Ca Recti Gunggus..
Ca Recti Gunggus..
OLEH:
NIM. C1222066
2022
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan
tidak terkendali. Kanker terjadi karena adanya perubahan genetik atau mutasi
Deoxyribonucleic Acid (DNA) yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan
pemulihan sel.
Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang
khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak
terkendali (Kurniadi, 2012).
Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di anterior sakrum and
coccyx panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir
mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh
peritoneum. Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah ektraperitoneral.
F. Klasifikasi
Metode pentahapan yang dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke:
T N M Dukes
Keteranagan:
Stage 0 Tis N0 M0
Kelas A : Tumor
dibatasi pada mukosa
Stage I T1 N0 M0 A dan submukosa
T2 N0 M0 Kelas B : Penetrasi
melalui dinding usus
Any N2, M0
T N3
G. Gambaran Klinis
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan
kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau
perdarahan rectal (Brunner & Suddarth, 2002).
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah(Brunner & Suddarth, 2002):
1) Perubahan kebiasaan defekasi
2) Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua
3) Gejala anemi tanpa diketahui penyebabnya
4) Anoreksia
5) Penurunan berat badan tanpa alasan
6) Keletihan
7) Mual dan muntah-muntah
8) Usus besar terasa tidak kososng seluruhnya setelah BAB
9) Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)
10) Perut sering terasa kembung atau keram perut
11) Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah: evakuasi feses yang tidak lengkap
setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian (umumnya konstipasi), serta feses
berdarah.
Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh
limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala pada tungkai atau perineum, hemoroid, nyeri
pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau sering berkemih dapat timbul sebagai
akibat tekanan pada alat-alat tersebut.
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi bila
membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional. Kadang-
kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses dalam peritoneum. Keluhan dan gejala
sangat tergantung dari besarnya tumor.
Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum
menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon desendens
dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar. Perdarahan biasanya sedikit atau tersamar.
Bila karsinoma Recti menembus ke daerah ileum akan terjadi obstruksi usus halus dengan
pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau vomitus. Harus dibedakan dengan
karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat menimbulkan obstruksi sehingga terjadi
obstipasi.
Pertimbangan gerontologi, insiden karsinoma kolon dan rectum meningkat sesuai
usia. Kanker ini biasanya ganas pada lansia, gejala sering tersembunyi yaitu: keletihan
hampir selalu ada akibat anemia defisiensi besi primer, nyeri abdomen, obstruksi, tenesmus,
dan perdarahan rectal.
I. Penatalaksanaan
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal.Beberapa adalah terapi standar
dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga terapi standar untuk kanker rektal
yang sering digunakan antara lain:
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk stadium I
dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga dilakukan
pembedahan.Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode penentuan stadium
kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment dengan radiasi dan
kemoterapi.Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant
chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy digunakan terutama pada
stadium II dan III.Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun
sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih
membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk membunuh sel kanker
yang tertinggal (Anderson, 2006).
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan
pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993 dalam Brunner & Suddarth, 2002):
a) Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan pembuluh darah, dan nodus limfatik)
b) Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan
prosi sigmoid dan semua rectum serta sfingkter anal)
c) Kolostomi sementara diikuti reanastomosis reseksi segmental dan anastomisis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan
usus sebelum reseksi)
d) Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat
direseksi)
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada
kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal.Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma)
pada kolon secara bedah.Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau
permanen.Ini memungkinkan drainase atau evakuasi ini kolon keluar tubuh.Konsistensi
drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor dan
luasnya invasi jaringan sekitar (Brunner & Suddarth, 2002).
Prosedur pelaksanaan reseksi dan kolostomi (Brunner & Suddarth, 2002):
Jahitan
oeritoneum
Kolostomi
Tumor
rektum
b. Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III lanjut, radiasi dapat
menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain radioterapi adalah
sebagai sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah
diangkat melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu.
Terutama ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan
setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan risiko kekambuhan lokal di pelvis
sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis jauh, radiasi
telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya pada
otak.Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang memiliki
tumor lokal yang unresectable(Mansjoer, 2000).
c. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy (menangani pasien yang tidak terbukti memiliki penyakit residual
tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien dimana
tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol (Stadium II lanjut
dan Stadium III).Terapi standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan
dengan leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan.5-FU merupakan anti
metabolit dan leucovorin memperbaiki respon.Agen lainnya, levamisole (meningkatkan
sistem imun, dapat menjadi substitusi bagi leucovorin).Protokol ini menurunkan angka
kekambuhan kira-kira 15% dan menurunkan angka kematian kira-kira sebesar 10%
(Mansjoer, 2000).
J. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi juga dapat menyerang pembuluh darah sekitar rectum yang
menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok (Brunner & Suddarth, 2002).
A. Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh
informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana
asuhan keperawatan klien.
Data Fokus
1. Data subjektif:
- Klien mengatakan mengalami berak darah
- Klien mengeluh nyeri pada perut
- Klien mengaku sering mengonsumsi daging, makanan berlemak dan tidak suka
mengonsumsi makanan berserat dan sayuran
- Klien mengeluh ada perubahan pola defekasi (konstipasi)
- Klien mengeluh mual muntah
- Klien mengeluh nafsu makannya menurun
- Klien mengeluh berat badannya turun tanpa sebab
- Klien mengeluh keletihan
- Klien mengeluh merasa sensasi seperti belum selesai BAB (masih ingin tapi sudah
tidak bisa keluar) dan perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses menjadi lebih
sempit).
2. Data objektif:
- Klien tampak pucat
- Klien tampak meringis
- Klien tampak lemas
- Bising usus dapat menurun (<3x/menit)
- Teraba masa di rektum
- Klien tampak kurus
2. Nutrisi-Metabolik
Makan
a) Kaji tipe intake makanan sehari-hari (pada waktu pasien belum masuk rumah sakit),
meliputi jenis makanan yang dikonsumsi, frekuensi, porsi makanan yang habis
dikonsumsi, waktu makan dan snack.
b) Nafsu makan saat ini apakah mengalami penurunan atau tidak. Pada beberapa kasus
dapat ditemukan pasien mengalami penurunan nafsu makan.
c) Adakah perubahan pada sensasi kecap.
d) Intake makanan terakhir yang dikonsumsi sebelum masuk rumah sakit.
e) Pembatasan diet atau tipe makanan yang diresepkan di rumah sakit.
f) Porsi makanan yang habis dikonsumsi di rumah sakit.
g) Kesulitan dalam mengunyah atau menelan makanan.
h) Kehilangan BB yang terjadi saat ini.
i) Ada atau tidaknya penggunaan alat bantu nutrisi seperti NGT
j) Penggunaan suplemen, atau vitamin tertentu.
k) Mual atau muntah (berapa kali muntah).
Note: pengkajian riwayat makanan yang sering dimakan oleh pasien sangat penting untuk
dikaji terkait dengan kanker rectum yang dialami oleh pasien, pengkajian ditekankan pada
kebiasaan pasien dalam mengonsumsi lemak dan makanan kurang serat dan riwayat adanya
penurunan berat badan yang tanpa alasan.
Minum
a) Kaji intake minum sehari-hari.
b) Adakah rasa haus yang berlebih.
c) Minuman yang telah dikonsumsi, jumlahnya berapa ml atau gelas.
d) Kaji jumlah cairan melalui IV yang telah masuk sehingga diketahui cairan masuk
pada pasien.
3. Eliminasi
BAB
a. Frekuensi BAB perhari, konsistensi feses, warna feses, ada tidaknya darah atau
lendir.
b. BAB pasien yang terakhir.
c. Adanya konstipasi atau tidak.
d. Adanya penggunaan alat bantu ekskratory seperti kolostomi.
e. Adanya penggunaan laksatif atau tidak.
f. Adanya perubahan pada defekasi.
BAK
a. Frekuensi BAK, warna, jernih/tidak, ada darah/tidak, jumlah urine (ml)
b. Nyeri saat berkemih
c. Penggunaan kateter
d. Penggunaan obat diuretic
4. Aktivitas-latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/Minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi
Berpindah
Ambulasi Rom
0 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan alat
1 : Alat bantu 4 : Tergantung total
2 : Dibantu orang lain
Hal-hal yang perlu dikaji lainnya:
a) Persepsi respon terhadap aktivitas seperti pusing, lemah.
b) Aktivitas pada waktu luang dan rekreasi
6. Kognitif-Perseptual
a) Status pendengaran seperti gangguan pendengaran, ataupun penggunaan alat bantu
dengar.
b) Status penglihatan seperti gangguan penglihatan dan penggunaan kaca mata.
c) Pengecap dan pembau.
d) Sensasi perabaan seperti masalah dengan sensasi perabaan seperti baal atau kesemutan.
e) Nyeri yang meliputi PQRST (pencetus, kualitas nyeri, lokasi, skala dan waktu
munculnya nyeri). Pasien biasanya akan mengeluhkan mengalami nyeri pada abdomen
dan tenesmus.
f) Fungsi kognisi dalam memori istilah, ingatan jangka pendek, ingatan jangka panjang
g) Riwayat setiap perubahan dalam level kesadaran atau periode kebingungan
h) Komunikasi yang meliputi bahasa utama, bahasa lain, tingkatpendidikan, kemampuan
membaca dan menulis
i) Derajat kemampuan memecahkan masalah, dan derajat kemampuan pengambilan
keputusan.
j) Perasaan berputar, riwayat pingsan, kejang atau sakit kepala.
k) Kemampuan memahami dan manajemen nyeri yang dilakukan.
10. Koping-Stres
a) Perubahan, masalah saat ini, kejadian yang menyebabkan stress.
b) Krisis saat ini misalhnya hospitalisasi, sakit.
c) Level stress saat ini.
d) Penggunaan obat atau alkohol untuk koping.
e) Metode koping yang digunakan.
f) Penggunaan koping tersebut untuk mengatasi masalah.
g) Kehilangan atau perubahan besar yang dialami di masa lalu.
h) Orang terdekat dengan pasien.
3. Pemeriksaan Fisik
Selain 11 Pola Fungsional Gordon, pemeriksaan fisik yang perlu dikaji pada pasien
dengan kanker rectum antara lain:
a. Kulit, Rambut dan Kuku
Inspeksi: warna kulit, kondisi kuku, warna kuku, kebersihan kulit kepala, kaji warna
rambut, kebersihan kulit, turgor, oedem.
b. Kepala dan Leher
Inspeksi: bentuk kepala.
Palpasi: nyeri tekan, distensi vena jugularis, ada/tidak benjolan pada kepala.
c. Mata dan Telinga
1) Mata
Inspeksi: bentuk bola mata, pergerakan bola mata, ptosis ada/tidak, nistagmus ada/tidak,
refleks cahaya pada kedua mata, sklera/konjungtiva.
Palpasi: nyeri tekan bola mata, benjolan pada mata.
2) Telinga
Inspeksi: bentuk daun telinga, kebersihan liang telinga, ada/tidaknya lesi pada telinga,
bengkak atau peradangan pada mastoid ada/tidak, adanya serumen atau tidak, adanya
otitis media atau tidak.
Palpasi: nyeri tekan ada/tidak.
d. Sistem Pernafasan:
Inspeksi: bentuk dada, saat inspirasi apakah ada bagian yang tertinggal, ada tidaknya
retraksi otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung, RR = x/menit, apakah ada batuk.
Palpasi:taktil fremitus pada kedua lapang paru, kondisi kulit dinding dada, nyeri tekan,
massa, pembengkakan atau benjolan, kesimetrisan ekspansi
Perkusi:pada daerah yang terdapat udara terdengar hipersonor dan pada daerah yang
terdapat cairan terdengar suara pekak.
Auskultasi:suara napas apakah vesikuler atau ronchi. (Pada umumnya, area paru yang
terdapat infiltratnya akan terdengar ronchi).
e. Sistem Kardiovaskular :
Nyeri dada Ya Tidak
Palpitasi Ya Tidak
CRT < 3 dtk > 3 dtk
Inspeksi: kaji letak ictus cordis (letak ictus cordis normal berada pada ICS 5 pada linea
medio claviculas kiri selebar 1 cm).
Palpasi: denyut jantung teraba/tidak, HR = x/menit, irama dan kedalaman denyut jantung.
Perkusi:pergeseran letak jantung.
Auskultasi:Bunyi jantung S1 S2, ada gallop atau tidak, adanya murmur atau tidak ada.
(pada umumnya, pasien mengalami nyeri dada dan dapat diikuti dengan peningkatan tanda-
tanda vital. Selain itu, nilai analisa gas darah juga mungkin abnormal yang dapat ditandai
dengan gejala sesak nafas, CRT > 3 detik).
f. Payudara Pria dan Wanita
Inspeksi:bentuk payudara, apakah adanya luka atau tidak, warna kulit disekitar payudara.
Palpasi:apakah ada nyeri tekan atau tidak, apakah teraba massa atau tidak.
g. Sistem Gastrointestinal
Inspeksi: bentuk abdomen, asites ada/tidak ada, mukosa (lembab/kering/stomatitis).
Palpasi: nyeri tekan ada/tidak ada, ada/tidak teraba benjolan.
Perkusi: terdengar suara timpani pada lambung (regio kiri atas) dan pekak pada regio yang
lain.
Auskultasi:peristaltik: ... x/mnt
h. Sistem Urinarius
Penggunaan alat bantu/ kateter, adanya nyeri tekan kandung kencing, gangguan eliminasi
urin (anuria/oliguria/retensi/inkontinensia/nokturia)
Lain-lain:
Palpasi:nyeri tekan, ada tidaknya benjolan, ada tidaknya distensi.
Perkusi:terdengar suara timpani pada pelvis.
i. Sistem Reproduksi Wanita/Pria
Inspeksi: kaji kondisi alat kelamin, kebersihan, ada peradangan atau benjolan.
j. Sistem Saraf
GCS (Eye, Verbal, Motorik)
Gerakan involunter: ada/tidak ada tremor pada lidah, tangan.
k. Sistem Muskuloskeletal
Hal-hal yang perlu dikaji: kemampuan pergerakan sendi (bebas/terbatas), ada tidaknya
deformitas, kekakuan, nyeri sendi/otot, sianosis atau edema pada ektremitas, akral.
l. Sistem Imun
Hal-hal yang perlu dikaji: perdarahan gusi, perdarahan lama, pembengkakan
keletihan/kelemahan. Pada umumnya, dapat ditemukan pasien mengalami keletihan dan
kelemahan akibat penurunan suplai oksigen ke jaringan perifer.
m. Sistem Endokrin
Hal-hal yang perlu dikaji: kadar glukosa.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Diare
4. Konstipasi
5. PK Anemia
6. Mual
7. Gangguan Citra Tubuh
8. Risiko Infeksi
C. Intervensi Keperawatan
j. Pecah ketuban dini kemampuan untuk 9) Ganti letak IV perifer dan line central
k. Pecah ketuban lama mencegah dan dressing sesuai dengan petunjuk
l. Merokok timbulnya infeksi umum
m. Stasis cairan tubuh d. Jumlah leukosit
10) Gunakan kateter intermiten untuk
n. Trauma jaringan (mis, dalam batas normal
menurunkan infeksi kandung kencing
trauma destruksi jaringan) e. Menunjukkan
o. Ketidakadekuatan perilaku hidup sehat 11) Tingkatkan intake nutrisi
pertahanan sekunder
12) Berikan terapi antibiotic bila perlu
p. Penurunan hemoglobin
infection protection (proteksi
q. Imunosupresi (mis,
terhadap infeksi)
imunitas didapat tidak
13) Monitor tanda dan gejala infeksi
adekuat, agen
sistemik dan lokal
farmaseutikal termasuk
imunosupresan, steroid, 14) Monitor hitung granulosit, WBC
antibody monoclonal,
15) Monitor kerentanan terhadap infeksi
imunomodulator)
r. Supresi respon inflamasi 16) Batasi pengunjung
s. Vaksinasi tidak adekuat 17) Sharing pengunjung terhadap
t. Pemajanan terhadap penyakit menular
pathogen lingkungan
18) Pertahankan teknik asepsis pada
meningkat
pasien yang beresiko
u. Wabah
v. Prosedur invasive 19) Pertahankan teknik isolasi kalau perlu
w. Malnutrisi
20) Beerikan perawatan kulit pada area
epidema
NIC :
PK Anemia NOC : a. Pantau tanda dan gejala anemia
Perawat dapat 1) Adanya letargi
melakukan 2) Adanya kelemahan
pencegahan untuk 3) Keletihan
meminimalkan 4) Peningkatan pucat
terjadinya anemia 5) Dyspneu saatmelakukan aktivitas
berkelanjutan b. Monitor kadar Hb
c. Kolaborasi perlunya pemberian
transfusi
TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Setelah diberikan asuhan NIC Label >> Nausea NIC Label >> Nausea Management
keperawatan selama 1 x 15 jam Management
1. Mengidentifikasi keefektifan
diharapkan tidak terjadi mual
1. Lakukan intervensi yang diberikan
dengan kriteria hasil:
pengkajian lengkap 2. Mengidentifikasi pengaruh
NOC Label >> Nausea and rasa mual termasuk mual terhadap kualitas hidup
Vomiting Control frekuensi, durasi, pasien.
tingkat mual, dan 3. Memenuhi kebutuhan nutrisi
Pasien dapat
faktor yang pasien dan menegah mual
menghindari faktor
menyebabkan 4. Untuk menghindari terjadinya
penyebab nausea
pasien mual. mual
dengan baik
2. Evaluasi efek mual 5. Untuk menghindari efek mual
Pasien melakukan
terhadap nafsu 6. Membantu mengurangi efek
acupressure point P6
makan pasien, mual dan menegah muntah
untuk mencegah
aktivitas sehari- 7. Menurangi mual dengan aksi
mengurangi mual
hari, dan pola tidur sentralnya pada hipotalamus
pasien
NOC Label >>Nausea
3. Ajnurkan makan
&vomiting severity
sedikit tapi sering
Pasien mengatakan dan dalam keadaan
tidak mual hangat
Pasien mengatakan 4. Anjurkan pasien
tidak muntah mengurangi jumlah
Tidak ada peningkatan makanan yang bisa
sekresi saliva menimbulkan
mual.
5. Berikan istirahat
dan tidur yang
adekuat untuk
mengurangi mual
6. Lakukan
akupresure point
P6 3 jari dibawah
pergelangan tangan
pasien. Lakukan
selama 2-3 menit
setiap 2 jam
selama kemoterapi.
7. Kolaborasi
pemberian
antiemetik :
ondansentron 4 mg
IV jika mual
D. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan penetuan diagnosa
keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan.
E. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien fraktur disesuaikan dengan criteria hasil yang telah
ditentukan pada intervensi.
Daftar Pustaka
American Cancer Society. 2006. Cancer Facts and Figures 2006. Atlanta: American Cancer
Society Inc.
Anderson. 2006. A Patient’s Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer Center. University
of Texas.
Basavanthappa, B.T. 2003. Medical Surgical Nursing. New Delhi : Jaypee. 111-134.
Herdman, T.H. 2012. Nanda International : Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014.Jakarta:EGC.
Ignatavicius, D.D. et al. 2006, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, 2nd
edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Media
Aesculapius.
Price & Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta:EGC.
Samsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, Jakarta: BP FKUI.
Sudjatmiko. 2012. Kolon-Rektum dan Anus. Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
University IOWA. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition. Mosby
Elsevier.
Denpasar,.....................................2016
Mengetahui,
Pembimbing Praktik Mahasiswa
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
………………………………………
NIP.