Makalah HKM Islam Gawa
Makalah HKM Islam Gawa
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmatnya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah
rampung. Makalah ini berjudul “Hukum Islam”. Dengan tujuan penulisan sebagai
sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dari materi
ini.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
pembaca yang bersifat membangun.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……....………………………………………….…...……...…………1
Daftar Isi………….......……………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………...…………....………..…3
1.2 Rumusan Masalah………………………………………….……..........…….……4
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………..………...………4
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………..............…………………….4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hukum Islam ……………………………..…….............……………4
2.2 Ruang Lingkup Hukum Islam ……………………………………......…….……7
2.3 Tujuan Hukum Islam…………………………………………...............…………8
2.4 Sumber Hukum Islam…………………………….......…………………….……10
2.5 Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Hukum di Indonesia..15
BAB I
PENDAHULUAN
Walaupun merupakan bagian integral syari’ah Islam dan memiliki peran
signifikan, kompetensi dasar yang dimiliki hukum Islam.Tidak banyak dipahami
secara benar dan mendalam oleh masyarakat, bahkan oleh kalangan ahli hukum
itu sendiri. Sebagian besar kalangan beranggapan, tidak kurang diantaranya
kalangan muslim, menancapkan kesan kejam, incompatible dan off to date
dalam konsep hukum Islam.
Ketakutan ini akan semakin jelas adanya apabila mereka membincangkan hukum
pidana Islam, ketentuan pidana potong tangan, rajam, salab dan qisas telah off to date
dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusian.
Sedikit kita tilik, pada hakikatnya hukum islam sangat adil (terutama hukum
pidana) dan hukumannya pun dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku dan dapat
menjadi pelajaran bagi yang lain. Tetapi untuk pelaksanaan hukuman untuk si pelaku
cukup sulit, semisal pidana potong tangan bagi yang mencuri, eksekusi tidak bisa
dilaksanakan sebelum mendatangkan 4 saksi, 4 saksi harus disumpah untuk
membuktikan kebenarannya. Jadi salah apabila ada orang yang mengatakan
bahwasanya hukum islam itu sangat kejam dan tidak pantas diterapkan karena tidak
manusiawi. Hal ini disebabkan ia belum memahami benar hukum islam secara
menyeluruh. Bila kita memahami benar prinsip hukum islam, kita akan mengetahui
betapa adil dan membawa kemaslahatan bagi seluruh lapisan masyarakat, karena
tidak memandang jabatan atau pangkat sekalipun itu raja apabila bersalah wajib
menerima hukuman sesuai ketentuan yang berlaku.
4
Tujuan dari penulisan masalah ini selain untuk memenuhi tugas yang
dibebankan oleh Drs. Zainul Muhibbin selaku dosen pembimbing mata kuliah Agama
Islam, dan kami juga akan memberi gambaran tentang Hukum Islam dan
kontribusinya di hukum nasional bagi pembaca atau masyarakat terkhusus mahasiswa
D3 Teknik Elektro ITS-PLN 2010.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada prinsipnya, syari’at adalah wahyu Allah yang terdapat pada Al-Qur’an dan
Sunnah (hadits). Syari’at bersifat fundamental, mempunyai ruang lingkup yang lebih
luas dari fikih, berlaku abadi, dan menunjukkan kesatuan dalam islam. Sedangkan
fikih adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat tentang syari’at
sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab fikih. Karena itu sifatnya instrumental,
ruang lingkupnya terbatas, tidak berlaku abadi dapat berubah dapat berubah dari masa
ke masa, dan dapat berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Fikih
merupakan elaborasi atau rincian terhadap syari’ah melalui kegiatan ijtihad (usaha
yang sungguh-sungguhyang menggunakan segenap kemampuan yang ada dilakukan
oleh ahli hukum yang memenuhi syarat untuk mendapatkan suatu kepastian hukum
yang belum jelas atau tidak ada ketentuannya dalam al-qur’an ataupun hadits
Rabbaniyyah
Insaniyyah
Syumul
Bahwa hukum Islam shalih li kulli zaman wa makan dan Hukum Islam meliputi
seluruh aspek hidup manusia, mulai dari manusia tidur s.d bangun lagi, baik sebagai
abdullah/ individu maupun khalifatullah/kolektif
6
Wasathiyyah
Waqiiyyah
Tatawwur
Hukum Islam selalu dinamis dan berdialog dengan perkembangan zaman dan
teknologi, akan tetapi hukum Islam selalau konsisten pada nilai-nilai syariat.
Tsabat
Hukum Islam konsisten dalam menjaga nilai-nilai Ilahiyah dalam kondisi dan
suasana yang musykil sekalipun.
Wadhu
Hukum islam baik dalam pengertian syari’at atau fikih dapat dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu :
1. Badah
Badah adalah aktifitas seorang mukmin yang bersifat vertikal (hablu min Allah)
secara ritual yang tata cara dan pelaksanaannya telah diatur dengan rinci oleh Allah
dan Rasulnya (dalam Hadits), yaitu shalat, zakat dan haji. Sifatnya tetap, tidak dapat
dirubah atau dirombak secara asasi mengenai hukum, susunan, cara, dan tata ibadah
itu sendiri, yang mungkin berubah hanyalah sarana penunjang dan alat-alat modern
dalam pelaksanaannya.
2. Mu’amalah
Hukum islam tidak membedakan dengan tajam antara hukum perdata dengan
hukum publik seperti halnya dalam hukum barat. Karena menurut hukum islam pada
hukum perdata ada segi-segi publik, dan pada hukum publik ada segi-segi perdatanya
Sistematika hukum Islam seperti dibawah ini :
Secara umum, para pakar hukum Islam, merumuskan bahwa tujuan hukum
Islam adalah kebahagiaan hidup manusia dengan jalan mengambil segala yang
bermanfaat dan mencegah atau menolak segala yang mudarat --dan yang membawa
pada mudarat--. Dengan kata lain, tujuan hukum dalam Islam adalah untuk
memberikan kemasalahatan hidup bagi manusia, baik rohani maupun jasmani,
9
individu dan sosial. Kemaslahatan itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia saja,
tetapi juga untuk kehidupan di akhirat kelak. Muhammad Abû Zahrah dalam kaitan
ini menegaskan bahwa tujuan hakiki hukum Islam adalah kemaslahatan. Tak satupun
hukum yang disyariatkan dalam al-Qur`an maupun sunnah kecuali di dalamnya
terdapat kemaslahatan.
1. Pemeliharaan Agama
Hal tersebut merupakan tujuan utama dalam hukum Islam sebab agama
merupakan pedoman hidup manusia yang memiliki komponen akidah, sariah dan
akhlak maka hukum Islam wajib melindungi agama yang dianut seseorang dan
menjamin kemerdekan seseorang untuk beribadah menurut keyakinan agamanya. Hal
ini disebutkan dalam Q.S. Al-Baqarah : 256;
2. Pemeliharaan Jiwa
Hukum islam wajib memlihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan
kehidupannya dan hukum islam melarang pembunuhan (surat 17 ayat 33);
3. Pemeliharaan Akal
Dengan mempergunakan akalnya menusia dapat berpikir tentang Allah, alam
semesta dan dirinya sehingga manusia dapat mengembangkan IPTEK, oleh sebab itu
hukum islam melarang meminum minuman yang memabukan atau Khamar (Q.S : 5
ayat 90) dan menghukum setiap perbuatan yang merusak akal manusia;
4. Pemeliharaan Keturunan
Agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelangsungan keturunan dapat
diteruskan maka pemeliharaan keturunan wajib dilaksanakan dan hal tersebut
tercermin dalam hubungan darah menjadi syarat untuk dapat saling mewarisi (Q.S : 4
ayat 11);
5. Pemeliharaan Harta
Harta merupakan pemberian Tuhan kepada manusia dengan tujuan agar dapat
mempertahankan hidup dan kelangsungan hidupnya, oleh karena itu hukum islam
melindungi manusia untuk mempertahankan harta, yaitu meliputi : melindungi
kepentingan harta seseorang masyarakat dan negara dari penipuan (QS 4:29),
penggelapan (QS.4:58), perampaan (QS.5:33), pencurian (QS.5:38), peralihan harat
10
seseorang setelah meninggal dunia (waris), peralihan harta sebelum meninggal dunia
(wakaf atau hibah), kejahatan-kejahatan harta orang lain baik perdata maupun pidana.
Jadi hukum islam ditetapkan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu
sendiri, baik bersifat primer, sekunder, maupun tersier (dloruri, haaji, tahsini).
Sumber hukum islam adalah asal (tempat pengambilan) hukum Islam. Sumber
hukum islam disebut juga dengan istilah dalil hukum islam atau pokok hukum islam
atau dasar hukum islam. Dilihat dari sumbernya-sumber hukumnya, sumber hukum
islam merupakan konsepsi hukum islam yang berorientasi kepada agama dengan
dasar doktrin keyakinan dalam membentuk kesadaran hukum manusia untuk
melaksanakan syari’at, sumber hukumnya merupakan satu kesatuan yang berasal dari
hanya firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad.
Al Quran berasal dari kata Qara’a yang artinya membaca, membaca dengan
bersuara. Seingga makna Al Qur’an berarti buku yang dibaca atau buku yang
mestinya dibaca atau bila dihubungkan dengan kepercayaan Islam berarti buku yang
selamanya akan tetap dibaca.
Menurut istilah Qur’an berarti kumpulan wahyu Allah yang diterima oleh Nabi
Muhammad SAW selama menjalankan kenabiannya memalui malaikat Jibril untuk
disebarluaskan kepada umat manusia. Adapun wahyu yang pertaman turun ialah
Surat Al Alaq, dan sebagai ayat terakhir ialah Surat Al Maidah ayat ke 3.
1. Memberikan keringanan
Dinyatakan dalam firman Allah: “Tuhan tidak memberati manusia melainkan
sekedar kemampuannya”.
11
Jika kita perhatikan maka pemberian keringanan tersebut ternyata memiliki beberapa
bentuk:
2. Berangsur-angsur
Mengingat adanya faktor-faktor kebiasaan yang telah mendarah daging pada
masyarakat serta tidak senangnya manusia untuk menghadapi perpindahan kebiasaan
yang berlaku bagi mereka kepada aturan-aturan baru yang masih asing baginya
dengan mendadak, maka peraturan di dalam Al-Qur’an tidak diturunkan/diundangkan
sekaligus tetapi sedikit demi sedikit menurut peristiwa yang menghendaki adanya
peraturan tersebut.
1. Membiarkan apa yang ada sebab untuk semetara waktu masih dipandang perlu,
kemudian setelah dirasa banyak kerugian baru dilarang. Contoh: pengangkatan anak
kaitannya dengan warisan.
4. Memelihara kemaslahatan
Tidak terdapat perbedaan pendapat dari semua ahli hukum islam bahwa syariat
islam itu berdiri di atas ketentuan dan tujuan untuk memelihara kemaslahatan
manusia dan memperbaiki tingkah laku serta kepentingan mereka di dunia dan
akherat. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau sewaktu-waktu didatangkan
aturan hukum dan dilain waktu diadakan perubahan-perubahan karena keadaan
menghendaki demikian.
12
Misalnya: pada zaman rasul talag tiga yang diucapkan sekaligus dahulu
dianggap sebagai talaq satu, tetapi pada jaman Umar talaq tiga yang diucapkan
sekaligus sebagai talaq tiga juga sesuai dengan ucapannya. Ini dimaksudkan agar
laki-laki tidak dengan mudah, tergesa-gesa mengucapkan talaq tanpa memikirkan
akibatnya.
Hadist menurut logat berarti: kabar, berita atau hal yang diberikan turun-
temurun. Hadist menurut istilah dalam agama berarti: berita turun-temurun tentang
perkataan, perbuatan Nabi atau kebiasaan nabi ataupun hal-hal yang diketahuinya
terjadi diantara sahabat tetapi dibiarkannya. Sunnah menurut logat berarti jalan atau
tabiat atau kebiasaan. Sunnah menurut istilah ialah jalan yang ditempuh atau
kebiasaan yang dipakai atau diperintahkan oleh Nabi.
1. Sunnah Qauliah
Ialah berupa perkataan Nabi mengenai suruhan, larangan atau mengenai sesuatu
keputusan.
2. Sunnah Fi’liah
Ialah mengenai perbuatan, sikap atau tindakan Nabi.
13
3. Sunnah Taqririyah
Ialah perkataan atau perbuatan salah seorang sahabat di hadapan Nabi atau diketahui
oleh Nabi tetapi dibiarkan.
Perlu ditegas an pula bahwa ada ucapan-ucapan Nabi yang bukan merupakan
sunnah dan juga bukan merupakan bagian dari Qur’an yang disebut hadist Qudsi.
Hadist Qudsi merupakan hadist suci yang isinya berasal dari Tuhan, disampaikan
dengan kata-kata Nabi sendiri. Hadist ini merupakan dasar kehidupan spiritual Islam.
1. Ro’yu
Adalah akal pikiran yang memenuhi syarat untuk berusaha, berpikir dengan
seluruh kemampuan yang ada padanya memahami kaidah-kaidah hukum yang
fundamental yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun dalam Hadist dan merumuskan
menjadi garis-garis hukum yang dapat dilaksanakan pada kasus tertentu.
14
2. Qiyas
Adalah menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya di
dalam al-Qur’an dan Sunnah dengan hal (lain) yang hukumnya disebut dalam Qur’an
dan Sunnah karena persamaan illat (penyebabnya).
Pendapat lain mengatakan bahwa qiyas ialah menetapkan suatu hukum dari
masalah baru yang belum pernah disebutkan hukumnya dengan memperhatikan
masalah lama yang sudah ada hukumnya yang mempunyai kesamaan pada segi alasan
dari masalah baru tersebut. Dalam ilmu hukum qiyas disebut dengan analogi.
Contoh : larangan meminum khamar dengan menetapkan bahwa semua minuman
keras, apapun namanya, dilarang diminum dan diperjualbelikan untuk umum.
3. Ijma’
Adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat antara para ahli mengenai suatu
masalah pada suatu tempat di suatu masa. Pendapat lain mengatakan bahwa idjma
ialah kebulatan pendapat para ulama besar pada suatu masa dalam merumuskan suatu
yang baru sebagai hukum islam. Konsesus Idjma ada dua yaitu:
Idjma qauli kalau konsesus para ulama itu dilakukan secara aktif dengan lisan
terhadap pendapat seseorang ulama atau sejumlah ulama tentang perumusan hukum
baru yang telah diketahui umum.
Idjma sukuti kalau konsensus terhadap hukum baru dilakukan secara diam (tidak
memberi tanggapan).
Contoh: di Indonesia ijmak mengenai kebolehan beriteri lebih dari seorang
berdasarkan ayat Qu’an Surat An-Nisa.
4. Marsalih Al Mursalah
Adalah cara menentukan hukum sesuatu hal yang tidak terdapat ketetuannya
baik dalam Qu’an maupun Hadist, berdasarkan pertimbangan kemaslahatan
masyarakat atau kepentingan umum. Misalnya pemungutan pajak penghasilan untuk
dalam rangka untuk pemerataan pendapatan dan pemeliharaan fasilitas umum.
5. Istihsan
Cara menetukan hukum dengan jalan menyimpang dari ketentuan yang ada
demi keadilan dan kepentingan sosial.
Contoh: pencabutan hak milik seseorang atas tanah untuk pelebaran jalan, pembuatan
irigasi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.
15
Dalam Qur’an: “Apa yang dilihat oleh orang Islam baik, maka baik bagi Allah
juga”.
Dalam Hadist: “…Nabi menyuruh mereka berbuat baik dan melarang berbuat
mungkar”.
Nampak jelas setelah indonesia merdeka. Sebagai Hukum yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat, hukum islam telah menjadi bagian dan kehidupan
bangsa indonesia yang mayoritas beragama islam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum islam adalah hukum yang mengatur segala aspek kehidupan umat
muslim, sumber-sumbernya berasal dari Al-Qur’an, Hadits dan Ro’yu, jelas tidak
diragukan lagi, tujuan pun sangat mulia yakni untuk memberikan kemasalahatan
hidup bagi manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial. Kemaslahatan
itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia saja, tetapi juga untuk kehidupan di akhirat
kelak.
3.2 Saran
Hukum islam adalah hukum yang telah ditetapkan Allah, Allah tau yang terbaik
buat hamba-hambanya, dan tujuan pun sangat mulia yakni untuk memberikan
kemasalahatan hidup bagi manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial.
Kemaslahatan itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia saja, tetapi juga untuk
kehidupan di akhirat kelak
Jadi tidak ada salahnya kita mengadopsi hukum islam kedalam hukum nasional
mengingat penduduk di Indonesia mayoritas adalah muslim, tetapi dengan catatan
tidak menimbulkan perpecahan karena agama di Indonesia tidak hanya islam, seperti
contoh pada jaman Nabi Muhammad, hukum islam ditegakkan walaupun di Arab
agama tidak hanya islam, Nabi tetap melindungi dan memberikan hak-haknya, dan
tidak ada pendiskreditan terhadap pemeluk agama lain. Karena dalam islam tidak ada
pemaksaan untuk memeluk agama islam sesuai firman Allah “bagimu agamamu dan
bagiku agamaku”.
DAFTAR PUSTAKA
http://darusnal.blogspot.com/2009/10/hukum-islam.html
http://balianzahab.wordpress.com/makalah-hukum/hukum-islam/
http://nuravik.wordpress.com/2010/08/20/sifat-sifat-hukum-islam/
http://irfanaseegaf.multiply.com/journal/item/3
Buku Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi oleh Wahyuddin, Achmad,
M.Ilyas, M.Saifulloh, Z.Muhibbin