tapi juga bidan ataupun
mendeteksi kanker serviks alias kanker leher
tenaga kesehatan yang sudah
rahim. Pada proses pemeriksaan Pap smear, Sebagai upaya pencegahan
dokter akan mengambil sampel sel jaringan mendapatkan pelatihan terkait
(preventif) bagi Wanita usia Subur
serviks (leher rahim) yang akan dianalisis pemeriksaan ini.
(WUS) dapat mendeteksi dini
oleh petugas laboratorium. tanda dan gejala nya agar kira Tes IVA juga dapat memberikan hasil
IVA test adalah metode inspeksi visual dapat dilakukan tindakan terukur yang lebih cepat dibandingkan pap
dengan asam asetat, atau dikenal juga dengan dari petugas kesehatan. smear, yakni sekitar 15 menit. Harganya
sebutan visual inspection with acetic acid. pun lebih murah.
Seperti namanya, IVA test adalah suatu cara Kapan Waktu Yang Tepat
Dilakukan Pemeriksaan Walau tingkat akurasinya tidak setinggi
mendiagnosis dini kemungkinan adanya
pap smear, pemeriksaan ini dianggap
kanker serviks dengan menggunakan asam cukup baik untuk mendeteksi sel
asetat. Adapun waktu yang tepat dalam
pemeriksaan : abnormal dengan tingkat akurasi
Deteksi dini kanker payudara dengan Periksa 1. Wanita Usia Subur (WUS) mencapai 61%.
Payudara Sendiri (SADARI), Pemeriksaan 2. Wanita Dalam Keadaan Tidak
Payudara Klinis (SADANIS) oleh petugas Dengan segala kelebihannya,
Hamil. IVA test sering digunakan di negara-
kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan
negara berkembang yang sumber
dayanya masih terbatas.
“Marilah kita budayakan tentang pentingnya pencegahan dan deteksi
dini kanker dengan perilaku CERDIK untuk mencegah kanker,”
68

Anda mungkin juga menyukai