Anda di halaman 1dari 17

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmatnya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah
rampung. Makalah ini berjudul “Hukum Islam”. Dengan tujuan penulisan sebagai
sumber bacaan yang  dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dari materi
ini.

Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
pembaca yang bersifat membangun.

Bandung, Juli 2018


                                                                                                                                    
     

                                                                                                                Penulis
2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……....………………………………………….…...……...…………1

Daftar Isi………….......……………………………………………………………….2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………...…………....………..…3
1.2 Rumusan Masalah………………………………………….……..........…….……4
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………..………...………4
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………..............…………………….4

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Hukum Islam ……………………………..…….............……………4
2.2  Ruang Lingkup Hukum Islam ……………………………………......…….……7
2.3 Tujuan Hukum Islam…………………………………………...............…………8
2.4 Sumber Hukum Islam…………………………….......…………………….……10
2.5 Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Hukum di Indonesia..15

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan……………….……………………………………………………….
…16
3.2 Saran……………………….
………………………………………………………...17
Daftar Pustaka……………….............………………………………………….....…17
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum adalah komponen yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat,


dan pada dasarnya hukum itu adalah masyarakat itu sendiri. Setiap tingkah laku
masyarakat selalu di monitor oleh hukum, baik hukum yang tertulis maupun hukum
yang tidak tertulis. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang memiliki penduduk
mayoritas beragama islam, secara sengaja maupun tidak sengaja hal tersebut
mempengaruhi terbentuknya suatu aturan hukum yang berlandaskan atas agama
Islam.

Walaupun  merupakan  bagian  integral  syari’ah  Islam  dan  memiliki  peran
signifikan, kompetensi  dasar  yang  dimiliki  hukum  Islam.Tidak  banyak  dipahami
secara  benar  dan  mendalam oleh  masyarakat,  bahkan  oleh  kalangan  ahli  hukum
itu sendiri. Sebagian  besar  kalangan beranggapan,  tidak  kurang  diantaranya
kalangan muslim,  menancapkan  kesan  kejam, incompatible dan  off  to  date
dalam  konsep  hukum Islam.
Ketakutan  ini  akan  semakin  jelas  adanya  apabila mereka  membincangkan hukum
pidana Islam, ketentuan pidana potong tangan, rajam, salab dan qisas telah off to date
dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusian.

Sedikit kita tilik, pada hakikatnya hukum islam sangat adil (terutama hukum
pidana) dan hukumannya pun dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku dan dapat
menjadi pelajaran  bagi yang lain. Tetapi untuk pelaksanaan hukuman untuk si pelaku
cukup sulit, semisal pidana potong tangan bagi yang mencuri, eksekusi tidak bisa
dilaksanakan sebelum mendatangkan 4 saksi, 4 saksi harus disumpah untuk
membuktikan kebenarannya. Jadi salah apabila ada orang yang mengatakan
bahwasanya hukum islam itu sangat kejam dan tidak pantas diterapkan karena tidak
manusiawi. Hal ini disebabkan  ia belum memahami benar hukum islam secara
menyeluruh. Bila kita memahami benar prinsip hukum islam, kita akan mengetahui
betapa adil dan membawa kemaslahatan bagi seluruh lapisan masyarakat, karena
tidak memandang jabatan atau pangkat sekalipun itu raja apabila bersalah wajib
menerima hukuman sesuai ketentuan yang berlaku.
4

1.2 Rumusan Masalah

1.       Apa itu hukum islam dan beserta ruang lingkupnya ?


2.       Apa tujuan hukum islam dan apa saja manfaatnya ?
3.     Berasal dari mana sumber-sumber hukum islam ?
4.    Bagaimana dengan hukum islam yang ada di Indonesia ?    

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan masalah ini selain untuk memenuhi tugas yang
dibebankan oleh Drs. Zainul Muhibbin selaku dosen pembimbing mata kuliah Agama
Islam, dan kami juga akan memberi gambaran tentang Hukum Islam dan
kontribusinya di hukum nasional bagi pembaca atau masyarakat terkhusus mahasiswa
D3 Teknik Elektro ITS-PLN 2010.

1.4 Manfaat Penulisan

1.       Dapat menambah pengetahuan tentang hukum dalam islam;


2.      Dapat mengetahui tentang apa saja hukum dalam islam;
3.       Dapat mengetahui ruang lingkup hukum islam;
4.       Dapat membedakan hukum islam dengan yang lainnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Islam


           
Dalam masyarakat Indonesia berkembang berbagai macam istilah. Istilah satu
dengan yang lainnya mempunyai persamaaan dan sekaligus perbedaan. Istilah yang
dimaksud adalah syari’at islam, fikih islam dan hukum islam. Dalam bahasa
Indonesia, istilah syari’at islam berarti hukum syari’at atau hukum syara’, sedangkan
istilah fikih islam berarti  hukum fikih atau kadang-kadang hukum islam. Syari’at
merupakan landasan fikih, dan fikih merupakan pemahaman orang yang memenuhi
syarat tentang syari’at. Oleh karena itu, seseorang yang akan memahami hukum islam
dengan baik dan benar harus dapat membedakan antara fikih islam dengan syari’at
islam.
5

Pada prinsipnya, syari’at adalah wahyu Allah yang terdapat pada Al-Qur’an dan
Sunnah (hadits). Syari’at bersifat fundamental, mempunyai ruang lingkup yang lebih
luas dari fikih, berlaku abadi, dan menunjukkan kesatuan dalam islam. Sedangkan
fikih adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat tentang syari’at
sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab fikih. Karena itu sifatnya instrumental,
ruang lingkupnya terbatas, tidak berlaku abadi dapat berubah dapat berubah dari masa
ke masa, dan dapat berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Fikih
merupakan elaborasi atau rincian terhadap syari’ah melalui kegiatan ijtihad (usaha
yang sungguh-sungguhyang menggunakan segenap kemampuan yang ada dilakukan
oleh ahli hukum yang memenuhi syarat untuk mendapatkan suatu kepastian hukum
yang belum jelas atau tidak ada ketentuannya dalam al-qur’an ataupun hadits

 Sifat Hukum Islam

 Rabbaniyyah

Sumber syariat/hukum dari Allah, artinya musyarri (pembuat syariat) adalah


Allah bukan manusia. Jika manusia pembuat syariat, maka akan terbawah dengan
rasa sabyektif, kelompoisme, dan keinginan-keinginan duniawi.

 Insaniyyah

Hukum Islam menghargai eksistensi manusia sebagai keturunan Adam pada


posisi yang sama, tidak ada perbedaan dalam strata sosial, hukum, politik, ekonomi,
sosial-kemasyarakatan. Yang membedakan satu dengan yang lain adalah taqwa.

 Syumul

Bahwa hukum Islam shalih li kulli zaman wa makan dan Hukum Islam meliputi
seluruh aspek hidup manusia, mulai dari manusia tidur s.d bangun lagi, baik sebagai
abdullah/ individu maupun khalifatullah/kolektif
6

 Wasathiyyah

Hukum Islam memperhatihan aspek al-tawazun/keseimbangan. Qardawi


menyatakan yang dimaksud dengan keseimbangan yaitu, hukum Islam tidak
mengabaikan meletakkan aspek ruhiyah (spritual) dan maddiyah (materi), fardiyah
dan jamaiyah, waqiiyah (kontekstual) dan mitsaliyah (idealisme), tsabat (tetap) dan
taghayyur (perubahan).

 Waqiiyyah

Bahwa hukum Islam tidak mengabaikan konteks sebagai sebuah sunnatullah


sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan ruh syariat Allah.
Contoh, pada dasarnya sholat harus pada waktunya, akan tetapi konteksnya musafir
bisa di di jamak.

 Tatawwur

Hukum Islam selalu dinamis dan berdialog dengan perkembangan zaman dan
teknologi, akan tetapi hukum Islam selalau konsisten pada nilai-nilai syariat.

 Tsabat

Hukum Islam konsisten dalam menjaga nilai-nilai Ilahiyah dalam kondisi dan
suasana yang musykil sekalipun.

 Wadhu

Mashadir (sumber hukumnya jelas) Karena sumber hukumnya jelas, maka


falsafah nadzariyah ( kajian teoritis/ushul/qaidah fiqhiyah jelas) dan falsafah tasyri
(kerangkah operasuonalnya jelas). Tujuannya jelas yaitu, pengabdian hanya kepada
Allah semata, menciptakan tatanan min al-zdulamat ilaa al-nuur dalam berbagai
bidang, salaman fi al-dunya wa-alakhirat.
7

2.2 Ruang Lingkup Hukum Islam

Hukum islam baik dalam pengertian syari’at atau fikih dapat dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu :

1. Badah

Badah adalah aktifitas seorang mukmin yang bersifat vertikal (hablu min Allah)
secara ritual yang  tata cara dan pelaksanaannya telah diatur dengan rinci oleh Allah
dan Rasulnya (dalam Hadits), yaitu shalat, zakat dan haji.  Sifatnya tetap, tidak dapat
dirubah atau dirombak secara asasi mengenai hukum, susunan, cara, dan tata ibadah
itu sendiri, yang mungkin berubah hanyalah sarana penunjang dan alat-alat modern
dalam pelaksanaannya.

2. Mu’amalah

Mu’amalah adalah ketetapan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan


lainnya yang terbatas pada aturan-aturan pokok, dan tidak seluruhnya diatur secara
rinci sebagai ibadah. Oleh karena itu sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui
ijtihad manusia yang  memenuhi syarat untuk melakukan usaha itu

Hukum islam tidak membedakan dengan tajam antara hukum perdata dengan
hukum publik seperti halnya dalam hukum barat. Karena menurut hukum islam pada
hukum perdata ada segi-segi publik, dan pada hukum publik ada segi-segi perdatanya
Sistematika hukum Islam seperti dibawah ini :

1. Al-ahkam al- syahshiyah (hukum perorangan/keluarga) Hukum ini mencakup


masalah perkawinan, waris. Yang berkaitan dengan hukum ini berjumlah 70
ayat;
2. Al-ahkum al- madaniyah (hukum perdata). Hukum ini berkaitan dengan
transaksi jual beli, perburuhan, utang-piutang, jaminan, gadai. Ayat yang
berkaitan dengan masalah ini berjumlah 70 ayat;
3. Al-ahkam al-jinayah (hukum pidana) Hukum ini berkaitan dengan pelanggaran
dan kejahatan. Ayat yang berkaitan berjumlah 30 ayat;
4. Al-ahkam al-murafa’ah (hukum tata acara), hukum ini berkaitan dengan
peradilan, persaksian, pembuktian sumpah, Ayat yang berkenaan berjumlah 13
ayat;
8

5. Al-ahkam al-dusturiyah (hukum tata negara) Hukum ini berkaitan dengan


sistem pemerintahan dan prinsip-prinsip pengaturannya. Ayat yang
berhubungan berjumlah 10 ayat;
6. Al-ahkam al-dauliyah (hukum internasional) Hukum ini berkenaan dengan
hubungan antar negara, kerja sama dan perdamaian. Ayat yang berkaitan
berjumlah 25 ayat;
7. Al-ahkam al-iqtashadiyah wal amaliyah (hukum perekonomian dan keuangan)
Hukum ini berkenaan dengan pendapatan negara, baitul maal, dan
pendistribusiannya pada masyarakat. Ayat yang berhubungan berjumlah 10
ayat.

Apabila bidang-bidang hukum islam tersebut disusun menurut sistematika hukum


barat yang membedakan hukum publik dan hukum perdata, susunan mu’amalah
dalam arti luas seperti dibawah ini :

1) Munakahat, ialah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan


dengan perkawinan, perceraian serta akibat-akibatnya;
2) Waratsah(Faroid), mengatur segala masalah yang berhubungan pewaris, ahli
waris, dan harta peninggalan, serta pembagian warisan;
3) Mu’amalat dalam arti khusus ialah hukum yang mengatur masalah kebendaan
dan hak-hak atas benda, jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam,
perseroan;
4) Jinayat, mengatur perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman baik
dalam jarimah hudud, qishos, ataupun ta’zir;
5) Al-ahkam as-sultaniyah, mengatur mengenai kepala negara,  pemerintahan,
baik pemerintahan pusat maupun daerah, pajak;
6) Syiar, mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk
agama dan negara lain;
7) Muhashanat, menganut tentang perdilan, kehakiman dan hukum acara.

2.3 Tujuan Hukum Islam

Secara umum, para pakar hukum Islam, merumuskan bahwa tujuan hukum
Islam adalah kebahagiaan hidup manusia dengan jalan mengambil segala yang
bermanfaat dan mencegah atau menolak segala yang mudarat --dan yang membawa
pada mudarat--. Dengan kata lain, tujuan hukum dalam Islam adalah untuk
memberikan kemasalahatan hidup bagi manusia, baik rohani maupun jasmani,
9

individu dan sosial. Kemaslahatan itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia saja,
tetapi juga untuk kehidupan di akhirat kelak. Muhammad Abû Zahrah dalam kaitan
ini menegaskan bahwa tujuan hakiki hukum Islam adalah kemaslahatan. Tak satupun
hukum yang disyariatkan dalam al-Qur`an maupun sunnah kecuali di dalamnya
terdapat kemaslahatan.

Berikut 5 tujuan hukum islam :

1. Pemeliharaan Agama
Hal tersebut merupakan tujuan utama dalam hukum Islam sebab agama
merupakan pedoman hidup manusia yang memiliki komponen akidah, sariah dan
akhlak maka hukum Islam wajib melindungi agama yang dianut seseorang dan
menjamin kemerdekan seseorang untuk beribadah menurut keyakinan agamanya. Hal
ini disebutkan dalam Q.S. Al-Baqarah : 256;

2. Pemeliharaan Jiwa
Hukum islam wajib memlihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan
kehidupannya dan hukum islam melarang pembunuhan (surat 17 ayat 33);

3. Pemeliharaan Akal
Dengan mempergunakan akalnya menusia dapat berpikir tentang Allah, alam
semesta dan dirinya sehingga manusia dapat mengembangkan IPTEK, oleh sebab itu
hukum islam melarang meminum minuman yang memabukan atau Khamar (Q.S : 5
ayat 90) dan menghukum setiap perbuatan yang merusak akal manusia;

4. Pemeliharaan Keturunan
Agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelangsungan keturunan dapat
diteruskan maka pemeliharaan keturunan wajib dilaksanakan dan hal tersebut
tercermin dalam hubungan darah menjadi syarat untuk dapat saling mewarisi (Q.S : 4
ayat 11);

5. Pemeliharaan Harta
Harta merupakan pemberian Tuhan kepada manusia dengan tujuan agar dapat
mempertahankan hidup dan kelangsungan hidupnya, oleh karena itu hukum islam
melindungi manusia untuk mempertahankan harta, yaitu meliputi : melindungi
kepentingan harta seseorang masyarakat dan negara dari penipuan (QS 4:29),
penggelapan (QS.4:58), perampaan (QS.5:33), pencurian (QS.5:38), peralihan harat
10

seseorang setelah meninggal dunia (waris), peralihan harta sebelum meninggal dunia
(wakaf atau hibah), kejahatan-kejahatan harta orang lain baik perdata maupun pidana.
Jadi hukum islam ditetapkan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu
sendiri, baik bersifat primer, sekunder, maupun tersier (dloruri, haaji, tahsini).

Sumber hukum islam adalah asal (tempat pengambilan) hukum Islam. Sumber
hukum islam disebut juga dengan istilah dalil hukum islam atau pokok hukum islam
atau dasar hukum islam. Dilihat dari sumbernya-sumber hukumnya, sumber hukum
islam merupakan konsepsi hukum islam yang berorientasi kepada agama dengan
dasar doktrin keyakinan dalam membentuk kesadaran hukum manusia untuk
melaksanakan syari’at, sumber hukumnya merupakan satu kesatuan yang berasal dari
hanya firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad.

2.4 Sumber Hukum Islam

Al Quran berasal dari kata Qara’a yang artinya membaca, membaca dengan
bersuara. Seingga makna Al Qur’an berarti buku yang dibaca atau buku yang
mestinya dibaca atau bila dihubungkan dengan kepercayaan Islam berarti buku yang
selamanya akan tetap dibaca.

Menurut istilah Qur’an berarti kumpulan wahyu Allah yang diterima oleh Nabi
Muhammad SAW selama menjalankan kenabiannya memalui malaikat Jibril untuk
disebarluaskan kepada umat manusia. Adapun wahyu yang pertaman turun ialah
Surat Al Alaq, dan sebagai ayat terakhir ialah Surat Al Maidah ayat ke 3.

Menurut Prof. Mahmud Shaltout bahwa Al-Quran adalah sumber hukum


bukanlah kitab hukum atau lebih tepatnya bukan kitab undang-undang dalam
pengertian biasa. Sebagai sumber hukum ayat-ayat Al-Quran tidaklah menentukan
syariat sampai pada bagian kecil yang mengatur muamalat usaha manusia:

 Dasar-dasar pembinaan Hukum Islam menurut Qur’an:


Berlandaskan 3 hal, yaitu:

1. Memberikan keringanan
Dinyatakan dalam firman Allah: “Tuhan tidak memberati manusia melainkan
sekedar kemampuannya”.
11

Jika kita perhatikan maka pemberian keringanan tersebut ternyata memiliki beberapa
bentuk:

1) Penghapusan sama sekali


2) Pengurangan
3) Penundaan waktu pelaksanaan
4) Penggantian dengan kewajiban yang lain.

2. Berangsur-angsur
Mengingat adanya faktor-faktor kebiasaan yang telah mendarah daging pada
masyarakat serta tidak senangnya manusia untuk menghadapi perpindahan kebiasaan
yang berlaku bagi mereka kepada aturan-aturan baru yang masih asing baginya
dengan mendadak, maka peraturan di dalam Al-Qur’an tidak diturunkan/diundangkan
sekaligus tetapi sedikit demi sedikit menurut peristiwa yang menghendaki adanya
peraturan tersebut.

 Sifat berangsur-angsur itu melalui beberapa proses:

1. Membiarkan apa yang ada sebab untuk semetara waktu masih dipandang perlu,
kemudian setelah dirasa banyak kerugian baru dilarang. Contoh: pengangkatan anak
kaitannya dengan warisan.

2. Mengutarakan secara global.


Kemudian dijelaskan secara terperinci. Contoh: mengenai dikemukakannya
dasar untuk berperang, kemudian diatur pula mengenai pembagian harta rampasan
perang.

3. Setingkat demi setingkat.


Misalnya : larangan meminum minuman keras.

4. Memelihara kemaslahatan
Tidak terdapat perbedaan pendapat dari semua ahli hukum islam bahwa syariat
islam itu berdiri di atas ketentuan dan tujuan untuk memelihara kemaslahatan
manusia dan memperbaiki tingkah laku serta kepentingan mereka di dunia dan
akherat. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau sewaktu-waktu didatangkan
aturan hukum dan dilain waktu diadakan perubahan-perubahan karena keadaan
menghendaki demikian.
12

Misalnya: pada zaman rasul talag tiga yang diucapkan sekaligus dahulu
dianggap sebagai talaq satu, tetapi pada jaman Umar talaq tiga yang diucapkan
sekaligus sebagai talaq tiga juga sesuai dengan ucapannya. Ini dimaksudkan agar
laki-laki tidak dengan mudah, tergesa-gesa mengucapkan talaq tanpa memikirkan
akibatnya.

 Ciri-ciri khas pembentukan hukum dalam Al-Qur’an antara lain sebagai


berikut:

1) Ayat-ayat al-Qur’an lebih cenderung untuk memberi patokan-patokan umum


daripada memasuki persoalan sampi detailnya
2) Ayat-ayat menunjukkan adanya (beban) kewajiban bagi manusia tidak perbah
bersifat memberatkan.
3) Sebagai patokan ditetapkan kaidah
4) Dugaan atau sangkaan tidak boleh dijadikan dasar penetapan hukum
5) Ayat-ayat yang berhubungan dengan penetapan hukum tidak pernah
meninggalkan masyarakat sebagai bahan pertimbangan
6) Penerapan hukum khususnya hukum pidana dan yang bersifat perubahan
hukum tidak mempunyai daya surut.

 Hadist atau Sunnah

Hadist menurut logat berarti: kabar, berita atau hal yang diberikan turun-
temurun. Hadist menurut istilah dalam agama berarti: berita turun-temurun tentang
perkataan, perbuatan Nabi atau kebiasaan nabi ataupun hal-hal yang diketahuinya
terjadi diantara sahabat tetapi dibiarkannya. Sunnah menurut logat berarti jalan atau
tabiat atau kebiasaan. Sunnah menurut istilah ialah jalan yang ditempuh atau
kebiasaan yang dipakai atau diperintahkan oleh Nabi.

 Sunnah ada tiga macam:

1. Sunnah Qauliah
Ialah berupa perkataan Nabi mengenai suruhan, larangan atau mengenai sesuatu
keputusan.
2. Sunnah Fi’liah
Ialah mengenai perbuatan, sikap atau tindakan Nabi.
13

3. Sunnah Taqririyah
Ialah perkataan atau perbuatan salah seorang sahabat di hadapan Nabi atau diketahui
oleh Nabi tetapi dibiarkan.

Perlu ditegas an pula bahwa ada ucapan-ucapan Nabi yang bukan merupakan
sunnah dan juga bukan merupakan bagian dari Qur’an yang disebut hadist Qudsi.
Hadist Qudsi merupakan hadist suci yang isinya berasal dari Tuhan, disampaikan
dengan kata-kata Nabi sendiri. Hadist ini merupakan dasar kehidupan spiritual Islam.

 Kedudukan hadist dalam pembinaan hukum:


Mentafsirkan ayat-ayat Qur’an dan menerangkan makna/artinya Contoh Surat
Al Anam ayat 82:”orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri mereka dengan
kedholiman…”. Arti kedholiman disini ialah sifat sirik.
Menjelaskan dan memberikan keterangan pada ayat-ayat yang MUJMAL atau yang
belum terang. Contoh Surat Al Kausar ayat 2: “Maka dirikanlah sembahyang sholat
karena Tuhannmu…”

Mentachshiskan atau mengkhususkan ayat-ayat bersifat umum. Misalnya ayat


mengenai warisan. Hal ini kemudian dijelaskan dalam hadist bahwa warisan itu
hanyalah dijalankan dengan syarat persesuaian agama, tidak terjadi pembunuhan dan
perbudakan.
Mentaqyidkan atau memberi pembatasan bagi ayat-ayat yang mutlak. Misalnya
ayat mengenai pemotongan tangan bagi pencuri laki-laki dan perempuan. Kemudian
nabi memberikan nisab atau minimal pencurian dan syarat-syarat pemotongan.
Menerangkan makna yang dimaksud dari suatu nas yang muktamil (menurut lahirnya
boleh ditafsirkan dengan berbagai tafsiran)
Sunnah/hadist membuat berbagai macam hukum baru yang tidak disinggung Al-
Qur’an.

1. Ro’yu
Adalah akal pikiran yang memenuhi syarat untuk berusaha, berpikir dengan
seluruh kemampuan yang ada padanya memahami kaidah-kaidah hukum yang
fundamental yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun dalam Hadist dan merumuskan
menjadi garis-garis hukum yang dapat dilaksanakan pada kasus tertentu.
14

2. Qiyas
Adalah menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya di
dalam al-Qur’an dan Sunnah dengan hal (lain) yang hukumnya disebut dalam Qur’an
dan Sunnah karena persamaan illat (penyebabnya).
Pendapat lain mengatakan bahwa qiyas ialah menetapkan suatu hukum dari
masalah baru yang belum pernah disebutkan hukumnya dengan memperhatikan
masalah lama yang sudah ada hukumnya yang mempunyai kesamaan pada segi alasan
dari masalah baru tersebut. Dalam ilmu hukum qiyas disebut dengan analogi.
Contoh : larangan meminum khamar dengan menetapkan bahwa semua minuman
keras, apapun namanya, dilarang diminum dan diperjualbelikan untuk umum.

3. Ijma’
Adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat antara para ahli mengenai suatu
masalah pada suatu tempat di suatu masa. Pendapat lain mengatakan bahwa idjma
ialah kebulatan pendapat para ulama besar pada suatu masa dalam merumuskan suatu
yang baru sebagai hukum islam. Konsesus Idjma ada dua yaitu:
Idjma qauli kalau konsesus para ulama itu dilakukan secara aktif dengan lisan
terhadap pendapat seseorang ulama atau sejumlah ulama tentang perumusan hukum
baru yang telah diketahui umum.
Idjma sukuti kalau konsensus terhadap hukum baru dilakukan secara diam (tidak
memberi tanggapan).
Contoh: di Indonesia ijmak mengenai kebolehan beriteri lebih dari seorang
berdasarkan ayat Qu’an Surat An-Nisa.
           
4. Marsalih Al Mursalah
Adalah cara menentukan hukum sesuatu hal yang tidak terdapat ketetuannya
baik dalam Qu’an maupun Hadist, berdasarkan pertimbangan kemaslahatan
masyarakat atau kepentingan umum. Misalnya pemungutan pajak penghasilan untuk
dalam rangka untuk pemerataan pendapatan dan pemeliharaan fasilitas umum.

5. Istihsan
Cara menetukan hukum dengan jalan menyimpang dari ketentuan yang ada
demi keadilan dan kepentingan sosial.
Contoh: pencabutan hak milik seseorang atas tanah untuk pelebaran jalan, pembuatan
irigasi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.
15

6. Urf atau adat istiadat


Adat istiadat ini tentu saja yang berkenaan dengan soal muammalat. Sepanjang
adat istiadat itu tidak bertentang dengan ketentuan dalam Qur’an dan Hadist serta
tidak melanggar asas-asas hukum Islam di bidang muammalat, maka menurut kaidah
hukum islam yang menyatakan “adat dapat dikukuhkan menjadi hukum” (al-‘adatu
muhakkamah).
Dasarnya:

 Dalam Qur’an: “Apa yang dilihat oleh orang Islam baik, maka baik bagi Allah
juga”.
 Dalam Hadist: “…Nabi menyuruh mereka berbuat baik dan melarang berbuat
mungkar”.

 Syarat-syarat Urf sebagai sumber Hukum:

1. Urf harus berlaku terus menerus atau kebanyakan berlaku;


2. Urf yang dijadikan sebagai sumber hukum bagi suatu tindakan harus terdapat
pada waktu diadakannya tindakan tersebut;
3. Tidak ada penegasan (nas) yang berlawanan denga urf;
4. Pemakaian urf tidak akan mengakibatkan dikesampingkannya nas yang pasti
dari syari’at;
5. Hukum Adat baru boleh berlaku kalau kaidah-kaidahnya tidak ditentukkan
dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, tetapi tidak bertentangan dengan
keduanya, sehingga tidak memungkinkan timbulnya konflik antar sumber-
sumber hukum itu.

2.5 Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Hukum di


Indonesia

Nampak jelas setelah indonesia merdeka. Sebagai Hukum yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat, hukum islam telah menjadi bagian dan kehidupan
bangsa indonesia yang mayoritas beragama islam.

Kontribusi umat islam dalam perumusan dan penegakan hukum semakin


nampak jelas dengan diundangkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan hukum islam.
16

a. Undang-undang Nomor 1 Tahun1974 tentang Perkawinan.


b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.
c. Undang-Undang Nomor Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
d. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.
e. Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat

Penegakan hukum islam dalam praktik bermasyarakat dan bernegara memang


harus melalui proses, yaitu proses kultural dan dakwah. Apabila Islam telah
memasyarakat (dipahami secara baik), sebagai konsuekuensinya hukum islam harus
ditegakkan melalui perjuangan legalisasi. Didalam negara yang penduduknya
mayoritas muslim, kebebasan mengeluarkan pendapat/berpikir harus ada. Hal ini
diperlukan untuk mengembangkan pemikiran hukum islam yang benar-benar teruji,
baik dari segi pemahaman maupun segi pengembangannya. Dalam ajaran islam
ditetapkan bahwa umat islam mempunyai kewajiban untuk mentaati hukum yang
telah ditetapkan Allah. Persoalannya, bagaimanakah sesuatu yang wajib menurut
hukum islam menjadi wajib pula menurut perundang-undangan. Hal ini jelas
memerlukan proses dan waktu untuk merealisasikannya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hukum islam adalah hukum yang mengatur segala aspek kehidupan umat
muslim, sumber-sumbernya berasal dari Al-Qur’an, Hadits dan Ro’yu, jelas tidak
diragukan lagi, tujuan pun sangat mulia yakni untuk memberikan kemasalahatan
hidup bagi manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial. Kemaslahatan
itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia saja, tetapi juga untuk kehidupan di akhirat
kelak.

Hukum Islam memiliki banyak kontribusi terhadap hukum nasional Indonesia.


Hal itu dapat dilihat, misalnya, dari produk perundangan yang dibuat pemerintah dan
parlemen untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara
17

3.2 Saran
             
Hukum islam adalah hukum yang telah ditetapkan Allah, Allah tau yang terbaik
buat hamba-hambanya, dan tujuan pun sangat mulia yakni untuk memberikan
kemasalahatan hidup bagi manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial.
Kemaslahatan itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia saja, tetapi juga untuk
kehidupan di akhirat kelak
Jadi tidak ada salahnya kita mengadopsi hukum islam kedalam hukum nasional
mengingat penduduk di Indonesia mayoritas adalah muslim, tetapi dengan catatan
tidak menimbulkan perpecahan karena agama di Indonesia tidak hanya islam, seperti
contoh pada jaman Nabi Muhammad, hukum islam ditegakkan walaupun di Arab
agama tidak hanya islam, Nabi tetap melindungi dan memberikan hak-haknya, dan
tidak ada pendiskreditan terhadap pemeluk agama lain. Karena dalam islam tidak ada
pemaksaan untuk memeluk agama islam sesuai firman Allah “bagimu agamamu dan
bagiku agamaku”.

DAFTAR PUSTAKA

http://darusnal.blogspot.com/2009/10/hukum-islam.html
http://balianzahab.wordpress.com/makalah-hukum/hukum-islam/
http://nuravik.wordpress.com/2010/08/20/sifat-sifat-hukum-islam/
http://irfanaseegaf.multiply.com/journal/item/3
Buku Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi oleh Wahyuddin, Achmad,
M.Ilyas, M.Saifulloh, Z.Muhibbin

Anda mungkin juga menyukai