Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PEDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN CA RECTI DI RUANG GOPALA


RSD MANGUSADA

OLEH:

Anak Agung Made Agus Dwi Suprastha, S.Kep

NIM. C1222066

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA USADA BALI

2022
I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan
tidak terkendali. Kanker terjadi karena adanya perubahan genetik atau mutasi
Deoxyribonucleic Acid (DNA) yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan
pemulihan sel.
Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang
khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak
terkendali (Kurniadi, 2012).
Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di anterior sakrum and
coccyx panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir
mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh
peritoneum. Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah ektraperitoneral.

Gambar 1.Anatomi usus besar termasuk rectum

Rektum dengan proliferasi abnormal dan tahapan perkembangan stadium kanker


rektum
B. Epidemiologi
Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling sering terjadi dan
nomor dua sebagai penyebab kematian di negara berkembang. Tahun 2005, diperkirakan ada
145,290 kasus baru kanker kolorektal di USA, 104,950 kasus terjadi di kolon dan 40,340
kasus di rektal. Pada 56,300 kasus dilaporkan berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus
Ca kolon dan 8,600 kasus Ca rectal. Ca kolorektal merupakan 11 % dari kejadian kematian
dari semua jenis kanker.
Di seluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan terjadi kematian pada
hampir 500,000 kasus tiap tahunnya (World Health Organization, 2003). Kanker rektal
tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia selain jenis kanker lainnya.
Namun, perkembangan teknologi dan juga adanya pendeteksian dini memungkinkan untuk
disembuhkan sebesar 50 persen, bahkan bisa dicegah.
Dari seluruh pasien kanker rektal, 90% berumur lebih dari 50 tahun. Hanya 5% pasien
berusia kurang dari 40 tahun. Di negara barat, laki-laki memiliki insidensi terbanyak
mengidap kanker rektal dibanding wanita dengan rasio bervariasi dari 8:7 - 9:5.

C. Etiologi dan Faktor Predisposisi


Beberapa faktor risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker rectum menurut Brunner
& Suddarth telah diidentifikasi sebagai berikut:
1) Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, Bukitt (1971) dalam Prince &
Wilson (1995) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya karbohidrat refined
mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan degradasi garam-garam empedu
atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat
karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi
karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi feses
meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah
lama.
2) Lemak
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi senyawa
yang mempunyai sifat karsinogen.
3) Polip diusus (colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada
orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi
beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
4) Inflamatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis
ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
5) Riwayat kanker pribadi
Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk
kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus
(endometrium), atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena
kanker colorectal.
6) Riwayat kanker colorectal pada keluarga
Jika mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan terkena
penyakit ini lebih besar, khususnya jika terkena kanker pada usia muda.
7) Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan
dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal serta
kebiasaan sering menahan tinja/defekasi yang sering.
8) Usia di atas 50
Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari 90 persen
orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.
D. Patofisiologi
Karsinogenesis dan onkogenesis merupakan nama lain dari perkembangan kanker.
Proses perubahan sel normal menjadi sel kanker disebut transformasi maligna. Karsinogen
adalah substansi yang mengakibatkan perubahan pada struktur dan fungsi sel menjadi sel
yang bersifat otonom dan maligna. Trasformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga
tahapan proses selular yaitu inisiasi, promosi, dan progresi, yaitu :
a. Inisiasi (Carcinogen)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel
menjadi ganas. Perubahan ini disebabkan oleh status karsinogen berupa bahan kimia, virus,
radiasi atau sinar matahari yang berperan sebagai inisiator dan bereaksi dengan DNA yang
menyebabkan DNA pecah dan mengalami hambatan perbaikan DNA. Perubahan ini
mungkin dipulihkan melalui mekanisme perbaikan DNA atau dapat mengakibatkan mutasi
selular permanen. Mutasi ini biasanya tidak signifikan bagi sel-sel sampai terjadi
karsinogenesis tahap kedua.
b. Promosi (Co-carcinogen)
Pemajanan berulang terhadap agen menyebabkan ekspresi informasi abnormal. Pada
tahap ini suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Tahap
promosi merupakan hasil interaksi antara faktor kedua dengan sel yang terinisiasi pada tahap
sebelumnya. Faktor kedua sebagai agen penyebabnya disebut complete carcinogen karena
melengkapi tahap inisiasi dengan tahap promosi. Agen promosi bekerja dengan mengubah
informasi genetik dalam sel, meningkatkan sintesis DNA, meningkatkan salinan pasangan
gen dan merubah pola komunikasi antarsel. Pada masa antara inisiasi dan promosi
merupakan kunci konsep dalam pencegahan kanker, karena bila pada tahap ini dilakukan
pencegahan pemaparan karsinogen ulang seperti makanan berlemak, obesitas, rokok, dan
alkohol akan dapat menurunkan risiko terbentuknya formasi neoplastik.
c. Progresi (Complete Carcinogen )
Pada tahapan ini merupakan tahap akhir dari terbentuknya sel kanker atau
karsinogenesis. Sel-sel yang mengalami perubahan bentuk selama inisiasi dan promosi kini
melakukan perilaku maligna. Sel-sel ini sekarang menampakkan suatu kecenderungan
untuk menginvasi jaringan yang berdekatan (bermetastasis).
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara pasti. Polip
dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap bukan sebagai
penyebab langsung. Asam empedu dapat berperan sebagai karsinogen yang mungkin
berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak
yang bisa menyebabkan kanker kolorektal. Diet rendah serat dan kaya karbohidrat refined
mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan degradasi garam-garam empedu
atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat
karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi
karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi feses
meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah
lama.
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi
senyawa yang mempunyai sifat karsinogen. Menurut Physicians Committee for Responsible
Medicine, bakteri juga memiliki peranan dalam timbulnya kanker usus. Bakteri dapat
mengubah asam empedu, yang dikeluarkan oleh tubuh untuk membantu pencernaan lemak,
menjadi suatu senyawa-senyawa yang dapat memicu kanker. Senyawa-senyawa tersebut
disebut sebagai asam empedu sekunder. Asam empedu secara normal dikeluarkan oleh tubuh
untuk mencerna lemak. Semakin banyak lemak yang dikonsumsi, maka asam empedu yang
dikeluarkan oleh tubuh akan semakin banyak pula. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika
beberapa bahan makanan yang banyak mengandung lemak seperti daging merah, serta
daging dan makanan olahan lain yang berkadar lemak tinggi seperti keju, dapat
meningkatkan risiko kanker usus. Konsumsi alkohol juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya kanker usus seperti halnya makanan yang kaya akan gula, menurut World Cancer
Research Fund.
Patologi kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh
sangat cepat).Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali
pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi
dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang
dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar.
Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke hati). Kanker
kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu: secara infiltratif langsung ke struktur
yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih; melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe
perikolon dan mesokolon; melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan
darah ke sistem portal; penyebaran secara transperitoneal; penyebaran ke luka jahitan, insisi
abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi
penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan.
Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada
jaringan lain .
Pada keluarga tertentu yang memiliki kecenderungan terhadap kanker, diduga bahwa
satu atau lebih gen kanker sudah bermutasi dalam genom yang diwarisi. Pertumbuhan kanker
akan meningkat pada usia lebih dari 55 tahun. Banyak kanker terjadi diusia tua seperti kanker
prostat, kanker kolon, dan leukemia. Peningkatan masa hidup memungkinkan
memanjangnya paparan terhadap karsinogen dan terakumulasinya berbagai perubahan
genetik serta penurunan berbagai fungsi tubuh .
Menurut P. Deyle (2005), perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas 3 fase.
Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini berjalan lama sampai
puluhan tahun. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi belum menimbulkan
keluhan (asimptomatis) yang berlangsung bertahun-tahun juga. Kemudian fase ketiga
dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata.
Gb : Patofisiologi karsinoma rectum

F. Klasifikasi
Metode pentahapan yang dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke:

T N M Dukes
Keteranagan:
Stage 0 Tis N0 M0
Kelas A : Tumor
dibatasi pada mukosa
Stage I T1 N0 M0 A dan submukosa

T2 N0 M0 Kelas B : Penetrasi
melalui dinding usus

Stage II T3 N0 M0 B Kelas C : invasi


kedalam sistem limfe
yang mengalir regional
T4 N0 M0
Kelas D : metastase
Stage III Any N1 M0 C regional tahap lanjut
dan penyebaran yang
T luas

Any N2, M0
T N3

Stage Any Any M1 D


IV T N
TNM staging digunakan berdasarkan perjalanan penyakit kanker melalui tiga
parameter yaitu tumor size (T) atau ukuran tumor, lymph node (N) atau kelenjar getah bening
regional dan absence of metastasis(M) atau penyebaran jauh (Otto, 2003).
a) T (Tumor Primer : ukuran, luas dan kedalaman)
TX : tumor primer tidak dapat dikaji
T0 : tidak ada bukti tumor primer
Tis : karsinoma in-situ
T1, T2, T3, T4 : dari T1 sampai T4 tumor primer semakin besar dan semakin jauh
infiltrasi di jaringan dan alat yang berdekatan.
b) N (Metastasis Nodus : luas, dan lokasi kelenjar getah bening regional yang terkena)
NX : kelenjar getah bening regional tidak dapat dikaji
N0 : tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional
N1,N2,N3 : menunjukkan banyaknya kelenjar getah bening yang terlibat, dan
ada atau tidaknya infiltrasi di alat dan struktur yang berdekatan.
c) M (Metastasis) : tidak ada atau ada penyebaran jauh penyakit)
MX : penyakit jauh tidak dapat dikaji
M0 : tidak ada penyebaran jauh dari penyakit
M1 : penyebaran penyakit jauh

Pada perkembangan selanjutnya, The American Joint Committee on Cancer (AJCC)


memperkenalkan TNM staging system, yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4
stadium (Stadium I-IV) (Anderson, 2006).
1. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rectum, yaitu pada
mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
2. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis dan
melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar kebagian terluar dinding
rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.
3. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat namun tidak
menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
4. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar kebagian
tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
5. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru, atau ovarium.
Disebut juga Dukes D rectal cancer

G. Gambaran Klinis
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan
kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau
perdarahan rectal (Brunner & Suddarth, 2002).
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah(Brunner & Suddarth, 2002):
1) Perubahan kebiasaan defekasi
2) Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua
3) Gejala anemi tanpa diketahui penyebabnya
4) Anoreksia
5) Penurunan berat badan tanpa alasan
6) Keletihan
7) Mual dan muntah-muntah
8) Usus besar terasa tidak kososng seluruhnya setelah BAB
9) Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)
10) Perut sering terasa kembung atau keram perut
11) Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah: evakuasi feses yang tidak lengkap
setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian (umumnya konstipasi), serta feses
berdarah.
Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh
limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala pada tungkai atau perineum, hemoroid, nyeri
pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau sering berkemih dapat timbul sebagai
akibat tekanan pada alat-alat tersebut.
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi bila
membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional. Kadang-
kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses dalam peritoneum. Keluhan dan gejala
sangat tergantung dari besarnya tumor.
Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum
menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon desendens
dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar. Perdarahan biasanya sedikit atau tersamar.
Bila karsinoma Recti menembus ke daerah ileum akan terjadi obstruksi usus halus dengan
pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau vomitus. Harus dibedakan dengan
karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat menimbulkan obstruksi sehingga terjadi
obstipasi.
Pertimbangan gerontologi, insiden karsinoma kolon dan rectum meningkat sesuai
usia. Kanker ini biasanya ganas pada lansia, gejala sering tersembunyi yaitu: keletihan
hampir selalu ada akibat anemia defisiensi besi primer, nyeri abdomen, obstruksi, tenesmus,
dan perdarahan rectal.

H. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang dan Pemeriksaan Fisik


Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan (Sudjatmiko, 2010):
1) Anamnesis yang teliti, meliputi:
a) Perubahan pola/kebiasaan defekasi baik berupa diare maupun konstipasi (change of
bowel habit)
b) Frekuensi, konsistensi tinja
c) Perdarahan per anus
d) Tenesmus
e) Nyeri perut : kolik, menetap
f) Penurunan berat badan
g) Faktor predisposisi:
 Riwayat kanker dalam keluarga
 Riwayat polip usus
 Riwayat kolitis ulserosa
 Riwayat kanker pada organ lain (payudara/ovarium)
 Uretero-sigmoidostomi
 Kebiasaan makan (tinggi lemak rendah serat)
2) Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada:
a) Status gizi
b) Anemia
c) Benjolan/massa di abdomen
d) Nyeri tekan
e) Pembesaran kelenjar limfe
f) Pembesaran hati/limpa\
g) Colok rectum (rectal toucher) ditemukan darah dan lendir, tonus sfingter ani
keras/lembek, mukosa kasar, kaku biasanya dapat digeser, ampula rectum
kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat teraba atau tidak.
3) Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
a) Test darah samar: terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT dapat
mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran. Karena tes ini hanya
mendeteksi darah, tes-tes lain dibutuhkan untuk menemukan sumber darah tersebut.
Kondisi jinak (seperti hemoroid) juga bisa menyebabkan darah dalam kototran.
b) Carcino embryonic antigen (CEA): pada eksisi tumor komplet kadar CEA yang
meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam, peningkatan CEA pada tanggal
selanjutnya menunjukan kekambuhan
b. Digital rectal examination (DRE)
Dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining awal.Kurang lebih 75% karsinoma rektum
dapat dipalpasi pada pemeriksaan rectal. Pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang
terletak sekitar 10 cm dari rektum, tumor akan teraba keras dan menggaung.
c. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan yang dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan
lain. Pada pemeriksaan ini akan tampak filling defect biasanya sepanjang 5-6cm berbentuk
anular atau apple core. Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.
a) Foto Kolorektal: dengan barium enema dan kontras ganda
b) Ultra Sonografi: identifikasi metastase dan menilai reseklabilitas
c) Intra venous pyelograply (IVP) : menilai infiltrate ke system urinary
d) Thoraks foto: menilai adanya metastase paru
d. Endoskopi dan biopsy
a) Protoskopi: deteksi kelainan 8-10 cm dari anus (polip rekti, hemorrhoid, karsinoma
rectum)
b) Sigmoidoskopi: mencapai 20-25 cm dari anus, untuk diagnistik dan kauterisasi.
c) Kolonoskopi: dapat mencapai sakrum.
e. Ultrasonografi
Uraian tentang prosedur diagostik dijelaskan lebih lanjut dalam fokus pengkajian
keperawatan.

I. Penatalaksanaan
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal.Beberapa adalah terapi standar
dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga terapi standar untuk kanker rektal
yang sering digunakan antara lain:
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk stadium I
dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga dilakukan
pembedahan.Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode penentuan stadium
kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment dengan radiasi dan
kemoterapi.Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant
chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy digunakan terutama pada
stadium II dan III.Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun
sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih
membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk membunuh sel kanker
yang tertinggal (Anderson, 2006).
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan
pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993 dalam Brunner & Suddarth, 2002):
a) Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan pembuluh darah, dan nodus limfatik)
b) Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan
prosi sigmoid dan semua rectum serta sfingkter anal)
c) Kolostomi sementara diikuti reanastomosis reseksi segmental dan anastomisis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan
usus sebelum reseksi)
d) Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat
direseksi)
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada
kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal.Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma)
pada kolon secara bedah.Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau
permanen.Ini memungkinkan drainase atau evakuasi ini kolon keluar tubuh.Konsistensi
drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor dan
luasnya invasi jaringan sekitar (Brunner & Suddarth, 2002).
Prosedur pelaksanaan reseksi dan kolostomi (Brunner & Suddarth, 2002):

Jahitan
oeritoneum

Kolostomi

Tumor
rektum

1. sebelum pembedahan 2. Selama pembedahan, sigmoid diangkat dan dibuatkan


kolostomi. Usus distal telah didiseksi bebas pada titik
dibawah peritoneum pelvis bawah, yang djahit diatas ujung
tertututp dari sigmoid distal dan rektum
Kolostomi

Drein perineal Luka perineal yang sembuh

3. Reseksi perineal mencakup pengangkatan 4. Hasil akhir setelah penyembuhan dengan


rectum dan porsi bebas dari sigmoid bawah, kolostomi permanen.
drein perineal diinsersi.

b. Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III lanjut, radiasi dapat
menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain radioterapi adalah
sebagai sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah
diangkat melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu.
Terutama ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan
setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan risiko kekambuhan lokal di pelvis
sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis jauh, radiasi
telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya pada
otak.Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang memiliki
tumor lokal yang unresectable(Mansjoer, 2000).
c. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy (menangani pasien yang tidak terbukti memiliki penyakit residual
tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien dimana
tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol (Stadium II lanjut
dan Stadium III).Terapi standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan
dengan leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan.5-FU merupakan anti
metabolit dan leucovorin memperbaiki respon.Agen lainnya, levamisole (meningkatkan
sistem imun, dapat menjadi substitusi bagi leucovorin).Protokol ini menurunkan angka
kekambuhan kira-kira 15% dan menurunkan angka kematian kira-kira sebesar 10%
(Mansjoer, 2000).
J. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi juga dapat menyerang pembuluh darah sekitar rectum yang
menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok (Brunner & Suddarth, 2002).

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh
informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana
asuhan keperawatan klien.
Data Fokus
1. Data subjektif:
- Klien mengatakan mengalami berak darah
- Klien mengeluh nyeri pada perut
- Klien mengaku sering mengonsumsi daging, makanan berlemak dan tidak suka
mengonsumsi makanan berserat dan sayuran
- Klien mengeluh ada perubahan pola defekasi (konstipasi)
- Klien mengeluh mual muntah
- Klien mengeluh nafsu makannya menurun
- Klien mengeluh berat badannya turun tanpa sebab
- Klien mengeluh keletihan
- Klien mengeluh merasa sensasi seperti belum selesai BAB (masih ingin tapi sudah
tidak bisa keluar) dan perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses menjadi lebih
sempit).

2. Data objektif:
- Klien tampak pucat
- Klien tampak meringis
- Klien tampak lemas
- Bising usus dapat menurun (<3x/menit)
- Teraba masa di rektum
- Klien tampak kurus

Pengkajian menggunakan 11 Pola Fungsional Gordondan pemeriksaan fisik.


Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kanker rektum mulai dari sebelum
masuk rumah sakit sampai dengan saat sudah dirawat di rumah sakit adalah sebagai
berikut:
1. Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
a) Deskripsi pasien tentang status kesehatan secara umum dan perubahan status
kesehatan dalam kurun waktu tertentu: riwayat kesehatan diambil untuk
mendapatkan informasi tentang perasaan lelah, adanya nyeri abdomen atau rectal
dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi berhubungan dengan makan atau
defekasi).
b) Riwayat sakit pasien sebelumnya: apakah pasien pernah mengalami penyakit usus
inflamasi kronis atau polip kororektal, operasi dan riwayat dirawat di rumah sakit
sebelumnya.
c) Aktivitas yang dilakukan pasien dalam pencegahan penyakit.
d) Obat-obatan dan vitamin yang diminum sekarang dan persepsi pasien terhadap
pengobatan dan perawatan yang dijalani.
e) Alergi makanan atau obat-obatan.
f) Persepsi pasien terhadap penyebab sakit saat ini dan upaya yang dilakukan serta
apakah upaya tersebut telah dapat membantu mengatasi permasalahan pasien.
g) Penggunaan alkohol, tembakau dan obat-obatan.
h) Riwayat penyakit keluarga: apakah salah satu keluarga ada yang menderita penyakit
kolorektal.
i) Dikaji pula pengetahuan pasien tentang penyakit termasuk penatalaksanaannya.

2. Nutrisi-Metabolik
Makan
a) Kaji tipe intake makanan sehari-hari (pada waktu pasien belum masuk rumah sakit),
meliputi jenis makanan yang dikonsumsi, frekuensi, porsi makanan yang habis
dikonsumsi, waktu makan dan snack.
b) Nafsu makan saat ini apakah mengalami penurunan atau tidak. Pada beberapa kasus
dapat ditemukan pasien mengalami penurunan nafsu makan.
c) Adakah perubahan pada sensasi kecap.
d) Intake makanan terakhir yang dikonsumsi sebelum masuk rumah sakit.
e) Pembatasan diet atau tipe makanan yang diresepkan di rumah sakit.
f) Porsi makanan yang habis dikonsumsi di rumah sakit.
g) Kesulitan dalam mengunyah atau menelan makanan.
h) Kehilangan BB yang terjadi saat ini.
i) Ada atau tidaknya penggunaan alat bantu nutrisi seperti NGT
j) Penggunaan suplemen, atau vitamin tertentu.
k) Mual atau muntah (berapa kali muntah).
Note: pengkajian riwayat makanan yang sering dimakan oleh pasien sangat penting untuk
dikaji terkait dengan kanker rectum yang dialami oleh pasien, pengkajian ditekankan pada
kebiasaan pasien dalam mengonsumsi lemak dan makanan kurang serat dan riwayat adanya
penurunan berat badan yang tanpa alasan.
Minum
a) Kaji intake minum sehari-hari.
b) Adakah rasa haus yang berlebih.
c) Minuman yang telah dikonsumsi, jumlahnya berapa ml atau gelas.
d) Kaji jumlah cairan melalui IV yang telah masuk sehingga diketahui cairan masuk
pada pasien.

3. Eliminasi
BAB
a. Frekuensi BAB perhari, konsistensi feses, warna feses, ada tidaknya darah atau
lendir.
b. BAB pasien yang terakhir.
c. Adanya konstipasi atau tidak.
d. Adanya penggunaan alat bantu ekskratory seperti kolostomi.
e. Adanya penggunaan laksatif atau tidak.
f. Adanya perubahan pada defekasi.
BAK
a. Frekuensi BAK, warna, jernih/tidak, ada darah/tidak, jumlah urine (ml)
b. Nyeri saat berkemih
c. Penggunaan kateter
d. Penggunaan obat diuretic

4. Aktivitas-latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/Minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi
Berpindah
Ambulasi Rom
0 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan alat
1 : Alat bantu 4 : Tergantung total
2 : Dibantu orang lain
Hal-hal yang perlu dikaji lainnya:
a) Persepsi respon terhadap aktivitas seperti pusing, lemah.
b) Aktivitas pada waktu luang dan rekreasi

5. Istirahat dan Tidur


a) Kebiasaan tidur (berapa jam)
b) Kebiasaan tidur siang
c) Perubahan tidur yang terjadi
d) Perasaan setelah bangun tidur
e) Permasalahan tidur yang dialami seperti kesulitan tertidur kembali setelah bangun,
insomnia.
f) Penggunaan obat tidur
g) Ritual khusus sebelum tidur
h) Kondisi lingkungan seperti kebisingan, kondisi tempat tidur atau hospitalisasi yang
mempengaruhi tidur pasien.

6. Kognitif-Perseptual
a) Status pendengaran seperti gangguan pendengaran, ataupun penggunaan alat bantu
dengar.
b) Status penglihatan seperti gangguan penglihatan dan penggunaan kaca mata.
c) Pengecap dan pembau.
d) Sensasi perabaan seperti masalah dengan sensasi perabaan seperti baal atau kesemutan.
e) Nyeri yang meliputi PQRST (pencetus, kualitas nyeri, lokasi, skala dan waktu
munculnya nyeri). Pasien biasanya akan mengeluhkan mengalami nyeri pada abdomen
dan tenesmus.
f) Fungsi kognisi dalam memori istilah, ingatan jangka pendek, ingatan jangka panjang
g) Riwayat setiap perubahan dalam level kesadaran atau periode kebingungan
h) Komunikasi yang meliputi bahasa utama, bahasa lain, tingkatpendidikan, kemampuan
membaca dan menulis
i) Derajat kemampuan memecahkan masalah, dan derajat kemampuan pengambilan
keputusan.
j) Perasaan berputar, riwayat pingsan, kejang atau sakit kepala.
k) Kemampuan memahami dan manajemen nyeri yang dilakukan.

7. Persepsi diri dan Konsep diri


a) Perasaan pasien berhubungan dengan keadaan/penyakitnyaharga diri, ideal, identitas,
gambaran diri.
b) Deskripsi pasien tentang diri sendiri.
c) Adanya ketakutan, kecemasan dan depresi atau merasa kehilangan kontrol.
d) Pengalaman yang berhubungan dengan perasaan keputusasaan.

8. Peran dan Hubungan


a) Bentuk struktur keluarga
b) Cara hidup seperti sendirian, dengan keluarga
c) Peran dalam keluarga (pemberi perawatan di rumah, pencari nafkah)
d) Persepsi dari efek masalah kesehatan saat ini atau situasi saat ini terhadap peran.
e) Kepuasan/ketidakpuasan terhadap peran
f) Kecukupan keuangan untuk memenuhi kebutuhan saat ini
g) Kecukupan dukungan atau hubungan keluarga untuk memenuhi kebutuhan saat ini
h) Pekerjaan dan status pekerjaan
i) Masalah keluarga berhubungan dengan perawatan
j) Komunikasi antar anggota keluarga.

9. Seksual dan Reproduksi


a) Jenis kelamin.
b) Jumlah anak.
c) Masalah dengan menstruasi.
d) Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit.
e) Riwayat reproduksi, hamil terakhir, riwayat melahirkan.
f) Kontrasepsi yang digunakan.

10. Koping-Stres
a) Perubahan, masalah saat ini, kejadian yang menyebabkan stress.
b) Krisis saat ini misalhnya hospitalisasi, sakit.
c) Level stress saat ini.
d) Penggunaan obat atau alkohol untuk koping.
e) Metode koping yang digunakan.
f) Penggunaan koping tersebut untuk mengatasi masalah.
g) Kehilangan atau perubahan besar yang dialami di masa lalu.
h) Orang terdekat dengan pasien.

11. Nilai dan Kepercayaan


a) Agama yang dianut.
b) Aktivitas sembahyang pasien.
c) Pantangan agama atau keyakinan tertentu.
d) Permintaan kunjungan rohaniwan.
e) Kepercayaan spiritual yang berhubungan dengan pengambilan keputusan dan praktek
kesehatan.
f) Kepercayaan kultural yang berhubungan dengan kesehatan dan nilai.
g) Persepsi terhadap kepuasan hidup.

3. Pemeriksaan Fisik
Selain 11 Pola Fungsional Gordon, pemeriksaan fisik yang perlu dikaji pada pasien
dengan kanker rectum antara lain:
a. Kulit, Rambut dan Kuku
Inspeksi: warna kulit, kondisi kuku, warna kuku, kebersihan kulit kepala, kaji warna
rambut, kebersihan kulit, turgor, oedem.
b. Kepala dan Leher
Inspeksi: bentuk kepala.
Palpasi: nyeri tekan, distensi vena jugularis, ada/tidak benjolan pada kepala.
c. Mata dan Telinga
1) Mata
Inspeksi: bentuk bola mata, pergerakan bola mata, ptosis ada/tidak, nistagmus ada/tidak,
refleks cahaya pada kedua mata, sklera/konjungtiva.
Palpasi: nyeri tekan bola mata, benjolan pada mata.

2) Telinga
Inspeksi: bentuk daun telinga, kebersihan liang telinga, ada/tidaknya lesi pada telinga,
bengkak atau peradangan pada mastoid ada/tidak, adanya serumen atau tidak, adanya
otitis media atau tidak.
Palpasi: nyeri tekan ada/tidak.
d. Sistem Pernafasan:
Inspeksi: bentuk dada, saat inspirasi apakah ada bagian yang tertinggal, ada tidaknya
retraksi otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung, RR = x/menit, apakah ada batuk.
Palpasi:taktil fremitus pada kedua lapang paru, kondisi kulit dinding dada, nyeri tekan,
massa, pembengkakan atau benjolan, kesimetrisan ekspansi
Perkusi:pada daerah yang terdapat udara terdengar hipersonor dan pada daerah yang
terdapat cairan terdengar suara pekak.
Auskultasi:suara napas apakah vesikuler atau ronchi. (Pada umumnya, area paru yang
terdapat infiltratnya akan terdengar ronchi).
e. Sistem Kardiovaskular :
Nyeri dada  Ya  Tidak
Palpitasi  Ya  Tidak
CRT < 3 dtk > 3 dtk
Inspeksi: kaji letak ictus cordis (letak ictus cordis normal berada pada ICS 5 pada linea
medio claviculas kiri selebar 1 cm).
Palpasi: denyut jantung teraba/tidak, HR = x/menit, irama dan kedalaman denyut jantung.
Perkusi:pergeseran letak jantung.
Auskultasi:Bunyi jantung S1 S2, ada gallop atau tidak, adanya murmur atau tidak ada.
(pada umumnya, pasien mengalami nyeri dada dan dapat diikuti dengan peningkatan tanda-
tanda vital. Selain itu, nilai analisa gas darah juga mungkin abnormal yang dapat ditandai
dengan gejala sesak nafas, CRT > 3 detik).
f. Payudara Pria dan Wanita
Inspeksi:bentuk payudara, apakah adanya luka atau tidak, warna kulit disekitar payudara.
Palpasi:apakah ada nyeri tekan atau tidak, apakah teraba massa atau tidak.
g. Sistem Gastrointestinal
Inspeksi: bentuk abdomen, asites ada/tidak ada, mukosa (lembab/kering/stomatitis).
Palpasi: nyeri tekan ada/tidak ada, ada/tidak teraba benjolan.
Perkusi: terdengar suara timpani pada lambung (regio kiri atas) dan pekak pada regio yang
lain.
Auskultasi:peristaltik: ... x/mnt
h. Sistem Urinarius
Penggunaan alat bantu/ kateter, adanya nyeri tekan kandung kencing, gangguan eliminasi
urin (anuria/oliguria/retensi/inkontinensia/nokturia)
Lain-lain:
Palpasi:nyeri tekan, ada tidaknya benjolan, ada tidaknya distensi.
Perkusi:terdengar suara timpani pada pelvis.
i. Sistem Reproduksi Wanita/Pria
Inspeksi: kaji kondisi alat kelamin, kebersihan, ada peradangan atau benjolan.
j. Sistem Saraf
GCS (Eye, Verbal, Motorik)
Gerakan involunter: ada/tidak ada tremor pada lidah, tangan.
k. Sistem Muskuloskeletal
Hal-hal yang perlu dikaji: kemampuan pergerakan sendi (bebas/terbatas), ada tidaknya
deformitas, kekakuan, nyeri sendi/otot, sianosis atau edema pada ektremitas, akral.
l. Sistem Imun
Hal-hal yang perlu dikaji: perdarahan gusi, perdarahan lama, pembengkakan
keletihan/kelemahan. Pada umumnya, dapat ditemukan pasien mengalami keletihan dan
kelemahan akibat penurunan suplai oksigen ke jaringan perifer.

m. Sistem Endokrin
Hal-hal yang perlu dikaji: kadar glukosa.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Diare
4. Konstipasi
5. PK Anemia
6. Mual
7. Gangguan Citra Tubuh
8. Risiko Infeksi
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Nyeri Kronis berhubungan NOC: NIC :
dengan ketidakmampuan  Comfort level Pain Manajemen
fisik-psikososial kronis  Pain control - Monitor kepuasan pasien terhadap
(metastase kanker, injuri  Pain level manajemen nyeri
neurologis, artritis) Setelah dilakukan - Tingkatkan istirahat dan tidur yang
tindakan keperawatan adekuat
DS: selama …. nyeri kronis - Kelola anti analgetik ...........
- Kelelahan pasien berkurang dengan - Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
- Takut untuk injuri ulang kriteria hasil: - Lakukan tehnik nonfarmakologis
DO:  Tidak ada gangguan (relaksasi, masase punggung)
- Atropi otot tidur
- Gangguan aktifitas  Tidak ada gangguan
- Anoreksia konsentrasi
- Perubahan pola tidur  Tidak ada gangguan
- Respon simpatis (suhu hubungan
dingin, perubahan posisi interpersonal
tubuh , hipersensitif,  Tidak ada ekspresi
perubahan berat badan) menahan nyeri dan
ungkapan secara
verbal
 Tidak ada tegangan
otot
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari a. Nutritional status:  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk food and Fluid Intake  Yakinkan diet yang dimakan
memasukkan atau mencerna c. Weight Control mengandung tinggi serat untuk mencegah
nutrisi oleh karena faktor Setelah dilakukan konstipasi
biologis, psikologis atau tindakan keperawatan  Ajarkan pasien bagaimana membuat
ekonomi. selama….nutrisi kurang catatan makanan harian.
DS: teratasi dengan indikator:  Monitor adanya penurunan BB dan gula
- Nyeri abdomen  Albumin serum darah
- Muntah  Pre albumin serum  Monitor lingkungan selama makan
- Kejang perut  Hematokrit  Jadwalkan pengobatan dan tindakan
- Rasa penuh tiba-tiba  Hemoglobin tidak selama jam makan
setelah makan  Total iron binding  Monitor turgor kulit
DO: capacity  Monitor kekeringan, rambut kusam, total
- Diare  Jumlah limfosit protein, Hb dan kadar Ht
- Rontok rambut yang  Monitor mual dan muntah
berlebih  Monitor pucat, kemerahan, dan
- Kurang nafsu makan kekeringan jaringan konjungtiva
- Bising usus berlebih  Monitor intake nuntrisi
- Konjungtiva pucat  Informasikan pada klien dan keluarga
- Denyut nadi lemah tentang manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Diare berhubungan dengan NOC: NIC :
- psikologis: stress  Bowl Elimination Diare Management
dan cemas tinggi  Fluid Balance - Kelola pemeriksaan kultur
- Situasional: efek dari  Hidration sensitivitas feses
medikasi,  Electrolit and Acid - Evaluasi pengobatan yang berefek
kontaminasi, Base Balance samping gastrointestinal
penyalah gunaan Setelah dilakukan - Evaluasi jenis intake makanan
laksatif, penyalah tindakan keperawatan - Monitor kulit sekitar perianal
gunaan alkohol, selama …. diare pasien terhadap adanya iritasi dan ulserasi
radiasi, toksin, teratasi dengan kriteria - Ajarkan pada keluarga penggunaan
makanan per NGT hasil: obat anti diare
- Fisiologis: proses  Tidak ada diare - Instruksikan pada pasien dan
infeksi, inflamasi,  Feses tidak ada darah keluarga untuk mencatat warna,
iritasi, malabsorbsi, dan mukus volume, frekuensi dan konsistensi
parasit  Nyeri perut tidak ada feses
 Pola BAB normal - Ajarkan pada pasien tehnik
DS:  Elektrolit normal pengurangan stress jika perlu
- Nyeri perut  Asam basa normal
- Urgensi  Hidrasi baik - Kolaburasi jika tanda dan gejala
- Kejang perut (membran mukosa diare menetap
DO: lembab, tidak panas, - Monitor hasil Lab (elektrolit dan
- Lebih dari 3 x BAB vital sign normal, leukosit)
perhari hematokrit dan urin - Monitor turgor kulit, mukosa oral
- Bising usus hiperaktif output dalam batas sebagai indikator dehidrasi
normaL - Konsultasi dengan ahli gizi untuk
diet yang tepat

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Konstipasi berhubungan NOC: NIC :
dengan  Bowl Elimination Manajemen konstipasi
o Fungsi:kelemahan otot  Hidration - Identifikasi faktor-faktor yang
abdominal, Aktivitas fisik Setelah dilakukan menyebabkan konstipasi
tidak mencukupi tindakan keperawatan - Monitor tanda-tanda ruptur
o Perilaku defekasi tidak selama …. konstipasi bowel/peritonitis
teratur pasien teratasi dengan - Jelaskan penyebab dan rasionalisasi
o Perubahan lingkungan kriteria hasil: tindakan pada pasien
o Toileting tidak adekuat:  Pola BAB dalam - Konsultasikan dengan dokter tentang
posisi defekasi, privasi batas normal peningkatan dan penurunan bising
o Psikologis: depresi, stress  Feses lunak usus
emosi, gangguan mental  Cairan dan serat - Kolaburasi jika ada tanda dan gejala
o Farmakologi: antasid, adekuat konstipasi yang menetap
antikolinergis,  Aktivitas adekuat - Jelaskan pada pasien manfaat diet
antikonvulsan, antidepresan,  Hidrasi adekuat (cairan dan serat) terhadap eliminasi
kalsium karbonat,diuretik, - Jelaskan pada klien konsekuensi
besi, overdosis laksatif, menggunakan laxative dalam waktu
NSAID, opiat, sedatif. yang lama
o Mekanis: ketidakseimbangan - Kolaburasi dengan ahli gizi diet
elektrolit, hemoroid, tinggi serat dan cairan
gangguan neurologis, - Dorong peningkatan aktivitas yang
obesitas, obstruksi pasca optimal
bedah, abses rektum, tumor - Sediakan privacy dan keamanan
o Fisiologis: perubahan pola selama BAB
makan dan jenis makanan,
penurunan motilitas
gastrointestnal, dehidrasi,
intake serat dan cairan
kurang, perilaku makan yang
buruk
DS:
- Nyeri perut
- Ketegangan perut
- Anoreksia
- Perasaan tekanan pada
rektum
- Nyeri kepala
- Peningkatan tekanan
abdominal
- Mual
- Defekasi dengan nyeri
DO:
- Feses dengan darah segar
- Perubahan pola BAB
- Feses berwarna gelap
- Penurunan frekuensi BAB
- Penurunan volume feses
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Bising usus hipo/hiperaktif
- Teraba massa abdomen atau
rektal
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah

Gangguan Citra Tubuh NOC NIC


Definisi: konfusi dalam - Body Image Body image enhancement
gambaran mental tentang diri- - Self esteem - Kaji secara verbal dan non verbal
fisik individu Kriteria Hasil respon klien terhadap tubuhnya
Batasan Karakteristik: - Body image positif - Monitor frekuensi mengkritik dirinya
- Perilaku mengenali tubuh - Mampu - Jelaskan tentang pengobatan,
individu mengidentifikasi perawatan, kemajuan dalam
- Perilaku menghindari kekuatan personal prognosis penyakit
tubuh individu - Mendeskripsikan - Dorong klien mengungkapkan
- Perilaku memantau tubuh secara faktual perasaannya
individu perubahan fungsi - Identifikasi arti pengurangan melalui
- Respon nonverbal tubuh pemakaian alat bantu
terhadap perubahan actual - Mempertahankan - Fasilitas kontak dengan individu lain
pada tubuh (mis: interaksi sosial dalam kelompok kecil
penampilan, struktur,
fungsi)
- Respon nonverbal
terhadap persepsi
perubahan pada tubuh
(mis: penampilan, struktur,
fungsi)
- Mengungkapkan perasaan
yang mencerminkan
perubahan pandangan
tentang tubuh individu
(mis: perubahan, struktur,
fungsi)
- Mengungkapkan persepsi
yang mencerminkan
perubahan individu dalam
penampilan
- Perubahan actual pada
fungsi
- Perubahan actual pada
struktur
- Perilaku mengenali tubuh
individu
- Perilaku memantau tubuh
individu
- Perubahan dalam
kemampuan
memperkirakan hubungan
special tubuh terhadap
lingkungan
- Perubahan dalam
keterlibatan social
- Perluasan batasan tubuh
untuk menggabungkan
objek lingkungan
- Secara sengaja
menyembunyikan bagian
tubuh
- Secara sengaja
menonjolkan bagian tubuh
- Kehilangan bagian tubuh
- Tidak melihat bagian
tubuh
- Tidak menyentuh bagian
tubuh
- Trauma pada bagian yang
tidak berfungsi
- Secara tidak sengaja
menonjolkan bagian tubuh
Subjektif
- Depersonalisasi
kehilangan melalui kata
ganti yang netral
- Depersonalisasi bagian
melalui kata ganti yang
netral
- Penekanan pada kekuatan
yang tersisa
- Ketakutan terhadap reaksi
orang lain
- Fokus pada penampilan
masa lalu
- Perasaan negative tentang
sesuatu
- Personalisasi kehilangan
dengan menyebutkannya
- Fokus pada perubahan
- Fokus pada kehilangan
- Menolak memverifikasi
perubahan actual
- Mengungkapkan
perubahan gaya hidup
Faktor yang Berhubungan:
- Biofisik, kognitif
- Budaya, tahap
perkembangan
- Penyakit, cedera
- Perceptual, psikososial,
spiritual
- Pembedahan, trauma
- Terapi penyakit

Risiko infeksi NOC NIC


Definisi: mengalami a. Immune status Infection control (control infeksi)
peningkatan resiko terserang 1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai
b. Knowledge ;
organisme patogenik pasien lain
infection
Faktor-faktor risiko:
control 2) Pertahankan teknik isolasi
a. Penyakit kronis
c. Risk control 3) Batasi pengunjung bila perlu
b. Diabetes mellitus
Setelah 3x24 jam 4) Instruksikan pada pengunjung untuk
c. Obesitas
interaksi diharapkan mencuci tangan saat berkunjung dan
d. Pengetahuan yang tidak pasien: setelah berkunjung meninggalkan
cukup untuk menghindari Kriteria Hasil: pasien
pemajanan pathogen a. Klien bebas dari
5) Gunakan sabun antimikrobia untuk
tanda dan gejala
e. Pertahanan tubuh primer cuci tangan
infeksi
yang tidak adekuat
f. Gangguan peristalsis b. Mendeskripsikan 6) Cuci tangan setiap sebelum dan
g. Kerusakan integritas kulit proses penularan sesudah tindakan keperawatan
(pemasangan kateter penyakit, faktor
7) Gunakan baju, sarung tangan sebagai
intravena, prosedur yang mempengaruhi
alat pelindung
invasive) penularan serta
h. Perubahan sekresi Ph penatalaksanaannya 8) Pertahankan lingkungan aseptic

i. Penurunan kerja siliaris c. Menunjukkan selama pemasangan alat

j. Pecah ketuban dini kemampuan untuk 9) Ganti letak IV perifer dan line central
k. Pecah ketuban lama mencegah dan dressing sesuai dengan petunjuk
l. Merokok timbulnya infeksi umum
m. Stasis cairan tubuh d. Jumlah leukosit
10) Gunakan kateter intermiten untuk
n. Trauma jaringan (mis, dalam batas normal
menurunkan infeksi kandung kencing
trauma destruksi jaringan) e. Menunjukkan
o. Ketidakadekuatan perilaku hidup sehat 11) Tingkatkan intake nutrisi
pertahanan sekunder
12) Berikan terapi antibiotic bila perlu
p. Penurunan hemoglobin
infection protection (proteksi
q. Imunosupresi (mis,
terhadap infeksi)
imunitas didapat tidak
13) Monitor tanda dan gejala infeksi
adekuat, agen
sistemik dan lokal
farmaseutikal termasuk
imunosupresan, steroid, 14) Monitor hitung granulosit, WBC
antibody monoclonal,
15) Monitor kerentanan terhadap infeksi
imunomodulator)
r. Supresi respon inflamasi 16) Batasi pengunjung
s. Vaksinasi tidak adekuat 17) Sharing pengunjung terhadap
t. Pemajanan terhadap penyakit menular
pathogen lingkungan
18) Pertahankan teknik asepsis pada
meningkat
pasien yang beresiko
u. Wabah
v. Prosedur invasive 19) Pertahankan teknik isolasi kalau perlu
w. Malnutrisi
20) Beerikan perawatan kulit pada area
epidema

21) Inspeksi kulit dan membrane mukosa


terhadap kemerahan, panas drainase

22) Inspeksi kondisi luka/insisi bedah

23) Dorong masukan nutrisi yang cukup

24) Dorong masukan cairan

25) Dorong istirahat

26) Instruksikan pasien untuk minum


antibiotic sesuai resep

27) Ajarkan pasien dan keluarga tanda


dan gejala infeksi

28) Ajarkan cara menghindari infeksi

29) Laporkan kecurigaan infeksi

30) Laporkan kultur positif

NIC :
PK Anemia NOC : a. Pantau tanda dan gejala anemia
Perawat dapat 1) Adanya letargi
melakukan 2) Adanya kelemahan
pencegahan untuk 3) Keletihan
meminimalkan 4) Peningkatan pucat
terjadinya anemia 5) Dyspneu saatmelakukan aktivitas
berkelanjutan b. Monitor kadar Hb
c. Kolaborasi perlunya pemberian
transfusi
TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
HASIL

Setelah diberikan asuhan NIC Label >> Nausea NIC Label >> Nausea Management
keperawatan selama 1 x 15 jam Management
1. Mengidentifikasi keefektifan
diharapkan tidak terjadi mual
1. Lakukan intervensi yang diberikan
dengan kriteria hasil:
pengkajian lengkap 2. Mengidentifikasi pengaruh
NOC Label >> Nausea and rasa mual termasuk mual terhadap kualitas hidup
Vomiting Control frekuensi, durasi, pasien.
tingkat mual, dan 3. Memenuhi kebutuhan nutrisi
 Pasien dapat
faktor yang pasien dan menegah mual
menghindari faktor
menyebabkan 4. Untuk menghindari terjadinya
penyebab nausea
pasien mual. mual
dengan baik
2. Evaluasi efek mual 5. Untuk menghindari efek mual
 Pasien melakukan
terhadap nafsu 6. Membantu mengurangi efek
acupressure point P6
makan pasien, mual dan menegah muntah
untuk mencegah
aktivitas sehari- 7. Menurangi mual dengan aksi
mengurangi mual
hari, dan pola tidur sentralnya pada hipotalamus
pasien
NOC Label >>Nausea
3. Ajnurkan makan
&vomiting severity
sedikit tapi sering
 Pasien mengatakan dan dalam keadaan
tidak mual hangat
 Pasien mengatakan 4. Anjurkan pasien
tidak muntah mengurangi jumlah
 Tidak ada peningkatan makanan yang bisa
sekresi saliva menimbulkan
mual.
5. Berikan istirahat
dan tidur yang
adekuat untuk
mengurangi mual
6. Lakukan
akupresure point
P6 3 jari dibawah
pergelangan tangan
pasien. Lakukan
selama 2-3 menit
setiap 2 jam
selama kemoterapi.
7. Kolaborasi
pemberian
antiemetik :
ondansentron 4 mg
IV jika mual

D. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan penetuan diagnosa
keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan.

E. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien fraktur disesuaikan dengan criteria hasil yang telah
ditentukan pada intervensi.
Daftar Pustaka

American Cancer Society. 2006. Cancer Facts and Figures 2006. Atlanta: American Cancer
Society Inc.

Anderson. 2006. A Patient’s Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer Center. University
of Texas.

Basavanthappa, B.T. 2003. Medical Surgical Nursing. New Delhi : Jaypee. 111-134.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Vol. 2. Jakarta:EGC

Dochtermen, J. et al. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). Fourth Edition.


USA:Mosby Elsevier.

Doenges at al. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC.

Herdman, T.H. 2012. Nanda International : Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014.Jakarta:EGC.

Ignatavicius, D.D. et al. 2006, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, 2nd
edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.

LeMone, P. et al. 2008.Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking in Client Care. Volume 2

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Media
Aesculapius.

Otto, S. E. 2003.Buku Saku Keperawatan Oncologi. Jakarta : EGC. 1-123

Price & Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta:EGC.

Samsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, Jakarta: BP FKUI.

Sudjatmiko. 2012. Kolon-Rektum dan Anus. Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.

University IOWA. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition. Mosby
Elsevier.
Denpasar,.....................................2016

Mengetahui,
Pembimbing Praktik Mahasiswa

…………………………………… I Gusti Ayu Cintya Adianti


NIP. NIM. P07120214012

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

………………………………………
NIP.

Anda mungkin juga menyukai