Anda di halaman 1dari 25

ACARA 2 DAN 3

PANDUAN PRAKTIKUM PEMETAAN

ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN (ZPPI)

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan | Fakultas Perikanan | Universitas 45 Mataram

Disusun oleh: Denianto Yoga Sativa

A. ALAT DAN BAHAN

Alat praktikum:

• Seperangkat komputer
• Portal NASA oceancolor (https://oceancolor.gsfc.nasa.gov/)
• Aplikasi PJSIG opensource
o QGIS
o SeaDAS

Bahan praktikum:

Data spasial klorofil-a (CHL) dan suhu permukaan laut (SST) bersumber dari portal
oceancolor

B. PENGANTAR ZPPI
• Potensi perikanan laut Indonesia salah satu sumber daya yang bernilai ekonomi tinggi
dan perlu dioptimalkan pemanfaatan serta dijaga kelestariannya.
• Salah satu tantangan klasik sektor perikanan tangkap di Indonesia  kesulitan nelayan
dalam menentukan lokasi penangkapan ikan  nelayan masih menggunakan cara-cara
tradisional dalam penangkapan ikan  ketidakpastian yang tinggi dan bersifat
spekulatif.
• Pemanfaatan citra satelit inderaja untuk mendeteksi fenomena oseanografi yang terkait
dengan keberadaan ikan dapat dijadikan petunjuk lokasi penangkapan ikan  Informasi
Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI)
• Sistem otomatisasi produksi dan diseminasi informasi ZPPI (ZAP/ZPPI Auto
Processing)  membantu nelayan menangkap ikan, meningkatkan hasil tangkapan serta
produktifitas nelayan  operasi penangkapan ikan dapat lebih efektifit dan efisien.
Tujuan
• Memberikan layanan informasi ZPPI kepada penguna (nelayan,
diskanla, BUMN, swasta, dll.)
• Menjalin kerjasama dengan berbagai stake holder terkait dalam pemanfaatan maupun
litbang terkait ZPZPPI
Manfaat
• Terbantunya nelayan dalam penentuan lokasi dan efisiensi operasi penangkapan ikan
serta peningkatan hasil tangkapan,
• Terdukungnya pengaturan dan pengelolaan daerah pengkapan ikan,
• Terbantunya pemantauan illegal fishing (informasi ZPPI digunakan sebagai acuan lokasi
pengawasan kapal-kapal yang melakukan kegiatan operasi penangkapan di seluruh
perairan Indonesia).

Ada beberapa parameter dalam ZPPI yang harus diketahui, antara lain: upwiling, klorofil-a,
suhu permukaan laut, angin, citra aqua modis, dan parameter ikan pelagis demersal.
Parameter-parameter tersebut tersaji sebagai berikut.

1. UPWILING
Inspiring Innovation with Integrity http://itk.ipb.ac.id/
• Upwelling adalah fenomena oseanografi yang melibatkan gerak yang dibangkitkan angin
dari air yang lebih berat, lebih dingin dan biasanya kaya- nutrient ke arah permukaan laut,
menggantikan air permukaan yang lebih hangat dan kurang nutrient.
• Air kaya-nutrient yang naik tersebut menstimulasi pertumbuhan dan reproduksi produser
primer (phyto). Karena biomass phyto dan keberadaan air dingin, upwelling dapat
diidentifikasi dari SST dan Chl-a Jacox et al (2018)

Upwelling merupakan proses perpindahan massa air laut secara vertikal ke permukaan air
laut. Angin yang berhembus di atas permukaan air mendorong massa air yang ada di
permukaan sehingga mengakibatkan kekosongan massa air. Oleh karena itu, massa air yang
berada di bawah lapisan permukaan akan mengisi kekosongan tersebut. Gerakan naik ini
membawa serta massa air yang suhunya lebih dingin,salinitas yang lebih tinggi serta nutrient
yang kaya ke permukaan (Sugiarto, 2015).

2. KLOROFIL-A (CHL)
Klorofil-a merupakan indikator kelimpahan fitoplankton di perairan yang berperan dalam
proses fotosintesis. Fitoplankton berkontribusi secara besar untuk mengetahui produktivitas
primer perairan. Produksi karbon organic selama proses fotosintesis didefinisikan sebagai
produktivitas primer bersih.
Fitoplankton merupakan tumbuhan sel tunggal berukuran mikroskopik yang berfungsi
sebagai sumber makanan organisme perairan karena dapat melakukan fotosintesis (Syafi’i,
2006). Klorofil-a menurut (Prihartato, 2009) merupakan pigmen yang paling dominan yang
terdapat pada fitoplankton. Oleh karena itu, konsentrasi klorofil-a dapat digunakan sebagai
indikator dari kelimpahan fitoplankton dan potensi organik di suatu perairan.
3. SEA SURFACE TEMPERATURE (SST)
Suhu di laut adalah salah satu faktor yang penting bagi kehidupan organisme di lautan
karena suhu mempengaruhi baik aktvitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari
organisme-organisme tersebut. Menurut Kunarso (2014), informasi mengenai variabilitas
spasial suhu dan klorofil-a dapat digunakan untuk mempermudah pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya perikanan yaitu sebagai dasar untuk menduga dan menentukan
perairan yang potensial untuk fishing ground.
4. CITRA AQUA MODIS
MODIS (Moderate-resolution Imaging Spectroradiometer) merupakan sensor yang dipasang
pada satelit Terra dan Aqua. Satelit Terra mengelilingi bumi dari utara ke selatan melewati
ekuator pada pagi hari sedangkan satelit Aqua mengelilingi bumi dari selatan ke utara
melewati ekuator pada sore hari. Kedua satelit ini merekam permukaan bumi sebanyak 4
kali dalam sehari, yaitu 2 kali pada pagi hari dan 2 kali pada malam hari (Kusuardini, 2011).
5. PARAMETER IKAN PELAGIS – DEMERSAL
Ikan demersal
Hidup di kolom – dasar perairan yang bersanding dengan terumbu karang dan pada substrat
pasir dasar perairan. Migrasi ikan secara berkoloni sehingga alat tangkap mini pursein jadi
pilihan terbanyak nelayan.
Ikan pelagis
Ikan pelagis merupakan kelompok ikan yang berada di lapisan permukaan air. Memiliki ciri
utama, yaitu beraktivitas secara bergerombol dan melakukan migrasi. Berdasarkan
ukurannya, ikan pelagis dibedakan menjadi dua, yaitu: Ikan pelagis besar, misalnya ikan
tuna, cakalang, tongkol dan untuk ikan pelagis kecil, misalnya ikan layang, teri, kembung
(Gischa, 2020)
Berkaitan dengan pemanfaatan citra satelit, berikut (Tabel 1) informasi rentang nilai
parameter CHL, SST dan salinitas yang disesuaikan dengan jenis ikan target. Praktikum ini
gunakan dua parameter CHL dan SST dengan rentang ikan umum.
Tabel 1. Rentang parameter ikan target ZPPI

IKAN Parameter Kedalaman PERAIRAN


TARGET CHL (mg/m3 SST (℃) Salinitas (ppt) Max
)
PELAGIS 1. 0,7‒0,9 1. 29,5 – 30,0 1. 100 1. Teluk
KECIL 2. a. 29.01- Bone
31.00 2. Perairan
umum sinjai.
b. 30-31,5
3. 29.01 –
32.25
PELAGIS 1. 0,3 1. 18,5-21,5 1. Laut utara
BESAR ALBACO ALBACOR pasifik .
RE TUNA E TUNA 2. Teluk
2. 0,2 - 0,3 2. 29,0 - 30,0 Bone
PELAGIS PELAGIS
BESAR BESAR
Pelagis (PGSP) 1. 0.3-2.0 1. 28-32 1. Selat Bali
DEMERSAL 0.09 - 0.15 27 – 30 32 – 34 LAUT
ARAFURA
C. PENGOLAHAN CITRA SeaDAS

Gambar 1. Beranda SeaDAS


Tahap di SeaDAS sebagai tempat untuk cropping dan definisikan koordinat baru, serta sekaligus
disimpan dengan format *.geotiff. Data chl dan sst sebelumnya di acara 1 sudah di dapatkan
dengan format bawaan *.nc.
Data CHL.nc dan SST.nc dibuka satu persatu di SeaDAS

1. Pertama di beranda SeaDAS, klik folder kuning > temukan penyimpanan data data
yang sudah terunduh > open product

2. Data SST dan CHL tampil pada file manager


3. Untuk tampilkan data klik rasters > chlor-a ([1]atas) dan rasters > sst ([2]bawah)

Klik plus di sebelah Raster > dobel klik sst dan chlor-a

4. Tampilan luaran data perekaman juli 2022. Paska klik raster > chlor-a [1] dan rasters > sst
[2]
[1]

[2]
5. Tampilan cakupan dunia Chlor-a Juli 2022 [1] dan SST Juli 2022 [2]

[1]

[2]
6. Melakukan cropping untuk wilayah Indonesia saja. Lakukan crop untuk chlor-a dan sst
dengan Klik menu raster > klik crop …

7. Masuk sub menu crop. Lakukan untuk [1] dan [2]. Klik spatial subset > Geo Coordinates
> masukkan batasan Indonesia>ok
[+]North latitude
bound: 10;
[+]West longtitude
bound: 92;
[+]South latitude
bound: -12;
[+]East longtitude
bound: 142.

8. Muncul data baru dengan batasan crop Indonesia. Tampilan Chlor-a [1] dan sst [2]
Indonesia muncul berkas baru proses ke {[3]} dan {[4]}.

9. Lakukan klik raster pada proses {[3]} untuk membukan crop Indonesia data chlor-a.
Lakukan kembali untuk sst [2] untuk menampilkan hasil SST crop Indonesia perekaman
akumulasi bulanan, Juli 2022
10. Data Chlor-a kemudian di mampatkan lagi disesuaikan dengan kelas interfal dengan
rentang yang dikhususkan untuk ikan pelagis/demersal. Klik kanan pada Chlor-a
Indonesia > klik properties…

11. Masuk dalam properties, ganti bagian rentang chlor-a sesuai rentang ikan pelagis /
demersal / umum keduanya. Praktikum kali ini dengan parameter ikan demersal (Tabel 1)
dengan kode sebagai berikut : chlor_a >= 0.09 && chlor_a <= 0.15
12. Hasil chlor a ikan demersal bulan Juli 2022

13. Lakukan pengklasan untuk SST dengan referensi Tabel 1 ikan demersal. Selain itu juga
lakukan untuk umum keduanya dan juga baik ikan pelagis besar maupun ikan pelagis
kecil.
Umum keduanya [dikompilasi dari Tabel 1]
SST >=18.00&&sst<=32.00
CHL >=0.09&&sst<=15
Rentang gabungan SST dan CHL pelagis dan demersal (Tabel 1).

Silakan gunakan rentang khusus ikan pelagis dan ikan demersal untuk hasil luaran
tambahan acara 2 dan 3 ini.

Simaklah Tabel 1, dan perhatikan parameter-parameter dari ikan target.


Masukkan angka rentang parameter SST dan CHL untuk menemukan cakupan
sebaran titik ZPPI ikan pelagis (PGSP), ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar dan
ikan demersal
14. Kini melakukan reprojek dan penyimpanan Chlor-a. Klik Raster > klik re project…

15. Tampil tampilan reproject


16. Pada tab Create Project, I/O Parameters. [1] rename- menjadi chl07class, [2] ganti Beam-
Dimap > GeoTiff dan [3] save as, ganti direktori penyimpanan hasil praktikum

[1]
[2]
[3]
17. Masih pada tab Create Project, klik reprojection parameter. Pastikan Custom CRS itu
Geographic Lat/Lon (WGS 84) dan no-data value: NaN

18. Klik run > ok. untuk mengakhiri proses reprojeck sekaligus di seadas untuk chl-a
D. PENGOLAHAN CITRA ANALISIS QGIS
1. Membuka aplikasi QGIS 3.10.14

2. Memanggil data sst dan chl yang sudah diolah di SeaDas dengan format geotiff (*.tiff).
• Temukan direktori folder acara 2.
• Folder acara 2 ini berfungsi menyimpan segara proses-proses dan luaran yang di hasilkan
acara 2 ini.
• Folder dijadikan menu favorite dengan cara klik kanan > klik bintang kuning yang tertulis
Favorites
3. Membuka sst dan chl format geotiff. Klik dobel di dalam folder acara 2 > folder chl dan
acara 2 > folder sst

4. Mewarnai sst dengan gradasi merah dan chl warnanya gradasi hijau. Dengan lakukan
simbolisasi, klik kanan > propertis > simbologi. Agar memiliki warna gradasi, pilih tipe
render menjadi pita tunggal … kemudian ganti warna ramp sesuai apa yang sedang kita
buka, misalnya sst maka color ramp nya adalah gradasi merah. Jika sudah silakan klik ok.
Selanjutnya lakukan untuk chl juga.

5. Kenampakan Gradasi merah untuk sst


6. Mengubah masing-masing data menjadi kontur. Lakukan untuk data chl dan sst, oh ya
pastikan datanya memiliki perekaman yang sama.
Kontur sst, klik menu raster > klik ekstraksi > klik raster.

7. Data sst dan chl dirubah ke kontur. Berikut informasi analisa kontur. Interval kontur [1]
SST (0,1) sedangkan CHL (0,01). Lakukan juga dengan nilai kontur interval berikut SST
(1) dan CHL (0,1). Rubah atribut name [2] jadi sst untuk sst dan chl untuk chl. Masukkan
direktori penyimpanan dan ganti format penyimpanan [3] menjadi shp.

[1]
[2]

[3]

8. Berikut log pernyataan proses kontur berhasil


9. Tampilan eksekusi Indonesia kontur SST. Lakukan untuk CHL juga.
10. Panggil tools khusus untuk melakukan analisa titik persinggungan antar kontur sst dan chl
dengan bantuan QGIS yaitu line intersection. Teknis ini merupakan teknis penentu sebaran
titik ZPPI. Processing > Toolbox atau dengan meemanggil langsung dengan Ctrl+Alt+T.
11. Tampilan tools dan temukan dengan klik Intersec pada mesin pencarian tools. Fokus pada
Vector overlay kemudian pilihlah persimpangan garis (line intersection).

12. Melakukan persimpangan garis, pastikan data kontur baik itu chl dan sst telah tersedia.
Lapisan masukan  chl07kontur
Lapisan perpotongan  sst07kontur
Advance parameters, intersection  direktori acara 2 > folder baru > line intersection

_
Jika semua sudah terisi dengan benar maka akhiri dengan jalankan
13. Log eksekusi persimpangan garis selesai > close

14. Hasil eksekusi bulan Juli 2022 dengan parameter ikan pelagis, kontur SST 0,1 dan CHL 0,01
15. Hasil eksekusi bulan Juli 2022 dengan parameter ikan pelagis, kontur SST 1 dan CHL 0, 1

16. Memanggil data shp Indonesia


• Masih terkompres IDN_adm.zip, silakan buka dengan unzip atau uncompres
• Masuk ke QGIS, buka direktori acara 2, folder shp Indonesia dibuka.
• IDN_adm itu isinya folder Indonesia > DIVA-GIS > IDN_ADM.
• IDN_ADM_0 shp batas negara
• IDN_ADM_1 shp batas Propinsi
• IDN_ADM_2 shp batas kabupaten

17. Shp indonesia dengan batas propinsi untuk zppi Indonesia [1] sedangkan batas kabupaten
untuk kawasan NTB, semua itu di tampilkan dengan ZPPI 07 2022.

[1]

[2]
Agatha, L. S. (2020). Pemetaan Distribusi Daerah Penangkapan Ikan Tuna Mata Besar
(Thunnus obesus) Dengan Pendekatan Oseanografi Berbasis SIG di Perairan Selatan Pulau
Jawa (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

AGUSTINA, A. A. (2022). PEMETAAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN


BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI PERAIRAN BARRU, PAREPARE DAN
PINRANG. Jurnal Sains dan Teknologi Perikanan, 2(1), 1-13.

Julita, R., & Mujiono, M. (2019). Estimasi Zona Potensial Penangkapan Ikan (Zppi) Provinsi
Bengkulu Menggunakan Citra Satelit Modis Aqua. JFMR (Journal of Fisheries and Marine
Research), 3(3), 359-366.

Munthe, M. G., Jaya, Y. V., & Putra, R. D. (2018). Pemetaan Zona Potensial Penangkapan Ikan
Berdasarkan Citra Satelit Aqua/Terra Modis di Perairan Selatan Pulau Jawa. Dinamika Maritim,
7(1), 39-42.

Ningsih, R. K., & Syah, A. F. (2020). Karakteristik Parameter Oseanografi Ikan Demersal di
Perairan Laut Arafura Menggunakan Data Penginderaan Jauh. Juvenil: Jurnal Ilmiah Kelautan
dan Perikanan, 1(1), 122-131.

Purwanto, A. D., & Ramadhani, D. P. (2020). ANALISIS ZONA POTENSI PENANGKAPAN


IKAN (ZPPI) BERDASARKAN CITRA SATELIT SUOMI NPP-VIIRS (STUDI KASUS:
LAUT ARAFURA). Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and Technology,
13(3), 249-259.

Safruddin, S., Aswar, B., Hidayat, R. H., Saiful, S., Dewi, Y. K., Umar, M. T., ... & Mallawa, A.
(2019). Zona Potensial Penangkapan Ikan Pelagis Besar di Perairan Teluk Bone. Prosiding
Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan, (6).

Saifuddin, A., Febrianto, V., Purwandari, P., & Hidayat, I. A. (2019). Pemetaan Zona Potensi
Penangkapan Ikan menggunakan Citra Terra Modis di Kabupaten Jepara. Prosiding Seminar
Nasional Geografi UMS X 2019.

Zainuddin, I. A. M. M., & Mallawa, A. (2012). Penentuan Karakteristik Habitat Daerah Potensial
Ikan Pelagis Kecil dengan Pendekatan Spasial di Perairan Sinjai. Jurnal Penelitian, 1-10.

Anda mungkin juga menyukai