Anda di halaman 1dari 31

GALANGAN DAN DOCKING KAPAL

MAKALAH

Disusun Oleh :
Ernawati 2020154246004
Abd.syakur sahlan 2020154246001
Arfan hawari 2020154246002
Dimas alung P.J 2020154246003
Fathurrahman arizqi 2020154246005

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA


PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

UNIVERSITAS 45 MATARAM

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatakan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena 7berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini, yang bertemakan “galangan dan docking
kapal”. Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah
KAPAL PERIKANAN Semoga pembahasan yang ada dalam makalah
ini dapat memberi manfaat bagi tiap pembacanya dan menambah
wawasan mengenai tentang KAPAL PERIKANAN.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh


karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................ 5
1.3. Tujuan ............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 6
2.1. Pengedokan ......................................................................................................... 6
1. Persiapan Pengedokan ..................................................................................... 6
2. Jenis Pengedokan ............................................................................................. 9
3. Penurunan Kapal Dari Atas Dock (Undocking) .............................................. 16
4. Perawatan Kapal ............................................................................................ 17
5. Perawatan/Perbaikan Kayu pada Kapal .......................................................... 18
2.2. Perbandingan GT Kapal dengan HP Mesin..................................................... 22
1. GT (Gross Tonnage) ...................................................................................... 23
2. HP (Horse Power) .......................................................................................... 23
2.3. Tata Letak Pemasangan Mesin ....................................................................... 24
1. Konstruksi Kamar Mesin Kapal ..................................................................... 26
BAB III PENUTUP[ ..................................................................................................... 30
KESIMPULAN .................................................................. Error! Bookmark not defined.
3.1. Kesimpulan.................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 31

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pengedokan adalah suatu proses memindahkan kapal dari air/laut ke atas
dock dengan bantuan fasilitas pengedokan. Untuk melakukan pengedokan
kapal ini, harus dilakukan persiapan yang matang dan berhati-hati mengingat
spesifikasi bentuk kapal yang khusus dan berbeda-beda setiap kapal. Biro
Klasifikasi Indonesia dan Syah Bandar menentukan periode-periode
pengedokan kapal (perbaiakan kapal diatas dok), yang kesemuanya tergantung
dari umur kapal, jenis bahan yang dipakai sebagai badan kapal,
keadaan/kebutuhan kapal.
Untuk keperluan membersihkan badan kapal dibawah garis air, memeriksa
kerusakan-kerusakan, memperbaiki kerusakan-kerusakan serta mencat badan
kapal dibawah garis air maka dapat digunakan beberapa jenis dok yaitu Dok
Kolam (Graving Dock/Dry Dock); Dok Apung (Floating Dock); Dok Tarik
(Slipway Dock); Dok Angkat.
Manga (1993) menyatakan bahwa untuk mesin penggerak sistem dua
langkah, dengan enam silinder, dapat dikopel langsung dengan baling-baling.
Sedangkan mesin penggerak empat langkah dengan enam slinder harus
dikopel dengan terlebih dahulu menggunakan ‘reduction gear’ sebelum
dihubungkan dengan baling-baling. Hal ini mengesampingkan fungsi lain dari
‘gear box’, juga dapat mengubah arah keluaran putaran menjadi maju ataupun
mundur. Sebab mesin dua langkah lebih memiliki tenaga atau lebih tanggap
(responsive) ketika diberi beban dibandingkan mesin empat langkah. Hal ini
pada akhirnya berdampak kepada penghematan pemakaian bahan bakar.
Karena mesin akan memerlukan lebih banyak bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga yang besar.
Untuk merencanakan kamar mesin seluruh kebutuhan sistem harus
ditentukan secara detail. Di dalam pertimbangan perancangan kamar mesin
bukan hanya meminimumkan volume ruang mesin atau panjang kamar mesin
namun harus di pertimbangkan pencapaian layout yang rational untuk mesin

4
utama dan mesin bantu. Juga harus dipertimbangkan kemungkinan untuk
pemasangan, pengoperasian, perawatan praktis, reparasi maupun penggantian.

1.2.Rumusan Masalah
Mengacu dari judul di atas, maka rumusan masalah yang saya
bahas dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian pengedokan?
2. Bagaimana saja persiapan pada docking kapal?
3. Apa saja jenis-jenis pengedokan?
4. Bagaimana cara penurunan dock dari atas kapal (undocking)?
5. Bagaimana cara perawatan kapal?
6. Bagaimana hubungan antara GT kapal dengan HP mesin?
7. Bagaimana penyusunan tata letak pemasangan mesin pada kapal?
8. Bagaimana konstruksi kamar mesin pada kapal?

1.3.Tujuan
Mengacu dari judul di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah pengertian dari pengedokan.
2. Mengetahui bagaimana saja persiapan pada docking kapal.
3. Mengetahui apa saja jenis-jenis pengedokan.
4. Mengetahui bagaimana cara penurunan dock dari atas kapal
(undocking).
5. Mengetahui bagaimana cara perawatan kapal.
6. Mengetahui bagaimana hubungan antara GT kapal dengan HP mesin.
7. Mengetahui penyusunan tata letak pemasangan mesin pada kapal.
8. Mengetahui konstruksi kamar mesin pada kapal.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengedokan
Pengedokan adalah suatu proses memindahkan kapal dari air/laut
ke atas dock dengan bantuan fasilitas pengedokan. Untuk melakukan
pengedokan kapal ini, harus dilakukan persiapan yang matang dan berhati-
hati mengingat spesifikasi bentuk kapal yang khusus dan berbeda-beda
setiap kapal. Biro Klasifikasi Indonesia dan Syah Bandar menentukan
periode-periode pengedokan kapal (perbaiakan kapal diatas dok), yang
kesemuanya tergantung dari umur kapal, jenis bahan yang dipakai sebagai
badan kapal, keadaan/kebutuhan kapal.

1. Persiapan Pengedokan
a. Proses Persiapan Kapal
 Kapal ditambatkan di Dermaga dan mematikan semua
mesin utama kapal.
 Menurunkan barang-barang yang tidak dipelukan
dalam proses perbaikan kapal, misalnya drum dan
barang lainnya yang mudah bergeser.
 Memasukan alat-alat yang menonjol keluar kapal
misalnya stabilisato kapal.
 Kapal diusahakan tegak tidak dalam posisi miring
ataupun nungging.
 Kapal yang naik dock diusahakan dalam keadaan free
gas demi keselamatan karyawan dalam proses
perbaikan.
 Menyediakan tali temali, fender dan peralatan yang
lain yang dapat digunakan sewaktu-waktu.
 Menyediakan kapal tunda sebagai pemandu kapal.
 Pengosongan tangki, baik tangki bahan bakar,
pelumas, ballast dll.

6
 Menyediakan gambar yang dibutuhkan dalam proses
pengedokan, seperti
a. General arrangement
b. Midshipman section
c. Lines plan
d. Shell expantion
 Memperhatikan posisi waktu gelombang air (pasang/
surut) untuk proses pemasukan kapal maupun
pengeluaran kapal dari dock dengan dibantu kapal
bantu dantug boat.
b. Persiapan Docking oleh Pihak Galangan
Sebelum memasukkan kapal perlu kita perhatikan
hal-hal sebagai berikut:
 Mesin harus mati kecuali mesin winch
 Kapal diatur supaya trim yang terjadi adalah trim
minimum.
 Kapal harus bebas dari muatan berbahaya dan gas
 Kesiapan fasilitas sandar (bolder, tali, crew dock dll)
 Selain memperhatikan hal-hal tersebut diatas perlu
juga dipersiapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengaturan keel block dan side block, yang
mengacu pada docking line plan.
b. Pada keel block 1 m terdiri dari beton cor setinggi
70cm dan bantalan kayu keras setinggi 30 cm.
c. Peninggian side block diatur sesuai bentuk
gading-gading kapal.
d. Kapal-kapal dengan lebar sama atau lebih dari
16m dibuat side block antara, dimana jarak antar
block maksimal 2 m atau diatur tumpuan
maksimal pada landasangraving tidak lebih.

7
e. Posisi bottom plug, peralatan elektronik dibawah
kulit lambung, sea chest, dan sepatu kemudi tidak
boleh bertumpu pada stop block.
f. Jarak pengaturan lock sebagai berikut:
 4 buah keel block terdepan dan 5 buah paling
belakang jarak antar stop blockmasing-
masing adalah 50 cm dan diikat masing-
masing menjadi 1 unit agar saat kapal duduk
susunan keel block tidak bergeser pada
pondasi.
 Jarak antara keel block masing-masing 2 m
 Jarak antara side block masing-masing 3 m,
3,5 m, 4 m tergantung masing-masing
jarak frame dan besar kapal.
 Penempatan side block diletakkan dalam
daerah setengah lebar –R bilga
 Penempatan side block antara, tergantung
posisi side keel pada konstruksi kapal
tersebut.
g. Penempatan keel block, side block dan side
block antara diusahakan bertumpu pada wrang-
wrang double bottom, sekat melintang dan
memanjang sekat melintang dan memanjang
untuk menghindari deformasi pada plat bottom.
h. Penandaan garis, titik, untuk posisi acuan
pembentukan kapal.
i. Persiapan tug boat, dock master dan crew dock,
batang stut ukuran, tali-temali, tangga dan lain-
lain.
j. Setelah pekerjaan persiapan selesai, kapal dapat
dimasukkan, urutan sesuai dengan
proses docking.

8
2. Jenis Pengedokan
Untuk keperluan membersihkan badan kapal dibawah garis air, memeriksa
kerusakan-kerusakan, memperbaiki kerusakan-kerusakan serta mencat badan
kapal dibawah garis air maka dapat digunakan beberapa jenis dok yaitu :
a. Dok Kolam (GRAVING DOCK/DRY DOCK).

Gambar : Graving Dock

Graving Dock yaitu suatu fasilitas pengedokan kapal


yang berbentuk meyerupai Kolam yang terletak di tepi pantai.
Pada graving dock mempunyai beberpa elemen atau bagian
yang penting diantaranya adalah: pintu penutup (yang
berhubungan dengan perairan pantai), pompa-pompa
pengering, mesin gulung (cupstand), tangga-tangga (untuk naik
turun keadasar dan atas kolam, crane (untuk transportasi) dll.
Dimana umumnya dinding-dinding sisi dan belakang
terdiri dari bangunan beton bertulang, Dasar dari kolam ini
terdiri dari beton bertulang yang telah dipancang paku-paku
bumi (concrete pile) sedangkan pintu penutupnya terbuat dari
pelat baja yang konstruksinya dibuat sedemikian rupa,
sehingga pintu tersebut dapat mengapung, dimana pintu
penutup ini dilengkapi tangki-tangki ballast yang digunakan

9
untuk menenggelamkan dan mengapungkan pada waktu
pengoperasiannya serta dilengkapi dengan katup-katup
(valves) dan pompa-pompa. Pada bagian bibir pintu yang
bersinggungan dengan bibir kolam (graving dock) diberi
packing dari karet untuk memperoleh kekedapan pada waktu
air dalam kolam kosong.
Sebelum kapal dimasukan kedalam graving dock, maka
graving dock diisi diisi dengan air dengan cara membuka
katup, setelah permukaan air didalam graving dock sama
dengan permukaan air perairan, maka pintu (gate) dibuka atau
digeser dan kapal dimasukkan kedalam graving dock. Kapal
diatur setelah dalam kedudukan yang direncanakan, pintu
ditutup lagi dan air didalam graving dock dipompa keluar yang
sebelumnya katup pemasukannya ditutup . waktu pemompaan
(jumping time) tergantung dari jumlah dan kapasitas pompa
serta jumlah air yang masuk kedalam graving dock. Setelah
graving dock dipompa kering, kekedapan air dari pintu dock
tidak sepenuhnya kedap. Kemungkinan masih masuknya air
kedalam dock dialirkan pada got dan selang beberapa waktu
dapat dipompa keluar dengan pompa khusus.
Keuntungan secara umum dari Graving Dock adalah
sebagai berikut :
 Aman
Lebih aman untuk pengedokan kapal dibanding peralatan
pengedokan lainnya misalnya floating dock. Sebab
graving dock suatu bangunan yang tetap sedangkan
floating dock adalah bangunan yang terapung.
 Umur pakainya lama
Umur daya pemakaiannya tinggi dan lama dibandingkan
peralatan pengedokan lainnya.
 Perawatan cukup rendah
 Dapat digunakan untuk pembangunan kapal baru

10
Dengan merubah atau memperluas dinding samping dan
belakang maka graving dock dapat dirubah menjadi
launching dock, yang dapat digunakan tidak saja untuk
reparasi tetapi bangunan baru dengan menggunakan
metode arus posisi (positional flow method far new
building ship).
Kerugian secara umum dari Graving Dock adalah
sebagai berikut :
 Biaya pembangunannya cukup besar atau mahal.
 Waktu pebuatannya lama
 Permanen/tidak bisa dipindah
 Lokasi/tempat amat berpengaruh

b. Dok Apung ( FLOATING DOCK )

Gambar : Floating Dock

Floating Dock adalah suatu bangunan konstruksi dilaut


yang digunakan untuk Pengedockan kapal dengan cara
menggelamkan dan mengapungkan dalam arah vertikal.
Konstruksi floating dock ini umumnya terbuat dari baja dan
plat, dimana sumber Listrik penyuplinya dapat digolongkan
menjadi dua yaitu : suplai listrik dari darat atau dari
floatingnya sendiri. Salah satu hal yang paling tampak dari

11
floating dock ini adalah kemampuannya untuk mereparasi
pontonya sendiri (self dockijng).

Bagian-bagian utama dari Dock Apung adalah sebagai


berikut :
 Pompa pengeluaran
 Katup-katup pemasukan
 Jangkar dan rantai jangkar
 Crane pengangkat
Pompa-pompa dan katup-katup serta pipa-pipa induk,
dimana untuk pemompaan ini dapat dikendalikan dari suatu
tempat yang disebut control house. Disamping itu karena dok
apung merupakan suatu bangunan yang terapung maka
haruslah perlu ada peralatan untuk bertambat agar jangan
sampai bergeser kedudukannya disebabkan oleh arus, ombak,
atau angin. Peralatan untuk bertambat ini jelas dengan jangkar
atau rantainya dimana kadang-kadang digunakan juga
bangunan beton atau pipa pancang yang ditempatkan pada
dasar perairan sebagai bantuan.
Selain itu dok juga diperlengkapi peralatan untuk
menarik atau menggeser kapal yang akan dinaikkan serta kran
– kran yang diperlukan untuk transportasi pada waktu reparasi.
Sebelum Dok apung yang dibuat dari plat dan beton bertulang
untuk pengedokan kapal yang tak begitu besar dipakai material
dok apung dari kayu. Dimana dok apung dari kayu dibuat pada
waktu itu karena pemakaian kayu jauh lebih murah dari pada
material lainnya .
Pemakaian kayu akan lebih elastic dan baik memakan
beban pukulan, tetapi mempunyai beberapa kekurangan

12
diantarannya terpaksa dibangun banyak seksi dok akan sukar
mendapatkan kekuatan memanjang dok yang diperlukan. Oleh
karena itu agar dapat dibuat dok apung yang mempunyai sifat-
sifat yang baik maka dibuat dari beton bertulang. Dok apung
yang dibuat dari beton bertulang mempunyai beberapa
kebaikan diantarannya :
1. Pemakaian material lebih sedikit sekitar 1/3 dari
pemakaian material dok apung dari plat.
2. Harganya kurang lebih 25 % lebih kecil disbanding
harga dok apung dari plat.
3. Tidak akan berkarat dan tak akan diperlukan
pengecatan.
4. Biaya eksploitasi lebih rendah disbanding dengan dok
apung dari plat (dengan memperhitungkan, lebih
rendahnya pemeliharaan, biaya perbaiakan dan
penggantian). Berdasarkan penelitian dok apung dari
beton bertulang tak membutuhkan perbaikan besar,
tidak seperti dok apung dari plat setiap 20 tahun karat
diadakan reparasi besar.
5. Kekuatan serta daya tahannya menunjukkan beberapa
ketebalan.

Ciri – ciri yang baik dari dok apung dibanding dengan


dok kolam ialah :
1. Dok apung dapat dipindahkan kesebarang tempat
perairan betapapun jauhnya.
2. Biaya pembuatannya (diukur penjangkaran) 3 – 4 kali
lebih murah disbanding dok kolam.
3. Kemampuan dok apung dapat menaikkan kapal dengan
kemiringan memanjang dan melintang yang cukup
besar.

13
4. Dok apung dapat menaikkan kapal dengan panjang 15 –
20 % daripada panjang dok apungnya sendiri,
sedangkan dok kolam tidak bias.

Ciri – cirri negatifnya ialah :


1. Umur pemakain lebih rendah disbanding dok kolam.
2. Memerlukan dalam perairan yang cukup dalam agar
jngan sampai dok apung duduk dilumpur ( dasar
peranan ) pada waktu akan dapat menaikkan kapal.
3. Memakai tenaga yang lebih besar dibanding dengan
dok kolam.
c. Dok Tarik (SLIPWAY DOCK)

Dok tarik (Slip Way) adalah fasilitas pengedokan kapal


dengan cara medudukan kapal diatas kereta yang disebut
trolley dan menarik kapal tersebut dari permukaan air dengan
mesin derek dan tali baja melalui suatu rel yang menjorok
masuk kedalam perairan dengan kecondongan tertentu sampai
ketepi perairan yang tidak terganggu oleh pasang surut dari air
laut.

Slipway adalah peralatan di tepi peraiaran yang


diguanakan untuk menaikkan kapal yang akan diperbaiki
melalui rel dan pertolongan keret serta dengan beberapa
penggeserannnya. Seperti pada heling, sleepway pun
tergantung kedudukan kapal terhadap rel terbagi atas Slipway
melintang dan Slipway mamanjang.

14
Proses pengedokan pada slipway adalah sebagai
berikut:
1. Pengaturan keel block dan side block pada kereta yang
mengacu pada docking lines plan.
2. Membuka pintu slip way dengan cara memompa keluar air
yang ada di tangki pintu slipway.
3. Kapal didorong dengan tugboat menuju pintu silway, pada
kapal tersebut pada bagian kanan dan kiri diberi tali untuk
mengarahkan kapal supaya pas pada keel block dan side
block yang sudah dibuat.
4. Setelah itu kapal yang sudah duduk diatas kereta ditarik
keata.
5. Slipway ditutup kembali dan airnya dipompa keluar.
d. Dock Angkat (SYNCRHOLIFT)

Gambar : Syncrolift Drydock

Syncrolift adalah cara pengedokan kapal dengan


menggunakan lift. Platform dari syncrolift diturunkan dengan
pertolongan penghantar dan lift dari beberapa mesin Derek
listrik kanan dan kiri. Setelah platform mencapai kedudukan
yang tertentu, yang sudah barang tentu telah dipersiapkan
balok lunas dan balok samping yang diperlukan maka kapal
dimasukkan . Kemudian platform diangkut sampai pada
permukaan. Penghantar tetap dari platform itu dapat berupa

15
pipa baja atau beton. Jumlah mesin Derek listrik ini minimum
adalah empat, lebih banyak lebih baik.
Untuk mempertinggi efisiensi dari syincrolift ini
biasanya digunakan lagi rel penggeser (transfer system) baik
arah memanjang atau melintang sehingga dapat memperbaiki
beberapa kapal atau membuat kapal baru.

3. Penurunan Kapal Dari Atas Dock (Undocking)


a. Tahap Persiapan :
 Pastikan material, alat kerja, kotak sampah dan barang-
barang bekas yang berada diatas dok telah dinaikkan ke
darat.
 Siapkan tali tambat pada tempat yang telah ditentukan.
 Siapkan tenaga kerja yang telah ditentukan di atas dok
apung, kapal dan tug boat serta lokasi sandar yang telah
ditentukan.
 Pastikan kapal yang telah diturunkan dok telah diatur
kondisi ballast sesuai pada waktu naik dok dan dan telah
diperiksa oleh pihak control galangan, klas,atau owner
surveyor.
 Seluruh peralatan yang ada di dock apung dicoba dan
pastikan alat-alat mekanik, elektrik, pneumatik, serta
indikator-indikator yang ada di control house dapat bekerja
secara akurat.
 Pastikan kondisi kapal tunda (tug boat) dalam kondisi siap
pakai.
 Periksa tabel pasang surut air laut terhadap kondisi sarat
penurunan kapal dan dock apung telah aman dari bahaya
kandas.

16
b. Tahap Pelaksanaan :
 Dok apung diturunkan sampai draft yang diperlukan
(dengan mengantisipasi situasi pasang surut air laut).
 Setelah kapal terapung, checker dan inspektor control
galangan memeriksa lokasi yang ada perbaikan terhadap
kemungkinan adanya kebocoran.
 Kapal digandeng 2 kapal tunda untuk ditarik keluar dok
apung, kemudian ditempatkan pada lokasi sandar yang telah
ditentukan.
 Setelah kapal keluar, dok mulai dipompa kembali.
 Selama dalam proses pemompaan, petugas yang berada
diatas dok selalu mengikuti perkembangan situasi dan
kondisi sampai dok terapung kembali seperti semula.

4. Perawatan Kapal

Menurut Ariyanto (2009), Periode perawatan Kapal


Perikanan sebagai berikut:

a. Perawatan rutin
Perawatan rutin adalah perawatan kontruksi kapal yang
dilakukan setiap hari secara teratur yang meliputi kontruksi
kapal yang berada diatas permukaan air laut. Pekerjaan yang
termasuk di dalam kegiatan perawatan rutin yaitu:
- Pembersihan dan pengecatan kontruksi kapal
- Pendempulan dan pemakalan kampuh kapal yang rusak
- Perbaikan bagian kontruksi yang rusak.

b. Perawatan periodik
Perawatan periodik adalah perawatan kontruksi kapal
khususnya kapal kayu dilakukan setiap periode waktu enam
bulan yang meliputi kontruksi kapal yang berada dibawah

17
permukaan air laut. Untuk perwatan periodik kapal kayu harus
dilakukan docking kapal ada tiga cara pengedokan kapal yaitu:
1. Pengedokan kapal secara mekanis
2. Pengedokan kapal secara tradisional
Pengedokan kapal dengan cara tradisional ditentukan oleh
tinggi rendahnya pasang surut didaerah sekitar galangan kapal.
Apabila perbedaan pasang surut cukup tinggi maka kapal
cukup dikandaskan pada daratan dan selanjutnya dipasang
balok penyangga pada lambung kanan-kiri kapal agar kapal
tetap dalam posisi tegak harus diperhatikan dalam pengedokan
dilakukan secara tradisonal yaitu dasar perairan harus berupa
pasir atau lumpur.

c. Docking besar.
Docking besar adalah merupakan perawatan kapal
penangkap ikan yang dikerjakan diatas kapal dan di darat
khususnya galangan kapal rakyat yang mencakup seluruh
kapal, antara lain: mesin kapal, alat navigasi, radar dan lampu
isyarat, mesin Bantu, As dan baling-baling, daun kemudi dan
alas kemudi, pelampung, alat pemadam kebakaran/hydrant.

5. Perawatan/Perbaikan Kayu pada Kapal


Jika perawatan dilakukan oleh pemilik kapal sendiri maka
pada perbaikan kapal yang terbuat dari material kayu, pada
umumya pihak galangan anya menyediakan tempat (slipway)
untuk pross perawatan dan perbaikan kapal. Biaya yang dikenakan
kepada pemilik kapal hanyalah biaya naik/turun kapal dan biaya
sewa slipway per hari. Proses perbaikan dilakukan sendiri oleh
pemilik kapal dengan merekrut pekerja-pekerja sendiri, dengan
demikian biaya perawatan dan perbaikan ditanggung sendiri oleh
pemilik kapal secara langsung.

Jika perawatan dilakukan oleh galangan kapal maka Proses


perawatan dan perbaikan yang dilakukan pada galangan kapal

18
meliputi perawatan dan perbaikan untuk bagian badan kapal
(Lambung kapal), perawatan dan perbaikan itu meliputi:

 Pencucian seluruh bagian kapal, pengelontokan cat kapal


yang telah rusak atau bocor dan pengecatan kapal. Namun
demikian apabila pihak pemilik kapal menginginkan hal
tersebut dilakukan oleh pihak galangan kapal, maka setelah
terjadi kesepakatan bersana, proses perbaikan akan segera
dilakukan.

 Perawatan dan perbaikan lainnya seperti: mesin kapal,


baling baling, jangkar, instalasi listrik dan lainnya juga
dapat dilakukan oleh pihak galangan kapal, sedangkan
untuk alat tangkap ikan, pada umumnya dlakukan di tempat
lain.

a. Prosedur Kegiatan Perawatan dan Perbaikan Kapal Kayu


Prosedur yang dilakukan pada dasarnya tidak terlalu
rumit dan birokratis. Setelah ada surat pengantar dari
syahbandar (atau hal tersebut bisa dibantu oleh pihak
galangan) dan setelah terjadi kesepakatan bersama maka
proses perbaikan kapal dimulai.
Prosedur pertama yang dilakukan adalah
memberitahukan kepada pihak galangan mengenai keinginan
pemilik dalam melakukan kegiatan doking. Pemberitahuan itu
juga menentukan tanggal dan waktu pengedokan kapal ke atas
slipway. Penentuan waktu doking berdasarkan ketersediaan
tempat yang ada dan juga berdasarkan kepercayaan lama dari
pemilik kapal. Setelah negosiasi berjalan lancer dan disetujui
oleh kedua belah pihak, kapal dapat langsung dinaikkan ke atas
slipway sesuai tanggal dan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.

19
b. Pencucian Kapal
Setelah kapal berada di slipway, kegiatan yang pertama
kali dilakukan adalah pembersihan atau pencucian seluruh
bagian kapal. Pencucian ini menggunakan air tawar yang
berasal dari ledeng. Selama proses pencucian berlangsung,
dilakukan kegiatan pembersihan badan apal dari binatang laut
dan kotoran lain yang menepel pada lambung kapal.
Alat yang digunakan adalah serok dan sikat besi.
Pembersihan ini dilakukan pada seluruh badan kapal terutama
bagian lambung kapal. Kegiatan ini berlangsung selama 1-2
jam. Dengan keadaan kapal yang sudah bersih, maka dapat
dilihat secara pasti dan jelas mengenai kondisi kapal, sehingga
dapat diketahui bagian bagian yang perlu perbaikan atau
pengantian. Bagian bagian yang rusak dapat dilepaskan
terlebih dahulu untuk diperbaiki, diantaranya adalah baling-
baling, daun kemudi, klep depan dan belakang, as baling-
baling dan bagian permesinan.

c. Pemakalan dan Pendempulan Badan Kapal


Proses perawatan kapal yang rutin dilakukan setiap
tahun adalah pengecatan kapal kembali. Proses ini dimulai
dengan pengelontokan cat yang telah lama dan telah
terkelupas, dilanjutkan dengan proses penggantian papan
papan lambung yang telah lapuk dan pemakalan. Proses pakal
adalah kegiatan menambal, bagian bagian antar papan pada
lambung kapal dengan menggunakan makjun. Makjun
merupakan semacam serat yang terbuat dari remi. Serat ini
dimasukkan pada sela sela papan dengan mengunakan palu dan
pakal. Proses pemakalan dan pendempulan memakan waktu 2-
3 hari tergantung kepada jumlah pekerja dan ukuran kapal
yang dikerjakan.

20
d. Pengecatan Kapal
Proses pengecatan dimulai dengan pemberian cat menie
pada seluruh bagian lambung kapal. Pemberian cat menie
bermulai dari lunas (dasar) sampai batas water line tertinggi.
Cat ini diharapkan dapat menjadi anti fouling dan anti karat
pada lambung kapal.
Proses selanjutnya adalah pemberian cat yang sesuai
dengan keinginan pemilik kapal. Cat ini melapisi cat menie
yang telah kering sebelumnya. Proses pengecatan kapal
deilakukan oleh kelompok pekerja yang brbeda dari
sebelumnya. Berjumlah 5-6 orang sehingga proses ini dapat
diselesaikan selama 1-2 hari. Jika seluruh kegiatan perawatan
kapal selesai maka bagian bagian kapal yang lain dilepaskan
sebelumnya (daun kemudi, baling baling, clamp depan
belakang dan as baling baling) dapat dipasang kembali.

e. Kegiatan Reparasi
Penggantian kayu lunas, penambahan kayu lunas
(memperpanjang lunas kapal pada bagian buritan, dan
penambahan kayu lunas (menambah ketebalan lunas kapal).
Clamp merupakan bagian yang terbuat dari besi yang berada
pada bagian sambungan linggi depan dan belakang kapal
dengan lunas kapal. Clamp berfungsi untuk memperkuat
sambugan tersebut. Pemasangan clamp dengan menggunakan
mur yang diborkan ke dalam kayu linggi dan lunas.

Daun kemudi yang telah lapuk atau rusak dapat diganti


sesuai dengan ukurannya semula. Perbaikan atau pergantian
baling baling hanya dilakukan jika mengalami patah saja.
Daun baling baling yang patah dapat disambungkan kembali
dengan pengelasan atau menggantinya dengan baling baling
yang baru. Proses perbaikan juga sering dilakukan untuk
mengganti papan papan dek yang telah lapuk.

21
2.2.Perbandingan GT Kapal dengan HP Mesin
Usaha penangkapan ikan dapat dimaksimalkan efisiensinya,
apabila sarana dan prasarana dimajukembangkan dengan teknik yang
memadai atau berteknologi maju. Teknologi yang menentukan dalam
usaha penangkapan dalam kaitannya dengan kapal perikanan ialah
penggunaan mesin (mekanisasi) untuk penggerak kapal. Pemanfaatan
mesin dalam kapal perikanan sangat membantu kegiatan penangkapan.
Oleh karena itu, semakin modern teknik mesin yang digunakan semakin
efektif dan efisien pula kegiatan penangkapan. Oleh karena itu, dengan
didukung oleh perangkat penangkapan yang modern, maka tentunya akan
semakin dapat pula dilakukan upaya memaksimalkan usaha
penangkapan, dalam waktu yang relatif lebih singkat.
Oleh karenanya, perputaran mesin yang maksimal dijadikan
patokan kemampuan ‘gear box’. Kaedahnya secara sederhana adalah
semakin tinggi putaran mesin maka semakin tinggi pula perbandingan
yang harus dimiliki oleh gear box. Apabila kaedah ini tidak diterapkan,
maka dapat berakibat hilangnya tenaga mesin (losting power engine).
Manga (1993) menyatakan bahwa untuk mesin penggerak sistem
dua langkah, dengan enam silinder, dapat dikopel langsung dengan
baling-baling. Sedangkan mesin penggerak empat langkah dengan enam
slinder harus dikopel dengan terlebih dahulu menggunakan ‘reduction
gear’ sebelum dihubungkan dengan baling-baling. Hal ini
mengesampingkan fungsi lain dari ‘gear box’, juga dapat mengubah arah
keluaran putaran menjadi maju ataupun mundur. Sebab mesin dua
langkah lebih memiliki tenaga atau lebih tanggap (responsive) ketika
diberi beban dibandingkan mesin empat langkah. Hal ini pada akhirnya
berdampak kepada penghematan pemakaian bahan bakar. Karena mesin
akan memerlukan lebih banyak bahan bakar untuk menghasilkan tenaga
yang besar.
FAO (1996) mengklasifikasikan perikanan yang selektif bagi
beberapa negara, menggolongkan perikanan di Indonesia pada dua
kategori yaitu:

22
1. Perikanan skala kecil; menggunakan mesin luar < 10 HP atau < 5 GT
dengan daerah operasi jalur 1 (4 mil) dari garis pantai, dan yang
menggunakan mesin luar < 50 HP atau < 25 GT dengan daerah
operasi jalur 2 (4 mil – 8 mil).
2. Perikanan skala besar yang merupakan perikanan industri,
menggunakan mesin dalam < 200 HP atau 100 GT dengan daerah
operasi jalur 3 dan 4 (8 mil – 12 mil dan atau > 12 mil).
1. GT (Gross Tonnage)
GT adalah perhitungan volume semua ruang yang terletak
dibawah geladak kapal ditambah dengan volume ruangan tertutup
yang terletak di atas geladak ditambah dengan isi ruangan beserta
semua ruangan tertutup yang terletak di atas geladak.
Tonase kotor (GT) diperoleh dengan mengalikan faktor
yang besarnya 0,25 dengan jumlah volume (V) dari volume
ruangan di bawah geladak (VI) dan volume ruangan-ruangan di
atas geladak yang tertutup (V2), atau dalam bentuk rumus ditulis
sebagai berikut : Tonnage Kotor (GT) = 0,25 . V
2. HP (Horse Power)
Horse power / tenaga kuda adalah salah satu unit
pengukuran daya yang pada umumnya setara dengan 735.5 hingga
745.7 watt. Pada awalnya, istilah daya kuda digunakan untuk
membandingkan performa antara mesin uap dengan kemampuan
tarikan kuda (draft horse). Setelah itu, satuan ini diadopsi untuk
mengukur daya keluaran dari piston, turbin, motor listrik, dan
mesin lainnya.

Horse Power (HP) adalah sebuah kemampuan untuk


mengusung sebuah beban dalam priode/rentang waktu tertentu.
Dalam kendaraan bermotor biasanya disitu akan menyantumkan
dua varian nilai dari Horse Power, dimana yang pertama
adalah Brake Horse Power (BHP), nah maksudnya dari BHP
adalah suatu nilai horse power yang diperoleh dari sebuah gerakan
piston naik turun yang diterima oleh poros engkol (crankshaft) dan

23
nilai tersebut dihitung sebagai nilai net (nilai bersih) dari horse
power, nilai tersebut didapat dengan mengabaikan loss komponen
yang dihasilkan oleh putaran komponen komponen lainnya yang
terdapat pada rangkaian mesin tersebut. Sedangkan yang ke dua
adalah Wheel Horse Power (Horse power) dimana nilai dari Hp
tersebut didapat setelah melalui proses loss komponen yang ada
didalam rangakian mesin tersebut.

2.3.Tata Letak Pemasangan Mesin


Menentukan pondasi mesin yang tepat (accurate) adalah langkah
awal yang penting dilakukan dalam proses memasang mesin kapal.
Karena hal ini berkaitan erat dengan teknik memasang mesin kapal yang
efektif sebagai penggerak kapal. Membuat kapal perikanan haruslah
memperhitungkan rancangan kedudukan mesin dan perangkat yang
mendukung mesin tersebut sebagai penggeraknya. Untuk memehuhi
persyaratan itu diperlukan sumber tenaga penggerak yang memiliki
kemampuan menghasilkan daya kecepatan yang tinggi. Ada beberapa
jenis tenaga penggerak yang sering digunakan pada kapal, antara lain
mesin yang bertenaga miyak solar atau diesel dan bertenaga bahan bakar
bensin (Pounder, 1972).
Menentukan kedudukan mesin kapal haruslah dipertimbangkan
sistemnya dengankapal. Kedudukan mesin haruslah selaras dengan berat
dan ukuran mesin. Instalasi kedudukan mesin yang baik akan
mengurangi getaran (vibrasi) yang ditimbulkan oleh mesin itu (Pike,
1975).
Mesin pada kapal perikanan pada umumnya memiliki prinsip dan
mekanisme kerja yang sama dengan mesin lainnya, yang digunakan
dalam dunia otomotif dan industri lainnya. Hanya saja yang
membedakannya adalah kebutuhan, fungsi dan mekanisme sistem mesin
itu berkerja. Pada kapal perikanan sebagian besar menggunakan mesin
diesel.
Menurut Wiranto dan Tsuda (2004) mesin diesel merupakan
mesin yang sistem penggeraknya adalah menggunakan sistem

24
pemampatan (compression system) yang tinggi, kemudian
menginjeksikan bahan bakar ke dalam udara dalam mesin pada suhu dan
tekanan yang tinggi. Hal inilah sebenarnya sumber yang menimbulkan
getaran yang kuat, yang pada gilirannya dapat berakibat berkurangnya
kekuatan mesin dan lunas kapal dalam rentang waktu yang lama.
Untuk mengkonversikan antara suatu jenis mesin sebagai mesin
utama baik dari jenis kecepatan tinggi atau menengah pada suatu kapal
perikanan sangat erat kaitannya dengan rancangan awal dalam
pembuatan kapal, yang berkaitan pula dengan keadaan mesin yang
dipakai atau pemilihan mesin (Fyson 1985), dan teknik pemasangan
mesin pada kapal. Seperti yang dikemukakan oleh Ahmad et al. (2004)
bahwa tahapan di dalam pembuatan suatu kapal di antara rangkaian
sistemnya adalah pemasangan landasan mesin dan pemasangan sumbu
baling-baling (bost propeller). Dengan demikian diperlukan suatu
pemaduan (integrasi) antara teknik pemasangan instalasi mesin dengan
perancangan kapal. Itu haruslah berdasarkan pengetahuan teknik
pemasangan mesin yang efektif menggerakkan kapal perikanan, yang
umumnya masih dibuat dari bahan kayu.
Mesin utama kapal penangkap ikan harus mempunyai daya yang
sesuai dengan hambatan yang dihadapi kapal, yang dipengaruhi oleh
penempatan fondasi mesin kapal dan hubungan mesin dengan ukuran
kipas. Hal ini ada hubungannya dengan pemilihan mesin yang dipasang
pada kapal penangkap ikan, karena dirancang dan direkayasa untuk
Negara pembuatnya, maka mungkin saja tidak sesuai dengan alam dan
lingkungan Indonesia; terutama tentang ketahanannya terhadap suhu,
kelembaban, dll. (Manga, 1993).
Konstuksi kamar mesin dibuat khusus karena adanya beban-
beban tambahan yang bersifat tetap, seperti berputarnya mesin utama dan
mesin lainnya.
Dalam pemasangan kemudi kapal, yang pertama kali dilakukan
adalah mengukur dan mengetahui panjang, lebar daun kemudi dan tinggi
tiang yang digunakan. Untuk menentukan besar daun kemudi pada

25
umumnya dilakukan perhitungan dengan membandingkannya terhadap
ukuran berat (GT) kapal. Sebab fungsi kemudi memang untuk
mengarahkan gerakan kapal atau berkaitan dengan menggerakkan kapal.
Oleh karena itu, lazimnya semakin besar atau berat kapalnya semakin
besar pula ukuran kemudi yang dibutuhkan. Selain itu, ukuran kemudi
juga ditentukan oleh fungsi kapal. Pada kapal yang membutuhkan
maneuver cukup tinggi seperti kapal purse-seine, maka daun kemudinya
dibuat sedikit lebih besar.
Pembuatan lubang sumbu baling-baling merupakan hal yang
sangat menentukan (crucial) terhadap efektifnya mesin. Ini erat kaitannya
dengan kedudukan dan besarnya lubang, yang ditentukan oleh besarnya
sumbu dan ukuran baling-baling yang digunakan. Kedudukan lubang
sumbu baling-baling mempengaruhi kedudukan fondasi mesin dan pada
gilirannya juga efektifnya tenaga mesin. Kedudukan dan besarnya lubang
sumbu baling-baling juga berkaitan erat dengan jenis mesin yang akan
digunakan karena akan mempengaruhi kemampuan ‘gear box’.

1. Konstruksi Kamar Mesin Kapal


Kamar mesin adalah kompartemen yang sangat penting pada sebuah
kapal. Di tempat inilah terdapat mesin penggerak kapal yang biasanya
dinamakan mesin induk atau mesin utama. Di kamar mesin pula
terletaksumber tenaga untuk membangkitkan listrik yang berupa generator
listrik kapal, pompa-pompa, dan bermacam-macam peralatan kerja yang
menunjang pengoperasian kapal. Konstruksi kamar mesin dibuat khusus
karena adanya beban-beban tambahan yang bersifat tetap, seperti berputarnya
mesin utama dan mesin lainnya.

Untuk poros antara yang melalui ruang muat, dibuat terowongan poros
baling-baling di bagian bawah ruang muat. Selain itu ada lagi tipe kapal yang
mempunyai kamar mesin langsung di belakang, maksudnya tanpa ruang palka
di antara kamar mesin dengan ceruk buritan. Kamar mesin di tengah jarang
sekali digunakan.

26
Keterangan:

1. Mesin utama
2. Generator
3. Wrang kamar mesin
4. Tangki pelumas cadangan
5. Poros antara
6. Poros baling-baling
7. Baling-baling
8. Kemudi
9. Tangki air tawar
10. Cerobong asap

Kamar mesin pada kapal-kapal besar biasanya lebih dari


dua lantai. Pada lantai pertama atau lantai alas dalam terletak mesin
utama dan pada lantai kedua terletak generator pembangkit tenaga
listrik. Jumlah generator lebih dari satu, dan umumnya dua atau
tiga. Hal tersebut dimaksudkan sebagai cadangan, jika salah satu
generatornya rusak atau sedang dalam perbaikan. Dapat dilihat
bahwa mesin utama terletak tepat pada bidang simetri kapal dan
tiga buah generator listrik terletak pada lantai yang sama.

27
Pandangan Atas Kamar Mesin

Gambar pandangan atas kamar mesin dibuat berdasarkan


pandangan atas dari lantai kamar mesin dan dinamakan gambar
rencana tata letak kamar mesin.

Gambar-gambar lain yang lebih detail dari kamar mesin


berpedoman pada gambar rencana tata letak kamar mesin, misalnya
gambar fondasi mesin pompa-pompa, botol angin, keran-keran,
dan sistem pipa pada kamar mesin.

Pandangan Samping Seluruh Isi Kamar Mesin

Keterangan:

28
1. Pondasi mesin
2. Mesin utama
3. Dinding selubung kamar mesin
4. Jendela atas
5. Cerobong asap
6. Sekat depan kamar mesin
7. Sekat belakang kamar mesin
8. Pipa gas buang
9. Pelat alas
10. Geladak utama
11. Geladak kimbul
12. Geladak sekoci

Untuk merencanakan kamar mesin seluruh kebutuhan


sistem harus ditentukan secara detail. Di dalam pertimbangan
perancangan kamar mesin bukan hanya meminimumkan volume
ruang mesin atau panjang kamar mesin namun harus di
pertimbangkan pencapaian layout yang rational untuk mesin utama
dan mesin bantu. Juga harus dipertimbangkan kemungkinan untuk
pemasangan, pengoperasian, perawatan praktis, reparasi maupun
penggantian.

29
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
 Pengedokan adalah suatu proses memindahkan kapal dari air/laut ke
atas dock dengan bantuan fasilitas pengedokan.
 Untuk melakukan pengedokan kapal ini, harus dilakukan persiapan
yang matang dan berhati-hati mengingat spesifikasi bentuk kapal yang
khusus dan berbeda-beda setiap kapal.
 Secara garis besar, jenis pengedokan ada 4 yaitu:
a) Dok Kolam (Graving Dock/Dry Dock)
b) Dok Apung (Floating Dock)
c) Dok Tarik (Slipway Dock)
d) Dok Angkat (Syncrholift)
 Periode perawatan kapal ada 3 yaitu perawatan rutin, perawatan
periodic, dan docking besar.
 Usaha penangkapan ikan dapat dimaksimalkan efisiensinya, apabila
sarana dan prasarana dimajukembangkan dengan teknik yang memadai
atau berteknologi maju.
 Kamar mesin adalah kompartemen yang sangat penting pada sebuah
kapal. Di tempat inilah terdapat mesin penggerak kapal yang biasanya
dinamakan mesin induk atau mesin utama.
 Kamar mesin pada kapal-kapal besar biasanya lebih dari dua lantai.

30
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, K. and Santosa, B., 2019. Analisis Kekuatan Konstruksi Graving Dock
Gate Menggunakan Metode Elemen Hingga. Kapal: Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Kelautan, 16(2), pp.41-48.

BKI, 2019 “Rules for Floating Dock Volume II”, Jakarta, Indonesia.

DNV-GL, 2015 “Class Guideline Finite Element Analysis”, Norwegia.

El-Maadawy, M., Moustafa, M.M., El-Kilani, H.S. and Tawfiq, A., 2018.
Structural Safety Assessment of a Floating Dock during Docking
Operation. Portsaid engineering research journal, 22(2), pp.32-39.

Kiryanto, K., Amiruddin, W. and Fantio, D.W.H., 2013. Perancangan Floating


Dock Untuk Daerah Perairan Pelabuhan Kota Tegal. Kapal: Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Kelautan, 10(2), pp.88-97.

Kurniawan, R.P. and Pranatal, E., 2020, July. PERENCANAAN


PENGEMBANGAN SARANA PENGEDOKAN DI GALANGAN PT.
TRI WARAKO UTAMA. In Prosiding Seminar Teknologi Kebumian dan
Kelautan (SEMITAN) (Vol. 2, No. 1, pp. 111-119).

Pramono, D.R., Imron, A. and Misbah, M.N., 2016. Analisa Kekuatan struktur
Floating Dock Konversi Dari Tongkang Demgan Metode Elemen Hingga
. Jurnal Teknik ITS, 5(2), pp.G148-G152.

Sari, Y., 2021. PERANCANGAN FLOATING DOCK UNTUK KAPAL


TANKER 30.000 DWT (Doctoral dissertation, Institut Teknologi
Kalimantan).

Sudjasta, B., 2017. Penerapan Prosedur Operasional Floating dock 6000 TLC.
Bina Teknika, 12(1), pp.61-68.

Soeryanto, S., Mashuri, A.A. and Samudra, B., 2017. Proses Repairing Ponton di
PT. Dok dan Perkapalan Surabaya. Otopro, pp.50-5.

31

Anda mungkin juga menyukai