Anda di halaman 1dari 42

AWIG-AWIG DESA ADAT SELAT PANDAN BANTEN DALAM

UPAYA MENJAGA KEYAKINAN UMAT HINDU DI ERA


REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Diajukan kepada
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja Untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah Ilmu Perbandingan Agama
Dosen Pengampu: Dr. Drs. I Putu Gede Parmajaya, M.Pd.

JUDUL

Oleh:
I Nyoman Untung Eka Hariawan
NIM. 2125111003

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA HINDU


PASCA SARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU MPU KUTURAN SINGARAJA
2022

i
DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................4
1.3.1 Tujuan Penelitian Umum........................................................................4
1.3.2 Tujuan Penelitian Khusus.......................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................4
1.4.1 Manfaat Teoritis......................................................................................5
1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI.........................................6
2.1 Kajian Pustaka................................................................................................6
2.2 Konsep...........................................................................................................7
2.2.1 Awig-awig Desa Adat Selat Pandan Banten...........................................8
2.2.2 Keyakinan atau efikasi dalam Agama Hindu........................................10
2.2.3 Era Revolusi Industri.............................................................................14
2.3 Kajian Teori.............................................................................................15
2.3.1 Teori Konstruktivisme..........................................................................21
2.3.2 Teori Harapan/Expectancy Theory........................................................25
2.3.3 Teori Determinisme Teknologi.............................................................28
2.4 Kerangka Berpikir...................................................................................32
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................34
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian..................................................................34
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................36
3.3 Jenis dan Sumber Data.................................................................................36
3.4 Objek dan Subyek Penelitian.......................................................................38
3.5 Teknik Penentuan Informan.........................................................................38
3.6 Metode Pengumpulan Data..........................................................................39
3.6.1 Metode Observasi.................................................................................39

ii
3.6.2 Metode Kepustakaan.............................................................................40
3.6.3 Metode Wawancara...............................................................................40
3.6.4 Metode Dokumentasi............................................................................41
3.7 Metode Analisis Data...................................................................................42
3.8. Teknik Pengujian Keabsahan Data..........................................................44
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................50

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan keyakinan umat Hindu di Desa Selat Pandan Banten dalam

menjalankan kewajibannya mengalami perubahan yang sangat drastis dalam era

Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan perubahan-perubahan sikap umatnya dalam

pelaksanaan upacara keagamaan yang rutinitas dilaksanakan, seperti halnya

perubahan dalam berbusana dan sesajen yang dipersembahkan pada saat upacara

keagamaan. Menurut Prof. Dr. Ir. I Nyoman Sutantra MSc dalam sambutannya

dilaman kemenag.go.id menerangkan bahwa pada zaman kali yang penuh

kebebasan dan disertai dengan Revolusi Industri 4.0, atau era teknologi informasi

dan internet, berbagai godaan baik internal dan eksternal akan datang

mengganggu kehidupan umat manusia. Kebebasan yang tanpa dibingkai oleh

moral, etika, dan tata krama, serta didukung oleh teknologi informasi dan internet,

akan dapat berbuah kreasi dan inovasi manusia yang merusak tatanan kehidupan,

merusak kerukunan, kedamaian, dan juga keharmonisan dan mengesampingkan

Etika dan Susila dalam konsep Hindu (https://kemenag.go.id/read/sapta-timira-

dalam-etika-dan-tata-susila-hindu-pve5g). Hal ini didasari atas manusia sebagai

subjek, adalah pelaku utama dari perubahan itu, hendak bagaimana dan mau

dibawa kemana perubahan itu (Widana, 2011:7). Perubahan yang paling

signifikan terjadi dewasa ini tentunya adalah perubahan dalam hal budaya.

Istilah industri 4.0 pertama kali digemakan pada Hannover Fair, 4-8 April

2011. Istilah ini digunakan oleh pemerintah Jerman untuk memajukan bidang

industri ke tingkat selanjutnya, yang mana menggunakan bantuan teknologi.

1
Revolusi industry merupakan Transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek

produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan

industri konvensional (Angela Merkel,2014).

Kemudian, menurut Schlechtendahl dkk (2015) pengertian revolusi

industri menekankan kepada unsur kecepatan dari ketersediaan informasi, yakni

lingkungan industri di mana seluruh entitasnya selalu terhubung dan mampu

berbagi informasi satu dengan yang lain (Schlechtendahl dkk, 2015). Sehingga,

revolusi industri 4.0 adalah era industri di mana seluruh entitas yang ada di

dalamnya dapat saling berkomunikasi secara real time kapan saja dengan

berlandaskan pemanfaatan teknologi internet dan CPS guna mencapai tujuan

tercapainya kreasi nilai baru.

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat Hindu Bali di Desa

Selat Pandan Banten selaras dengan perubahan mengikuti perkembangan yang

terjadi di hampir diseluruh Indonesia. Perubahan gaya berbusana adat ke Pura di

Desa Selat Pandan Banten terjadi akibat pergeseran cara pandang yang

sebelumnya mengikuti pakem berorientasi nilai-nilai yang terkandung dari

penggunaan busana adat ke pura mengalami perubahan dari tujuan awalnya, yang

pada hakekatnya merupakan fenomena manusiawi dan alami. Terjadinya

perubahan gaya berbusana adat ke pura saat ini disebut gaya busana adat ke pura

kekinian yang mengikuti zaman yang bersumber dari model model busana yang

ada diluar Bali. Menurut Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda dalam kajian

filosofi Hindu Bali di channel youtubenya menerangkan bahwa tentang keyakinan

beragama bukan saja hanya terletak pada keyakinan tentang keberadaan agama itu

sendiri melainkan segala sesuatu yang bersangkutpaut dalam keyakinan itu sendiri

2
(https://www.youtube.com/watch?v=06YK48i3njQ., diakses 26 Nopember 2022).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlu adanya aturan-aturan pelaksanaan

upacara keagamaan yang sesuai dengan keputusan desa adat yang acuannya

bersumber dari keputusan Parisada Hindu Dharma Indonesia. Seperti halnya Desa

Adat Pandan Banten dalam melaksanakan berbagai kegiatan upacara keagamaan

dilingkungannya selalu menjalankan aturan-aturan dalam pelaksanaannya yang

disebut dengan awig-awig, yang merupakan tatanan untuk berkeyakinan dalam

konsep Hindu yang sudah disepakati berdasarkan Desa Kala Patra di Desa Selat

Pandan Banten. Berdasarkan latar belakang perubahan-perubahan yang terjadi

dalam masyarakat di Desa Selat Pandan Banten dalam perkembangan Revolusi

Industri 4.0, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Awig-

Awig Desa Adat Selat Pandan Banten dalam Upaya Menjaga Keyakinan Umat

Hindu di Era Revolusi Industri 4.0.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini menghasilkan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Mengapa awig-awig Desa Selat Pandan Banten dijadikan pedoman dalam

upaya menjaga keyakinan umat hindu di era revolusi industri 4.0?

2. Bagaimana penerapan awig-awig Desa Selat Pandan Banten dalam upaya

menjaga keyakinan umat hindu di era revolusi industri 4.0?

3. Apa peranan awig-awig Desa Selat Pandan Banten dalam menjaga

keyakinan umat hindu di era revolusi industri 4.0?

3
1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan dari

penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1.3.1 Tujuan Penelitian Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan

awig-awig Desa Adat Selat Pandan Banten dalam upaya menjaga keyakinan

beragama bagi umat Hindu ditengah berkembangnya era Revolusi Industri 4.0.

Sehingga masyarakat senantiasa melaksanaakan kegiatan keagamaan sesuai

dengan aturan-aturan yang telah disepakati dan ditentukan oleh awig-awig Desa

Adat Selat Pandan Banten.

1.3.2 Tujuan Penelitian Khusus

1. Mengetahui mengapa awig-awig Desa Selat Pandan Banten dijadikan

pedoman dalam menjaga keyakinan umat hindu di era revolusi industri

4.0.

2. Mengetahui bagaimana penerapan awig-awig Desa Selat Pandan Banten

dalam menjaga keyakinan umat hindu di era revolusi industri 4.0.

3. Mengetahui apa peranan awig-awig Desa Selat Pandan Banten dalam

menjaga keyakinan umat hindu di era revolusi industri 4.0.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian, dimana kegunaan suatu penelitian tersebut harus

dapat diketahui dengan jelas dan pasti. Suatu masalah yang diperkirakan tidak

berguna atau bermanfaat untuk kepentingan ilmiah maupun kepentingan terapan,

tidak akan diajukan sebagai masalah penelitian. Manfaat penelitian ini dapat

diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

4
1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan secara

teoritis tentang bagaimana peranan awig-awig Desa Selat Pandan Banten dalam

menjaga keyakinan umat hindu di era revolusi industri 4.0.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan

pengetahuan secara teoritis tentang bagaimana penerapan awig-awig Desa Selat

Pandan Banten dalam menjaga keyakinan umat hindu di era revolusi industri 4.0.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka

Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti menggali informasi dari

penelitian penelitian sebelumnya sebagai bahan perbandingan, baik mengenai

kekurangan atau kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali

informasi dari buku-buku maupun artikel jurnal dalam rangka mendapatkan suatu

informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang

digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah.

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai

peran awig-awig dalam masyarakat antara lain: A.A. Mas Adi Trinaya Dewi

(2021), Ch. Suryanti (2010). A.A. Mas Adi Trinaya Dewi (2021) yang berjudul

Peranan Awig-Awig Dalam Memberdayakan Lembaga Perkreditan Desa

Pakraman Selat Desa Belega Kecamatan Blahbatuh menyimpulkan peran awig-

awig Desa Pakraman Selat dalam memberdayakan Lembaga Perkreditan Desa

sangat berperan dimana dalam aktivitas LPD senantiasa awig-awig yang dijadikan

pedoman sehingga masyarakat yang memiliki pinjaman di LPD akan berusaha

melunasi pinjamannya karena takut akan sanksi adat yang tertuang dalam awig-

awig Desa Pakraman Selat. Terdapat kesamaan metode dalam penelitian ini yaitu

sama-sama meneliti awig dalam suatu Desa Pakraman yang ada di Bali dan

mengunakan penelitian secara kualitatif serta melalui pendekatan tentunya

penyajian hasil penelitian yaitu deskripsi kualitatif, disamping itu juga terdapat

perbedaan isi dan tujuan penelitiannya. A.A. Mas Adi Trinaya Dewi meneliti

berfokus pada kewajiban masyarakat dalam hutang piutang sedangkan penelitian

6
ini berfokus pada upaya peningkatan kesadaran umat Hindu dalam meningkatkan

keyakinannya.

Ch. Suryanti (2010), dalam penelitian Agama Dan Iptek: Refleksi dan

Tantangannya Dalam Mengembangkan Moralitas Kaum Muda menyimpulkan

peran agama dan sains dalam mentransformasi moralitas anak muda sebagai

pribadi yang terintegrasi, terutama ketika beberapa percaya bahwa agama tidak

kompatibel dengan sains, dan sebagian lainnya malah menyalahkan sains yang

berkembang pesat sebagai yang utama penyebab krisis moral di kalangan remaja.

Terdapat kesamaan metode dalam penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang

adanya perubahan yang signifikan di masyarakat di dalam perubahan dan

perkembangan zaman dan mengunakan penelitian secara kualitatif serta melalui

pendekatan tentunya penyajian hasil penelitian yaitu deskripsi kualitatif,

disamping itu juga terdapat perbedaan jenis dan sumber data. Penelitian terdahulu

meneliti berfokus pada kemajuan Iptek sedangkan penelitian ini berfokus pada

acuan aturan-aturan yang telah disepakati dalam sebuah desa yang berbentuk

awig-awig.

2.2 Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep berarti; pengertian,

gambaran mental dari objek, proses, pendapat (paham), rancangan (cita-cita) yang

telah dipikirkan. Agar segala kegiatan berjalan dengan sistematis dan lancar,

dibutuhkan suatu perencanaan yang mudah dipahami dan dimengerti.

Perencanaan yang matang menambah kualitas dari kegiatan tersebut. Di dalam

perencanaan kegiatan yang matang tersebut terdapat suatu gagasan atau ide yang

akan dilaksanakan atau dilakukan oleh kelompok maupun individu tertentu,

7
perencanaan tadi bisa berbentuk ke dalam sebuah peta konsep. Menurut Kant

(2005) yang dikutip Harifudin Cawidu (1999) dalam bukunya “Konsep Kufr

dalam al-Qur’ān”, pada dasarnya konsep merupakan abstraksi dari suatu

gambaran ide, gambaran yang bersifat umum atau abstrak tentang sesuatu. Fungsi

dari konsep sangat beragam, akan tetapi pada umumnya konsep memiliki fungsi

yaitu mempermudah seseorang dalam memahami suatu hal. Karena sifat konsep

sendiri adalah mudah dimengerti, serta mudah dipahami.

Soedjadi, mengartikan konsep ke dalam bentuk atau suatu yang abstrak

untuk melakukan penggolongan yang nantinya akan dinyatakan kedalam suatu

istilah tertentu. Konsep adalah “Ide abstrak yang dapat digunakan untuk

mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang ada pada umumnya dinyatakan

dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep adalah suatu abstraksi yang

mewakili kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-

hubungan yang mempunyai atribut yang sama (Soedjadi, 2000:14).

2.2.1 Awig-awig Desa Adat Selat Pandan Banten

Awig-awig adalah sebagian hukum adat Bali yang dibuat untuk mengatur

tatanan kehidupan organisasi sosial tradisional Bali. Contoh organisasi tradisional

Bali yang dimaksud seperti, désa pakraman, subak, sekaa, dadia. mengacu pada

Pasal 1 Nomor Urut 11 Perda Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001, tentang Desa

Pakraman, ditentukan sebagai berikut. Awig-awig adalah aturan yang dibuat oleh

krama désa pakraman dan atau krama banjar pakraman yang dipakai sebagai

pedoman dalam pelaksanaan tri hita karana, sesuai dengan désa mawacara dan

dharmaagama di désa pakraman/banjar pakraman masing-masing (Sukma Arida,

2014).

8
Awig-awig desa adat adalah merupakan keseluruhan hukum yang

mengatur tata cara kehidupan bagi warga desa adat beserta sanksi dan aturan

pelaksanaannya. Awig-awig berasal dari kata wig yang artinya rusak sedangkan

awig artinya tidak rusak atau baik. Awig-awig artinya sesuatu yang menjadi baik.

Konsepsi inilah yang dituangkan ke dalam aturanaturan baik secara tertulis

maupun tidak tertulis sehingga menimbulkan suatu pengertian, bahwa awig-awig

adalah peraturan-peraturan hidup bersama bagi krama desa di desa adatnya, untuk

mewujudkan kehidupan yang aman, tentram, tertib, dan sejahtera di desa adat.

Awig-awig itu memuat aturan-aturan dasar yang menyangkut wilayah adat,

krama desa adat, keagamaan serta sanksi. Awig-awig desa adat, merupakan

hukum adat yang mempunyai fungsi untuk mengatur dan mengendalikan prilaku

warga masyarakat dalam pergaulan hidupnya guna mencapai ketertiban dan

ketentraman masyarakat. Selain itu awig-awig juga berfungsi untuk

mengintegrasikan warga masyarakat dalam suatu persatuan dan kesatuan yang

hidup bersama sepenanggungan dan seperjuangan, sedangkan arti penting awig-

awig adalah merupakan pengikat persatuan dan kesatuan krama desa guna

menjamin kekompakan dan keutuhan dalam menyatukan tujuan bersama

mewujudkan kehidupan yang aman tertib, dan sejahtera di wilayah desa adat

(Majelis Pembina Lembaga Adat (MPLA) Tingkat I Bali,1988:56).

Awig-awig Desa Adat Selat Pandan Banten Kecamatan Sukasada

Kabupaten Buleleng pada tahun 2022 disahkan pada hari Minggu tanggal 13

Maret 2022 di Pura Pamulungan Desa Adat Selat Pandan Banten, Kecamatan

Sukasada, Kabupaten Buleleng dengan Nomor: 14/Slt.PB/III/2022. Serta

ditandatangani oleh Kelian Desa Adat dan Ketua Team Penyusun, disaksikan

9
oleh Perbekel Desa Selat, PHDI Desa Selat, Camat Sukasada, Majelis Madia Desa

Adat Kecamatan Sukasada, Majelis Madia Desa Adat Kabupaten Buleleng dan

Dinas Pemajuan Masyarakat Adat Provinsi Bali sebagai pengukuhannya.

Awig-awig Desa Adat Pandan Banten dibagi atas delapan bab yang dijelaskan

dengan nama sargah, yang menguraikan tentang aturan-aturan, anggaran dasar

dan rumah tangga serta sanksi-sanksi dalam hubungannya dalam pelaksanaan

hubungan manusia dengan konsep Tri Hita Karana. Sebagai sebuah aturan dalam

masyarakat Desa Adat Selat Pandan Banten, memiliki peran dan fungsi sebagai

payung hukum penguatan kerukunan umat Hindu dengan meningkatkan sradha

bhakti atau keyakinan tentang ketuhanan.

Berpijak dari berbagai pengertian diatas jadi apa yang dimaksud awig-

awig Desa Adat Selat Pandan Banten sehubungan dengan penelitian ini adalah

keseluruhan peran dan upaya yang tertuang dalam aturan untuk menjaga

keyakinan umat hindu di era revolusi industri 4.0 di Desa Adat Selat Pandan

Banten.

2.2.2 Keyakinan atau efikasi dalam Agama Hindu

Bandura (1997, dalam Ghufron & Risnawati, 2014) mengatakan bahwa

efikasi diri pada dasarnya adalah hasil proses kognitif berupa keputusan,

keyakinan atau penghargaan tentang sejauh mana individu memperkirakan

kemampuan dirinya dalam melaksanakan tindakan tertentu yang diperlukan untuk

mencapi hasil yang diinginkan. Efikasi diri adalah evaluasi seseorang terhadap

kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan

atau mengatasi hambatan,. Jeanne Ellis (2008) menyatakan bahwa efikasi diri

adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menjalankan perilaku tertentu atau

10
mencapai tujuan tertentu. Menurut Baron dan Byrne (2003) efikasi diri adalah

keyakinan seseorang akan kemampuan atau kompetensinya atas kinerja tugas

yang diberikan, mencapai tujuan atau mengatasi sebuah hambatan. Pender (1996

dalam Tomey & Alligod,2006) menegaskan bahwa efikasi diri mengacu pada

keyakinan seseorang akan kemampuan diri dalam mengatur dan melakukan

tindakan yang mendukung kesehatannya berdasarkan pada tujuan dan harapan

yang diinginkan. Persepsi efikasi diri didefinisikan sebagai “penilaian orang

tentang keyakinan atas kemampuan mereka untuk mengatur dan melaksanakan

program tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Itu berkaitan bukan

tentang keterampilan seseorang tetapi dengan penilaian tentang apa yang bisa

dilakukan dengan keterampilan apapun yang dimiliki (Bandura 1997 dalam

Shortridge-Bagget & Lens,2002). Efikasi diri berhubungan situasi yang spesifik,

yang tidak berlaku untuk konsep-konsep terkait seperti harga diri, kepercayaan

diri dan locus of control (Maibach & Murphy,1995 dalam Shortridge-Bagget &

Lens,2002). Dengan kata lain, untuk setiap individu berhak menentukan , apakah

dia harus percaya diri atau tidak. Efikasi diri berkombinasi dengan lingkungan,

perilaku sebelumnya dan variable-variabel persoalan lain, terutama harapan

terhadap hasil untuk menghasilkan perilaku. Efikasi diri akan mempengaruhi

beberapa aspek dari kognisi dan perilaku seseorang. Efikasi diri dapat membawa

perilaku yang berbeda diantara individu dengan kemampuan yang sama karena

efikasi diri memengaruhi pilihan, tujuan, pengatasan masalah dan kegigihan

dalam berusaha (Erez dan Judge,2001). Efikasi diri adalah penilaian diri, apakah

dapat melakukan tindakan baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa

mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan (Alwisol, 2009). Dengan bahasa

11
yang berbeda mengemukakan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan diri (sikap

percaya diri) terhadap kemampuan sendiri untuk menampilkan tingkah laku yang

akan mengarahkannya kepada hasil yang diharapkan (Juntika dan Syamsu, 2008).

Jadi, dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah

keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dia mampu melakukan sesuatu untuk

mencapai tujuan dan mengatasi hambatan.

Dalam ajaran Agama Hindu keyakinan dalam bertuhan sudah mutlak

dijelaskan dalam Panca sradha. Umat Hindu berpegang teguh pada dasar

keyakinan dalam menjalankan agamanya. Dasar inilah yang selanjutnya

menjadikan semua umat beragama Hindu percaya dan sangat meyakini

keberadaan Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa. Dasar keyakinan ini terdiri dari

lima aspek yang disebut dengan Panca Sradha. Kelima aspek tersebut antara lain:

1. Keyakinan terhadap Brahman atau Widhi Tattwa

Ajaran pertama ini berfokus pada keyakinan pada Brahman atau Tuhan.

Ada banyak sebutan nama Tuhan dalam agama Hindu, seperti Ida Sang

Hyang Widhi Wasa atau Brahman. Ini artinya, setiap umat Hindu

meyakini dengan benar bahwa Tuhan itu ada, Maha Esa, Maha Kuasa,

Maha segalanya.

2. Keyakinan terhadap Atman atau Atman Tattwa

Kedua adalah Atman Tattwa atau lebih kerap disebut dengan Roh Suci.

Umat Hindu meyakini pula bahwa keberadaan Jiwatman membuat

manusia bisa hidup. Atman diyakini memiliki sifat kekal dan sempurna.

3. Keyakinan terhadap Karmaphala atau Karmaphala Tattwa

12
Keyakinan dasar ketiga dalam ajaran agama Hindu adalah keberadaan dari

Karmaphala. Kata Karma sendiri memiliki arti perilaku atau perbuatan,

sementara phala artinya hasil yang didapat. Jadi, jika dijelaskan secara

singkat, Karmaphala ini artinya hasil yang didapat dari perbuatan yang

dilakukan. Sederhananya, umat Hindu sangat percaya dengan adanya

hukum sebab akibat dalam kehidupan sehari-hari. Karmaphala sendiri

dibedakan menjadi tiga bagian waktu, yaitu masa kini atau sekarang, masa

nanti atau hari esok, dan masa depan.

4. Keyakinan terhadap Samsara atau Samsara Tattwa

Ajaran keyakinan keempat dalam Panca Sradha adalah Samsara Tattwa

atau percaya dengan adanya reinkarnasi, penjelmaan kembali atau

kelahiran kembali, dalam agama Hindu ini dikenal dengan istilah

Punarbawa yang artinya kelahiran berulang-ulang. Umat Hindu percaya

setiap ruh akan kembali lagi kepada Tuhan dan harus dalam keadaan yang

suci.

5. Keyakinan terhadap Moksa atau Moksa Tattwa

Keyakinan terakhir adalah meyakini dan percaya dengan Moksha, yaitu

bersatunya Brahman dengan Atman. Bukan tanpa alasan, tujuan tertinggi

dalam agama Hindu adalah bisa mencapai Jagadhita dan Moksa.

Secara sederhana, masyarakat Hindu percaya bahwa adanya Panca Sradha akan

membuat mereka lebih mengetahui mana hal yang baik dan buruk. Apa yang

dilakukan saat ini akan memberikan hasil yang setimpal nantinya, seperti

keyakinan Karmaphala. Keyakinan beragama bukan saja hanya terletak pada

keyakinan tentang keberadaan agama itu sendiri melainkan segala sesuatu yang

13
bersangkutpaut dalam keyakinan itu sendiri yang semestinya diperlukan aturan-

aturan masing masing tempat atau pelemahan dimana aturan itu diberlakukan

untuk mengatur perilaku suatu masyarakat.

Berpijak dari berbagai pengertian diatas jadi apa yang dimaksud keyakinan

atau efikasi dalam Agama Hindu sehubungan dengan penelitian ini adalah

bagaimana awig awig berperan dalam menambah keyakinan dalam beragama

Hindu yang diatur dalam suatu aturan yang diberlakukan dalam suatu masyarakat

yang disebut dengan awig-awig

2.2.3 Era Revolusi Industri

Indonesia telah memasuki era baru yaitu Revolusi Industri 4.0. Istilah

industri 4.0 lahir di Jerman pada tahun 2011 pada kegiatan Hannover Fair

Kagermann 2011. Beberapa istilah mengenai Industri 4.0 tidak sama di setiap

negara yaitu ada yang menyebutnya Smart Factories, Instrial Internet of things,

Smart Industry atau Advanced Manufacturing. Akan tetapi, perbedaan istilah

tersebut tidak menjadi masalah, karena memiliki tujuan yang sama yaitu agar

dapat meningkatkan daya saing industri yang dimiliki setiap negara guna

menghadapi persaingan pasar global. Hal ini terjadi karena perkembangan dalam

pemanfaatan teknologi digital sangat pesat. Menurut (Schlechtendahl et al., 2015)

bahwa industri 4.0 menekankan pada kecepatan dari ketersediaan informasi di

mana keseluruhan entitasnya selalu terhubung dan dapat berbagi informasi antara

satu dengan yang lain.

Revolusi Industri 4.0 diantara cirinya adalah terhubungnya manusia

dengan fasilitas internet dan mesin robot. Era Revolusi Industri memiliki

pengaruh terhadap perubahan sikap, perilaku dan pola pikir yang dialami

14
masyarakat yang hidup pada masa digital. Suatu generasi yang tidak asing lagi

dengan dunia digital. Keseharian telah terbiasa dengan kecakapan dan kecerdasan

digital dimana diharapkan mampu memfilter arus informasi dan teknologi indutri

4.0. Sikap yang muncul adalah dengan kecenderungan untuk kecanduan gadget

sepanjang hari, cyber bulliying, atau bahkan turunnya kualitas moral dan akhlak.

Sudah selayaknya masyarakat adat ikut andil dan memiliki daya upaya dan

gagasan yang tepat dalam menghadapi perubahan-perubahan perilaku peserta

didik era 4.0 ini.

Berpijak dari berbagai pengertian diatas jadi apa yang dimaksud era

revolusi industri sehubungan dengan penelitian ini adalah bagaimana pengaruh

media digital secara tidak langsung mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan perilaku

kehidupan yang terjadi dimasyarakat. Seperti contohnya perubahan dalam kata-

kata, pemakaian busana yang bersumber dari sumber informasi dari luar

masyarakat adat.

2.3 Kajian Teori

Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat

besar dalam penelitian adalah teori. Suatu landasan teori dari suatu penelitian

tertentu atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan

pustaka. Salah satu contoh karya tulis yang penting adalah tulisan itu berdasarkan

riset. Melalui penelitian atau kajian teori diperoleh kesimpulan-kesimpulan atau

pendapat-pendapat para ahli, kemudian dirumuskan pada pendapat baru.

Sitirahayu Haditono (1999) menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti

yang penting, bila lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan

gejala yang ada. Mark (1963) membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori

15
ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara

lain: a) Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu

perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan, b) Teori

yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam bentuk

ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist, c)

Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan

perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan

teori kembali mempengaruhi data.

Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan

bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau

sistem pengertian ini diperoleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus

dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori. Teori adalah alur

logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan

proporsisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga

fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan

pengendalian (control) suatu gejala (Sugiyono, 2010).

Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang

pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau

konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk

merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya

hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi

teori yang ketiga digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga

selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan upaya pemecahan masalah.

16
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang

pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau

konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk

merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya

hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi

teori yang ketiga digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga

selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan upaya pemecahan masalah.

Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir,

sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.

2.3.1 Teori Struktural Fungsional

Fungsionalisme struktural atau lebih popular dengan ‘struktural

fungsional’ merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat dari teori sistem umum di

mana pendekatan fungsionalisme yang diadopsi dari ilmu alam khususnya ilmu

biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara mengorganisasikan dan

mempertahankan sistem. Fungsionalisme struktural atau ‘analisa sistem’ pada

prinsipnya berkisar pada beberapa konsep, namun yang paling penting adalah

konsep fungsi dan konsep struktur Graham C. Kinloch, 2009:188).

Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam

sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah

struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Fungsionalisme

menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-lemen

konstituennya; terutama norma, adat, tradisi dan institusi (Agung Tri Haryanta

dan Eko Sujatmiko, 2012:71). Dalam paradigma struktural fungsional semua

unsur pembentuk masyarakat terjalin satu sama lain yang dikenal dengan sistem.

17
Sehingga jika ada salah satu unsurnya tidak bekerja maka masyarakat tersebut

akan terganggu. Dengan adanya saling ketergantungan, kerjasama menunjukkan

bahwa masyarakat terintegrasi utuh dan bertahan lama. Perkataan fungsi

digunakan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, menunjukkan kepada

aktivitas dan dinamika manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Dilihat dari

tujuan hidup, kegiatan manusia merupakan fungsi dan mempunyai fungsi. Secara

kualitatif fungsi dilihat dari segi kegunaan dan manfaat seseorang, kelompok,

organisasi atau asosiasi tertentu. Fungsi juga menunjuk pada proses yang sedang

atau yang akan berlangsung, yaitu menunjukkan pada benda tertentu yang

merupakan elemen atau bagian dari proses tersebut, sehingga terdapat perkataan

”masih berfungsi” atau ”tidak berfungsi.” Fungsi tergantung pada predikatnya,

misalnya pada fungsi mobil, fungsi rumah, fungsi organ tubuh, dan lain-lain.

Secara kuantitatif, fungsi dapat menghasilkan sejumlah tertentu, sesuai dengan

target, proyeksi, atau program yang telah ditentukan (George Ritzer, 2012:121).

Bagaimana berfungsinya sebuah struktur menjadi sasaran penjelasan teori

struktural fungsional. Setiap struktur, baik struktur mikro maupun struktur makro

masyarakat, akan tetap ada sepanjang ia memiliki fungsi. Asumsi dasar struktural

fungsional menyatakan bahwa masyarakat terintegrasi berdasarkan kesepakatan

nilai bersama yang mampu mengatasi perbedaan pendapat dan kepentingan

anggota. Setiap anggota masyarakat berada atau hidup dalam struktur sosial yang

saling terkait antara satu dengan yang lain. Orientasi dasar paradigma

fungsionalisme struktural adalah keteraturan, ekuilibrium, harmoni dan integrasi.

18
Asumsi dasar yang digunakan dalam teori struktural fungsional dapat kita

fahami dari apa yang dijelaskan Ralp Dahrendof, sebagaimana dipaparkan Prof

Damsar (Damsar, 2017:165, sebagai berikut:

1. Setiap masyarakat terdiri dari berbagai elemen yang terstruktur secara

relative mantap dan stabil. Kegiatan setiap individu yang dilakukan secara

setiap hari, melakukan fungsi masing-masing dan saling berinteraksi diantara

mereka, selalu dilakukan setiap hari, relatif sama dan hampir tidak berubah.

2. Elemen-elemen terstruktur tersebut terintegrasi dengan baik. Elemen-elemen

yang memebentuk struktur memiliki kaitan dan jalinan yang bersifat saling

mendukung dan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.

3. Setiap elemen dalam struktur memiliki fungsi, yaitu memberikan sumbangan

pada bertahannya struktur itu sebagai suatu sistem. Semua elemen masyarakat

yang ada memiliki fungsi. Fungsi tersebut memberikan sumbangan bagi

bertahannya suatu struktur sebagai suatu sistem.

4. Setiap struktur yang fungsional dilandaskan pada suatu konsensus nilai

diantara para anggotanya. Konsensus nilai tersebut berasal baik dari

kesepakatan yang telah ada dalam suatu masyarakat seperti adat kebiasaan,

tata perilaku, dan sebagainya maupaun kesepakatan yang dibuat baru.

Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang

pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau

konstruk variabel yang akan diteliti dan untuk dapat memberikan penjelasan

tentang peran atau pengaruh Awig-awig Desa Adat Selat Pandan Banten dalam

mengatur masyarakatnya dalam hal upaya mempertahankan kearifan local untuk

menambah dasar keyakinan beragama Hindu di era Revolusi Industri.

19
2.3.2 Teori Nilai

Nilai adalah segala sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek,

menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan,

atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat. Dari

pendapat tersebut dapat dikatakan, bahwa dalam kehidupan masyarakat nilai

merupakan sesuatu untuk memberikan tanggapan atas perilaku, tingkah laku, dan

segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas masyarakat baik secara kelompok

maupun individu. Nilai yang muncul tersebut dapat bersifat positif apabila akan

berakibat baik, namun akan bersifat negatif jika berakibat buruk pada obyek yang

diberikan nilai (Sulaiman, 1992: 19). Menurut Mardiatmadja (1986:105), nilai

menunjuk pada sikap orang terhadap sesuatu hal yang baik. Nilai-nilai dapat

saling berkaitan membentuk suatu sistem dan antara yang satu dengan yang lain

koheren dan mempengaruhi segi kehidupan manusia. Dengan demikian, nilai-nilai

berarti sesuatu yang metafisis, meskipun berkaitan dengan kenyataan konkret.

Nilai tidak dapat kita lihat dalam bentuk fisik, sebab nilai adalah harga sesuatu hal

yang harus dicari dalam proses manusia menanggapi sikap manusia yang lain.

Nilai-nilai sudah ada dan terkandung dalam sesuatu, sehingga dengan pendidikan

membantu seseorang untuk dapat menyadari dengan mencari nilai-nilai mendalam

dan memahami kaitannya satu sama lain serta peranan dan kegunaan bagi

kehidupan. Ada hubungan antara bernilai dengan kebaikan menurut Merdiatmedja

(1986:105), nilai berkaitan dengan kebaikan yang ada dalam inti suatu hal. Jadi

nilai merupakan kadar relasi positif antara sesuatu hal dengan orang tertentu.

Antara lain, nilai praktis, nilai sosial, nilai estetis, nilai kultural/budaya, nilai

religius, nilai susila/moral. Kedua pendapat diatas berbicara masalah kebaikan,

20
sikap dan norma-norma yang merupakan penjabaran dari nilai, pendapat-pendapat

tersebut tidak dapat lepas dari kebudayaan seperti yang dikemukakan oleh

Suminto (2000:5) bahwa kebudayaan sebagai suatu konsep yang luas, yang di

dalamnya tercakup adanya sistem dari pranata nilai yang berlaku termasuk tradisi

yang mengisyaratkan makna pewarisan norma-norma, kaidah-kaidah, adat istiadat

dan harta-harta cultural. Kebudayaan yang di dalamnya terdapat nilai perlu upaya

pelestarian. Melalui pendidikan akan menyadarkan kepentingan dalam nilai

budaya.

Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang

pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau

konstruk variabel yang akan diteliti dan untuk dapat memberikan penjelasan

tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Awig-awig Desa Adat Selat Pandan

Banten dalam mengatur masyarakatnya dalam hal upaya mempertahankan

kearifan local untuk menambah dasar keyakinan beragama Hindu di era Revolusi

Industri.

2.4 Kerangka Berpikir

Era revolusi industri 4.0 ini adalah era penerapan teknologi fiber dan

sistem jaringan terintergrasi. Hal ini tentunya membawa perubahan besar pada

masyarakat. Era industri 4.0 atau yang biasa kita tahu sebagai revolusi industri 4.0

menuntut manusia untuk dapat mengimbangi kemajuan teknologi yang begitu

pesat. Era 4.0 ini menjadikan manusia berperilaku konsumtif karna masyarakat

lebih menyukai sesuatu yang mudah dan gampang viral. Hal ini yang berdampak

buruk dan menjadikan masyarakat bersikap konsumtif. Perilaku konsumtif sendiri

Menurut Aprilia & hartoyo (2013 :73). Era 4.0 ini pun menjadikan manusia lupa

21
akan jati dirinya sebagai umat beragama, karna digitalisasi beberapa nilai nilai

agama luntur dan menjadikan manusia lupa hakikatnya hidup didunia untuk

mengumpulkan pahala sebanyak mungkin sebagai bekalnya diakhirat kelak. Salah

satu pengaruh dari perubahan sosial di Era 4.0 adalah nilai-nilai agama. Nilai itu

sendiri merupakan sesuatu yang tidak bisa dilihat, diraba dan tidak dapat

dirasakan dalam ruang lingkup. Menurut ahli Frondizi (2001) nilai merupakan

kualitas yang tidak nyata, dimana nilai suatu objek merupakan sifat, kualitas atau

sui generis yang dimiliki objek tersebut. Didalam tingginya perubahan pola hidup

dalam bermasyarakat dalam mempertahankan keyakinannya dalam beragama

maka diperlukan suatu aturan-aturan yang bisa berperan membatasi setiap

perilaku masyarakat Hindu dalam menjalakan ajarannya yang disebut dengan

awig-awig.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian

tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Keyakinan Beragama
Hindu di era Revolusi
Industri4.0

Awig-Awig Desa
Adat Selat Pandan
Banten

Penerapan awig-
awig-awig Desa
awig Desa Selat Peran awig-awig Desa
Selat Pandan Banten
Pandan Banten Selat Pandan Banten
dijadikan pedoman
dalam menjaga dalam menjaga
dalam menjaga
keyakinan umat keyakinan umat hindu
keyakinan umat
hindu di era di era revolusi industri
hindu di era revolusi
revolusi industri 4.0.
industri 4.0.
4.0.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, artinya penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya tingkah laku,

cara pandang, motivasi dan sebagainya secara menyeluruh dan dalam bentuk

kata-kata dan bahasa pada suatu kejadian-kejadian khusus yang alamiah.

Artinya pendekatan dalam penelitian ini tidak menggunakan angka-angka.

Pada umumnya penelitian terbagi atas dua jenis, yaitu penelitian

kuantitatif dan penelitian kualitatif, dimana keduanya memiliki karateristik yang

berbeda. Sedangkan penelitian kualitatif, menurut Robert Bogdan dan Steven J

Taylor (1993) seorang pakar ilmu sosial, dalam bukunya Introduction To

Qualitative Research Methods yang dialih bahasakan oleh Arif Furchan (2007)

seorang pakar ilmu sosial, bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data yang deskriptif, ucapan atau tulisan yang dapat diamati

dari orang-orang itu sendiri. Menurut mereka pendekatan ini langsung

menunjukkan setting dan individu-individu dalam setting itu secara keseluruhan

subyek penyelidikan baik berupa orang ataupun invidu, tidak dipersempit menjadi

variabel yang terpisah atau menjadi hipotesis, melainkan dipandang sebagai

bagian dari suatu keseluruhan.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual

secara rinci, dan melukiskan realita yang ada. Diawali dengan adanya minat untuk

mengkaji secara mendalam terhadap munculnya suatu fenomena tertentu, dengan

1
didukung oleh konseptualisasi yang kuat atas fenomena tersebut. Maka penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan

yang di mulai dengan mendefinisikan konsep-konsep yang sangat umum.

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui

serangkaian proses yang panjang. Metode penelitian adalah prosedur yang

dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan data ataupun informasi untuk

memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan awig-awig

Desa Selat Pandan Banten dalam menjaga keyakinan umat beragama Hindu di era

Revolusi Industri 4.0.

Maka pendekatan penelitian yang paling sesuai adalah dengan

menggunakan penelitian kualitatif. Sehingga seluruh bagian yang menjadi kajian

penelitian dapat teramati secara tuntas. Peneliti terjun langsung kelapangan untuk

mendapatkan data yang diinginkan, agar data tersebut terasa lebih obyektif, bila

peneliti mengadakan pengamatan dan terlihat langsung di lapangan. Dengan

menggunakan pendekatan kualitatif, pemalsuan data lebih dapat dihindari. Oleh

karena itu, peneliti harus mengikuti kegiatan di Desa Adat Selat Pandan Banten.

Peneliti mengumpulkan data penelitian dengan kata-kata untuk mendeskripsikan

fenomena-fenomena guru dan siswa kelas 4 dalam setiap pembelajaran Agama

Hindu dalam menggunakan Gadget.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

a) Waktu Penelitian

2
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak

tanggal dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih dua bulan,

1 bulan pengumpulan data dan 1 bulan pengolahan data yang meliputi penyajian

dalam bentuk tesis dan proses bimbingan berlangsung.

b) Lokasi Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk

karena merupakan salah satu sekolah yang secara nyata menggunakan media

gadget dalam pelaksanaan pembelajaran agama Hindu.

3.3 Jenis dan Sumber Data

a) Jenis Data

Data adalah jamak dari kata “datum” yang artinya informasi-informasi

atau keterangan tentang kenyataan atau realitas. Jenis data yang dikumpulkan

dalam penelitian merupakan jawaban atas pertanyaan penelitian, yang kemudian

diajukan terhadap masalah yang dirumuskan pada tujuan yang ditetapkan. Dengan

demikian data merupakan semua keterangan ataupun informasi terkait dengan

penelitian yang dilakukan

Menurut Menurut Lofland (Moleong, 2000:112 jenis data ada dua yaitu:

a. Data primer, yaitu data yang berkaitan langsung dalam penelitian, dalam hal

ini adalah pelaksanaan pembelajaran agama hindu berbasis gadget bagi anak

kelas 4 di SD Negeri 2 kalibukbuk kabupaten buleleng. Data primer ini

diperoleh dengan melakukan pengamatan pada guru dan siswa dalam

kegiatan pembelajaran agama Hindu menggunakan media gadget, dan yang

menjadi sentral informasi dalam menggali data sekaligus sebagai subyek

3
penelitian. Data diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan guru, siswa

dan orang tua.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain. Seperti, buku, dan

Jurnal dan Artikel ilmiah yang berhubungan dengan obyek penelitian.

b) Sumber Data

Menurut Lofland (2007:157) sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Sumber data utama melalui wawancara

langsung dari responden selama kurun waktu penelitian. Data yang didapatkan

merupakan hasil dari wawancara, sehingga yang menjadi sumber datanya adalah

guru dan siswa kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk. Dalam penelitian kali ini,

peneliti akan mendapatkan sumber data dari:

a. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan subyek yang diamati atau diwawancarai

merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis

dan melampirkan foto dalam segala kegiatan dan guru dan siswa dalam

melaksanakan pembelajaran. Peneliti akan melakukan wawancara kepada obyek

penelitian, yaitu Guru dan Siswa kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk.

b. Sumber tertulis

Sumber tertulis merupakan sumber kedua dari kata dan tindakan. Dilihat

dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat

dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen

pribadi, dan dokumen resmi. Adapun sumber tertulis yang dimaksud peneliti

berupa gambaran umum struktur SD Negeri 2 Kalibukbuk.

4
3.4 Objek dan Subyek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, pemilihan subjek penelitian dapat

menggunakan criterion-based selection, menurut Muhajir dalam buku

Metode Penelitian Ilmu Sosial yang ditulis oleh Muhammad Idrus. Yang didasari

pada asumsi bahwa subjek tersebut sebagai aktor dalam tema penelitian yang

diajukan.

Sesuai dengan judul yang peneliti angkat yaitu “Prospek Dan Problem

Pembelajaran Agama Hindu Berbasis Gadget Bagi Anak Kelas 4 di SD Negeri 2

Kalibukbuk Kabupaten Buleleng”, adapun subjek penelitian dalam penelitian ini

adalah media gadget yang dipergunakan di kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk,

Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

Sedangkan objek sendiri adalah suatu hal, perkara, atau orang yang

menjadi pokok pembicaraan, atau sasaran yang akan diteliti, dalam penelitian ini,

peneliti menjadikan “kegiatan pembelajaran agama Hindu menggunakan gadget”

sebagai objek yang akan di teliti.

3.5 Teknik Penentuan Informan

Informan adalah seseorang yang memiliki informasi tentang objek yang

akan diteliti, informan memiliki peran penting dalam sebuah penelitian kualitatif

dan dapat menunjang data yang dibutuhkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini

peneliti menentukan informan dengan menggunakan teknik Purposive sampling,

dimana teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria

tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian, dan peneliti terlebih

dahulu menyusun kriteria. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak

sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel atau informan.

5
3.6 Metode Pengumpulan Data

Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk

menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis dan mencapai tujuan penelitian.

Oleh karena itu, data dan kualitas data merupakan pokok penting dalam penelitian

karena menentukan kualitas hasil penelitian. Data diperoleh dari suatu proses yang

disebut pengumpulan data. Menurut Ulber Silalahi (2009:280) pengumpulan data

adalah satu proses mendapatkan data empiris melalui responden dengan

menggunakan metode tertentu.

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa proses pengumpulan data

adalah proses untuk mengumpulkan berbagai hal yang akan digunakan

sebagai bahan penelitian.

3.6.1 Metode Observasi

Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan

data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan

langsung di lapangan. Peneliti berada ditempat itu, untuk mendapatkan bukti-

bukti yang valid dalam laporan yang akan diajukan. Observasi adalah metode

pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka

saksikan selama penelitian (W. Gulo, 2002:116). Dalam observasi ini peneliti

menggunakan jenis observasi non partisipan, yaitu peneliti hanya mengamati

secara langsung keadaan objek, tetapi peneliti tidak aktif dan ikut serta secara

langsung (Husain Usman, 1995:56). Teknik pengumpulan data ini dilakukan

dengan cara mengamati suatu fenomena yang ada dan terjadi. Observasi yang

dilakukan diharapkan dapat memperoleh data yang sesuai atau relevan dengan

topik penelitian. Hal yang akan diamati yaitu proses pembelajaran agama Hindu

6
kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk, penelitian berada di lokasi tersebut dan

membawa lembar observasi yang sudah dibuat.

3.6.2 Metode Kepustakaan

Kepustakaan merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data.

Kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada

pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam

proses penulisan. ”Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung

foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada” (Sugiyono, 2005:83).

Studi pustaka merupakan maka dapat dikatakan bahwa studi pustaka dapat

memengaruhi kredibilitas hasil penelitian yang dilakukan.

3.6.3 Metode Wawancara

Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya” (Sulistyo-Basuki, 2006:171).

Peneliti harus mengajukan pertanyaan yang sama dengan urutan yang sama

kepada semua responden agar menimbulkan tanggapan yang sama sehingga

tidak menimbulkan kesulitan pengolahan karena interpretasi yang berbeda.

Wawancara terstruktur dirancang sama dengan kuesioner, hanya saja bukan

pertanyaan tertulis yang diajukan tetapi pertanyaan lisan yang dilakukan oleh

seorang pewawancara yang merekam jawaban responden.

Wawancara terstruktur dilakukan oleh peneliti bila peneliti mengetahui

secara jelas dan terperinci informasi yang dibutuhkan dan memiliki satu daftar

pertanyaan yang sudah ditentukan atau disusun sebelumnya yang akan

disampaikan kepada responden (Ulber Silalahi, 2009:313). Pewawancara

7
memiliki sejumlah pertanyaan yang telah disusun dan mengadakan wawancara

atas dasar atau panduan pertanyaan tersebut. Ketika responden merespon atau

memberikan pandangannya atas pertanyaan yang diajukan, pewawancara

mencatat jawaban tersebut. Kemudian pewawancara melanjutkan pertanyaan

lain yang sudah disusun atau disediakan. Pertanyaan yang sama kemudian akan

ditanyakan kepada setiap orang responden dalam peristiwa yang sama. Dalam

penelitian ini didapatkan sepuluh orang informan yaitu: seorang guru dan

sembilan siswa kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk. Keuntungan wawancara

terstruktur adalah mampu memperoleh jawaban yang cukup berkualifikasi. Dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu probing adalah pewawancara meminta reponden

menjelaskan jawabannya secara mendalam. Promping adalah upaya untuk

menjamin responden telah memilih sejumlah kemungkinan sebelum menjawab

pertanyaan (Sulistyo-Basuki, 2006:171).

3.6.4 Metode Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015:329) adalah suatu cara yang

digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip,

dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang

dapat mendukung penelitian. Metode dokumentasi adalah salah satu metode

pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen

yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain oleh subjek. Dokumentasi

merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk

mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis

dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang

bersangkutan.

8
Dengan metode ini, peneliti mengumpulkan data dari dokumen yang

sudah ada, sehingga penulis dapat memperoleh catatan-catatan yang berhubungan

dengan penelitian seperti: gambaran umum instansi, struktur organisasi instansi

dan staf personalia SD Negeri 2 Kalibukbuk berupa catatan-catatan, foto-foto dan

sebagainya. Metode dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang

belum didapatkan melalui metode observasi dan wawancara.

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan & Biklen (dalam Lexy J. Moleong,

2012:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada

orang lain.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia

dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan

dalam caatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan

sebagainya (Lexy J. Moleong, 2012:247). Adapun teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data dari Miles dan

Huberman, yaitu:

1. Pengumpulan Data

Dalam penelitan ini pengumpulan data dilakukan dengan mencari,

mencatat, dan mengumpulkan data melalui hasil wawancara, dokumentasi, dan

observasi yang terkait dengan pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran agama

9
Hindu menggunakan gadget di SD Negeri 2 Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng,

Kabupaten Buleleng.

2. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan

(Sugiyono, 2008:247).

Dalam penelitan ini setelah melakukan pengumpulan data, data-data

yang terkait dengan pembelajaran agama Hindu menggunakan gadget bagi guru

dan siswa, direduksi untuk digolongkan kedalam tiap permasalahan sehingga data

dapat ditarik kesimpulan- kesimpulannya.

3. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Display data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2008:249). Penyajian

data dilakukan untuk mempermudah peneliti untuk dapat mendeskripsikan data

sehingga akan lebih mudah dipahami mengenai Prospek Dan Problem

Pembelajaran Agama Hindu Berbasis Gadget Bagi Anak Kelas 4 Di SD Negeri 2

Kalibukbuk Kabupaten Buleleng yang diteliti.

10
4. Kesimpulan dan Verifikasi

Tahap selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya (Sugiyono, 2008:252).

Pada penelitian ini, kesimpulan awal yang dikemukakan oleh peneliti akan

didukung oleh data-data yang diperoleh peneliti di lapangan. Jawaban dari hasil

penelitian akan memberikan penjelasan dan kesimpulan atas permasalahan

penelitian yang diteliti dalam penelitian ini.

1.8. Teknik Pengujian Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan

untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang

mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak

terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007:320).

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang

dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data

yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji,

credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono,

2007:270).

Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan

sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji

keabsahan data yang dapat dilaksanakan.

1. Credibility

11
Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil

penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan

tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.

a. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas/

kepercayaan data. Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti

kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan

sumber data yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru.

Perpanjangan pengamatan berarti hubungan antara peneliti dengan sumber

akan semakin terjalin, semakin akrab, semakin terbuka, saling timbul

kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh semakin banyak dan

lengkap. Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data

penelitian difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah

diperoleh. Data yang diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan

benar atau tidak, ada perubahan atau masih tetap. Setelah dicek

kembali ke lapangan data yang telah diperoleh sudah dapat

dipertanggungjawabkan/benar berarti kredibel, maka perpanjangan

pengamatan perlu diakhiri

b. Meningkatkan kecermatan dalam penelitian

Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara berkelanjutan

maka kepastian data dan urutan kronologis peristiwa dapat dicatat atau

direkam dengan baik, sistematis. Meningkatkan kecermatan

merupakan salah satu cara mengontrol/mengecek pekerjaan apakah

data yang telah dikumpulkan, dibuat, dan disajikan sudah benar atau

12
belum. Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan dengan

cara membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitian terdahulu, dan

dokumen-dokumen terkait dengan membandingkan hasil penelitian

yang telah diperoleh. Dengan cara demikian, maka peneliti akan

semakin cermat dalam membuat laporan yang pada akhirnya laporan

yang dibuat akan smakin berkualitas.

c. Triangulasi

Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi dalam pengujian

kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2007:273).

1) Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek

data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang

diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check)

dengan tiga sumber data (Sugiyono, 2007:274).

2) Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya untuk mengecek data bisa melalui wawancara, observasi,

dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut

menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan

diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk

13
memastikan data mana yang dianggap benar (Sugiyono,

2007:274).

3) Triangulasi Waktu

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi

hari pada saat narasumber masih segar, akan memberikan data

lebih valid sehingga lebih kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan

dengan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain

dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan

data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga

sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono, 2007:274).

d. Analisis Kasus Negatif

Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data

yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan.

Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan,

berarti masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data

yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan mengubah temuannya

(Sugiyono, 2007:275).

e. Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud referensi adalah pendukung untuk membuktikan

data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian,

sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto

atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya (Sugiyono,

2007:275).

14
f. Mengadakan Membercheck

Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh

data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Jadi tujuan membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan

digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud

sumber data atau informan (Sugiyono, 2007:276).

2. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut

diambil (Sugiyono, 2007:276).

Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai transfer sampai saat ini

masih dapat diterapkan/dipakai dalam situasi lain. Bagi peneliti nilai

transfer sangat bergantung pada si pemakai, sehingga ketika penelitian

dapat digunakan dalam konteks yang berbeda di situasi sosial yang

berbeda validitas nilai transfer masih dapat dipertanggungjawabkan.

3. Dependability

Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain

beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama.

Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila

penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang

sama akan memperoleh hasil yang sama pula. Pengujian dependability

dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses

penelitian. Dengan cara auditor yang independen atau pembimbing yang

15
independen mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti

dalam melakukan penelitian. Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana

peneliti mulai menentukan masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber

data, melaksanakan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai pada

pembuatan laporan hasil pengamatan.

4. Confirmability

Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji

confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil

penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji

confirmability berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan

proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi

dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah

memenuhi standar confirmability.

Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak berbeda antara

data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya pada

objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah disajikan dapat

dipertanggungjawabkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Graham C. Kinloch, Perkembangan dan Paradigma Utama Teori Sosiologi,


(Bandung: Pustaka Setia, 2009) hlm. 188
Agung Tri Haryanta dan Eko Sujatmiko, Kamus sosiologi, (Surakarta: Aksarra
Sinergi Media, 2012), Hal. 71
George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, terjemahan Alimandan (Jakarta : Kencana
Prana Media Group, 2012) hlm. 121
Damsar. Pengantar teori sosiologi. ( Jakarta : Kencana, 2017), hlm. 165

17

Anda mungkin juga menyukai