Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyratan Tugas Mata Kuliah

Komunikasi Terapautik keperwatan Mengenai

“Simulasi Komunikasi Terapautik Pada Klien

Penyakit kronik”

DI SUSUN OLEH:

Sri Wahyuni
(211211818)

Miftahul khairati
(211211853)

PEMBIMBING :

Ns. Velga Yazia, M. kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIkes

MERCUBAKTIJAYA PADANG 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya sehingga makalah

ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini mengenai tentang “SIMULASI

KOMUNIKASI TERAPAUTIK PADA KLIEN PENYAKIT KRONIK, setiap pembaha

sederhana sehingga mudah dimengerti.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, namun berkat

bimbingan dan bantuan berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup

baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terimaksih kepada ibu :

Ns.Yola Yolanda,M.Kep yang telah membimbing kami.

Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa dan mahasiswi yang masih dalam proses

pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat

mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih

baik lagi dimasa yang akan datang.

Padang, 22 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB 1:PENDAHULUAN..............................................................................1

1. Latar Belakang.....................................................................................1

2. Rumusan Masalah................................................................................1

3. Tujuan...................................................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN...............................................................................3

1. Definisi penyakit kronis.......................................................................3

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit Kronik.........................5

3. Klien terhadap penyakit kronik............................................................10

BAB III: PENUTUP.......................................................................................12

1. Kesimpulan...........................................................................................12

2. Saran.....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan

dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk

komunikasi interpersonal. Suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang

didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio -psiko-sosial-

kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam

hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif,

ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit

yang mencakup seluruh kehidupan manusia.

Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian - bantuan kepada pasien karena

adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya

kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari - hari

secara mandiri. Maka kebutuhan pasien yang memiliki penyakit kronis tidak hanya

pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap

kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin

yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan penyakit kronis?

2. Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit Kronik?

3. Bagaimana klien terhadap penyakit kronik?

1
C. Tujuan

1. Menjelaskan tentang pengertian penyakit kronis

2. Menjelaskan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit Kronik

3. Menjelaskan bagaimana klien terhadap penyakit kronik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama

sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (Purwaningsih

dan Karbina, 2009).

Ketidakmampuan atau ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala

tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu

kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatAn yang baru dirasakan.

(Purwaningsih dan Karbina, 2009).

Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa penyakit kronik yang

dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan

seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat

mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. Contoh : penyakit

diabetes militus, penyakit cord pulmonal deases, penyakit arthritis.

1. Sifat penyakit kronik

Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai

beberapa sifat diantaranya adalah :

a. Progresif

Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh

penyakit jantung.

b. Menetap

3
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan

menetap pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.

c. Kambuh

Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi

yang sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis

2. Dampak penyakit kronis terhadap klien

Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya

(Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :

Dampak psikologis

Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :

1. Klien menjadi pasif

2. Tergantung

3. Kekanak-kanakan

4. Merasa tidak nyaman

5. Bingung

6. Merasa menderita

3. Dampak somatic

Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan

penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh : DM

adanya Trias P

4
4. Dampak terhadap gangguan seksual

Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan

perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual).

5. Dampak gangguan aktivitas

Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social

dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronik

1. Persepsi klien terhadap situasi

2. Beratnya penyakit

3. Tersedianya support social

4. Temperamen dan kepribadian

5. Sikap dan tindakan lingkungan

6. Tersedianya fasilitas kesehatan

7. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik

Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-

Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009).

a. Fase kehilangan pada penyakit kronis dan tekhnik komunikasi

Tiap fase yang di alami oleh pasien kritis mempunyai karakteristik yang

berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pul. Dalam

berkomonikasi perwat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di

fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan fase

kehilangAn yang di alami pasien.

5
b. Fase Denial ( pengikraran )

Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak

percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan

mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi “. Bagi individu

atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus menerus mencari

informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah

letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat,

menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas

cepat berakhir dlam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun. Teknik

komunikasi yang di gunakan :

 Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang

kontruktif dalam menghadapi kehilangan dan kematian

 Selalu berada di dekat klien

 Pertahankan kontak mata c.

Fase anger ( marah )

Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya

kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di

proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang –orang tertentu atau

di tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan prilaku

agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun

dokter tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain,

muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai. Teknik

komunikasi yang di gunakan adalah memberikan kesempatan pada pasien


6
untuk mengekspresikan perasaannya, hearing.. hearing.. dan hearing..dan

menggunakan teknik respek

d. Fase bargening ( tawar menawar )

Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara

intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon

kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka dengan kata kata “ kalau saja

kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “. apabila proses

berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai

“ kalau saja yang sakit bukan anak saya Teknik komunikasi yang di gunakan

adalah memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan

kepada pasien apa yang di inginkan

e. Fase depression

Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak

mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan

menurut atau dengan ungkapAn yang menyatakan keputus asaan, perasaan

tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah menolak makan,

susah tidur, letih, dorongan libugo menurun. Teknik komunikasi yang di

gunakan adalah jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan

keluarga mengekspresikan kesedihannya.

f. Fase acceptance ( penerimaan )

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima

ini biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “ apa yang dapat saya lakukan

agar saya cepat sembuh?” Apabila individu dapat memulai fase fase tersebut

7
dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri

proses berduka dan mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi

apabila individu tetep berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase

penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase

penerimaan. Teknik komunikasi yang di gunakan perawat adalah meluangkan

waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan

keluarga terhadap kematian pasien.

g. Menyampaikan berita buruk

langkah – langkahnya adalah :

1. Persiapan

Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan

berbagai macam informasi. Yang paling baik dalam menyampaikan

berita buruk adalah dengan bertemu langsung dengan orang yang kita

tuju. Menyampaikan denagn tidak jelas dan menakutkan hendaknya di

hindari seperti : “ ibu sri, datanglah segera, saya mempunyai sesuatu

yang harus saya katakan kepada anda “ Selain itu alangkah lebih

baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk bagi perawat, dokter

dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa anda

memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa gesa. Cegah

berbicara sambil berlari atau di tempat yang tidak semestinya misal :

koridor rumah sakit yang banyak ornag. Beritahukan rekan anda bahwa

anda tidak bisa di ganggu selagi anda menyampaikan berita kepada

pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak erogi atau bergetar

8
2. Membuat hubungan

Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan anda ajak bicara

sudah memiliki firasat apa yang akan anda sampaikan. Beberapa tugas penting di awal ;

a. Percakapan awal

Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana terdapat orang yang belum

di ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa dia. Kaji status resipien ( orang yang anda tuju

untuk di kabarkan dengan kabar buruk) Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya.

Anda harus mengkaji tentang pemahaman resipien terhadap situasi.Hal ini akan membantu

perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk dan akan membantu

perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan. Perawat dapat mengutarakan

pertanyaan seperti “ mengapa tes itu di lakukan?”

b.Berbagi cerita

Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan mengenai semua yang

ada lingkungannya.

 ( Keluarga pasien langsung berdiri dan pasien lansung memotong

pembicaraan)

 Pasien : sus.. penyakit ini bukannya tidak ada obatnya. Jadi bagaimana

suss.....Perawat : bapak kata bapak benar bahwa penyakit ini tidak ada

obatnya. Tapi bapak kita akan berkerja sama untuk memperlambat

virus HIV ini pak.

 Dan insyaallah perkembangan virus tersebut akan terkendali pak.

 Pasien: tapi itu mustahil sus. Emang obat apa suss??


9
 Perawat: baik bapak obat untuk mencegah penyebaran virus HIV

adalah antiretroviral (ARV) .Namun perlu bapak ingat bahwa

pengobatan ini harus dilakukan rutin dan diminum sesuai jadwal, di

waktu yang sama setiap hari agar perkembangan virus dapat

dikendalikan dan tidak berkelanjutan ke penyakit AIDS pak dan buk.

 Pasien : baik sus saya mengerti maksudnya sus.

 Saya akan melakukan pencegahan penyebaran virus ini sus.

 Keluarga: Terimakasih atas penjelasannya sus

 Mohon dibantu ya sus

 Perawat: Sama2 bapak dan ibuk. Jangan putus asa dan mnyerah ya

pak ibuk. Tetap semangat kita pasti bisa pak ,buk.

 Pasien dan keluarga: baik sus.

 Perawat : Saya izin pamit ya bapak dan ibuk.

 Jika ada bantuan silahkan temuin saya dikonter perawat atau tekan

tombol diatasnya bapak dan ibuk.

 ( Perawat lansung pamitt)Bicara pelan

 Berikan peringatan awal “ saya takut saya mempunyai kabar yang

kurang baik untuk anda....Kalimat hendaknya singkat dan beberapa

kalimat pendek saja.

1
 Akibat dari berita

 Tunggu reaksi dan tenang

 Misal : menangis, pingsan dll

1
 Lihat dan berikan respon sebagai tanda empati

Dan perawat bisa menyampaikan “ saya paham, hal ini sulit bagi anda.

Apa yang ada dalam pikiran anda saat ini?

b. Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya

Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol

dengan menanyakan “ apakah anda membutuhkan informasi

baru atau kita bisa bicara di kemudian? “Berikan perhatian dan

hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat.Sering kali

perawat merasa berat hati dan merasa stres ketika menyampikan

brita buruk. Oleh karna itu berbagi pengalaman dan perasaan

terhadap teman sejawat sangat di perlukan dan bisa sebagai

support system bagi diri anda sendiri.

C. Klien Terhadap Penyakit Kronik

Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-

Spritual ini akan meliputi respon kehilangan.

1. Kehilangan kesehatan

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa

takut , cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.

2. Kehilangan kemandirian

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan

melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan

3. Kehilangan situasi

1
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga

kelompoknya

4. Kehilangan rasa nyaman

Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti

panas, nyeri, dll

5. Kehilangan fungsi fisik

Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal

ginjal harus dibantu melalui hemodialisa

6. Kehilangan fungsi mental

Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien

mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir

efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional

7. Kehilangan konsep diri

Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan

fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image)

peran serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan

harga diri rendah

8. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

1
Dialog

Perawat: selamat siang ibuk dan bapak. Saya perawat…. Yang bertugas siang hari ini
buk,pak.Sebelumnya silahkan sebutkan nama dan tanggal lahirnya buk.

Pasien : selamat siang, (Memperkenalkan nama dan menyebut tggl lahirnya).

Perawat: izin ngecek gelangnya ya buk ( sambil cek gelang pasien ) baik buk
datanya sudah benar . Lansung saja ya buk. Boleh ibuk ceritakan keluhan ibuk?

Pasien : Mungkin Keluarga saya saja yg menyampaikan ya sus, soalnya


kerongkongan saya sakit.

Perawat : baik buk.

pak bisa bapak sampaikan keluhan dari ibuknya?

Keluarganya: bisa sus, biar saya aja yg sampaikan .ibuk sudah batuk 1 bulan,
diare 4 hari , demannya turun naik dan nafsu makannya berkurang Sus.Cuma itu
keluhan dari bapak sus.

Perawat: baik dan terimakasih pak. Mungkin saya periksa dlu ya buk?

( Perawat melakukan TTV)

( setelah mendengarkan keluhan dari keluarga pasien. Perawat merasa ini perluh
berkerja sama dengan dokter

(Dan perawat lansung ke ruangan dokter)

(Sesampainya diruangan dokter).

Perawat: selamat siang dok. Saya perawat....Yg bertugas siang hari ini di ruangan
ibuk Fadilla dok.

1
Dokter : iya sus

Perawat : saya baru selesai pemeriksaan pada ibuk fadilla..dan ini hasil
pemeriksaannya serta keluhannya doc.

(Sambil memberikan sebuah berkas)

Dokter: baik sus, terimakasih atas laporan. Saya cek dlu.

Perawat: iya doc.( Setelah ngecek data)

Dokter : sebaiknya pasien atas nama ibuk fadilla dilakukan phletotomy dlu sus.

Perawat : baik dok.

(Lalu perawat lansuang pamitt keluar dari ruangan)

( perawat lansuang ke ruangan pasien untuak mngambil sampel darah pasien)

Perawat: Selamat siang ibuk fadilla dan bapak.Masih bersama saya ya pak perawat
Pitra Aries Handayani.

Pasien dan keluarga : selamat siang sus

Perawat : baik ibuk dan bapak saya boleh mengambil sampel darah ibuk. Untuk
pemeriksaan dilaboratorium buk dan pak.

Pasien dan keluarga: boleh sus.

( Setelah Perawat lansung mengambil darah pasien)

(Setelah itu perawat izin keluar lagi)

Perawat : baik ibuk dan bapak saya telah selesai melakukan pengambilan sampel
darah. Saya izin pamit ya buk dan pak. Jika memerlukan bantuan silahkan temuin
saya dikonter perawat.

Pamitt bukkkk...

1
Keluarga: terimakasih sus

( Perawat lansung membawah sampel darah ke laboratorium)

( setelah menunggu hasil laboratorium).

( Perawat dan dokter lansung berdiskusi diruangan dokter)

(Setelah selesai berdiskusi Lalu dokter dan perawat lansuang ke ruangan pasien)

(Setelah sampai diruangan pasien)

Dokter: selamat sore ibuk dan bapak. Saya dokter ...... Bersama perawat........

Pasien dan keluarga: selamat sore doc dan sus

Dokter : Saya akan melakukan pemeriksaan ya buk dan pak.

Mohon kerja samanya ya buk.

Pasien : iya doc.

(Setelah docter selesai pemeriksaan)

Keluarga: ngomong2 ibuk kenapa ya

dok?

Dokter : baik pak.Untuk lebih jelas mengenai penyakit yang diderita oleh ibuk.
Akan dijelaskan oleh perawat karna saya juga ada jadwal operasi buk dan pak.

(Dokter lansung keluar dan perawat lansung menjelaskan)

Perawat: baik buk,pak... Sesuai dengan hasil labor dan pemeriksaan fisik yang
telah kami lakukan. Bahwa ibuk mengalami HIV buk,pak.

( Keluarga pasien langsung berdiri dan pasien lansung memotong pembicaraan)

1
Pasien : sus.. penyakit ini bukannya tidak ada obatnya. Jadi bagaimana suss....

1
Perawat : buk kata ibuk benar bahwa penyakit ini tidak ada obatnya. Tapi ibuk kita
akan berkerja sama untuk memperlambat virus HIV ini pak.Dan insyaallah
perkembangan virus tersebut akan terkendali buk.

Pasien: tapi itu mustahil sus. Emang obat apa suss??

Perawat: baik buk obat untuk mencegah penyebaran virus HIV adalah
antiretroviral (ARV) .Namun perlu ibuk ingat bahwa pengobatan ini harus
dilakukan rutin dan diminum sesuai jadwal, di waktu yang sama setiap hari agar
perkembangan virus dapat dikendalikan dan tidak berkelanjutan ke penyakit AIDS
buk pak..

Pasien : baik sus saya mengerti maksudnya sus.

Saya akan melakukan pencegahan penyebaran virus ini sus.

Keluarga: Terimakasih atas penjelasannya sus

Mohon dibantu ya sus.

Perawat: Sama2 ibuk,bapak. Jangan putus asa dan mnyerah ibuk. Tetap
semangat kita pasti bisa buk.

Pasien dan keluarga: baik sus.

Perawat : Saya izin pamit ya ibuk dan bapak.

Jika ada bantuan silahkan temuin saya dikonter perawat atau tekan tombol
diatasnya buk,pak.

( Perawat lansung pamitt)

1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hubungan perawat – klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan

pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik

dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien berubah kea rah yang

positif secara optimal. Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus

menganalisa dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi

model yang bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat

(verbal atau non verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien.Analisa hubungan intim

yang terapeutik perlu dilakukan untuk evaluasi perkembangan hubungan dan menentukan

teknik dan keterampilan yang tepat dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan

prinsip di sini dan saat ini (here and now).Rasa aman merupakan hal utama yang harus

diberikan pada anak agar anak bebas mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan hukuman.

B. Saran

Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara

spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien dengan menerima klien

apa adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang

menangis,minta maaf atas hal yang tidak disukai klien,dan menerima permintaan klien untuk

tidak menanyakan pengalaman tertentu . Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah.

1
Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan dengan klien,terutama

pada pasien kronis yang klien itu sendiri sudah tidak merasa hidupnya berguna lagi.

Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiapkali ia berhubungan

dengan klien. Melalui komunikasi verbal dapat diungkapkan informasi yang akurat tetapi

aspek emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan seluruhnya secara verbal. Dengan

mengerti proses komunikasi dan menguasai berbagai keterampilan berkomunikasi,

diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara utuh (verbal dan non verbal) untuk

memberi efek terapeutik kepada klien.

1
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/4116456/berkomonikasi_dengan_pasien_kronis

https://www.scribd.com/doc/297592546/Komunikasi-Pada-Pasien-Penyakit-Kronis

Anda mungkin juga menyukai