Sitianafiah,+Journal+Manager,+2 Hanun Artikel+Metode+Sariswara

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

METODE SARISWARA SEBAGAI AKOMODASI KEBERAGAMAN SISWA

DI KELAS INKLUSIF

Hanun Salsabila1, Matis Iga Raspati2, Firyalina Yulma Annisa3,


Dinar Westri Andini4, Biya Ebi Praheto5
1,2,3,4,5
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
1,2,3,4,5
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
E-mail: hanunsabil@gmail.com1

Abstract: In reality, teachers face the diversity of student characteristics in the classroom.
Differences in student characteristics should be greeted with a positive attitude and emphasize that
differences become a strength, not a burden. However, the reality in the field is that class
differences still create gaps and are often ignored, these learning activities does not yet include
every student’s participation to actively learn together in the same classroom setting. The purpose
of this study is to describe the steps to apply the Sariswara method as accommodation in a diverse,
inclusive classroom. The research method utilized is a literature review which contains descriptions
of theories, findings, and other research materials obtained from reference to be used as a basis for
research activities. This article examines the analysis of the diversity of student characteristics,
learning accommodation in inclusive classrooms, and the inheritance method as an alternative
solution that can be applied in the classroom to meet the learning needs of the diverse
characteristics of students in the classroom.

Keywords: Sariswara method, learning accommodation, inclusive class

PENDAHULUAN siswa aktif, berpartisipasi, dan berkontribusi di


Pendidikan merupakan hak setiap kelas. Kesuksesan pelaksanaan pendidikan
manusia, tanpa memandang ras, suku, bahasa, inklusif pada dasarnya dibutuhkan dukungan
bangsa, budaya maupun perbedaan dari berbagai aspek antara lain kebijakan,
kemampuan. Saat ini negara-negara di dunia budaya sekolah, dan praktik pembelajaran yang
termasuk di Indonesia mulai gencar dengan mampu mengakomodasi keberagaman siswa di
adanya konsep pendidikan inklusif. Pendidikan kelas. Diperlukan upaya guru untuk berkreasi
inklusif merupakan pendidikan yang ramah dalam mengembangkan pembelajaran yang
untuk mengembangkan potensi semua siswa, ramah untuk semua siswa. Ramah yang
termasuk siswa yang memiliki hambatan dimaksud adalah mampu memberikan seluruh
khusus. Data Dinas Pendidikan Kota kebutuhan belajar dan keberagaman
Yogyakarta pada tanggal 24 September 2019, karakteristik siswa di kelas.
saat ini terdapat 43 Sekolah Dasar inklusif di Menurut laporan tugas perkuliahan
Kota Yogyakarta. Merujuk pada Peraturan pendidikan inklusif pada tahun 2019 di SD
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor Negeri Siluk, terdapat siswa yang memiliki
21 tahun 2013 pasal 3 yang menyatakan bahwa hambatan pendengaran, siswa yang
setiap satuan pendidikan wajib menerima siswa membutuhkan waktu yang lama dalam belajar
berkebutuhan khusus. Artinya semua sekolah di dibandingkan siswa lainnya, serta siswa yang
Daerah Istimewa Yogyakarta harus terbuka memiliki hambatan dalam akademik, yaitu
untuk semua siswa. kesulitan dalam menulis. Guru merasa belum
Setiap siswa unik dan memiliki optimal dalam memberikan layanan kepada
karakteristik yang berbeda. Perbedaan seluruh siswa yang beragam di kelasnya. Hal
karakteristik tersebut membuat setiap siswa tersebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan
memiliki kebutuhan belajarnya masing-masing. dalam memahami karakteristik kebutuhan
Guru dihadapkan dengan keberagaman belajar siswa serta sarana prasarana di sekolah
karakteristik siswa di kelas. Pelaksanaan yang kurang memadai. Didukung dari hasil
pendidikan inklusif harus mengajak seluruh kajian pustaka Eka Sari Setianingsih dan Ikha

1070
1071 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 7, Nomor 2, Januari 2021, hlm.1070-1077

Listyarini (2019:266) yang melakukan diimplementasikan pada pembelajaran dengan


penelitian di SD Bina Harapan Semarang, melakukan adaptasi kurikulum yaitu
bahwa implementasi manajemen pendidikan memodifikasi capaian pembelajaran serta
inklusif bagi siswa yang memiliki keberagaman mencari cara alternatif belajar siswa
karakteristik yang berbeda belum sesuai dengan (akomodasi) (Andini, Dkk, 2020: 122). Dengan
ketentuan. Kurikulum yang digunakan di SD begitu, pelaksanaan metode sariswara untuk
Bina Harapan Semarang adalah kurikulum pembelajaran mampu mengakomodasi
regular sedangkan yang bersekolah adalah kebutuhan belajar siswa yang memiliki
siswa yang memiliki keberagaman karakteristik keberagaman karakteristik yang berbeda.
yang berbeda. Guru yang mengajar juga minim Merujuk pada hal-hal yang disampaikan
pengetahuan tentang siswa yang memiliki di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
keberagaman karakteristik yang berbeda, reviu literatur mengenai “Metode Sariswara
adapun pengetahuan dan pelayanan guru yang sebagai Akomodasi Keberagaman Siswa di
diberikan kepada siswa yang memiliki Kelas Inklusif”. Harapannya mampu menjadi
keberagaman karakteristik yang berbeda di SD salah satu alternatif solusi pembelajaran yang
Bina Harapan Semarang bersifat otodidak. ramah untuk bisa memenuhi kebutuhan belajar
Permasalahan di atas memberi keberagaman karakteristik siswa di kelas baik
ketertarikan terhadap penulis untuk secara daring maupun luring.
mengembangkan metode sariswara. Metode Penelitian ini bertujuan untuk
sariswara ialah salah satu metode pengajaran mengembangkan metode sariswara yang
dari Bapak Pendidikan Nasional, yaitu Ki disesuaikan dengan keberagaman siswa sebagai
Hadjar Dewantara melalui pendidikan akomodasi dalam pembelajaran di kelas
Tamansiswa. Metode sariswara merupakan inklusif.
sebuah metode pengajaran yang
mengintegrasikan antara wiraga, wirama dan METODE
wirasa yaitu memadukan olah tubuh (wiraga) Metode penelitian yang digunakan adalah
dengan irama lagu atau cerita (wirama) dan reviu literatur, yaitu berisi uraian tentang teori,
rasa (olah perasaan atau wirasa) sebagai sarana temuan dan bahan penelitian lain yang
penyampaian materi dalam sebuah diperoleh dari acuan untuk dijadikan landasan
pembelajaran. Metode ini dapat menciptakan kegiatan penelitian. Uraian dalam reviu
kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan literatur ini diarahkan untuk menyusun
dan mengakomodasi setiap siswa karena kerangka pemikiran yang jelas tentang
melalui gerakan tubuh akan membantu siswa- pemecahan masalah yang sudah diuraikan
siswa yang memiliki hambatan khusus dalam sebelumnya pada perumusan masalah (Nahar
memahami materi yang nantinya dihubungkan Mardiyantoro, 2019:1). Reviu literatur
langsung dengan multisensori berupa dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2020 – 12
gerakan/kinestetik, auditori, dan visual. September 2020.
Pelaksanaan metode sariswara sendiri dapat

Bagan 1. Alur Pembuatan Narrative Review


Hanun Salsabila, Matis Iga Raspati, dkk., Metode Sariswara sebagai Akomodasi… 1072

HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki tiga komponen penting yaitu (1)


kemampuan umum (kapasitas intelektual) dan
A. Analisis Keberagaman Karakteristik Siswa atau kemampuan khusus di atas rata-rata, (2)
Setiap siswa memiliki karakteristik atau kreativitas yang tinggi, dan (3) komitmen
keunikannya masing-masing, sehingga guru terhadap tugas yang tinggi.
tidak dapat memaksakan kehendak siswa. Oleh Menyimpulkan dari pendapat diatas
karena itu, perlu suatu pembelajaran yang bahwa kecerdasan tidak dapat diukur
bermakna untuk mengakomodasi karakteristik menggunakan nilai kognitif saja tetapi harus
setiap siswa sehingga setiap siswa dapat melihat psikomotorik atau afektif nya, karena
menerima materi pembelajaran dengan baik. sejatinya setiap siswa memiliki kemampuan
Menurut Vygotsky agar pembelajaran atau bakat yang berbeda-beda sehingga tidak
bermakna, perlu dirancang dan dikembangkan bisa disamaratakan menjadi satu. Guru harus
berpijak pada kondisi siswa sebagai subjek bisa mengakomodasi setiap kemampuan atau
belajar serta komunitas sosial-kultural dimana bakat yang dimiliki siswa, sehingga siswa tidak
siswa berada (C. Asri Budiningsih, 2017:7). ada yang merasa putus asa karena perbedaan
Karakteristik siswa yang dapat diidentifikasi yang dimiliki khususnya terhadap siswa yang
sebagai faktor yang amat berpengaruh terhadap memiliki hambatan khusus dalam belajar.
proses dan hasil belajar adalah kecerdasan,
kemampuan awal, gaya kognitif, gaya belajar, 2. Kesiapan dan Motivasi Belajar
motivasi, dan faktor sosial-budaya. (Gardner, Setiap siswa memerlukan kesiapan dan
1993; Amstrong, 1994 dalam C. Asri motivasi untuk belajar sebagai penyemangat
Budiningsih, 2017:10). Di bawah ini akan untuk menerima pembelajaran. Tanpa adanya
dijabarkan 4 karakteristik siswa, diantaranya: kesiapan diri dan motivasi tentu akan
berpengaruh terhadap fokus siswa untuk
1. Kecerdasan menerima pembelajaran. Masing-masing siswa
Kecerdasan termasuk salah satu memiliki cara tersendiri untuk meningkatkan
karakteristik siswa yang selalu kesiapan diri dan motivasi untuk belajar.
disangkutpautkan dengan intelektual atau Menurut Siti Suprihatin (2015:75) menjelaskan
kognitif saja, padahal bukan hanya intelektual bahwa motivasi dapat diartikan sebagai
yang bisa dikatakan cerdas, karena setiap siswa kekuatan (energi) seseorang yang dapat
memiliki kecerdasan masing-masing sehingga menimbulkan tingkat kemauan dalam
nilai tidak bisa dikatakan sebagai penentu melaksanakan suatu kegiatan.
kecerdasan siswa. Menurut Kustawan (dalam A Berdasarkan pendapat tersebut dapat
Ilyas, 2016:74) membagi ABK (Anak diketahui bahwa adanya persiapan belajar serta
Berkebutuhan Khusus) dalam dua karakteristik menumbuhkan motivasi belajar dari dalam diri
yaitu: (1) siswa berkebutuhan khusus permanen siswa sangatlah penting. Adanya kesiapan
yang memiliki kelainan; (2) siswa belajar artinya siswa dianggap siap menerima
berkebutuhan khusus permanen yang memiliki segala materi dari guru. Sebelum adanya
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa. kesiapan, siswa butuh suatu kekuatan untuk
Siswa berkebutuhan khusus permanen yang mempersiapkannya yakni motivasi belajar
memiliki kelainan terdiri dari 13 kategori yaitu: supaya pembelajaran dapat dilalui dengan baik.
(1) tunanetra; (2) tunarungu; (3) tunawicara; (4) Khususnya siswa yang memiki hambatan
tunagrahita; (5) tunadaksa; (6) tunalaras; (7) khusus dalam belajar tentu sangat
learning disability; (8) slow learner; (9) siswa membutuhkan kesiapan dan motivasi belajar
autis; (10) siswa yang memiliki gangguan yang lebih banyak, sehingga memerlukan
motorik; (11) siswa yang menjadi korban bantuan dari guru supaya hambatan yang
penyalahgunaan narkoba; (12) siswa tuna dimilikinya tidak menjadi alasan untuk putus
ganda (kelainan majemuk); (13) siswa yang asa dalam belajar.
memiliki kelainan lainnya. Sementara itu, siswa
berkebutuhan khusus permanen yang memiliki 3. Perkembangan Sosial – Emosional
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa
1073 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 7, Nomor 2, Januari 2021, hlm.1070-1077

Goleman (dalam Femmi Nurmalitasari yang bisa mengakomodasi gaya belajar masing-
2015:109-110) menyatakan bahwa kematangan masing siswa sehingga tujuan pembelajaran
emosi seorang siswa merupakan kunci dapat tercapai.
keberhasilan dalam menjalin hubungan
sosialnya. Kecakapan tersebut merupakan B. Akomodasi Belajar pada Kelas Inklusif
faktor utama dalam menunjang keberhasilan Sekolah inklusif pada dasarnya
dalam pergaulan. Siswa yang dapat merupakan sekolah yang dapat mengakomodir
mengendalikan diri dan mudah menunjukkan kebutuhan dan keberagaman siswa, baik dari
empati dan kasih sayang akan mudah kondisi fisik, budaya, ras, agama, dan
bersosialisasi dengan orang disekitarnya. keberagaman lainnya. Proses belajar sekolah
Keterampilan sosial merupakan faktor inklusif adalah dengan melakukan penyesuaian
yang mempengaruhi potensi untuk dapat terhadap kebutuhan masing-masing siswa.
beriteraksi dengan individu lain, baik itu dalam Banyak sekali cara yang dapat dilakukan untuk
kehidupan bermasyarakat, keluarga, maupun melakukan penyesuaian, salah satunya yaitu
lingkungan sekolah. Dengan demikian individu dengan dengan adaptasi kurikulum. Kurikulum
yang memiliki komunikasi, penyesuaian diri, menjadi salah satu keberhasilan dalam
dan keterjalinan hubungan dengan individu pelaksanaan pendidikan inklusif. Hal ini
yang lain secara baik, maka individu tersebut dikarenakan kurikulum merupakan dasar atau
memiliki keterampilan sosial yang baik dan acuan dalam proses pembelajaran untuk
dapat menciptakan suasana yang rukun baik mencapai tujuan pendidikan. Sebuah adaptasi
dalam lingkup kehidupan di masyarakat kurikulum atau penyesuaian isi kurikulum
ataupun dalam lingkungan di sekolah. Hal ini harus dilakukan dengan tahapan yang benar
berbeda pada siswa dengan gangguan emosi (Andini, Dkk, 2020: 122).
dan perilaku yang mana memiliki permasalahan Adaptasi kurikulum dalam pendidikan
dalam berperilaku serta emosinya. inklusif sangatlah perlu dilakukan. Selain
Perkembangan sosial-emosional pada siswa digunakan untuk penyesuaian berdasarkan
sangat penting untuk kehidupan sosialnya. kemampuan siswa, adaptasi kurikulum
bertujuan untuk mengenali gaya belajar serta
4. Gaya Belajar minat dan kesiapan belajar siswa. Pelaksanaan
Gaya belajar menurut Ghufron (dalam adaptasi kurikulum tentunya harus disesuaikan
Agusta Kurniati, Fransiska, dan Anjella Wika dengan karakteristik siswa. Sebelum
Sari 2019:89) merupakan suatu pendekatan melakukan adaptasi kurikulum, perlu dilakukan
yang menjelaskan mengenai bagaimana sebuah analisis atau pra penilaian terhadap
individu belajar atau cara yang di tempuh oleh siswa untuk diketahui kebutuhan, minat, gaya
masing-masing orang untuk berkosentrasi pada belajar, serta karakteristik siswa tersebut. Hal
proses, dan menguasai informasi yang sulit dan ini dilakukan agar pada saat pelaksanaan
baru melalui persepsi yang berbeda. Tiga tipe adaptasi kurikulum sesuai dengan kebutuhan
belajar siswa meliputi: (1) visual, di mana belajar masing-masing siswa.
dalam belajar, siswa tipe ini lebih mudah Setelah dilakukan pra penilaian, dapat
belajar dengan cara melihat atau mengamati. ditentukan modifikasi atau akomodasi
(2) auditori, di mana siswa lebih mudah belajar belajarnya. Modifikasi merupakan penyesuaian
dengan mendengarkan, dan (3) kinestetik, di kurikulum berdasarkan pada hasil penilaian
mana dalam menerapkan pembelajaran siswa tingkat kemampuan atau kesiapan siswa untuk
lebih mudah belajar dengan melakukan. belajar. Modifikasi kurikulum bagi kelas
Menyimpulkan pendapat diatas bahwa inklusif dapat dilakukan dengan menyesuaikan
setiap siswa memiliki gaya belajarnya sendiri capaian kelas menurut kemampuan siswa
dan tidak bisa dipaksakan untuk mengikuti berdasarkan ranah kognitif Taxonomi Bloom.
gaya belajar siswa lainnya, karena gaya belajar Modifikasi kurikulum bagi kelas inklusif dapat
tersebut sangat berpengaruh terhadap cara dilakukan dengan menyesuaikan tingkat
siswa untuk menerima pembelajaran. Guru kognitif, yaitu tingkatan C2 menjadi tingkatan
harus bisa menciptakan suatu pembelajaran C1, serta dari tingkatan C3 menjadi tingkatan
Hanun Salsabila, Matis Iga Raspati, dkk., Metode Sariswara sebagai Akomodasi… 1074

C1. Penyesuaian tingkatan kognitif dilakukan berkebutuhan khusus. Hal ini dilakukan agar
dengan pertimbangan bahwa kompetensi dasar guru mudah melihat pada saat melakukan
yang telah dibuat sebelumnya terlalu sulit bagi pembelajaran di kelas. Harapannya setelah
siswa berkebutuhan khusus (Fajra dkk, 2020: dilakukan adaptasi kurikulum dapat
59). Berdasarkan hal tersebut, maka diketahui memberikan kemudahan bagi siswa yang
bahwa modifikasi dapat dilakukan dengan memiliki kebutuhan sehingga mampu megikuti
menyesuaikan tingkat kognitif yang pembelajaran di kelas dengan baik.
disesuaikan dengan kemampuan siswa. Pada
saat melakukan pra penilaian, guru perlu C. Metode Sariswara Sebagai Alternatif
cermat dan detail dalam menentukan kebutuhan Solusi Kegiatan Belajar di Kelas Inklusif
belajar siswa. Hal ini dilakukan agar guru tidak Metode sariswara merupakan salah satu
salah pada saat menentukan modifikasi ajaran yang disampaikan oleh Ki Hajar
kurikulum. Dewantara, yang dimaksud dengan Sariswara
Bentuk adaptasi kurikulum yang dapat adalah titilaras ingkang awewaton swara,
dilakukan selanjutnya yaitu akomodasi boten awewaton wilahan gamelan (Dewantara,
kurikulum. Akomodasi kurikulum dilakukan 2013:5). Dalam pelaksanaannya, sariswara
untuk mengatasi persoalan siswa. (Wijaya, dimainkan dengan irama tanpa menggunakan
2016: 73) dalam penelitiannya menyebutkan gamelan. Sariswara memiliki sifat
bahwa akomodasi pembelajaran yang pembelajaran yang menyenangkan, menarik,
dilakukan yaitu dengan pemberian materi serta berbudaya, terlebih dalam penggunaan
secara bertahap, mulai dari tingkatan terendah bahasanya. Bahasa yang digunakan dalam
sampai tingkatan tertinggi. Pemberian materi metode sariswara adalah bahasa daerah
secara bertahap saja tidaklah cukup bagi siswa sehingga nasehat yang disampaikan mudah
yang mengalami kesulitan, sehingga perlu dirasakan dan dekat dengan siswa. Bahasa
dilakukan adanya pengulangan materi. Selain daerah yang digunakan disesuaikan dengan
itu dalam pemberian tugas kepada siswa, guru darehanya masing-masing. Pada dasarnya,
dapat memberikan porsi yang lebih mudah dan fungsi utama sariswara adalah menegaskan
lebih sedikit, seperti dalam penurunan karakter baik siswa. Perlu ditekankan bahwa
tingkatan kognitif. Dengan begitu, maka akan siswa bukanlah kertas kosong, siswa memiliki
memberikan kemudahan bagi siswa dalam hak untuk mendapatkan pengajaran yang baik
memahami konsepnya. dari orang dewasa.
Hal terpenting lainnya dalam pelaksanaan Menurut (Saktimulya dkk, 2019:7)
adaptasi kurikulum yaitu penggunaan strategi “Metode sariswara mengajak siswa didik
pembelajaran. Dalam melaksanakan metode menerima ‘pelajaran tentang hidup’ melalui
diskusi, guru bisa menerapkan cara tutor sebaya bahasa, tembang, dan tari”. Pelajaran hidup
yang dilakukan antar siswa, dimana siswa yang yang dimaksud adalah siswa dapat memahami
memiliki keterampilan rendah atau diatas rata- nasehat yang didengar kemudian menentukan
rata dapat belajar dengan siswa yang memiliki baik-buruk suatu watak dari dalam hatinya
keterampilan berbeda (Andini dkk, 2020: 122). sendiri. Wiraga, wirasa, dan wirama
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa merupakan suatu kesatuan dalam proses
dalam melaksanakan adaptasi kurikulum guru pembelajaran menggunakan metode sariswara.
dapat membuat penyesuaian capaian siswa Wiraga adalah bentuk penyampaian materi
melalui RPP, media alat bantu, materi, serta melalui gerakan tubuh, sehingga siswa merasa
metode pembelajaran. Keempat komponen merdeka dan leluasa dalam belajar. Wirasa
tersebut sangat penting dilakukan dalam kelas adalah bentuk penyampaian materi yang
inklusi. Perlakuan siswa yang memiliki disampaikan melalui hati, sehingga siswa dapat
kebutuhan khusus tentunya berbeda dengan menerima dengan hati dan terdorong untuk
siswa normal pada umumnya, sehingga perlu melakukan hal-hal yang baik. Wirasa dapat
dicantumkan dalam RPP. Dalam menumbuhkan perasaan baik siswa yang
mencantumkannya pada RPP, guru perlu diterima dari dalam hatinya sendiri. Wirama
memberikan tanda (*) pada siswa yang adalah bentuk penyampaian materi melalui lagu
1075 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 7, Nomor 2, Januari 2021, hlm.1070-1077

atau tembang, sehingga siswa merasa bahagia timbul watak baik dari dalam diri siswa. Watak
saat melakukannya. Apabila ketiga komponen baik ini timbul karena tembang dalam metode
ini dapat berlangsung dengan baik, maka siswa sariswara memberikan nasehat-nasehat yang
dapat dengan mudah memahami materi serta dapat digunakan untuk bekal hidup siswa.

Gambar 1. Alur Ajaran Sariswara


Sumber : Buku Pendidikan (I) Ki Hadjar Dewantara (dalam CakLis : 2019)

Menurut Alimin (2013:4) syarat utama belajar melalui irama yang disampaikan. Siswa
dalam melaksanakan pendidikan inklusif yang memiliki gaya belajar kinestetik dapat
adalah menerima keberagaman siswa. Pada mengeksplorasikan dirinya dengan gerak tubuh
kelas inklusi pembelajaran disesuaikan dengan juga irama tembang. Selain siswa mendapatkan
kebutuhan belajar dan keberagaman siswa. Dari pembelajaran yang menyenangkan, merdeka,
penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa dan materi pelajaran, siswa juga mendapatkan
sariswara dapat digunakan sebagai salah satu pelajaran hidup watak baik untuk
metode yang dapat mengakomodasi perkembangan siswa. Salah satu manfaat yang
keberagaman siswa. Kegiatan belajar didapat dari pelajaran hidup tersebut adalah
menggunakan metode sariswara ini dapat siswa dapat belajar mengontrol emosi dengan
disesuaikan dengan keberagaman siswa. Siswa baik serta saling memahami antar perbedaan.
yang memiliki hambatan pendengaran dapat Sehingga, tidak terjadi diskriminasi antara
memahami materi yang disampaikan siswa yang memiliki kebutuhan khusus dan
menggunakan gerak tubuh. Siswa yang siswa normal pada umumnya. Seperti
memiliki hambatan dalam melihat, dapat penelitian yang dilakukan oleh (Saktimulya,
Hanun Salsabila, Matis Iga Raspati, dkk., Metode Sariswara sebagai Akomodasi… 1076

dkk 2019:11) menyatakan bahwa penggunaan berlarian sesuai dengan irama keprak dan
metode sariswara dari aspek emosi dapat gamelan.
membuat siswa tertawa riang dan bebas

Gambar 2. Sintaks Metode Sariswara sebagai Akomodasi Keberagaman Siswa

Adapun beberapa tahapan yang dapat menerapkannya dalam pembelajaran di kelas,


dilaksanakan bersama siswa menggunakan sehingga pelajaran dapat diterima semua siswa.
metode sariswara dalam kegiatan belajar di
kelas inklusi, dirumuskan menjadi sebuah kata KESIMPULAN
yaitu “SARISWARA”. (1) SA: Salam sapa. Sekolah inklusif merupakan sekolah yang
Pada tahap ini guru melakukan pendekatan dapat mengakomodir keberagaman serta
dengan siswa. (2) A: Ayo mengamati. Pada kebutuhan siswa yang berbeda. Setiap siswa
tahap ini guru mengamati karakteristik serta terlahir memiliki karakteristik yang unik dan
keberagaman siswa. (3) RI: Research, guru berbeda, sehingga guru tidak dapat memaksa
mencari materi serta bagaimana cara kehendak siswa. Terdapat sepuluh jenis
menyampaikannya kepada siswa. (4) S: karakteristik siswa, yaitu kecerdasan, kesiapan
Sariswara, guru menyusun lagu yang akan belajar, motivasi belajar, perkembangan sosial,
disampaikan meliputi bahasa, cerita, dan lagu. budaya, gaya kognitif, bekal ajar awal,
Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah. perkembangan emosional, gaya belajar, dan
Penggunaan bahasa daerah ini dikarenakan kebutuhan belajar. Dalam proses pembelajaran
bahasa daerah merupakan bahasa ibu, sehingga di kelas inklusi, guru perlu melakukan adaptasi
siswa akan lebih tersentuh ketika kurikulum. Adapun tahapan dalam melakukan
menggunakannya. Selain itu, penggunaan adaptasi kurikulum, yaitu: (1) guru melakukan
bahasa daerah juga dilakukan agar bahasa pra-penilaian kepada siswa, (2) guru
daerah tetap terjaga. Cerita yang digunakan menentukan modifikasi atau akomodasi belajar
berupa ajakan untuk melakukan kebaikan. Lagu siswa.
yang digunakan merupakan irama tembang dan Metode sariswara merupakan salah satu
kumpulan dari penggalan cerita yang telah alternatif yang dapat digunakan dalam
dibuat. (5) W: Wiraga, pembuatan gerak tubuh pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusif.
yang akan dilakukan pada saat pembelajaran di Ada 7 tahap dalam pelaksanaan metode
kelas. (6) R: Reason, guru kembali melakukan sariswara, meliputi: (1) pendekatan terhadap
pengecekan terhadap lagu yang telah dibuat. siswa, (2) mengamati karakteristik siswa, (3)
Guru kembali menimbang tembang yang telah mencari dan menyesuaikan materi yang akan
dibuat agar nantinya dapat diterima dengan digunakan, (4) mengintegrasikan antara wirasa
baik oleh siswa. (7) A: Ayo (perasaan) dan wirama (irama), (5)
mengkomunikasikan, pada tahap ini guru mengintegrasikan wiraga (gerakan tubuh), (6)
melakukan review ulang terhadap lagu yang
1077 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 7, Nomor 2, Januari 2021, hlm.1070-1077

sudah dibuat, dan (7) pembelajaran terhadap Ilyas, A. 2016. Analisis Kecerdasan Intelektual
semua siswa. dan Kepribadian Siswa-Siswa
Berkebutuhan Khusus di Kota Bogor.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Sosial Humaniora. 7 (1): 74.
Dinar Westri Andini, Ayu Rahayu, C. Asri Fajra, M. dkk. 2020. Pengembangan Model
Budiningsih, & Mumpuniarti. 2020. The Kurikulum Sekolah Inklusi Berdasarkan
Curriculum Adaptation Model in Kebutuhan Perseorangan Siswa Didik.
Fulfilling the Learning Need for Diverse Jurnal Pendidikan. 1 (21): 51-63.
Students at Inclusive Classroom. Nurmalitasari, F. 2015. Perkembangan Sosial
Universal Journal of Educational Emosi pada Siswa Usia Prasekolah.
Research, 8(3D), 115-123. DOI: Buletin Psikologi. 23 (2): 109 – 110.
10.13189/ujer.2020.081716.
Saktimulya, S.R. dkk. 2019. Implementasi
Andini, D.W. dkk. 2016. Pengembangan Metode Sariswara Karya Ki Hadjar
Kurikulum dan Implementasi Pendidikan Dewantara pada Sekolah Dasar di
Inklusi di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Kecamatan Mergangsang Yogyakarta.
PT. Kanisius Bakti Budaya. 2 (1): 3 & 12.
Agusta K, Fransiska, dan Anjella W.S. 2019. Setianingsih, E. S dan Ikha L. 2019.
Analisis Gaya Belajar Siswa Pada Mata Implementasi Pelaksanaan Pendidikan
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V. Inklusi di SD Bina Harapan Semarang.
Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa. 5 Taman Cendikia. 3 (1): 266.
(1): 89.
Suprihatin, S. 2015.Upaya Guru dalam
Alimin, Z. dkk. 2013. Layanan Pendidikan Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
Inklusi (Pegangan bagi Pelatih). Jawa Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro.
Barat: Save the Children dan IKEA 3 (1): 75.
Budiningsih, C. A. 2017. Karakteristik Siswa
Wijaya, A. S. D. 2016. Layanan Akomodasi
sebagai Pijakan Pembelajaran. Guru dalam Pembelajaran untuk Siswa
Yogyakarta: UNY Press Lamban Belajar (Slow Learner) di Kelas
Dewantara, K.H. 2013. Ki Hajar Dewantara VA SD Negeri Tamansari I, Kota
Bagian 1: Pendidikan. Yogyakarta: UST Yogyakarta, Tahun Pelajaran 2015/2016.
Press Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai